HUBUNGAN POLA MAKAN BERSERAT DENGAN KEJADIAN
KONSTIPASI DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK
TAHUN 2011
Oleh:
ASTINAL EKA SARI
080100009
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN POLA MAKAN BERSERAT DENGAN KEJADIAN
KONSTIPASI DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK
TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
kelulusan sarjana kedokteran
Oleh:
ASTINAL EKA SARI
080100009
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Hubungan Pola Makan Berserat dengan Kejadian Konstipasi di RSUP H.
Adam Malik
Nama :
Astinal Eka Sari
NIM :
080100009
Pembimbing,
Penguji,
dr. Dede Moeswir, Sp. Pd
dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes
dr. Sufitni, M.Kes
Medan, Desember 2011
Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
NIP. 195402201981101001
ABSTRAK
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya
frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas/lampiasnya buang air besar, terdapat
rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras. Pada studi meta analisis
menggambarkan prevalensi konstipasi sebanyak 81%. Kurangnya asupan serat
sering dihubungkann dengan terjadinya konstipasi.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan
Retrospective.
Sampel dalam penelitian ini adalah anak berusia 17-93 tahun
penderita konstipasi yang berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
consecutive sampling
selama dua bulan pengumpulan data. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan
pasien yang konstipasi dan pasien yang tidak konstipasi dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat untuk wawancara dan dari rekam medis pasien. Data yang
telah diperoleh ditabulasikan dan dihitung dengan cara analisis statistik
menggunakan uji
chi square
.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 60 penderita konstipasi,
mayoritas pasien dengan tinggi serat (7 orang; 11,7%), baik serat (33 orang;
55%), dan kurang serat (20 orang; 33,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna dari hubungan penderita konstipasi terhadap
pola makan berserat (p 0,001< 0,05).
Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pola
makan berserat dengan kejadian konstipasi.
Abstract
Constipation is a defecation disturbance perception that les defecation
frequency, feeling unfinish, pain, need extra pus or hard stool. In metaanalysis
study, there’s constipasion prevalence is 81%, and concetted by lees fiber
This study is an analitik study with retrospective approach. This study’s
sample are constipation patients age 17-93 years old in H. Adam Malik Central
Hospital. Data collected by consecutive sampling in one mounth. Data get from
interview with patient the constipation and not patient constipation by
guestionnarl as a tools. Data processed by analectic using chi-square.
From this study there’s 60 constipation patients, most patient with high
fiber (7 people;11,7%), enough fiber ( 33 people; 55%) and less fiber (20 people;
33,3%). Study result fau that there is a different with connected between
constipation patient and fiber (p 0,001 < 0.05)
The condution from this studyis theres connecting between fiber food and
constipation
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Pola Makan Berserat Dengan Kejadian Konstipasi Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik”.
Selama penyusunan karya tulis ilmiah ini, dari awal hingga selesai, penulis banyak memperoleh bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2.
dr.Dede Moeswir, SpPD, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat terselesaikan dengan baik.
3.
dr.Mutiara Indah Sari M.Kes dan dr. Sufitni M.Kes selaku dosen penguji
proposal dan laporan hasil penelitian, yang telah memberikan saran dan
kritik untuk perbaikan karya tulis ini
4.
Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
5.
Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada Ayah dan
Ibunda tercinta, H. Ainal, SP dan Hj. Roslina, yang telah membesarkan
dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta
memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil, nasihat,
perhatian, dan pengorbanan serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan pendidikan.
6.
Kakak-kakak dan adik tercinta Ananda Marina S. Ked, Yenny Aprinal,dan
Riri Agustinal, atas doa yang telah diberikan.
7.
Teman-temanku tersayang Fini Meirisa Alnaz, Tri Suci Handayani, Ira
Mendrofa, Rizki Anindhita Pratiwi Matondang, Siti Aisyah Dalimunthe,
Hanidya Fazwat, Yuli Marlina, Syahrul Hidayat dan Utari Purnama atas
dukungan, motivasi, bantuan, kritik, dan saran yang telah kalian berikan.
8.
Teman-teman satu kelompok bimbingan KTI, yaitu Yoan Utami Putri,
Partiban dan Paramasundari atas kerja samanya.
9.
Seluruh teman-teman Stambuk 2008, terima kasih atas dukungan dan
bantuannya.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Medan, Desember 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACK ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. ... Manfaat Penelitian... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Makanan Serat ... 4
2.1.1. Definisi Makanan Serat ... 4
2.1.2. Klasifikasi Makanan serat ... 4
2.1.3. Sumber Makanan Serat ... 4
2.1.4. Kebutuhan Makanan Serat ... 6
2.1.5 Manfaat Makanan Serat...6
2.2. Konstipasi ... 8
2.2.2. Epidemiologi Konstipasi ... 9
2.2.3. Etiologi Konstipasi... 10
2.2.4. Patofisiologi Konstipasi ... 11
2.2.5. Gambaran Klinis Konstipasi ... 12
2.2.6. Diagnosa Konstipasi ... 12
2.2.7. Diagnosa Banding Konstipasi ... 13
2.2.8. Penatalaksanaan Konstipasi ... 14
2.3. Hubungan Makan Barserat dengan Kejadian Konstipasi ... 14
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15
3.2. Definisi Operasional... 15
3.3. Hipotesis ... 16
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17
4.1. Desain Penelitian ... 17
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
4.3. Populasi dan Sampel ... 17
4.3.1. Populasi ... 17
4.3.2. Besar Sampel ... 17
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 19
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 20
5.1. Hasil penelitian ... 20
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20
5.2. Pembahasan ... 25
5.2.1. Karakteristik Subjek ... 25
5.2.2. Hubungan pola Makan berserat dengan kejadian konstipasi ... 27
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
6.1. Kesimpulan ... 28
6.2. Saran... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.
1. Definisi konstipasi ... 8
5.1. Distribusi Subjek berdasarkan umur ... ...21
5.2. Distribusi Subjek berdasarkan jenis kelamin ... 22
2.3. Distribusi subjek berdasarkan pekerjaan ... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2
Lembar Penjelasan
Lampiran 3
Kuesioner
Lampiran 4
Ethical Clearance
Lampiran 5
Surat Izin Penelitian
Lampiran 6
Surat Pernyataan Validitas
Lampiran 7
Surat Izin Penelitian
Lampiran 8
Data Induk
ABSTRAK
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya
frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas/lampiasnya buang air besar, terdapat
rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras. Pada studi meta analisis
menggambarkan prevalensi konstipasi sebanyak 81%. Kurangnya asupan serat
sering dihubungkann dengan terjadinya konstipasi.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan
Retrospective.
