• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang Di Indonesia"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

TESIS

Oleh

MUJIBURROKHMAN

077018043/EP

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUJIBURROKHMAN

077018043/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS  FAKTOR  ‐  FAKTOR  YANG  MEMPENGARUHI  PERMINTAAN  UANG DI  INDONESIA

Nama Mahasiswa : Mujiburrokhman

Nomor Pokok : 077018043

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Jonni Manurung, MS) (Wahyu Ari Pratomo, SE, M.Ec) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Tanggal : 29 Januari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Dr. Jonni Manurung, MS

Anggota : 2. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec 3. Dr. Murni Daulay, M.Si.

4. Dr. Rahmanta, M.Si.

(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi terhadap perubahan permintaan uang di Indonesia, untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, permintaan uang, terhadap perubahan inflasi di Indonesia, untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, inflasi, permintaan uang, terhadap perubahan tingkat suku bunga di Indonesia, dan untuk mengetahui kontribusi inflasi, permintaan uang, tingkat suku bunga, terhadap perubahan pendapatan riil di Indonesia.

Pengumpulan data diperoleh dari data skunder yaitu data pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi dan permintaan uang, 1982 sampai dengan tahun 2008 (26 observasi). Penentuan jumlah observasi didasarkan atas stabilitas lag struktur dalam model penelitian. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Vector Autoregression (VAR), Impulse Response

Function (IRF) dan Variance Decomposition (VD) yang sebelumnya diuji

menggunakan uji Unit Roots Test, uji Causalitas Granger dan uji Kointegrasi Johansen.

Hasil analisis data menggunakan Vector Autoregression (VAR), menunjukkan kontribusi antara variabel Pendapatan Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga Indonesia (SBI), inflasi (INF) dan permintaan uang (M1). Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap PDB adalah variabel SBI periode sebelumnya (SBIt-1). Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki

kontribusi paling signifikan terhadap SBI variabel SBI periode sebelumnya (SBIt-1).

Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap inflasi adalah variabel permintaan uang periode sebelumnya (M1t-1),

sedangkan variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap M1 adalah M1t-1. Dari hasil impulse response function diketahui

bahwa stabilitas pertama semua variabel berada pada periode jangka menengah yaitu 5 sampai 10 tahun sedangkan dalam jangka panjang cenderung mengalami kestabilan, hal tersebut menimbulkan makna bahwa walaupun ada variabel yang pada jangka pendek tidak berpengaruh namun dalam jangka menengah dan jangka panjang akan saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan hasil variance decomposition, secara keseluruhan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, semua variabel pada periode pertama dipengaruhi oleh error variance variabel itu sendiri, sedangkan dalam jangka panjang terjadi perubahan pengaruh error variance yang semakin menurun terhadap variabel itu sendiri dan digeser oleh variabel lainnya.

(6)

ABSTRACT

The objectives of this research are to analyze the contribution of real income, interest rate, inflation to the change on money demand in Indonesia, to know the contribution of real income, interest rate, money demand to the change on inflation in Indonesia, to know the contribution of real income, money demand, inflation to the change on interest rate in Indonesia and to know the contribution of inflation, money demand, interest rate to the change on real income in Indonesia.

Data collection is obtained using secondary data, namely the real income, interest rate, inflation and money demand from 1982 up to 2008 (26 observations). The determination on the amount of the observation is based on structure lag stability in the research model. This research uses econometric model with Vector Auto Regression (VAR), Impulse Response Function (IRF) and Variance Decomposition (VD) method which previously tested using Unit Roots Test, Granger Causality Test and Co integration Johansen test.

The result of data analysis uses Vector Auto Regression (VAR) showing the contribution between the variables of Gross Domestic Bruto (PDB), interest rate (SBI), inflation (INF) and money demand (M1). The other variable with the

biggest contribution to the PDB is the last period of SBI (SBIt-1). The other variable

besides the variable with significant contribution to SBI is SBI t-1. The other variable

besides that variable with significant contribution to inflation is M1t-1. Whereas, the

other variable with the most significant contribution to M1 is M1t-1. From the result

of Impulse Response Function, it is known that the first stability for all variables are in the middle-term period, that is 5 up to 10 years, whereas, in the long-term, it tends to be stabilized. It produces the meaning that even though there is variable in the short-term without influence, however, in the middle and long –term, it is mutual influencing. Based on the result of variance decomposition, as the whole for long-term and short term, all variables on the first period is influenced by error variance variable. Whereas, in the long-term, there is the change on the error variance and reduced to its variables and then it is moved by other variables.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan

karuni-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Indonesia”.

Meskipun penulis sudah berusaha mencurahkan seluruh daya dan kemampuan

untuk menyusun tesis ini agar lebih baik dan sempurna, namun penulis menyadari

sepenuhnya akan kelemahan dan kekurangan dari tesis ini baik dalam isi maupun

penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak, sehingga tesis ini dapat bermanfaat sebagai sumber

ilmu pengetahuan dan referensi bagi para penelitian lainnya.

Selama mengikuti pendidikan dan penyelesaian penyusunan tesis ini, penulis

banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak berupa materi

maupun dorongan moril baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(k). Rektor Universitas

Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Ketua

Pembanding.

4. Bapak Dr. Jonni Manurung, MS selaku Ketua Pembimbing yang telah

memberikan waktu dan pemikirannya dalam penyusunan tesis ini sehingga

(8)

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Pembimbing kedua yang telah

banyak memberikan waktu dan pemikiran serta bimbingannya kepada penulis

sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si. selaku pembanding yang telah memberikan

saran-saran yang sangat membantu dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si selaku pembanding yang telah

memberikan saran-saran yang sangat membantu dalam penyelesaian tesis ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Pascasarjana Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

9. Penghargaan tertinggi penulis sampaikan kepada keluarga besar Bapak Drs.

H. Redjo Soehardjo, MM dan keluarga besar Bapak Fahmi Faisal (Alm) serta

istri tercinta Cerdiana Suharningsih, SE, Ak yang selalu memberikan

dukungan dan doa, dan kepada anak-anakku tersayang Daniyal Wiraharja

Athaurrakhman, Razqa Dwiraharja Athaurrakhman serta Adika Triraharja

Athaurrakhman yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Rekan-rekan mahasisiwa dan seluruh alumni Pascasarjana (S-2) Magister

Ekonomi Pembangunan (MEP) Universitas Sumatera Utara khususnya

Angkatan XIII, seluruh staff/karyawan sekretariat Sekolah Pascasarjana USU

serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu dan memberikan saran, pendapat serta pandangannya

sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Akhirnya, semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas

segala amal dan budi yang diberikan. Dan semoga kemudahan dan kelapangan

selalu menyertai kita semua. Amin.

Medan, Januari 2010

(9)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Mujiburrokhman

2. Agama : Islam

3. Tempat/Tgl. Lahir : Brebes, 29 Mei 1976

4. Alamat : Perumahan Puri 3 Tanjungsari Blok B No. 15 Medan

5. Pekerjaan : Pegawai Departemen Keuangan

6. Status : Menikah

7. Nama Istri : Cerdiana Suharningsih, SE, Ak

8. Nama Anak : - Daniyal Wiraharja Athaurrakhman

- Razqa Dwiraharja Athaurrakhman

- Adika Triraharja Athaurrakhman

9. Nama Orang Tua

Ayah : (Alm) Fahmi Faisal

Ibu : (Almh) Solichah

10. Pendidikan

a. MI Almujahidin Kluwut Brebes : Lulus Tahun 1988

b. SMP Negeri Bulakamba Brebes : Lulus Tahun 1991

c. SMA Negeri 1 Brebes : Lulus Tahun 1994

d. Sekolah Tinggi Akuntasi Negara : Lulus Tahun 1997

e. Universitas WR Supratman Surabaya : Lulus Tahun 2005

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Pengertian, Jenis dan Fungsi Uang ... 9

