• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP REGENERASI BERTANI DALAM LEKSIKON UPACARA ADAT NGAROT KECAMATAN LELEA, KABUPATEN INDRAMAYU: SEBUAH KAJIAN ETNOLINGUISTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP REGENERASI BERTANI DALAM LEKSIKON UPACARA ADAT NGAROT KECAMATAN LELEA, KABUPATEN INDRAMAYU: SEBUAH KAJIAN ETNOLINGUISTIK."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP REGENERASI BERTANI DALAM LEKSIKON UPACARA

ADAT NGAROT KECAMATAN LELEA, KABUPATEN INDRAMAYU

(SEBUAH KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Indah Melisa 0902400

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Konsep Regenerasi Bertani dalam

Leksikon Upacara Adat Ngarot

Kecamatan Lelea,

Kabupaten Indramayu

(Sebuah Kajian Etnolinguistik)

Oleh Indah Melisa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Indah Melisa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

INDAH MELISA

KONSEP REGENERASI BERTANI DALAM LEKSIKON UPACARA

ADAT NGAROT KECAMATAN LELEA, KABUPATEN INDRAMAYU

(SEBUAH KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Dr. Hj. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd. NIP 196707151991032001

Pembimbing II

Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. NIP 197712092005011001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si.

(4)

ABSTRAK

Upacara adat Ngarot merupakan upacara tradisional masyarakat Desa Lelea, Kabupaten Indramayu, yang dilakukan pada saat tibanya musim menggarap sawah, yaitu menjelang musim hujan kira-kira Oktober sampai dengan Desember. Penelitian konsep regenerasi bertani dalam leksikon upacara adat Ngarot ini memaparkan hasil penelitian yang meliputi klasifikasi satuan lingual, klasifikasi kultural, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia, serta antara manusia dan alam. Ada pula cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan serta antara manusia dan leluhur. Pemaparan tersebut merupakan fondasi analisis untuk mengungkap konsep regenerasi bertani dalam leksikon upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu.

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik. Menurut Foley (Fasya, 2011), kajian tentang konsep regenerasi bertani dalam leksikon upacara adat Ngarot tidak hanya dilakukan secara terbatas di dalam konteks linguistik semata, tetapi juga dilakukan dalam konteks sosial budaya yang lebih luas sehingga mampu menjangkau fungsinya dalam menopang praktik kebudayaan. Dalam hal ini, pengkajian dilakukan agar dapat mengungkap konsep regenerasi bertani dalam leksikon upacara adat Ngarot yang dilihat dari konteks sosial kebudayaan baik itu dari fungsi maupun makna dari leksikon itu sendiri. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian data, yakni (1) metode simak, (2) cakap, (3) catat, dan (4) dokumentasi.

(5)
(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Batasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

1. Manfaat Teoretis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

E. Struktur Organisasi ... 7

BAB II PENELITIAN SEBELUMNYA, PENGANTAR TNOLINGUISTIK, GAMBARAN UMUM DAN UPACARA ADAT NGAROT ... 8

A. Penelitian Sebelumnya ... 8

B. Pengantar Etnolinguistik ... 10

1. Pengertian Etnolinguistik ... 11

(7)

vi

3. Satuan Lingual ... 13

4. Posisi Etnolinguistik dalam Ilmu Lingusitik dan Antropologi ... 15

5. Pandangan Hidup dan Kearifan Lokal ... 17

C. Gambaran Umum dan Upacara Adat Ngarot ... 22

1. Gambaran Umum Desa Lelea ... 23

2. Upacara Adat Ngarot Desa Lelea ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 30

1. Lokasi Penelitian ... 30

2. Subjek Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 31

C. Metode Penelitian ... 33

D. Definisi Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 42

A. Klasifikasi Satuan Lingual dalam Leksikon Upacara Adat Ngarot ... 42

1. Leksikon Upacara Adat Ngarot yang Berupa Kata ... 42

2. Leksikon Upacara Adat Ngarot yang Berupa Frasa ... 46

B. Klasifikasi Kultural dan Deskripsi Leksikon Upacara Adat Ngarot ... 49

1. Leksikon Kegiatan ... 49

2. Leksikon Peralatan ... 56

3. Leksikon Kostum ... 61

4. Leksikon Makanan ... 64

(8)

6. Leksikon Tempat ... 69

C. Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal dan Vertikal dalam Leksikon Upacara Adat Ngarot ... 71

1. Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal ... 71

a. Cerminan Dimensi Hubungan Antara Manusia dan Manusia ... 71

b. Cerminan Dimensi Hubungan Antara Manusia dan Alam ... 82

2. Cerminan Dimensi Hubungan Vertikal ... 87

a. Cerminan Dimensi Hubungan Antara Manusia dan Tuhan ... 87

b. Cerminan Dimensi Hubungan Antara Manusia dan Leluhur ... 88

D. Konsep Regenerasi Bertani dalam Leksikon Upacara Adat Ngarot ... 92

1. Kegiatan ... 93

2. Peralatan ... 94

3. Kostum ... 97

4. Makanan ... 98

5. Partisipan ... 99

6. Tempat ... 100

BAB V PENUTUP ... 101

A. Simpulan ... 101

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 106

RIWAYAT HIDUP ... 108

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Observasi ... 35

Tabel 3.2 Kartu Data ... 35

Tabel 3.3 Contoh Kartu Data ... 36

Tabel 3.3 Contoh Kartu Data ... 36

Tabel 3.4 Analisis Data ... 37

Tabel 3.5 Contoh Struktur Morfem Leksikon yang Berupa Kata ... 39

Tabel 3.6 Contoh Kategori Berdasarkan Nomina, Verba, dan Adjektiva ... 39

Tabel 3.7 Contoh Leksikon Berupa Frasa ... 40

Tabel 3.8 Contoh Leksikon Kegiatan... 41

Tabel 4.8 Leksikon Upacara Adat Ngarot yang Berbentuk Kata Dasar ... 43

Tabel 4.9 Leksikon Upacara Adat Ngarot yang Berbentuk Kata Berimbuhan ... 44

Tabel 4.10 Leksikon Upacara Adat Ngarot yang Berupa Frasa ... 46

Tabel 4.11 Leksikon Kegiatan ... 50

Tabel 4.12 Leksikon Peralatan ... 56

Tabel 4.13 Leksikon Kostum ... 61

Tabel 4.14 Leksikon Makanan ... 65

Tabel 4.15 Leksikon Partisipan ... 66

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peserta Bujang dan Cuwene Berkumpul Sebelum Melaksanakan

Arak-arakan ... 53

Gambar 4.2 Kegiatan Arak-Arakan ... 54

Gambar 4.3 Kegiatan Upacara Adat Ngarot ... 55

Gambar 4.4 Kendi dan Cai Kauripan ... 58

Gambar 4.5 Gemuk... 59

Gambar 4.6 Pacul dan Pedangan... 59

Gambar 4.7 Aur Koneng, Daun Andong, dan Daun Klaras... 60

Gambar 4.8 Pare ... 61

Gambar 4.9 Cunduk dan Kembang ... 63

Gambar 4.10 Gulang Stenong ... 63

Gambar 4.11 Kebaya (Baju Kurung, Slendang Juwana, Sewet) ... 64

Gambar 4.12 Kostum Bujang ... 64

Gambar 4.13 Bujang ... 68

Gambar 4.14 Cuwene ... 68

Gambar 4.15 Pamong Desa dan Tamu Undangan ... 68

Gambar 4.16 Kias ... 69

Gambar 4.17 Kesenian di Upacara Adat Ngarot ... 82

(11)

x

(12)

Diagram 2.1 Kedudukan Etnografi Komunikasi dalam Bahasa dan Budaya .. 16

Diagram 2.2 Posisi Etnolinguistik dalam Ilmu Linguistik dan Antropologi ... 17

Diagram 3.3 Desain Penelitian ... 32

Diagram 4.4 Satuan Lingual dalam Leksikon Upacara Adat Ngarot ... 42

Diagram 4.5 Satuan Lingual pada Struktur Morfem ... 45

Diagram 4.6 Pola Pembentukan Frasa Nominal dan Verbal... 49

Diagram 4.7 Urutan Kegiatan Arak-arakan ... 53

Diagram 4.8 Klasifikasi Kultural ... 70

Diagram 4.9 Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal dan Vertikal ... 92

Diagram 4.10 Leksikon Kegiatan yang Mengandung Konsep Regenerasi Bertani ... 94

Diagram 4.11 Leksikon Peralatan yang Mengandung Konsep Regenerasi Bertani ... 96

Diagram 4.12 Leksikon Kostum yang Mengandung Konsep Regenerasi Bertani ... 98

Diagram 4.13 Leksikon Makanan yang Mengandung Konsep Regenerasi Bertani ... 99

(13)

xii

DAFTAR LAMBANG

[] : transkripsi fonetis

‘…ʼ : pengapitan makna atau terjemahan dalam bahasa Indonesia é : fonem dalam bahasa sunda

ɘ : lambang fonetis untuk fonem /e/ dalam bahasa sunda

ɛ : lambang fonetis untuk fonem /e/ dalam bahasa sunda

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian ... 109

Lampiran 2 Klasifikasi Satuan Lingual pada Strukur Morfem ... 116

Lampiran 3 Klasifikasi Satuan Lingual pada Kategori N, V, Adj ... 118

Lampiran 4 Leksikon Upacara adat Ngarot ... 120

Lampiran 5 Klasifikasi Kultural... 121

Lampiran 6 Cerminan Dimensi dan Konsep Regenerasi Bertani ... 125

Lampiran 7 Data Informan ... 129

Lampiran 8 Glosarium Upacara Adat Ngarot ... 130

Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 134

Lampiran 10 Surat Keputusan Bimbingan Skripsi... 135

Lampiran 11 Data Gambaran Umum Desa Lelea ... 137

Lampiran 12 Susunan Upacara Adat Ngarot ... 143

Lampiran 13 Peta Desa Lelea ... 146

Lampiran 14 Sejarah Upacara Adat Ngarot ... 148

Lampiran 15 Kartu Data... 158

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam penelitian ini peran bahasa dirasa sangat penting karena menurut Badudu (1989: 3) bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu individu-individu sebagai manusia yang berpikir, merasa, dan berkeinginan. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru berwujud bila dinyatakan, dan alat untuk menyatakan itu adalah bahasa. Pernyataan tersebut sangat tepat karena bahasa dapat membantu manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan manusia dapat bersosialisasi dengan baik. Dari bahasa muncul gagasan-gagasan yang menciptakan suasana yang diharapkan manusia itu sendiri. Selain itu, Sibarani (2004: 35) menyatakan sebagai berikut:

Bahasa memiliki semua karakteristik kebudayaan tersebut karena bahasa juga merupakan milik anggota masyarakat; bahasa ditransmisi secara sosial; bahasa tercermin dalam ide, tindakan, dan hasil karya manusia; bahasa sebagai sarana manusia untuk berperan, bertindak, berinteraksi, dan berfungsi dalam kehidupan masyarakat; bahasa juga harus dipelajari; dan bahasa juga dapat membahagiakan masyarakat lewat pesan yang disampaikan.

