• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tarekat naqthujamin : pengaruh ajarannya terhadap masyarakat di Sukapura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tarekat naqthujamin : pengaruh ajarannya terhadap masyarakat di Sukapura"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

TAREKAT NAQTHUJAMIN: PENGARUH

AJARANNYA TERHADAP MASYARAKAT DI

SUKAPURA

Oleh:

SITI WARDAH 102033124738

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat Iman, Islam, Ihsan dan tentunya kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skrpisi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan untuk junjungan kita nabi besar Muhammad SAW dan para sahabatnya. Amîn.

Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”

Tarekat Naqthujamin: Pengaruh Ajarannya Terhadap Masyarakat Di

Sukapura.” Sesuai dengan target yang diinginkan. Penulis menyadari tanpa dukungan dari berbagai pihak, maka penulisan ini skripsi ini tidak akan terselesaikan, maka untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terimakasih kepada mereka yang telah berjasa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

1. Kepada Bapak Dr.Amin Nurdin, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

2. Kepada Ibu Dr. Hj. Sri Mulyati, MA, selaku Pembingbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam membantu proses pembuatan skripsi ini.

(3)

4. Kepada Pimpinan perpustakaan Utama UIN, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, yang telah membantu menyediakan buku-buku yang dibutuhkan penulis guna penyelesaian skripsi ini.

5. Kepada segenap dosen yang telah mendampingi dan menyumbangkan ilmunya selama penulis melakukan studinya.

6. Kepada keluarga besar Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya, terimakasi yang tak terhingga atas segala informasi serta data-data yang diberikan baik berupa lisan maupun tulisan (buku-buku).

7. Kepada pengikut Naqthujamin di Sukapura, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu melancarkan skripsi ini,

8. Kepada penyemangat dan penyejuk serta guru dalam hidupku kakek dan nenek tercinta H. Muhammad Zaini Maliki (Alm) dan Hj. Asyuroh (Alm), terimakasi atas doa-doa yang kalian panjatkan semasa hidup kalian. Semoga Allah SWT meridhai dan menerima semua amal baik serta menempatkan kalian disisiNya . Amîn

(4)

10.Kepada kakak serta adikku tercinta (Zahroni, Abdul Wadud, Hudiyah, Rahmat Hudawan, Sirri Siqti, Khairun Nisa, Sri Hudawati ), yang turut serta mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasi atas dukungannya.

11.Kepada sahabatku, Vina dan Nofa, terimakasi atas kesabaran, dan keikhlasan kalian yang mau mendengarkan dan membantu keluh kesah penulis. Tiada kata-kata lagi yang dapat penulis ucapkan atas budi baik kalian semoga Allah SWT meridhai dan memberikan sesuatu yang terbaik untuk kalian.

12.Kepada Hadi Kharisman dan Saudi Tayeh, terimakasi atas dukungan serta nasehat-nasehat yang diberikan kepada penulis agar cepat menyelesaikan skrpsi ini.

13.Kepada teman-teman AF yang intelek (Badru. Ucup, Asep, Arif, Awing, Zainal, Robi, Opal, Felix, Iman, Helmi) dan teman-teman AF semuanya , ayo melek ! jangan terlena dengan hitungan waktu. Penulis mengucapkan rasa terimakasi yang tak terhingga atas dukungan kalian semoga kesuksesan selalu menyertai disetiap langkah kalian.

Selanjutnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang ikut andil dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Maka penulis hanya dapat mengucapkan terimakasi seraya berdoa semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah,

(5)

Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada setiap pembacanya dan dengan segala kerendahan hati berbagai kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar dapat menyusun sebuah tulisan yang lebih baik di masa depan.

Jakarta, 21 Mei 2007

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI………. v

PEDOMAN TRANSLITERASI………. vii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………. 6

C. Tujuan Penelitian……….…….. 6

D. Metode Penelitian……….. 6

E. Sistematika Penelitian……… 7

BAB II TAREKAT NAQTHUJAMIN……… 9 A. Pengertian Tarekat Menurut Para Sufi ………. 9

B. Lahir dan Berkembangnya Tarekat Naqthujamin………. 12

1. Riwayat Hidup Pendiri Tarekat Naqthujamin…… 12

2. Karya-karya-Syaikh-Ma‘mur-Bin Hasan Suhartawidjaya……… 16

3. Lahir dan Berkembangnya Tarekat Naqthujamin dari Masa ke Masa………... 18

C. Ajaran-ajaran Tarekat Naqthujamin……… 33

1. Tauhid……… 33

(7)

