• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan Modal Sosial Pasca Masuknya Industri Di Pedesaan (Studi Deskriptif: Masuknya PT. Tirta Sibayakindo Di Desa Daulu Kec, Berastagi )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keberadaan Modal Sosial Pasca Masuknya Industri Di Pedesaan (Studi Deskriptif: Masuknya PT. Tirta Sibayakindo Di Desa Daulu Kec, Berastagi )"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

KEBERADAAN MODAL SOSIAL (SOCIAL CAPITAL) PASCA

MASUKNYA INDUSTRI DI PEDESAAN

(STUDI DESKRIPTIF: MASUKNYA PT. TIRTA SIBAYAKINDO DI DESA DAULU KEC, BERASTAGI)

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH

KRISTIANI BARUS

040901028

DEPERTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

MEDAN

(2)

ABSTRAK.

Pertumbuhan industri di Indonesia sangat persat dan tak dapat dipungkiri lagi bahwa pertumbuhan industri itu membawa perubahan-perubahan pada masyarakat di sekitar industri. Industri membawa perubahan-perubahan pada masyarakat baik itu bersifat negatif maupun positif bagi orang-orang yang berada di sekitarnya, apalagi masyarakat pedesaan, yang pada awalnya hanya mengenal pertanian sebagai suatu mata pencaharian dan memegang nilai-nilai sosial budaya yang dipegang teguh. Perubahan yang terjadi dapat berupa perbaikan sarana-sarana transportasi, terbukanya lapangan kerja baru, munculnya sektor informal, dan lain-lain. Disamping itu tidak tertutup pula munculnya kecemburuan sosial, pencemaran lingkungan, kriminalitas dan disentegrasi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberadaan modal sosial masyarakat Desa Daulu pasca masuknya industri PT. Tirta Sibayakindo di Desa Daulu Kec, Berastagi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif karena penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Dalam hal ini, data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, pengamatan tak berstuktur, didukung dengan pencatatan dokumen yang berasal dari jurnal dan surat kabar. Penelitian ini dilakukan di Desa Daulu kec, Berastagi. Adapun yang menjadi informan penelitian ini terdiri atas informan kunci yakni tokoh adat, dan orang-orang yang sudah lama tinggal di Desa Daulu dan informan tambahan yakni anggota masyarakat yang tinggal di Desa Daulu.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus sang juru selamat

pribadiku yang telahmencurahkan kasih karuniaNya pada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dengan judul

Keberadaan Modal Sosial Pasca Masuknya Industri Di Pedesaan (Studi

Deskriptif: Masuknya PT. Tirta Sibayakindo Di Desa Daulu Kec, Berastagi )”.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki selama penulisan dan

pelaksanaaan penelitian sampai dengan selesainya penyusunan skripsi ini, oleh

karena itulah penulis memperoleh bantuan dari banyak pihak. Dan dengan segala

kerendahan hati ijinkan penulis menghanturkan terimakasih dan penghargaan yang

tulus teristimewa kepada orang tua penulis Alm Drs. Ruben Barus dan Riani Tarigan

yang selalu memberikan kasih sayang yang tak ternilai, dorongan, doa dan

pengorbanan yang tidak henti-hentinya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana dari

Depertemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, kritikan, saran,

motivasi, serta dukungan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

menyampaikan banyak terima kasih kapada semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak-pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis, seperti: Bapak Prof.

DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP USU, Bapak Prof. DR. Badaruddin,

M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi, Bapak Henri Sitorus, S. Sos., M.Sc sebagai

Dosen pembimbing penulis, Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku Sekretaris Departemen

Sosiologi Fisip USU, Ibu Dra. Lina Sudarwati, S.Sos, M.Si selaku Dosen wali

penulis, seluruh Dosen Sosiologi dan dosen FISIP USU yang telah memberikan

berbagai materi selama menjalani perkuliahan di FISIP USU. Ketiga saudari penulis

Elsi Dewael Barus, Amd, Leni Dora Barus dan Lidia Feni Barus. Yanti, Beni, Reni,

(4)

informan penelitian yang telah meluangkan waktu dan memberikan informasi yang

sesuai dengan permasalahan penelitian, sehingga dapat menjawab permasalahn

penelitian dan penulis dapat menyusun Laporan Penelitian yang berbentuk skipsi ini.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran, serta waktu

dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari skripsi ini

masih banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendaha hati sebagai manusia

biasa penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca.

Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat memiliki faedah bagi pembacanya.

Medan, Juni 2009

(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Lembar Persetujuan

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR DIAGRAM………. ix

DAFTAR TABEL……….ix

DAFTAR BAGAN………ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……… 1

1.2. Perumusan Masalah………... 7

1.3. Tujuan Penelitian………... 8

1.4. Manfaat Penelitian………. 8

1.5. Defenisi Konsep………. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori perubahan sosial………... 11

2.2. Industri Pedesaan dan perubahan Sosial yang diakibatkannya ……. 15

2.3. Modal Sosial………..….………..………. 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………... 33

3.2. Lokasi Penelitian………... 33

3.3. Unit Analisis Dan Informan………34

3.4. Teknik Pengumpulan Data………. 35

3.5. Interpretasi Data………..37

(6)

3.7. Keterbatasan Penelitian……….. 38

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………...40

4.1.1. Deskripsi Masyarakat Desa Daulu……….………….40

4.1.2. Gambaran Umum Desa Daulu………... 41

4.1.3. Komposisi Penduduk………..43

4.1.3.1. Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin……..43

4.1.3.2. Komposisi Penduduk berdasarkan Pendidikan………...44

4.1.3.3. Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian…45 4.1.3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan Suku Bangsa………46

4.1.3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan Agama……….48

4.1.4. Sarana dan prasarana…………..………... 48

4.1.4.1. Sarana Ekonomi……….49

4.1.4.2. Sarana Pendidikan……….50

4.1.4.3. Prasarana Ibadah………51

4.1.4.1. Prasarana Organisasi………..52

4.2. Keberadaan PT. Tirta Sibayakindo………53

4.2.1. Sejarah Pertumbuhan Industri PT. Tirta Sibayakindo………53

4.2.1.1. Visi Misi Perusahaan………..55

4.2.1.2. Bidang Usaha Perusahaan………...55

4.2.1.3. Tujuan Dan Sasaran Perusahaan……….55

4.2.2. Pandangan Masyarakat Setempat tentang PT. Tirta Sibayakindo………....55

4.2.2.1. Respon Positif Masyarakat Terhadap Industri…………56

4.3. Modal Sosial masyarakat lokal sebelum kehadiran PT. Tirta Sibayakindo………....62

4.3.1. Nilai tradisi dalam masyarakat lokal sebelum hadirnya PT. Tirta Sibayakindo…………..………..63

4.3.2. Kerja sama sebagai sebuah tradisi………..64

4.3.3. Solidaritas yang tinggi………66

(7)

4.3.5. Kelompok informal dalam masyarakat sebagai

penghubung persaudaraan dalam masyarakat………...70

4.4. Modal sosial masyarakat lokal pasca hadirnya

industri PT. Tirta Sibayakindo………73

4.4.1. Tumbuhnya Kelompok dan Jaringan pasca

kehadiran PT. Tirta Sibayakindo………75

4.4.2. Pudarnya kepercayaan sesama warga dan

Solidaritas dalam masyarakat setempat………...77

4.4.3. Tindakan kolektif dan kerjasama dalam

masyarakat Desa Daulu………..80

4.4.4. Menurunnya Tingkat Komunikasi antar penduduk dalam masyarakat Desa Daulu………..83

4.4.5. Kohesi (kepaduan) sosial ………...84

4.4.6. Hilangnya rasa percaya terhadap pemimpin

dalam masyarakat………...85

4.4.7. Perwujudan modal sosial melalui pranata arisan,

STM, dan perpulungan………..91

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan………..101

5.2. Saran………105

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin………...43

Diagram 4.2. Komposisi Penduduk berdasarkan Pendidikan ……….44

Diagram 4.3. Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ………..45

Diagram 4.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Suku Bangsa………...47

Diagram 4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ………..48

Diagram 4.6. Sarana Ekonomi……….49

DAFTAR TABEL Tabel 4.7. Prasarana Pendidikan……….50

Tabel 4.8. Prasarana Ibadah………51

Tabel 4.9. Prasarana Organisasi Sosial………...52

(9)

ABSTRAK.

