• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Beratnya Pekerjaan dengan Kejadian Hernia Nukleus Pulposus di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Beratnya Pekerjaan dengan Kejadian Hernia Nukleus Pulposus di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2014"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Thamrin Ciatawi

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 11 Januari 1993

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Buddha

Alamat : Jl. Gatot Subroto No 154 Medan Nomor Telepon : 08116094999

Orang Tua : - Ayah : Suryanto - Ibu : Suryani

(2)

LAMPIRAN 2

Lembar Pengambilan Data

No Rekam Medis :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan

Pekerjaan :

(3)

LAMPIRAN 3

DATA INDUK PENELITIAN

No. Jenis Kelamin

Usia Pekerjaan Berat Pekerjaan

Riwayat Trauma

Lokasi HNP 1. Perempuan 67 Pensiunan Ringan (+) Lumbalis 2. Laki-laki 63 Pensiunan Ringan (-) Lumbalis 3. Perempuan 64 Pensiunan Ringan (+) Lumbalis 4. Perempuan 45 Pegawai

Negeri

Ringan (-) Lumbalis 5. Laki-laki 48 Wiraswasta Sedang (-) Lumbalis 6. Laki-laki 63 Pensiunan Ringan (-) Lumbalis 7. Perempuan 57 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Servikalis 8. Laki-laki 66 Pegawai

Negeri

Ringan (-) Lumbalis 9. Perempuan 63 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Lumbalis 10. Perempuan 60 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (-) Lumbalis 11. Laki-laki 49 Wiraswasta Sedang (+) Lumbalis 12. Perempuan 67 Pensiunan Ringan (-) Lumbalis 13. Perempuan 68 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (+) Lumbalis 14. Perempuan 46 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (+) Lumbalis 15. Perempuan 45 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Lumbalis 16. Perempuan 43 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (+) Lumbalis 17. Laki-laki 48 Petani Berat (-) Lumbalis 18. Perempuan 32 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (+) Lumbalis 19. Perempuan 55 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (+) Lumbalis 20. Perempuan 74 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (+) Servikalis 21. Perempuan 67 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Lumbalis 22. Laki-laki 55 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Lumbalis 23. Laki-laki 39 Honorer Berat (-) Lumbalis 24. Laki-laki 37 TNI &

POLRI

(4)

25. Laki-laki 66 Pensiunan Ringan (+) Servikalis 26. Perempuan 49 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Lumbalis 27. Laki-laki 48 Wiraswasta Sedang (-) Lumbalis 28. Perempuan 60 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (-) Lumbalis 29. Laki-laki 45 Pegawai

Swasta

Ringan (+) Lumbalis 30. Perempuan 69 Janda Sedang (+) Lumbalis 31. Perempuan 51 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (-) Lumbalis 32. Perempuan 31 Petani Berat (-) Lumbalis 33. Perempuan 33 Wiraswasta Sedang (-) Lumbalis 34. Perempuan 59 Pensiunan Ringan (-) Lumbalis 35. Laki-laki 23 Pelajar/

Mahasiswa

Ringan (+) Servikalis 36. Laki-laki 51 Wiraswasta Sedang (-) Lumbalis 37. Perempuan 58 Pensiunan Ringan (-) Lumbalis 38. Perempuan 59 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Lumbalis 39. Perempuan 34 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (+) Lumbalis 40. Perempuan 44 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (+) Lumbalis 41. Perempuan 54 Pegawai

Negeri

Ringan (-) Lumbalis 42. Perempuan 55 Pegawai

Negeri

Ringan (-) Lumbalis 43. Laki-laki 59 Petani Berat (-) Servikalis 44. Laki-laki 67 Pegawai

Negeri

Ringan (-) Lumbalis 45. Laki-laki 33 Wiraswasta Sedang (+) Lumbalis 46. Perempuan 40 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Lumbalis 47. Laki-laki 34 Wiraswasta Sedang (+) Lumbalis 48. Laki-laki 20 Pegawai

Swasta

Ringan (-) Lumbalis

49. Laki-laki 50 Supir Berat (+) Lumbalis

50. Laki-laki 58 Pensiunan Ringan (+) Lumbalis 51. Laki-laki 32 Wiraswasta Sedang (+) Lumbalis 52. Laki-laki 56 Wiraswasta Sedang (+) Lumbalis 53. Laki-laki 19 Pelajar/

Mahasiswa

Ringan (+) Lumbalis 54. Perempuan 47 Ibu Rumah

Tangga

(5)

55. Laki-laki 64 Pensiunan Ringan (-) Lumbalis 56. Laki-laki 56 Wiraswasta Sedang (-) Lumbalis 57. Perempuan 52 Pensiunan Ringan (+) Servikalis 58. Laki-laki 53 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Lumbalis 59. Laki-laki 68 Pensiunan Ringan (+) Lumbalis 60. Laki-laki 23 Pelajar/

Mahasiswa

Ringan (+) Lumbalis 61. Perempuan 57 Pegawai

Negeri

Ringan (-) Lumbalis 62. Perempuan 43 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Lumbalis 63. Perempuan 60 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (-) Lumbalis 64. Perempuan 77 Pensiunan Ringan (+) Lumbalis 65. Perempuan 52 Petani Berat (-) Lumbalis 66. Laki-laki 75 Pensiunan Ringan (-) Lumbalis 67. Laki-laki 44 Honorer Berat (-) Servikalis 68. Laki-laki 50 TNI &

POLRI

Berat (+) Servikalis 69. Laki-laki 48 Guru Sedang (+) Torakalis 70. Perempuan 62 Pegawai

Negeri

Ringan (-) Lumbalis 71. Laki-laki 53 Pegawai

Negeri

Ringan (+) Lumbalis 72. Laki-laki 53 TNI &

POLRI

Berat (-) Lumbalis

73. Perempuan 46 Ibu Rumah Tangga

Sedang (+) Lumbalis 74. Laki-laki 54 Wiraswasta Sedang (+) Lumbalis 75. Laki-laki 70 Pensiunan Ringan (+) Lumbalis 76. Perempuan 54 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (-) Lumbalis 77. Perempuan 57 Petani Berat (+) Lumbalis 78. Perempuan 39 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (-) Lumbalis 79. Laki-laki 55 Wiraswasta Sedang (+) Lumbalis 80. Perempuan 70 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (+) Lumbalis 81. Perempuan 64 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (-) Servikalis 82. Perempuan 19 Ibu Rumah

Tangga

(6)

Tangga 85. Perempuan 43 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (-) Lumbalis 86. Laki-laki 40 Pegawai

Swasta

Ringan (+) Lumbalis 87. Laki-laki 33 Wiraswasta Sedang (+) Lumbalis 88. Laki-laki 66 Pensiunan Ringan (-) Lumbalis 89. Perempuan 78 Pensiunan Ringan (+) Lumbalis 90. Perempuan 49 Pegawai

Negeri

Ringan (-) Lumbalis 91. Perempuan 52 Wiraswasta Sedang (+) Lumbalis 92. Perempuan 57 Ibu Rumah

Tangga

Sedang (-) Lumbalis 93. Laki-laki 53 Pendeta Ringan (-) Servikalis 94. Laki-laki 32 Wiraswasta Sedang (+) Lumbalis 95. Laki-laki 41 Petani Berat (+) Lumbalis 96. Perempuan 75 Pensiunan Ringan (+) Lumbalis 97. Perempuan 65 Ibu Rumah

Tangga

(7)

LAMPIRAN 4

1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 44 45.4 45.4 45.4

Perempuan 53 54.6 54.6 100.0

Total 97 100.0 100.0

2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

KelompokUmur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 18 - 45 29 29.9 29.9 29.9

46 - 59 39 40.2 40.2 70.1

60 – 74 25 25.8 25.8 95.9

75 – 90 4 4.1 4.1 100.0

Total 97 100.0 100.0

3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Beratnya Pekerjaan

Tingkatan Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ringan 44 45.4 45.4 45.4

Sedang 41 42.3 42.3 87.6

Berat 12 12.4 12.4 100.0

Total 97 100.0 100.0

4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Trauma

Riwayat Trauma Pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid (+) 56 57.7 57.7 57.7

(-) 41 42.3 42.3 100.0

(8)

5. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi HNP

LokasiHNP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Servikalis 10 10.3 10.3 10.3

Torakalis 1 1.0 1.0 11.3

Lumbalis 86 88.7 88.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

6. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Pasien * LokasiHNP Crosstabulation

LokasiHNP

Total Servikalis Torakalis Lumbalis

Jenis Kelamin

Pasien

Laki-laki Count 6 1 37 44

% within Jenis

Kelamin Pasien 13.6% 2.3% 84.1% 100.0%

Perempuan Count 4 0 49 53

% within Jenis

Kelamin Pasien 7.5% 0.0% 92.5% 100.0%

Total Count 10 1 86 97

% within Jenis

(9)

7. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Usia

KelompokUsia * LokasiHNP Crosstabulation

LokasiHNP

Total Servikalis Torakalis Lumbalis

KelompokUsia 18 - 45 Count 2 0 27 29

% within

KelompokUsia 6.9% 0.0% 93.1% 100.0%

46 - 59 Count 5 1 33 39

% within

KelompokUsia 12.8% 2.6% 84.6% 100.0%

60 - 74 Count 3 0 22 25

% within

KelompokUsia 12.0% 0.0% 88.0% 100.0%

75 - 90 Count 0 0 4 4

% within

KelompokUsia 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 10 1 86 97

% within

KelompokUsia 10.3% 1.0% 88.7% 100.0%

8. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Riwayat Trauma

Riwayat Trauma Pasien * LokasiHNP Crosstabulation

LokasiHNP

Total Servikalis Torakalis Lumbalis

Riwayat Trauma

Pasien

(+) Count 6 1 49 56

% within Riwayat

Trauma Pasien 10.7% 1.8% 87.5% 100.0%

(-) Count 4 0 37 41

% within Riwayat

Trauma Pasien 9.8% 0.0% 90.2% 100.0%

Total Count 10 1 86 97

% within Riwayat

(10)

9. Frekuensi Jenis Kelamin dengan HNP Lumbalis Berdasarkan Riwayat Trauma

Jeniskelamin * RiwayatTrauma Crosstabulation

RiwayatTrauma

Total (+) (-)

Jeniskelamin Laki-laki Count 21 16 37

% within Jeniskelamin 56.8% 43.2% 100.0%

Perempuan Count 28 21 49

% within Jeniskelamin 57.1% 42.9% 100.0%

Total Count 49 37 86

% within Jeniskelamin 57.0% 43.0% 100.0%

10. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Beratnya Pekerjaan

Tingkatan Pekerjaan * LokasiHNP Crosstabulation

LokasiHNP

Total Servikalis Torakalis Lumbalis

Tingkatan

Pekerjaan

Ringan Count 5 0 39 44

% within Tingkatan

Pekerjaan 11.4% 0.0% 88.6% 100.0%

Sedang Count 2 1 38 41

% within Tingkatan

Pekerjaan 4.9% 2.4% 92.7% 100.0%

Berat Count 3 0 9 12

% within Tingkatan

Pekerjaan 25.0% 0.0% 75.0% 100.0%

Total Count 10 1 86 97

% within Tingkatan

(11)

11. Frekuensi Beratnya Pekerjaan Berdasarkan Riwayat Trauma

Tingkatan Pekerjaan * Riwayat Trauma Pasien Crosstabulation

Riwayat Trauma Pasien

Total (+) (-)

Tingkatan Pekerjaan Ringan Count 26 18 44

% within Tingkatan

Pekerjaan 59.1% 40.9% 100.0%

Sedang Count 26 15 41

% within Tingkatan

Pekerjaan 63.4% 36.6% 100.0%

Berat Count 4 8 12

% within Tingkatan

Pekerjaan 33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 56 41 97

% within Tingkatan

Pekerjaan 57.7% 42.3% 100.0%

12. Uji Fisher’s Exact Test

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 5.426a 4 .246 .220

Likelihood Ratio 5.358 4 .252 .232

Fisher's Exact Test 5.695 .151

N of Valid Cases 97

a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

(12)
(13)
(14)

DAFTAR PUSTAKA

American heritage. 2011. Dictionary of the english language, fifth edition. USA:

houghton mifflin harcourt. Available from:

http://www.thefreedictionary.com/occupation. [Accessed: 15 April 2015].

Autio, R., 2006. MRI Herniated Nucleus Pulposus: Correlation with Clinical Findings Determinants of Spontaneous Resorption and Effects of Anti-Inflammatory

Treatments on Spontaneous Resorption . Oulu : Oulu University Press, 25-26.

Bohinski,R., 2010. Degenerative Disc Disease (Spondylosis). Mayfield Clinic and Spine Institute.2(1) 1.

Brunicardi, et al.,2015. Neurosurgery. Schwartz’s Principles of Surgery tenth edition. . United States of America : Mc Graw-Hill, 1740-1771.

Casazza,B., 2012. Diagnosis dan Treatment of Acute Low Back Pain, University of North Carolina School of Medicine, Chapel Hill, North Carolina. Available From : http://www.aafp.org/afp/2012/0215/p343.pdf. [Accessed : 15 April 2015].

Delitto, A., et al., 2012. Low Back Pain Clinical Practice Guidelines Liked to the International Classification of Functioning; Disability, and Health from the

Orthopaedic Section of the American Physical Therapy Association, J Orthop

Sports Phys Ther. 2012;42(4):A1-A57. Doi:10.2519/jospt.2012.0301. Available from : http:aafp.org afp/2012/0215/p343.pdf. [Accessed : 15 April 2015].

Dorland, W.A.N, 2007. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta : EGC, 992.

Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2015. Hal-hal yang Mempengaruhi Kebutuhan gizi: Kategori Tingkat Aktivitas. Available from : http://gizi.picsidev.com/index.php/home/hal_penting. [Accessed : 15 April 2015]. Ekayuda,I. 2005. Neuroradiologi. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Balai

Penerbit FK UI, 337.

Gilroy, J., Holliday, P.L., 1982. Herniated Intervertebral Disk. Trauma. Basic Neurology. New York : Macmillan Publishing Co., Inc., 302-305.

(15)

Gregory, D.S., et al., 2008. Acute Lumbar Disk Pain : Navigating Evaluation and Treatment Choice, American Family Phycisian,1(1) 1-2.

Harsono, 2009. Nyeri Punggung Bawah. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 272-281.

Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika, 226-331.

Highsmith, J.M., 2014. Exam and Test for a Herniated Disc, Vertical Health. Available From http://www.spineuniverse.com/conditions/herniated-disc/exams-tests-herniated-disc. [Accessed: 17 Mei 2015].

Highsmith, J.M., 2014. Images. Available from :

http://www.spineuniverse.com/conditions/herniated-disc/causes-herniated-disc [Accessed : 25 April 2015].

Johanning, E., 2000. Evaluation and Management of Occupational Low Back Disorders. American Journal of Industrial Medicine, 37(1) : 97-111.

Jordan, J.,Konstantinou, K., O’Dowd, J., 2008. Herniated Lumbar Disc. BMJ Publishing Group Ltd, 11(03) : 2-4.

Jordon, 2009. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2907819/. [Accessed : 24 April 2015].

Keck Medicine of USC, 2013. Images. Available from : http://keckmedicine.adam.com/content.aspx?productId=117&isArticleLink=false &pid=1&gid=003807. [Accessed : 05 Mei 2015].

Kelsey, J.L., 2003. Demographic characteristics of persons with acute herniated lumbar intervertebral disc. J Chron Disc, 28(1) : 37-50.

Kim et al.,2015. The Incidence and Risk Factors for Lumbar or Sciatic Scoliosis in Lumbar Disk Herniation and the Outcomes after Percutaneus Endoscopic Discectomy. Seoul University College of Medicine, 18(1) : 555-564.

Listiono,L.D.,1998. Hernia Nukleus Pulposus. Ilmu Bedah Saraf Edisi Ketiga. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 347-355.

(16)

Mahadewa, T.G.B., Maliawan, S., 2009. Diagnosis dan Tatalaksana Hernia Nukleus Pulposus Lumbal . Diagnosis & Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang Belakang. Jakarta : CV. Sagung Seto. 62-87.

Merskey, H., Bogduk, N., 2012. IASP Taxonomy. International Association for the Study of Pain. Available from: http://www.iasp-pain.org/Taxonomy. [Accessed on: 15 April 2015]

Naufal,R., 2013. Hubungan antara Intensitas Iskhialgia dengan Disabilitas Aktivitas Sehari-Hari pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di RS. Dr. Moewardi

Surakarta. Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta, 11-12.

NEJM, 2008. Lumbar Spinal Stenosis. Available from : http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp0708097 [Accessed: 18 Mei 2015]. Notoatmodjo,S., 2010. Metode Penelitian Survei. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta, 37-41.

Pinzon,R.,2012. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Bawah Akibat Hernia Nukleus Pulposus. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta, 39(10), 1-3.

Price et al., 2002. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6 volume 2. Jakarta : EGC, 1097-1098.

Reed, P., 2005. Displacement, Cervical Intervertebral Disc Without Myelopathy : The Medical Disability Advisor : Workplace Guidelines for Disability Duration, 5(1) ;

2-5.

Ropper, A.H., Brown, R.H.,2005. Pain in the Back, Neck and Extremities. Adam &

Victor’s : Principles of Neurology eighth edition. United States of America : Mc

Graw-Hill, 174-185.