2.2. Teori Permintaan Uang Klasik... 11

2.3. Teori Permintaan Uang Keynes ... 13

2.3.1. Permintaan Uang Transaksi ... 13

2.3.2. Permintaan Uang Spekulasi ... 15

2.4. Teori Permintaan Uang Friedman... 21

2.5. Teori Baumol dan Tobin ... 24

2.6. Faktor Penentu Permintaan Uang... 27

2.7. Perubahan-Perubahan Nilai Uang ... 38

(11)

2.9. Penelitian Terdahulu ... 41

2.10. Kerangka Pemikiran ... 45

2.11. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELIIAN ... 47

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 47

3.3. Uji Asumsi ... 48

3.3.1. Uji Stasioneritas data dengan Akar Unit ... 48

3.3.2. Uji Kausalitas ... 50

3.3.3. Uji Kointegrasi ... 53

3.4. Model Analisis ... 54

3.5. Innovation Accounting... 55

3.5.1. The Impulse Response Function ... 55

3.5.2. The Forecast Error Variance Decomposition... 55

3.6. Definisi Operasional... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1. Perkembangan Ekonomi ... 58

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian... 62

4.2.1. Perkembangan PDB Periode 1982 sampai 2008 ... 62

4.2.2. Perkembangan SBI Periode 1982 sampai 2008... 64

4.2.3. Perkembangan Inflasi Periode 1982 sampai 2008... 65

4.2.4. Perkembangan M1Periode 1982 sampai 2008 ... 66

4.3. Hasil Uji Akar-Akar Unit dan Derajat Integrasi ... 67

4.4. Uji Kausalitas Granger... 70

4.4.1. Granger Causality Test ... 70

4.4.2. Uji Kointegrasi Johansen ... 72

4.5. Vector Autoregression... 74

4.6. Impulse Response Function (IRF)... 79

(12)

4.6.2. Response Function SBI ... 82

4.6.3. Response Function Inflasi ... 84

4.6.4. Response Function M1 ... 87

4.7. Variance Decomposition... 89

4.7.1. Variance Decomposition PDB... 90

4.7.2. Variance Decomposition SBI ... 91

4.7.3. Variance Decomposition Inflasi ... 92

4.7.4. Variance Decomposition M1 ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1. Kesimpulan ... 94

5.2. Saran-Saran ... 96

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Jumlah Uang di Indonesia ... 5

1.2 Perkembangan Pendapatan Nasional, Nilai Tukar dan Tingkat Suku Bunga di Indonesia Periode 1985 - 2007... 6

4.1 Hasil Pengujian Akar-Akar Unit dengan Level ... 68

4.2 Hasil Pengujian Akar-Akar Unit dengan 1st Difference... 69

4.3 Hasil Pengujian Akar-Akar Unit dengan 2nd Difference... 69

4.4 Hasil Pengujian Akar-Akar Unit dengan Trend and Intercept... 70

4.5 Granger Causality Test ... 71

4.6 Uji Kointegrasi Johansen ... 73

4.7 Nilai AIC dan SIC pada Beberapa Lag... 74

4.8 Hasil Estimasi VAR dengan Dasar Lag 1 ... 75

4.9 Hasil Analisa VAR ... 77

4.10 Impulse Response Function PDB ... 79

4.11 Impulse Response Function SBI ... 82

4.12 Impulse Response Function Inflasi... 84

4.13 Impulse Response Function M1... 87

4.14 Variance Decomposition PDB ... 90

4.15 Variance Decomposition SBI ... 91

4.16 Variance Decomposition Inflasi... 92

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Permintaan Uang Untuk Transaksi ... 14

2.2 Permintaan Uang dengan Tingkat Bunga Normal ... 16

2.3 Permintaan Uang Untuk Spekulasi ... 18

2.4 Liquidity Trap ... 19

2.5 Permintaan Uang Untuk Transaksi dan Spekulasi ... 20

2.6 Faktor-Faktor Penentu Permintaan Uang ... 37

2.7 Kerangka Pemikiran ... 45

4.1 Perkembangan PDB Tahun 1982 sampai 2008 ... 63

4.2 Perkembangan SBI Tahun 1982 sampai 2008 ... 64

4.3 Perkembangan Inflasi Tahun 1982 sampai 2008 ... 65

4.4 Perkembangan M1Tahun 1982 sampai 2008 ... 66

4.5 Stabilitas Struktur Model ... 78

4.6 Respon Variabel PDB pada Perubahan Variabel Lain ... 81

4.7 Respon Variabel SBI pada Perubahan Variabel Lain ... 83

4.8 Respon Variabel Inflasi pada Perubahan Variabel Lain ... 86

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Tabulasi Data Variabel ………... 99

2 Unit Roots Pada Level ………... 100

3 Unit Roots Pada 1st Difference ………... 104

4 Unit Roots Pada 2nd Difference ………... 107

5 Unit Roots Pada Trend and Intercept………... 109

6 Uji Causalitas Granger ... 110

7 Uji Kointegrasi Johansen ... 111

8 Vector Autoregression ... 112

9 Stabilitas Lag Structure ... 113

10 Impulse Response Function ... 114

(16)

DAFTAR SINGKATAN

ADF = Augmented Dickey Fuller

AIC = Akaike Information Criterion

BPS = Badan Pusat Statistik

BUMN = Badan Usaha Milik Negara

DW = Durbin Watson

IRF = Impulse Response Function

PDB = Produk Domestik Bruto

SBI = Suku Bunga Indonesia

SIC = Schwarz Information Criterion

VAR = Vector Autoregression

(17)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi terhadap perubahan permintaan uang di Indonesia, untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, permintaan uang, terhadap perubahan inflasi di Indonesia, untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, inflasi, permintaan uang, terhadap perubahan tingkat suku bunga di Indonesia, dan untuk mengetahui kontribusi inflasi, permintaan uang, tingkat suku bunga, terhadap perubahan pendapatan riil di Indonesia.

Pengumpulan data diperoleh dari data skunder yaitu data pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi dan permintaan uang, 1982 sampai dengan tahun 2008 (26 observasi). Penentuan jumlah observasi didasarkan atas stabilitas lag struktur dalam model penelitian. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Vector Autoregression (VAR), Impulse Response

Function (IRF) dan Variance Decomposition (VD) yang sebelumnya diuji

menggunakan uji Unit Roots Test, uji Causalitas Granger dan uji Kointegrasi Johansen.

Hasil analisis data menggunakan Vector Autoregression (VAR), menunjukkan kontribusi antara variabel Pendapatan Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga Indonesia (SBI), inflasi (INF) dan permintaan uang (M1). Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap PDB adalah variabel SBI periode sebelumnya (SBIt-1). Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki

kontribusi paling signifikan terhadap SBI variabel SBI periode sebelumnya (SBIt-1).

Variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap inflasi adalah variabel permintaan uang periode sebelumnya (M1t-1),

sedangkan variabel lain selain variabel itu sendiri yang memiliki kontribusi paling signifikan terhadap M1 adalah M1t-1. Dari hasil impulse response function diketahui

bahwa stabilitas pertama semua variabel berada pada periode jangka menengah yaitu 5 sampai 10 tahun sedangkan dalam jangka panjang cenderung mengalami kestabilan, hal tersebut menimbulkan makna bahwa walaupun ada variabel yang pada jangka pendek tidak berpengaruh namun dalam jangka menengah dan jangka panjang akan saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan hasil variance decomposition, secara keseluruhan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, semua variabel pada periode pertama dipengaruhi oleh error variance variabel itu sendiri, sedangkan dalam jangka panjang terjadi perubahan pengaruh error variance yang semakin menurun terhadap variabel itu sendiri dan digeser oleh variabel lainnya.

(18)

ABSTRACT

The objectives of this research are to analyze the contribution of real income, interest rate, inflation to the change on money demand in Indonesia, to know the contribution of real income, interest rate, money demand to the change on inflation in Indonesia, to know the contribution of real income, money demand, inflation to the change on interest rate in Indonesia and to know the contribution of inflation, money demand, interest rate to the change on real income in Indonesia.