Pertumbuhan industri di Indonesia sangat persat dan tak dapat dipungkiri lagi bahwa pertumbuhan industri itu membawa perubahan-perubahan pada masyarakat di sekitar industri. Industri membawa perubahan-perubahan pada masyarakat baik itu bersifat negatif maupun positif bagi orang-orang yang berada di sekitarnya, apalagi masyarakat pedesaan, yang pada awalnya hanya mengenal pertanian sebagai suatu mata pencaharian dan memegang nilai-nilai sosial budaya yang dipegang teguh. Perubahan yang terjadi dapat berupa perbaikan sarana-sarana transportasi, terbukanya lapangan kerja baru, munculnya sektor informal, dan lain-lain. Disamping itu tidak tertutup pula munculnya kecemburuan sosial, pencemaran lingkungan, kriminalitas dan disentegrasi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberadaan modal sosial masyarakat Desa Daulu pasca masuknya industri PT. Tirta Sibayakindo di Desa Daulu Kec, Berastagi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif karena penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Dalam hal ini, data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, pengamatan tak berstuktur, didukung dengan pencatatan dokumen yang berasal dari jurnal dan surat kabar. Penelitian ini dilakukan di Desa Daulu kec, Berastagi. Adapun yang menjadi informan penelitian ini terdiri atas informan kunci yakni tokoh adat, dan orang-orang yang sudah lama tinggal di Desa Daulu dan informan tambahan yakni anggota masyarakat yang tinggal di Desa Daulu.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu

mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem

mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda tapi saling mendukung (Spencer, 1895).

Oleh karena itu setiap masyarakat dalam hidupnya pasti mengalami perubahan.

Perubahan merupakan peristiwa yang terjadi secara terus menerus dan merupakan

karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

masyarakat dapat mengenai norma dan nilai-nilai sosial, norma-norma sosial,

pola-pola perikelakuan, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan,

lapisan-lapisan masyarakat dan sebagainya (Soekanto, 1982:303-304). Dengan demikian

bahwa perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat berupa perubahan sosial

maupun perubahan budaya, dimana satu dengan yang lainnya saling berkaitan.

Tumbuhnya industri di pedesaan juga menimbulkan perubahan dalam

masyarakat dimana hal ini menyebabkan daerah yang dulunya tidak mengenal

industri sebagai lapangan pekerjaan atau kehidupan, sekarang mempunyai

kemungkinan tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan

negatifnya, yang akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat.

Tumbuhnya industri di daerah pedesaan memunculkan perubahan bagi masyarakat

(11)

faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat saat ini terjadinya perubahan dalam

masyarakat desa kebanyakan datang dari luar masyarakat.

Menurut Suman (1987), bahwa ciri-ciri masyarakat desa adalah sebagai berikut:

1. Kehidupan warga desa yang cenderung kearah agama (Religion Trend).

2. Eratnya kehidupan kelompok/keluarga.

3. Pembagian kerja dikalangan warga desa tidak mempunyai batas-batas nyata.

4. Jalan pikiran yang irasional.

5. Lambat dalam menerima nilai-nilai baru dari luar, sehingga

perubahan-perubahan sosial tidak nampak dan tidak nyata.

6. Tergantung pada tanah.

7. Ditinjau dari sudut pemerintah, maka hubungan kepala Desa dengan

rakyatnya berlangsung tidak resmi. Sesuatunya di dadasarkan atas dasar

musyawarah.

8. Kehidupan gotong royon.

Industri yang muncul di daerah pedesaan memberi pengaruh yang besar bagi

masyarakat yang tinggal didaerah lingkungan sekitarnya, khususnya masyarakat lokal

yang tinggal di sekitar perusahaan. Pembangunan industri hanya akan dapat berjalan

dengan baik apabila ada dukungan dari berbagai faktor selain unsur teknologi industri

itu sendiri yaitu dukungan dari masyarakat dimana industri itu berada.

Pembinaan serta penyiapan masyarakat menjadi masyarakat industri hanya

dimungkinkan oleh pengetahuan yang luas serta mendalam tentang berbagai

(12)

itu perubahan dalam bidang tingkah laku, pranata sosial, ataupun sistem nilai yang

ada dalam kebudayaan mereka (Kuntowijoyo, 1983)

Masyarakat yang tinggal di pedesaan umumnya bermata pencaharian sebagai

petani. Pertemuan yang terjadi antara masyarakat agraris dan industri akan

melahirkan perubahan-perubahan yang relatif homogen menuju yang relatif

kompleks, baik itu dalam pola tingkahkah laku, pranata ataupun sistem budaya.

Pertemuan dua bentuk kebudayaan tersebut akan melahirkan kebudayaan, baik pada

pihak penerimaan industri ataupun pada perangkat industri yang datang ke sana, dan

ini akan membentuk masyarakat baru, masyarakat industri yang beraneka ragam suku

bangsa, kebudayaan serta keahlian dan pendidikan masyarakatnya.

Lingkungan alam yang ada disekitar merupakan sumber bagi kehidupan

manusia, sedangkan pengetahuan tentang teknologi mempunyai peran penting untuk

mengolah SDA. Dengan demikian, antara teknologi dengan lingkungan akan terjadi

interaksi atau saling berpengaruh, baik itu sifatnya positif, maupun negatif. Kemajuan

teknologi dan lingkungan di mana masyarakat itu berada akan membawa pengaruh

terhadap perkembangan pola kebudayaan masyarakat setempat. Hal ini biasanya

tercermin dalam pola-pola kehidupan yang membawa alternative baru pemecahan

masalah kehidupan. Dengan adanya industri masyarakat yang dahulunya tidak

mengenal industri sebagai lapangan pekerjaan, sekarang tumbuh menjadi daerah

industri dengan segala akibat yang dapat menimbulkan perubahan kehidupan

(13)

Kehadiran industri di suatu daerah tidak terlepas dari sumber daya alam yang

terkandung di daerah itu sebagai bahan mentah yang mau di olah menjadi produksi

tertentu. Namun dampak industri bukan hanya pada alam, tetapi kehadiran industri ini

akan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai budaya

dalam masyarakat di sekitar lokasi industri tersebut. Perubahan yang terjadi dapat

bersifat positif maupun bersifat negatif, yang bersifat positif misalnya perbaikan

sarana-sarana transportasi, membuka lapangan kerja baru, munculnya sektor

informal, dan lain-lain. Disamping itu tidak tertutup pula munculnya kecemburuan

sosial, pencemaran lingkungan, kriminalitas dan disentegrasi sosial.

Propinsi Sumatera Utara menjadi salah satu kawasan industri yang strategis di

Indonesia. Adanya berbagai potensi alam di daerah ini seperti arus air, kayu olahan,

batuan, minyak, gas, dan masih banyak lagi sumber daya alam memungkinkan

dibangunnya kantong-kantong industri. Salah satunya yang ada di Desa Daulu yang

merupakan daerah tempat berdirinya sebuah pabrik industri tempat pengolahan Air

Minum Dalam Kemasan (AMDK) yaitu PT. Tirta Sibayakindo. Secara geografis desa

ini terletak di wilayah Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera

Utara. Pemilihan lokasi pendirian PT. Tirta Sibayakindo di Desa Daulu dianggap

cocok dan strategis, disebabkan kondisi daerahnya yang mempunyai lahan yang

kosong dan luas serta mempunyai sumber daya alam yang dapat diolah oleh industri,

yakni sumber mata air yang terpancar dari pegunungan setempat.

Dilihat dari mata pencaharian kehidupan masyarakat Desa Daulu pada

(14)

Secara etnis penduduk di desa ini mayoritas suku Karo yang masyarakatnya memiliki

modal sosial dan keteraturan yang harus dipatuhi oleh masyarakatnya untuk dapat

dipatuhi oleh masyarakat yang tinggal di daerahnya.