Sastroasmoro,S., Ismael, S., 2011. Perkiraan Besar Sampel. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : CV. Sagung Seto, 360-361.

Satyanegara, 2010. Hernia Nukleus Pulposus. Ilmu Bedah Saraf edisi 4. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 431-435.

(17)

Seidler et al., 2002. Occupational Risk Factors for Symptomatic Lumbar Disc Herniation ; a case-control study. Occupational & Environmental Medicine, 60(11) : 821-830.

Snell, R.S.,2003. Cedera Medulla Spinalis dan Otak. Pendahuluan dan Organisasi Susunan Saraf. Neuroanatomi Klinik, Ed 7. Jakarta : EGC, 17.

Snell, R.S.,2003.Uraian Singkat Columna Vertebralis. Pendahuluan dan Organisasi Susunan Saraf. Neuroanatomi Klinik, Ed 7. Jakarta : EGC, 137-141.

Sastrodiwirjo, S., 2000. Hernia Nukleus Pulposus. Kumpulan Neurologi. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Surbakti,S. 2002. Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia. Jakarta : CV. Nario Sari. Vinas, F.C., Wilner, H., Rengachary, S., 2001. The Spontaneous Resorption of Herniated

Cervical Discs. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11683601. [Accessed : 27 November 2015].

Way, L.W., Doherty, Q.M., 2003. Intervertebral Disk Disease. Neurosurgery & Surgery of the Pituitary. Current Surgical Diagnosis & Treatement, Ed 11. United States :

The McGraw-Hill Companies, Inc., 953-958.

Widhiana, D. N., 2002. Sensitivitas dan Spesifisitas Tes Provokasi Batuk, Bersin dan Mengejan dalam Mendiagnosa Hernia Nukleus Pulposus Lumbal . Available from : http://eprints.undip.ac.id/12505/. [Accessed : 30 April 2015].

(18)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini untuk menggambarkan hubungan beratnya pekerjaan dengan kejadian Hernia Nukleus Pulposus di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Beratnya Pekerjaan

a. Definisi Operasional : Jenis pencahariaan atau sesuatu yang dijadikan pokok penghidupan untuk mendapat nafkah yang dapat dibagi menjadi ringan (contoh : menulis, mengetik, menjahit); sedang (contoh : bertani, berkebun, mencuci); berat (contoh : mencangkul, pekerjaan kasar, mengangkat beban berat).

b. Cara ukur : Observasi. c. Alat ukur : Rekam Medis. d. Skala ukur : Ordinal.

e. Hasil pengukuran : Dibagi menjadi 3 kelompok :

 Ringan (aktivitas kantor tanpa olahraga dan aktivitas fisik yang tidak menguras tenaga. Contoh: menyapu, menulis, mengetik).

 Sedang (bekerja harus naik turun tangga, olahraga ringan, dan pekerjaan rumah tangga. Contoh: bertani, berkebun, mencuci dan memeras, memompa).

Variable Dependen Variable Independen

(19)

 Berat (pekerjaan lapangan dan pekerjaan kuli bangunan. Contoh: pekerjaan kasar, mencangkul, mengangkat/memikul beban berat, menggergaji).

3.2.2. Hernia Nuklues Pulposus

a. Definisi Operasional : keadaan dimana nukleus pulposus/anulus fibrosus menonjol keluar dan menekan ke arah kanalis spinalis atau radiks saraf dan hasil positif pada pemeriksaan radiologi (CT Scan atau MRI).

b. Cara ukur : Observasi. c. Alat ukur : Rekam Medis. d. Skala ukur : Nominal.

(20)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional) dengan tujuan untuk melihat hubungan beratnya pekerjaan dengan kejadian Hernia Nukleus Pulposus.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP-HAM) Medan. Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan, dari bulan September 2015 hingga bulan Oktober 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah pasien yang masuk ke departemen saraf dan tercantum dalam data rekam medis di RSUP-HAM mulai dari 1 Januari 2014 hingga 31 Desember 2014.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian diambil dari populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Pasien didaftarkan pada Departemen Saraf.

2. Pasien yang mengalami Hernia Nukleus Pulposus. Kriteria ekslusi sampel dalam penelitian ini adalah:

(21)

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling dimana semua sampel setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoadmojo, 2010).

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan rumus tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi :

P = proporsi dari keadaan yang akan dicari (dari pustaka) Q = 1 – P

Za = nilai Z pada tingkat kemaknaan (ditetapkan)

d = tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki ( ditetapkan) Sumber : Sastroasmoro et al.,2011

Dari penelitian sebelumnya diambil proporsi dari keadaan yang akan dicari sebesar 0,5. Tingkat kemaknaan yang digunakan adalah 95% = 1,96 dan tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki adalah 10% = 0,1.

Dengan rumus diatas maka didapat jumlah sampel minimal:

Dari hasil perhitungan rumus di atas, didapatkan jumlah sampel untuk penelitian ini sebesar 97 responden.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari data sekunder, terdiri dari jumlah pasien yang didiagnosa menderita Hernia Nukleus Pulposus di RSUP Haji Adam Malik.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan rekam medis pasien yang didiagnosa menderita Hernia Nukleus Pulposus di RSUP Haji Adam Malik pada Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 yang memenuhi kriteria inklusi.

(22)

Instrumen yang digunakan adalah rekam medis pasien yang ada pada instalasi rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.5. Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dari rekam medis pasien, maka akan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Package for Social Sciences (SPSS for Windows) dan dianalisis dengan uji statistik Fisher’s

(23)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 pada tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Data penelitian berupa rekam medis diambil dari Instalasi Rekam Medik RSUP-HAM.

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis pasien hernia nukleus pulposus periode 1 Januari hingga 31 Desember 2014.

Jumlah seluruh data yang tercatat yang memenuhi kriteria inklusi adalah 97 data rekam medis lengkap. Data yang diambil berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan riwayat trauma pasien.

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medis yang berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan riwayat trauma pasien. Data lengkap karakteristik subjek penelitian disajikan dalam tabel-tabel sebagai berikut :

Tabel 5.1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-Laki 44 45,4

Perempuan 53 54,6

(24)

Pada tabel 5.1. menunjukkan bahwa subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 44 orang (45,4%) dan subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 53 orang (54,6%).

Tabel 5.2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

18-45 29 29,9

46-59 60-74 75-90 39 25 4 40,2 25,8 4,1

Total 97 100

Pada tabel 5.2. menunjukkan bahwa subjek penelitian yang berusia 18-45 tahun berjumlah 29 orang (29,9%), yang berusia 46-59 tahun berjumlah 39 (40,2%), yang berusia 60-74 tahun berjumlah 25 orang (25,8%), dan yang berusia 75-90 tahun berjumlah 4 orang (4,1%).

Tabel 5.3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Beratnya Pekerjaan

Beratnya Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Ringan Sedang 44 41 45,4 42,3

Berat 12 12,4

Total 97 100

Pada tabel 5.3. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan pekerjaan ringan berjumlah 44 orang (45,4%), pekerjaan sedang berjumlah 41 orang (42,3%), dan pekerjaan berat berjumlah 12 orang (12,4%).

Tabel 5.4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Trauma

Riwayat Trauma Jumlah Persentase (%)

Trauma (+) 56 57,7

Trauma (-) 41 42,3

(25)

Pada tabel 5.4. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan riwayat trauma berjumlah 56 orang (57,7%), sedangkan subjek penelitian tanpa riwayat trauma berjumlah 41 orang (42,3%).

Tabel 5.5. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi HNP

Lokasi HNP Jumlah Persentase (%)

Servikalis 10 10,3

Torakalis 1 1

Lumbalis 86 88,7

Total 97 100

Pada tabel 5.5. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan HNP servikalis berjumlah 10 orang (10,3%), HNP torakalis berjumlah 1 orang (1%), dan HNP lumbalis berjumlah 86 orang (88,7%).

5.1.4. Hasil Analisis Data

Pada tabel 5.6. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan HNP servikalis pada laki-laki sebanyak 6 orang (13,6%) dan perempuan sebanyak 4 orang (7,5%); HNP torakalis pada laki-laki sebanyak 1 orang (2,3%) dan perempuan sebanyak 0 orang (0%); dan HNP lumbalis pada laki-laki sebanyak 37 orang (84,1%) dan perempuan sebanyak 49 orang (92,5%).

