PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
METODE
MAKE A MATCH
UNTUK MENINGKATKAN
PERHATIAN SISWA PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SMP YMJ CIPUTAT
(Penelitian Tindakan Kelas di Sekolahan YMJ Ciputat
)
Skripsi
(Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah d an Keguruaan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan S.Pd )
Disusun Oleh:
Dina Murdliah
NIM : 105017000455
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul
“
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode
Make A
Match
untuk Meningkatkan Perhatian Siswa pada Pembelajaran Matematika
“
telah
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegur uan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari Sabtu, Tanggal 4
September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Matematika.
Jakarta, 4 September 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal dan Tanda Tangan
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Maifalinda Fatra, M.Pd
(………..…
...
……) (…
.
….………….)
NIP. I9700528 199603 2 002
Penguji I
Dra. Afidah Masud, M.Pd
(………
..
…
.
..) (…
.
………..)
NIP.
Penguji II
Firdausi, M.Pd
(………..…...……) (….….………….)
NIP. 150 368 737
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
i
ABSTRAK
DINA MURDLIAH (105017000455), ”Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Metode Make A Match untuk Meningkatkan Perhatian Siswa pada Pembelajaran Matematika”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2010.
Tujuan penelitian ini adalah:1) untuk mengetahui apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika . 2) Mengetahui respon siswa terhadap penerapan metode make a match. 3) Mengetahui peningkatan perhatian siswa melalui penerapan metodemake a match. 4) Mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan metodemake a match.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi perhatian siswa, wawancara, dokumentasi dan tes hasil belajar setiap akhir siklus.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam yang diutusNya untuk member i petunjuk kepada umat manusia
ke jalan yang lurus, penyebar kedamaian dan ketentraman ke seluruh pelosok
negeri. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan K eguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis san gat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam -dalamnya, kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.
3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Lia Kurniawati, M.Pd selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika .
6. Bapak M Dhofier, selaku Guru kolaborator, yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.
iii
makna hidup kepada Penulis. Mudah-mudahan Allah membalas semua kebaikan beliau. I Love You Mom.
8. Saudara tercinta (Bibit Choiridah, Nur Imamah, Lulu Atul Mahsusoh, M syafi’
Subakti Kurniawan) yang selalu m emberikan doa, dukungan moril, dan materi. Mudah-mudahan Allah membalas semua kebaikan yang sudah diberikan kepada saya.
9. Untuk Kaka’qu Moh Fauzi Ibrahim yang selalu memberi support dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi. Terimakasih atas semu a kenangan
indah selama kita bersama, mudah -mudahan Allah meridhoi hubungan baik
kita.
10.Saudara seperjuanganku Joelia tul Azizah dan Nurul Mudrika, terimakasih atas semua kenangan yang indah selama kita bersama. S erta seluruh teman-teman ku tercinta, Mas’udah, Zahro, Ni’em, Nurhayati, serta keluarga besar NKRI.
11. Siswa dan siswi kelas VII -B YMJ Ciputat Kota Tangerang Selatan, yang telah bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.
12. Mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan matematika an gkatan 2005, khususnya kelas B, semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang.
Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan -kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.
Jakarta, Agustus 2010 Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR BAGAN ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Fokus Penelitian ... 4
C. Perumusan Masalah Penelitian ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 6
A. Pembelajaran Matematika ... 6
1. Pengertian Belajar ... 6
2. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 7
B. Perhatian Siswa dalam Pembelajaran Matematika ... 13
1. Pengertian Perhatian... 14
2. Teori Perhatian... 16
3. Macam-macam Perhatian... 17
4. Tahapan-tahapan Perhatian... 19
5. Hal-hal yang Menarik Perhatian... 20
v
(Cooperative Learning)... 23
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)... 23
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif... 24
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 25
4. Model Pembelajaran Koopertif Metode Make A Match... 27
a. Sejarah singkat metodemake a match... 27
b. Aturan main metodemake a match... 27
D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 29
E. Hipotesis Tindakan... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan ... 31
C. Subjek penelitian... 35
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian... 35
E. Tahapan Perencanaan Tindakan... 35
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan... 39
G. Data dan Sumber Data ... 43
H. Teknik Pengumpulan Data ... 44
I. Instrumen-Instrumen Penelitian ... 45
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthinees) Study ... 45
K. Analisis Data ... 46
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 47
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN ... 48
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ... 48
1. Siklus I ... 50
vi
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 72
C. Analisis Data ... 73
D. Pembahasan Temuan Penelitian ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
vii
[image:9.612.137.537.53.430.2]DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Penelitian... 31
Tabel 2 Rekapitulasi Persentase Perhatian Siswa Pada
Pembelajaran Siklus I ... 57
Tabel 3 Nilai Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus I ... 60
Tabel 4 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika
Akhir Siklus I ... 60
Tabel 5 Rekapitulasi Persentase Perhatian Siswa Pada
Pembelajaran Siklus II ... 67
Tabel 6 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II ... 70
Tabel 7 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika
Akhir Siklus II... 70
Tabel 8 Rekapitulasi Persentase Perhatian Siswa
Siklus I dan II ... 74
Tabel 9 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 75
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Aktifitas siswa mengerjakan soal kuis pada
pertemuan pertama ... 52
Gambar 2 Beberapa siswa yang jarang mau memperhatikan penjelasan guru yang duduk di pojok ... 53
Gambar 3 Aktivitas siswa mengerjakan soal tes siklus I ... 57
Gambar 4 Bentuk kartumake a matchpada pertemuan ke-2 siklus II ... 65
[image:10.612.133.539.54.455.2]ix