Sampel dalam penelitian ini adalah anak berusia 17-93 tahun
penderita konstipasi yang berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
consecutive sampling
selama dua bulan pengumpulan data. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan
pasien yang konstipasi dan pasien yang tidak konstipasi dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat untuk wawancara dan dari rekam medis pasien. Data yang
telah diperoleh ditabulasikan dan dihitung dengan cara analisis statistik
menggunakan uji
chi square
.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 60 penderita konstipasi,
mayoritas pasien dengan tinggi serat (7 orang; 11,7%), baik serat (33 orang;
55%), dan kurang serat (20 orang; 33,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna dari hubungan penderita konstipasi terhadap
pola makan berserat (p 0,001< 0,05).
Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pola
makan berserat dengan kejadian konstipasi.
Abstract
Constipation is a defecation disturbance perception that les defecation
frequency, feeling unfinish, pain, need extra pus or hard stool. In metaanalysis
study, there’s constipasion prevalence is 81%, and concetted by lees fiber
This study is an analitik study with retrospective approach. This study’s
sample are constipation patients age 17-93 years old in H. Adam Malik Central
Hospital. Data collected by consecutive sampling in one mounth. Data get from
interview with patient the constipation and not patient constipation by
guestionnarl as a tools. Data processed by analectic using chi-square.
From this study there’s 60 constipation patients, most patient with high
fiber (7 people;11,7%), enough fiber ( 33 people; 55%) and less fiber (20 people;
33,3%). Study result fau that there is a different with connected between
constipation patient and fiber (p 0,001 < 0.05)
The condution from this studyis theres connecting between fiber food and
constipation
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Basson melaporkan bahwa di Amerika konstipasi merupakan salah satu gangguan gastrointestinal yang paling sering. Prevalensi konstipasi yang dilaporkan bervariasi karena perbedaan antara kelompok etnis. Pada studi meta analisis menggambarkan prevalensi konstipasi sebanyak 81%. Jenis kelamin, umur dan pendidikan sangat berkaitan dengan prevalensi konstipasi (Basson, 2011).
Konstipasi merupakan salah satu gangguan yang paling umum di negara barat (Roma dkk, 1999). Penelitian epidemiologi telah melaporkan adanya korelasi antara konsumsi serat dengan kejadian konstipasi. Diet serat dari biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran meningkatkan berat feses baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Ditinjau dari 100 studi asupan serat berfungsi untuk menaikkan berat feses. Sebuah meta analisa dari 11 studi dimana berat tinja diukur secara akurat dalam 26 kelompok pada diet terkontrol konten polisakarida menunjukkan hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan konstipasi(r =0,84) (Cummings dkk, 1992).
Baru-baru ini, Murakami dalam penelitian cross sectional pada wanita muda di Jepang dengan asupan serat rendah (6,4 gram/hari), konsumsi air mineral yang rendah dikaitkan dengan peningkatan prevalensi konstipasi. Konstipasi juga ditemukan secara bermakna dikaitkan dengan asupan buah dan sayuran yang rendah dalam penelitian Singapura (Orenstein, 2008).
Stphen dan Cumming menunjukkan bahwa 48% dari peningkatan curah feses dihubungkan dengan makanan berserat. Ketika serat hampir sepenuhnya dicerna, curah feses dan kadar air meningkat (Kay, 2011).
Pada wanita Jepang dilakukan penelitian secara cross sectional, kalori dan asupan serat tidak berbeda nyata antara subjek konstipasi fungsional dan tanpa konstipasi fungsional. Selain itu telah diulas bahwa asupan serat bukan merupakan penyebab utama konstipasi. Hal ini karena belum adanya penurunan prevalensi konstipasi di Amerika Serikat selama dekade terakhir meskipun meningkatnya ketersediaan dan konsumsi makanan kaya serat. Dengan demikian hubungan antara nutrisi atau makanan serat perlu dikaji lebih lanjut (Soon, 2010).
Oleh karena tingginya angka prevalensi konstipasi dan adanya perbedaan dari berbagai literatur mengenai makan berserat dengan kejadian konstipasi maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara pola makan berserat dengan kejadian konstipasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat hubungan antara antara pola makanan berserat dengan kejadian konstipasi di RSUP. H. Adam Malik Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian konstipasi di RSUP. H. Adam Malik Medan. 2. Untuk mengetahui apakah makanan berserat merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya konstipasi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh penulis tentang metodologi penelitian.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Bisa dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan besar Universitas Sumatera Utara, yang diharapkan bermanfaat sebagai data awal dan refrensi untuk penelitian lebih lanjut.
1.4.3 Bagi Institusi Rumah sakit
Sebagai bahan evaluasi dan satu dasar memiliki langkah yang tepat dalam melakukan asuhan dan pengobatan pada penderita konstipasi.
1.4.4 Bagi Masyarakat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan Serat
2.1.1 Definisi makanan serat
Menurut The American Association of Cereal Chemist serat adalah merupakan bagian yang dapat di makan dari tanaman atau karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi pada usus halus dengan fermentasi lengkap atau partial pada usus besar. Serat makanan tersebut meliputi pati, polisakarida, oligosakarida, lignin dan bagian tanaman lainnya (Sutanto, 2001).
2.1.2 Klasifikasi makanan serat
Dua macam makanan serat yaitu serat yang larut dalam air dan tidak larut dalam air. Serat yang tidak larut dalam air umumnya disebut juga ”Roughage” serat yang mencegah terjadinya konstipasi dan ventrikulosis dengan menambahkan massa feses. Sumber yang baik meliputi kulit gandum, roti, pasta, beras dan sayuran. Serat larut
dalam air untuk menurunkan kolesterol dan meningkatkan kesehatan jantung (Curtis).
2.1.3 Sumber makanan serat
Pilihan serat yang baik adalah : 1. Biji- bijian.