Masyarakat Karo juga telah mengenal atau mempunyai adat istiadat sendiri

yang berbeda dengan adat yang lain. Masyarakat Karo mempunyai ciri khas sendiri

yang tidak dimiliki suku lain. Adat istiadat ini yang mengatur pergaulan hidup

masyarakat Karo sehari-hari. Karena adat itu merupakan norma-norma sosial yang

dijunjung tinggi oleh masyarakat dan mengatur tindak tanduk para warga masyarakat.

Dasar hidup masyarakat Karo adalah Daliken sitelu (tiga tungku perapian)

yang terdiri dari kalimbubu, sembuyak/ sukut dan anak bani yang merupakan suatu

kebutuhan bagi masyarakat Karo dalam kehidupannya, maka adat istiadat Karo yang

terkenal dengan merga silima, rakut sitelu, tutur siwaluh, benar-benar masyarakat

dalam kebudayaan dan adat istiadat Karo. Ketiga kelompok ini merupakan

perwujudan dari pemenuhan kebutuhan masyarakat Karo dalam hubungan sosialnya

dengan masyarakat. Akibatnya mulailah terjadi pengelompokan dalam kehidupan

bersama itu sesuai dengan fungsinya dalam masyarakat, khususnya masyarakat Karo.

Daliken sitelu merupakan sistem sosial bagi anggota masyarakat. Dalam

setiap pelaksanaan adat istiadat, ketiga kelompok masyarakat ini memegang peranan

yang sangat penting dalam setiap kehidupan sosial masyarakat Karo. Masing-masing

sudah memiliki fungsi dan batasan-batasan hubungan dalam berinteraksi dengan

sesama atau kelompok lainnya. Fungsi sosial dalam masyarakat Karo ini dapat dilihat

(15)

dan sepenanggunagan untuk bekerja bersama-sama (gotong royong) dalam

mengerjakan dan melaksanakan sesuatu.

Bentuk kepercayaan dalam masyarakat Karo dapat dilihat dalam bentuk saling

percaya antar sesama masyarakat. Jaringan sosial dalam masyarakat Karo didasari

oleh hubungan antar sosial antar individu yang diikat oleh rasa kepercayaan yang

kuat mampu memperkuat kerja sama dan rasa senasib sepenanggungan diantara

masyarakat. Sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) yang dipegang teguh, membuat

masyarakat Karo saling membantu dalam melaksanakan atau mengatasi suatu

masalah yang akan lebih mudah diselesaikan bersama-sama daripada bekerja sendiri.

Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Nilai

merupakan suatu ide, gagasan dan kepercayaan yang mejadi pedoman secara turun

temurun dan dipatuhi serta dianggap penting untuk dilaksanakan oleh kelompok

masyarakat. Pada masyarakat Karo norma dan nilai yang menyangkut aturan dalam

masyarakat Karo yang harus dipatuhi.

Pertemuan antara perangkat industri dengan masyarakat agraris yang

didatangi akan terjadi interaksi yang membawa perubahan-perubahan, baik dalam

tingkah laku individu, lembaga-lembaga sosial yang berkaitan dengan kehidupan

mereka, serta nilai-nilai yang menjadi kerangka acuan dalam hidupnya. Pertemuan

kedua pola kebudayaan ini melahirkan suatu proses, baik dilihat dari segi masyarakat

agraris yang bersangkutan, maupun dari perangkat industri yang datang menuju pada

terbentuknya masyarakat industri dengan masyarakat majemuk yang beraneka ragam

(16)

industri di daerah pedesaan akan memunculkan perubahan bagi masyarakat lokal

setempat. Perubahan sosial itu sendiri terjadi dalam masyarakat, maupun terjadi

karena faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat saat ini terjadinya perubahan

dalam masyarakat desa, kebanyakan datang dari luar masyarakat.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan diatas maka penelitian ini

dimaksudkan untuk melihat perubahan yang muncul di Desa Daulu. Di daerah ini

berdiri salah satu perusahaan industri yaitu PT. Tirta Sibayakindo. Kehadiran industri

di daerah pedesaan dipastikan memberi pengaruh yang besar bagi masyarakat yang

tinggal di daerah lingkungan sekitarnya atau bagi masyarakat lokal di sekitar

perusahaan. Industri yang tumbuh didaerah ini memberikan pengaruh bagi sistem

sosial setempat yang memiliki ciri khas tersendiri sebagai masyarakat Karo, seperti

sangkep nggeluh yang bermakna tolong menolong antar sesama warga. Sehingga

penelitian ini akan menemukan keberadaan modal sosial masyarakat setempat pasca

masuknya industri di Desa Daulu.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah keberadaan modal sosial pasca masuknya industri PT. Tirta

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keberadaan modal sosial masyarakat setempat pasca

masuknya industri PT. Tirta Sibayakindo

2. Untuk mengetahui bagaimana perubahan nilai-nilai dalam masyarakat Karo

pasca masuknya industri PT. Tirta Sibayakindo

1.4Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi

mahasiswa khususnya bagi mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan

sumbangan bagi ilmu sosial dan masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis

melalui penelitian ini, meningkatkan wawasan kepada peneliti tentang apa

saja pengaruh industri terhadap masyarakat sekitar, terutama dengan

munculnya PT. Tirta Sibayakindo terhadap social capital masyarakat sekitar.

1.5Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak

(18)

suatu gejala. Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian konsep juga

berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta

menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian.

Konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah:

a) Industri

Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan

barang-barang yang homogen atau barang-barang yang memiliki sifat saling

mengganti yang sangat erat.

b) PT.Tirta Sibayakindo

Merupakan salah satu perusahaan AMDK (AIR MINUM DALAM

KEMASAN) bermerk AQUA dan merupakan suatu organisasi masyarakat

yang salah satu tujuannya bermaksud memberikan bantuan dan sumbangan

kepada masyarakat dalam bentuk eksternal organisasinya sebagai suatu upaya

peningkatan prestasi sosial organisasi dengan menjalankan fungsi.

c) Pedesaan

Pedesaan adalah wilayah yang umumnya jauh dari kota dan taraf

berkehidupan tradisional dan umumnya bermata pencaharian utama sebagai

petani serta banyak mengerjakan sesuatu secara gotong royong.

d) Modal Sosial

Diwujudkan dalam bentuk jaringan, kepercayaan, dan pranata (nilai-nilai)

 Jaringan sosial adalah keterikatan individu dimana individu melakukan

(19)

antara lain mencakup kekerabatan, pertetanggan, dan pertemanan sehingga

saling menguatkan jaringan antara perusahaan dan masyarakat.

 Kepercayaan adalah sikap saling percaya diantara masyarakat yang

mengandung harapan bahwa akan ada tindakan resiprositas diantara

masyarakat untuk saling tolong menolong yang tercipta melalui proses

interaksi dlam waktu yang lama.

 Nilai dan Norma adalah seperangkat peraturan yang telah disepakati oleh

anggota dan wajib untuk dipatuhi oleh masyarakat Karo.

e) Masyarakat

“Masyarakat” adalah satu kelompok orang yang adalah satu sama lain

ditandai dan bisa diidentifikasi oleh interaksi-interaksi sosial yang keras antar

diri mereka (Aoki dan Hayami 2001). Ada sesungguhnya dua jenis dari

masyarakat. Satu dibentuk oleh nonvoluntary keanggotaan berdasar pada

territorialas atau kekerabatan, seperti keluarga, suku bangsa, atau

(desa/kampung).

f) Masyarakat sekitar

Masyarakat sekitar adalah masyarakat atau orang-orang yang bertempat

tinggal di sekitar lokasi industri PT. Tirta Sibayakindo. Oleh karena PT. Tirta

Siabayakindo terletak di Desa Daulu maka yang dikatakan sebagai penduduk

di sekitar PT. Tirta Sibayakindo adalah seluruh warga yang berdomisili di

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Perubahan Sosial Dan Faktor Penyebabnya

Semua orang menyadari bahwa masyarakat hidup dan bekerja dalam suatu

lingkungan senantiasa mengalamai perubahan dan cepat. Perubahan di suatu bidang

secara langsung akan mengakibatkan perubahan di bidang lain. Perubahan dalam

peningkatan taraf hidup (pembangunan) akan dapat mempengaruhi dan mengubah

sikap, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Nilai-nilai yang selama ini menjadi

pedoman mulai mengalami benturan yang diakibatkan masuknya pengaruh nilai dari

luar, hal ini sesuai dengan pendapat (Soekanto, 1990) bahwa, setiap masyarakat

dalam hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan itu dapat mengenai nilai-nilai

sosial, norma-norma sosial, pola prilaku, organisasi sosial, susunan lembaga

kemasyarakatan, lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, kekuasaaan wewenang,

interaksi sosial dan yang lainnya.