Bahasa sangat berpengaruh besar untuk kehidupan masyarakat sebagai makhluk sosial karena setiap masyarakat dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat memenuhi fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat.

(16)

Biesanz (Sibarani, 2004: 2) yang menyatakan bahwa kebudayaan merupakan alat penyelamat (survival kit) kemanusiaan di muka bumi ini. Secara sikap masyarakat merasa aman dan nyaman terhadap kebudayaan yang ada karena masyarakat telah mempercayai kebudayaan sejak lahir. Kebudayaan merupakan warisan dari nenek moyang. Oleh karena itu, masyarakt merasa nyaman akan kehidupan berbudaya dan mereka bahkan belajar cara hidup dari kebudayaan.

Bahasa dan kebudayaan sangat erat hubungannya seperti pendapat Palmer (1996: 36) yang menggunakan istilah linguistik budaya. Linguistik budaya adalah sebuah disiplin ilmu yang muncul sebagai persoalan dari ilmu antropologi yang merupakan perpaduan dari ilmu bahasa dan budaya. Linguistik budaya berusaha meneliti budaya atau tradisi pada masyarakat yang menyajikan pandangan hidup pada masyarakat. Linguistik budaya juga menempatkan kedudukan masyarakat sebagai objek penelitian. Hal ini terkait bagaimana masyarakat berperilaku, berpikir, dan bertutur. Dari pengertian tersebut jelas bahwa bahasa penting untuk kebudayaan karena kebudayaan ada karena bahasa.

Dalam konteks kehidupan masyarakat, fakta tentang eratnya hubungan bahasa dan budaya dapat ditemukan di komunitas-komunitas adat. Salah satunya adalah masyarakat Desa Lelea di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Masyarakat Desa Lelea merupakan masyarakat yang masih memegang teguh dan melestarikan kebudayaannya.

(17)

3

hari Rabu yang dipercayai oleh masyarakat bahwa hari Rabu mempunyai sifat bumi yang cocok untuk mengawali musim tanam.

Kebudayaan tersebut sangat penting untuk diteliti karena pada upacara adat Ngarot ini terdapat leksikon yang menjadi konsep regenerasi bertani dalam upacara adat Ngarot yang penting untuk diteliti agar leksikon tersebut tidak punah. Sasaran Ngarot ini adalah pemuda dan pemudi setempat yang akan melaksanakan ritual penyerahan tugas pekerjaan bertani. Apabila penelitian ini tidak dilakukan, leksikon tentang konsep regenerasi bertani dalam upacara adat

Ngarot akan punah dan tidak menuntut kemungkinan upacara adat Ngarot akan

terputus sehingga tidak ada lagi konsep regenerasi bertani. Hal tersebut mengakibatkan generasi muda tidak akan meneruskan peran nenek moyangnya sebagai petani. Selain itu, bahasa yang digunakan upacara adat Ngarot berbeda dengan bahasa Indramayu pada umumnya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa dari masyarakat Desa Lelea itu sendiri yang sangat unik. Oleh karena itu, penelitian ini pun akan mengangkat bahasa yang digunakan masyarakat Desa Lelea khususnya pada konsep regenerasi bertani dalam upacara adat Ngarot dan penelitian ini akan menambah kekayaan bahasa yang dimiliki bangsa Indonesia itu sendiri.

Dalam upacara adat Ngarot bukan hanya konsep regenerasi bertani saja yang ditunjukkan akan tetapi terdapat nilai-nilai lain yang terdapat dalam upacara adat Ngarot ini seperti Yusriyati (2008) yang sudah meneliti nilai-nilai dakwah dalam tradisi Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Penelitian tentang pengetahuan potensi budaya Desa Lelea salah satunya adalah

Ngarot sudah ada yang meneliti. Fitri (2011) meneliti pengembangan Desa Lelea

sebagai kawasan wisata budaya di Kabupaten Indramayu.

(18)

pengklasifikasian tersebut, agar muda-mudi dapat mengetahui bahkan menguasai leksikon-leksikon yang terdapat dalam upacara adat Ngarot sebagai generasi bertani di Desa Lelea. Leksikon yang ada berkaitan dengan konsep regenerasi bertani contohnya leksikon Ngarot merujuk pada mengumpulkan para muda-mudi yang akan diserahi tugas pekerjaan program pembangunan di bidang pertanian sambil menikmati minuman dan hiburan kesenian di balai desa. Pengertian tersebut merupakan ide atau konsep untuk regenerasi dalam bercocok tanam. Selain itu, contoh lainnya yaitu leksikon kasinoman mengacu pada anak muda, kemudian leksikon kias merujuk pada perwakilan peserta bujang (laki-laki yang masih perjaka) dan cuwene (perempuan yang masih perawan) untuk kegiatan

Ngarot yang akan simulasi terjun ke sawah adat. Selain leksikon dari kegiatan

upacara adat Ngarot, leksikon dari kostum laki-laki seperti komboran idung yang mengacu pada baju untuk peserta laki-laki, kemudian leksikon pangsit mengacu pada celana untuk peserta laki-laki. komboran idung dan pangsit itu kostum untuk bertani dan anak muda sudah mulai dikenalkan agar tradisi bercocok tanam dengan menggunakan kostum tersebut tidak punah. Dalam kegiatan upacara adat

Ngarot ini masih banyak leksikon-leksikon tentang konsep regenerasi bertani

yang memberikan pengaruh besar untuk penguasaan leksikon bertani terhadap generasi penerus bangsa khususnya yang ada di Desa Lelea dan umumnya untuk seluruh masyarakat petani Indonesia.