2. Buah. 3. Sayuran.
4. Kacang-kacangan.
Jenis Bahan Makanan
Sayur-sayuran
Kandungan
serat
Buah-buahan
Kandungan
serat
Kacang-kacangan
dan bahan
olahannya
Kandungan
serat
Bayam
0,8
Alpukat
1,4
Kacang
kedelai
4,9
Daun
papaya
2,1
Anggur
1,7
Kacang
tanah
2
Daun
singkong
1,2
Appel
0,7
Kacang
hijau
4,1
Kangkung 1
Belimbing 0,9
Kedelai
bubuk
2,5
Seledri
0,7
Jagung
2,9
Kecap
kental
0,6
Tomat
1,2
Jeruk bali
0,4
Susu
kedelai
0,1
Selada
0,6
Jambu biji
5,5
5
Tahu
0,1
Paprika
1,4
Asam
sitrun
2
Touge
0,7
Cabai
0,3
Mangga
0,4
Kacang
panjang
3,2
Kacang
panjang
2,5
Melon
0,3
Tempe
1,4
Bawang
putih
1,1
Nenas
0,4
Bawang
merah
0,6
Papaya
0,7
Kentang
0,3
Pisang
0,6
Lobak
0,7
Semangka
0,5
Wortel
0,9
sirsak
2
Brokoli
0,5
srikaya
0,6
Kol
0,9
strowberi
6,5
Asparagus 0,6
Pear
3
Jamur
1,2
Terong
0,1
Sawi
2
Buncis
3,2
Nangka
muda
2.1.4 Kebutuhan makanan serat
Menurut National Academy of Science Iinstitute of Medicine kebutuhan serat per harinya adalah:
Umur 50 tahun Laki-laki : 30 gram Perempuan : 21 gram Umur 18 sampai 50 tahun Laki-laki : 38 gram
Perempuan : 25 gram
Umur dibawah 18 tahun Umur + 5 gram (Guilliams, 2005).
2.1.5 Manfaat makanan serat
Makanan tinggi serat mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Mencegah penyakit jantung
Penyebab utama penyakit jantung koroner (PJK) adalah hiperlipidemi di dalam darah. PJK dimulai dengan terjadinya aterosklerosis yaitu penebalan dinding arteri bagian dalam oleh komponen lipid berupa kolesterol dan trigliserida. Mekanisme terjadinya aterosklerosis dihubungkan dengan konsep disfungsi endotel. Lapisan endotel lapisan yang berperan pada pengaturan fungsi fisiologis pembuluh darah. Endotel juga mencegah terjadinya agregasi trombosit dan menempelnya sel-sel darah pada dinding pembuluh darah. Oleh karena itu setiap gangguan pada dinding endotel akan menyebabkan arteriosklerosis.
Serat lignin (insoluble fiber), pectin dan glucans(soluble fiber) mempunyai efek mengikat zat-zat organik seperti asam empedu dan kolesterol sehingga menurunkan jumlah asam lemak di dalam saluran pencernaan. Pengikatan empedu oleh serat juga menyebabkan asam empedu keluar dari siklus enterohepatik, karena asam empedu yang disekresi ke usus tak dapat diabsorbsi tetapi terbuang ke dalam feses. Penurunan jumlah asam empedu menyebabkan hepar harus menggunakan kolesterol sebagai bahan untuk membentuk asam empedu. Hal ini yang menyebabkan serat dapat menurunkan kadar kolesterol.
2. Mencegah kanker kolon
keras, kering dan lambatnya gerak pembuangan. Konsumsi serat yang cukup akan mempercepat transit feses dalam saluran pencernaan sehingga kontak antara kolon dengan berbagai zat karsinogen yang terbawa dalam makanan lebih pendek, dengan demikian mengurangi peluang terjadinya kanker kolon. Transit makanan yang lebih cepat juga mengurangi kesempatan berbagai mikroorganisme dalam kolon untuk membentuk zat karsinogen.
3. Mengkontrol gula darah
Adanya serat larut memperlambat absorbsi glukosa, sehingga dapat ikut berpera mengatur gula darah dan memperlambat kenaikan gula darah. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam Glycaemic Index (GI) yang angkanya dari 0 sampai dengan 100. Makanan yang cepat dirombak dan juga cepat diserap dapat meningkatkan kadar gula darah, mempunyai angka GI yang tinggi sedangkan makanan yang lambat dirombak dan lambat diserap masuk ke aliran darah mem-punyai angka GI yang rendah. Hasil penelitian pada hewan percobaan maupun pada manusia mengungkapkan bahwa kenaikan kadar gula darah dapat ditekan jika karbohidrat dikonsumsi bersama serat makanan. Hal ini sangat bermanfaat bagi penderita diabetes, baik tipe I maupun tipe II.
4. Mencegah terjadinya konstipasi
2.2 Konstipasi
2.2.1 Definisi konstipasi
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas/lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras. Disepakati bahwa buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam praktek sehari-hari dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali seminggu atau 3 hari tidak buang air besar atau buang air besar diperlukan mengejan secara berlebihan (Djojoningrat, 2009).
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar dan sering disebabkan oleh sejumlah besar tinja yang kering dan keras pada kolon desenden yang menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan (Guyton, 2007).
Table 2.1 Definisi konstipasi sesuai dengan International Workshop on Constipation
Tipe Kriteria
1. Konstipasi fungsional Dua atau lebih dari keluhan ini paling sedikit dalam 12 bulan:
- Mengedan keras 25% dari BAB - Feses yang keras 25% dari BAB - Rasa tidak tuntas 25 % dari BAB - BAB kurang dari 2 kali per minggu 2. Penundaan pada muara rectum - Hambatan pada anus lebih dari 25%
BAB
- Waktu untuk BAB lama
2.2.2 Epidemiologi konstipasi
Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna yang terbanyak pada usia lanjut. Terjadi peningkatan keluhan ini dengan bertambahnya usia; 30-40% orang berusia di atas 65 tahun mengeluh konstipasi. Di Inggris, 30% orang berusia 60 tahun merupakan konsumen yang teratur menggunakan obat pencahar. Di Australia, sekitar 20% dari populasi berusia di atas 60 tahun mengeluh mengalami konstipasi dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pria. Suatu penelitian yang melibatkan 3000 orang berusia diatas 65 tahun menunjukkan sekitar 34% perempuan dan 26 % pria yang mengeluh konstipasi (Pranaka, 2009).
Konstipasi mempengaruhi 2% hingga 27% (rata-rata 14,8%) dari populasi orang dewasa di Amerika Utara sekitar 63 juta orang. Konstipasi lebih mempengaruhi perempuan dari pada laki-laki dan kulit hitam lebih sering dari pada kulit putih. Hal ini terjadi pada semua kelompok umur tetapi lebih sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun dan umur dibawah 4 tahun (Orenstein, 2008).
Konsensus menyimpulkan bahwa konstipasi kronis memiliki estimasi prevalensi 5-21% di wilayah Amerika latin, dengan rasio perempuan dan laki-laki 3:1. Individu dengan Konstipasi, 75% menggunakan beberapa jenis obat. (Wasermann, 2008).
2.2.3 Etiologi konstipasi
Adapun etiologi dari konstipasi adalah sebagai berikut :
1. Pola hidup; diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, kurang olah raga.
2. Obat – obatan; antikolinergik, penyekat kalsium, alumunium hidroksida, suplemen besi dan kalsium, opiate ( kodein dan morfin)
3. Kelainan stuktural kolon ; tumor, stiktur, hemoroid, abses perineum, magakolon. 4. Penyakit sistemik ; hipotiroidisme, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus.