DAFTAR BAGAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 3 Hasil Lembar Observasi Perhatian Siswa pra Penelitian,
Siklus I dan II
Lampiran 4 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru
(pra penelitian)
Lampiran 5 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa
(pra penelitian)
Lampiran 6 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru (siklus I)
Lampiran 7 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa (siklus I )
Lampiran 8 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru (siklus II)
Lampiran 9 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa (siklus II)
Lampiran 10 Lembar Catatan Kegiatan Penelitian
Lampiran 11 Kisi-kisi Istrumen observasi perhatian siswa
(pra penelitian)
Lampiran 12 Kisi-kisi Istrumen observasi perhatian siswa
Siklus I dan II
Lampiran 13 Lembar Observasi Perhatian Siswa (pra penelitian)
Lampiran 14 Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus I dan II
Lampiran 15 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I
Lampiran 16 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II
Lampiran 17 Soal Tes Hasil Belajar Siklus I Lampiran 18 Soal Tes Hasil Belajar Siklus II
Lampiran 19 Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar Siklus I Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar Siklus II Lampiran 21 Daftar Nilai Siswa Tes Siklus I dan II
Lampiran 22 Hasil Refleksi Siklus I
Lampiran 23 Hasil Wawancara Pra Peneltian dengan Guru
xi
Lampiran 25 Hasil Wawancara setelah Siklus I dengan Guru
Lampiran 26 Hasil Wawancara setelah Siklus I dengan Siswa
Lampiran 27 Hasil Wawancara setelah Siklus II dengan Guru
Lampiran 28 Hasil Wawancara setelah Siklus II dengan Siswa
Lampiran 29 Form Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 30 Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 31 Surat Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akal pikiran merupakan kelebihan luar biasa yang dimiliki manusia, dan tidak
dimiliki oleh mahluk lainnya. Dengan akal pikiran, manusia mampu menjadikan
dirinya sebagai khalifah yang secara lahir dan batin memilki tanggung jawab,
untuk mengembangkan dan melestarikan alam semesta sebagai tempat dan teman
hidup manusia di bumi. Dengan akal pula manusia dapat membekali dirinya
dengan keilmuan yang secara bertahap mengalami perkembangan yang sangat
luas. Pengetahuan yang diperoleh manusia dapat dikonstruks i dengan beberapa
pengembangan, baik melalui pengalaman maupun dengan pendidikan. Seperti
yang diterangkan dalam (Q.S Al An’am: 165)
َو
ُھ
َﻮ
ﱠﻟ ا
ِﺬ
ْي
َﺟَﻌ
َﻠُﻜ
ْﻢ
َﺧ
َﻼِﺋ
َﻒ
ْاَﻻ
ْر
ِض
َوَر
َﻓَﻊ
َﺑْﻌ
َﻀُﻜ
ْﻢ
َﻓْﻮ
َق
َﺑْﻌ
ٍﺾ
َدَر
َﺟ
ٍت ﺎ
ِﻟ
َﯿ
ْﺒُﻠ
َﻮُﻛ
ْﻢ
ِﻓ
ْﻲ
َﻣ
َا ﺎ
َﺗ
ُﻛ ﺎ
ْﻢِإ
ﱠن
َرﱠﺑ
ُﻜْﻢ
َﺳِﺮ
ْﯾ
ُﻊْا
ِﻌ ﻟ
َﻘ
ِب ﺎ
َوِإّﻧ
ُﮫ
َﻟَﻐ
ُﻔْﻮ
ٌر
َرِﺣ
ْﯿ
ٌﻢ
“Dan Dia-lah yang menjadikanmu sebagai Khalifah -khalifah di bumi dan
mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang l ain, untuk mengujimu
atas(karunia) yang diberikan -Nya kepadamu, sesungguhnya tuhanmu sangat
cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia maha pengampun, maha penyayang”.1
Pendidikan yang berlangsung di sekolah, terlihat jelas dalam proses
pembelajaran, yang dikenal sebagai kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan . Belajar bukan
mengingat tetapi mengalami. Sedangkan mengaja r adalah proses membimbing
kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan
belajar murid dan guru hanya membimbing.”2 Dari pernyataan di atas, dapat
dimengerti bahwa dalam pembelajaran, terdapat dua proses yaitu proses mengajar
oleh guru dan belajar yang dilakukan oleh siswa.
1
Depag RI,Al Hikmah AlQuran dan Terjemah, (Bandung: Diponegoro, 2007)
2
2
Dalam interaksi pembelajaran, baik secara formal maupun non formal, sering
terdapat problem dan kendala yang secara substansial dapat mempengaruhi
konsentrasi guru dalam menyampaikan materi, itu disebabkan karena kurangnya
perhatian siswa dalam belajar. Apalagi ketika mata pelajaran yang dihadapi
tergolong sulit serta membutuhkan konsentrasi dan stimulasi belajar yang t inggi.
Hambatan atau kesulitan yang dialami oleh guru dan siswa dapat menyebabkan
kurang maksimalnya pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal
tersebut merupakan persolan pembelajaran (pendidikan) yang perlu segera
dicarikan jalan keluarnya, misalnya matematika, yang selalu menjadi mata
pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian siswa, sehingga nilai yang didapatkan
siswa pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Bagi sebagian siswa yang
menganggap matematika itu pelajaran yang sul it dipahami, hasil belajar mereka
pada pelajaran matematika sangatlah rendah. Hal ini dapat dilihat dari wawancara
dengan salah satu guru matematika di SMP YMJ yang menyebutkan bahwa rata
-rata hasil belajar matematika siswa hanya 63. Rendahnya hasil belajar siswa
dikarenakan perhatian mereka dalam mempelajari matematika sangatlah kurang,
dan itu dapat diindikasikan dari kurangnya kemauan siswa dalam mempelajari
matematika, seringnya siswa mengobrol di kelas, sering izin ke kamar mandi, dan
berbagai alasan lain sehingga mereka bisa terbebas dari pelajaran matematika.
Salah satu bentuk keseriusan dalam belajar adalah adanya perhatian yang
diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru didepan kelas.
Perhatian merupakan suatu aktivitas yang vital dalam pendidikan, maksudnya
yakni perhatian adalah suatu proses pemilihan suatu perangsang -perangsang yang
lain yang pada setiap saat merangsang mekanisme reseptif kita, persis halnya
dengan perbuatan bergerak yang kita lakuk an karena suatu perangsang yang lain.3
Jika perhatian siswa dalam pembelajaran matematika sangat kurang karena
kurang adanya kemauan siswa dan berbagai macam a lasan sehingga mereka bisa
terbebas dari pelajaran matematika, sampai kapanpun mereka tidak akan
memahami pelajaran matematika, padahal matematika merupakan pelajaran yang
3
3
sangat penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari -hari. Oleh karena itu
perhatian siswa dalam belajar sangat penting, karena “dalam kehidupan sehari
-hari seseorang perlu memusatkan perhatiannya terhadap apa yang sedang
dilakukannya, karena dengan adanya perhatian akan menjadikan pekerjaan itu
dapat dilakukan dengan baik dan hasilnyapun dapat diharapkan pula”.4 Hasil
tersebut pada proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang
dilakukan saat tes formatif, kalau siswa memberikan perhatiann ya pada pelajaran
matematika, siswa akan mendapatkan nilai yang bagus. Dari situlah mengapa
perhatian sangat penting dalam proses pembelajaran matematika, karena perhatian
sangat memberikan kontribusi terhadap hasil belajar.
Permasalahan rendahnya hasil b elajar siswa pada pelajaran matematika, juga
menjadi persoalan bagi guru untuk mencari penyelesaian dari masalah tersebut.