Leksikon yang digunakan dalam upacara adat Ngarot ini merupakan pengetahuan untuk masyarakat dalam memahami upacara adat Ngarot yang tujuanya untuk mendapatkan regenerasi yang mampu meneruskan pekerjaan sebagai petani. Dari leksikon-leksikon upacara adat Ngarot ini dapat terlihat tujuannya yaitu sebagai acara untuk pemuda-pemudi yang akan diserahi tanggung jawab untuk masalah bercocok tanam dalam bidang pertanian.

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah

(19)

5

1. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Penguasaan leksikon upacara adat Ngarot di kalangan remaja Indramayu mulai berkurang sehingga remaja tersebut kurang mengetahui konsep regenerasi bertani di Desa Lelea.

(2) Leksikon ritual pewarisan nilai-nilai luhur dan leksikon bercocok tanam atau bertani mulai berkurang sehingga masyarakat lebih memaknai upacara adat

Ngarot sebagai upacara tradisi seremonial.

(3) Peserta upacara adat Ngarot masih menempuh bangku sekolah sehingga untuk mempelajari leksikon pertanian merasa kurang percaya diri dan muda-mudi tersebut menjadi peserta Ngarot pun hanya untuk melaksanakan upacara adat saja.

2. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi batasan masalah adalah sebagai berikut. (1) Penelitian ini tidak hanya menganalisis konsep regenerasi bertani dalam leksikon upacara adat Ngarot, tetapi juga melakukan klasifikasi satuan lingual, klasifiksi kultural yanag mencakup dalam leksikon kegiatan, peralatan, kostum, makanan, partisipan, dan tempat, dan cerminan dimensi hubungan horizontal dan vertikal dalam upacara adat Ngarot yang akan menambah pengetahuan terhadap leksikon upacara adat Ngarot itu sendiri.

(2) Penelitan ini berfokus pada leksikon yang digunakan upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. (3) Penelitian ini menekankan pendeskripsian konsep regenerasi bertani dalam

leksikon upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

(20)

(5) Data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan pendekatan etnolinguistik.

(6) Penelitian ini dilakukan dari 28 November 2012 sampai dengan Juni 2013.

3. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang akan dirumuskan sebagai berikut.

(1) Bagaimana klasifikasi satuan lingual dan deskripsi leksikon yang terdapat dalam upacara adat Ngarot di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu? (2) Bagaimana klasifikasi kultural dan deskripsi leksikon yang terdapat dalam

upacara adat Ngarot di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu?

(3) Bagaimanakah cerminan dimensi hubungan horizontal dan vertikal dalam leksikon upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu?

(4) Bagaimana konsep regenerasi bertani dalam leksikon upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:

(1) klasifikasi satuan lingual dan deskripsi leksikon yang terdapat dalam upacara adat Ngarot di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu;

(2) klasifikasi kultural dan deskripsi leksikon yang terdapat dalam upacara adat

Ngarot di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu;

(3) cerminan dimensi hubungan horizontal dan vertikal dalam leksikon upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu;

(21)

7

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh di antaranya manfaat teoretis dan manfaat praktis yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melaksanakan penelitian-penelitian sejenis ini dengan memanfaatkan kosakata yang ada sebagai acuan untuk sebuah penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah leksikon yang akan bermanfaat untuk bidang kajian linguistik dan budaya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengetahuan tentang kajian etnolinguistik khususnya pada konsep regenerasi bertani pada leksikon upacara adat Ngarot di Desa Lelea.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan dan pemertahanan kebudayaan yang ada di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat sehingga masyarakat setempat dapat melestarikan kebudayaan tersebut dengan melaksanakannya setiap tahun. Selain itu, masyarakat dapat menguasai leksikon tentang konsep regenerasi bertani dalam upacara adat Ngarot.

E. Struktur Organisasi

(22)
(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Dalam bagian ini akan dibahas lokasi dan subjek penelitian. Adapun pemaparannya adalah sebagai berikut.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu yang masyarakatnya masih melaksanakan upacara adat Ngarot. Lokasi penelitian ini dipilih karena terdapat fakta tentang eratnya hubungan bahasa dan budaya yang ada di komunitas adat Desa Lelea. Hal tersebut dapat dilihat dari masyarakatnya yang masih berusaha menjaga nilai-nilai kearifan lokal sebagai warisan dari leluhurnya.

2. Subjek Penelitian

Dalam hal ini informan merupakan subjek penelitian yang paling penting. Adapun kriteria informan itu sendiri adalah (1) masyarakat Desa Lelea yang paham akan upacara adat Ngarot, (2) warga asli Desa Lelea, (3) pemerintah Desa Lelea selaku pemangku hajat upacara adat Ngarot, (4) pamong budaya Desa Lelea, dan (5) jumlah informan 2 orang.