5. Penyakit neurologic ; hirschprung, lesi medulla spinalis, neuropati otonom. 6. Disfungsi otot dinding dasar pelvis.
8. Irritable Bowel syndrome tipe konstipasi ( Djojoningrat,2009).
2.2.4 Patofisiologi konstipasi
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang menghantar feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan merenggangkan ampula dari rekum diikuti relaksasi dari sfingter anus interna. Untuk menghindari pengeluaran feses secara spontan, terjadi refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang dipersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima rangsangan keinginan untuk buang air besar dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. Kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot-otot levator ani (Pranaka, 2009).
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebab multipel mencangkup beberapa faktor yaitu:
1. Diet rendah serat , karena motalitas usus bergantung pada volume isi usus. semakin besar volume akan semakin besar motalitas.
2. Gangguan refleks dan psikogenik. Hal ini termasuk (1) fisura ani yang terasa nyeri dan secara refleks meningkatkan tonus sfingter ani sehingga semakin meningkatnya nyeri; (2) yang disebut anismus (obstruksi pintu bawah panggul), yaitu kontraksi (normalnya relaksasi) dasar pelvis saat rektum terenggang.
3. Gangguan transport fungsional, dapat terjadi karena kelainan neurogenik, miogenik, refleks, obat-obatan atau penyebab iskemik (seperti trauma atau arteriorsklerosis arteri mesentrika).
4. Penyebab neurogenik. Tidak adanya sel ganglion di dekat anus karena kelainan kongenital (aganglionosis pada penyakit Hirschsprung) menyebabkan spasme yang menetap dari segmen yang terkena akibat kegagalan relaksasi reseptif dan tidak ada refleks penghambat anorektal (sfingter ani internal gagal membuka saat rektum mengisi).
6. Obstruksi mekanis di lumen usus (misal, cacing gelang, benda asing, batu empedu).
7. Pada beberapa pasien konstipasi dapat terjadi tanpa ditemukannya penyebabnya. Stress emosi batau psikis sering merupakn faktor memperberat keadaan yang disebut irritable colon(Silbernag, 2007).
2.2.5 Gambaran klinis
Beberapa keluhan yang mungkin yang berhubungan dengan konstipasi adalah: 1. Kesulitan memulai atau menyelesaikan buang air besar.
2. Mengejan keras saat buang air besar. 3. Massa feses yang keras dan sulit keluar. 4. Perasaan tidak tuntas saat buang air besar . 5. Sakit pada daerah rektum saat buang air besar. 6. Adanya pembesaran feses cair pada pakaian dalam. 7. Menggunakan bantuan jari- jari untuk mengeluarkan feses.
8. Menggunakan obat-obat pencahar untuk bisa buang air besar (Pranaka, 2009).
2.2.6 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis yang terperinci merupakan hal terpenting untuk mengungkapkan adakah konstipasi dan faktor resiko penyebab.
Kriteria Rome-II untuk diagnosis konstipasi fungsional
a. Dua atau lebih gejala klinis berikut ditemukan sekurang kurangnya 12 minggu dalam 12 bulan ( tidak boleh berturut-turut).
1. Mengejan selama lebih dari satu dalam buang empat kali buang air besar. 2. Tinja keras dalam 4 kali buang air besar.
4. Menggunakan evakuasi digital (misalnya mengeluarkan tinja dengan jari tangan, penopang dasar panggul) dengan lebih satu dalam empat kali buang air besar.
5. Kurang dari 3 kali buang air besar per minggu. a. Tanpa ada diare atau tinja yang lembek.
b. Gejala klinis tidak memenuhi kriteria sindrom usus iritabel (Lavan). 1. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Inspeksi perineal mencari lesi yang nyeri dan lain-lain.
b. Pemeriksaan rektal perhatikan tonus anus, tekanan menjepit dan apakah rektum kosong atau terisi dan penuh dengan feses.
c.Pemeriksaan abdomen untuk melihat ada massa atau jaringan parut. d. Pemeriksaan neurologik.
e. Pemeriksaan vagina untuk mengobservasi adanya rektokel. 2. Sigmoidoskopi untuk mencari lesi lokal.
3. Pemeriksaan darah lengkap, LED.
4. Urea, elektrolit, kalsium darah, tes fungsi tiroid. 5. Radiologi
a. Foto otot polos penting pada kecurigaan adanya obstruksi. b. Barium enema merupakan indikasi pada semua kasus (Cooper).
2.2.7 Diagnosis banding
Diagnosis banding konstipasi: 1. Idiopatik/ diet.
2. Neoplasma kolorektal. 3. Depresi.
4. Hipotiroidisme. 5. Hiperkalsemia. 6. Megakolon.
7. Penyakit Hirschsprung (Davey, 2003). 2.2.8 Penatalaksanaan konstipasi
1.Diet dan hidrasi
Pada pasien dengan gejala yang mengganggu, langkah pertama adalah mengoptimalkan asupan serat dan cairan.
2.Obat-obat pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar
a. Memperbesar dan melunakkan masa feses, antara lain: Cereal, Methyl Selulose, Psilium.
b. Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air. Contoh Minyak kasto, Golongan docusate.
c.Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain: Sorbitol, Lactulose, Glycerin.
d. Merangsang peristaltik sehingga meningkatkan motilitas usus besar (Pranaka, 2009).
2.3 Hubungan makan berserat dengan kejadian konstipasi
l. Serat makanan di dalam usus, akan menyerap cairan dan mengembang seperti karet busa, membentuk tinja menjadi besar dan lembab, sehingga lebih mudah keluar, konsumsi dietary fiber khususnya insoluble fiber misalnya pectin akan menghasilkan feses yang lunak.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2 Definisi Operasional
a. Pola makan berserat adalah kebiasaan konsumsi serat alami atau suplemen yang diukur dari frekuensi dan jenis serat yang dikonsumsi. Frekuensi konsumsi adalah berapa kali mengkonsumsi makan serat dalam sehari. Jenis serat yang dikonsumsi berupa buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, makanan olahan seperti gandum, jus, roti dll.
Alat ukur : Kuesioner Cara Pengukuran : Wawancara
Konstipasi Pola Makan Berserat
Skala pengukuran : Ordinal Score untuk setiap kuesioner adalah :
1. Rendah serat : score 0-7 2. Baik/cukup serat : score 8-14
3. Tinggi serat : score 15-20
b. Konstipasi merupakan keluhan berkurangnya frekuensi buang air besar yaitu kurang dari 3 kali dalam seminggu dan dengan beberapa keluhan:
1. Kesulitan memulai dan menyelesaikan buang air besar. 2. Mengejan keras saat buang air besar.
3. Masa feses yang keras.
4. Perasaan tidak tuntas saat buang air besar.
5. Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses.
