STRATEGI
PUBLIC RELATION
TEATER KOMA DALAM
MENARIK MINAT PENONTON
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Diajukan Oleh:
Fitri Indrayati
NIM: 1111051000129
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juni 2015
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER KOMA DALAM MENARIK
MINAT PENONTON
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Fitri Indrayati
NIM 1111051000129
Di Bawah Bimbingan
Ade Masturi, MA
NIP: 197506062007101001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER
KOMA DALAM MENARIK MINAT PENONTON telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Juni 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 1 Juni 2015
Sidang Munaqasyah
Ketua, Sekretaris,
Dr. Roudhonah Saprudin, S.Pd
NIP: NIP:
Penguji I, Penguji II,
H. Zakaria Wahidin Saputra, M.Ag
NIP: NIP 19700903 199603 1 001
Pembimbing,
Ade Masturi, MA
ABSTRAK Fitri Indrayati
Strategi Public Relation Teater Koma dalam Menarik Minat Penonton
komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan efek untuk mengubah sikap atau tindakan agar tujuan yang dimaksud tercapai. Dan teater merupakan salah satu media paling efektif dalam hal penyampaian pesan, tetapi semakin berkembang nya zaman, teater mulai dilupakan masyarakatnya akibat muncul media-media komunikasi yang lebih beragam, namun ditengah permasalahan ini ternyata masih ada kelompok teater yang tetap eksis hingga saat ini, yakni teater Koma. bahkan teater Koma saat ini sudah memiliki penonton tetap. Hal ini tidak lepas dari sistem kerja Public Relation teater Koma yang sangat baik.
Pertanyaan mayornya, Bagaimana strategi Public Relation teater Koma dalam menarik minat penonton? Sedangkan pertanyaan minornya adalah, bagaimana proses kerja public relation teater Koma? apa saja strategi yang digunakan teater Koma dalam menarik minat penonton?
Teater Koma melakukan strategi public relation agar mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi dirancang mulai dari penelitian, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi .
Teori yang digunakan adalah teori Public Relation menurut Cutlip, Center dan Broom yakni fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik. Metode yang digunakan metode penelitian kualitatif dan mengacu kepada sumber tulisan / studi pustaka.
Teater Koma memulai proses kerjanya dengan memahami apa saja kejadian sekitar yang sedang terjadi dimasyarakat, mencoba menyelami lebih dalam strategi yang dapat menarik perhatian masyarakat, kemudian mereka mengadakan rapat internal dan melaksanakan strategi tersebut dalam tahap pelaksanaan, selanjutnya proses terakhir yakni mereka mengadakan evaluasi agar selalu ada perubahan terhadap kualitas kerja maupun strategi yang dibangun. Strategi yang digunakan yakni strategi door to door, strategi kedekatan, strategi media online, strategi publikasi dan strategi database.
Teori menurut Cutlip Center dan Broom ini merupakan salah satu konsep teori yang ampuh dalam menjalankan sebuah proses public relation, karena saat prosesnya, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar tujuan yang diraih dapat mendekati atau berhasil mendekati harapan yang diinginkan. Teori ini lebih mengedepankan daya kreatif sumber daya manusianya agar ide atau gagasan strategi yang didapat semakin berkembang.
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang dengan segala keindahan-Nya telah mengkaruniakan penulis hidup yang indah sehingga berbagai kesulitan dapat penulis lalui dengan perasaan bahagia dan penuh syukur.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, Muhammad SAW. Beliaulah Sang Pembawa misi kebenaran sepanjang zaman dan semoga dengan kasihnya kita dapat menjadi umatnya yang selalu dalam naungannya.
Selanjutnya, Penulis mempersembahkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini:
1. DR. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, beserta jajarannya.
2. Rachmat Baihaky, MA selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta ibu Fita Fathkhurokhmah M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan banyak ilmu kepada peneliti selama peneliti menimba ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.
karunia dan nikmat sehat serta senantiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT.
4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi, yang namanya tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada peneliti. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT serta selalu diberi nikmat sehat dan ilmu yang bermanfaat.
5. Om Nano Riantiarno beserta sang istri tante Ratna Riantiarno selaku penanggung jawab Teater Koma, terimakasih sekali sudah mengizinkan peneliti menjadikan teater Koma sebagai objek penelitian, juga ilmu serta wawasan yang sudah diberikan kepada peneliti. Semoga Om dan Tante senantiasa diberi nikmat sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa. Dan khususnya untuk Teater Koma semoga terus berkembang dan semakin sukses agar selalu dibanggakan oleh masyarakatnya.
7. Kakak ku tersayang, Yenita Indrayati, Amd. Keb. Terimakasih kakak
telah mencurahkan kasih sayang, do‟a serta dukungan yang berlimpah
kepada peneliti. Semoga kakak selalu sehat dan dilindungi oleh Allah SWT.
8. Teman-teman KPI D 2011, yang mungkin tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih kawan untuk cerita dan kisah-kisah indah yang sudah kita ukir bersama, semoga kisah dan persahabatan kita tak lekang oleh waktu meski jarak nantinya akan memisahkan kita. Sukses selalu untuk kita semua.
9. Teman-teman KKN UINESCO, Fikri, Udon, Hilman, Siska, dara, Intan, Nadhiroh, Mariam, Hakim, Rusdy, Evi, Ela, Indana, Dede, Arif. Terimakasih kawan, kalian mampu membuat peneliti bahagia setiap kali berkumpul dengan kalian, juga dukungan serta doa yang kalian berikan selama penelitian ini. aku bangga bisa jadi bagian dari kalian. Sukses selalu untuk kita dan Desa Cijambe tempat kita mengabdi. 10.Kawan-kawan KPI A hingga E angkatan 2011, Kakak-kakak dan
adik-adik Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, meski banyak yang tidak peneliti kenal tapi peneliti bangga dan bahagia menjadi bagian dari kalian. Semoga kita semua bisa membanggakan almamater kita.
Idat, Elita, Zaza, Ari, Jafar, Julpong, Fiqi, Ocho, Rajab. Terimakasih keluargaku, aku banyak belajar dari semuanya. Terimakasih sudah membuat peneliti jadi lebih baik dan lebih produktif. Sukses selalu untuk teater Syahid dan orang-orang didalamnya.
12.Teman-teman kosant, Ella, Tria, Itha, Anni, Azizah. Terimakasih neng sudah selalu perhatian, mendukung, membantu juga menghibur peneliti selama mengerjakan penelitian ini. semoga kita semua lulus dengan nilai yang membanggakan. Tak lepas doa-doa indah kuucapkan kepada kalian agar senantiasa diberi nikmat sehat, rezeki yang bermanfaat, juga kesuksesan dimasa mendatang. Semoga persahabatan ini tak pernah putus hingga kelak kita saling berjauhan. 13.Spesial untuk seorang lelaki hebat Iman Hamdani. Terima kasih ya
sudah selalu menemani dan banyak membantu peneliti lewat do‟a, dukungan serta motivasi demi lancarnya penelitian ini. semoga kau senantiasa sehat, diberi rezeki yang bermanfaat, sukses selalu juga bahagia yang tak terhingga.