Perubahan sosial terjadi pada semua masyarakat dan dalam setiap proses dan

waktu, dan akibat dari perubahan itu dapat berakibat positif dan negatif. Perubahan

sosial merupakan gejala yang wajar dalam kehidupan manusia. Demikian Parson

berpendapat bahwa teori tindakan sama-sama memperhatikan prasyarat stabilitas

prasyarat perubahan, mustahil dapat mempelajari yang satu tanpa yang lain.

Perubahan yang terjadi pada masyarakat terutama pada dekade terakhir dapat

dikategorikan sebagai perubahan sosial yang disengaja (intended change) dan tidak

(21)

Intended change atau contact change merupakan perubahan sosial yang

bersumber dari luar masyarakat baik yang disengaja maupun tidak disengaja, melalui

agen of change orang yang terlibat dalam perubahan tersebut) maupun secara spontan

dikombinasikan oleh pihak-pihak dari luar masyarakat (Soekanto, 1990).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial masyarakat dapat muncul

dari dalam (endogen) maupun dari faktor dari luar (exsogen) sistem sosial. Faktor

exsogen dari perubahan adalah perubahan genetic penduduk dan perubahan dalam

lingkungan fisik yang diartikulasikan dalam teknologi. Faktor exsogen utama adalah

sistem sosial yang berinteraksi dengan sistem sosial yang bersangkutan, konflik

antara dua masyarakat dan perang atau ancaman perang dapat mempengaruhi

terjadinya perubahan sosial.

Menurut Davis (Soekanto, 1990), perubahan sosial adalah perubahan yang

terjadi di dalam struktur dan fungsi masyarakat. Sebagaimana dikatakan oleh Selo

Soemarjan (Soekanto 1990) bahwa perubahan sosial adalah segala

perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang

mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalam nilai-nilai sikap dan pola prilaku

antar kelompok-kelompok di dalam masyarakat

Sesuai dengan konsep yang demikian maka penelitian ini berusaha menggali

faktor-faktor apa yang melatar belakangi terjadinya suatu perubahan sosial pada

(22)

Faktor-faktor penyebab terjadi perubahan sosial

Pada dasarnya perubahan sosial terjadi karena anggota masyarakat pada waktu

tertentu merasa tidak puas lagi terhadap kehidupannya yang lama, norma-norma dan

lembaga-lembaga sosial, atau sarana penghidupan yang lama dianggap tidak

memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru. Ada tiga faktor-faktor

utama dalam perubahan sosial yaitu:

1. Timbunan kebudayaan dan penemuan baru

Timbunan kebudayaan merupakan faktor penyebab perubahan sosial yang

penting karena kebudayaan dalam kehidupan masyarakat senantiasa terjadi

penimbunan yaitu suatu kebudayaan semakin lama semakin beragam dan

bertambah secara akumulatif. Menurut Kuncaraningrat (Syani, 1994), faktor-faktor

yang mendorong individu untuk mencari penemuan baru adalah sebagai berikut

a) Kesadaran dari orang perorangan akan berkurang dalam kebudayaannya

b) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan

c) Perangsang dari aktifitas-aktifitas penciptaan dalam masyarakat

Perubahan sosial yang terjadi pada mayarakat yang tergolong fanatik terhadap

kebudayaan-kebudayaan lama tidak mudah dihilangkan. Tetapi dengan adanya

kebudayaan baru maka akan terjadi benturan-benturan kebudayaan, jika kebudayaan

baru dianggap lebih besar fungsinya oleh sebagian besar anggota masyarakat maka

kebudayaan lama akan ditinggal atau dilebur menjadi satu dengan kebudayaan yang

(23)

Masyarakat perkotaan merupakan contoh perubahan yang relative cepat, oleh

karena masyarakat kota cenderung terbuka terhadap kebudayaan-kebudayaan baru.

Tetapi bagi masyarakat terpencil, biasanya cenderung sulit berubah paling tidak

berubahnya lambat. Koencaraningrat (Soekanto, 1990) berpendapat bahwa perubahan

sosial terjadi karena adanya inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru,

jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar dari masyarakat dan cara-cara unsur

kebudayaan baru yang diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat

yang bersangkutan. Penemuan baru dapat berupa benda-benda tertentu bersifat fisik,

dapat pula bersifat nonfisik seperti ide-ide baru, hukum dan aliran-aliran kepercayaan

yang baru.

2. Perubahan jumlah penduduk

Perubahan jumlah penduduk juga merupakan menyebaban terjadinya perubahan

sosial, seperti berkuranagnya dan bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah

tertentu. Bertambahnya suatu penduduk pada suatu daerah dapat mengakbatkan

perubahan padastruktur masyarakat, terutama mengenai lembaga-lemabaga

kemasyarakatan. Ditinjau dari segi pertambahan penduduk misalnya transmigrasi

jika berjalan secara ideal dengan memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi,

politik, budaya, keamanan, mungkin akan terjadi perubahan yang positif. Artinya

dengan adanya pendatang baru yang bekerja di daerah industri yang terampil dan

siap bekerja ditempat yang baru, maka akan besar kemungkinan justru tidak hanya

menguntungkan bagi pihak transmigran belaka, melainkan juga ikut berpengaruh

(24)

penduduk pendatang. Kehidupan masyarakat pun akan berubah karena pencampuran

antara berbagai macam pola prilaku sosial dan kebudayaan begitu juga ekonomi,

politik dan keamanan.

2.2. Industri Pedesaan dan Perubahan Sosial yang Diakibatkannya

Pembangunan industri yang pada awalnya ditujukan untuk mendorong

kemajuan perekonomian, berpengaruh pula secara sosial terhadap perkembangan

masyarakat. Hadirnya industri di pedesaan dengan cepat membangun komunitas di

sekitarnya. Tumbuhnya industri di daerah pedesaan akan memunculkan perubahan

bagi masyarakat lokal setempat.

Perubahan Sosial sebagaimana dikemukakan oleh Gillin & Gillin

(Soemardjan dan Soemardi, 1964) “Suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah

diterima baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis kebudayaan materil,

komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi atau

penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut”. Perubahan sosial itu sendiri terjadi

dalam masyarakat, maupun terjadi karena faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau

dilihat saat ini, terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat desa, kebanyakan

datang dari luar masyarakat. Terlihat dari segi komunikasi dimana dengan hal ini

masyarakat didorong untuk menghubung-hubungkan apa yang didengar dengan apa

yang dilihat; apa yang dilakukan dengan apa yang diperoleh.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat tersebut, Durkheim melihat

(25)

modern. Masyarakat sederhana memiliki solidaritas sosial yang berbeda dengan

bentuk solidaritas pada masyarakat modern. Dalam interaksinya, penduduk pendatang

dan pribumi dituntut pula untuk mempertimbangkan latar belakang sosial budaya

masing-masing. Hal ini menyebabkan intensitas dan pola interaksi komunitas

mengalami perubahan orientasi, termasuk juga dialami oleh penduduk pribumi yang

terseret oleh dinamika industri. Komunitas yang ada disekitar industri, baik yang

pada awalnya adalah komunitas pedesaan maupun komunitas diciptakan setelah

adanya industri, mengembangkan karakteristik tertentu yang sesuai dengan kebutuhan

industri.

Industri memiliki pengaruh yang besar terhadap komunitas untuk

menimbulkan terjadinya perubahan di dalam masyarakat. Dampak industri terhadap

masyarakat sangat banyak, misalnya dampak positifnya: terbukanya kesempatan kerja

yang besar yang menyerap penganguran, munculnya prasarana dan sarana ekonomi

seperti jalan dan transportasi, pasar, toko-toko, telekomunikasi, bank, perkreditan,

perdagangan pergudangan, penginapan, rumah makan. Sedangkan dampak negatif

dapat pula terasa seperti polusi air bersih, dan udara, pemukiman semakin sesak,

meningginya temperature, kenaikan harga barang-barang, dan perbedaan yang

menyolok dalam kehidupan dalam kawasan industri tersebut.