Data collection is obtained using secondary data, namely the real income, interest rate, inflation and money demand from 1982 up to 2008 (26 observations). The determination on the amount of the observation is based on structure lag stability in the research model. This research uses econometric model with Vector Auto Regression (VAR), Impulse Response Function (IRF) and Variance Decomposition (VD) method which previously tested using Unit Roots Test, Granger Causality Test and Co integration Johansen test.

The result of data analysis uses Vector Auto Regression (VAR) showing the contribution between the variables of Gross Domestic Bruto (PDB), interest rate (SBI), inflation (INF) and money demand (M1). The other variable with the

biggest contribution to the PDB is the last period of SBI (SBIt-1). The other variable

besides the variable with significant contribution to SBI is SBI t-1. The other variable

besides that variable with significant contribution to inflation is M1t-1. Whereas, the

other variable with the most significant contribution to M1 is M1t-1. From the result

of Impulse Response Function, it is known that the first stability for all variables are in the middle-term period, that is 5 up to 10 years, whereas, in the long-term, it tends to be stabilized. It produces the meaning that even though there is variable in the short-term without influence, however, in the middle and long –term, it is mutual influencing. Based on the result of variance decomposition, as the whole for long-term and short term, all variables on the first period is influenced by error variance variable. Whereas, in the long-term, there is the change on the error variance and reduced to its variables and then it is moved by other variables.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Uang didefinisikan sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu suatu

barang atau bentuk kekayaan riil (tangible asset) yang secara umum diterima sebagai

pembayaran. Uang yang dipegang juga dipergunakan sebagai penyimpan nilai

walaupun mungkin peran ini kecil di dalam suatu perekonomian. Uang bisa

dipergunakan sebagai alat pengukur (medium of account), intinya harga biasanya

dinyatakan dalam suatu satuan uang.

Dalam sejarah ekonomi telah tercatat bahwa sebagai alat pertukaran pernah

dipergunakan suatu barang yang berharga seperti gading gajah, tulang dan berbagai

macam logam. Meskipun demikian berbagai barang ini tidak semata-mata berperan

sebagai uang seperti dimaksud di atas. Dalam perekonomian yang mempergunakan

barang sebagai uang, nilai uang akan dipengaruhi oleh permintaan barang, baik dalam

kapasitanya sebagai uang maupun sabagai barang. Pada masa emas dipergunakan

sebagai uang maka nilai tukar uang atau harga uang dipengaruhi oleh permintaan

emas sebagai perhiasan dan emas sebagai uang. Pengaruh ganda demikian, yaitu

harga uang akibat permintaan barang dalam kapasitasnya bukan sebagai alat tukar,

dapat diabaikan apabila uang yang dimaksud adalah uang fiat. Dalam

perkembangannya, akhir-akhir ini uang fiat yang secara intrinsik tidak bernilai karena

(20)

Jumlah uang yang diminta dalam suatu perekonomian sangat dipengaruhi oleh

kondisi kelembagaan, peraturan pemerintah dan perkembangan teknologi.

Perkembangan teknologi pembayaran telah mengubah jumlah uang yang diminta

untuk suatu tingkat pendapatan tertentu. Sebelum cek dan kartu kredit dipergunakan

secara luas, biasanya seluruh pendapatan seseorang akan diwujudkan dalam bentuk

uang. Namun setelah cek dan kartu kredit dipergunakan secara luas orang tidak perlu

memegang seluruh pendapatannya dalam bentuk uang. Pengaruh demikian tidak

menyebabkan konsep permintaan uang menjadi usang sebagaimana pengaruh

teknologi dan peraturan transportasi tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan

mobil.

Dalam praktek penghitungan jumlah atau stok uang dalam perekonomian

perlu diperjelas. Pada prinsipnya bentuk kekayaan yang dapat dimasukkan dalam

pengertian stok uang hanya berupa kekayaan yang memberikan hak atas sejumlah

kas, dan segala bentuk hak yang dapat berfungsi sebagai uang tanpa membebani

biaya yang berarti bagi pemiliknya.

Perkembangan teknologi selanjutnya memang memungkinkan adanya

transaksi tanpa adanya transfer (perpindahan) sejumlah uang secara nyata (tangible),

namun transaksi diselesaikan dengan mengubah rekening bank pembeli dan penjual.

Perkembangan teknologi transaksi demikian tidak dapat diartikan bahwa

perekonomian sudah tidak mempergunakan uang secara literer dan menjadikan suatu

(21)

stok uang tetap ada dalam perekonomian berupa rekening bank para partisipan suatu

perekonomian. Dengan makin berkembangnya teknologi, aktifitas ekonomi,

perbankan dan lembaga keuangan menjadi semakin maju. Derajat kepekaan

(responsiveness) variabel-variabel moneter, khususnya suku bunga domestik, menjadi

semakin tinggi terhadap perubahan variabel moneter internasional. Fakta tersebut

menunjukkan bahwa pembatas antara ekonomi domestik dengan ekonomi

intenasional menjadi semakin luntur. Dengan semakin berkembangnya teknologi

informasi, membuat para pelaku ekonomi menjadi semakin cerdas dalam mengurai

informasi ekonomi yang diterimanya.

Teori permintaan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan

teori tentang alokasi sumber-sumber ekonomi yang sifatnya terbatas. Pada

prinsipnya, dengan sumber ekonomi yang terbatas manusia haruslah memilih alokasi

yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Dengan pendapatan tertentu apabila

seseorang ingin memperbanyak konsumsi maka jumlah kekayaan akan semakin kecil.

Demikian juga apabila dia ingin memeliki salah satu kekayaan lebih banyak maka

dengan sendirinya pemilikan bentuk kekayaan yang lain akan menjadi lebih sedikit.

Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut seseorang akan membandingkan hasil (return)

dari masing-masing bentuk kekayaan. Dari hasil perbandingan tersebut dia akan

menentukan komposisi dan proporsi dari masing-masing bentuk kekayaan agar

(22)

Meletakkan permasalahan dengan cara ini menimbulkan pertanyaan mengapa

orang-orang memilih untuk menyimpan saldo uang. Uang biasanya tidak

menghasilkan pendapatan yang eksplisit, hanya tingkat hasil yang rendah

dibandingkan dengan hasil aktiva lain. Tetapi menyimpan uang berarti mengorbankan

sesuatu, kerugiannya adalah kepuasan atau pendapatan yang dikorbankan dengan

menyimpan uang dan bukan menggunakan dana ini untuk manfaat lain.

Kenyataan bahwa orang memilih untuk menyimpan sejumlah tertentu saldo

uang dengan biaya alternatif yang menarik memberi kesan bahwa menyimpan uang

pasti menghasilkan semacam keuntungan terhadap individu itu. Hal ini diakibatkan

oleh kualitas uang akseptabilitasnya yang umum dalam pembayaran, likuiditasnya

yang sempurna, dan keamanannya dalam arti bahwa uang tidak menurun nilainya

(depresiasi) dilihat dari segi uang. Memang sebagaimana akan kita lihat, sifat-sifat

uang ini menimbulkan beberapa alasan yang berbeda untuk menyimpan uang.

Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin

terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan

tersebut melalui serangkaian deregulasi keuangan dan perbankan yang di mulai tahun

1983. Implikasi dari deregulasi tersebut adalah semakin meningkatnya integrasi dan

interaksi antar berbagai unsur ekonomi yang menyebabkan struktur ekonomi menjadi

dinamis dan kompleks. Struktur ekonomi yang kompleks akan merubah perilaku

pelaku ekonomi yang diindikasikan dengan munculnya berbagai fenomena yang

(23)

seperti pasar modal akan mendorong terjadinya disintermediasi dan perubahan

perilaku investasi.

Selain itu, terlihat pula gejala merenggangnya hubungan antar variabel makro

ekonomi. Kondisi ini pada akhirnya akan mempersulit otoritas moneter untuk

mengambil keputusan dalam manajemen moneternya. Di Indonesia, kebijakan

moneter sepenuhnya diserahkan kepada otoritas moneter yaitu Bank Indonesia.