Dan kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah membalas budi baik yang telah kalian berikan. Akhirnya teriring salam dan doa, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
ABSTRAK………...i
KATA PENGANTAR………ii
DAFTAR ISI………..vi
DAFTAR TABEL………... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………... 6
1. Pembatasan Masalah... 6
2. Perumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian………... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Metodologi Penelitian……….... 9
1. Paradigma Penelitian... 9
2. Pendekatan Penelitian... 9
3. Metode Penelitian... 10
4. Subjek dan Objek Penelitian... 11
5. Teknik Pengumpulan Data... 11
6. Teknik Analisis Data... 13
7. Teknik Penulisan... 16
F. Tinjauan Pustaka………. 17
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi……… 19
1. Pengertian Strategi……… 19
2. Tahap –Tahap Strategi...……… 22
B. Public Relation…...………... 24
1. Pengertian Public Relation... 24
2. Proses Public Relation... 26
a. Penelitian (Research)... 26
b. Perencanaan (Planning)... 27
c. Pelaksanaan (action)... 28
d. Evaluasi (evaluation)... 30
C. Teater …...………... 31
1. Pengertian Teater…...………... 31
2. Sejarah Teater di Indonesia…...……….. 35
3. Minat Penonton... 37
BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya Teater Koma………..……….. 39
B. Profil Umum Teater Koma……….. 43
C. Visi dan Misi Teater Koma...………. 46
D. Sistem Kerja Teater Koma..……… 47
E. Produksi Teater Koma dari Masa ke Masa... 54
1. Era Tahun 70-an... 54
2. Era Tahun 80-an... 55
3. Era Tahun 90-an... 56
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Penelitian...………. 59
B. Perencanaan...………. 61
1. Strategi Door to Door... 62
2. Strategi Kedekatan... 63
3. Strategi Media Online... 65
4. Strategi Publikasi... 68
5. Strategi Database... 69
C. Pelaksanaan... 70
D. Evaluasi... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 80
B. Saran………...….... 82
DAFTAR PUSTAKA... 84
DAFTAR TABEL
1. Tabel.1 Daftar Tim Produksi Teater Koma... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan kita, karena semua kegiatan yang kita lakukan menggunakan komunikasi. Komunikasi juga bagaikan urat nadi dalam kehidupan sosial manusia. Bahkan bisa dikatakan tidak mungkin jika seseorang dapat menjalani kehidupannya tanpa berkomunikasi. Sebab tanpa komunikasi manusia tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka bumi (khalifah). Komunikasi menduduki tempat yang utama karena susunan keluasan dan cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik komunikasi.1 komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan efek untuk mengubah sikap atau tindakan agar tujuan yang dimaksud tercapai.
Jadi, secara umum komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Apapun jenis aktivitasnya manusia pasti memerlukan komunikasi, baik komunikasi secara individu, kelompok maupun organisasi. Dan teater menjadi salah satu media yang dapat mengkomunikasikan pesan-pesan kepada masyarakat.
Sedangkan teater berasal dari bahasa Yunani yakni teatron, artinya tempat melihat, Atau area yang tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para
1
dewa.2 Dan berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsa nya dikemas dalam suatu karya yang disebut sebagai seni. Didalam menyatakan rasa dan karsa tersebut, alat atau media utamanya ditunjang oleh berbagai unsur pendukung, seperti gerak, suara, bunyi, dan rupa.3
Jadi, teater memiliki alat utama dan alat penunjang, dimana alat utamanya adalah tubuh manusia itu sendiri yang biasa kita sebut dengan aktor atau aktris, aktor ataupun aktris menjadi sorot utama atau media utama yang menjadi perhatian utama para penonton, baru kemudian unsur yang dapat mendukung aktor/aktris tersebut diantaranya gerak seperti gerak tubuh, bunyi dan sejenisnya, kemudian suara seperti kata atau ucapan, dan bunyi seperti efek bunyi atau musik, dan yang terakhir rupa seperti cahaya, sinar lampu, kostum.4
Teater mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakatnya dan mampu menimbulkan dampak. Teater juga bisa dikatakan sebuah gerakan sosial yang mungkin menjadi profesi tertua setelah kekuasaan politik, mengingat teater berkembang sejak zaman yunani kuno. Didalamnya terkandung unsur-unsur komitmen, kerja sama, kepekaan, kerja keras demi hasil akhir yang diinginkan, kepuasan pribadi, pembangunan serta pengembangan diri,
2
Nano Riantiarno, Kitab Teater, (Jakarta: Grasindo, 2011), h.1 3
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 4
pembelajaran terhadap pengalaman hidup, penghargaan bagi manusia dan alam, serta tanggung jawab. 5
Sebagai seni, teater adalah sebuah objek, dan merupakan kombinasi dari berbagai bentuk seni. jika disejajarkan dengan jenis-jenis kesenian lainnya, teater akan terasa memiliki kelebihan yang spesifik. Berbeda dengan film, mungkin film bisa ditonton berungkali dan pesan yang sampai akan sama ketika menonton untuk yang kesekian kalinya, maka dari itu tidak heran jika film menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam penyampaian pesan kepada penontonnya. Namun teater memiliki cara dan keunikan tersendiri dalam menyampaikan pesan-pesannya, dimana media utamanya adalah tubuh sang aktor dan panggung menjadi media tempat mereka menyampaikan pesan-pesan tersebut. sangat berbeda ketika kita melihat pertunjukkan teater secara langsung dengan menonton di tayangan ulang yang sudah berbentuk rekaman/video.
Sesungguhnya hakikat seni teater adalah pertunjukkan langsung. Karena jika sudah direkam itu berarti beberapa esensi dari pertunjukkan tersebut telah lenyap. Dimana aura-aura prima dari para aktor sudah tidak terasa lagi, juga artistik dan seluruh unsur penunjang sudah berupa tayangan ulang. Berbeda saat kita menyaksikan pertunjukkan teater secara langsung, seluruh unsur yang ada dalam pertunjukkan tersebut adalah bagian dari pertunjukkan. Semua yang ada memiliki arti tersendiri baik itu berbentuk verbal maupun simbol-simbol. Tidak hanya aktor yang menjadi sorotan para penonton,
5
namun juga segala yang ada disekitarnya, seperti makeup, kostum, artistik, setting panggung, lighting, properti, handprop (property yang melekat ditangan/dipegang) dan masih banyak lagi, bahkan penonton menjadi salah satu unsur penunjang dari pertunjukkan tersebut. penonton akan dibawa kedalam pertunjukkan tersebut, bagaimana jiwa dan raga kita berada dalam satu emosi dengan para aktor serta semua unsur penunjangnya, sehingga penonton dengan bebas dapat menyaksikan apa-apa yang ada dan yang terjadi diatas panggung. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan akan terasa lebih efektif. Mungkin film dapat diulang beberapa kali ketika mengalami kesalahan saat pengambilan adegan, namun tidak dengan teater, apapun yang terjadi saat pengadeganan akan menjadi bagian dari sebuah pertunjukkan tanpa bisa diperbaiki. Oleh karenanya diperlukan latihan berbulan-bulan untuk dapat meraih hasil akhir yang terbaik juga meminimalisir kesalahan-kesalahan saat pertunjukkan tiba.