Guru harus berupaya bagaimana caranya agar siswa tidak mengalami kejenuhan
dan bosan dalam mengikuti pelajaran matematika, sehingga s iswa dapat belajar
matematika dengan fun dan memeberikan perhatiannya pada materi pelajaran
matematika yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu peneliti dalam penelitian
ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode make a match, agar
hasil belajar pada pelajaran matematika lebih meningkat. Peneliti menggunakan
metode tersebut karena, “metode tersebut dapat digunakan untuk semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik, dan dalam metode ini, anak
didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan”.5
Penerapan metode Make a match cocok digunakan untuk meningkatkan
perhatian siswa, karena make a match merupakan metode yang beda dengan
metode yang lain. Metode ini bermanfaat memperdalam pemahaman materi atau
konsep matematika, make a match juga bisa dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan permainan, sehingga ketika met ode ini diterapkan, suasana proses
4
Drs. H. Abu Ahmadi,Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) cet III, h. 152
5
4
pembelajaran akan terkesan menyenangkan . Penerapan metode make a match
diharapkan dapat meningkatkan perhatian siswa pada mata pelajaran matematika.
Dari hal-hal yang sudah diuraikan di atas, penulis tertarik mengadakan
Penelitian kulitatif dengan memilih judul, “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Perhatian Siswa pada
Pembelajaran Matematika di SMP YMJ”
B. Pembatasan Fokus Penelitian
Untuk menitikberatkan pembahasan atas masalah, maka penulis memberikan
batasan sebagai berikut:
1. Perhatian Siswa, maksud dari perhatian siswa adalah usaha siswa dalam
mengkonsentrasikan pikirannya pada proses pembelajaran .
2. Model pembelajaran kooperati f metode make a match yang digunakan guru
untuk meningkatkan hasil belajar pada pelajaran Ma tematika.
3. Siswa dibatasi pada SMP YMJ kelas VII B.
C. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah, penulis mencoba merumuskan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode make a match
dapat meningkatkan perhatian siswa?
2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode make a
matchdapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran matematika?
D. Tujuan Penelitan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah:
1. Tujuan umum: Untuk mengetahui apakah melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif metode make a match dapat meningkatkan perhatian
siswa pada pelajaran matematika.
2. Tujuan Khusus:
5
b. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode
make a match.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, dapat diambil beberapa manfaat, diantaranya:
1
.
Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti wisuda pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dapat memperoleh pengalaman mengajar secaralangsung, serta dapat mengabdikan diri pada masyarakat atau di sekolah.
2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai pengetahuan tambahan untuk bisa
merangsang siswa dalam memperhatikan pelajaran matematika..
3. Bagi siswa, mendapatkan pengalaman belajar dengan menggunakan metode
yang baru, belajar dengan menyenangkan sehingga siswa bi sa tertarik untuk
belajar matematika dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan
bahan referensi untuk diadakan penelitian lebih lanjut.
5. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil pen elitian ini dapat menambah
informasi mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif metodemake a
6
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Pembelajaran Matematika
Belajar dan pembelajaran dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, selama
kemauan untuk menuntut ilmu pengetahuan menjadi motivasi bagi para
pembelajar. Belajar dan pemb elajaran dapat berlangsung dengan efektif dan
maksimal, jika aktifitas pembelajaran berlangsung tanpa adanya paksaan dan
tekanan, baik psikologis maupun psikis. Aktifvitas belajar dan pembelajaran
sebenarnya terdapat perbedaan yang substansial dalam prakte knya, oleh karena itu
para pendidik dan peserta belajar perlu memahami makna belajar dan
pembelajaran secara mendasar.
1. Pengertian Belajar.
Witherington dalam buku Educational Pshychology, mengemukakan
“belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sika p,
kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”.1 Maksud belajar dalam
penelitian ini yakni terjadinya perubahan tingkah laku yang signifikan yang
terjadi pada diri siswa, misalnya siswa dari yang belum bisa membaca berubah
menjadi bisa membaca. Dan perubahan tersebut dapat ber asal dari
pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa dari lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah.
Belajar juga bisa diartikan sebagai “proses perubahan dari belum mampu
menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu dan perubahan
-perubahan tersebut terjadi karena adanya pengalaman”.2
1
Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung:Remadja Karya, 1984) h. 81
2
Zikri Neni Iska ,Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:Kizi
7
Dari definisi-definisi di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen
penting yang mencirikan pengert ian belajar, yaitu bahwa belajar merupakan
suatu perubahan dalam tingkah laku dan terbentuk suatu perubahan yang
terjadi melalui latihan atau pengalaman sehingga memperoleh pengetahuan.
Latihan dan pengalaman dapat dilakukan dalam proses belajar, misalnya yang
tadinya siswa tidak bisa menulis menjadi bisa menulis karena latihan menulis,
yang tadinya siswa tidak bisa mengerjakan soal matematika, karena dilatih
secara terus menerus siswa tersebut akan mudah mengerjakannya. Latihan dan
pengalaman dapat dilakuk an atau diperoleh di dalam maupun di luar kelas.
2. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah “suatu prose pengaturan lingkungan yang diarahkan
untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai
dengan potensi dan perbed aan yang dimiliki siswa”,3 Dalam proses
pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya
menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki
aktifitas siswa dalam berfikir. Dalam kamus bahas Indonesia kata
pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, car a
menjadikan orang atau mahluk hidup belajar, (Depdikbud). Pembelajaran
adalah kegiatan yang menyangkut dua proses yang saling berkaitan dan
berkesinambungan, yaitu proses belajar dan proses mengajar.4 Dalam
pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus
menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu
siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka bangun sendiri.
Kurikulum Berbasis Kompetensi mengacu kepada empat pilar pembelajaran
yang dirumuskan oleh Unesco (1996), yaitu: (1) learning to know atau yang
3
Wina Sanjaya,Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet-I, h. 213
4
8
berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; (4)
learning to live together.5
Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara belajar dan
pembelajaran. Pada proses belajar, yang terlibat aktif di dalamnya hanyalah
siswa. Sedangkan pada proses pembelajaran, terkandung dua aktifitas
sekaligus, yaitu aktifitas guru dalam mengajar dan aktifitas siswa dalam
belajar. Dan maksud dari pembelajaran matematika dalam penelitian ini
adalah proses pembelajaran pada saat pelajaran matematika yang ada di
sekolah, dan pelajaran matematika tersebut adalah pelajaran yang sudah
disesuaikan dengan kurikulum.
B. Perhatian Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Perhatian merupakan masalah yang penting dalam kehidupan. Oleh karena itu
kurang baik apabila beranggapan, bahwa perhatian hanyalah merupakan masalah
yang berhubungan dengan pekerjaan sekolah s aja. Perhatian juga sangat penting
bagi kehidupan di dalam dan di luar sekolah, sehingga sangat perlu untuk
mempelajari masalah ini.