3. Pengobatan……… 38

4. Sosial……… 40

BAB III PENGARUH AJARAN TAREKAT NAQTHUJAMIN TERHADAP MASYARAKAT DI SUKAPURA……… 42

A. Demografi Masyarakat Sukapura……….. 42

B. Pengaruh Ajarannya Ditinjau Dari Segi Keagamaan……… 44

C. Pengaruh Ajarannya Ditinjau Dari Segi Ekonomi………… 45

D. Pengaruh Ajarannya Ditinjau Dari Segi Sosial……… 46

BAB IV PENUTUP……… 47

a. Kesimpulan……… 48

b. Saran-saran……… 48

DAFTAR PUSTAKA……….. 50

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kehidupan sufi mulai dilirik oleh para pecinta Tuhan, yang menginginkan agar dirinya berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Namun tidak sedikit dari para penempuh perjalanan ruhani ini yang terperosok ke dalam jurang pemahaman yang salah yaitu bahwa perjalanan ruhani identik membunuh kebutuhan naluriah dan mematikan kebutuhan insaniah, maksudnya walaupun manusia bertarekat namun tetap melaksanakan kewajiban manusia sebagai makhluk sosial yang penuh tanggung jawab.

Ada beberapa tarekat yang berkembang belakangan ini, salah satunya adalah Tarekat Naqthujamin. Adapun pusat kegiatan tarekat ini bertempat di majlis Naqthujamin, Cipinang Muara, Jakarta Timur dan dipimpin oleh seorang mursyid

yang bernama Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya (Alm), pengikut Tarekat Naqthujamin tersebar luas di daerah Jakarta seperti Sukapura Poncol yang

merupakan objek kajian penulis.

(9)

kepemimpinan dalam Tarekat Naqthujamin setelah meninggalnya Syaikh Ma‘mur dan dari masing-masing golongan ini mengklaim bahwa golongan merekalah yang murni. Walaupun keadaannya seperti itu, tidak membuyarkan semangat beribadah pengikut tarekat ini untuk tetap menjalankan ritual-ritual yang telah diajarkan oleh mursyid1 mereka, seperti ratib dan riyadhah yang telah ditentukan waktunya.

Selain mengajarkan pengikutnya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah tarekat ini pun membekali pengikutnya dengan pelatihan-pelatihan kewirausahaan seperti peternakan, pertambakan, pertambangan, koperasi, perikanan dan perkebunan. Pelatihan itu dimaksudkan untuk membekali pengikut Naqthujamin agar menjadi manusia-manusia yang selalu ingat kepada Allah serta mandiri.

Latar belakang kehidupan masyarakat di Sukapura, pada umumnya didiami oleh etnis Betawi jika dilihat dari segi pendidikan mereka hanya mengenyam pendidikan Madrasah Ibtidaiyyah (MI) dan mengaji, tapi bagi keluarga yang ekonominya menengah dan ke atas biasanya mereka memasukan anak-anak mereka ke pesantren-pesantren yang berada di Jakarta atau di luar Jakarta bahkan sampai ke luar negeri.

Perkenalan mereka dengan Tarekat Naqthujamin di bawah pimpinan H. Muhammad Zaini Maliki (Alm) yang ketika itu sebagai guru mengaji di Sukapura. Pada awal perkenalan dengan ajaran ini, sebagian masyarakat Sukapura sangat semangat sekali dengan kegiatan-kegiatan serta ajaran-ajaran tarekat. Ini disebabkan karena selain dibimbing oleh seorang mursyid, mereka juga dibimbing oleh seorang

1

(10)

guru yaitu H. Muhammad Zaini Maliki (Alm) – sebagai tempat bertanya ketidakfahaman terhadap ajaran yang disampaikan – sehingga pemahaman mereka terhadap ajaran yang bersifat asrar2 tidak terlalu jauh menyimpang dalam artian dalam memahami suatu ajaran mereka seragam. Hal ini penting penting untuk menghindari fenomena yang muncul belakangan ini ada yang mengatakan kalau dirinya adalah wali, pemikiran ini didasarkan ungkapan bahwa orang yang mengetahui wali adalah wali juga, perasaan inilah yang membuat mereka menjadi takabur.

Adapun pengaruh ajaran tarekat ini terhadap pengikutnya yang berada di Sukapura yaitu mampu menyatukan dan mempersaudarakan mereka, yang sebelumnya bercerai-berai dan yang terpenting dari segi keagamaan, mereka mendapatkan ibadah-ibadah pengiring ibadah wajib dalam artian mereka tidak bergantung hanya kepada ibadah pokok saja tapi juga melaksanakan ibadah-ibadah sunnah seperti dzikir, ratib, dan puasa yang dianjurkan dalam ajaran ini, sementara di bidang pengobatan, pengikut ini mampu mengobati penyakit baik itu penyakit fisik maupun non fisik.