Alat ukur : Rekam Medis Cara mengukur : wawancara angket Skala pengukuran : Nominal
3.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain Retrospective pada pola makanan berserat dengan konstipasi yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik. Penelitian juga bersifat deskriptif-analitik.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada bulan Juni - Juli 2011. Penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan karena rumah sakit ini merupakan pusat rujukan sehingga banyak kasus yang dapat diperhitungkan dan dapat mewakilkan kasus pola makanan berserat dengan terjadinya konstipasi di daerah Sumatera Utara dan sekitarnya.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita konstipasi yang ada di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2011.
4.3.2 Sampel
Besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini dapat mewakili populasi, yaitu :
Keterangan :
n = besar sampel minimum
= nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu = nilai distribusi normal baku (table Z) pada β tertentu
P = rata-rata P1 dan P2
P1 = perkiraan proporsi paparan pada populasi 1(outcome +) P2 = perkiraan proporsi paparan pada populasi 2 (outcame -) P1-P2 = perkiraan selisih proporsi dan di teliti
Q1 = 1-
Q2 =1-
Q =1-P
Maka setelah dihitung berdasarkan perumusan diatas maka diperoleh hasil yaitu 60 sampel untuk konstipasi dan 60 sampel untuk tidak konstipasi sebagai kontrol.
Kriteria inklusi
1. Pasien dengan usia 17 tahun keatas. 2. Pasien yang menderita konstipasi.
Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang menderita kanker rektum. 2. Pasien Inflammatory Bowel Disease. 3. Pasien Irritable Bowel Syndrom. 4. Malabsorbsi sindrom.
5. Wanita hamil.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara wawancara dan kuesioner pada pasien konstipasi di Departemen Ilmu Penyakit Dalamdi RSUP. H. Adam Malik Medan. Cara pengambilan data dengan menggunakan wawancara yang menderita konstipasi di RSUP. H. Adam Malik Medan dan mencatat nama, umur, pekerjaan, jenis kelamin dan frekuensi buang air besar. Setelah itu seluruh data dimasukkan ke dalam program SPSS dan di uji hipotesa untuk mengetahui apakah hipotesa nol ditolak atau tidak. Seluruh pencatatan akan dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi.
4.5 Metode Analisis Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki ruangan Rawat Inap dan Departemen Penyakit Dalam. Di ruangan tersebutlah lokasi pengambilan data pada penelitian ini.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
[image:33.595.176.518.643.743.2]5.1.2.1. Distribusi Subyek Berdasarkan Umur
Tabel 5.1. Distribusi Penderita Konstipasi Berdasarkan Umur
Usia N % Frekuensi
17- 27 tahun 18 30
28- 38 tahun 9 15
50- 60 tahun 14 23,3
61- 71 tahun 3 5
72- 82 tahun 5 8,3
83- 93 tahun 1 1,7
Total 60 100
[image:34.595.175.515.409.641.2]Dari tabel 5.1. dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah penderita konstipasi berusia antara 17-27 tahun yaitu sebanyak 18 orang (30%), diikuti oleh berusia antara 50-60 tahun sebanyak 14 orang (23,3%), sedangkan yang paling sedikit adalah berusia antara 83-93 tahun yaitu sebanyak satu orang (1,7%
Tabel 5.2. Distribusi Tidak Konstipasi Berdasarkan Umur
Usia N % Frekuensi
17- 27 tahun 23 38,3
28- 38 tahun 12 20
39- 49 tahun 11 18,3
50- 60 tahun 10 16,7
61- 71 tahun 1 1,7
72- 82 tahun 1 1,7
83- 93 tahun 2 3,3
Total 60 100
sedangkan yang paling sedikit adalah berusia antara 61-71 tahun yaitu sebanyak satu orang (1,7%).
[image:35.595.176.528.251.356.2]5.1.2.2. Distribusi Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3. Distribusi Subyek Konstipasi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N % Frekuensi
Laki-laki 21 35
Perempuan 39 65
Total 60 100
Dari tabel 5.3. dapat diketahui bahwa pasien yang berjenis kelamin laki-laki yang menderita konstipasi sebanyak 21 orang (35%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan yang menderita konstipasi sebanyak 39 orang (65%).
Tabel 5.4. Distribusi Subyek Tidak Konstipasi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N % Frekuensi
Laki-laki 26 43,3
Perempuan 37 56,7
Total 60 100
[image:35.595.176.528.533.637.2]5.1.2.3. Distribusi Subyek Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.5. Distribusi Subyek Konstipasi Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan N % Frekuensi
Ibu rumah tangga 20 33.3
Mahasiswa 12 20
Pensiun 4 6,7
Petani 2 3,3
PNS 7 11,7
Wiraswasta 15 25
Total 60 100
Dari tabel 5.5. dapat diketahui bahwa pasien dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 20 orang (33,3%), sedangkan yang menempati urutan terendah adalah pasien dengan pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak dua orang (3,3%).
Tabel 5.6. Distribusi SubyekTidak Konstipasi Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan N % Frekuensi
Ibu rumah tangga 6 10
Mahasiswa 9 15
Pensiun 4 6,7
Petani 3 5
PNS 28 46,7
Wiraswasta 10 16,7
[image:36.595.176.515.523.730.2]Dari tabel 5.6. dapat diketahui bahwa pasien dengan pekerjaan sebagai PNS menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 28 orang (47,6%), sedangkan yang menempati urutan terendah adalah pasien dengan pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak tiga orang (5%).
[image:37.595.71.561.317.417.2]5.1.2.4. Hubungan Pola Makan Berserat dengan Kejadian
Tabel 5.4. Tabulasi silang responden berdasarkan pola makan berserat dengan konstipasi
Uji hipotesa penelitian ini menggunakan metode chi-squere. Tabel 2x3 ini layak di uji dengan chi squere karena tidak ada nilai expected kurang dari lima.
Pada hasil uji chi-squere, nilai yang dipakai pada Pearson chi-squere. Nilai significancy 0,001. Confidence interval yang digunakan adalah 95%. Karena faktor peluang kurang dari 5%, maka hasil tersebut bermakna. Artinya terdapat hubungan antara pola makan berserat dengan kejadian konstipasi.
5.2. Pembahasan
5.2.1.Karakteristik Subyek
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas penderita konstipasi berusia antara 17-27 tahun yaitu sebanyak 18 orang (30%), diikuti oleh berusia antara 50-60 tahun sebanyak 14 orang (23,3%). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
Kategori serat
Tinggi serat Baik serat Kurang serat Total P
Riwayat BAB konstipasi 7 33 20 60 0,001
Tidak konstipasi 38 18 4 60
penelitian yang di lakukan oleh Connel dimana didapatkan meningkatnya frekuensi penderita konstipasi pada usia di bawah 20 tahun sebanyak 10-15% dan 20-30% pada usia 60 tahun. Penelitian yang di lakukan Sasaki (2006) pada wanita Jepang dengan total sampel 3835 yang menderita konstipasi antara usia 18-20 tahun.
