• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN PENY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN PENY"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 28 HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT

HIPERTENSI DI PUSKESMAS KUOK TAHUN 2014

M.NIZAR SYARIF HAMIDI

Dosen tetap prodi D3 Keperawatan STIKes Tuanku tambusai Riau

ABSTRAK

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensi yang tinggi dan komplikasi yang ditimbulkan cukup berat. Saat ini diperkirakan 1 milyar penduduk dunia menderita hipertensi dengan prevalensi 26,4%. Di Negara maju prevalensi mencapai 37,3%. Masalah terbesar dalam menghadapi penyakit hipertensi adalah pada pola makan pasien yang cenderung mengkonsumsi makanan yang berlemak dan kolesterol yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ada tidaknya hubungan pola makan dengan kejadian penyakit hipertensi di puskesmas kuok tahun 2014. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan cross sectional Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling yaitu tekinik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel yaitu sebanyak 95 orang. Analisa data yang di gunakan adalah univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pola makan berada dalam kategori tidak sehat sebanyak 56 responden ( 58,9%), dan menderita hipertensi sebanyak 53 responden (55,8%). Berdasarkan uji statistic chi_square yaitu 0,001 (p <0,05), hal ini menunjukkan adanya hubungan antara Pola Makan dengan Kejadian Penyakit Hipertensi Di Puskesmas Kuok Tahun 2014. Disarankan bagi petugas kesehatan memberi penyuluhan tentang pola makan yang sehat bagi penderita Hipertensi.

(2)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 29 PENDAHULUAN

Menurut WHO, Hipertensi atau

”tekanan darah tinggi” adalah tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg.

Saat ini diperkirakan 1 milyar penduduk dunia menderita hipertensi dengan prevalensi 26,4%. Di Negara maju prevalensi mencapai 37,3%.

Tingginya prevalensi hipertensi

menjadikannya sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular yang paling penting.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun adalah sebesar 38,8% (berdasarkan pengukuran). Terdapat 10 provinsi mempunyai prevalensi hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun yaitu, Riau, Bangka Belitung, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat. Di Indonesia, prevalensi hipertensi cukup tinggi, menurut Nasional Basic Health Survey Tahun 2013, kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 45-64 tahun adalah 81,5% (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan laporan tahunan

DINKES Provinsi Riau, prevalensi kasus hipertensi pada tahun 2013 sebesar 25,01/100.000 (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2013).

Data kesakitan kejadian

hipertensi dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Kampar tahun 2013 dari 28 Puskesmas dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Laporan Data Kesakitan Dinas Kesehatan

(3)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 30 METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan

desain study potong lintang (cross sectional) yaitu untuk mengetahui

hubungan antara pola makan

Penyakit hipertensi

HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Yang Berobat Di Puskesmas Kuok

No Umur (tahun)

Frekuensi Persentase (%)

1 46 – 50 30 31,6%

halaman sebelumnya dapat

dilihat bahwa sebagian besar umur responden yang berobat ke Puskesmas Kuok umur 51-60

tahun, yaitu sebanyak 48

responden (50,5%).

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Pola Makan Responden Yang Berobat Di Puskesmas Kuok.

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar pola makan responden yang berobat ke Puskesmas Kuok yaitu Tidak Sehat sebanyak 56 orang (58,9%).

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Kuok.

No Hipertensi Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak Hipertensi 42 44,2% 2 Hipertensi 53 55,8% Total 95 100%

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa sebagian

besar responden mengalami

Hipertensi sebanyak 53 responden (55,8%).

A. Analisa Bivariat

Analisa bivariat ini melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen (Pola Makan )

dengan Variabel dependen

(kejadian Hipertensi).

Tabel 4.4 : Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Penyakit Hipertensi Di Puskesmas Kuok Tahun 2014

Kejadian Hipertensi N

o Pola

Makan Hipertensi Tidak Hipertensi Jl

(4)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 31

sebagian besar responden

mengalami hipertensi sebanyak 53 responden.

Untuk melihat ada tidaknya hubungan pola makan dengan

kejadian penyakit hipertensi

dilakukan uji statistic diperoleh nilai P value= 0,001 jadi nilai (P value < 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat

hubungan bermakna antara

hubungan pola makan dengan kejadian penyakit hipertensi di Puskesmas Kuok Tahun 2014.