Dalam hal ini, jumlah uang beredar merupakan alat yang digunakan oleh Bank

Indonesia dalam menetapkan kebijakan moneter. Jumlah permintaan uang di suatu

negara dipengaruhi banyaknya faktor-faktor antara lain kebijakan pemerintah, politik,

dan keamanan. Berdasarkan data statistik jumlah perkembangan uang di Indonesia

mengalami pertumbuhan yang cukup bervariasi. Perkembangan jumlah uang di

Indonesia dalam kurun waktu 1986 hingga tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Uang di Indonesia (dalam milyar rupiah)

Tahun Uang Kartal Uang Giral M1 Pertumbuhan (persen)

(24)

2002 80.686 111.253 191.939 7,99

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, BI

Faktor yang paling mempengaruhi terhadap perkembangan jumlah uang

antara lain pendapatan nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga (Boediono: 1985).

Data tentang perkembangan pendapatan nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga

di Indonesia selama kurun 1985-2007 ditunjukkan pada Tabel 1.2 :

Tabel 1.2. Perkembangan Pendapatan Nasional, Nilai Tukar,dan Tingkat Suku Bunga Di Indonesia Selama Periode 1985-2007

Tahun

PDB

(Milyar Rupiah)

Pertumbuhan

(Persen) Nilai Tukar

Pertumbuhan

(25)

Lanjutan Tabel 1.2

2001 1.684.280 21,19 10.400,00 8,39 13,31 -39,50

2002 1.863.274 10,63 8.940,00 -14,04 16,18 21,56 2003 2.045.853 9,80 8.465,00 -5,31 13,79 -14,77 2004 2.303.031 12,57 9.290,00 9,75 8,25 -40,17 2005 2.636.500 14,48 9.830,00 5,81 12,75 54,55 2006 3.119.073 18,30 9.020,00 -8,24 12,89 1,10 2007 3.804.154 21,96 9.419,00 4,42 8,60 -33,28

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, BI

Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah PDB, nilai tukar dan tingkat suku

bunga di Indonesia cenderung mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Perubahan

itu diduga berpengaruh terhadap jumlah permintaan uang di Indonesia. Dengan

adanya kenaikan dan penurunan jumlah permintaan uang tersebut, mengakibatkan

terjadinya fluktuasi terhadap kondisi likuiditas perekonomian Indonesia.

Dari uraian tersebut penulis berusaha untuk membahas masalah ini menjadi

sebuah penelitian yang diberi judul "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI INDONESIA”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

adalah :

1. Apakah pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi, berkontribusi terhadap

perubahan permintaan uang di Indonesia?

2. Apakah pendapatan riil, tingkat suku bunga, permintaan uang, berkontribusi

(26)

3. Apakah pendapatan riil, inflasi, permintaan uang, berkontribusi terhadap

perubahan tingkat suku bunga di Indonesia?

4. Apakah inflasi, permintaan uang, tingkat suku bunga, berkontribusi terhadap

perubahan pendapatan riil di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi

terhadap perubahan permintaan uang di Indonesia.

2. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, tingkat suku bunga, permintaan

uang, terhadap perubahan inflasi di Indonesia.

3. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan riil, inflasi, permintaan uang, terhadap

perubahan tingkat suku bunga di Indonesia.

4. Untuk mengetahui kontribusi inflasi, permintaan uang, tingkat suku bunga,

terhadap perubahan pendapatan riil di Indonesia.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang di Indonesia.

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah

(27)

3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat untuk

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian, Jenis dan Fungsi Uang

Mankiw (2006) mendefinisikan uang sebagai persediaan aset yang dapat

dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi. Berdasarkan jenisnya, uang

dapat dibedakan menjadi uang kartal, uang giral dan uang kuasi. Uang kartal adalah

uang yang dijadikan sebagai alat transaksi sah dan wajib diterima seluruh masyarakat

pada perekonomian. Uang kartal umumnya berbentuk uang kertas dan uang logam

yang dibuat oleh bank sentral yang diberi hak tunggal mencetak uang / hak oktroi.

Uang giral adalah suatu tagihan pada bank umum yang dapat dipergunakan sebagai

alat pembayaran dan transaksi yang sah dan masyarakat tidak wajib menerima

pembayarannya. Uang giral dapat dibilang mudah, aman dan praktis karena dalam

melakukan transaksi di mana seseorang tidak perlu menghitung dan membawa

banyak uang kontan. Uang kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan

sebagai alat pembayaran. Uang kuasi ini terdiri atas deposito berjangka dan tabungan

serta rekening valuta asing milik swasta.

Berdasarkan penghitungan jumlah permintaan uang di masyarakat, uang dapat

dibedakan dengan M0, M1, M2 dan M3. M0 merupakan definisi permintaan uang

yang paling sempit karena M0 hanya terdiri dari uang kartal, yaitu uang kertas dan

logam yang dipegang masyarakat sehari-hari. M1, yaitu M0 ditambah dengan

(29)

di bank, yang dapat dicairkan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. M1 ini merupakan

perhitungan jumlah uang beredar yang sangat likuid. M2, yaitu M1 ditambah dengan

time deposit . Time deposit adalah tabungan, deposito, dan sejenisnya, yang memiliki

waktu jatuh tempo atau tidak dapat dicairkan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan.

M3, yaitu M2 ditambah dengan deposito jangka panjang, meliputi dana-dana

institusional yang ada dipasar uang.

Uang memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan

media pertukaran (Mankiw : 2006). Sebagai penyimpan nilai (store of value), uang

adalah cara mengubah daya beli dari masa kini ke masa depan. Jika seseorang

bekerja hari ini dan mendapatkan $ 100, maka dia dapat menyimpan uang tersebut

dan membelanjakannya besok, minggu depan atau bulan depan. Tentu saja uang

adalah penyimpan nilai yang tidak sempurna, jika harga meningkat jumlah yang

bisa dibeli dengan jumlah uang tertentu akan turun. Namun begitu, orang

memegang uang karena mereka bisa membelanjakannya untuk mendapatkan

barang dan jasa pada suatu saat di masa depan.

Sebagai unit hitung (unit of account), uang memberikan ukuran dimana

harga ditetapkan dan utang dicatat. Untuk menentukan harga sejenis barang

diperlukan uang sebagai satuan hitung. Dengan adanya satuan hitung, kita dapat

mengadakan perbandingan harga satu barang dengan barang lain. Sebagai media

pertukaran (medium of exchange), uang adalah apa yang kita gunakan untuk

membeli barang dan jasa. Kemudahan untuk mengubah uang menjadi sesuatu yang

(30)

2.2. Teori Permintaan Uang Klasik

Teori permintaan uang klasik bermula dari teori tentang jumlah uang yang

beredar dalam masyarakat (teori kuantitas uang). Teori ini tidak dimaksudkan untuk

menjelaskan mengapa seseorang atau masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih

pada peranan uang dalam perekonomian. Dengan sederhana Fisher dalam Waluyo

(2004) merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut :

PT

MV  (2.1)

dimana :

M = Jumlah uang beredar

V = Perputaran uang dari satu tangan ke tangan lain dalam satu periode

P = Harga barang

T = Volume barang yang diperdagangkan

Persamaan diatas menunjukkan bahwa nilai barang yang diperdagangkan

sama besarnya dengan jumlah uang beredar dikalikan kecepatan perputarannya.

Meskipun persamaan diatas tidak mencerminkan permintaan uang namun bisa diubah

bentuknya menjadi persamaan permintaan uang.

Pertama dengan mengganti volume barang yang diperdagangkan (T) dengan

output riil (Q), formulasi teori kuantitas menjadi :

Y PQ

MV   (2.2)

dimana :

(31)

V = Tingkat perputaran pendapatan (income velocity of money)

Dalam satu periode waktu tertentu (misalnya satu tahun), kuantitas barang

yang diperdagangkan jumlahnya tertentu. Dengan demikian kita bisa menganggap

bahwa besarnya nilai Q tidak berubah. Dalam keseimbangan (full employment) nilai

Q ini tidak juga berubah. Nilai V relatif tetap karena V mencerminkan tata cara suatu

masyarakat mempergunakan uang. Dengan sendirinya V hanya berubah kalau terjadi

perubahan kelembagaan seperti misalnya kebiasaan melakukan pembayaran serta

perubahan teknologi komunikasi. Konsekuensi dari kedua anggapan ini, maka M

hanyalah mempengaruhi P dan pengaruhnya proporsional. Artinya, kalau M naik dua

kali maka P juga akan naik dengan dua kali.