Industri memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam

masyarakat. Akibat yang dirasakan oleh masyarakat bisa dalam bentuk yang berbeda.

(26)

industri atau perusahaan, perkembangan industri atau perusahaan tersebut akan

menentukan apakah wilayah tersebut akan berkembang atau hancur.

Munculnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberi

pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja. Menurut Glaeser

(Miguel, et al. 2002) hadirnya Industri akan menjadikan suatu daerah menjadi tujuan

daerah urbanisasi karena dengan hadirnya industri membutuhkan tenaga kerja yang

banyak sehingga banyak orang memutuskan untuk bertransmigrasi ke daerah yang

memiliki lapangan pekerjaan seperti industri. Pertambahan penduduk dan

pengurangan penduduk ini pada gilirannya memperlemah gotong royong dalam

masyarakat di daerah yang dekat dengan industri.

2.3. Modal Sosial (Social Capital)

Secara etimologis social capital mempunyai pengertian modal yang dimiliki

oleh masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat. Modal ini merupakan perpaduan

antara sesuatu yang bersifat material dan non material. Material mempunyai makna

tentang kepemilikan berkaitan dengan aset-aset finansial yang dimiliki, sedangkan

non material, modal berwujudan adanya mutual trust (kepercayaan) dan gathering

system (sistem kebersamaan) dalam suatu masyarakat. Pengertian modal sosial yang

berkembang selama ini lebih banyak didasarkan pada pandangan tiga orang ilmuwan

(27)

James Coleman mendefinisikan modal sosial merupakan konsep yang sering

digunakan untuk menggambarkan kapasitas sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup

dan memelihara integrasi sosial. Pengertian modal sosial yang berkembang selama ini

mengarah pada terbentuknya tiga level modal sosial, yakni pada level nilai, institusi,

dan mekanisme. Dengan demikian, dalam pengertian yang luas, modal sosial bisa

berbentuk jaringan sosial atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan

simpati, kewajiban, norma pertukaran, dan civic engagement yang kemudian

diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus

terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari

jaringan tersebut. Dalam level mekanismenya, modal sosial dapat mengambil bentuk

kerja sama sebagai upaya penyesuaian dan koordinasi tingkah laku yang diperlukan

untuk mengatasi konflik.

Akhir-akhir ini modal sosial menjadi sangat populer sebagai salah satu isu

pembangunan yang menuntut perhatian seksama. Modal sosial adalah sumber daya

yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru.

Seperti diketahui bahwa sesuatu yang disebut sumber daya (resources) adalah segala

sesuatu yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi, disimpan dan diinvestasikan.

Sumber daya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai modal (capital),

dimensi modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal sosial lebih menekankan pada

potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan

(28)

kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma

dalam kelompok.

Di Indonesia, studi tentang modal sosial secara formal masih merupakan hal

yang baru. Namun meskipun secara eksplisit belum menggunakan terminology modal

sosial, sebenarnya telah ada beberapa studi terutama berupa kajian tentang hubungan

kerja sama saling menguntungkan antar warga masyarakat didaerah pedesaan yang

pada esensinya memiliki keterkaitan erat dengan modal sosial terdiri dari norma,

jaringan dan kepercayaan, maka sebenarnya hal tersebut secara historis bukan

merupakan fenomena baru dan asing bagi masyarakat Indonesia dan hal tersebut lebih

berakar kuat dan terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di pedesaan.

Semangat dan implementasi dari kemauan untuk saling bekerjasama dalam upaya

memenuhi kepentingan sosial dan kepentingan individu atau personal telah

termanivestasikan dalam berbagai bentuk aktivis bersama yang secara umum dikenal

dengan kegiatan “saling tolong menolong” atau secara luas terwadahi dalam tradisi

“gotong royong”. Tradisi gotong royong memiliki aturan main yang disepakati

bersama (norma), menghargai prinsip timbal balik dimana masing-masing pihak

memberikan kontribusi dan dalam waktu tertentu akan menerima kompensasi/reward

sebagai bentuk dari resiprositas, ada saling kepercayaan antar pelaku bahwa

masing-masing akan mematuhi semua bentuk aturan main yang telah disepakati (trust), serta

kegiatan kerjasama tersebut diikat oleh hubungan-hubungan spesifik antara lain

mencakup kekerabatan, pertetanggaan, dan pertemanan sehingga saling menguatkan

(29)

Tradisi gotong royong secara nyata telah melembaga dan mengakar kuat, ini

diwujudkan dalam berbagai aktifitas keseharian masyarakat Indonesia. Kegiatan

gotong royong terexpresikan dalam berbagai aktivitas mulai dari yang bersifat sosial,

sosial personal serta personal yang diwujudkan dalam bentuk pertukaran. Ditinjau

dari bentuk yang dikerjasamakan, gotong royong bisa mencakup material, tenaga,

uang, dan social spirit. Aktifitas gotong royong dalam berbagai dimensinya

memberikan implikasi semangat dan nilai untuk saling memberikan jaminan atas hak

dan kelangsungan hidup antar sesama warga masyarakat yang masih melekat kuat di

pedesaan.

Salah satu tokoh utama yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran modal

sosial adalah Jamens Coleman (1990). Ia mendefenisikan konsep modal sosial

sebagian entitas, terdiri dari beberapa structural sosial yang memfasilitasi tindakan

dari para pelakunya, apakah dalam bentuk personal atau korporasi dalam suatu

structural sosial. Modal sosial menurutnya inheren dalam struktur relasi antar

individu. Struktur relasi dan jaringan inilah yang menciptakan iklim saling percaya,

membawa saluran informasi, dan menetapkan norma-norma dan sangsi sosial bagi

para anggotanya.

Fukuyama (1995; 2003) menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala

sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas

dasar kebersamaan, dan didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang

tumbuh dan disegala bidang kehidupan kehidupan dan terutama bagi kestabilan

(30)

terbiasa dengan gotong royong serta bekerjasama dalam kelompok atau organisasi

yang besar cenderung akan merasakan kemajuan dan akan mampu, secara efesien dan

efektif, memberikan kontribusi penting bagi kemajuan masyarakat. Modal sosial

dalam bentuknya menyumbang terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan politik

melalui pembagian informasi, memberikan kesempatan dan memfasilitasi kelompok

pembuat keputusan (Wool Cock dan Narayan, 2000).

Menurut Lesser (Mariana, 2006) modal sosial sangat penting bagi komunitas

karena

(1) Mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas;

(2) Menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas;

(3) Mengembangkan solidaritas

(4) Memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas;

(5) Memungkinkan pencapaian bersama; dan

(6) Membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas.

Modal Sosial bisa diukur kedalam enam dimensi, adapun keenam dimensi

tersebut adalah kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas, tindakan kolektif

dan kerja sama, informasi dan komunikasi, kohesi (kepaduan) sosial dan pemasukan

(31)

2.3.1. Jaringan

Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui

berbagai veriasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan oleh prisip

kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban

(civility). Kemampuan anggota-anggota kelompok/masyarakat untuk selalu

menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergetis akan sangat besar

pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial masyarakat.

Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologi khas

sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Pada kelompok sosial yang

biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan (lineage),

pengalaman-pengalaman sosial turun (repeated social experiences) dan kesamaan

kepercayaan pada dimensi ketuhanan (religion beliefs) cenderung memiliki

kohesifitas tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangunan sangat

sempit. Sebaliknya, pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan

tujuan dan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih modern. Kelompok dan

jaringan memungkinkan orang untuk mengakses sumber-sumber dan berkolaborasi

untuk mencapai tujuan, ini adalah konsep bagian penting dari modal sosial. Jaringan

informal di manifestasikan dalam pertukaran yang spontan dan tidak teratur terhadap

informasi dan sumber penghasilan kelompok seperti usaha dalam kerja sama,

kordinasi dan saling membantu yang dapat memaksimalkan kegunaan sumber yang

(32)

yang dibentuk melalui faktor-faktor lingkungan, termasuk pasar, kekeluargaan dan

persahabatan.