Tiga tahun terakhir setelah meninggalnya Syaikh Ma‘mur, para pengikutnya merasa sangat kehilangan sosok sang pemimpin hingga akhirnya para pengikutnya masing-masing menunjuk orang yang disukai untuk dijadikan pemimpin atas dasar mimpi dari syaikh tarekat ini. Hal ini menyebabkan para pengikut tarekat ini pecah

2

(11)

menjadi dua golongan yaitu satu golongan orang yang mempercayai mimpi dan menjadikan mimpi sebagai rujukan ajaran, kedua golongan yang masih menjalankan ajaran tarekat secara murni.3

Pengikut Naqthujamin saat ini sedang mengalami krisis pengetahuan, hal ini terlihat dari ketidaktahuan dan ketidakmengertian mereka tentang ajaran-ajaran Tarekat Naqthujamin sehingga tidak tahu dan mengerti langkah apa yang harus mereka lakukan setelah syaikh dari tarekat ini wafat, dengan dalih taslim dan ilmu Asrar menyebabkan tarekat ini berkurang aktivitasnya dan berhenti penyebarannya.

Kata taslim dan Asrar dijadikan alat untuk membungkus ketidaktahuan dan ketidakmengertian mereka tentang ajaran-ajaran Tarekat Naqthujamin sehingga penulis tertarik untuk membahas penelitian ini guna menacari tahu ajaran-ajaran tarekat Naqthujamin yang sebenarnya dan sejauh mana pengaruh ajarannya terhadap pengikutnya terutama di daerah Sukapura.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk mendapat sebuah hasil yang sistematis dan agar masalah tidak melebar dalam pembahasannya penulis merasa perlu memberikan batasan dan perumusan masalah terhadap objek yang dikaji. Adapun batasannya adalah mengenai pengaruh ajaran Tarekat Naqthujamin terhadap pengikutnya di Sukapura. Disamping itu rumusan masalahnya yaitu tentang ajaran-ajaran Tarekat Naqthujamin.

3

(12)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, penulis dapat mengetahui dan memahami ajaran tarekat khususnya tarekat Naqthujamin tidak hanya pada tataran teoretis saja namun pada tataran praktis. Selain itu penulis ingin mengetahui sejauh mana ajaran tersebut mempengaruhi kehidupan pengikutnya khususnya masyarakat Sukapura. Tujuan selanjutnya yaitu untuk melengkapi gelar akademik dalam meraih gelar sarjana strata satu.

D. Metode Penelitian

Metode pengumpulan data dalam skripsi ini melalui wawancara4 dan observasi lapangan serta buku-buku karya majlis taklim Naqthujamin yang dijadikan sebagai sumber primer yaitu dari kitab al-Basyar wal Bahār, al-Insān bi Nafsi: Asrār Syarî’at fî haqîqat al Islâmi, Tauhid as Sattariyyah dan Tashawwuf dan buku –buku

tasawwuf yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai sumber sekunder. Adapun metode pembahasan dalam skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis. Secara deskripsi skripsi ini menggambarkan tentang ajaran tarekat Naqthujamin, kemudian secara analitis skripsi ini, menganalisa pengaruh ajaran

terhadap pengikutnya yang berada di Sukapura ditinjau dari keagamaan, sosial dan ekonomi.

4

(13)

Sedangkan teknis penulisannya berdasarkan pada Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, UIN Jakarta Press 2002

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara garis besar dari seluruh permasalahan yang akan dibahas serta memudahkan dalam menelaahnya, maka penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Gambaran Tarekat Naqthujamin, yang membahas tentang Pengertian Tarekat secara Umum dan Pengertian Tarekat Naqthujamin meliputi Biografi Pendiri dan karya-karya beliau serta Ajaran-ajaran Tarekat Naqthujamin yaitu tentang Tauhid, Dzikir, Pengobatan, dan Sosial.

Bab III Pengaruh Ajaran Tarekat Naqthujamin terhadap Masyarakat di

Sukapura ditinjau dari Segi Keagamaan, Segi Sosial dan Segi Ekonomi.

(14)

BAB II

TAREKAT NAQTHUJAMIN

A. Pengertian Tarekat Menurut Ulama Tasawwuf

Tasawwuf atau sufisme mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan. Intisari dari mistisisme, termasuk didalamnya sufisme, ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat megambil bentuk ittihad (دﺎﲢﻻا)5, bersatu dengan Tuhan.Tasawwuf merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai ilmu pengetahuan, tasawwuf atau sufisme mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Islam dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT.6

Tasawwuf muncul pada abad kedua Hijriyah kemudian berkembang dan meluas dan mulai terkena pengaruh luar. Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India, maupun Persia, untuk menjaga kemurniaan ajaran tasawwuf dari pengaruh luar maka sesudah abad kedua Hijriyah muncullah golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah.7 Para sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian syarîah, tharîqat,

5

Ittihad yaitu satu tingkatan dalam tasawwuf ketika seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan; suatu tingkatan ketika yang mencintai dan cintai telah menjadi satu sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata : hai aku. Lihat: Harun Nasution,

Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), hal. 81.