Kedua, versi yang dikemukakan oleh A. Marshall dari Cambridge University.

Dengan notasi yang sama, formulasi Marshall terlihat sebagai berikut :

M = k P Q (2.3)

= k Y dimana k = 1/V

Secara matematis formulasi Marshal ini sama dengan formulasi Irving Fisher,

namun implikasinya berbeda. Marshall memandang bahwa individu atau masyarakat

selalu menginginkan sebagian (proporsi) tertentu dari pendapatannya (Y) dalam

bentuk uang kas (dinyatakan dengan k). sehingga k Y merupakan keinginan individu

atau masyarakat akan uang kas (Md). Secara matematis dapat diformulasikan sebagai

berikut :

kY kPQ

(32)

dimana :

Md = permintaan uang kas

Dari formulasi ini kita mendapatkan perilaku permintaan uang menurut teori

Marshall, yang merupakan awal dari teori permintaan akan uang.

2.3. Teori Permintaan Uang Keynes

Keynes menerangkan mengapa seseorang memegang uang kas berdasarkan

kegunaan uang. Seperti kita ketahui, uang dapat berfungsi sebagai alat tukar

(transaksi) dan penyimpan kekayaan. Dalam teorinya tentang permintaan akan uang

kas, Keynes membedakan antara motif transaksi (dan berjaga-jaga) serta spekulasi.

Seseorang memerlukan uang karena dia akan melakukan transaksi dan untuk

brejaga-jaga (kalau sakit, musibah dan sebagainya yang pada akhirnya merupakan

kegiatan transaksi). Selain itu orang mau memegang uang karena motif spekulasi.

Dalam hal ini seseorang berusaha supaya hasil dari uang yang dipegang maksimum

dengan cara mengkombinasikan uang yang dipegang dalam bentuk kekayaan lainnya.

2.3.1. Permintaan Uang Transaksi

Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membiayai transaksi.

Transaksi ini sering terjadi tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan uang.

Pengeluaran ini seringkali tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu sehingga sangat

diperlukan adanya uang kas di tangan. Meskipun seandainya pengeluaran dan

(33)

diperlukan. Sebab penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi diterima atau

pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting perlu dilakukan sebelum penerimaan

datang, atau mungkin suatu transaksi yang memberikan keuntungan besar sangat

menarik untuk dilakukan sebelum penerimaan datang dan sebagainya.

Keynes mengatakan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini

tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan seseorang, makin besar

keinginan akan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat

pendapatannya tinggi biasanya melakukan transaksi lebih banyak dibanding

seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah. Ketergantungan

permintaan uang untuk transaksi terhadap pendapatan ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Mt L1

0 (Y/P)

Gambar 2.1 Permintaan Uang Untuk Transaksi

Permintaan uang untuk transaksai riil ditunjukkan dengan L1. Terlihat

(34)

keperluan transaksi (Mt). hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dengan

pendapatan riil (Y/P) tidak selalu linier. Berbeda dengan kaum klasik, Keynes lebih

menekankan analisisnya pada motif spekulasi yaitu peranan tingkat bunga dalam

menetukan permintaan uang untuk spekulasi.

2.3.2. Permintaan Uang Spekulasi

Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas

yang lebih dari kebutuhannya untuk keperluan transaksi. Namun demikian Keynes

memfokuskan analisisnya pada permintaan uang untuk spekulasi. Menurut Keynes,

orang bersedia memegang uang melebihi kebutuhan untuk transaksi. Hal ini karena

uang merupakan salah satu bentuk kekayaan. Uang kas yang disimpan ini memenuhi

fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan (store of value). Dalam istilah yang

lebih modern sering disebut permintaan uang untuk penimbun kekayaan (asset

demand for money).

Besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini ditentukan oleh

perbandingan hasil dari bentuk kekayaan yang lain. Misalnya ada dua bentuk

kekayaan, Uang (Money M) dan Obligasi (Bond B), apabila memegang uang, maka

hasil yang diperoleh tidak ada namun memperoleh kemudahan untuk melakukan

transaksi. Dengan memegang obligasi seseorang akan memperoleh bunga. Dengan

demikian semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah keinginan masyarakat

memegang uang kas. Alasanya, pertama apabila tingkat bunga naik berarti ongkos

(35)

orang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyarakat akan uang kas akan

makin kecil, sebaliknya makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan

masyarakat untuk memegang kas. Kedua, hipotesis Keynes bahwa masyarakat

menganggap akan adanya tingkat bunga “normal” berdasarkan pengalaman, terutama

pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu

tingkat bunga yang menyebabkan masing-masing orang bersikap indifferent (tidak

acuh) apakah ia akan memegang uang atau obligasi. Selain itu, setiap terjadi

perubahan atau penyimpangan, tingkat bunga diharapkan akan kembali ke tingkat

bunga normal ini. Jadi, apabila tingkat bunga kenyataanya berada diatas tingkat

normal, maka masyarakat mengharapkan tingkat bunga tidak akan naik lagi, bahkan

diperkirakan akan turun atau kembali ke tingkat bunga normal. Apabila suatu saat

tingkat bunga berada diatas tingkat bunga normal maka seluruh uang yang

dialokasikan untuk spekulasi akan diwujudkan dalam bentuk obligasi dan pada

tingkat uang berada dibawah tingkat bunga normal ia akan memegang uang kas

seluruhnya. Hubungan antara tingkat bunga normal dengan jumlah uang yang

(36)

r

r* A

0 Ms Msp

Gambar 2.2 Permintaan Uang Dengan Tingkat Bunga Normal

Misalnya tingkat bunga normal adalah r*. pada tingkat bunga yang terjadi

lebih tinggi dari r*, uang yang dipegang akan berupa obligasi (sehingga Ms, jumlah

uang untuk spekulasi nol), sedangkan pada tingkat bunga di bawah r* seluruh uang

untuk spekulasi dipegang dalam bentuk kas (Ms banyak). Pada tingkat bunga sama

dengan r* maka ia tidak acuh apakah memegang kas atau obligasi (dalam grafik

dicerminkan oleh segi empat Or*AMs).

Permintaan uang untuk spekulasi oleh seseorang (individu) berbentuk patah

seperti pada Gambar 2.2. Hal ini karena harapan mengenai suku bunga yang akan

terjadi sudah pasti. Pada suku bunga di atas r* harapan untuk memperoleh

“keuntungan (gain)” dari obligasi positif, sehingga orang mengalokasikan uangnya

(37)

saat suku bunga dibawah atau lebih rendah dari r* harapan memperoleh keuntungan

dari obligasi negatif sehingga orang lebih senang memegang uang daripada

memegang obligasi. Pada r < r*, banyaknya uang yang dipegang untuk spekulasi

sama dengan total kekayaan. Pada saat r = r* harapan memperoleh keuntungan dari

obligasi sama dengan nol sehingga orang bersikap acuh tak acuh apakah memegang

kas atau obligasi.

Obligasi adalah surat berharga yang memberikan hasil (return r) yang tetap

jumlahnya. Nilai sekarang (present discounted value, PDV) dari r (selama memegang

obligasi) ini merupakan harga sekarang dari obligasi. Nilai sekarang dari suatu

penerimaan yang akan diterima di masa mendatang besarnya berbanding terbalik

dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin rendah PDV

dari r maka semakin rendah harga sebuah obligasi. Dengan demikian apabila tingkat

bunga berada diatas tingkat bunga normal, orang berharap tingkat bunga akan turun

(harga obligasi naik), orang lebih baik memegang obligasi. Demikian sebaliknya

apabila tingkat bunga kenyataanya dibawah normal, masyarakat akan memperkirakan

tingkat bunga akan naik kembali pada tingkat bunga normal tersebut. Harga surat

berharga diperkirakan akan turun (sebab tingkat bunga naik) sehingga mereka akan

menjual surat berharga dan dengan demikian keinginan memegang uang kas naik.