Jenis lainnya dari jaringan terdiri dari perkumpulan, dimana anggotanya

dihubungkan secara horizontal. Jaringan seperti ini sering secara jelas

menggambarkan struktur, peran dan peraturan yang memerintah bagaimana anggota

kelompok bekerjasama untuk mencapai tujuan utama. Jaringan ini juga memiliki

potensi alami untuk membantu diri sendiri, bantuan mutual, solidaritas dan

upaya-upaya kerjasama dalam kelompok. “Mata Rantai” (vertical) modal sosial disisi lain,

termasuk hubungan dan interaksi di antara kelompok dan pemimpinnya dan

memperluas hubungan antara kampung, pemerintah dan pasar.

2.3.2. Trust (kepercayaan) dan Solidaritas

Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk

mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh perasaan

yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan

senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung paling tidak,

tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1990, 1995, dan

2002). Dalam pandangan Fukuyama (1995, 2002), trust adalah sikap saling

mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu

dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.

Berbagai tindakan kolektif yang didasari atas saling mempercayai yang tinggi

akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam konteks membangun kemajuan

(33)

hadirnya berbagai problematik sosial yang serius. Masyarakat yang kurang memiliki

perasaan saling mempercayai akan sulit menghindari berbagai situasi kerawanan

sosial dan ekonomi yang mengancam. Semangat kolektifitas tenggelam dan

partisipasi masyarakat untuk membangun bagi kepentingan kehidupan yang lebih

baik akan hilang. Lambat laun akan mendatangkan biaya tinggi bagi pembangunan

karena masyarakat cenderung bersikap apatis dan hanya menunggu apa yang akan

diberikan oleh pemerintah. Jika saling mempercayai telah luntur maka yang akan

terjadi adalah sikap-sikap yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku.

Menurut Fukuyama (2003) bahwa, trust sebagai komponen ekonomi yang

relevan melekat pada kultur yang ada pada masyarakat yang akan membentuk

kekayaan modal sosial. Sedangkan Fukuyama (1995) meyakini bahwa dimensi trust

merupakan warna dari suatu sistem kesejahteraan bangsa. Kemampuan berkompetisi

akan tercipta dan dikondisikan oleh satu karakteristik yang tumbuh di masyarakat

yaitu trust.

Trust akan kehilangan daya optimalnya ketika mengabaikan salah satu spektrum

penting yang ada di dalamnya, yaitu rentang rasa mempercayai (the radius of trust).

Pada kelompok, asosiasi atau bentuk-bentuk group lainnya yang berorientasi inward

looking cenderung memiliki the radius of trust yang sempit. Kelompok ini

kemungkinan akan memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mengembangkan

modal sosial yang kuat dan menguntungkan. Dimensi modal sosial ini menunjuk

secara luas pada orang-orang yang merasa bahwa mereka bisa percaya kepada

(34)

orang lain untuk membantu mereka atau sedikitnya tidak akan terjadi kejahatan.

Menggambarkan “kepercayaan” dalam konteks sosial adalah suatu prasayarat untuk

bisa memahami kompleksitas hubungan manusia. Kadang-kadang kepercayaan

merupakan pilihan, pada saat yang lain kepercayaan mencerminkan ketergantungan

yang penting yang didasarkan pada peningkatan kontak atau jaringan yang lebih

dekat. Perbedaan tak terbatas antara kedua rangkaian ini sangat penting untuk bisa

memahami jarak hubungan sosial masyarakat dan kemampuan hubungan ini untuk

bertahan dalam kesulitan atau dengan cepat bisa mengubah keadaan.

Untuk mengukur modal sosial dua jenis dari indikator digunakan. indikator

masukan meliputi kesetiakawanan dan percaya. Kepercayaan adalah dibagi menjadi

percaya kepada tetangga dan percaya kepada anggota lainnya. Kepercayaan sosial

adalah salah teori dimensi modal sosial, terdiri dari kompleks sub-dimensions,

sedemikian sehingga banyak dari pertanyaan-pertanyaan pada umumnya diminta dari

para informan untuk mengukur tingkat kepercayaan sosial.

Durkheim (Lawang, 1994) menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan

suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada

perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman

emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu

dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung

nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari

hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat

(35)

dibedakan antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak

menghasilkan integrasi apapun, dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan,

sedangkan solidaritas positif dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri :

 Mengikat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara

 Suatu sistem-sitem fungsi yang berbeda dan khusus, yang menyatukan

hubungan-hubungan yang tetap.

 Telah terspesialisasi.

Solidaritas dipertahankan sejauh kesadaran individu pada masyarakat sama

kuatnya, dengan sendirinya akan memelihara unsur-unsur pengintegrasian yang ada

pada masyarakat tersebut. Solidaritas tidak dapat dengan seketika diamati secara

efektif, maka diperlukan suatu indeks extern. Menurut Durkheim (Layendecker,

1991:290) indeks extern adalah peraturan-peraturan hukum. Solidaritas sosial

terwujud dalam hubungan timbal balik, yang mendapat persyaratan dalam sifat dan

jumlah peraturan-peraturan hukum yang berlaku.

Solidaritas mekanis didasarkan pada persamaan, dalam suatu masyarakat yang

ditandai oleh solidaritas ini semua anggotanya mempunyai kesadaran kolektif yang

sama. Kesadaran kolektif adalah keseluruhan keyakinan dan perasaan yang

membentuk sistem tertentu yang mempunyai kehidupan tersendiri dan dimiliki

bersama oleh anggota masyarakat. Kesadaran kolektif memiliki sifat keagamaan,

(36)

2.3.3. Tindakan Kolektif dan Kerjasama

Tindakan kolektif dan kerja sama berhubungan erat dengan dimensi

solidaritas dan kepercayaan. Bagaimanapun dimensi terdahulu telah menyelidiki

kedalaman yang lebih besar dan bagaimana orang-orang bekerja dengan orang lain

dalam masyarakat atau bergabung dengan proyek data merespon masalah atau krisis.

Hal ini juga menyadarkan konsekwensi pelanggaran harapan masyarakat akan

norma-norma partisipasi.

Norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk prilaku

yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian itu sendiri adalah sekumpulan yang

diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial

tetentu. Norma-norma ini biasanya terinstutionalisasi dan mengandung sanksi sosial

yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan

yang berlaku dimasyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis

tapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku

yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial.

Aturan-aturan kolektif ini misalnya, bagaimana cara menghormati orang yang

lebih tua, menghormati pendapat orang lain, norma untuk tidak mencurangi orang

lain, norma untuk selalu bersama-sama dan sejenisnya. Jika dalam suatu komunitas,

norma tersebut tumbuh, dipertahankan dan kuat akan mempertahankan masyarakat

itu sendiri. Norma seperti halnya nilai, senantiasa memiliki implikasi yang

ambivalen, tetapi disisi lain, norma cenderung tidak merangsang munculnya ide-ide

(37)

ketimbang pada dimensi substansi isinya. Konfigurasi norma yang tumbuh ditengah

masyarakat juga mementukan apakah norma tersebut akan memperkuat keretakan

hubungan antar individu dan memberikan dampak positif bagi perkembangan

masyarakat tersebut.

Nilai adalah sesuatu ide yang turun temurun dianggap benar dan penting oleh

anggota kelompok masyarakat. Nilai senantiasa berperan penting dalam kehidupan

manusia. Pada setiap kebudayaan, biasanya terdapat nilai-nilai tertentu yang

mendominasi ide yang berkembang. Dominasi ide tertentu dalam masyarakat akan

membentuk dan mempengaruhi aturan-aturan bertindak masyarakat dan aturan

bertingkah laku yang secara bersama-sama membentuk pola cultural, teori modal

sosial, seperti norma-norma dan kepercayaan-kepercayaan, pengaruh-pengaruh sosial

struktural.