Penelitian yang dilakukan secara cross-sectional, di Australia wanita yang menderita konstipasi sebanyak 14.502 wanita pada usia (18-23 tahun), 13. 609 wanita dengan usia ( 45-50 tahun), dan 11.421 wanita dengan usia ( 70-75 tahun).
Hal ini di karenakan masih banyak remaja dan masyarakat yang kurang peduli terhadap asupan makanan berserat, ditandai dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang tidak lazim. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Risnangsih (2008) Sebanyak 40 siswa atau 53,3% memiliki tingkat konsumsi serat dalam kategori rendah, selebihnya 8 siswa atau 10,7% pada dalam kategori sedang dan 27 siswa atau 36% tingkat konsumsi seratnya melebihi dalam kategori tinggi.Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan konstipasi.
Dalam penelitian ini yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak menderita konstipasi , yaitu sebanyak 39 orang (65 %) sedangkan laki-laki sebanyak 21 orang (39%). Hasil penelitian schamulson 5-21% yang menderita konstipasi dengan perbandingan perempuan dengan laki- laki 3:1.
Seperti penelitian yang dilakukan Muller (2005) wanita lebih sering menderita konstipasi hal ini disebabkan hormon. Terlalu sedikit hormon thyroid (hypothyroidism) dan terlalu banyak hormon parathyroid dengan meningkatnya level kalsium di dalam
darah bisa menyebabkan konstipasi. Saat wanita mengalami masa menstruasi, level
estrogen dan progesterone meningkat dan menyebabkan konstipasi. Namun hal ini
jarang terjadi untuk jangka waktu yang lama. Level estrogen dan progesterone yang
tinggi selama kehamilan juga bisa menyebabkan konstipasi. pada wanita sedangkan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa pasien dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 20 orang (33,3%), sedangkan yang menempati urutan terendah adalah pasien dengan pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak dua orang (3,3%).
Kemajuan teknolgi, seperti adanya kenderaan bermotor, lift dan lain sebagainya dapat memicu terjadinya konstipasi karena kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang. Gaya hidup yang seperti ini yang meningkatkan konstipasi , selain itu mengkonsumsi makanan junk food juga dapat menyebabkan konstipasi karena pada umumnya berkalori tinggi. Kurangnya aktifitas fisik otot secara umum melemah,termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi. Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk merangsang refleks pada proses defekasi.
5.2.2.Hubungan Pola Makan Berserat dengan kejadian Konstipasi
Analisis hubungan pola makan berserat dengan kejadian konstipasi dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan berserat dengan kejadian konstipasi (p=0,001< p=0,05). Hal ini berarti menunjukkan terdapat hubungan pola makan berserat dengan kejadian konstipasi. Konsumsi serat makanan khususnya serat tak larut menghasilkan feses yang lembek. Hal ini di perlukan kontraksi otot yang rendah untuk mengeluarkan feses dengan lancar. Kekurangan serat menyebabkan feses menjadi keras dan di perlukan kontraksi otot yang besar untuk mengeluarkan feses (2001).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1.Penderita konstipasi yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagian besar berusia antara 17-27 tahun (30%);
2.Penderita konstipasi yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 orang (65%);
3. Terdapat hubungan antara pola makan berserat dengan kejadian konstpasi di Rumah Sakit Umum Pusar H. Adam Malik (p 0,001< 0,05).
6.2. SARAN
Dari seluruh proses penelitian dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:
1. Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, khususnya dokter yang bertugas agar memberikan pelayanan kesehatan dan pengobatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita pasien, terutama dalam hal ini pasien penderita konstipasi.
2. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih memperdalam pengetahuannya mengenai konstipasi, penanganan, dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arnaud, M.J., Mild Dehyddration a Risk Factor of Constipation. European Journal of Clinical Nutrion. 2003:57
Basson D March, MD, PhD, FACS., Constipation, Medscape Reference. 2011.
Cooper B.T, Hall M.J, Barry R.E, ,Konstipasi. In: Read E.A., ed. Manual gastroenterology, Jakarta, Binarupa Askara: 5-9.
Cummings dkk, Recommedations For The intake of Fiber 2005 Report of The Dietary Guidelines Advisory Committee. An Information Portal For Health Professionals.
Curtis Carol M.S., Dietary Fibers. The University of Orizon College of Agriculture and Life Sciences.
Djojoningrat Dharmika, 2006. Pendekan Klinis Penyakit Gastroenterologi. In: Sudoyo W. Aru, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, Internal Publishing: 444-445.
Guyton C. Arthur M.D and Hall E John Ph.D. 2007, Fisiologi Gangguan Gastrointestinal. In: Rachman Yanuar Luqman. ed. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC: 863-864.
Kay Ruth Mcpherson. Dietry Fiber. Journal of Lipid Reserch.2011 Vol 23.
Lavan T. Joseph, Konstipasi. In: Saputra Lyndon, ed. Taylor Manual Diagnosis Klinik Dalam 10 Menit; Jakarta, Binarupa Askara Publisher: 311-314.
Nainggolan Owin, Adimunc Nainggolan. Diet Sehat Dengan Serta. Cermin Dunia Kedokteran. No 147 2005: 43-46.
Orenstein Foxx E. May, Mcwally A, Meredythe MD, and Odunsit T Sloebatu MD. Update on Constipasion on Treatmet Does Not Fil All. Cleveland Clinic Journal of Medicine.2008- Vol 75: 813-824
Pranaka Krisna , Adyani Rejeki, 2006. Konstipasi dan Inkontinensia. In: Sudoyo W. Aru, ed. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta , internal publishing : 876-880.
Ricland, W A. Dietry Fiber An Essential Part of a Healty Diet. Advancemed Hanford Occupational Health.2007: 150
Silbernagl Stefan and Lang Florian ,2006. Konstipasi dan Pseudo (obstruksi). In: Resmisari Titiek and Liena. Ed. Teks and Atlas Patofisiologi. Jakarta, EGC: 156-157.
Sutanto B. Lucian. Manfaat Makanan Serat ( Dietry Fiber). Majalah kedokteran andalas. No. 2 Vol.31 Juli- desember 2007: 45-50.