Ketergantungan permintaan uang kas untuk spekulasi terhadap tingkat bunga

ditunjukkan pada Gambar 2.3 yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara

(38)

r

L2

0 Msp

Gambar 2.3 Permintaan Uang Untuk Spekulasi

Untuk suatu perekonomian dianggap bahwa terdapat suatu rentang (range)

suku bunga normal. Tiap orang memiliki harapan berbeda mengenai seberapa besar

laju perubahan suku bunga menuju normal. Dengan kata lain tiap orang memiliki

harapan memperoleh keuntungan dari obligasi dengan tingkat yang berbeda-beda.

Pada umumnya semakin rendah suku bunga semakin besar orang berharap suku

bunga akan naik. Dengan kata lain semakin banyak orang ingin memegang uang

(menjual obligasi). Demikian sebaliknya pada tingkat bunga yang tinggi. Permintaan

uang untuk spekulasi akan berupa kurva dengan slope negatif seperti pada Gambar

(39)

r

rL

0 Msp

Gambar 2.4 Liquidity Trap

Gambar 2.4 menunjukkan adanya apa yang oleh Keynes disebut liquidity trap

bagian horizontal dari permintaan uang kas pada tingkat bunga rL. Liquidity trap

menggambarkan bahwa pada tingkat bunga yang begitu rendah (menurut ukuran

pengalaman-penalaman masa lalu), elastisitas permintaan uang kas menjadi tak

terhingga besarnya. Masyarakat tidak akan memegang surat berharga pada tingkat

bunga ini (rL) karena masyarakat memperkirakan bahwa dikemudian hari tingkat

bunga akan naik sebab tingkat bunga rL sudah begitu rendah tidak mungkin turun

lagi. Dengan kata lain setiap orang akan mengharapkan harga surat berharga akan

turun di masa datang sehingga tidak ada seorangpun yang mau membeli surat

berharga sekarang, semuanya menghendaki uang kas. Secara matematis, permintaan

uang total ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

W r l kY P

M/ )d ( )

(40)

dimana Mt = k Y untuk tujuan transaksi (besarnya tergantung pendapatan) dan Ms =

1(r) W = permintaan uang spekulasi.

Permintaan uang total merupakan permintaan uang riil. Karena analisa

Keynes adalah analisa jangka pendek, maka W dianggap tetap tidak berubah sehingga

dapat dituliskan sebagai berikut : (M/P)d = k Y + 1(r). Dengan demikian Keynes telah

memasukkan tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan uang.

Kenyataanya, sampai saat ini arti pentingnya tingkat bunga dalam mempengaruhi

permintaan uang masih diterima oleh banyak ahli bahkan dalam perkembangan

selanjutnya tingkat bunga juga mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan

transaksi.

r L1

rL L2

Md (L1 + L2)

0 Mt (L1) Md

(41)

2.4. Teori Permintaan Uang Friedman

Teori permintaan uang Friedman ini dikenal dengan "restatement" of the

quantity theory (penegasan kembali tentang teori kuantitas). Friedman menyatakan

bahwa uang pada prinsipnya merupakan salah satu bentuk kekayaan. Permintaan uang

(mirip dengan permintaan akan suatu barang) tergantung pada tiga hal, yaitu: (a) total

kekayaan yang dimiliki, dalam segala macam bentuk kekayaan ini merupakan kendala

anggaran (budget constraint) dalam perilaku konsumen; (b) harga dan keuntungan

(return) dari masing-masing bentuk kekayaan; dan (c) selera dan preferensi pemilik

kekayaan. Analisis Friedman bertitik-tolak pada keuntungan marginal dari proses

substitusi antar bentuk kekayaan seperti uang, obligasi, saham, surat berharga dan

bentuk kekayaan yang lain (baik manusiawi maupun non manusiawi).

Dalam definisinya yang paling luas, kekayaan seseorang adalah seluruh

sumber "pendapatan" atau jasa yang dapat dikonsumsi. Salah satu bentuk kekayaan

ini adalah kapasitas produktif dari manusia. Dengan demikian bentuk kekayaan yang

pertama yang dapat dimiliki seseorang adalah kapasitas produksi manusia (sumber daya

manusia). Kapasitas manusia berhubungan erat dengan besarnya harapan memperoleh

penghasilan di masa depan. Dengan demikian semakin kaya seseorang harapan

pendapatan di masa depan semakin besar. Apabila kekayaan adalah W, pendapatan

adalah y dan suku bunga adalah r; maka W = y/r menunjukkan nilai sekarang dari

pendapatan di masa depan. Bila W P maka YP akibatnya jumlah uang yang dipegang

(42)

Keuntungan dalam memegang uang berupa kemudahan dalam melakukan

transaksi. Secara riil, besarnya keuntungan memegang uang ini dipengaruhi oleh

volume barang yang ditransaksikan. Untuk per unit uang yang dipegang, volume barang

yang dapat ditransaksikan ditentukan oleh harga barang, P. Dengan demikian

keuntungan memegang uang tergantung tingkat harga, P.

Obligasi (Bond, B), misalnya obligasi berperiode tidak terbatas (perpetual),

merupakan surat hak memperoleh pendapatan sejumlah nominal tertentu setiap

periode dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Keuntungan memiliki obligasi dapat

berbentuk dua macam, yaitu: penerimaan per periode yang nilai nominalnya tetap dan

perubahan harga obligasi (bisa kenaikan maupun penurunan). Dengan demikian

besarnya keuntungan memegang senilai satu rupiah obligasi dapat ditulis sebagai rb -

(l/rb).(drb/dt).

Seperti Obligasi, Saham (Equity, E) dianggap sebagai hak memperoleh aliran

pendapatan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Keuntungan memiliki saham

dapat berbentuk tiga macam, yaitu: sejumlah uang nominal konstan (tertentu) setiap

tahun (apabila tidak terdapat perubahan tingkat harga umum, P) besarnya tergantung

deviden yang diberikan oleh perusahaan, kenaikan atau penurunan nilai nominal

akibat perubahan harga, dan perubahan harga saham (dapat terjadi akibat perubahan

tingkat bunga maupun tingkat harga). Secara ringkas, keuntungan memegang setiap

satu rupiah saham dapat ditulis menjadi re + (l/P)(dP/ dt)- (l/re).(dre/dt).

Bentuk kekayaan fisik memberikan aliran keuntungan yang tidak berupa uang

(43)

barang dan jasa konsumsi ini dapat dinilai sesuai dengan perkembangan harga. Dengan

demikian keuntungan memegang setiap rupiah bentuk kekayaan fisik adalah

perubahan harga, (l/P)(dP/dt).

Selanjutnya, bentuk kekayaan yang lain adalah kekayaan yang bersifat

manusiawi (human wealth). Di dalam perekonomian modern tanpa adanya

perbudakan, menilai kekayaan manusiawi tidak mudah. Tidak mudah menentukan

harga pasar dari pertukaran antara kekayaan manusiawi dengan non manusiawi.

Salah satu cara untuk menentukan nilai kekayaan manusiawi ini adalah dengan

mengandaikan adanya kontrak penyerahan sejumlah aliran jasa dari tenaga kerja

pada periode tertentu dengan imbalan pendapatan uang. Selanjutnya nilai pasar

kekayaan manusiawi bukan sebesar aliran uang ini namun sebesar investasi yang

harus dilakukan supaya seseorang mampu menghasilkan aliran pendapatan tersebut.

Dengan kata lain nilai kekayaan manusiawi ini dinilai sebesar kekayaan

non-manusiawi yang harus diinvestasikan (dialihkan) menjadi kekayaan non-manusiawi.

Dalam bentuknya yang demikian kekayaan manusiawi tidak dapat dinilai dalam

artian harga pasar. Untuk setiap waktu tertentu komposisi kekayaan seseorang selalu

terdiri atas kekayaan manusiawi dan non-manusiawi. Komposisi ini mungkin saja

berubah-ubah, namun pada suatu titik waktu dianggap konstan. Dengan demikian,

apabila w merupakan rasio antara kekayaan non-manusiawi dengan kekayaan

manusiawi, atau rasio antara aliran pendapatan dari kekayaan non-manusiawi dengan

aliran pendapatan dari kekayaan manusiawi, w ini mencerminkan rasio antara

(44)

cerminan besar kecilnya kekayaan manusiawi yang perlu diperhitungkan di dalam

analisis permintaan uang.