6

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, hal. 5.

7

(15)

haqîqat, dan makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk memperbaiki amalan-amalan lahir, sementara tarekat lahir untuk memperbaiki amalan-amalan-amalan-amalan batin (hati), hakikat untuk mengamalkan segala rahasia yang gaib sedangkan makrifat adalah tujuan akhir yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatan-Nya.8

Dalam tarekat dikenal dengan konsep ﻰ ﺮ ﺖ ﺮ yaitu mencari kenyataan yang sebenarnya (alam Filsafat) bahwasanya memasuki alam filsafat yaitu berfikir dan berhasrat kuat untuk memperoleh pengetahuan yang paling sempurna dapat dicapai dengan pemikiran yang teliti dan dengan berfikir yang sedalam-dalamnya tentang kenyataan yang sebenar-benarnya dan adapun kenyataan yang sebenarnya yaitu yang dinamakan hakikat, bahwasanya hasrat kuat yang mendorong kita memasuki alam filsafat itulah adalah kegiatan batin kita sendiri yakni berfikir dengan semangat mencari hakikat atau dengan kata lain berfikir atas dasar yang benar.9

Kemudian untuk sampai kepada hakikat itu manakala dilandasi dengan semangat mencari hakikat/kenyataan yang sebenarnya yang dibangkitkan dengan kegiatan batin, selanjutnya kegiatan batin yaitu yang berpusat pada berfikir atas dasar yang benar itulah memerlukan tata cara yakni tarekat.10

Pada abad kelima Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai kegiatan kaum sufi sebelumnya dan sufi yang terkenal pada abad ini adalah Imam Ghazali . Hal ini ditandai dengan setiap silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan

8

Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat Muktabaroh di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 6.

9

Syeikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya, ‘Araftu Raaitu Sam’itu Rabbi biRabbi (Jakarta: Majlis Naqthujamin, 1984), hal. 2-3.

10

(16)

nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu yang setiap tarekat mempunyai syaikhnya sendiri, kaifiyat zikir, dan upacara-upacara ritual masing-masing. Biasanya Syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di asrama latihan rohani yang dinamakan rumah sulûk atau ribâth.11

“ Tarekat” ﺔ رﻃ menurut bahasa artinya “jalan”, “cara”, “garis”, “kedudukan” , “keyakinan”, dan “agama”. Selain itu tarekat " ﺮﻃ" jamaknya "قﺮﻃ" atau “ﺔ رط ا ”jamaknya “قﺋﺁرط” yang berarti jalan, keadaan, aliran dalam garis pada sesuatu, kata tarekat ini telah dibakukan dalam bahasa Indonesia, terkadang disebut dengan “tarekat”.12 Menurut al Hadad (Bâ ‘Alawi) tokoh dari Tarekat Alawiyah, tareakat dipahami sebagai suatu bentuk sulûk (cara ibadah) yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kredibilitas sebagai seorang tokoh. Para ulama tasawuf dalam mengartikan kata tarekat bahwa tarekat adalah jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fiqih, dan Tasawuf, kemudian dikatakannya pula bahwa tarekat adalah cara atau kaifiyat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai sesuatu tujuan.

Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut diatas, jelaslah bahwa tarekat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fiqih, dan Tasawuf.13

Sementara itu pengertian tarekat menurut Syaikh Ma‘mur (alm) tarekat yaitu sebagaimana dimaksud di dalam sabda nabi Muhammad SAW “ Syari‘at itu

11

Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat Muktabaroh di Indonesia, hal. 6.

12

Abdul Khamid Zahwan, Kamus al Kamil (Semarang: PT Makmur Graha, 1989), hal. 320.