(24)

leksikon, sedangkan 27 leksikon non-konsep regenerasi bertani dalam upacara adat Ngarot. Data tersebut, diperoleh dari tuturan masyarakat, pemerintah desa, dan pamong budaya Desa Lelea

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah analisis linguistik sinkronik. Adapun pengertian dari sinkronik dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008: 1314) adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan

peristiwa yang terjadi di suatu masa yang terbatas. Selain itu, Saussure dalam Minandar (2011) menyatakan bahwa pengertian linguistik secara sinkronik adalah mempelajari bahasa dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian bahasa secara sinkronis amat perlu karena mengandung kesistematisan tinggi. Bahkan bagi penggunanya, sejarah bahasa tidak memberikan apa-apa kepada pengguna bahasa mengenai cara penggunaan bahasa. Ada yang perlu bagi pengguna bahasa, yaitu suatu keadaan bahasa. Suatu keadaan bahasa terbebas dari dimensi waktu dalam bahasa yang justru memiliki watak kesistematisan. Pengertian linguistik sinkronik adalah subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu bahasa atau bahasa-bahasa dalam kurun waktu (masa) tertentu.

(25)

32

Diagram 3.3

Desain Penelitian Konsep Regenerasi Bertani

dalam Leksikon Upacara Adat Ngarot di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu

Teknik Analisis Data

Data hasil simak, cakap, catat, dan dokumentasi dari informan ditranskripsi dan dikelompokkan. Kemudian, data diklasifikasi berdasarkan satuan lingal, kultur, cerminan dimensi hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan.

Leksikon yang Memiliki Konsep Regenerasi Bertani

Leksikon yang memiliki konsep regenerasi bertani dalam upacara adat Ngarot ditemukan 27 leksikon. Adapun leksikonnya adalah durugan, ngarot, cai kaur konengipan,

gemuk, daun andong, daun klaras, kendi, pacul, pare, pedangan, aur koneng, cunduk, gulang stenong, iket wulung, karniyem pudak, kebaya, kembang, baju kurung, komboran idung, pangsit, slendang juwana, sewet, sau klutuk, kejo bogana, sawah adat, kias, dan kasinoman.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data digunakan empat metode pegumpulan data, yaitu (1) metode simak, (2) metode cakap, (3) metode catat, dan (4) dokumetasi

Subjek Penelitian

Sumber data : Masyarakat dan Pemerintah Desa Lelea Data : Tuturan yang berisi leksikon upacara adat

(26)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik. Menurut Foley (Fasya, 2011), kajian tentang konsep regenerasi bertani dalam leksikon upacara adat Ngarot tidak hanya dilakukan secara terbatas di dalam konteks linguistik semata, tetapi juga dilakukan dalam konteks sosial budaya yang lebih luas sehingga mampu menjangkau fungsinya dalam menopang praktik kebudayaan. Dalam hal ini, pengkajian dilakukan agar dapat mengungkap konsep regenerasi bertani dalam leksikon upacara adat Ngarot yang dilihat dari konteks sosial kebudayaan baik itu dari fungsi maupun makna dari leksikon itu sendiri.

Selain itu, model etnografi komunikasi berperan penting dalam metode penelitian ini. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Kuswarno (2008: 6) berikut:

Bahasa dan komunikasi merupakan bagian yang saling melengkapi dan sulit untuk dipahami sebagai bagian yang terpisah satu sama lain karena komunikasi tidak akan berlangsung tanpa bahasa begitupun sebaliknya bahasa tidak akan bermakna jika tidak dilihat dalam konteks sosialnya. Di samping itu, untuk menguak kearifan lokal dari leksikon upacara adat

Ngarot itu sendiri, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Artinya,

peneliti mencatat secara teliti fenomena budaya yang dilihat, dibaca, dan didokumentasikan, kemudian mendeskripsikan leksikon apa saja yang terdapat dalam upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu sehingga dapat diungkap konsep regenerasi bertani yang tercermin dari berbagai leksikon tersebut.

(27)

34

yang ada di Desa Lelea. Oleh karena itu, data yang diperoleh merupakan temuan utuh dari masyarakat Desa Lelea yang memahami benar akan kebudayaannya, bukan berdasarkan sudut pandang peneliti karena posisi peneliti dalam penelitian ini merupakan partisipan yang sifatnya hanya memahami subjek terhadap kebudayaannya. Selain itu, kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut (Sugiyono, 2008: 2). Dengan demikian, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bahasa baik data tertulis maupun data lisan berupa leksikon yang dikaji dalam etnolinguistik dengan klasifikasi leksikon dalam upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional yang berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Leksikon regenerasi bertani adalah kosakata dalam bidang bertani di upacara adat Ngarot yang memiliki konsep untuk muda-mudi sebagai penerus bercocok tanam. Selain itu, muda-mudi dituntut untuk mengenal dan menguasai kosakata tersebut agar konsep bertani tidak punah dan upacara adat Ngarot tidak terputus.

(2) Konsep regenerasi bertani adalah proses pengetahuan tentang bertani yang ditunjukkan untuk muda-mudi atau remaja sebagai penerus bercocok tanam. Selain itu, konsep regenerasi bertani merupakan gagasan untuk muda-mudi dalam pendidikan bercocok tanam atau bertani.

(28)

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang utama. Hal ini senada dengan pernyataan Sugiyono (2012: 306) berikut:

peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsiran data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Untuk mendukung pelaksanaan tugasnya, peneliti dibekali dengan pedoman observasi, kartu data, dan sarana pendukung penelitian. Pedoman observasi digunakan sebelum peneliti tejun ke lapangan, saat dilapangan, dan sesudah di lapangan untuk mengumpulkan data. Adapun pedoman observasinya adalah sebagai berikut.