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden, pola makan tidak sehat sebanyak 56 responden (68,9%).

Peneliti berasumsi pola makan berhubungan erat dengan kejadian hipertensi, karena apa yang kita makan mempengaruhi terjadinya hipertensi. Pola makan yang tidak sehat akan cenderung terkena penyakit hipertensi atau penyakit lainnya. Pola makan yang banyak mengandung asupan garam, pola makan tinggi lemak dan pola makan yang banyak mengandung

kolesterol akan berpengaruh

terhadap tubuh atau tekanan darah.

Berdasarkan hasil penelitian

responden yang pola makan tidak sehat lebih banyak menderita

hipertensi di bandingkan

responden yang memiliki pola

makan yang sehat. Hal ini

membuktikan bahwa dengan

menerapkan pola makan yang sehat akan mengurangi resiko terjadinya penyakit hipertensi, karena pola makan yang tidak sehat salah satu faktor terjadinya penyakit hipertensi.

Seperti yang telah di

kemukakan diatas bahwa sebagian besar responden pola makan dalam kategori tidak sehat. Hal dikarenakan masyarakat kurang menjaga pola makan yang baik.

Hasil penelitian Tiara (2008) pada 250 pasien hipertensi rentan

usia 45-65 tahun yang

menunjukan bahwa faktor risiko

yang signifikan berhubungan

adalah hipertensi dengan OR sebesar 6,8 dan 95% CI= 2,3-11,5. Peluang risiko 6,8 kali akan dimiliki orang dengan pola makan yang tidak sehat.

Penelitian yang dilakukan Roni (2008) dalam penelitiannya

yang berhubungan dengan

hipertensi menunjukkan orang dengan pola makan yang tidak sehat berisiko 6,7 kali terserang hipertensi daripada orang yang memiliki pola makan yang sehat.

Menurut teori dari buku karangan Beaver (2008) yang

menyatakan bahwa konsumsi

makanan yang sehat seperti,

buah-buahan, sayuran dan

(5)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 32

selama bertahun-tahun

kemungkinan meningkatkan

tekanan darah karena

meningkatkan kadar sodium dalm sel-sel otot halus pada dinding arteriol. Kadar sodium yang tinggi, memudahkan masuknya kalsium kedalam sel-sel tersebut,

menyebabkan arteriol

berkontraksi dan menyempit pada lingkar dalamnya.

Selain itu menurut teori dari

buku karangan Dorothy M.

Russel (2011) yang menyebutkan

bahwa sebaiknya kurangi

pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya untuk mencegah hipertensi.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan pada penelitian ini sebagian besar pola makan responden berada pada kategori tidak sehat, sebagian

besar responden menderita

hipertensi, ada hubungan yang signifikan antara pola makan

dengan kejadian penyakit

hipertensi

Saran

a. Diharapkan bagi peneliti lain yang tertarik dengan penelitian tentang Hipertensi dan dapat

menjadikan penelitian ini

sebagai acuan awal dan

melanjutkan dengan variabel-variabel lain yang terkait.

b. Diharapkan bagi petugas

kesehatan dapat

mengembangkan upaya-upaya untuk meningkatkan perilaku

hidup sehat bagi penderita

Hipertensi dan memberi

penyuluhan tentang pola

makan yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Ade Dian, dkk. (2008).

Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada pasien yang berobat di Poliklinik dewasa Puskesmas Bangkinang Periode

Januari sampai Juni 2008.

http://yayanakhyar.files.wordpre ss.com/2010/2/files-of-drsmed- faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf. Diakses tanggal 27 Maret 2014.

Andika. (2009). Faktor risiko

hipertensi. http://www. Faktor risiko hipertensi.com. Diakses 1 Juni 2014.

Armilawati, dkk, (2007). Hipertensi dan faktor resikonya dalam

kajian epidemiologi, bagian

epidemiologi FKM UNHAS. http://www.CerminDuniaKedokt eran.com/index.php?option=com _content&task=view&artid=38& Itemid=12. Diakses tanggal 27 Februari 2014.

Astawan,M,M.S. Cegah Hipertensi

dengan pola makan.

http//www.depkes.go.id/index.ph p?Option=article&task=viewacti cles&artid=20&Itimed=3. Diakses tanggal 1 Maret 2014 Depkes RI. (2013). Pharmaceutical

Care untuk Penyakit Hipertensi,

(6)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 33

E2B964F4B9723863FA9.dc156. ...Hipertensiwww.litbang.dep kes.go.id/Simnas4?Day

_2/HIPERTENSI.pdf. Diakses tanggal 1 Maret 2014.