1. Pengertian Perhatian
Dalam Suryabrata (2004), para ahli psikologi mengungkapkan bahwa
pengertian perhatian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, ”perhatian
adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kapada suatu objek, dan perhatian
adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktifitas yang
dilakukan”.6
Perhatian (attention) menurut suharman (2005) adalah ”proses konsentrasi
pikiran atau pemusatan aktivitas mental (attention is a concentration of mental
activity), dengan kata lain perhatian melibatkan proses seleksi terhadap
beberapa objek yang hadir pada saat itu, kemudian pada saat yang bersamaan
5
Wina Sanjaya,Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group , 2008), cet-3
6
9
pula seseorang memilih hanya satu objek, sementara objek -objek yang lain
diabaikan”.7
Dalam Sabri (2001), Perhatian ”mempunyai tugas selektif terhadap
rangsangan-rangsangan yang mengenai/ sampai kepada individu”.8 Jika
perhatian tidak bisa menyelektif rangsangan, maka proses perhatian tidak akan
sampai ke reseptif atau individu. oleh karena itu menyelektif merupakan
proses yang harus dilewati dalam proses perhatian . Dalam Soemanto (2006),
pengertian perhatian juga tidak jauh ber beda seperti yang sudah diungkapkan
dalam sabri (2001) perhatian juga bisa diartikan sebagai ”pemusatan tenaga/
kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu objek. Perhatian juga merupakan
pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktifitas”.9
Perhatian (attention) merupakan suatu aktivitas yang penting dalam
pendidikan. Karena perhatian adalah ”suatu proses pemilihan suatu
perangsang-perangsang yang lain yang setiap saat merangsang mekanisme
reseptif, persis halnya dengan perbuatan bergerak yang dilakukan karena
suatu perangsang yang lain”.10 Oleh karena itu perhatian sangat penting dalam
proses pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran. Jika tidak adanya
proses seleksi terhadap rangsangan pada saat suatu rangsangan merangsang
reseptif, maka tidak akan te rjadinya proses perhatian, sehingga tidak adanya
proses pembelajaran pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat saat proses
pembelajaran, dengan metode apapun guru menyampaikan pelajaran, seorang
siswa tidak akan tertarik untuk memperhatikan jika tidak adanya proses
seleksi dalam perhatian. Dalam proses perhatian, posisi metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru pada saat itu merupakan suatu bentuk rangsangan
yang bertujuan untuk merangsang reseptif atau individu.
Unsur perhatian juga penting dalam pemahaman dan pembelajaran. Dalam
Najati (2005) pentingnya perhatian dalam pembelajaran dijelaskan dalam Al
7
Prof. Dr. Suharman, M. S,Psikologi Kognitif, (Srikandi:Surabaya, 2005), h. 40
8
M. Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum & perkembangan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2001), cet III, h. 42
9
Wasty Soemanto,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) cet V, h. 34
10
10
Quran. Adapun firman-Nya yakni: ” Dan apabila dibacakan Al Quran, maka
dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu
mendapat rahmat.”(Qs.Al A’raaf[7]:204).11
Dilihat dari beberapa pendapat tentang pengertian perhatian di atas, dalam
penelitian ini dapat ditafsirkan bahwa perhatian (attention) adalah proses
konsentrasi pikiran yang melibatkan proses seleksi terhadap beberapa objek
yang hadir pada saat itu. Dan pada saat bersamaan pula seseorang hanya
memilih satu objek, sementara objek -objek yang lain diabaikan. Proses
perhatian tersurat dalam Al quran, itu berarti perhatian sangat dianjurkan
dalam Al Quran dan perhatian sangatlah penting untuk kehidupan, terlebih
lagi untuk memahami pelajaran dalam proses pembelajaran.
Perhatian siswa dalam belajar adalah usaha siswa dalam
mengkonsentrasikan piki rannya pada proses pembelajaran, serta adanya proses
memilih-milih suatu rangsangan, sehingga rangsangan tersebut diseleksi oleh
siswa dan pada akhirnya siswa hanya memilih satu rangsangan saja. Pada proses
pembelajaran, siswa dihadapkan dengan berbagai ma cam kejadian, misalnya pada
saat guru menerangkan pelajaran, ada beberapa siswa yang berisik, ada bunyi
ledakan dan banyak kejadian kejadian yang lain, walaupun banyak kejadian
-kejadian yang terjadi, siswa tetap memperhatikan guru yang sedang menerangkan
pelajaran tersebut. Dilihat dari contoh tersebut, siswa sudah mengalami proses
perhatian, dia memilih-milih rangsangan sehingga hanya ada satu rangsangan
yang dapat diambil oleh siswa yakni memeperhatikan penjelasan guru.
2. Teori Perhatian
Dalam Suharman (2005), teori perhatian dapat di uraikan menjadi
beberapa teori, yaitu:12
a. Teori Leher botol
Teori leher botol ini berpendapat bahwa jalan masuk melaui leher botol
serupa dengan jalan masuknya informasi untuk dilakukan pemrosesan
11
Muhammad Usman Najati,Ilmu Jiwa dalam Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Azzam,2005), cet I, h.176
12
11
lebih lanjut oleh manusia. Leher sebuah botol tersebut membatasi
masuknya berbagai informasi dalam waktu yang bersamaan. Jika satu
informasi sudah masuk melalui leher botol tersebut, maka informasi yang
lain tertinggal di luar.
b. Teori Filter (Filter Theory)
Teori filter atau penyaringan beranggapan bahwa di dalam perhatian
terjadi proses seleksi atau memilih aspek aspek tertentu dari stimulus
-stimulus atau informasi. Menurut teori ini juga, aktifitas perhatian hanya
menerima dari satu sumber informasi yang dimungkinkan untuk mencapai
tahap pemrosesan yang memiliki makna.
c. TeoriSwitch Model
Proses perhatian berlangsung seperti tombol untuk menghidupkan dan
mematikan (on-off switch), pada saat yang sama hanya satu saluran saja
yang dihidupkan. Berdasarkan teori ini dapat diterangkan bahwa orang
hanya dapat memusatkan perhatian pada satu informasi, sementara
informasi lain akan diabaikan pada waktu yang bersamaan.
d. TeoriAttenuator Model
Teori ini berpendapat bahwa aktivitas perhatian beroperasi lebih
menyerupai suatu alat pengendali yang mengatur besar kecilnya volume.