TABEL 3.1

PEDOMAN OBSERVASI

No. Tahapan Keterangan

1. Persiapan Tahap persiapan ini meliputi: studi pustaka, persiapan perlengkapan dan peralatan yang akan digunakan selama penelitian berlangsung, persiapan administrasi berupa pengurusan surat-surat perizinan dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, dan Pemerintah Desa Lelea. Persiapan terakhir analisa situasi. 2. Penelitian Lapangan Tahap penelitian lapangan ini meliputi:

pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data. 3. Penyusunan Lapotan Dalam tahap penyusunan laporan ini, peneliti

melakukan pengolahan dan analisis data yang ditemukan di lapangan.

(29)

36

Tabel 3.2 Kartu Data

Data 05

1. Klasifikasi :

2. Fungsi :

3. Cerminan Budaya Lokal :

Simpulan

Tabel 3.3 Contoh Kartu Data

Data

Cai kauripan 05

1. Klasifikasi :

- Satuan lingual berupa frasa - Kultur dalam kategori peralatan

2. Fungsi :

- Cadangan air agar sawah tersebut tidak kekurangan air. - Untuk menyuburkan sawah.

3. Cerminan Budaya Lokal :

sebagai media pembelajaran untuk anak-anak muda selaku peserta upacara adat Ngarot.

Simpulan

Cai kauripan merupakan cairan yang berwarna jenih fungsinya agar sawah

(30)

F. Proses Pengembangan Instrumen

(31)

No. Data Gloss

Klasifikasi

Fungsi

Cerminan

Kebudayaan Lokal

Deskripsi

Satuan Lingual Kultural

MM MA MT ML

Kata Frasa

1 2 3 4 5 6

N V Adj N1 V1 Adj1

1.

2.

Keterangan:

Klasifikasi

Satuan Lingual Kultur Cerminan Kebudayaan Lokal N&N1 : Nomina (kata benda) 1 : Kegiatan 4 : Makanan MM : Manusia dengan manusia V&v1 : Verba (kata kerja) 2 : Peralatan 5 : Partisipan MA : Manusia dengan alam

Adj&Adj1 : Adjektiva (kata sifat) 3 : Kostum 6 : Tempat MT :

ML :

Manusia dengan Tuhan Manusia dengan Leleuhur

(32)

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sudaryanto (Fasya, 2012: 363), teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian data, yakni (1) metode simak, (2) cakap, (3) catat, dan (4) dokumentasi. Adapun penjelasannya akan dijabarkan sebagai berikut.

(1) Metode simak

Peneliti terjun ke masyarakat untuk mendapatkan data dari informan dengan cara menyimak, mencatat, dan merekam kegiatan upacara adat Ngarot.

(2) Metode cakap

Dalam metode cakap ini, peneliti melakukan percakapan dengan informan yang memahami upacara adat Ngarot. Pada saat percakapan peneliti berusaha menggali pengetahuan informan tentang leksikon dalam upacara adat Ngarot. (3) Metode catat

Pada saat melakukan metode simak dan catat, peneliti mencatat apa yang dikemukakan informan dengan baik dan teliti.

(4) Dokumentasi

(33)

39

upacara adat Ngarot. Selain itu, terdapat dokumen yang berbentuk foto tentang upacara adat Ngarot.

H. Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data, prosedur yang digunakan adalah transkripsi dan pengelompokan data hasil simak, cakap, dan rekamanan, dan catatan lapangan berdasarkan tuturan masyarakat Desa Lelea sebagai informan dalam penelitian leksikon upacara adat Ngarot. Pengelompokan tersebut dilakukan dalam bentuk klasifikasi baik secara kultural (kegiatan, peralatan, kostum, makanan, partisipan, dan tempat) maupun satuan lingual, kemudian fungsi dan makna leksikon yang terdapat di upacara adat Ngarot, dan cerminan kebudayaan lokal (hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan). Selain itu, penelitian ini menggunakan metode analisis kontekstual. Artinya, cara analisis yang diterapkan pada data dilakukan dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan konteks (Rokhman dalam Sudana, dkk., 2012:15). Adapun contoh analisisnya adalah sebagai berikut.

1. Klasifikasi Satuan Lingual dalam Leksikon Upacara Adat Ngarot

Dalam analisis klasifikasi satuan lingual ini terdapat dua kategori pembahasan, yaitu kata dan frasa. Di bawah ini terdapat tabel yang akan menganalisis satuan lingual berupa kata dalam struktur morfemnya. Adapun tabel analisisnya seperti di bawah ini:

Tabel 3.5

Contoh Klasifikasi Satuan Lingual

pada Struktur Morfem Leksikon yang berupa Kata

No. Leksikon Gloss Monomorfemis Polimorfemis

(34)

Dalam tabel 3.5, peneliti mengklasifikasikan leksikon menurut struktur morfemnya sehingga diperoleh leksikon yang berupa kata dasar (bentuk monomorfemis) dan leksikon yang berupa kata berimbuhan (bentuk polimorfemis). Selanjutnya, data diklasifikasikan lebih lanjut dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.6

Klasifikasi Satuan Lingual Berupa Kata

pada Kategori berdasarkan Nomina, Verba, dan Adjektiva

No. Leksikon Gloss Nomina Verba Adjektiva

1. Arak-arakan Pawai - √ - 2. Budak Anak √ - - 3. Ngaibur Menghibur - √ -

Dalam tabel 3.6, peneliti mengklasifikasikan leksikon menurut kategorinya sehingga ditemukan beberapa leksikon yang berkategori nomina, verba, dan adjektiva. Sementara itu, leksikon upacara adat Ngarot dalam bentuk frasa akan diklasifikasikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.7

Leksikon Upacara Adat Ngarot di Desa Lelea berupa Frasa

No. Leksikon Gloss

(35)

41

adalah sebagai berikut: frasa nominal terbentuk dari pola nomina+nomina seperti terdapat pada frasa cai kauripan. Adapun unsur pembentuknya berupa unsur inti dan pewatas: unsur intinya cai, sedangkan pewatasnya kauripan.