Dinkes Prov. Riau, (2013) Profil

Kesehatan Provinsi Riau

Tahun 2010.

http://dinkesriau.net. Diperoleh tanggal 14 Mei 2014.

Dorothy.M.Russel. (2011). 6 Bebas

dari Penyakit paling

mematikan. MesPress (Anggota IKAPI). Yogyakarta.

Feigin,V. (2009). Stroke, Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan Strok. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer.

Hartono Andry. (2004). Terapi Gizi &

Diet Rumah Sakit. Jakarta:

EGC.

Hendri. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang

berkunjung ke Puskesmas

Benteng Hilir. Skripsi tidak diterbitkan, Program Sarjana

Kesehatan Masyarakat,

Pekanbaru.

Http://jurnal.fk.unand.ac.id Jurnal

Kesehatan Andalas.

2013.diakses tanggal 18

November 2013.

Muhammadun. (2010). Pola Makan

Untuk Hipertensi. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka

Notoatmodjo, soekidjo (2010).

Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2002). Ilmu

Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta; Jakarta.

Sani, A. (2008). Hypertension

Current Perspective. Jakarta: Medya Crea.

Smetzer, B. (1994). Psikologi

Kesehatan. Jakarta: PT

Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Suharto, I. (2004). Penyakit Jantung

Koroner Dan Serangan

jantung. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Susalit, E, dkk. (2001). Hipertensi

Primer. dalam Buku Ajar

Penyakit Dalam Edisi III Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Tambayong, Kany. (2002).

Patofisiologi Hipertensi.

Jakarta: EGC

Tiara. (2008). Beberapa faktor risiko

yang berhubungan dengan

kejadian hipertensidi

kelurahan jagakarsa tahun 2008.

http;//www.digilib.ui.ac.id/. Diakses 24 Mei 2014.

Wiliam, dkk. (2005). Pengukuran

Tekanan Darah. Jakarta : PT. Mitra Media Pustaka.

Wan Asrul, A. (2010). Analisis

Peningkatan Kejadian

Hipertensi di Puskesmas

Serasan. Skripsi tidak

(7)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 34

Kesehatan Masyarakat,

Pekanbaru.

Yamuharudin. (2010). Hubungan

Pengetahuan, Sikap dan

Pekerjaan terhadap Kasus

Hipertensi Usia Lanjut di

Puskesmas Harapan Raya.

Skripsi tidak diterbitkan,

Pekanbaru.

Yusuf, I. (2008). Hipertensi Sekunder

Vol.21, No.3.

http//www.dexamedia.com/ima ges/publication_upload0809269 54234001222419609FA%20M EDICINUS%20JULI%SEPTE

MBER%202008.pdf. Diakses

tanggal 8 Maret 2014.

Gambar

Tabel 1.1  Laporan Data Kesakitan
Tabel 4.3 : Distribusi  Frekuensi Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Kuok.

Referensi

Dokumen terkait

oleh pengalaman pembacaan masing- masing pembaca. Dengan kata lain, sebuah karya sastra dibaca dan dimaknai pembacanya dengan cara yang berbeda- beda. Meskipun begitu, bukan

7 Id., Metafisica, A 3, 983 b, 9. 59 pada catatan kaki no.. dan semesta raya itu mempunyai sekian banyak muatan yang kerap kali secara kwalitatif tidak tertentu misalkan, air

Praktik Pengalaman Lapangan itu meliputi kegiatan yang harus dilakukan oleh praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam semester-semester

anak di Cirebon yang masih berstatus pelajar, yang kali ini korbannya adalah anak perempuan berumur 14 tahun yang dipaksa menenggak minuman keras (miras) oleh

• A student takes a group of Papua students and a group of Java students and test whether they have a same consumption behavior two samples from different population. to

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai “ studi komparasi pendidikan kesehatan multimedia pembelajaran dan metode

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa dalam pembelajaran praktikum Manajemen Aktif Kala III, mengetahui hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran

menunjukkan bahwa untuk nomor 2 subjek kelima berada pada kreativitas tingkat.