Jika perhatian diibaratkan seperti alat tersebut, maka jumlah informasi
yang berbeda-beda dapat memasuki melalui masing-masing saluran dalam
waktu yang bersamaan,kemudian akan dipilih mana yang menjadi titik
berat perhatian seseorang.
e. Teori Kapasitas (Capacity Theory)
Toeri ini berasumsi sebagai berikut: perhatian merupakan proses
penyediaan atau alokasi sumb er-sumber kapasitas kognitif terhadap
masukan stimulus atau informasi. Dengan demikian, hal yang penting di
dalam proses perhatian ialah menentukan yang mana diantara tugas -tugas
itu yang harus diselesaikan, dan seberapa baik tugas -tugas itu dapat
12
Toeri-teori perhatian yang sudah dipaparkan di atas, teori filter lebih cocok
jika dihubungkan dengan perhatian pada penelitian ini. Teori filter
menyebutkan bahwa perhatian terjadi melalui proses pemilihan atau seleksi
terhadap datangnya rangs angan–rangsangan atau objek yang kemudian
aktifitas perhatian hanya menerima satu sumber informasi sehingga
tercapainya tahap pemrosesan yang memiliki makna. Teori ini jika dikaitkan
dengan tahapan-tahapan proses perhatian juga sangat berhubungan. Akan
tetapi tahapan-tahapan perhatian akan dibahas dan dijelaskan pada
pembahasan selanjutnya.
3. Macam-macam Perhatian
Untuk memudahkan persoalan, maka dalam mengemukakan perhatian ini
dapat ditempuh dengan cara menggolong -golongkan perhatian tersebut
menurut cara tertentu. Menurut Suryabrata (2004) perhatian dapat dibedakan
berdasarkan intensitasnya dan berdasarkan timbulnya.13
Adapun golongan-golongan atau macam-macamnya perhatian itu adalah
sebagai berikut:
a. Perhatian berdasarkan intensitasnya.
Perhatian berdasarkan intensitasnya yaitu banyak sedikitnya kesadaran
yang menyertai sesuatu aktifitas atau pengalaman batin, oleh karena itu
perhatian berdasarkan intensitasnya dapat dibedakan menjadi:
1) Perhatian intensif.
Perhatian intensif merupakan perhatian yang sangat dipengaruhi
oleh datangnya rangsangan -rangsangan yang mengenai reseptif.
2) Perhatian tidak intensif.
Perhatian tidak intensif adalah perhatian yang timbul tetapi tidak
banyak dipengaruhi ole h adanya rangsangan-rangsangan atau dari
pengalaman suatu kejadian.
b. Perhatian berdasarkan timbulnya
13
13
Perhatian berdasarkan timbulnya merupakan perhatian yang diperoleh
dari cara kerjanya. Adapun perhatian berdasarkan timbulnya dapat
dibedakan menjadi:
1) Perhatian spontan
Perhatian spontan bisa juga bisebut dengan perhatian tidak
sekehendak atau perhatian yang timbul karena tidak adanya
kesengajaan. Perhatian yang timbul begitu saja, “seakan-akan” tanpa
usaha, dan tanpa disengaja.
2) Perhatian sekehendak.:
Perhatian sekehendak merupakan perhatian yang refleksif atau
disebut juga dengan perhatian yang disengaja. Perhatian yang timbul
karena adanya usaha, dengan kehendak.
c. Perhatian berdasarkan luasnya objek yang dikenai perhatian.
Perhatian berdasarkan luasnya objek yang dikenai perhatian dapat
dibedakan menjadi:
1) Perhatian terpencar (Fluctuerend)
Perhatian terpencar merupakan perhatian seseorang yang mudah
mengalihkan perhatiannya dari suatu objek ke objek lainnya,
perhatiannya mudah dibelokkan ke arah yang lain.
2) Perhatian terpusat (Fixerend)
Perhatian terpusat yaitu perhatian seseorang yang mudah
memusatkan perhatiannya dan sebaliknya sukar mengalihkan perhatian
kepada hal-hal yang baru/ lainnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam -macam perhatian
dapat dibedakan menjadi tiga yakni dibedakan atas dasar intensitasnya yakni
perhatian yang intensif dan perhatian yang tidak intensif, perhatian yang
berdasarkan timbulnya seperti perhatian yang yang tanp a disengaja/ diluar
kehendak, perhatian yang tidak disengaja dan perhatian yang tidak disengaja
dan perhatian atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian yang dibedakan
menjadi Perhatian terpencar (Fluctuerend) dan Perhatian terpusat (Fixerend).
14
Dalam Whiterington (1999), terjadinya suatu perhatian, akan melalui
beberapa tahapan, dan setiap tahapan harus dilalaui secara berurutan, jika
salah satu tahapan perhatian terlewati, maka proses perhatian tidak akan
terjadi.
Adapun tahapan-tahapan itu anatara lain:14
a. Perangsang-perangsang yang berbeda -beda akan merangsang organisme
yang sensitif
b. Pemilihan terhadap perangsang yang akan diperhatikan, pemilihan
rangsangan akan ditentukan dalam keadaan sadar.
c. Kemudian terdapatlah konsentrasi atau pemusatan perhatian yang meliputi
organisasi tingkah laku sehingga tercapai penyesuaian yang sebaik
-baiknya terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Dilihat dari uraian di atas, seseorang akan sampai pada tahapan
konsentrasi atau pemusatan perhatian, orang tersebut harus melewati beberapa
tahapan, berawal dari perangsang -perangsang yang berbeda -beda merangsang
organisme kita, lalu perangsang -perangsang tersebut diseleksi dan pada
akhirnya ada salah satu perangsang yang dipilih, kemudian terjadilah
pemusatan perhatian. Jika peristiwa konsentrasi atau pemusatan perhatian
sudah terjadi, tidak mustahil jika peris tiwa itu akan menjadi sebuah kebiasaan.
5. Hal-hal yang Menarik Perhatian
Dipandang dari segi praktis , Suryabrata (2004) mengungkapkan beberapa
hal yang dapat menarik perhatian. Adapun hal -hal yang dapat menarik
perhatian tersebut dapat klasifikasika n menjadi dua faktor, kedua faktor
tersebut yakni Faktor eksternal penarik perhatian dan faktor internal penarik
perhatian.15
a. Faktor eksternal penarik perhatian
Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat -sifat yang menonjol
yaitu :
1) Gerakan (Movement)
14
H. Carl Witherington,Educational Psychology, ...h. 121
15
15
Hal-hal yang dapat bergerak secara tidak langsung pasti akan
membuat penasaran, dari penasaran timbullah ingin melihat, dari
melihat kemudian timbullah ingin memperhatikan. Misalnya pada saat
ujian, dalam suasana yang hening tiba -tiba ada salah satu siswa yang
menari-nari, pasti akan menjadi pusat perhatian.
2) Intensitas stimulus (Intensity)
Segala sesuatu yang lebih dari yang lain akan men jadi perhatian
seseorang, hal ini dapat dibuktikan setiap ada hal -hal yang lebih atau
paling pasti akan masuk ke MURI (Museum Rekor Indonesia) bahkan
masuk ke Guines Book World. Misalnya ada orang paling tinggi di
Indonesia, ada mie terpanjang, contoh -contoh tersebut akan menarik
perhatian seseorang.