13

(17)

perkataanku (peraturan), tarekat itu perbuatanku (cara pelaksanaannya), hakikat itu akhlakku (kenyataannya).14 Dikatakan juga bahwa tarekat itu adalah pelaksanaan ilmu tasawuf yang bersumber dari pokok pangkal tarekat nabi besar Muhammad SAW yakni amal ibadah yang kita lakukan (tarekat yang kita lakukan) adalah petunjuk yang kita terima dari guru kita dan guru kita menerima dari ulama pendahulunya kemudian para ulama menerima dari para tabi‘ attabi‘iin dan beliau menerima dari para sahabat yang menerima dari Rasulullah SAW dan junjungan kita menerima dari sayyidina Jibril AS dari AllahSWT. Maka dari itu mempelajari ilmu tarekat mestilah dengan adanya bimbingan guru yang jelas-jelas silsilah nasabnya dan tidak boleh mengambil dari membaca buku-buku atau kitab-kitab karangan saja, melainkan harus ada gurunya.15

B. Lahir dan Berkembangnya Tarekat Naqthujamin

1. Riwayat Hidup Tokoh Tarekat Naqthujamin

Keberadaan Tarekat Naqthujamin berdomisili di jalan Perintis, Cipinang Muara, Jakarta Timur dan dipimpin oleh seorang mursyid yaitu Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya (Amung Hasan Sufartawidjaja).16 Lahir di Sumedang, 27 Juni 1925 dan beliau wafat di Jakarta, 2 Juli 2003, didalam perjalanan lahiriyahnya, beliau sangat aktif di berbagai bidang

14

Pernyataan tersebut merupakan aplikasi dari sabda Rasulullah ketika sayyidina ‘Ali bertanya kepada beliau untuk diberi petunjuk tentang jalan (thuruk) menuju Allah.

15

Syaikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya, Al Basyar wal Bahâr: Manusia dan Keelokannya (Jakarta: Majlis Naqthujamin, 1984), hal. 17.

16

(18)

khususnya di dunia pemeritahan. Adapun pendidikan yang beliau terima selama hidupnya yaitu dimulai dari :

1. Madrasah Agama : Madrasah Assalafiyah : 3 tahun 2. Nahdathul Wathon : Habib Umar Pesantren : 3 tahun

Ijazah-ijazah yang beliau terima yaitu Gouv. Schakelschool,17 Sumedang, 1939 dan RPUBN : Aplikasi Tata Buku dan Administrasi Perusahan (cumlaude) 1964.

Adapun pengalaman kerja beliau dimulai dari tahun :

1939-1942 : Ass.Beheerder18 Rumah Obat KARUHUN, Pekalongan. 1942-1943 : Kep. Kantor “Pemalang Ken Shoko Kumiai” dan penata

usaha “ Komite Perekonomian Indonesia” (KOPI), Pemalang.

1943-1948 : Pada “MODASCO” Trading Co, Jakarta. Tahun 1943 menjabat sebagai Ass. Boekhouder19 Tahun 1944 menjabat sebagai Kep. Tata Usaha

Tahun 1945-1947 menjabat sebagai Kuasa Usaha, Garut Tahun 1945 menjabat sebagai wakil pemimpin umum

1948-1965 Pada N.V Ned Aanne Ming My sekarang menjadi P. N NINDIYA KARYA dengan jabatan sebagai berikut:

17

Gouv. Schakelschool artinya sebuah sekolah tingkat dasar pada zaman dahulu dikenal dengan Sekola Rakyat (SR).

18

Ass.Beheerder artinya Asisten pastur laki-laki.

19

(19)

Tahun 1948 menjabat sebagai ass. Boekhouder

Tahun 1949 menjabat sebagai boekhouder/nacalculator

Tahun 1950-1957 menjabat sebagai houfboekhouder20 merangkap suvervisor administrasi proyek, dan urusan personalia

Tahun 1958-1960 menjabat sebagai kepala bagian keuangan/pembukuan/penelitian biaya.

Tahun 1961-1965 menjabat sebagai Kepala Bagian Keuangan merangkap Wakil Kepala Staf Administrasi/keuangan, merangkap sebagai Kepala Bagian Penelitian dan pengawasan intern.

Pengalaman organisasi beliau dimulai dari tahun:

1940-1942 menjabat anggota pengurus “Voor Onze Jeugd”21 dan Perhimpunan Sosial “ Mitra Sunda”, Pekalongan.

1945-1947 menjabat anggota Dewan Pimpinan Cabang “PEMUDA SOSIALIS IDONESIA” (Pesindo),Garut.

1947-1948 menjabat anggota Pengurus GERAKAN REBLISIT REPUBLIK INDONESIA, ranting Petojo, Jakarta.

20

Houfboekhouder artinya Sekolah Menengah.

21

(20)

1948-1949 turut mendirikan GERAKAN RAKYAT INDONESIA MERDEKA (GERIM) dan mendapat kepercayaan sebagai ketua III Presidium merangkap ketua Badan Pekerja.

1949-1953 menjabat Ketua Panitia Rakyat Kp Johar Baru, Kelurahan Rawasari, memperjuangkan legalisai pendudukan rakyat atas tanah-tanah ex milik tuan tanah Van Heusden.

1950-1953 pendiri “ Angkatan Buruh Bangunan Indonesia” yang kemudian dirubah menjadi “ Serikat Buruh Bangunan di Indonesia”(SERBUBADI).