Preferensi seseorang dalam memegang berbagai bentuk kekayaan, u, sama

pengertiannya dengan preferensi seseorang dalam memilih mengkonsumsi suatu barang.

Dengan demikian u ini bisa langsung diterima sebagai salah satu variabel penentu besar

kecilnya jumah uang yang diminta. Dari uraian di atas, fungsi permintaan uang dapat

dituliskan sebagai berikut:

)

2.5. Teori Baumol dan Tobin

Baumol menggunakan pendekatan teori penentuan persediaan barang yang

biasa dipakai dalam dunia usaha. Baumol menganalisa tingkah laku individu (rumah

tangga maupun perusahaan) dan menganggap pendapatan mereka diterima sekali

misalnya tiap bulan namun individu tersebut harus membelanjakannya sepanjang

(45)

penghasilan tadi dibelanjakan merata setiap saat selama periode pendapatannya.

Masalahnya adalah penentuan berapa besarnya uang kas yang harus dipegang setiap

saat yang mana ongkosnya paling rendah. Hal ini mengingat bahwa kekayaan

individu itu selain berupa uang kas dapat berupa surat berharga yang menghasilkan

bunga, serta adanya ongkos untuk menukarkan surat berharga tersebut dengan uang

kas (Nopirin : 2000).

Penentuan jumlah uang kas optimum yang memiliki ongkos paling rendah

dapat dijelaskan sebagai berikut, misalkan T = nilai riil pendapatan selama satu

periode, juga besarnya nilai rill transaksi selama satu periode, r = tingkat bunga

(tetap setiap periode), b = ongkos perantara yang besarnya tetap, tidak tergantung

pada besarnya transaksi, dan c = nilai riil surat berharga yang ditukarkan dengan uang

kas setiap kali, atau besarnya uang kas yang diambil dari tabungan setiap kali

seandainya semua pendapatan ditabung.

Jadi besarnya transaksi selama satu bulan (apakah itu menjual surat berharga

atau mengambil tabungan di bank) adalah (T/C), yakni jumlah pendapatan dibagi

dengan besarnya uang kas yang setiap saat akan dipegang. Ongkos atau biaya

perantara adalah sebesar bT/C. Karena individu tersebut memegang uang kas sebesar

C setiap periode dan dibelanjakan secara merata selama satu periode dan menjual

surat berharga (atau mengambil tabungan) lagi manakala uang kasnya (C) habis,

maka rata-rata jumlah uang kas yang dipegang setiap saat sebesar (C/2). Dengan

(46)

2

rC C bT

TC   (2.7)

Jumlah uang kas (C) yang optimal, dimana biaya totalnya paling rendah

(minimum) dapat diperoleh dengan mencari turunan pertama persamaan diatas

terhadap C dan hasil turunan ini disamakan dengan nol :

0

Hasil inilah yang sering disebut rumus akar (square root formula) dari

Baumol, yakni besarnya uang kas yang diinginkan oleh individu proporsional

terhadap akar dari nilai transaksi dan berbanding terbalik dengan akar tingkat bunga.

Apabila kita asumsikan bawha rata-rata uang kas yang ditahan setiap saat sebesar C/2

maka persamaan permintaan akan uang kas riil (Md/P) yang dapat diperoleh dari

analisa Baumol adalah :

r

Baumol telah menunjukkan bahwa tingkat permintaan uang kas untuk tujuan

transaksi itu tergantung pada tingkat bunga. Dengan cara yang lain James Tobin

menganalisa ketergantungan ini. Menurut Tobin, ketidakbersamaan antara

pengeluaran dan penerimaan penghasilan memaksa individu untuk menyediakan alat

pembayar guna membiayai transaksinya. Namun tidak berarti bahwa alat pembayar

ini harus berupa uang kas, dapat berupa sebagian surat berharga yang memberikan

(47)

transaksi menukarkan surat berharga manakala alat pembayar yang berupa uang kas

habis. Besarnya alat pembayar yang diwujudkan uang kas tergantung dari besarnya

tingkat bunga surat berharga serta biaya transaksi untuk menukarkan surat berharga

tersebut. Apabila tingkat bunga tinggi (dibanding dengan biaya transaksi) maka

individu tersebut akan mengurangi alat pembayaran berupa uang kas dan

memperbanyak surat berharga. Sebaliknya apabila tingkat bunga rendah (dibanding

dengan biaya transaksi) maka individu tersebut akan memperbanyak uang kas.

2.6. Faktor Penentu Permintaan Uang

a. Model Dasar Permintaan Uang

Model permintaan uang bertujuan untuk mengembangkan pengertian tentang

faktor-faktor penentu permintaan uang, fungsi uang sebagai alat tukar, dan

optimalisasi jumlah permintaan uang. Karakteristik permintaan uang menjelaskan

hubungan permintaan uang dengan jumlah transaksi dan biaya memegang uang.

Respons permintaan uang terhadap rencana transaksi, biaya memegang uang atau

tingkat bunga dan inflasi merupakan pusat perhatian dari analisis permintaan uang.

Model dasar permintaan uang riil memperhatikan tujuan individu untuk

memegang uang, yaitu tujuan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Model dasar

permintaan uang diformulasikan sebagai berikut:

) , ( t t

t

t L y R

P M

 (2.6.1)

dimana:

(48)

M = permintaan uang nominal,

P = tingkat harga umum,

L = likuiditas,

y = pendapatan riil, dan

R = tingkat bunga nominal.

Dari model dasar ini diketahui bahwa Ly > 0 dan LR < 0, artinya permintaan

uang naik jika pendapatan riil naik dan permintaan uang turun jika tingkat bunga

nominal naik. Individu atau rumah tangga ingin memaksimalkan utilitas memegang

uang sampai waktu tak terhingga, sehingga fungsi utilitas memegang uang adalah

...

Peningkatan konsumsi dan leha-leha akan meningkatkan utilitas [uc, ul > 0],

dan utilitas marginal dari konsumsi dan leha-leha semakin kecil [ucc dan ull < 0].

Rumahtangga dapat meminjam atau memberi pinjaman sebesar obligasi B dengan

tingkat bunga nominal [R]. Jika B > 0 maka rumahtangga memberi pinjaman dan jika

B < 0 maka rumahtangga meminjam. Oleh sebab itu kendala anggaran rumahtangga

pada periode [t] adalah

(49)

Komponen sebelah kiri persamaan merupakan jumlah sumber dana, yaitu

pendapatan nominal periode [t], saldo kas nominal periode [t - 1], dan obligasi

periode [t - 1] dan komponen sebelah kanan persamaan merupakan jumlah

penggunaan dana, yaitu konsumsi nominal periode [t], saldo kas nominal periode [t]

dan obligasi periode [t]. Pengaturan kendala anggaran rumahtangga pada perriode [t +

1] adalah

Eliminasi obligasi [Bt] dari kendala anggaran rumahtangga karena tujuan

membahas masalah permintaan uang bukan permintaan obligasi dengan

menggunakan proses iteratif sebagai berikut:

t

Persamaan (2.6.5) disebut kendala anggaran intertemporal atau intertemporal

budget constraint, yaitu kendala anggaran setiap periode sampai periode

takberhingga. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa peningkatan harga akan

meningkatkan permintaan uang nominal untuk mengimbangi jumlah konsumsi atau

(50)

berhubungan positip dengan permintaan uang riil [mt]. Permintaan leha-leha

dirumuskan sebagai berikut:

) , ( t t

t c m

l  (2.6.6)

Tujuan dari rumahtangga pada periode [t] adalah menentukan [ct] dan [mt]

dengan maksimisasi fungsi utilitas:

...

Fungsi lagrange dari optimalisasi utilitas rumahtangga persamaan (2.6.7) dan

kendala persamaan (2.6.5) adalah

...