Namun nyatanya, sampai saat ini film masih menjadi media utama yang diminati oleh masyarakat. Orang-orang bahkan tak segan memesan tiket bioskop terlebih dahulu sebelum film tersebut dikeluarkan. Film memang salah satu media yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan. Tidak sulit bagi para penggiat film untuk menarik para penonton agar menonton film-film mereka.
yang tidak laku, berbagai pertunjukkan teater hanya diminati oleh kalangan sesama teaterawan atau pencinta seni. Melihat perbandingan jumlah penonton yang ada antara film dan teater. Teater seolah menjadi produk yang
“eksklusif” ditengah masyarakat, menjadikannya terpisah dalam kehidupan
sehari-hari hanya bisa diakses dan dinikmati oleh mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk itu. Padahal sesungguhnya teater sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, karena pertunjukkan-pertunjukkan yang diangkat berasal dari fenomena atau kejadian sehari-hari yang ada di masyarakat.
idiom-idiom modern digunakan, terdapat naskah drama sebagai acuan jalannya sebuah pertunjukkan .6
Dan teater Koma sampai saat ini masih konsisten terhadap pertunjukkan-pertunjukkan yang mereka sajikan dan sukses mempertahankan penonton-penonton setianya, teater Koma sudah memiliki penonton-penonton tetap yang secara pasti menyaksikan setiap pertunjukkan mereka berlangsung. Biasanya penonton-penonton tersebut akan menyebarkan informasi pertunjukkan teater Koma kepada kerabat dan orang-orang di sekitarnya hingga akhirnya mereka menonton teater Koma. karena di beberapa pertunjukkan, peneliti pernah menemukan fenomena penonton baru yang baru pertama kali menonton teater Koma, bahkan tidak jarang dari mereka berasal dari luar kota. Hal inilah yang menjadi percontohan bagi teater-teater di Indonesia untuk bisa menarik minat masyarakat agar menonton pertunjukkan teater..
Maka, berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, peneliti ingin menyusun skripsi dengan judul: “Strategi Public Relation Teater Koma
dalam Menarik Minat Penonton”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Media untuk menyampaikan pesan-pesan moral memang sangat banyak. Televisi, film, dan sebagainya kini menjadi media utama yang banyak digunakan oleh masyarakat. Namun teater memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri bagi siapapun yang menyaksikan pertunjukkannya.
6
Sehingga pesan-pesan yang disampaikan kepada penonton akan lebih efektif. Dan agar penelitian ini lebih terarah dan pembahasannya tidak terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan pembatasan masalah.
Adapun pembatasan masalahnya yakni pada strategi public relation yang digunakan oleh teater Koma dalam menarik minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan Teater Koma.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan diatas, maka rumusan masalah yang akan peneliti teliti adalah:
a. Bagaimana perencanaan strategi Public Relation teater Koma dalam menarik minat penonton?
b. Bagaimana pelaksanaan strategi Public Relation teater Koma dalam menarik minat penonton?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui rencana strategi apa yang digunakan oleh teater koma dalam menarik para penonton.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan strategi yang telah mereka rencanakan dalam menarik minat penonton.
D. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat secara:
memelihara kesenian melalui pengemasan sebuah pertunjukkan di teater Koma.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam perkembangan kajian kesenian khususnya mengenai kajian yang berhubungan dengan seni teater dalam menarik minat penontonnya. Selain itu, semoga skripsi ini dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa di masa datang. 3. Dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang komunikasi sebagai suatu proses produksi dan pertukaran makna.7 Dua hal yang menjadi karakteristik penting dari paradigma ini adalah politik pemaknaan dan proses seseorang membuat gambaran tentang realitas dan komunikasi sebagai sebuah kegiatan yang dinamis.8
Paradigma konstruktivis bermula dari yang umum menuju yang spesifik, paradigma konstruktivis menjelaskan bahwa realitas tertampilkan dalam simbol-simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif serta pengetahuan diperoleh tidak melalui indra semata karena pemahaman mengenai makna adalah jauh lebih penting.9 Paradigma ini lebih menekankan pada pemahaman makna pada suatu realita dari yang paling umum hingga yang paling khusus.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.10 Penelitian deskriptif kualitatif sesungguhnya dapat dikatakan sebagai
7
Eriyanto, Analisis Framing: Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: Lkis, 2005), h.42 8
Eriyanto, Analisis Framing: Ideologi, dan Politik Media, h.42. 9
Poerwandari, Kristi, Pendekatan kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia (Depok: LPS3P, 2007), h.23
10
penelitian yang diarahkan pada pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial tertentu.11 Dalam konteks ini peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta namun tidak melakukan pengujian hipotesis.
Menurut Crasswell dalam sebuah pendekatan kualitatif memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih penelitian jenis ini, yaitu: Pertama, sebuah penelitian yang lebih memperhatikan proses daripada hasil, Kedua, peneliti kualitatif lebih memperhatikan interpretasi, ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam pengumpulan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi di lapangan, dan Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.12
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Studi kasus ini hanya terbatas pada suatu kasus-kasus tertentu yang sedang diteliti pada objek tertentu atau perusahaan yang bersangkutan13.
Metode studi kasus ini termasuk ke dalam riset lapangan, dimana peneliti meneliti suatu permasalahan tertentu secara khusus, peneliti bisa melakukannya dengan teknik survey maupun teknik eksperimen14.
11
Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc., Metode Penelitian Komunikasi, h.24 12
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h.303 13
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2010) h.33
14
Peneliti terlebih dahulu membuat kerangka konseptual untuk kemudian melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya.
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah kelompok kesenian teater. Dalam hal ini adalah teater Koma.
b. Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah strategi komunikasi apa yang digunakan oleh teater Koma dalam menarik minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan mereka.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses komunikasi diadik, relasional dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dahulu yang dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab.15 Wawancara dilakukan secara bebas tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Sasaran wawancara adalah penanggung jawab teater Koma, yakni Ratna Riantiarno.
15
b. Observasi
Observasi yang dimaksud adalah peneliti meneliti atau mencatat secara langsung peristiwa yang terjadi, peneliti juga bisa berperan sebagai partisipan dalam menyaksikan atau mengamati suatu objek yang sedang diteliti16
Observasi dilakukan oleh peneliti tidak hanya menghasilkan data yang berasal dari pancaindra, namun juga dari apa yang dirasakan, disentuh, dicicipi dan sebagainya, semua itu dapat menjadi bahan pertimbangan penelitian selama peristiwa tersebut masih berkaitan dengan penelitian kita17.
Observasi dilakukan peneliti untuk mengamati secara langsung proses kegiatan yang berlangsung di teater Koma, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran umum mengenai proses pertunjukkan teater di teater Koma.
c. Dokumentasi
Yakni pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.18 Dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk melakukan interaksi dan terlibat langsung oleh suatu peristiwa yang bersangkutan.19 Dokumentasi juga dapat digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal, dokumentasi sebagai
16
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, h.221 17
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.133 18
Usman Husaini dan Akbar Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi aksara, 2003), cet ke-4, h.73
19
sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan atau bahkan mampu mendeskripsikan sebuah hal baru.
Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh melalui pengumpulan data-data, literatur maupun kajian kepustakaan terkait masalah yang akan diangkat dan bisa didapatkan dari buku-buku, artikel, berita, foto dan lain-lain20
6. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data mengenai strategi public relation, teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis public relation oleh Cutlip, Center dan Broom. Menurut ketiganya, strategi public relation memiliki empat proses, diantaranya:
1. Research (penelitian)
Tahapan ini merupakan tahapan dalam mengumpulkan fakta dan data yang berkaitan dengan hal atau objek yang akan dikerjakan, segala keterangan harus diperoleh dengan selengkap dan seakurat mungkin karena menghindari hal-hal fatal dikemudian hari.21
2. Perencanaan (planning)
Dari tahap awal akan berlanjut ke tahap perencanaan. Dalam tahapan ini bertugas membaca situasi atau menyusun permasalahan, maka dengan membaca atau menyusun permasalahan yang terjadi maka akan
20
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h.144 21
didapatkan kesimpulan dalam mengatasi maupun memilih orang-orang yang tepat dan berhak menangani setiap permasalahan tersebut.22 3. Pelaksanaan (action)
Pada tahap ini hubungan antara pimpinan PR kepada para anggota sangat dibutuhkan, semuanya harus menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik mungkin. Betapa pentingnya komunikasi yang terjalin pada tahapan ini agar memberikan kemudahan sirkulasi kerja yang maksimal.23
4. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan tahap terakhir setelah tahap penelitian, perencanaan, dan pelaksanaan. Sebelumnya dalam tahap pelaksanaan, tidak jarang terjadi perubahan suatu program yang telah direncanakan. Dan memang setiap program dalam tahap perencanaan harus kenyal, tidak kaku, demi lancarnya kegiatan yang dilakukan.24
Untuk memperkuat teknik analisis tersebut diatas, maka peneliti juga menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik yang menggabungkan ketiga hasil data sementara yakni dari observasi (pengamatan), dokumentasi, dan wawancara. Setelah itu data-data tersebut dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan, dan diolah atau direvisi kembali dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis setiap data atau fakta yang ditemukan lebih dekat, mendalam dan menyeluruh. Dalam menganalisis data terdapat tahapan-tahapan sebagai berikut:
22
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.126 23
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.130 24
a. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan lapangan.25 Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus, menulis memo, dan lain sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang relevan dan tidak mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat diverifikasi.26 Data tersebut didapat dari observasi di teater Koma, yang beralamat di Bintaro, Jakarta Selatan.
b. Penyajian data, yakni mengumpulkan seluruh informasi yang sudah terarah untuk kemudian memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.27 Penyajian data kualitatif disajikan dalam teks naratif, penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan.28 Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun agar mudah dipahami.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan, dan kekokohannya.29
25
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet ke-1, h. 85
26
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85 27
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85 28
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85 29
Peneliti menarik kesimpulan dari data wawancara narasumber, tinjauan teori dan mencantumkan data yang sudah akurat hingga dijadikan sebagai kesimpulan dari jawaban rumusan masalah.
Apabila seluruh data telah terkumpul maka untuk menganalisisnya digunakan teknik analisis deskriptif, yaitu peneliti berupaya mendeskripsikan kembali data-data yang telah terkumpul mengenai persepsi dan pemahaman tentang strategi komunikasi teater koma dalam menumbuhkembangkan minat para penontonnya.
Bogdan dan Biklen menyebutkan bahwa analisis data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan menemukan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.30
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan teknik penulisan
berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Karya iIlmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development
and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
30
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam tinjauan tersebut ditemukan beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan yaitu dalam hal penggunaan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya.
Adapun beberapa skripsi yang penulis temukan dan menjadi rujukan dalam meneliti diantaranya:
1. Strategi Komunikasi Public Relation Hotel Sofyah Betawi (Syariah) Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Terhadap Tamu oleh Nadya Ramayani
2. Strategi Publik Relation PT. Anugrah Bersama Sejahtera Dalam Menjalin Loyalitas Customer oleh Johan Alkautsar
3. Strategi Public Relations Pegadaian oyariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen oleh Siti Muslipah
4. Strategi Public Relations Rabbani Dalam Mensosialisasikan Busana Muslim Modern
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN yang akan memaparkan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
yang akan menguraikan dan membahas teori-teori mengenai strategi public relation. Selain itu, bab ini juga membahas tentang apa itu kesenian teater: pengertian, sejarah dan perkembangannya serta kaitannya dengan menarik minat penonton.
BAB III GAMBARAN UMUM yang berisi profil dan sejarah berdirinya Teater Koma, juga visi dan misi, serta struktur kepengurusan Teater Koma.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA yang berisi temuan data dan analisis mengenai strategi public relation teater Koma dalam menarik minat penonton.
19
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari dua suku dari bahasa Yunani yakni tratos dan agein,
dimana stratos berarti pasukan dan agein berarti memimpin, jadi strategi berarti ilmu mengenai memimpin pasukan.31 Asumsi awal yang mengawali kata strategi adalah para jenderal yang ingin memimpin pasukan menjelang genderang bendera peperangan dilaksanakan. Sehingga tidak mengherankan jika kata strategi sangat melekat dengan para pasukan militer dan pasukan-pasukan yang sifatnya memenangkan perang.32
Kini pemahaman mengenai strategi sudah meluas, perang yang awalnya memperebutkan kemerdekaan negara, ada pula perang untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, kini strategi harus mencakup didalamnya kesepakatan bersama, interaksi satu sama lain, demi tercapainya tujuan bersama.33
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan ketiga (2005:1092) disebutkan strategi adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan
31
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Center for Strategicand Internasional Studies-CSIS, 1978), hal.7
32
Setiawan Hari Purnomo dan Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi:Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), h.8
33
damai atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Dari paparan pengertian diatas, strategi berarti ilmu untuk melaksanakan suatu hal tertentu menggunakan kebijakan atau cara-cara yang telah ditentukan sehingga tujuan yang inginkan dicapai dapat terlaksana lebih mudah dan terarah, juga strategi mencakup kedalam beberapa faktor, yakni faktor kesepakatan bersama, faktor interaksi satu sama lain, agar tidak terjadi kesalahpahaman satu sama lain.
Strategi juga bagaimana kita mampu membaca sekitar dan memahami lebih dalam apa-apa yang terjadi disekitar sehingga strategi yang ingin digunakan akan lebih mudah dan langsung mengarah ke sasaran.
Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar, selain itu strategi juga memengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima tahun ke depan dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang.34
Menurut Steinner dan Meinner, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.35
34
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.19 35
Dengan demikian, strategi merupakan cara atau rencana akan suatu hal demi mencapai tujuan yang diharapkan agar sasaran yang dituju terarah dan khusus. Strategi juga mencakup berbagai faktor didalamnya seperti interaksi satu sama lain, internalisasi terhadap keadaan sekitar, juga pembacaan keadaan terhadap situasi yang terjadi juga mengoptimalkan segala sumber daya yang ada. Kini strategi banyak digunakan didalam sebuah organisasi untuk menjalankan kegiatan-kegiatannya, juga strategi menjadi media komunikasi dalam menyatukan aspirasi dari berbagai perorangan agar mencapai kata sepakat demi tercapainya tujuan. Namun nyatanya pada abad ini strategi tidak hanya dapat digunakan oleh organisasi atau sekumpulan lembaga yang mengharuskan banyak anggota, melainkan strategi kini dapat digunakan oleh individu setiap manusia untuk mencapai maksud dan tujuan yang diinginkan.
kali ini mengasumsikan bahwa tujuan menjadi alasan mengapa strategi itu digunakan dan strategi tersebut dapat muncul karena kita sudah terlebih dulu mengetahui tujuan yang akan dicapai, oleh karenanya strategi menjadi penguat demi tercapainya tujuan yang diharapkan; keempat berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan kemudian melakukan analisa mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan tersebut.36
2. Tahap - Tahap Strategi
Dalam proses penerapan strategi, tahapan strategi menurut Fred R. David menjadi dasar utama arau acuan untuk melaksanakan strategi ke yang lebih khusus dan spesifik, karena hal itu akan membantu keakuratan dari penelitian tersebut. Dalam bukunya Fred R. David mengemukakan bahwa sebuah strategi dapat teruji keberhasilannya jika telah melalui ketiga tahapan dasar berikut, tahapan-tahapan tersebut diantaranya:
a. Perumusan Strategi
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan strategi yaitu dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun strategi apa yang akan digunakan. Pada tahap ini antara lain bertugas menetapkan visi dan misi, mengidentifikasi, peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi dari sudut pandang eksternal, menetapkan kelemahan dan
36
keunggulan yang dimiliki organisasi dari sudut pandang internal, menyusun rencana jangka panjang, membuat strategi-strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan dicapai.37
b. Implementasi Strategi
setelah melakukan perumusan dan menetapkan strategi yang digunakan, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan atau menerapkan strategi yang telah ditetapkan tersebut. Pada tahap ini memerlukan suatu keputusan dari pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi pegawai, dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki sehingga strategi yang sudah diformulasikan dapat dilaksanakan.38 Implementasi strategi atau disebut juga dengan penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang sportif pada strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif, pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.39
c. Evaluasi Strategi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan strategi. Para manajer sangat perlu untuk mengetahui ketika ada strategi yang sudah diformulasikan tidak berjalan dengan baik. Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi di masa yang akan datang karena berbagai
37
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.6 38
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.6 39
faktor eksternal dan internal yang terus menerus dapat berubah. Evaluasi strategi terdapat tiga aktivitas yang dianggap sangat krusial, diantaranya mereview faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar untuk strategi saat ini, mengukur performa dan mengambil langkah korektif.40 Evaluasi Juga dapat menjadi tolok ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan juga untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah tercapai atau belum.
B. Public Relation
1. Pengertian Public Relation
Untuk memahami Public Relation (PR) dengan lebih luas maka kita dapat menelaah pendapat para pakar. Onong Uchjana didalam bukunya mengemukakan definisi dari Cutlip, Center dan Broom yang menyatakan bahwa public relation adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik.41
Prof Marston yang dikutip oleh Onong Uchjana mengatakan bahwa
public relation adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara sebuah organisasi
40
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.7 41
demi kepentingan publik, dan melaksanakan program kegiatan dan komunikasi untuk meraih pengertian umum dan dukungan publik.42
Adapula Rex Harlow mendefinisikan PR yang juga dikutip oleh Onong dalam bukunya, PR adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, serta kerja sama; melibatkan manajemen dalam permasalahan atau persoalan; membantu menajemen menjadi tahu dan tanggap terhadap opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam membantu mengantisipasi kecenderungan; juga menggunakan penelitian dengan teknik komunikasi yang baik sebagai sarana utamanya.43
Dari definisi barbagai pakar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya PR mengedepankan kesejahteraan umum dalam hal ini publik. Publik sebagai media untuk melaksanakan komunikasi menjadi sarana atau dasar utama mereka mengemukakan definisi-definisi tersebut. Para ahli tersebut juga mengungkapkan pentingnya fungsi manajemen bekerja demi pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya. PR juga bertujuan melakukan perubahan yang efektif, sehingga akan terbukti apakah manajemen yang mereka lakukan berhasil atau tidak.
42
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.117 43
2. Proses Public Relation
Seperti yang telah peneliti uraikan sebelumnya pada hal tahapan strategi, PR juga melakukan cara-cara tersebut dengan mengkombinasikan kepentingan dan tujuan PR. Ada empat tahapan PR yang dikemukakan oleh Cutlip dan Center yang dikutip oleh Onong dalam bukunya. Keempat tahapan PR tersebut adalah:
a. Research (Penelitian)
Tahapan ini merupakan tahapan dalam mengumpulkan fakta dan data yang berkaitan dengan hal atau objek yang akan dikerjakan, segala keterangan harus diperoleh dengan selengkap dan seakurat mungkin karena menghindari hal-hal fatal dikemudian hari.44 Pada saat pencariannya memerlukan waktu, tenaga dan biaya. Imajinasi kreatif sangat diperlukan pada saat ini, dengan ide-ide kreatif yang mendalam akan menghasilkan konsep maupun gambaran luas mengenai projek tersebut, dengan imajinasi kreatif juga akan menghindari atau memperkecil kendala-kendala yang akan terjadi, juga munculnya antisipasi dalam mengatasi kendala tersebut. Data-data atau konsep yang sudah didapat kemudian diolah kembali agar data memperoleh data yang benar-benar matang lalu akan dipisahkan dan dikelompok-kelompokkan agar memudahkan nanti saat penggunaannya.45
44
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.125 45
b. Perencanaan (Planning)
Dari tahap awal akan berlanjut ke tahap perencanaan. Dalam tahapan ini bertugas membaca situasi atau menyusun permasalahan, maka dengan membaca atau menyusun permasalahan yang terjadi maka akan didapatkan kesimpulan dalam mengatasi maupun memilih orang-orang yang tepat dan berhak menangani setiap permasalahan tersebut.46
Dalam perencanaan diperlukan pemikiran yang matang, oleh karenanya pada tahapan ini merupakan salah satu tahapan penting yang ikut menentukan sukses tidaknya sebuah pekerjaan PR keseluruhan. Perencanaan ini menghendaki penglihatan keseluruhan, mulai dari perkiraan yang jauh kedepan, ke belakang dan sekelilingnya.
Sebuah rencana adalah campuran dari kebijaksanaan (policy) dan tata cara (procedure).47 Kebijaksanaan dari pimpinan PR ini menjadi pedoman bagi pemikiran dan tindakan para petugas yang akan bekerja nantinya, sedangkan tata cara meliputi pemilihan tindakan yang akan dijalankan kelak dalam tahap pelaksanaan. Perencanaan ini sangat bermanfaat bagi pimpinan PR, dan anggota yang menjalankan, karena sukses tidaknya proses PR ini sangat bergantung tahap perencanaan, karena seluruhnya yang akan
46
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.126 47
dikerjakan pada tahap pelaksanaan harus dipikirkan matang-matang pada tahap ini.
c. Pelaksanaan (action)
Sama halnya dengan impelementasi strategi, pada tahap ini merupakan tahapan inti dari seluruh apa-apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pada tahapan ini, seluruh pihak yang bertugas harus melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan gambaran konsep pada perencanaan lalu. Agar tidak terjadi penyimpangan strategi maupun hasil yang tidak memuaskan dan diluar harapan.