Tabel 5.6. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Lokasi HNP Total

Servikalis Torakalis Lumbalis

Laki-laki 6 (13,6%) 1 (2,3%) 37 (84,1%) 44

Perempuan 4 (7,5%) 0 (0%) 49 (92,5%) 53

Total 10 1 86 97

(26)

orang (0%), usia 46-59 tahun sebanyak 1 orang (2,6%), usia 60-74 tahun sebanyak 0 orang (0%), dan usia 75-90 tahun sebanyak 0 orang (0%); dan HNP lumbalis pada usia 18-45 tahun sebanyak 27 orang (93,1%), usia 46-59 tahun sebanyak 33 orang (84,6%), usia 60-74 tahun sebanyak 22 orang (88%), dan usia 75-90 tahun sebanyak 4 orang (100%).

Tabel 5.7. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Usia Usia

(tahun)

Lokasi HNP Total

Servikalis Torakalis Lumbalis

18-45 2 (6,9%) 0 (0%) 27 (93,1%) 29

46-59 5 (12,8%) 1(2,6%) 33 (84,6%) 39

60-74 3(12%) 0 (0%) 22 (88%) 25

75-90 0(0%) 0 (0%) 4 (100%) 4

Total 10 1 86 97

Pada tabel 5.8. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan HNP servikalis dengan adanya riwayat trauma sebanyak 6 orang (10,7%) dan tanpa riwayat trauma sebanyak 4 orang (9,8%); HNP torakalis dengan adanya riwayat trauma sebanyak 1 orang (100%) dan tanpa riwayat trauma sebanyak 0 orang (0%); dan HNP lumbalis dengan adanya riwayat trauma sebanyak 49 orang (87,5%) dan tanpa riwayat trauma sebanyak 37 orang (90,2%).

Tabel 5.8. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Riwayat Trauma Riwayat

Trauma

Lokasi HNP Total

Servikalis Torakalis Lumbalis

Trauma (+) 6 (10,7%) 1 (1,8%) 49 (87,5%) 56

Trauma (-) 4 (9,8%) 0 (0%) 37 (90,2%) 41

Total 10 1 86 97

(27)

trauma sebanyak 28 orang (57,1%), sedangkan tanpa riwayat trauma sebanyak 21 orang (42,9%).

Tabel 5.9. Frekuensi Jenis Kelamin dengan HNP Lumbalis Berdasarkan Riwayat Trauma

Jenis Kelamin Riwayat Trauma Total

Trauma (+) Trauma (-)

Laki-laki 21 (56,8%) 16 (43,2%) 37

Perempuan 28 (57,1%) 21 (42,9%) 49

Total 49 (57%) 37 (43%) 86

Pada tabel 5.10. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan HNP servikalis dengan pekerjaan ringan sebanyak 5 orang (11,4%), pekerjaan sedang 2 orang (4,9%), pekerjaan berat sebanyak 3 orang (25%); HNP torakalis dengan pekerjaan ringan sebanyak 0 orang (0%), pekerjaan sedang 1 orang (2,4%), pekerjaan berat sebanyak 0 orang (0%); dan HNP lumbalis dengan pekerjaan ringan sebanyak 39 orang (89,6%), pekerjaan sedang 38 orang (92,7%), pekerjaan berat sebanyak 9 orang (75%). Hasil analisa data dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p = 0,151 (p > 0,05) yang berarti tidak adanya hubungan antara pekerjaan dengan lokasi HNP.

Tabel 5.10. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Beratnya Pekerjaan Beratnya

Pekerjaan

Lokasi HNP Total Nilai p

Servikalis Torakalis Lumbalis

Ringan 5 (11,4%) 0 (0%) 39(89,6%) 44

Sedang 2 (4,9%) 1 (2,4%) 38(92,7%) 41 0,151

Berat 3 (25,0%) 0 (0%) 9 (75%) 12

Total 10 1 86 97

(28)

dengan pekerjaan berat yang memiliki riwayat trauma sebanyak 4 orang (33,3%), sedangkan tanpa riwayat trauma sebanyak 8 orang (66,7%).

Tabel 5.11. Frekuensi Beratnya Pekerjaan Berdasarkan Riwayat Trauma Beratnya

Pekerjaan

Riwayat Trauma Total

Trauma (+) Trauma (-)

Ringan 26 (59,1%) 18 (40,9%) 44

Sedang 26 (63,4%) 15 (36,6%) 41

Berat 4 (33,3%) 8 (66,7%) 12

Total 56 41 97

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek penelitian HNP lebih banyak pada perempuan (54,6%) dibandingkan laki-laki (45,4%). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek penelitian HNP servikalis lebih banyak pada laki-laki (13,6%) dibandingkan pada perempuan (7,5%), HNP torakalis hanya dijumpai pada laki-laki (2,3%). Hal yang serupa juga disebutkan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa perbandingan kejadian HNP pada laki-laki dibandingkan pada perempuan adalah 2 : 1 (Jordan, Konstantinou & O’Dowd, 2008). Hal yang berbeda terjadi pada HNP lumbalis yang lebih banyak terjadi pada perempuan (92,5%) dibandingkan laki-laki (84,1%). Pada penelitian sebelumnya, wanita memiliki faktor risiko sebesar 50,61% terkena HNP lumbalis dibandingkan laki-laki dan lokasi paling sering terkena adalah L4-L5 yaitu sebesar 72,4%, karena L4-L5 tidak terikat pada pelvis, sehingga respon ketidakseimbangan otot pada lumbo-pelvis dapat menyebabkan iritasi saraf pada kolumna vertebralis (Kim et al.,2015). Berdasarkan hasil penelitian lainnya, disebutkan bahwa pasien dengan kelompok usia lebih tua lebih sering terkena pada L3-L4 dan dihubungkan dengan morbiditas dan kegagalan operasi yang lebih tinggi (Pinzon, 2012).

(29)

menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi kejadian HNP terjadi pada kelompok usia 30-50 tahun (Jordan, Konstantinou & O’Dowd, 2008). Selain itu, hasil penelitian lainnya menyebutkan bahwa HNP paling sering terjadi pada kelompok usia 40-60 tahun sebesar 59,6% diikuti oleh kelompok usia 20-39 tahun sebesar 40,4% (Naufal, 2013). Hasil penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa usia rata-rata terkena HNP adalah 50,4 ± 8,2 tahun. (Pinzon, 2012).

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian dengan riwayat trauma lebih beresiko terkena HNP lumbalis sebesar 87,5%. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa riwayat trauma signifikan dijumpai pada 82,5% kasus HNP (Pinzon, 2012). Sebagian besar kasus trauma disebabkan oleh ekstrusi nukleus pulposus yang disebabkan oleh gangguan pada anulus fibrosus and ligamen logitudinal posterior (Vinas, Wilner & Rengachary, 2001).

(30)

terlalu berat atau frekuensi mengangkat barang yang melebihi batas toleransi dapat menyebabkan trauma pada lumbar sebesar 53% (Johanning, 2000).

(31)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Frekuensi HNP servikalis pada laki-laki sebanyak 6 orang (13,6%) dan perempuan sebanyak 4 orang (7,5%), HNP torakalis pada laki-laki sebanyak 1 orang (2,3%) dan tidak dijumpai pada perempuan, dan HNP lumbalis pada laki-laki sebanyak 37 orang (84,1%) dan perempuan sebanyak 49 orang (92,5%).

2. Dari 97 pasien hernia nukleus pulposus, sebanyak 44 orang (45,4%) dengan pekerjaan ringan, 41 orang (42,3%) dengan pekerjaan sedang, dan 12 orang (12,4%) dengan pekerjaan berat.

3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pekerjaan ringan, sedang dan berat paling sering menyebabkan HNP lumbalis berturut-turut sebesar 88,6%, 92,7%, dan 75%.

4. Tidak adanya hubungan antara beratnya pekerjaan dengan kejadian HNP dengan nilai p = 0,151 (p > 0,05).

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti berhubungan dengan penelitian ini adalah :

1. Kepada peneliti lainnya untuk mempertimbangkan variable lain yang mungkin dapat menjadi faktor resiko terjadinya HNP.

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Kolumna Vertebralis

[image:32.595.191.442.320.544.2]

Kolumna vertebralis (Gambar 2.1 dan 2.2) disusun oleh 33 vertebra, 7 vertebra servikalis (C), 12 vertebra torakalis (T), 5 vertebra lumbalis (L), 5 vertebra sakralis (S), dan 4 vertebra koksigeus (pada umumnya 3 vertebra koksigeus di bawah bersatu). Struktur kolumna vertebralis ini fleksibel karena bersegmen dan disusun oleh tulang vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis (Snell, 2003).

Gambar 2.1 Rangka dilihat dari posterior, memperlihatkan kolumna vertebralis (Sumber: Keck Medicine of USC, 2013)

2.1.1 Karakteristik Umum Vertebra

(33)

sisi arkus, serta sepasang lamina pipih yang melengkapi arkus vertebra di posterior (Snell, 2003).