2. Klasifikasi Kultural dan Deskripsi Leksikon Upacara Adat Ngarot

Dalam klasifikasi kultural ini terdapat enam kategori pembahasan, yaitu leksikon yang menunjukkan kegiatan, peralatan, kostum, makanan, partisipan, dan tempat dalam upacara adat Ngarot. Di bawah ini terdapat tabel yang memuat klasifikasi kultural dan makna leksikal dari leksikon tersebut. Adapun tabel analisisnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Makna Leksikal pada Leksikon Kegiatan dalam Upacara Adat Ngarot

No. Leksikon Gloss Makna Leksikal

1. Arak-arakan

[arak-arakan]

Arak-arakan/ Pawai Iring-iringan peserta Ngarot,

pemerintah desa, dan masyarakat dengan berjalan kaki mengelilingi Desa Lelea dengan dilengkapi kesenian khas Desa Lelea sebagai penghibur

2. Durugan

[durugan]

Kerja bakti Kerja bakti bersama-sama atau gotong royong mengolah sawah

3. Genjringan

[gɘrϳingan]

(36)
(37)

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Kesimpulan penelitian ini meliputi klasifikasi satuan lingual, klasifikasi kultur, cerminan dimensi hubungan horizontal dan vertikal, serta konsep regenerasi bertani dalam leksikon upacara adat Ngarot. Dalam penelitian ini, ditemukan 54 leksikon yang terbagi ke dalam klasifikasi satuan lingual sebanyak 32 kata dengan persentase 59,25% dan 22 frasa dengan persentase 40,74%. Berdasarkan struktur morfemnya, leksikon yang berupa kata dasar (monomorfemis) ditemukan 23 kata dengan persentase 71,87%. Semua kata dasar tersebut meliputi 19 kategori nomina dan 4 kategori verba. Adapun leksikon yang berupa kata berimbuhan (polimorfemis) ditemukan 9 kata dengan persentase 28,13%. Semua kata berimbuhan tersebut meliputi 2 kategori nomina dan 7 kategori verba. Dalam leksikon upacara adat Ngarot yang berupa frasa ditemukan pola pembentukan frasa nominal dan verbal. Dalam pola pembentukan frasa nominal ditemukan 21 pola pembentukan nomina+nomina dengan persentase 80,95% dan 1 pola pembentukan verbal dengan persentase 4,55%.

Selanjutnya, dalam klasifikasi kultural ditemukan 54 leksikon yang terbagi ke dalam leksikon kegiatan, peralatan, kostum, makanan, partisipan, dan tempat. Dalam kategori tersebut, ditemukan 14 leksikon kegiatan dengan persentase 25,93%; 10 leksikon peralatan dengan persentase 18,52%; 11 leksikon kostum dengan persentase 20,37%; 5 leksikon makanan dengan persentase 9,26%; 11 leksikon partisipan dengan persentase 20,37%; 3 leksikon tempat dengan persentase 5,55%. Dari perspektif klasifikasi kultural ini, leksikon-leksikon tersebut mencerminkan kebudayaan masyarakat Desa Lelea dalam upacara adat

Ngarot. Distribusi persentase leksikon di atas bermakna bahwa masyarakat Desa

(38)

Mereka adalah orang-orang yang produktif seperti halnya ditunjukkan dengan leksikon peralatan (18,52%) dan leksikon kostum (20,37%).

Selain itu, ditemukan leksikon yang mencerminkan dimensi hubungan horizontal dan vertikal. Dalam dimensi hubungan horizontal ditemukan 41 leksikon yang terbagi ke dalam 26 leksikon yang mencerminkan dimensi hubungan antara manusia dan manusia serta 15 leksikon yang mencerminkan hubungan antara manusia dan alam. Leksikon yang mencerminkan hubungan manusia dan manusia menggambarkan kearifan lokal masyarakat Desa Lelea. Kearifan lokal tersebut melekat dengan semua unsur kebudayaan. Dalam konteks penelitian ini, kearifan lokal masyarakat Desa Lelea setidaknya dapat diidentifikasi dalam sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, benda materiil, dan seni (Koentjaraningrat dalam Suryani, 2006: 140). Sementara itu, dalam konteks cerminan dimensi hubungan manusia dengan alam ini, kearifan lokal masyarakat Desa Lelea dapat diidentifikasi dalam sistem teknologi, benda materiil dan sistem pengetahuan (Koentjaraningrat dalam Suryani, 2006: 140).

(39)

103

kepada leluhurnya. Sistem kepercayaan tersebut dibentuk untuk memenuhi kepuasan batiniah masyarakat Desa Lelea.

Sementara itu, kegiatan upacara adat Ngarot di Desa Lelea akan tetap dilestarikan karena pemerintah Desa Lelea memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan upacara adat Ngarot setiap tahun. Dalam penelitian ini, pemaparan-pemaparan di atas merupakan landasan analisis untuk mengungkap konsep regenerasi bertani dalam leksikon upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Konsep regenerasi bertani ditemukan dengan bukti terdapatnya leksikon yang mengandungi konsep regenerasi tersebut yang ditandai dengan leksikon yang merujuk kepada kegiatan dan keperluan untuk bertani serta hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Konsep regenerasi bertani muncul karena dilibatkannya anak-anak muda sebagai peserta dalam upacara adat

Ngarot. Mereka dituntut untuk menguasai leksikon pertanian agar dapat

mengenali bidang tersebut secara lebih mendalam dan mampu meneruskan kegiatan bertani di Desa Lelea.