Pada tahap ini hubungan antara pimpinan PR kepada para anggota sangat dibutuhkan, semuanya harus menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik mungkin. Betapa pentingnya komunikasi yang terjalin pada tahapan ini agar memberikan kemudahan sirkulasi kerja yang maksimal.48
Dalam pelaksanaan, akan ada saja hal-hal yang tidak terduga yang terjadi, oleh karenanya mengapa diperlukan penemuan pengolahan data yang matang, juga orang-orang yang berkompeten dibidangnya.
Ada 7 hal penting yang termasuk dalam tahap pelaksanaan menurut Cutlip, Center dan Broom yang dikutip oleh Neni yakni sebagai berikut:
48
Credibility, dalam hal ini dimaksudkan bahwa kegiatan komunikasi
dimulai dengan “a climate of belief”, terutama untuk dimainkan
oleh peran seorang sumber komunikasi dimana ia haruslah seorang yang dianggap berkompeten.49 Yang kedua Context, dalam hal ini suatu program komunikasi haruslah dapat berhadapan dan menyesuaikan dengan realitas dan lingkungan dimana komunikasi itu dilancarkan, yang terpenting adalah pesan tersebut harus disampaikan sesuai dengan penerimanya (sasaran).50Content, yang dimaksudkan adalah bahwa pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh audience yang menerimanya, bukan hanya dimengerti oleh komunikatornya.51 Selanjutnya Clarity, pesan yang disampaikan harus menggunakan term-term yang sederhana, kata-kata yang digunakan harus mempunyai arti yang sama baik bagi komunikator maupun komunikan.52 Continuity and Consistency,
komunikasi adalah proses yang tidak ada henti-hentinya dan dilakukan secara terus menerus, oleh karena karakternya demikian maka harus diupayakan agar terdapat variasi dalam pengaplikasiannya disamping kontinuitasnya terjaga.53 Channels,
eksistensi media komunikasi harus dapat dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan komunikasi, juga memberikan dampak
49
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas, 2007) h.153
50
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.153 51
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154 52
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154 53
manfaat bagi komunikannya, pemilihan jenis media diupayakan dapat menjangkau publik sasarannya.54 Yang terakhir Capability of the audience, komunikasi akan efektif jika kebutuhan audience terpenuhi juga meliputi faktor-faktor sarana dan prasarana yang ada.55
d. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan tahap terakhir setelah tahap penelitian, perencanaan, dan pelaksanaan. Sebelumnya dalam tahap pelaksanaan, tidak jarang terjadi perubahan suatu program yang telah direncanakan. Dan memang setiap program dalam tahap perencanaan harus kenyal, tidak kaku, demi lancarnya kegiatan yang dilakukan.56
Sehingga tujuan utama dari evaluasi ialah untuk mengetahui apakah kegiatan PR benar-benar dilaksanakan menurut rencana berdasarkan hasil penelitian atau tidak. Jadi evaluasi sangat penting. Karena tanpa penilaian, tidak akan diketahui sampai dimana kelancaran kegiatan PR yang telah berlangsung.
Seperti dalam tahap-tahap lainnya, dalam tahap evaluasi ini pun pimpinan PR hendaknya bekerja dengan teliti dan seksama. Dalam hal ini kejujuran merupakan faktor paling penting, semua data-data harus faktual, pimpinan tidak boleh memberikan tafsiran, apalagi penyelewengan fakta, jika terjadi demikian, maka pemimpin
54
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154 55
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.155 56
tersebut tidak fungsional.57 Oleh karenanya pentingnya mengumpulkan fakta dari awal tahapan dilakukan agar memudahkan saat evaluasi. Sehingga akan diketahui nantinya apa saja yang menjadi kendala, apa saja yang memudahkan, dan berhasil atau tidak strategi tersebut.
C. Teater
1. Pengertian Teater
Teater berasal dari bahasa Yunani yakni “Teatron” yang berarti
tempat yang tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para dewa.58 Teater dapat juga diartikan mencakup gedung, para pekerja (pemain dan kru), sekaligus kegiatannya (seluruh peristiwa yang terjadi didalamnya),adapula yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan baik dipanggung tertutup maupun diarena terbuka.59
Suatu peristiwa yang mencakup tiga unsur didalamnya (pekerja, tempat, peristiwa) maka itu adalah teater.60
Jadi, sejatinya teater menurut Nano Riantiarno dalam bukunya
“Kitab Teater” adalah sebagai berikut:
“Suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya
sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsanya
mewujud dalam suatu karya (seni)”61
57
Teater merupakan gerakan sosial dan bisa jadi merupakan profesi tertua setelah kekuasaan politik, didalamnya terkandung komitmen, kerja sama, kepekaan, kerja keras, pengembangan karakter, kreativitas yang menuntut kita lebih kritis, demi hasil akhir yang terbaik.62 Teater menuntut para pekerjanya untuk bekerjasama dalam membangun sebuah karya seni agar mampu dinikmati oleh masyarakat, bukan semata demi kesuksesan individu.
Teater sebagai sebuah hasil karya seni merupakan satu kesatuan yang utuh antara aktor (media utamanya) dengan semua unsur penunjang yang mendukung peristiwa tersebut. Kita bisa berpandangan mengenai teater lewat empat cara, yakni:
(a)Sebagai hiburan atau Hiburan;63 hiburan dalam huruf h (huruf kecil) adalah yang berarti teater berfungsi sebagai suatu hiburan semata, yang semata-mata hanya menghibur untuk menghilangkan penat selama beraktifitas, sedangkan H (huruf kapital) adalah teater sebagai objek tempat dimana masyarakat dapat menyaksikan hiburan dari segala sudut pandang yang berbeda, juga masyarakat dapat menjadikan teater sebagai tempat yang paling tepat melihat kondisi sosial politik yang sedang terjadi dalam konteks menghibur.
61
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 62
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.2 63
(b)sebagai alat pendidikan;64 selain berfungsi sebagai hiburan teater juga dapat menjadi media atau alat pendidikan, karena teater juga sangat dekat dengan pendidikan, didalamnya terkandung pesan-pesan moral yang mengajak para penonton untuk melakukan internalisasi mengenai apa yang disampaikan oleh pertunjukkan tersebut.
(c)sebagai senjata sosial/politik;65 teater sangat dekat dengan masyarakatnya. Karena pertunjukkan yang digelar biasanya merujuk atau transpirasi dari kondisi yang tengah terjadi disekitar. Termasuk disaat masyarakat sudah penat dan jenuh dengan keadaan sosial politik saat ini, teater bisa menjadi media yang sangat efektif untuk melancarkan aksi kepada para politisi maupun lembaga yang bersangkutan, sebab di dalam teater terdapat aksi dialog serta tempat masyarakat mengeluarkan apa yang dirasa selama ini.