Meletakkan studi-studi sebelumnya ini bersama-sama, itu akan nampak lebih

mungkin bahwa kepercayaan sosial adalah faktor pokok untuk meningkatkan

kesejahteraan/ kesehatan individu dan juga pengembangan sosial ekonomi pada

masyarakat. Oleh karena itu, di dalam banyak aksi kolektif studi-studi empiris telah

diperlakukan sebagai satu indikator keluaran dari modal sosial, bagaimanapun aksi

kolektif sendiri membantu perkembangan norma-norma dari kerja sama/kolaborasi,

pembentukan organisasi, dan tindakan kolektif yang merupakan indikator penting di

(38)

2.3.4. Informasi dan Komunikasi

Meningkatkan akses terhadap informasi sering kali dianggap sebagai pusat

mekanisme untuk membantu masyarakat, memperkuat suara mereka dalam berbagai

hal yang mempengaruhi kesejahteraan mereka (Word Bank, 2002).

2.3.5. Kohesi Sosial

Kohesi sosial dan pemasukan dihubungkan dengan keempat dimensi dari modal

sosial yakni kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas, tindakan kolektif

dan kerja sama, serta informasi dan komunikasi. Namun fokusnya lebih spesifik

dalam ketahanan ikatan sosial dan potensi ganda mereka untuk masuk dan keluar

sebagai anggota masyarakat. Kohesi sosial dapat didemonstrasikan melalui

kegiatan masyarakat, misalnya dan pemakaman, atau kegiatan melalui

kegiatan-kegiatan yang bisa meningkatkan solidaritas, penguatan kohesi sosial, meningkatkan

komunikasi, menyediakan pembelajaran untuk kegiatan organisasi, mempromosikan

unsur kewarganegaraan dan sikap rendah hati dan membangun kesadaran kolektif.

2.3.6. Kekuasaan dan tindakan Politik

Individu dikuasakan dalam tingkat bahwa memiliki ukuran kendali atas

lembaga dan proses-proses yang secara langsung mempengaruhi kesejahteraan

mareka. Dimensi modal sosial kekuaaan dan aksi politik menjelaskan rasa puas,

keberuntungan pribadi dan kapasitas anggota jaringan dan kelompok untuk

mempengaruhi kegiatan lokal dan hasil politik yang lebih luas. Kekuasaan dan aksi

(39)

regional dan nasional yang lebih luas. Masing-masing tingkat memiliki kepentingan

masing-masing dan dapat dianggap terpisah sebaik dalam hubungannya dengan yang

lain. Dimensi ini juga mengakibatkan perpecahan sosial, apakah informasi kunci

dengan pemimpin politik dan pemimpin pekerja, bersama dengan representasi sistem

pengadilan dan media, juga penting untuk menjelaskan dimensi ini.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa

masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat yang modern.

Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk

solidaritas pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan

sosiabilitas yang rendah. Dalam interaksinya, penduduk pendatang dan pribumi

dituntut pula untuk mempertimbangkan latar belakang sosial budaya masing-masing.

Hal ini menyebabkan intensitas dan pola interaksi komunitas mengalami perubahan

orientasi, termasuk juga dialami oleh penduduk pribumi yang terseret oleh dinamika

industri. Dinamika pada komunitas disekitar industri, dalam jangka panjang akan

mengembangkan komunitas tersebut manjadi berbeda dengan bentuk komunitas

sebelumnya.

Komunitas yang ada disekitar industri, baik yang awalnya adalah komunitas

pedesaan maupun komunitas yang diciptakan setelah adanya industri

mengembangkan satu karakteristik tertentu yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Hal ini terjadi karena industri memiliki daya pengaruh yang besar terhadap komunitas

untuk menimbulkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Sebuah

(40)

arah suatu komunitas perkotaan, yang memiliki karakteristik yang berbeda

dibandingkan dengan sebelum industri didirikan.

Durkheim (Soekanto, 1990) secara jelas membagi klasifikasi masyarakat atas

dasar ikatan solidaritas mekanis dan organis. Bentuk ikatan itu menurutnya ditandai

dengan kekentalan hubungan antar individu, baik berdasarkan hubungan darah

ataupun hubungan kepentingan masyarakat terpaut dalam bentuk ikatan yang

mendasarinya.

Tonnies (Soekanto, 1990) mengemukakan bahwa didalam masyarakat dapat

dijumpai dua jenis kelomok primer dalam masyarakat yaitu patembayan dan

paguyuban. Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya

diikat oleh hubungan batin yang murni bersifat alami dan kekal. Sedangkan

patembayan merupakan ikatan yang lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu

yang pendek. Menurut Tonnies didalam masyarakat selalu dijumpai salah satu dari

tiga bentuk paguyuban yaitu :

a) Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinchaft by blood) yaitu paguyuban

yang didasarkan pada ikatan darah

b) Paguyuban karena tempat (Gemeinchaft of place) yaitu suatu paguyuban

yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga

dapat saling tolong menolong, misalkan RT, RW, Arisan

c) Paguyuban karenajiwa-pikiran (Gemeinchaft of mind) yang merupakan

(41)

memiliki hubunan darahataupub tempat tinggalnya tidak berdekatan maka

mereka memiliki jiwa pikiran yang sama

Dalam masyarakat pedesaan biasanya akan dijumpai masyarakat yang saling

tolong menolong karena berdekatan tempat tinggal sehingga memiliki solidaritas

yang kuat, tapi ketika masuknya indusri dalam suatu komunitas maka akan ada

perubahan dalam masyarakat tersebut.

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan kualitataif yang akan dilakukan adalah

untuk menggambarkan bagaimana keberadaan modal sosial masyarakat Desa Daulu

pasca kehadiran industri di Desa Daulu.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan ingin melihat dan

mengetahui bagaimana modal sosial masyarakat karo pada saat ini pasca hadirnya

PT. Tirta Sibayakindo di Desa Daulu, sehingga diperoleh kajian yang lebih maksimal

secara mendalam dan spesifik.

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Daulu, Kecamatan

Berastagi, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatra Utara. Adapun yang menjadi alasan

pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah karena peneliti melihat bahwa ditempat ini

berdiri sebuah perusahaan industri air minum dalam kemasan dan peneliti tertarik

untuk melihat perubahan-perubahan dalam masyarakat setempat ketika perusahaan

ini mulai berdiri sampai sekarang dan peneliti ingin melihat modal sosial masyarakat

Daulu sampai saat sekarang ini, khususnya nilai-nilai dalam masyarakat setempat

(KARO). Disamping pilihan lokasi ini dekat dengan lokasi tempat tinggal sipeneliti.

(43)

yang diteliti. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja, mengingat PT. Tirta

Sibayakindo merupakan pabrik yang besar dan terus meningkat produksinya.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Analisis data secara umum adalah untuk mempertajam masalah dan merupakan

proses pengorganisasian dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan

uraian data. Keseluruhan data yang diperoleh akan menjadi dasar dalam memperoleh

jalinan hubungan dan kaitan masalah. Adapun yang menjadi unit analisis dalam

subyek penelitian ini adalah warga Desa Daulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten

Karo. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat setempat

khususnya bagi masyarakat yang sudah lama berdomisili ditempat ini dan dari pihak

perusahaan khususnya para karyawan.

Adapun orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini disebut

sebagai informan. Informan yang menjadi subjek penelitian dibedakan atas dua jenis

yakni informan kunci dan informan biasa yang dapat mendukung data penelitian.

Informan dipilih atas pertimbangan dan kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti.

Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah:

a. Informan kunci

Orang yang dituakan atau dianggap sebagai orang yang mengetahui

banyak tentang perkembangan dan perubahan masyarakat sejak

(44)

tokoh masyarakat, pemerintahan desa dan orang yang paling lama tinggal

di desa ini.

b. Informan biasa

Masyarakat Karo yang tinggal di Desa Daulu yang tinggal di sekitar

perusahaan baik masyarakat yang bekerja sebagai karyawan ataupun

yang tidak bekerja sebagai karyawan, baik itu petani dan masyarakat

Desa Daulu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber informan yang

ditemukan di lapangan. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer

ini adalah dengan cara:

 Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap objek yang

diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek

penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan

langsung di lapangan. Data yang diperoleh melalui observasi ini terdiri

(45)

interaksi personal dan proses penataan yang merupakan bagian dari

pengalaman manusia yang dapat diamati. Hasil observasi ini kemudian

dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses

penelitian. yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan

para informan di lokasi penelitian. Wawancara dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi (data), memperoleh keterangan, pendapat

secara lisan dari informan denagn berbicara dengan orang tersebut.