3) Kebaruan (novelty)
Hal-hal yang baru atau diluar kebiasaan biasanya akan membuat
individu tertarik. Contohnya di suatu kelas tiba -tiba ada guru baru
yang mengajar di kelas itu. Barunya guru itu biasany a dapat menarik
perhatian siswa untuk belajar.
4) Ulangan dari stimulus (Multiple sensory messages)
Stimulus yang diulang-ulang akan menarik perhatian dari pada
yang tidak. Contoh bunyi klakson yang berulang -ulang akan menarik
perhatian dibanding den gan bunyi klakson yang cuma dibunyikan
sekali saja.
5) Kontras (Contrast)
Stimulus yang berbeda atau bertentangan dengan stimulus lainnya
akan lebih menarik perhatian.
6) Shape(bentuk)
Bentuk tertentu juga akan lebih menarik perhatian daripada b entuk
yang lain. contohnya, dalam pembelajaran matematika siswa akan
lebih tertarik jika guru menerangkan pada siswa tentang bentuk tabung
dengan menggunakan media tabung dibanding dengan menjelaskan
16
b. Faktor internal penarik perhatian
Perhatian adalah bersifat selektif artinya individu dalam
memperhatikan sesuatu berdasarkan juga kehendak yang ada dalam
jiwanya.
1) faktor biologis
Faktor biologis adalah faktor yang berkaitan dengan kebutuhan
manusia. Dalam keadaan lapar seluruh pikiran manusia akan tertuju
pada makanan, pada saat ujian siswa akan belajar.
2) Faktor sosiopsikologis
Faktor sosiopsikologis merupakan faktor yang dipengaruhi akan
adanya kebiasaan, sikap dan kemauan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang selama ini disebut
rangsanganrangsangan yang dapat mempengaruhi perhatian siswa adalah hal
-hal yang dapat menarik perhatian siswa. Rangsangan-rangsangan itu diperoleh
dari faktor internal dan faktor eksternal yang ada pada diri siswa tersebut. Jika
hal-hal yang dapat menarik perhatian tersebut dapat merespon reseptif atau
individu, peristiwa perhatian akan terjadi pada diri siswa.
6. Hal-hal yang Berhubungan dengan Perhatian dalam Praktek Pendidikan dan Pengajaran.
Perhatian sangat erat sekali hubungannya dengan pendidikan dan
pembelajaran, oleh karena itu ada beberapa hal yang berhubungan antara
perhatian dengan pendidikan dan pembelajaran. Beberapa hal yang
berhubungan antara perhatian dan pembelajaran tersebut dalam Ahmadi
(2003) antara lain:16
a. Usahakanlah setiap proses belajar, siswa dapat memusatkan perhatiannya
pada pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga siswa lebih fokus dalam
mempelajari pelajaran tersebut.
16
17
b. Hindarkanlah segala sesuatu yang mungkin dapat mengganggu perhatian
anak, misalnya: sikap guru sendiri yang tidak tenang serta suasana di kelas
dan luar kelas.
c. Bahan pelajaran yang meningkat yang setingkat dengan kemauan anak
akan menarik perhatian.
d. Hal-hal yang menarik perhatian orang dewasa belum tentu menarik
perhatian anak.
e. Bawalah bahan ajar yang sekiranya dapat menarik perhatian s iswa, dan
disesuaikan dengan keb utuhan dan keadaan siswa. Terlalu lama
memancangkan perhatian pada salah satu obyek tertentu adalah kurang
baik.
f. hubungkanlah pelajaran yang disajikan dengan pengetahuan -pengetahuan
yang telah dimiliki atau dengan bahan -bahan pelajaran yang lain.
g. Daya tangkap dan daya penyesuaian anak tidak sama dengan orang
dewasa.
h. kelelahan dapat mengendurkan perhatian.
Dilihat dari uraian di atas, ada beberapa hal yang berhubungan antara
perhatian dengan proses pembelajaran. Oleh sebab itu selama pembelajaran,
pengajar haruslah bisa mengetahui dan peka terhadap kea daan-keadaan yang
sedang terjadi pada setiap siswa, sehingga proses perhatian yang terjadi bisa
berjalan lancar dan tanpa hambatan.
C. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang sangat
menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dalam penelitian ini akan membahas
beberapa hal yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif, antara lain
pengertian model pembelajaran kooperatif, ciri -ciri model pembelajaran
kooperatif, tujuan pembelajaran kooperatif serta model pembelajaran kooperatif
metode make a match. Model pembelajaran kooperatif metode make a match
adalah metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, metode ini diupayakan
18
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Jika ditelaah, Cooperative Learning berasal dari kata cooperative dan
learning,cooperativememiliki arti secara bersama -sama, sedangkan learning
memiliki arti belajar. jadi Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif
dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu membangun suatu konsep dan
menyelesaikan suatu persoalan .17
Pengertian pembelajaran kooperatif menurut Slavin, Anita Le, Jhonson
dan Djahiri dalam Isjoni (2009) tidaklah jauh berbeda, pembelajaran
kooperatif dapat didefinisikan sebagai “suatu model pembelajaran dimana
sistem belajarnya dikelompokkan dalam kelompok -kelompok kecil yang dapat
memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain,
pembelajaran kooperatif juga bersifat demokratis sehingga dapat mera ngsang
siswa lebih bergairah dalam belajar dalam mencapai tujuan bersama”.18
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah
salah satu jenis pembelajaran aktif, dimana siswa belajar bersama dalam
kelompok kecil untuk menyelesaikan tujuan secara bersama -sama, melatih
siswa untuk belajar bersama dalam menyelesaikan dan melengkapi tugas
-tugas, jadi pembelajaran kooperatif tidak akan terjadi jika hanya salah satu
siswa yang aktif.. Pembelajaran kooperatif juga dapat merangsang siswa lebih
bergirah dalam belajar, sehingga jika pembelajaran kooperatif diterapkan
dalam penelitian ini, pembelajaran kooperatif dapat membantu terc iptanya
perhatian siswa dalam belajar matematika.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bisa dibilang beda dengan pembelajaran
-pembelajaran yang lain, ciri yang paling mendasar dari -pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dibuat dalam bentuk
17
Suyatno,Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo:Masmedia Buana Pustaka , 2009), cet. I, h. 51
18
19
kelompok-kelompok kecil. Adapun ciri -ciri pembelajaran kooperatif antara
lain:19
a. Group Processing.
Ciri yang paling mendasar dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya
proses kelompok dalam pembelajaran. Kelompok disini dibentuk dalam
kelompok-kelompok kecil yang bertujuan agar setiap anggota bisa
berperan aktif dan tidak saling mengandalkan.
b. Positive Interdependence.
Psitive Interdependence atau saling ketergantungan yang positif.
merupakan ciri pembelajaran kooperatif dimana siswa saling tergantung
satu sama lain dengan siswa dalam satu kelompoknya, ketergantungan di
sini memiliki arti yang po sitif, artinya siwa tidak saling mengandalkan
dalam bekerja untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
c. Individual Accountability.