1953-1960 menjadi pimpinan Serikat kerja NV Nedam.

1960-1965 menjadi ketua pada persatuan karyawan P.N Nindiya Karya. 1965-1967 beliau berperan aktif dalam pemberantasan komunis, sebagai

ketua DPP maupun di pemerintah/ABRI didudukan di Badan Keamanan Strategi Negara yaitu KOTI (Komando Operasi Tertorial Intelijen), beliau dengan kemampuan mukasyafah telah membongkar seluruh barang simpanan dokumen maupun senjata dan lokasi pembunuhan tujuh jenderal.

1967-1968 beliau diangkat sebagai anggota DPRGR/MPRS berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 58 tahun 1968 mewakili kesatuan-kesatuan aksi kemudian berdasarkan surat Keputusan Presiden

(21)

Ma‘mur Suhartawidjaya sebagai anggota MPRS/DPRGR dengan begitu Abah Syaikh (panggilan Syaikh Ma‘mur Suhartawidjaya) tidak aktif lagi di dunia pemerintahan.22

Pada satu kesempatan Presiden mengutus Amir Mahmud supaya Abah Syaikh aktif lagi dan mendapatkan formasi pada kabinet Soeharto sebagai menteri Sosial dan ditolaknya kemudian ditawarkan kembali pada formasi yang lebih di tinggi yaitu di DPA (Dewan Pertimbangan Agung) dan ditolaknya pula dengan alasan beliau bahwa semenjak tahun 1970 mereka-mereka bukan sebagai kawan lagi. Beliau konsekuen dan mengundurkan diri dari fasilitas dan referensi di pemerintah dan swasta ditinggalkan dan kehidupan selanjutnya beliau ingin melaksanakan kewajiban tarekat dan pada saat itu kehidupan beliau sangat memprihatinkan walaupun demikian beliau sangat istiqomah dengan keputusannya dan hal ini terbukti, beliau menolak sumbangan dari Golkar dalam jumlah besar untuk membuat Islamic Center.23

2. Karya-karya Syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya

Beberapa karya tulis beliau yang berisi tentang ajaran tarekat ditulis dalam bentuk makalah dan buku meliputi bidang Tasawuf, Akhlak, Tauhid, dan Fiqih. Adapun karya beliau yang membahas tasawuf yaitu Buku Ratib

22

N.N., Mengenang Perjalanan Syechuna Syech Ma’mu: Dalam Tarekat Naqthujamin di Babad Jawa, hal. 4

23

(22)

yang berjumlah 10 ratib yaitu ratib al Hadad, ratib Thaha, ratib Assiyadah, ratib Shalawat, ratib al Hurriyah, ratib Kasib, ratib Saman, ratib Istigfar,

ratib al Mubarok, ratib Tasbih, dan ratib Taqwa.24

Buku al Basyar wal Bahâr yang terdiri dari 21 bab dan membahas tentang bab tarekat, bab pembinaan pribadi, bab membina akhlak kesopanan zahir, bab takhalli, bab tahalli, bab tajalli, bab mandi taubat dan dzikir al maut, bab berdzikir pada tingkat dasar, bab martabat yang tujuh, bab tujuh

lathaif, bab mengenal diri, bab ajal kesempurnaan manusia, bab keterangan

perihal nama-nama hati, bab ibtidaiyah dzikir lathaif, bab waratsatu al anbiyâ’i, bab ma‘rifat dan masalah melihat Tuhan, bab ma‘rifat sebagai tujuan kita, bab nûr ma‘rifat Allah dan nûr ilahi, bab muqarabah, muraqabah, musyahadah, bab tarekat dzikir.25 Buku ‘Araftu, Ra’aitu, Sami‘tu Rabbi bi Rabbi menjelaskan tentang mencari kenyataan sebenarnya,

teka-teki memenuhi segala alam, al Wujûd fî al‘Adami (tampak wujud dalam ‘adam), rahasia cahaya-cahaya Ilahi, cahaya sebagai cahaya kepada cahaya, hakekatnya segala hakekat, permisalan di dalam al Qur’an, hadirat rabûbiyyah dan citra insan, mukaddimah, hijab Allah kepada makhluknya, bukannya Allah terhijab, menembus kegelapan dan kebutaan hati, zat- sifat – af‘âl- asmâ’, penglihatan (ﺮﻈ ا), perhentian (ﻪ ﻮ ا) sampai pada

24

N.N., Mengenang Perjalanan Syechuna Syech Ma’mu: Dalam Tarekat Naqthujamin di Babad Jawa, hal. 16.