Weisserman Chmulson. The Latin American Consensus on Chronic Constipasion . U.S National Library of Medicine National Institutet of Health. 2008;57
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Astinal Eka Sari
Tempat / Tanggal Lahir : Rantauprapat / 16 November 1990
Agama : Islam
Alamat : Jalan T. Zulkarnain no. 1/12
Telepon : 082166645469
Orang Tua : Ayah : H. Ainal, SP Ibu : Hj. Roslina
Riwayat Pendidikan : 1. SD 112139 Rantau Utara (1996-2002)
2. SMP Negeri 3 Rantau Utara (2002-2005) 3. SMA Negeri 1 Rantau Utara (2005-2008) Riwayat Pelatihan :
Riwayat Organisasi : Anggota SCORE FK USU ( 2008-2009)
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN POLA MAKAN BERSERAT DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI
DI RSUP. H. ADAM MALIK TAHUN 2011
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2008 melakukan penelitian tujuan untuk mencari hubungan pola makan berserat dengan kejadian konstipasi di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2011.
Saya mengharapkan kesedian Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana tidak akan memberi dampak membahayakan. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apa pun. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.
Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir ini.
Tanggal
Peneliti Responden
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA MAKAN BERSERAT DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI
Petunjuk Pengisian :
1. Jawablah pertanyaan pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang menurut Anda benar dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf yang telah tersedia
2. Semua pertanyaan harus dijawab DATA DEMOGRAFI
NAMA :
USIA :
JENIS KELAMIN : PEKERJAAN :
JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT
BERI TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR.
1. Apakah anda mengkonsumsi buah-buahan setiap harinya? a. Selalu
b. Kadang-kandang c. Tidak pernah
2. Buah apa yang anda konsumsi ?
a. Pepaya
b. Pisang
c. Apel,
d. ---, jika tidak terdapat pada pilihan, tulis buah yang dimakan.
3. Apakah anda mengkonsumsi nasi/beras setiap hari? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
5. Jika iya sayur apa yang anda konsumsi? a. Bayam
b. Daun Pepaya c. Kangkung
d. ---, jika tidak terdapat pada pilihan, tulis buah yang dimakan.
6. Apakah sayuran yang anda makan sering? a. Direbus
b. Dilalap (sayuran mentah) c. Dikukus
7. Apakah setiap hari mengkonsumsi jus? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
8. Apakah anda mengkonsumsi kacang-kacangan? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
9. Jika iya kacang apa yang anda konsumsi? a. Kacang tanah
b. Kacang hijau c.Kacang kedelai
10. Berapa gelas anda mengonsumsi air mineral dalam 1 hari? a. Kurang dari 8 gelas
b. 8 gelas
Data Induk Konstipasi
No Nama Usia Jenis Kelamin Pekerjaan
Score serat konstipasi
1 RRD1 20 Perempuan Mahasiswa 9
2 RRD2 27 Perempuan Ibu rumah tangga 8
3 RRD3 21 Perempuan Mahasiswa 9
4 RRD4 40 Perempuan Ibu rumah tangga 11
5 RRD5 37 Laki-laki Petani 4
6 RRD6 46 Laki-laki wiraswasta 5
7 RRD7 80 Perempuan Ibu rumah tangga 2 8 RRD8 30 Perempuan Ibu rumah tangga 6 9 RRD9 45 Perempuan Ibu rumah tangga 3
10 RRD10 60 Laki-laki wiraswasta 10
11 RRD11 44 Perempuan Ibu rumah tangga 10
12 RRD12 21 Perempuan Mahasiswa 2
13 RRD13 21 Laki-laki wiraswasta 12
14 RRD14 21 Perempuan Ibu rumah tangga 2
15 RRD15 53 Perempuan wiraswasta 7
16 RRD16 78 Perempuan Ibu rumah tangga 4
17 RRD17 60 Perempuan wiraswasta 13
18 RRD18 59 Laki-laki wiraswasta 8
20 RRD20 72 Perempuan Pensiun 11
21 RRD21 23 Laki-laki wiraswasta 1
22 RRD22 21 Perempuan Mahasiswa 9
23 RRD23 25 Laki-laki wiraswasta 13
24 RRD24 28 Laki-laki wiraswasta 11
25 RRD25 38 Laki-laki wiraswasta 15
26 RRD26 53 Perempuan Ibu rumah tangga 10 27 RRD27 35 Perempuan Ibu rumah tangga 8
28 RRD28 22 Perempuan Mahasiswa 9
29 RRD29 22 Perempuan Mahasiswa 11
30 RRD30 49 Laki-laki wiraswasta 11
31 RRD31 46 Perempuan Petani 17
32 RRD32 56 Laki-laki wiraswasta 4
33 RRD33 17 Laki-laki Mahasiswa 4
34 RRD34 23 Perempuan Mahasiswa 9
35 RRD35 22 Perempuan Mahasiswa 9
36 RRD36 22 Perempuan Mahasiswa 12
37 RRD37 38 Perempuan PNS 13
38 RRD38 42 Laki-laki PNS 12
39 RRD39 48 Perempuan Ibu rumah tangga 5
40 RRD40 22 Perempuan Mahasiswa 11
41 RRD41 52 Perempuan Ibu rumah tangga 9
42 RRD42 63 Laki-laki Pensiun 9
44 RRD44 80 Laki-laki Pensiun 5 45 RRD45 57 Perempuan Ibu rumah tangga 4 46 RRD46 50 Perempuan Ibu rumah tangga 7 47 RRD47 38 Perempuan Ibu rumah tangga 15
48 RRD48 53 Laki-laki PNS 10
49 RRD49 21 Perempuan Mahasiswa 11
50 RRD50 70 Perempuan Ibu rumah tangga 7
51 RRD51 69 Laki-laki Pensiun 4
52 RRD52 55 Perempuan PNS 1
53 RRD53 52 Perempuan PNS 9
54 RRD54 42 Laki-laki wiraswasta 2