Terdapat tujuh prosesus yang berasal dari arkus vertebra: satu prosesus spinosus, 2 prosesus transversus, dan 4 prosesus artikularis (Gambar 2.2). Prosesus spinosus atau spina, mengarah ke posterior dari pertemuan kedua lamina. Prosesus transversus mengarah ke lateral dari pertemuan lamina dan pedikulus. Prosesus spinosus dan prosesus transversus berperan sebagai pengungkit dan tempat melekatnya otot dan ligamen (Snell, 2003).

Prosesus artikularis terletak vertikal dan terdiri atas 2 prosesus artikularis superior dan 2 prosesus artikularis inferior. Kedua prosesus artikularis superior dari satu arkus vertebra bersendi dengan kedua prosesus artikularis inferior dari arkus vertebra yang terletak di atasnya, membentuk dua sendi sinovial (Snell, 2003).

(34)
[image:34.595.140.485.111.553.2]

Gambar 2.2 A: Kolumna vertebralis tampak lateral. B: Ciri-ciri umum berbagai vertebra

(35)

2.1.2. Sendi-Sendi Kolumna Vertebralis

Vertebra saling bersendi melalui sendi kartilaginosa di antara korporanya dan sendi sinovial di antara prosesus artikulasinya. Sisipan di antara korpora vertebra adalah fibrokartilago diskus intervertebralis (Gambar 2.3).

Diskus intervertebralis (Gambar 2.3) paling tebal di daerah servikal dan lumbal sehingga memungkinakan gerakan kolumna vertebralis yang paling besar. Diskus ini berperan sebagai penahan (shock absorber) goncangan apabila beban kolumna vertebralis tiba-tiba meningkat. Akan tetapi, gaya pegasnya menurun dengan bertambahnya usia (Snell, 2003).

Masing-masing diskus terdiri atas anulus fibrosus di bagian luar dan nukleus pulposus di bagian sentral (Gambar 2.3). Anulus fibrosus terdiri atas fibrokartilago, yang melekat erat pada korpora vertebra dan ligamentum longitudinal anterior dan posterior kolumna vertebralis (Snell, 2003).

Nukleus pulposus merupakan massa gelatinosa yang berbentuk lonjong pada orang muda. Biasanya di bawah tekanan dan terletak sedikit ke posterior dari pinggir anterior diskus. Fasies anterior dan posterior korpora vertebra yang terletak di dekatnya dan berbatasan dengan diskus diliputi oleh lapisan tipis kartilago hialin (Snell, 2003).

Sifat nukleus pulposus yang semi cairan memungkinkan perubahan bentuk dan pergeseran vertebra ke depan atau ke belakang antara satu dan yang lain. Peningkatan beban kolumna vertebralis yang tiba-tiba menyebabkan nukleus pulposus menjadi pipih. Keadaan ini dimungkinkan oleh sifat pegas dari anulus fibrosus yang terdapat di sekelilingnya. Apabila dorongan dari luar terlalu besar untuk anulus fibrosus, anulus dapat robek. Akibatnya herniasi nukleus pulposus terjadi, penonjolan keluar nukleus ke dalam kanalis vertebralis, dimana nukleus ini dapat menekan radiks nervus spinalis, nervus spinalis atau bahkan medula spinalis (Snell, 2003).

(36)

diskus menjadi tipis, kurang elastis, dan tidak dapat lagi dibedakan antara nukleus dan anulus (Snell, 2003).

2.1.3. Ligamentum Vertebra

Ligamentum longitudinal anterior dan posterior berjalan turun sebagai pita utuh di fasies anterior dan posterior kolumna vertebralis dari tengkorak sampai ke sakrum (Gambar 2.3). Ligamentum longitudinal anterior lebar dan kuat, melekat pada permukaan dan sisi-sisi korpora vertebra dan diskus intervertebralis. Ligamentum longitudinal posterior lemah dan sempit serta melekat pada pinggir posterior diskus. Sedangkan ligamentum diantara dua vertebra terdiri atas:

1. Ligamentum supraspinosium (Gambar 2.3): ligamentum ini berjalan di antara ujung-ujung spina berdekatan.

2. Ligamentum interspinosum (Gambar 2.3): ligamentum ini menghubungkan spina yang berdekatan.

3. Ligamentum intertransversum: ligamentum ini berjalan di antara prosesus transversus yang berdekatan.

(37)
[image:37.595.115.513.112.534.2]

Gambar 2.3. A: Sendi-sendi di regio servikalis, torakalis, dan lumbalis kolumna vertebralis. B: Vertebra lumbalis III dilihat dari atas, memperlihatkan hubungan di

antara diskus intervertebralis dan kauda ekuina (Sumber : Snell, 2003)

2.1.4. Persarafan Sendi-Sendi Vertebra

(38)
[image:38.595.151.460.112.358.2]

Gambar 2.4 Persarafan sendi-sendi vertebra. Pada tingkat vertebra tertentu, sendi menerima serabut saraf dari dua nervus spinalis yang berdekatan

(Sumber : Snell, 2003)

2.2. Hernia Nukleus Pulposus 2.2.1. Terminologi

Beberapa istilah untuk menyebut hernia nukleus pulposus (HNP) antara lain herniated disc, prolapsed disc, sequestred disc, protuding disc, bulging disc, ruptured disc, extruded disc, soft disc, dan slipped disc (Ropper, 2005; Williams,

2009; Mahadewa & Maliawan, 2009).

2.2.2. Definisi

(39)

2.2.3. Epidemiologi

Prevalensi hernia nukleus pulposus berkisar antara 1-2% dari populasi. Kejadian hernia nukleus pulposus paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5, kemudian daerah servikalis (C6-C7 dan C5-C6) dan paling jarang terkena di daerah torakalis (Mahadewa & Maliawan, 2009). Prevalensi tertinggi terjadi antara umur 30-50 tahun, dengan rasio pria dua kali lebih besar daripada wanita. Pada usia 25-55 tahun, sekitar 95% kejadian HNP terjadi di daerah lumbal. HNP di atas daerah tersebut lebih sering terjadi pada usia di atas 55 tahun (Jordon, 2009).

2.2.4. Etiologi dan Patologi

Herniasi dapat terjadi pada usia muda dan usia tua. Pada usia muda umumnya disebabkan oleh trauma atau gravitasi dan kolumna vertebra yang mendapat beban berat sehingga menyebabkan penonjolan diskus intervertebra. Pada usia tua disebabkan proses degenerasi diskus intervertebra yang dimulai dengan kekakuan diskus, kemudian diikuti kehilangan elastisitas nukleus pulposus dan degenerasi tulang rawan sendi (Ekayuda, 2005).

Penyebab HNP biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi oleh karena proses penuaan dan kebanyakan oleh karena adanya suatu trauma yang berulang mengenai diskus intervetebralis sehingga menimbulkan sobeknya anulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat dan gejala ini disebabkan oleh cedera diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau tahun (Helmi, 2012).

2.2.5. Faktor Risiko

Faktor risiko penderita HNP dapat dibagi atas (Mahadewa & Maliawan, 2009):

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

(40)

2. Faktor risiko yang dapat diubah

a. Aktivitas dan pekerjaan, misalnya duduk dalam waktu lama, mengangkat ataupun menarik beban yang berat, terlalu sering memutar punggung ataupun membungkuk, latihan fisik terlalu berat dan berlebihan, paparan pada vibrasi yang konstan.

b. Olahraga tidak menentu, misalnya memulai aktivitas fisik yang sudah sekian lama tidak dilakukan dengan berlatih berlebih dan berat dalam jangka waktu yang cukup lama.

c. Merokok, dimana nikotin dalam rokok dapat mengganggu kemampuan diskus menyerap nutrisi yang diperlukan dari darah.

d. Berat badan yang berlebihan, terutama beban ekstra di perut yang menyebabkan strain pada punggung bawah.

e. Batuk dalam waktu yang lama dan berulang-ulang.

2.2.6. Klasifikasi

Hernia nukleus pulposus paling sering terjadi pada daerah sambungan bagian yang bergerak (mobile) dengan bagian yang relatif tidak bergerak (immobile), misalnya junctura cervicothoracalis dan junctura lumbosacralis (Snell, 2002). Klasifikasi hernia nukleus pulposus, yaitu :

1. Diskus servikal

Diskus yang sering terjadi herniasi adalah vertebra servikalis kelima, keenam, dan ketujuh (C5, C6, C7) (Snell, 2002). Hernia diskus servikal terjadi di leher, belakang kranium, bahu, skapula, lengan, dan tangan (Brunicardi, 2015).