25

(23)

“kun”, tiada penglihatan melainkan af’âl Allah, mukaddimah, pendengaran, kalam Allah, sumber segala hakekat, kalam Allah itu maujud pada-di-dengan beserta segala sesuatu, sabda-sabda yang diserukan Allah kepada hambaNya, landasan tertibnya syahadat.26 Kitab al Insân bi Nafsih berisi tentang pada menyatakan batin manusia, perihal akal, meneliti dan mengenal diri, kekhususan hati insane, hati bagai ilmu, kasyaf artinya terbuka pemahaman, masalah was-was hati, masuk syaitan ke dalam hati, bisikan cit-cita hati, terputusnya goresan-goresan keji dari hati, berbolak-baliknya hati dan terbaginya di dalam perubahan dan ketetapan, kebagusan dan keburukan akhlak, latihan memperbagus akhlak, sebab-sebab yang mengarah kepada kebagusan akhlak, penyakit hati dan kekurangan pada diri manusia, anasir penyakit hati, nafsu keinginan, tanda-tanda kebagusan akhlak, dengan mujahadah berangsur-angsur menempuh jalan riyadhah, menjinakan nafsu sahwat perut, jalannya latihan menjinakkan nafsu sahwat perut, menjinakkan nafsu sahwat kemaluan, pemeliharaan lidah, dua puluh bahaya lidah, penyakit marah, sebab-sebab marah dan pengobatnya, dendam dan dengki sebagai tembusan marah, ﺎ ﻮه- –pemaaf, dan belas kasih, shalat gerhana.27 Buku Falsafah Tauhid, Buku Fiqih.

Selain buku yang membahas tentang ilmu tarekat, beliau juga mempunyai tulisan di bidang sejarah yaitu, Kian Santang, Kisunda Cumarita

26

Syaikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya, Indek Kitab, hal. 9.

27

(24)

Tereuh Sumedang, Para cacandran, Sunda, sang Hyang Sapu Jagat, Uga Siliwangi, Aturan Hidup Manusia dan Kemanusiaannya.28 Jika dilihat karya-karya beliau dapat dikatakan kalau mursyid dari tarekat ini termasuk kategori sufi amali, ini terlihat dari ajaran-ajaran beliau menganjurkan manusia untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan cara bedzikir dan mujahadah.

3. Lahir dan Berkembangnya Tarekat Naqthujamin dari Masa ke Masa

Pada zaman Rasulullah ilmu tarekat ini dinisbatkan kepada ilmu al Asrâriyyah yaitu ilmu yang bersifat rahasia oleh karena itu disifatkan orang

yang mengamalkan ilmu ini sebagai Asrâr Rabbâniyyah atau rahasia ketuhanan artinya ilmu ini hanya diberikan kepada orang-orang pilihan agar tidak terjadi penyimpangan akidah. Adapun orang yang mendapatkan Asrâr Rabbâniyyah dari zaman ke zaman yaitu:

1. Pada zaman pertama bahwa ilmu ini dipimpin serta di ajarkan oleh yang mulia Sayyidinâ Rasulullah SAW kepada sahabat pilihannya yang mampu dan bersungguh-sungguh menerima rahasia yang halus-halus yaitulah Sayyidinâ Abdullah bin Abi Qahafah yang masyhurnya dengan nama dan gelar Abu Bakar Shidik RA.

2. Pada zaman kedua, ilmu ini disebut dengan sebutan Tarekat ash Shîddîqiyyah diambil dari nama Sayyidinâ Abu Bakar Shidik RA.

28

(25)

3. Pada zaman ketiga, ilmu ini disebut dengan Tarekat Thaifûriyyah yakni diambil dari nama pemimpinya yaitu Sayyidinâ Syaikh Abu Yazid al Busthami dan disebut juga nama beliau dengan sebutan Thaifur bin ‘Isâ.

4. Pada zaman keempat, dinamakan Tarekat Khaijakâniyyah yang mengambil dari nama pemimpinnya yaitu Sayyidinâ Syaikh ‘Abdul al Khâliq al Fajduwanî al Haujakanî.

5. Pada zaman kelima dinamakan Tarekat an Naqsabandiyyah yaitu mengambil nama kepada pemimpinnya yaitu Sayyidinâ Syaikh Bahấ ad Dîn an Naqsabandiyyah.

6. Pada zaman keenam dinamakan Tarekat an Naqsabandiyyah al Ahrâriyyah yaitu mengambil kepada nama pemimpinnya yang bernama

Sayyidinâ Syaikh ‘Abdullah al Ahrâr as Samarqandî .