(d)sebagai dokumen sejarah.66 Teater banyak mementaskan cerita mengenai sejarah atau kisah-kisah yang sudah ada, baik sejarah sosial politik maupun sejarah etalase kehidupan. Sejarah bisa dikenang dan diabadikan melalui teater, teater mementaskannya, menceritakan isi dari kisah tersebut yang dikemas sedemikian rupa agar bisa dinikmati oleh khalayak.
64
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 65
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 66
Setiap orang yang menonton pertunjukkan teater sudah pasti melihat teater dengan sudut pandang yang berbeda, dan itu sah-sah saja. Karena para sutradara biasanya membebaskan para penontonnya mengambil kesimpulan apa saja dari pementasan yang berlangsung.
Oleh karenanya tidak jarang usai pementasan berlangsung biasanya diadakan diskusi kecil yang isinya membahas tentang pertunjukkan tersebut, diskusi mencakup berbagai kalangan, mereka saling bertukar pikiran mengenai apa saja yang didapat ketika menyaksikan pertunjukkan tersebut.
Sebagai sebuah bidang seni, teater membantu manusia memahami dunianya atau membantu manusia dalam memaknai kehidupan, teater juga membantu kita dalam membentuk persepsi mengenai realita kehidupan yang ada melalui imajinasi, intelektual, dan emosi.67
Teater terdiri dari unsur-unsur sastra drama, seni peran, seni gerak, seni suara, seni musik, seni rupa, arsitektur.68 Perbedaan pada setiap pertunjukkan/kelompok teater adalah terletak pada cara penyajiannya (kemasannya), biasanya setiap kelompok teater memiliki ciri khas menurut aliran teori yang dianutnya masing-masing
67
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 68
2. Sejarah Teater di Indonesia
Nano Riantiarno meringkas sejarah teater modern yang ada di Indonesia menurut Jakob Sumardjodi dalam bukunya “Kitab
Teater”(2011 : 27) menjadi lima periode:
I. MASA PERINTISAN TEATER MODERN (1885 - 1925) a) Teater bangsawan (1885 - 1902)
b) Teater Stamboel (1891 - 1906) c) Teater Opera (1906 - 1925)
II. MASA KEBANGKITAN TEATER MODERN (1925 - 1941) a) Miss Robert Orion (1925)
b) Dardanella Opera (1926 - 1934) c) Awal Teater Modern Indonesia (1926)
III. MASA PERKEMBANGAN TEATER MODERN (1942 - 1970) a) Teater di Zaman Jepang
b) Teater Tahun 1950-an c) Teater Tahun 1960-an
IV. MASA TEATER MUTAKHIR 1970-an – 1980-an
V. TEATER KONTEMPORER/TEATER MASA KINI(1980-an hingga sekarang.)
teater boneka.69 Teater orang diadakan di istana raja contoh pementasannya seperti wayang wong dan tari bedoyo, bisa juga diadakan dikalangan masyarakat umum pementasan yang disajikan seperti ketoprak, lenong, ludruk.70
Sedangkan teater boneka biasanya juga diadakan di istana raja, jenis pementasannya seperti wayang golek/wayang kulit, dan juga bisa diadakan di kalangan masyarakat umum jenis pementasannya adalah wayang krucil.71
Jadi diperkirakan sebelum tahun 1885 teater sudah masuk ke Indonesia yang disebut sebagai teater tradisional / teater rakyat.
Teater Koma sudah termasuk ke dalam teater modern. Karena mengingat ciri-ciri teater modern adalah diantaranya: memiliki tempat khusus untuk pergelaran; penyaji dan penonton dipisah; jika pementasan di panggung prosenium terdapat tirai-tirai (layar) yang diangkat dan diturunkan sebagai penanda bahwa pertunjukkan akan dimulai atau telah selesai; penonton harus membayar karcis; fungsinya hiburan; lakon sejalan dengan zamannya; idiom-idiom modern digunakan; bahasa yang dipakai melayu rendah, melayu tinggi, bahasa Indonesia; ada pegangan cerita tertulis atau naskah dramanya.72
Dari penjelasan ciri-ciri teater modern diatas, maka bisa dikatakan bahwa teater-teater yang berkembang saat ini rata-rata sudah menjadi teater modern atau teater masa kini, termasuk teater Koma didalamnya.
3. Minat Penonton
Jika ditinjau dari ilmu komunikasi, maka minat penonton termasuk sebagai komunikan. Karena penonton berperan sebagai penerima pesan atau sebagai penerima apa-apa yang disajikan oleh teater Koma.
Menurut Hafied Cengara dalam bukunya “pengantar ilmu komunikasi” ,
menyebutkan bahwa apa yang disebut sebagai komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber pesan, penerima pesan bisa terdiri dari satu orang atau lebih maupun terdiri dari kelompok, partai bahkan negara.73 Komunikan juga bisa berperan sebagai pendengar, penonton, ataupun pembaca.74
Ada banyak sebutan untuk para penerima pesan, bisa disebut komunikan, khalayak, sasaran, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau
receiver.75
Penerima pesan atau komunikan sangat penting dalam tataran komunikasi, karena pesan akan dikirim lalu diolah melalui komunikan, dimana komunikan menerima pesan yang telah diberikan dan diolah maka akan terjadi perubahan yang diinginkan. Namun, jika pesan tidak diterima oleh komunikan maka akan terjadi perubahan yang tidak diinginkan atau akan terjadi gangguan komunikasi, oleh karenanya hal-hal seperti itu yang
73
Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005), h.25 74
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003) h.76 75
terkadang menjadi pemicu terjadi kesalahpahaman maupun kesalahan-kesalahan lainnya.
Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam melakukan komunikasi, maka mengenal lebih dalam si penerima pesan atau komunikan merupakan hal yang sangat penting, karena itu berarti kita sudah melakukan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan berkomunikasi.76 Karena setiap orang pasti berbeda karakter, berbeda pula cara kita menyikapinya. Begitu pula pada teater Koma, dengan berbagai karakter masyarakat yang menjadi sasaran komunikasinya, maka teater Koma harus menyajikan pertunjukkan sebaik mungkin agar bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat. Dan penonton bagi teater Koma merupakan salah satu sasaran utama mengapa dibuatnya pertunjukan-pertunjukan tersebut.
76
39
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya Teater Koma
Saat itu di Jakarta, Pada tanggal 1 Maret 1977, ada dua belas seniman yang bergabung dan bermaksud mendirikan sebuah kelompok kesenian teater yang diharapkan dapat memberikan warna yang berbeda dengan teater yang sudah ada. Adapun dua belas pendiri tersebut diantaranya: Nano Riantiarno, Ratna Madjid, Sjaeful Anwar, Rudjito, Rima Melati, Jajang Pamontjak, Titi Qadarsih, Cini Goenarwan, Jimi B. Ardi, Otong Lenon, Zaenal Bungsu dan Agung Dauhan. Mereka merembukkan rencana tesebut tepatnya dirumah salah seorang anggota yakni dirumah Abdul Madjid di jl. Setiabudi Barat No.4, Jakarta Selatan.