2. Diskus torakal

(41)

3. Diskus lumbal

Herniasi diskus lumbalis lebih sering terjadi dibandingkan dengan herniasi pada diskus lainnya dan biasanya terjadi pada diskus L4 dan L5 (Snell, 2002). Herniasi diskus lumbal terjadi di bagian punggung bawah, paling sering pada vertebra L4, L5 dan S1 serta biasanya unilateral. Gejala yang timbul bisa melibatkan punggung bawah, bokong, paha, dan bisa menjalar ke kaki dan/atau jari-jari kaki karena melibatkan nervus skiatik. Nervus femoral juga bisa terkena dan menyebabkan kebas pada satu atau kedua kaki serta rasa terbakar di pinggang dan kaki (Brunicardi, 2015).

Menurut gradasinya (Gambar 2.5), hernia ini dapat dibagi atas (Ekayuda, 2005) :

1. Protruded intervertebral disc

Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus. 2. Prolapsed intervertebral disc

Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus. 3. Extruded intervertebral disc

Nukleus keluar dan anulus fibrosus berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.

4. Sequestrated intervertebral disc

(42)
[image:42.595.251.381.109.358.2]

Gambar 2.5. Hernia nukleus pulposus menurut gradasi (Sumber: Highsmith, 2014)

2.2.7. Patofisiologi

Sebagian besar HNP terjadi di daerah lumbal antara ruang lumbal IV ke V (L4 ke L5) atau lumbal kelima ke sakral pertama (L5 ke S1). Herniasi diskus antara L5 ke S1 menekan ke akar saraf S1, sedangkan herniasi diskus antara L4 dan L5 menekan akar saraf L5 (Price, 2013). Herniasi diskus servikalis biasanya mengenai satu dari tiga akar servikalis bawah yang berpotensi menimbulkan kelainan serius, dan dapat terjadi kompresi medula spinalis, bergantung pada arah penonjolan. Herniasi lateral diskus servikalis biasanya menekan akar di bawah ketinggian diskus, misalnya pada diskus C5 ke C6 menekan akar saraf C6, dan diskus C6 ke C7 mengenai akar C7 (Brunicardi, 2015).

(43)

untuk berikatan dengan air pada proteoglikan berkurang serta berperan menyebabkan HNP yang disertai penekanan akar saraf spinalis (Brunicardi, 2015; Price, 2013).

Pada umumnya HNP didahului oleh gaya traumatik seperti mengangkat benda berat, aktivitas berlebihan, menegakkan badan waktu terpeleset, dan sebagainya yang mengakibatkan sobekan pada anulus fibrosus yang bersifat sirkumferensial (Harsono, 2009). Sobekan tersebut ditandai dengan terbentuknya nodus Schmorl yang dapat menyebabkan inflamasi dan nekrosis tulang vertebra,

sehingga terjadinya low back pain subkronis atau kronis, kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai ischialgia. Menjebolnya nukleus pulposus secara vertikal ke kanalis vertebralis berarti nukleus pulposus menekan radiks dan arteri radikularis yang berada pada lapisan dura. Hal ini terjadi apabila penjebolan berada pada sisi lateral, sedangkan tidak ada radiks yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah karena tidak adanya kompresi pada kolumna anterior (Sidharta, 1999).

Prolapsus secara horizontal memiliki dua bentuk yang disebut dengan nuclear herniation yang mengarah ke bagian posterior dan annular protrusion

(44)

2.2.8. Manifestasi Klinis

Hernia nukleus pulposus umumnya terjadi di daerah lumbosakral, paling sering terjadi di antara L4 dan L5 atau L5 dan S1, sedangkan pada bagian servikal umumnya terjadi pada C5 dan C6 (Gilroy, 1982).

Pasien hernia nukleus pulposus biasanya mempunyai riwayat cedera dan keluhan nyeri yang menjalar dari punggung bawah, betis, tumit, dan telapak kaki, sedangkan pada kasus yang parah, sering dikeluhkan kebas-kebas dan lemah. Pada ruptur diskus yang melibatkan akar saraf L4, L5 atau S1 akan menunjukkan Lasegue sign positif (Autio, 2006).

(45)

Tabel 2.1 Lokasi Gejala pada Hernia Nukleus Pulposus Level HNP/

Akar Saraf yang Terlibat

Lokasi Nyeri Lokasi Kebas Kelemahan Otot Perubahan Refleks C4- C5 C5 Leher Bahu C5 Dermatom Deltoid Supraspinatus Penurunan refleks biceps C5-C6 C6 Leher Lengan bawah C6 Dermatom

Biceps Penurunan refleks biceps brachii C6- C7 C7 Leher Jari Tengah C7 Dermatom

Triceps Penurunan refleks triceps L3-L4 L4 Punggung bawah,pinggul Paha posterolateral Kaki anterior L4 Dermatom

Quadriceps Penurunan refleks patella L4-L5 L5 Sendi sacroiliac Paha lateral hingga tumit L5 Dermatom Ekstensor dari jempol kaki Sulit berjalan dengan tumit Penurunan refleks biceps femoris L5-S1 S1 Sendi sacroiliac Paha posterior Kaki lateral sampai jari kaki S1 Dermatom Plantar fleksi dari jari-jari kaki Sulit berjalan pada kaki Penurunan refleks Achilles

[image:45.595.113.514.117.652.2]
(46)

2.2.9. Diagnosis

Pada umumnya, diagnosis hernia nukleus pulposus didasarkan pada : 1. Anamnesis

Anamnesis HNP dapat berupa letak atau lokasi nyeri, penyebaran nyeri, sifat nyeri, pengaruh aktivitas atau posisi tubuh terhadap nyeri, riwayat trauma, proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, obat-obat analgetika yang pernah diminum, kemungkinan adanya proses keganasan, riwayat menstruasi, kondisi mental/emosional (Harsono, 2009).

2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada inspeksi antara lain:

 Observasi apakah ada hambatan pada leher, bahu, punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.

 Adakah gerakan yang tidak wajar atau terbatas ketika penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian.

 Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring, dan bangun dari berbaring.

 Perlu dicari kemungkinan adanya atropi otot, fasikulasi, pembengkakan dan perubahan warna kulit (Harsono, 2009).

b. Palpasi

(47)

3. Pemeriksaan neurologis

Pada posisi terlentang, dilakukan tes provokasi sebagai berikut (Mahadewa & Maliawan, 2009; Gregory, 2008):

a. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus.  Tes Laseque (straight leg raising = SLR)

Fleksikan tungkai yang sakit dalam posisi lutut ekstensi. Tes normal apabila tungkai dapat difleksikan hingga 80-90%, dan positif apabila tungkai timbul rasa nyeri di sepanjang perjalanan saraf iskhiadikus sebelum tungkai mencapai kecuraman 70%. Tes ini meregangkan saraf spinal L5 dan S1, sedangkan yang lain kurang diregangkan.

Tes Laseque menyilang/crossed straight leg raising test (Test O’Conell).

Tes positif apabila timbul nyeri radikuler pada tungkai yang sakit (biasanya perlu sudut yang lebih besar untuk menimbulkan nyeri radikuler dari tungkai yang sakit).

b. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal. Tes Naffziger

Dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit atau dengan melakukan kompresi pada ikatan sfigmomanometer selama 10 menit tekanan sebesar 40mmHg sampai pasien merasakan penuh di kepala. Dengan penekanan tersebut mengakibatkan tekanan intrakanial meningkat yang akan diteruskan ke ruang intratekal sehingga akan memprovokasi nyeri radikuler bila ada HNP.

Tes Valsava

(48)

4. Pemeriksaan penunjang a. Foto polos

Dapat ditemukan berkurangnya tinggi diskus intervertebralis pada HNP fase lanjut, sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit (Mahadewa & Maliawan, 2009). Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis seperti proses metastasis dan fraktur kompresi (Highsmith, 2014)

b. Kaudiografi, Mielografi, CT (Computerized Tomography)

Pada pemeriksaan kaudio/mielografi adalah pemeriksaan invasif yang hanya dikerjakan dengan indikasi ketat dan tidak dikerjakan secara rutin (Mahadewa & Maliawan, 2009). CT scan mungkin diperlukan untuk evaluasi lebih lanjut struktur tulang yang terkena (Williams, 2009).

c. Diskografi

Dilakukan dengan penyuntikan pada diskus dengan media kontras yang larut dalam air, namun pemeriksaan ini dapat menimbulkan infeksi pada ruang diskus intervertebralis, terjadinya herniasi diskus, dan bahaya radiasi. Biaya relatif mahal dan hasilnya tidak lebih unggul dari pemeriksaan MRI sehingga jarang digunakan (Mahadewa & Maliawan, 2009).

d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI merupakan standard baku emas untuk HNP (Mahadewa & Maliawan, 2009). Pada MRI (Gambar 2.6), dapat terlihat gambaran bulging diskus (anulus intak), herniasi diskus (anulus robek), dan dapat

(49)
[image:49.595.243.436.110.418.2]

Gambar 2.6. Penampang Sagital Vertebra Lumbal (Williams, 2009)

e. Electromyography

Dari pemeriksaan EMG, dapat ditentukan akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana gangguannya, masih dalam taraf iritasi atau sudah ada kompresi (Mahadewa & Maliawan, 2009).