B. Saran

Selama pelaksanaan penelitian ini, ditemukan beberapa kendala teoretis dan teknis. Kendala teoretisnya berkaitan dengan keterbatasan data yang ditemukan di lapangan sehingga peneliti kurang maksimal dalam merumuskan teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Sementara itu, kendala teknisnya adalah kurangnya informan dalam penelitian ini sehingga data yang ditemukan sangat terbatas. Oleh sebab itu, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

(1) Penelitian ini sangat menarik jika fokus dan intensitasnya bertumpu pada orang-orang yang dianggap mengetahui tentang upacara adat Ngarot itu sendiri agar data yang diperoleh lebih banyak.

(40)

(3) Pemerintah Kabupaten Indramayu seyogianya dapat memublikasikan upacara adat Ngarot ke media agar kegiatan tersebut diketahui keberadaannya oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai salah satu kekayaan budaya yang ada di Indonesia.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Afirudin, Yanuar Rizal. 2011. “Pembuatan Film Dokumenter Upacara Adat

Ngarot di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu”. [Online]. Tersedia:

http://repository.amikom.ac.id/index.php/add_downloader/Publikasi_06.12 .1583.pdf/1824. [19 September 2012].

Agate, Oneal Lace. 2012. “Contoh Metode dan Tahapan Penelitian”. [online]. Tersedia: http://geo-active.blogspot.com/2012/01/contoh-metode-dan-tahapan-penelitian.html [20 Juni 2013].

Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: Gramedia Beliani, Leli. 2010. “Leksikon Perbatikan di Tasikmalaya (Sebuah Kajian

Etnolinguistik”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fasya, Mahmud. 2012. “Implikasi Temuan Sosiolinguistik dalam Kebijakan Pendidikan Bahasa di Provinsi Banten”. Internasional Conference on Applied Linguistics. Bandung: Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia.

Fasya, Mahmud. 2011. “Leksikon Waktu Harian dalam Bahasa Sunda: Kajian Linguistik Antropologis”. Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 9. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Universitas Katolik Atma Jaya. Fernandez, Inyo Yos. 2008. “Kategori dan Ekspresi Linguistik dalam Bahasa

Jawa sebagai Cermin Kearifan Budaya Lokal Penuturnya : Kajian Etnolinguistik pada Masyarakat Petani dan Nelayan”. [Online]. Tersedia: eprints.ums.ac.id/1201/1/9._INYO.pdf. [19 September 2012].

(42)

Hidayat, Lina Marliana. 2011. “Makna Simbolik Pertunjukkan Topeng dan Ronggeng Kethuk pada Pesta Ngarot di Desa Lelea, Kabupaten Indramayu”. Skripsi. Bandung: Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Iswati. 2005. “Istilah Unsur-unsur Sesaji Upacara Nyadranan di Makam Sewu, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul”. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran. Kuswarni, Engkus. 2008. “Etnografi Komunikasi; Suatu Pengantar dan Contoh

penelitiannya”. [Online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/socialsciences/1943578-etnografi-komunikasi-suatu-pengantar-dan/. [20 Desember 2012].

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Suryani, Elis. 2011. Ragam Pesona Budaya Sunda.

Palmer, Gary B. 1996. Toward A Theory Of Cultural Linguistics. USA: The University Of Texas Press.

Putri, Dezi Nusa, dkk. “Konsep Pertanian dalam Bahasa Sunda (Kajian Antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya)”. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: Karyono. Samian. 2005. Sejarah Desa Lelea. Indramayu: Pemerintah Desa Lelea. Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar.Jakarta: Indeks.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi Linguistik Linguistik

Antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Sitaresmi, N. & Fasya, M. 2011. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.

(43)

107

Suryani, Elis NS. 2011. Ragam Pesona Budaya Sunda. Bandung: Ghalia Indonesia.

Widiatmoko, Sigit. 2011. “Leksikon Kemaritiman di Pantai Tanjungpakis Kabupaten Karawang”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

TABEL 3.1 PEDOMAN OBSERVASI
Tabel 3.2 Kartu Data
Tabel 3.4 Analisis Data
Tabel 3.5 Contoh Klasifikasi Satuan Lingual
+3

Referensi

Dokumen terkait

Operasi hitung pada volume kubus dan balok yaitu dengan mengalikan, maka ketika dibalikan pun antara panjang (p). Selain itu, terdapat soal yang akan menguji kemampuan

- Dalam kasus di mana masih dibutuhkan waktu untuk melakukan penelusuran terhadap kondisi-kondisi yang sudah ada sebelumnya, maka AXA Financial Indonesia meminta nasabah agar

Kausarina, Riezka. Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Tingkat inflasi Di Indonesia. Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2010.. Status Dan

Benar saya menyadari sepenuhnya akan tindakan saya untuk mengganti tanda tangan saya tersebut dan bersedia untuk bertanggung jawab penuh atas penggantian tanda tangan saya ini,

Hasil peneliti an menunjukkan bahwa variabel perilaku pemimpin berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap prestasi kerja karyawan tetapi variabel komitmen karyawan

Pembelajaran Berbasis Praktikum Virtual untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X pada Materi Invertebrata , Tesis pada S.Ps.. Bandung :

fungisida yang diberikan mampu memberikan pengaruh yang nyata, namun pada pengamatan hambatan relatif konsentrasi fungisida yang diberikan kurang berpengaruh dalam