Setelah pembelajaran kooperatif dibentuk dalam bentuk kelompok
-kelompok kecil, siwa dibentuk untuk memiliki kemampuan m elapor
secara individu, sehingga setiap siswa dalam pembelajaran kooperatif ini
dituntut untuk aktif.
d. Face-to-face Promotive interaction.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif yang lain adalah adanya interaksi
berhadap-hadapan antara satu siswa dengan siswa lain, dan antara siswa
dengan guru.
e. Appropiate Use of Collaborative Skills.
Pembelajaran kooperatif juga menggunakan ketrampilan social dalam
proses pembelajaran..
Secara umum, pembelajaran kooperatif memiliki ciri -ciri yaitu setiap
anggota mempunyai peran, terjadinya hubungan interaksi langsung diantara
para siswa, serta terbentuknya ketrampilan sosial. Pembelajaran kooperatif
juga dapat membentuk antara siswa dan siswa la in saling tergantung, tetapi
tergantung di sini memiliki arti tergantung yang positif.
19
20
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif diterapkan dalam penelitian ini, diharapkan agar
peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman -temannya,
dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada
orang lain. Untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan
pendapat mereka secara berkelompok, dalam pembelajaran kooperatif setiap
siswa tidak boleh saling mengandalkan, sehingga dalam pembelajaran ini
semua siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Tujuan modelCooperative Learning menurut Ibrahim dalam Isjoni (2009)
dikembangkan untuk mencapai setidak -tidaknya tiga tujuan pembelajaran.
Adapun tujuan pembelajaran kooperatif antara lain:20
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif setelah banyak diterapkan oleh para
pengembang model ini, pembelajaran kooperatif sudah bisa menunjukkan
bahwa pembelajaran koo peratif dapat meningkatkan nilai akademik siswa
yang dapat dilihat pada hasil belajar siswa.
b. Penerimaan terhadap individu
Tujuan lain model Cooperative Learning adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Jadi setiap siswa dapat saling
menerima perbedaan satu sama lain dan tetap bisa memberikan perhatianya
pada materi pelajaran meskipun terdapat perbedaan -perbedaan yang terjadi
dalam suatu kelompok.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga Cooperative Learning adalah setiap siswa mampu
mengerjakan suatu keterampilan secara bekerja sama dan kolaborasi
sehingga dapat terciptanya tujuan pembelajaran.
Dilihat dari pemaparan tujuan -tujuan pembelajaran kooperatif di atas,
tujuan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
20
21
akademik yang berhubungan dengan hasil belajar. setiap siswa dapat
menerima hal-hal yang berbeda-beda seperti perbedaan ras, budaya, tingkatan
social, serta tingkat kemampuan siswa. Dalam penelitian ini dengan adanya
penerimaan orang-orang yang berbeda-beda dapat meningkatkan perhatian
belajar siswa, karena perhatian siswa dapat dirangsang dari beberapa hal atau
objek yang berbeda-beda, contoh siswa akan memberikan perhatiannya dalam
pembelajaran jika temannya kemampuannya lebih, bisa juga karena perbedaan
ras siswa akan lebih tertarik memperhatikan pembelajaran tersebut.
Pembelajaran kooperatif diharapkan agar setiap siswa dapat berkolaborasi
dengan temannya, dan dapat saling bekerjasama satu sama lain sehingga
tercapainya tujuan pembelajaran.
4. Model Pembelajaran Koopertif Metode Make A Match
Metode make a match diupayakan menjadi metode yang tepat digunakan
dalam proses pembelajaran, karena metode ini dikemas dalam bentuk metode
yang menyenangkan sehingga para guru diharapkan mencoba untuk
menerapkan metode ini dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam
pembahasan ini, akan dibahas hal -hal yang berkaitan dengan met ode make a
match anatara lain Sejarah singkat tentang metode make a match serta aturan
main metodemake a match.
a. Sejarah singkat metode make a match
Teknik mencari pasangan menjadi salah satu teknik pembelajaran
kooperatif yang dapat digunakan guru dal am mengembangkan kemampuan
anak didiknya. “Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match)ini
pada tahun 1994 dikembangkan oleh seorang pakar pendidikan , yaitu Lorna
Curran”.21 Salah satu keunggulan teknik ini adalah anak didik mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkat usia anak didik.
21
22
b. Aturan main metodemake a match
Aturan main pada metode make a match yaitu siswa diminta untuk
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban / soal sebelum batas
waktunya, dan siswa yang dapat menemukan terlebih dahulu pasangannya
atau dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Menurut Suyatno, langkah-langkah metodemake a matchyaitu:22
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang b erisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban).
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya.
7. Kesimpulan.
8. Penutup.
Pada aturan main di atas dapat juga dilakukan secara bervariasi, misalkan
metode make a match tersebut bisa dilakukan di dalam ruangan atau di luar
ruangan, sehingga siswa tidak bosan dan pembelajaran kooperatif metode
make a match ini akan tetap menarik perhatian.
E. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika, menjadi
persoalan untuk mencari penyelesaian dari masalah tersebut. Dalam hal ini
pendidik berupaya agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan bosan dalam
mengikuti pelajaran matematika, sehingga siswa dapat belajar m atematika
22
23
dengan fun dan memeberikan perhatiannya pada materi pelajaran matematika
yang disampaikan oleh pendidik.
metode make a match sangat cocok digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa, karena make a match merupakan metode yang bisa
dibilang beda dengan metode yang lain. Metode ini selain bermanfaat
memperdalam pemahaman materi atau konsep matematika, make a matchjuga
bisa dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan permainan, sehingga
ketika metode ini diterapkan, suasana proses pembelajaran akan terkesan
menyenangkan, dan metode ini dilakukan secara berulang -ulang, setelah satu
sesi berjalan, kartu akan dikocok kembali sehingga siswa akan mendapatkan
jenis soal yang berbeda dari sebelumnya, sehingga siswa akan memahami
berbagai jenis soal dan siswa juga bisa terlatih mengerjakan berbagai macam
soal matematika
Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka diharapkan
bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif metode make a
match, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan perhatian siswa dalam
pembelajaran matematika.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran kooperatif
metode make a match pada pelajaran matematika dapat meningkatkan perhatian
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP YMJ Ciputat Tangerang Selatan Banten
2. Waktu penelitian
[image:37.612.114.541.51.521.2]Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VIIB pada semester genap
tahun ajaran 2009/2010, dimulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Mei
2010.
Tabel 1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 Persiapan dan
perencanaan √ √
2 Observasi (Studi
lapangan) √ √
3
Pelaksanaan
Pembelajaran √ √ √
4 Analisis Data √
5 Laporan penelitian √
B.
Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi
kelas, atau lazim dikenal dengan
Classroom Action Research,
yaitu penelitian yang
dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran.
1Tujuan
utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
professionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran.
1
25
Metode ini dipilih didasarkan atas pertimbangan bahwa :
1.
Analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan
tindak lanjut berdasarkan prinsip “daur ulang”.
2.
Menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partis ipatif
berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pembelajaran.
Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian)
dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus adalah
satu putaran kegiatan be runtun yang kembali ke langkah semula, dimana setiap siklus
terdiri dari empat tahap, yaitu:
a. Perencanaan
(Planning)
Pada tahap perencanaan peneliti menentukan focus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membua t sebuah
instrument pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tin dakan
berlangsung. Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian bekerja sama dengan
kolaborator (guru kelas) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga
peneliti membuat instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, angket
aktivitas, catatan lapangan, lembar wawancara dan soal tes untuk akhir silkus.
b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yai tu melaksanakan tindakan kelas.
c. Pengamatan (Observing)
26
observer yaitu mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajara n dan
memberi penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan metode
make a match.
d. Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kemb ali apa yang sudah
dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis
bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang
telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya
perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki kegiatan
penelitian sebelumnya, yang akan diterapk an pada penelitian berikutnya.
Desain Penelitian
Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan
dilanjutkan dengan siklus II . Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan
bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi
apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus
III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
27
Bagan 1
Desain Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Pra penelitian
(observasi awal)
Masalah
Perencanaan
Refleksi I
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan dan pengumpulan data
Perencanaan II
Refleksi II
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan dan pengumpulan data
Permasalahan belum
terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
28
C. Subjek penelitian
Adapun kelas yang dijadikan subj ek penelitian adalah kelas VII B dengan jumlah
siswa sebanyak 42.
Pada saat pelaksanaan tindakan, guru matematika kelas mem bantu peneliti
mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru matematika juga melakukan
observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualit as pengajaran yang dilakukan oleh
peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam
rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana kegiatan.
Peneliti merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan,
mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam
melaksanakan penelitian, peneliti dibantu seorang guru, guru ini adalah guru mata
pelajaran matematika kelas VII B yang bertindak sebagai
observer
(pengamat).
E. Tahapan Perencanaan Tindakan
1. Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan (prapenelitian)
a. Observasi ke SMP YMJ Ciput at Tangerang Selatan.
b. Mengurus surat izin penelitian.
c. Membuat instrumen penelitian.
d. Menghubungi kepala sekolah.
e. Wawancara terhadap guru mata pelajaran.
f.
Menentukan kelas subjek penelitian.
g. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian.
29
2. Tahap Penelitian Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat rencana pengajaran.
2) Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator.
3) Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan.
4) Menyiapkan lembar observasi siswa, wawancara, catatan lapangan serta
keperluan observasi lainnya.
5) Menyiapkan soal akhir siklus.
6) Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Siswa mempelajari materi.
2) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif metode
make a match.
3) Guru memberikan tes formatif.
4) Penilaian hasil tes siklus I.
5) Mewawancarai guru dan siswa.
6) Dokumentasi.
c. Tahap Observasi
Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari
observasi terhadap siswa dan guru, mencatat semua hal yang terjadi selama
proses pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
30
Kegiatan Pendahuluan
1. Observasi proses pembelajaran di kelas.
2. Observasi tingkat aktivitas belajar siswa.
3. Wawancara dengan guru kelas. 4. Wawancara dengan siswa.
SIKLUS I
SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran
Make a match
b. Membuat pedoman observasi
c. Membuat pedoman wawancara
d. Membuat soal tes Siklus I untuk siswa
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan
menerapkan metode
make a match
, kemudian dilanjutkan dengan
pemberian tes Siklus I.
3. Tahap Observasi
a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran
make a
match.
b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran.
31
4.
Tahap Refleksi
Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran
silkus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator
keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka
penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evluasi siklus I
digunakan sebagai acuannya.
Siklus II
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran
make a match.
b. Menyiapkan pedoman observasi
c. Menyiapkan angket aktivitas
d. Menyiapkan pedoman wawancara
e. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan
menerapkan metode
make a match
, kemudian dilanjutkan dengan
pemberian tes Siklus II.
3. Tahap Observasi
a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran
make a match.
b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran.
32
Bagan 2
Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil penelitian yang diharapkan adalah dengan indikator keberhasilan sebagai
berikut:
1. Persentase perhatian siswa yang diamati melalui lembar observasi pada setiap
siklus harus mencapai lebih dari atau sama deng an 70%
2. Rata-rata tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus
harus mencapai lebih dari atau sama dengan 70 dan tidak ada siswa yang
mendapat nilai kurang dari KKM yaitu 60.
Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa ind ikator
keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator
keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil
refleksi siklus II sebagai acuannya.
Adapun uraian dari tahap -tahap penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Pra penelitian
a) Pengamatan keadaan kelas
Waktu pelaksanaan : tanggal 10 Maret 2010, 5 April 2010, dan 12 April
2010.
Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses
pembelajaran di kelas VII B SMP YMJ. Kegiatan ini dilakukan dengan
4. Tahap Refleksi
33
tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika dan
aktivitas belajar matematika siswa.
b) Wawancara
Waktu pelaksanaan : 12 April 2010
Wawancara dilaksanakan setelah akhir siklus I dan siklus II terhadap
siswa dan guru kelas untuk mengetahui perhatian siswa terhadap pelajaran
matematika, dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran
matematika di kelas tersebut.
c) Analisis
Waktu pelaksanaan : 12 April 2010
Analisis dari kegiatan pra penelitian (pendahuluan) ini dilakukan
menganalisa data yang diperoleh pada pra penelitian dan untuk
memperoleh cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang muncul
sehinggga dapat diberikan tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan
pembelajaran nanti.
2. Siklus I
a) Tahap perencanaan
Waktu Pelaksanaan : Januari 2010
–
februari 2010
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dan membuat instrumen -instrumen penelitian, yaitu lembar
observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar siswa,
pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta soal untu k tes pada akhir
siklus I ini.
b) Tahap pelaksanaan
- Pertemuan 1
Waktu pelaksanaan : Jumat, 16 April 2010
34
- Pertemuan 2
Waktu pelaksanaan : Senin, 19 April 2010
Pada pertemuan ke dua, materi yang dibahas mengenai jumlah besar
sudut segitiga, peneliti memberikan pengantar kepada para siswa bahwa
jika besar ketiga sudut segitiga dijumlahkan, maka besarnya adalah
180°.
- Pertemuan 3
Waktu pelaksanaan : Kamis, 22 April 2010
Pada pertemuan ketiga