2.2.10. Diagnosis Banding 1. Herniasi diskus servikal

Beberapa kondisi yang menyerupai manifestasi klinis hernia diskus servikalis, yaitu :

a. Akibat trauma dan inflamasi, seperti bursitis subdeltoid atau subakromial dan bahu terkilir.

(50)

primary peripheral atau tumor sistem saraf pusat dari pleksus

brakialis, korda servikalis, atau sambungan servikomedularis.

c. Gangguan paru : coronary insufficiency dan angina pektoris; neoplasma pada apeks paru.

d. Gangguan pada tulang : fraktur, dislokasi, atau subluksasi dari spina servikal (Way, 2003).

2. Herniasi diskus lumbal

Karakteristik herniasi diskus lumbal adalah nyeri punggung yang menyebar sampai ke kaki dan mempunyai banyak penyebab, seperti: a. Kelainan tulang, misalnya spondilolistesis, spondilosis, atau Paget’s

disease.

b. Tumor primer dan metastatis dari cauda equina atau area panggul. c. Inflamasi, meliputi abses di ruang epidural atau pleksus

retreoperitoneal lumbosakral, postinfeksius atau posttrauma araknoiditis, dan reumatoid spondilitis.

d. Lesi degeneratif dari medulla spinalis dan neuropati perifer. e. Penyakit oklusi vaskular perifer (Way, 2003).

f. Cauda Equina Syndrome (CES)

CES merupakan penekanan pada cauda equina dengan gejala klinis dapat berupa nyeri punggung bawah, skiatika unilateral atau bilateral, kelemahan otot ekstremitas bawah dan gangguan sensoris (Gitelman, 2008).

g. Lumbar Degenerative Disc Disease (LDDD)

(51)

h. Lumbar Stenosis

Gejala klinis yang paling sering muncul adalah nyeri pada punggung bawah dan ekstremitas bawah, gangguan berjalan dan disabilitas lainnya (Katz & Harris, 2008).

i. Rematik biasanya nyeri dirasakan lebih berat pada pagi hari dan berangsur-angsur berkurang pada siang dan sore hari (Mahadewa & Maliawan, 2009).

2.2.11. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hernia nukleus pulposus adalah sebagai berikut: 1. Konservatif

Mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik, dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang belakang adalah tujuan terapi konservatif. Sebagian besar (90%) pasien HNP akan membaik dalam waktu enam minggu dengan atau tanpa terapi, dan hanya sebagian kecil saja yang memerlukan tindakan bedah (Mahadewa & Maliawan, 2009).

a. Tirah baring

Tirah baring merupakan cara paling umum dilakukan yang berguna mengurangi rasa nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, serta direkomendasikan selama 2 sampai 4 hari. Pasien dapat kembali ke aktivitas normal secara bertahap, dan pada umumnya pasien tidak memerlukan istirahat total (Mahadewa & Maliawan, 2009).

b. Terapi farmaka (Mahadewa & Maliawan, 2009)

Analgetik dan NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)

Tujuan diberikan obat ini adalah untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.

 Kortikosteroid oral

Kortikosteroid oral dipakai pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi, tetapi pemakaiannya masih kontroversial.  Analgetik ajuvan

(52)

 Suntikan pada titik picu

Caranya adalah dengan menyuntikan campuran anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada daerah sekitar tulang punggung.

c. Terapi fisik (Mahadewa & Maliawan, 2009)  Traksi pelvis

Dengan memberikan beban tarikan tertentu di sepanjang sumbu panjang kolumna vertebralis.

Ultra Sound Wave (USW) diaterni, kompres panas/ dingin

Tujuannya adalah mengurangi nyeri dengan mengurangi peradangan dan spasme otot.

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Dilakukan dengan memakai alat yang dijalankan dengan baterai kecil yang dipasang pada kulit untuk memberi rangsangan listrik terus-menerus lewat elektroda. Diharapkan terjadi aliran stimulasi yang melawan (counter stimulation) terhadap susunan saraf sehingga mengurangi persepsi nyeri.

 Korset lumbal dan penopang lumbal lain

Pemakaian kedua alat ini tidak mengurangi nyeri dengan HNP akut, tetapi bermanfaat untuk mencegah timbulnya HNP dan mengurangi nyeri pada HNP kronis.

 Latihan dan modifikasi gaya hidup

Menurunkan berat badan yang berlebihan karena dapat memperberat tekanan. Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa stress secepat mungkin. Endurance exercise dimulai pada minggu kedua setelah awitan dan conditioning exercise yang bertujuan memperkuat otot dimulai sesudah 2 minggu.

2. Bedah

(53)

(Mahadewa & Maliawan, 2009). Pasien hernia diskus intervertebralis dengan penanganan bedah menunjukkan perbaikan yang lebih besar dari segi nyeri, fungsi, kepuasan dan kesembuhan yang dinilai pasien dibandingkan dengan pasien dengan penanganan non-bedah (Williams, 2009), tetapi tidak dapat mengembalikan kekuatan otot (Mahadewa & Maliawan, 2009). Microdiscectomy adalah gold-standard penanganan bedah pada HNP.

a. Microdiscectomy

Microdiscectomy adalah pembedahan pada diskus yang terkena yang

telah dikonfirmasi dengan radiografi. b. Open Discectomy

Open disectomy mempunyai prosedur yang sama dengan microdiscectomy.

c. Minimal access/ Minimally Invasive Discectomy

Discectomy dilakukan melalui sebuah insisi yang sangat kecil pada

gangguan dari jaringan di dekatnya. Hal ini sering dilakukan pada pasien rawat jalan atau rawat inap 23 jam (Williams, 2009).

2.2.12. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dari HNP adalah nyeri punggung untuk jangka waktu yang lama, kehilangan sensasi di tungkai yang diikuti penurunan fungsi kandung kemih dan usus (Sastrodiwirjo, 2000). Selain itu, kerusakan permanen pada akar saraf dan medula spinalis dapat terjadi bersamaan dengan hilangnya fungsi motorik dan sensorik. Hal ini dapat terjadi pada servikal stenosis dan spondilosis yang menekan medulla spinalis dan pembuluh darah, sehingga dapat menimbulkan mielopati dengan spastik paraplegia atau kuadriplegia (Way, 2003).

2.2.13.Prognosis

(54)

dengan ketidaknyamanan dan parestesis ringan. Pada beberapa pasien, gejala radikular atau mielopati kambuh setelah kembali beraktivitas penuh. Untuk 25% pasien yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dibutuhkan operasi. Perbaikan tampak pada sekitar 80% pasien yang melakukan terapi operatif pada diskus servikalis. Pada hernia diskus lumbalis sekitar 10-20% kasus membutuhkan penangan terapi bedah dan 85% pasien akan pulih sepenuhnya setelah penanganan bedah. (Way, 2003).

2.2.14. Pencegahan

Pencegahan HNP (Listiono L.D., 1998): 1. Waktu berdiri

a. Jangan memakai sepatu dengan tumit terlalu tinggi.

b. Bila harus berdiri lama, selingilah dengan berjongkok, atau letakkan satu kaki lebih tinggi dengan meletakkannya pada sesuatu.

c. Meja kerja/dapur jangan terlalu rendah sehingga harus bekerja sambil membungkuk.

d. Bila hendak mengambil sesuatu di lantai, jangan membungkuk, tetapi dengan menekuk lutut. Renggangkanlah kedua tungkai, lalu paha dan lutut ditekuk, namun pinggang tetap lurus. Kemudian bawalah barang tersebut sedekat mungkin dengan tubuh.

2. Waktu berjalan, berjalanlah dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa-gesa.

3. Waktu duduk

a. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada meja atau kursi, dan jaga agar bahu tetap rileks (Satyanegara, 2010).

b. Kursi yang dipakai untuk duduk tidak boleh terlalu tinggi sehingga lutut lebih rendah dari paha pada saat duduk.

(55)

d. Bila mengendarai mobil, tempat duduk jangan terlalu jauh jaraknya dari kemudi sehingga posisi tungkai menjadi hampir lurus.

4. Waktu tidur

a. Sebaiknya tidur dengan posisi terbaring di tempat tidur yang tidak terlalu lembek.

b. Posisi tidur yang terbaik adalah terlentang dengan bantal di bawah lutut sehingga sendi paha dalam keadaan fleksi dan pinggang mendatar.