First-order condition [FOC] dari (2.6.8) terhadap ct dan Mt akan

menghasilkan persamaan konsumsi riil dan permintaan stok uang nominal, yaitu:

0

Eliminasi [Pt] dari persamaan (2.6.9A) dan (2.6.9B) ini akan menghasilkan

(51)

akan menghasilkan persamaan-persamaan berikut:

1

Substitusi persamaan (2.6.12A) dan (2.6.12D) ke (2.6.10A) dan (2.6.10B)

(52)

Persamaan (2.6.13) menjelaskan bahwa respons permintaan stok uang riil

terhadap konsumsi riil adalah positip, sebaliknya respons terhadap biaya memegang

uang atau tingkat bunga nominal adalah negatip, dengan syarat nilai [1 - ]   .

Perubahan konsumsi mempunyai efek langsung dan lebih kuat pada utilitas

dibandingkan dengan efek tidak langsung dari leha-leha. Artinya peningkatan utilitas

rumahtangga akan lebih tinggi akibat peningkatan konsumsi dibandingkan dengan

peningkatan leha-leha. Substitusi (2.6.13) ke hasil derivasi parsial (2.6.10A) dan

(53)

t

Komponen pertama kiri persamaan (2.6.14A) menjelaskan utilitas yang

tersedia untuk tambahan satu unit konsumsi dan komponen kedua menjelaskan

utilitas yang tersedia untuk tambahan satu unit leha-leha. Komponen kanan

persamaan menjelaskan utilitas marginal netto dari konsumsi, yaitu utilitas yang

diperoleh secara langsung akibat peningkatan satu unit konsumsi dikurang biaya dari

leha-leha. Komponen kiri persamaan (2.6.14B) menjelaskan utilitas marginal dari

satu unit leha-leha dikali unit leha-leha dari memegang uang riil. Komponen kanan

menjelaskan utilitas marginal netto dari satu unit uang atau utilitas marginal satu unit

lesiure dari memegang uang sama dengan utilitas marginal dari satu unit uang dikali

pendapatan bunga per unit uang.

b. Pengembangan Model Permintaan Uang

Unsur ketidakpastian menyebabkan individu menentukan keputusan untuk

memegang stok uang kas dan aktiva keuangan lainnya, yaitu obligasi, saham, deposit

dan pinjaman sistem perbankan pada periode tertentu. Individu membagi endowment

nominal [y] dalam bentuk kas [Mt] dan aktiva keuangan lainnya [Bt]. Periode [t + 1]

dan [t + 2] mengandung unsur ketidakpastian dalam konsumsi, sehingga expektasi

utilitas maksimum adalah :

(54)

dimana:

q = probabilitas mengkonsumsi periode [t + 1], dan

1 - q = probabilitas mengkonsumsi periode [t + 2].

Konsumsi periode [t + 1] adalah Mt / Pt+1, konsumsi periode [t + 2] adalah

[Mt + Bt  (1 + R)] / Pt+2 dan tingkat bunga nominal [R]. Persamaan (2.6.15) dapat

ditulis kembali dalam bentuk persamaan:

2

lagrange dari ekspektasi utilitas dan FOC masing-masing adalah

(55)

Individu atau rumahtangga diasumsikan constant relative risk aversion

[CRRA] sehingga fungsi utilitas individu:

dapat ditulis dalam bentuk:

(56)

Persamaan (2.6.19A) dan (2.6.19B) masing-masing menjelaskan permintaan

uang untuk tujuan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi obligasi dan aktiva keuangan

lainnya. Nilai probabilitas adalah 0  q  1 dan individu atau rumah tangga enggan

risiko [  1] sehingga respons permintaan uang untuk berjaga-jaga dan transaksi

terhadap inflasi [] dan tingkat bunga nominal [R] adalah negatip. Respons

permintaan uang untuk spekulasi obligasi atau aktiva keuangan lainnya terhadap

tingkat bunga nominal [R] adalah negatip dan respons terhadap inflasi [] adalah

positip. Respons positip dari permintaan uang untuk spekulasi obligasi atau aktiva

keuangan lainnya terhadap inflasi disebut Tobin’s effect. Oleh sebab itu unsur

ketidakpastian dan preferensi mengkonsumsi individu atau rumahtangga akan

menentukan permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Menurut

persamaan (2.6.19A) dan (2.6.19B), elastisitas permintaan uang untuk transaksi,

(57)

Dari uraian diatas diperoleh hasil bahwa permintaan uang nominal ditentukan

oleh tingkat pendapatan (PDB) suku bunga (SBI) dan tingkat harga (INFLASI).

Dengan demikian peneliti menyajikan model sebagai berikut :

t t

t

t PDB SBI INFLASI

M1 0 1 2 3

(2.6.20)

c. Model Permintaan Uang Secara Empiris

Fungsi permintaan uang secara empiris tidak hanya ditentukan oleh

permintaan uang setiap periode akan tetapi juga ditentukan oleh unsur ketidakpastian

terhadap tingkat bunga dan tingkat harga. Adanya unsur ketidakpastian

mengakibatkan penyesuaian terhadap permintaan uang, yaitu:

)]

 merupakan ukuran dari kecepatan penyesuaian atau speed of adjustment. Perbedaan

permintaan uang dari periode [t + 1] dan [t - 1] mengakibatkan model permintaan

uang riil secara empiris dari persamaan (2.6.13) adalah

)

Substitusi (2.6.22) ke (2.6.21) dengan asumsi bahwa ekspektasi permintaan

uang riil [mte] sama dengan (2.6.22), yaitu model permintaan uang riil secara empiris

merupakan model autoregression:

(58)

(1)log(mt1) (2.6.23)

Persamaan (2.6.23) dapat ditaksir dengan OLS atau dengan berbagai teknik

ekonometrika lainnya. Jika terjadi penyesuaian penuh maka nilai  = 1 dan model

permintaan uang riil sama dengan (2.6.22), sebaliknya jika individu atau rumahtangga

tidak dapat melakukan penyesuaian penuh maka model permintaan uang riil (2.6.22)

berbeda dengan (2.6.23), atau permintaan uang tidak pasti.

R

M = P m[R, y, c]

M

Gambar 2.6 Faktor-faktor Penentu Permintaan Uang

Model empiris permintaan uang nominal atas menunjukkan tiga faktor

penting penentu permintaan uang riil, yaitu tingkat pendapatan riil, tingkat konsumsi

riil, dan tingkat harga umum. Peningkatan pendapatan riil, konsumsi riil rumah

tangga dan tingkat harga umum akan meningkatkan skedul permintaan uang.

Sebaliknya penurunan pendapatan riil, konsumsi riil dan harga umum akan

Gambar

Gambar 2.1  Permintaan Uang Untuk Transaksi
Gambar 2.2  Permintaan Uang Dengan Tingkat Bunga Normal
Gambar 2.3  Permintaan Uang Untuk Spekulasi
Gambar 2.4 menunjukkan adanya apa yang oleh Keynes disebut liquidity trap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang signifikan dari variabel TSB2 menunjukkan bahwa pola menabung masyarakat pada bank syariah di Sumatera Utara dalam jangka pendek dan panjang masih sangat dipengaruhi

“Determinan Inflasi Indonesia : Jangka Panjang dan Pendek”.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.. “Mandiri

Sumber: Lampiran 11 1. Dapat disimpulkan bahwa secara individu dalam jangka pendek variabel inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan uang di

1) Variabel suku bunga dalam jangka pendek maupun jangka panjang menunjukkan hasil positif dan signifikan terhadap investasi asing di Jawa Tengah selama penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan pada analisis jangka panjang maupun jangka pendek, untuk pengujian secara simultan semua variabel independen yaitu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel produksi kedelai dalam jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh negatif signifikan terhadap impor kedelai di Indonesia;

Karena nilai koefisien Inflasi dalam jangka panjang maupun jangka pendek menunjukkan positif dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka dapat

Sumber: Lampiran 11 1. Dapat disimpulkan bahwa secara individu dalam jangka pendek variabel inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan uang di