Kemudian nama kelompok tersebut disepakati yakni TEATER KOMA. koma, yang berarti metafora yang mengartikan „gerak berkelanjutan, senantiasa berjalan, tidak ada henti, tak mengenal titik‟. Punya nafas panjang, senantiasa berkiprah, mengembara dalam ruang kreatifitas, terus mencari dan berupaya menemukan hal-hal yang bermakna.77
Ada dua tujuan pokok yang menjadi landasan dalam kerja teater koma: 1. Membentuk kelompok menjadi wadah, semacam workshop yang
berupaya mencari berbagai kemungkinan pengucapan lain. Naskah-naskah drama yang digali kandungan idenya, lebih diutamakan karya
77
para penulis Indonesia, kemudian workshop akan diarahkan menuju perencanaan pementasan.78
2. Menyiapkan calon seniman dan pekerja teater yang tangguh. Pembinaan terhadap calon seniman dilakukan secara tak resmi. Intim dan spontan, tapi intensif. Lewat obrolan-obrolan dan diskusi yang mengundang seniman-budayawan diluar kelompok untuk memandu pembahasan sebuah topik yang memiliki keterkaitan dengan seni dan budaya. Juga diselenggarakan pula latihan dasar yang didalamnyamencakup olah tubuh, nafas, vokal, dan berbagai pengetahuan mengenai teater.79
Selanjutnya teater koma melakukan pentas pertamanya di teater tertutup di PKJ-TIM (Pusat Kesenian Jakarta - Taman Ismail Marzuki) pada tanggal 2-4 Agustus 1977 dengan judul pementasan Rumah Kertas naskah karya dan sutradara Nano Riantiarno.80
Tak diduga, semakin bergulirnya waktu teater Koma menunjukkan perkembangan yang sangat membanggakan bagi perkembangan teater di Indonesia. Pementasan keduanya yang berjudul maaf,maaf,maaf pada tahun 1978 digelar selama 5 malam, pentas ketiga pada 1979 dengan judul J.J
digelar selama 7 malam, kemudian pementasan keempat yang berjudul Opera Ikan Asin pada tahun 1983 digelar selama 10 malam, pementasan yang kelima dengan judul Opera Para Binatang pada tahun 1987 sempat digelar sebanyak 23 malam dan selanjutnya Sampek Engtay pada tahun 1999-2000
78
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, (Jakarta: 2011), h.6 79
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.7 80
digelar selama 22 hari dan sudah dipentaskan sebanyak 26 kali, Sampek Engtay juga meraih penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai pementasan yang dilaksanakan selama 16 tahun (1988-2004), dengan 8 pemain dan 4 pemusik yang sama, kemudian pementasan dengan judul Agen Penny yang digelar di 255 SD di kawasan Jakarta dalam kurun waktu 4 tahun (2007-2011).81
Pada Agustus 1997, Teater Koma juga menggelar pementasan lewat
„program apresiasi‟ PASTOJAK (Pasar Tontonan Jakarta) yang digelar
selama sebulan penuh di PKJ-TIM diikuti oleh 24 kelompok kesenian dari dalam dan luar negeri. Hal ini diharapkan teater mampu berkembang dengan sehat, bebas dari interes politik praktis dan menjadi tontonan yang dibutuhkan oleh berbagai kalangan masyarakat.
Teater Koma juga pernah menggelar karya para dramawan kelas dunia diantaranya: The Comedy of Error dan Romeo Juliet karya William Shakespeare, Woyzeck karya Georg Buchner, The Three Penny Opera and The Good Person of Shechzwan karya Bertolt Brecht, Orang Kaya Baru-Kena Tipu-Doea Dara-Si Bakil-Tartuffe karya Moliere, Women in Parliament karya Aristophanes, The Crucible karya Arthur Miller, The Marriage of Figaro karya Beaumarchaise, Animal Farm karya George Orwell, Ubu Roi karya Alfred Jarre, The Robber karya Freidrich Schiller, The Visit karya Der Besuch der Alten Damme, Kunjungan Cinta karya Friedrich Durrenmatt, What About Leonardo? Kenapa Leonardo? Karya Evald Flisar.
81
Teater Koma banyak mementaskan karya-karya Nano Riantiarno, antara lain: Rumah Kertas, Maaf.Maaf.Maaf., J.J, Kontes 1980, Trilogi Opera Kecoa (Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini), Opera Primadona, Sampek Engtay, Banci Gugat, Konglomerat Burisrawa, Pialang Segi Tiga Emas, Suksesi, RSJ atau Rumah Sakit Jiwa, Semar Gugat, Opera Ular Putih, Opera Sembelit, Samson Delila, Presiden Burung-Burung, Republik Bagong, Republik Togog, Tanda Cinta.
Sebagai kelompok teater yang Independen, teater koma bekerja melalui berbagai karya-karyanya yang mengkritisi situasi dan kondisi sosial-politik di tanah air. Teater Koma juga merupakan salah satu kelompok seni teater terproduktif yang selalu intens menggelar pertunjukkan minimal 1 kali dalam setahun hingga saat ini.
Teater Koma tidak lahir dari sebuah panggung yang sudah tersedia. Pada awal-awal berdiri, tempat latihan berpindah-pindah. Mulanya seorang simpatisan menyediakan beranda rumahnya sebagai tempat mereka latihan. Jika tamu datang, maka mereka terpaksa harus menyingkir ke area parkir atau halaman depan. Tak jarang pula mereka latihan di garasi mobil yang sempit milik seorang anggota. Hinga akhirnya mereka berlatih didepan sebuah restoran. Selama masa empat bulan latihan, mereka terus berpindah seperti itu, ini mengakibatkan pada bulan-bulan pertama mereka harus berganti-ganti pemain dikarenakan tidak tahan berlatih dengan cara nomaden seperti itu.82
82
B. Profil Umum Teater Koma
Teater Koma adalah paguyuban kesenian, bukan perusahaan. Teater Koma juga merupakan kelompok teater independen yang bersifat non-profit. Anggotanya tidak hidup dari penghasilan kelompok, tidak pula mengandalkan Perolehan dari hasil produksi pergelaran. Sebagian dari mereka memiliki pekerjaan diluar kelompok dan mensubsidi sendiri
kegiatannya sebagai „hobi‟ yang ditekuni sungguh-sungguh serta berdedikasi.
Keikhlasan hati para anggota dalam menyikapi kondisi tersebut, Juga kesetiaan para penonton dalam menghadiri pentas-pentas mereka, merupakan modal utama. Mungkin saja, ini pula yang membuat teater Koma mampu bertahan hingga saat ini.
Teater Koma banyak belajar dari kelompok-kelompok teater terdahulu, terutama teater rakyat seperti tontonan rakyat, wayang, ludruk, ketoprak. Konsep–konsep teater rakyat inilah yang menjadi landasan utama dari konsep artistik teater Koma.83 Dan juga bentuk pementasan mereka adalah hasil percampuran konsep dari berbagai kelompok teater terdahulu. Teater Koma bisa disebut teater tanpa selesai. Karena pencarian wujud dan isi teater yang lebih kaya warna, menjadi prioritas utama.
Bentuk tontonan rakyat memiliki gaya pengucapan yang kurang lebih serupa; bernyanyi atau semi-bernyanyi. Pola bernyanyi atau semi-bernyanyi itulah yang secara intensif dipelajari oleh sutradara teater Koma yakni Nano Riantiarno. Hingga semakin lama teater Koma memilih pola pengucapan
83