Agar wawancara lebih terarah maka dilakukan instrumen berupa

pedoman wawancara (interview guide) yakni urutan-urutan daftar

pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang

diperlukan.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitain atau sumber data lain.

 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian, namun melalui

dokumen. Dokumen yang digunakan yang digunakan dapat berupa

laporan, buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan internet yang berkaitan

(46)

dimana dalam hal ini mengenai keberadaan modal sosial pasca

masuknya industri di pedesaan.

3.5 Interpretasi Data

Menurut Moleong (1993:103), analisa data adalah proses mengorganisasikan

dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dianalisa selanjutnya.

Analisa data ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh

dari setiap informasi baik secara pengamatan, wawancara ataupun catatan-catatan

lapangan, dipelajari dan ditelaah kemudian tahap selanjutnya adalah meruduksi data

yaitu melalui pembuatan abstraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman inti.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan. Satuan-satuan

itu kemudian dikategorikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan

yang lainnya dan diinterpretasikan secara kualitatif, yaitu proses pengolahan data

dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti

(47)

3.6. Jadwal kegiatan

Jadwal kegiatan dan laporan penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian

√ √

4 Seminar Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penyerahan Hasil Seminar Proposal

7 Operasional Penelitian √

8 Bimbingan √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian, penulis menyadari masih banyak kekurangan, masih

ditemukan keterbatasan penelitian, terutama karena terbatasnya kemampuan dan

pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah.

Keterbatasan lain yang terkait dengan metode penelitian kualitatif yang digunakan

oleh peneliti, dimana dibutuhkan wawancara mendalam. Dalam mendapatkan

informasi dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pada saat melakukan wawancara,

kendala yang dihadapi peneliti adalah terbatasnya waktu yang dimiliki informan

(48)

Masyarakat di Desa Daulu ini umumnya bermata pencaharian bertani,

sehingga peneliti harus menunggu informan siap untuk di wawancarai dan peneliti

harus pintar untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan wawancara

dengan informan. Keterbatasan dari penulis juga dalam pengurusan surat izin

penelitian yang harus peneliti jalani sehingga lamanya waktu yang peneliti habiskan

untuk surat dan data dari perusahaan tempat peneliti melakukan penelitian yang

terlalu berhati-hati dalam memberikan izin penelitian.

Walau demikian, peneliti tetap berusaha untuk melakukan rangkaian kegiatan

penelitian dan berusaha semaksimal mungkin dalam mengumpulkan data dan

informasi sebaik mungkin agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan

dan lebih maksimal.

(49)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Deskripsi Masyarakat Desa Daulu

Sejarah awal mula terbentuknya Desa Daulu yaitu tepatnya pada tahun 1901.

Dimana pada awalnya daerah Desa Daulu ini menjadi bagian di dalam desa rumah

Berastagi dan Desa Peceren (sekarang Kota Berastagi). Kemudian seiring dengan

berjalannya perkembangan maka penduduk Desa rumah Berastagi dan Desa Peceren

melakukan perpindahan dan membentuk sebuah komunitas baru di desa ini dan diberi

nama Desa Daulu. Desa ini terletak di bawah kaki gunung Sibayak (2170 m). Desa

Daulu ini lebih kurang berukuran 366 m². Desa ini terbagi menjadi dua bagian desa,

yakni Desa Daulu dalam dan Desa Daulu pasar.

Perkembangan Desa Daulu ini tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi

dan karakteristik Desa Daulu. Desa Daulu pada saat ini merupakan desa yang dihuni

oleh bermacam-macam suku, yakni suku Karo, Batak, Jawa, Minang, Padang. Namun

suku terbesar adalah suku Karo, dimana suku Karo didesa ini adalah satu suku yang

menjadi suku asli masyarakat setempat. Semua suku-suku yang ada didesa daulu ini

merupakan pendatang yang datang bermigrasi ke Desa Daulu. Kecendrungan

manusia sebagai seorang individu dan makhluk sosial harus memenuhi kebutuhan

(50)

Kehidupan desa yang erat dengan sifat-sifat kegotong-royongan dan

kebersamaan sehingga intensitas untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar sangat

dekat, dan dijumpai organisasi kemasyarakatan yang berjalan dengan baik dan

mampu menjalankan perannya serta memberi manfaat yang banyak bagi masyarakat

umum. Hubungan seorang dengan yang lainnya membentuk jaringan yang berlapis

dan tumpang tindih.

Kehidupan tersebut juga disebut bersifat nyata, bentuk paguyuban terutama

akan dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga dan lain

sebagainya. Menurut Tonnies, didalam setiap masyarakat selalu dijumpai salah satu

diantaranya adalah: Paguyuban karena tempat (Gemeinscaft of place), yaitu suatu

paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga

dapat saling menolong.

4.1.2. Gambaran umum Desa Daulu.

Desa Daulu dengan segala sumber daya alamnya menjadikan daerah ini

menjadi daerah yang subur dan menjadikannya tempat beberapa pertumbuhan

industri yang muncul di daerah ini dan salah satunya yaitu PT. Tirta Sibayakindo,

yang tumbuh di daerah ini karena sumber daya alam yang dimiliki Desa Daulu yaitu

mata air yang terpancar di desa ini. Serta daerah yang subur sangat cocok untuk areal

pertanian, dan juga potensi pariwisata yang dimiliki yakni pemandian air panas

(hot spring) kondisi ini yang menjadikan Desa Daulu menjadi desa yang banyak di

(51)

sehingga banyak pendatang dari berbagai wilayah dan suku serta agama yang berbeda

yang tinggal di tempat ini untuk mengais rezeki.

Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika

sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kutural. Ditinjau secara

geografis maka letak wilayah berbatasan dengan :

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan deleng macik (desa rakyat)

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan deleng singkut (desa simpang

empat).

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Deleng Barus / Deli Serdang

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Semangat Gunung

Luas wilayah Desa Daulu secara keseluruhan sebesar 366 m² dengan luas pemukiman

yang dipakai yakni :

 Luas wilayah yang dipakai untuk pemukiman Desa Daulu pasar

sebesar 2 ha

 Luas wilayah yang pakai untuk pemukiman Desa Daulu dalam sebesar

Gambar

Tabel 4.8 Prasarana Ibadah
Tabel 4.9 Prasarana Organisasi
Gambar 1: Tata Nilai Sebagai Penguat Inti, Pembentuk dan penguat modal sosial  Sumber    :   Jurnal Agro Ekonomi, Volume 24 No 2, Oktober 2006

Referensi

Dokumen terkait

• Exercise 3 – True-or-false exercise based on longer spoken texts (e.g. conversation, interview, monologue, talk): candidates will be required to indicate whether statements

Secara konsepsional, pendekatan sistem perwilayahan yang diterapkan di negara kita adalah melalui “pengembngan wilayah berdasarkan klaster-klaster pengembangan” yang

• DTK menyiapkan konsep perijinan dan meminta kepada komisi perencanaan untuk melakukan uji publik yaitu dengan melaksanakan dengar. pendapat publik warga di sekitarnya dan beberapa

Daya inverter tiga fasa yang akan digunakan harus sesuai dengan besarnya daya maksimum dari beban yaitu minimal sebesar 28.775 kW, oleh karena itu dipilih

Variabel Struktur Modal tidak berpengaruh secara signifikan, terhadap keputusan investasi pada perusahaan Consumer Good sub sektor perusahaan Makanan dan Minuman

Produksi Minuman Sari Apel... Pusat

Dengan rinci, Yuval Noah Harari mengulas persoalan manusia yang terjadi dari jaman purba hingga jaman modern yang dilalui dengan 3 revolusi yang menandakan bahwa adanya

Ada 30 variabel yang diajukan oleh peneliti berkaitan dengan manfaat dan kekurangan dalam penerapan SMM, ternyata responden menyatakan bahwa manfaat yang secara signifikan