55 RRD55 57 Perempuan Ibu rumah tangga 6 56 RRD56 28 Perempuan Ibu rumah tangga 3 57 RRD57 42 Perempuan Ibu rumah tangga 7
58 RRD58 33 Laki-laki PNS 11
59 RRD59 89 Perempuan Ibu rumah tangga 6
Tidak Konstipasi (Kontrol)
No Nama Usia Pekerjaan Score serat -
konstipasi Jenis kelamin
1 RRE1 48 PNS 14 Perempuan
2 RRE2 41 Ibu rumah tangga 12 Perempuan
3 RRE3 79 Ibu rumah tangga 16 Perempuan
4 RRE4 83 pensiun 14 Laki-laki
5 RRE5 53 PNS 15 Laki-laki
6 RRE6 23 PNS 12 Perempuan
7 RRE7 52 PNS 11 Perempuan
8 RRE8 47 PNS 16 Perempuan
9 RRE9 21 Mahasiswa 8 Perempuan
10 RRE10 55 PNS 14 Laki-laki
11 RRE11 21 Wiraswasta 8 Laki-laki
12 RRE12 25 PNS 15 Perempuan
13 RRE13 18 PNS 15 Laki-laki
14 RRE14 20 Wiraswasta 18 Laki-laki
15 RRE15 18 Wiraswasta 14 Perempuan
16 RRE16 23 Wiraswasta 11 Perempuan
17 RRE17 19 Wiraswasta 15 Perempuan
18 RRE18 63 pensiun 16 Laki-laki
19 RRE19 35 PNS 18 Perempuan
21 RRE21 55 PNS 8 Perempuan
22 RRE22 58 PNS 12 Laki-laki
23 RRE23 38 Ibu rumah tangga 17 Perempuan
24 RRE24 55 pensiun 6 Laki-laki
25 RRE25 39 Wiraswasta 13 Laki-laki
26 RRE26 38 PNS 15 Perempuan
27 RRE27 32 PNS 14 Perempuan
28 RRE28 42 PNS 11 Perempuan
29 RRE29 44 PNS 10 Laki-laki
30 RRE30 37 PNS 5 Laki-laki
31 RRE31 35 PNS 11 Perempuan
32 RRE32 25 Ibu rumah tangga 15 Perempuan
33 RRE33 86 pensiun 15 Laki-laki
34 RRE34 33 Wiraswasta 13 Laki-laki
35 RRE35 22 Wiraswasta 16 Laki-laki
36 RRE36 26 Wiraswasta 18 Laki-laki
37 RRE37 24 PNS 18 Laki-laki
38 RRE38 33 PNS 19 Laki-laki
39 RRE39 30 PNS 11 Laki-laki
40 RRE40 28 Ibu rumah tangga 15 Perempuan
41 RRE41 23 Mahasiswa 7 Laki-laki
42 RRE42 45 PNS 5 Perempuan
43 RRE43 24 Wiraswasta 10 Laki-laki
45 RRE45 26 PNS 14 Perempuan
46 RRE46 22 Mahasiswa 15 Perempuan
47 RRE47 21 Mahasiswa 17 Perempuan
48 RRE48 46 Wiraswasta 19 Laki-laki
49 RRE49 22 Mahasiswa 13 Laki-laki
50 RRE50 22 Mahasiswa 12 Perempuan
51 RRE51 56 Wiraswasta 9 Laki-laki
52 RRE52 42 PNS 16 Laki-laki
53 RRE53 28 PNS 15 Perempuan
54 RRE54 49 PNS 15 Laki-laki
55 RRE55 56 PNS 15 Laki-laki
56 RRE56 45 PNS 13 Perempuan
57 RRE57 50 PNS 14 Perempuan
58 RRE58 21 Mahasiswa 8 Perempuan
59 RRE59 21 Mahasiswa 2 Perempuan
60 RRE60 21 Mahasiswa 15 Perempuan
Output Data
Usia Konstipasi
N Valid 60
Missing 60
Mean 43.1000
Median 42.0000
Mode 21.00
Std. Deviation 18.83353
Minimum 17.00
Maximum 89.00
Usia Konstipasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 17.00 1 .8 1.7 1.7
20.00 1 .8 1.7 3.3
21.00 7 5.8 11.7 15.0
23.00 2 1.7 3.3 26.7
25.00 1 .8 1.7 28.3
27.00 1 .8 1.7 30.0
28.00 2 1.7 3.3 33.3
30.00 1 .8 1.7 35.0
33.00 1 .8 1.7 36.7
35.00 1 .8 1.7 38.3
37.00 1 .8 1.7 40.0
38.00 3 2.5 5.0 45.0
40.00 1 .8 1.7 46.7
42.00 3 2.5 5.0 51.7
44.00 1 .8 1.7 53.3
45.00 1 .8 1.7 55.0
46.00 2 1.7 3.3 58.3
48.00 1 .8 1.7 60.0
49.00 1 .8 1.7 61.7
50.00 1 .8 1.7 63.3
52.00 2 1.7 3.3 66.7
53.00 3 2.5 5.0 71.7
56.00 1 .8 1.7 76.7
57.00 2 1.7 3.3 80.0
59.00 1 .8 1.7 81.7
60.00 2 1.7 3.3 85.0
63.00 1 .8 1.7 86.7
69.00 1 .8 1.7 88.3
70.00 1 .8 1.7 90.0
72.00 2 1.7 3.3 93.3
78.00 1 .8 1.7 95.0
80.00 2 1.7 3.3 98.3
89.00 1 .8 1.7 100.0
Total 60 50.0 100.0
Missing System 60 50.0
Total 120 100.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 17-27 23 38.3 38.3 38.3
28-38 12 20.0 20.0 58.3
39-49 11 18.3 18.3 76.7
50-60 10 16.7 16.7 93.3
61-71 1 1.7 1.7 95.0
72-82 1 1.7 1.7 96.7
83-93 2 3.3 3.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Jenis kelamin konstipasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 60 50.0 50.0 50.0
Lk 21 17.5 17.5 67.5
Pr 39 32.5 32.5 100.0
Total 120 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Lk 26 43.3 43.3 43.3
Pr 34 56.7 56.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Jenis Pekerjaan konstipasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 60 50.0 50.0 50.0
Ibu rumah tangga 20 16.7 16.7 66.7
Mahasiswa 12 10.0 10.0 76.7
Pensiun 4 3.3 3.3 80.0
Petani 2 1.7 1.7 81.7
PNS 7 5.8 5.8 87.5
wiraswasta 15 12.5 12.5 100.0
Total 120 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ibu rumah tangga 6 10.0 10.0 10.0
Mahasiswa 9 15.0 15.0 25.0
pensiun 4 6.7 6.7 31.7
petani 3 5.0 5.0 36.7
PNS 28 46.7 46.7 83.3
Wiraswasta 10 16.7 16.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Kategori Serat dengan Riwayat BAB Crosstabulation
RiwayatBAB
Total Konstipasi
Tidak Konstipasi
Kategori Serat Baik Serat Count 33 18 51
Expected Count 25.5 25.5 51.0
Kurang Serat Count 20 4 24
Expected Count 12.0 12.0 24.0
Tinggi Serat Count 7 38 45
Expected Count 22.5 22.5 45.0
Kategori Serat dengan Riwayat BAB Crosstabulation
RiwayatBAB
Total Konstipasi
Tidak Konstipasi
Kategori Serat Baik Serat Count 33 18 51
Expected Count 25.5 25.5 51.0
Kurang Serat Count 20 4 24
Expected Count 12.0 12.0 24.0
Tinggi Serat Count 7 38 45
Expected Count 22.5 22.5 45.0
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 36.434a 2 .000
Likelihood Ratio 39.605 2 .000
N of Valid Cases 120