2.3. Pekerjaan

Penduduk Indonesia (khususnya penduduk usia kerja) bekerja dalam berbagai jenis pekerjaan yang sangat banyak jenis dan variasinya. Untuk dapat menganalisis dan menyajikan statistik yang berhubungan dengan jenis pekerjaan perlu dilakukan suatu pengelompokan yang sistematis dan konsisten, diantaranya dengan memberikan kode pada setiap jenis pekerjaan. Langkah pengelompokan dan pemberian kode pada setiap jenis pekerjaan akan menghasilkan suatu klasifikasi. Dengan demikian struktur ketenagakerjaan di Indonesia akan mudah ditentukan (Surbakti, 2002).

(56)
[image:56.595.99.499.115.336.2]

Tabel 2.2. Pengelompokan Aktivitas Kelompok

Aktivitas

Jenis Kegiatan

Ringan 75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 25% untuk kegiatan berdiri dan berpindah (moving) Sedang 25% waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri

dan 75% adalah untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya

Berat 40% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk dan berdiri dan 60% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang

pekerjaannya Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2015

Aktivitas fisik berdasarkan pengelompokan beban kerja dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Beban kerja ringan: aktivitas kantor tanpa olahraga dan aktivitas fisik yang tidak menguras tenaga. Contoh: menyapu lantai, menulis, mengetik, pekerjaan administrasi.

2. Beban kerja sedang: bekerja harus naik turun tangga, olahraga ringan, dan pekerjaan rumah tangga. Contoh: bertani, berkebun, mencuci dan memeras pakaian, memompa.

(57)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perubahan teknologi dan peradaban, pekerjaan adalah kata yang tak asing lagi didengar. Pekerjaan sudah merupakan suatu aktivitas yang lazim dilakukan sehari-hari oleh manusia bahkan untuk melewatkan waktu luang (American Heritage, 2011). Pekerjaan ternyata dibagi lagi menjadi kerja ringan, sedang dan berat (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2015). Tentu saja, dari masing-masing tingkat pekerjaan itu, hampir tidak ada pekerjaan yang menutup kemungkinan seseorang untuk terkena penyakit atau kecelakaan yang diakibatkan oleh pekerjaan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh risiko pekerjaan, posisi yang tidak ergonomis, dan ketidakpengetahuan akan risiko tersebut. Selain dapat mengurangi keefektifan kerja, kecelakaan atau penyakit tersebut juga dapat menurunkan kesehatan dan kesejahteraan sosial. Salah satu keluhan yang sering diakibatkan oleh pekerjaan adalah nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang sedang terjadi maupun kerusakan jaringan yang bersifat potensial (Merskey, 2012). Nyeri dapat dirasakan pada hampir seluruh daerah tubuh. Nyeri yang paling sering dikeluhkan oleh karena pekerjaan adalah nyeri punggung bawah.

(58)

mengakibatkan timbulnya gejala-gejala neurologis (Ekayuda, 2005). Gejala klinis dari HNP berupa nyeri pinggang yang menjalar sampai daerah tungkai bawah atau bahkan sampai ujung jari kaki. Selain itu, HNP juga ditandai dengan nyeri yang hebat ketika pasien mengejan, batuk, atau bersin. Dengan adanya nyeri tersebut, maka akan timbul spasme otot di sekitar vertebra dan keterbatasan gerak pada vertebra lumbal (fleksi, ekstensi, laterofleksi) (Lumbantobing, 2008). Tentu saja hal ini akan mengganggu pekerjaan sehingga pekerjaan menjadi tidak efektif, bahkan mengganggu aktivitas sehari-hari dan waktu istirahat.

Salah satu faktor risiko terjadinya HNP adalah beratnya pekerjaan. Beratnya pekerjaan akan memengaruhi kejadian nyeri punggung, dimana semakin tinggi tingkat kebutuhan aktivitas, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya nyeri punggung (Delitto, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhiana pada tahun 2002, yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara kejadian HNP dengan tingkat pekerjaan. HNP yang terjadi dilaporkan tertinggi pada pekerja kasar, yaitu sebesar 43,6 %, diikuti oleh pekerja kantor sebesar 30,8% dan pekerja rumah tangga sebesar 25,6%.

Maka, berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara beratnya pekerjaan dengan kejadian HNP pada RSUP. H.Adam Malik pada tahun 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan beratnya pekerjaan dengan kejadian hernia nukleus pulposus di RSUP. H.Adam Malik pada tahun 2014?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(59)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat atau beratnya pekerjaan pasien HNP di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2014.

2. Mengetahui jenis-jenis HNP yang terjadi di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2014.

3. Mengetahui adanya hubungan antara beratnya pekerjaan dengan kejadian HNP di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penilitian ini adalah :

1. Bagi mahasiswa, dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam tugas kuliah yang berkaitan dengan hernia nukleus pulposus (HNP).

2. Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang penyakit hernia nukleus pulposus (HNP).

3. Bagi tenaga medis, dapat digunakan sebagai pengetahuan tambahan mengenai penyakit hernia nukleus pulposus (HNP).

(60)

ABSTRAK

Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana terjadinya penonjolan diskus intervertebralis yang menimbulkan penekanan pada medula spinalis yang dapat menimbulkan gejala nyeri dan mengganggu aktivitas. Salah satu faktor risiko terjadinya hernia nukleus pulposus adalah beratnya pekerjaan. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk meneliti hubungan beratnya pekerjaan dengan kejadian hernia nukleus pulposus di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014.

Penelitian dilakukan dengan desain deskriptif dengan desain penilitian potong lintang (cross sectional). Jumlah subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 97 buah rekam medis dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Data diperoleh dari rekam medis RSUP H.Adam Malik tahun 2014 dan dianalisis dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test untuk melihat adanya hubungan antara beratnya pekerjaan dengan kejadian HNP.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar HNP terjadi di daerah lumbal sebesar 88,7%, diikuti HNP servikalis sebesar 10,3%, dan HNP torakalis sebesar 1%. Subjek penelitian dengan berat pekerjaan ringan, sedang dan berat lebih rentan terkena HNP lumbalis berturut-turut sebesar 88,6%, 92,7% dan 75%. Dari hasil analisis data, tidak terdapat hubungan antara beratnya pekerjaan dengan kejadian hernia nukleus pulposus di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2014.

(61)

ABSTRACT

Hernia nucleus pulposus (HNP) or herniation of intervertebral disc is a state which the protrusion of intervertebral discs suppress the spinal cord and resulting the symptoms of pain and limitation of daily activities. One of the risk factor of herniated disc is the occupation. Therefore, this study was designed to examine the relationship of occupation with the incidence of herniated invertebral disc in RSUP H. Adam Malik Medan in 2014.

The method used in this study is descriptive based study by using cross sectional study. The number of research subjects who meet the inclusion and exclusion criteria are 97 medical records where samples are collected using simple random sampling. Datas are collected from the medical record of RSUP

H.Adam Malik in the period of 2014 and analysed by using Fisher’s Exact Test to

examine the relationship of occupation with the incidence of HNP.

The result shows that the majority of herniated disc occurred on lumbar with 88.7%, followed by cervical herniated disc with 10.3%, and thoracic herniated disc with 1%. Research subjects with light, moderate and heavy occupation are more susceptible to have HNP on lumbar consecutively with 88,6%, 92,7%, and 75%. The result of data analysis is p = 0.151 (p> 0.05).

From the analysis of data, there is no relation between occupation with the incident of hernia nucleus pulposus in RSUP H. Adam Malik in 2014.

(62)

Oleh :

THAMRIN CIATAWI 120100368

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(63)

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Tabel 5.3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Beratnya Pekerjaan Beratnya Pekerjaan
Tabel 5.5. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi HNP Lokasi HNP
Tabel 5.7. Frekuensi Lokasi HNP Berdasarkan Usia Lokasi HNP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap orang atau instansi pasti menginginkan suatu keamanan data yang sangat kuat agar suatu informasi yang dianggap sangat rahasia dapat terjamin kerahasiaanya,maka dengan

Teknik pembangunan WarNet pada penulisan ilmiah ini, menggunakan teknologi LAN (jaringan area lokal) yang berbasis jaringan secara Workgroups di Microsoft Networks, dengan PC

kerja akan sah dengan syarat berupa: adanya kesepakatan antar para pihak, adanya kecakapan atas para pihak. Dalam konteks ini penulis memahami kecapakapan yaitu kecakapan pekerja

minuman beralkohol menjadi bermasalah jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak karena akan. menimbulkan efek yang

Tajuk entri utama ditetapkan pada sumber yang disebut pertama dalam halaman judul, dengan tajuk entri tambahan di bawah sumber lain yang tidak ditetapkan sebagai tajuk entri

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif 2.30%

Bagi Hasil Untuk Investor Dana Investor tdk

Meski pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) telah menjadi prioritas kebijakan dalam pe- mantapan kawasan hutan, di tingkat tapak pem- bentukan wilayah KPH masih