7. Pada zaman ketujuh, dinamakan Tarekat an Naqsabandiyyah al Ahrâriyyah al Mujaddid diambil dari nama pemimpinnya Sayyidinâ Syaikh

al Imam ar Rabbânî al Mujaddid Alif ats Tsanî ( Beliau dilahirkan dalam tahun 971 H dan Beliau inilah yang melakukan pembaharuan pengamalan bersama para sahabatnya tahun1002 H, maka dari itu disebut dengan Alif ats Tsanî )

(26)

9. Pada zaman kesembilan ini dinamakan Tarekat an Naqsabandiyyah al Khâlidiyyah yang diambil dari pemimpin tarekat ini yaitu Maulanâ

Khâlid an Naqsabandî (Beliau dilahirkan pada tahun 1123 H dan wafat pada tahun 1242 H = 119 tahun). Maka selanjutnya terekat ini tetap digelarkan dengan nama Tarekat an Naqsabandiyyah al Khâlidiyyah hingga sampai kemudian zaman al Imâm Mahdi .

10. Pada zaman kesepuluh, dengan tetap dinisbahkan sebagimana pada zaman sebelumnya maka tarekat yang dipimpin oleh al Kâmil al Mukammil Sayyidinâ Syaikh Al Habîb Hamzah As Suthuh bertempat di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, hingga akhir masanya ( 1756 H / 1936 M).

11. Zaman Kesebelas tarekat ini dipimpin al ‘Alim al ‘Amil Sayyidinâ Syaikh Muhammad Izi berkedudukan di Palembang dan Jakarta pada akhir masanya beliau menetap dan dimakamkan di Jakarta. pada tanggal 11 Syawal 1389 H. Maka serah terima dilakukan pada tanggal 24 Ramadhan 1389 H kepada penerusnya yaitu al Faqîr al Haqir ilâ rabbihi al Qadîr Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya.29

Telah berkata yang mempunyai tarekat,

فﺮ دﺪ ﻰ ﺎ ﺮ

”Artinya tarekat kami ini atas bilangan huruf م ج ط ق ن – maka barangsiapa tidak mendatangi pada kami dan tidak pula mengambil pada

29

(27)

masa kami, tidak bisa tidak tentu menyesal. Adapun hikmah Tarekat Naqthujamin itu banyak sekali bagi barang siapa yang memegang ta’rif

pada Tarekat Naqthujamin yaitu,

" ﷲا ب ارﻮﺿ واد ا ﻃا واﺮهاظ ﺔ ﺪﻮ ا اوﺪ". Artinya berkekalan senantiasa berkepanjangan tiada berkeputusan memperhambakan diri zahir dan batin beserta berkekalan tiada berkeputusan hudhur hati serta Allah. Hikmah dari ta’rif ini yaitu membuahkan tentram hati, bersih hati,terbuka hati, untuk menerima limpahan karunia Allah SWT tiada terlepas dari petunjuk Allah SWT maka mendapatkan mukasyafah dalam arti yang luas dan barangsiapa yang mendapatkan hikmah tarekat Naqthujamin dia tentu mendapat keberuntungan yang besar sekali.30

Naqthujamin adalah sebuah singkatan dari beberapa huruf yang

tersusun hingga menjadi kata tersebut dan huruf itu mempunyai arti yang terkandung didalamya seperti:

1. ن diambil dari surat ا ayat 1-3

نوﺮ ﺴ ﺎ و او ن

.

نﻮ ﲟ ﻚ ر ﺔ ا ﺎ

artinya, demi kalam dan apa yang mereka tulis berkat nikmat Tuhanmu lah kamu bukan orang gila

2. ق diambil dari surat ق ayat 1- 2

30

(28)

ﻬ ر ﺬ هﺎ نا اﻮ ﺪ ﺠا ناﺮ و ق

ﺊ ﺷ اﺬه نوﺮ ﻜ ا

Artinya, ق demi al Qur’an yang sangat mulia mereka tidak menerimanya bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari lingkungan mereka sendiri. Maka berkatalah orang-orang kafir,”ini adalah sesuatu yang amat ajaib

3 ط diambil dari surat ﻪﻃ ayat 1-3

artinya, ﻪﻃ kami tidak menurunkan al Quran ini kepada mu agar kamu mendapat kesusahan. Tetapi sebagai peringatan kepada orang-orang yang takut kepada Allah.

artinya, demi bintang ketika terbenam, kawanmu tiada sekali-sekali sesat dan tidak pula keliru dan dia tidak bicara menurut kemauan hawa nafsunya sendiri. Perkataannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.

5. م diambil dari surat al Baqarah ayat 1-2

ﱂا

.

(29)

artinya, . Kitab al Qur’an tidak ada keraguan padanya. Itu adalah petunjuk ا bagi orang yang bertaqwa kepada Allah.31

Berdasarkan ayat-ayat diatas dapat disimpulkan, ayat tersebut menjelaskan tentang perintah agar kita selalu mengingat Allah dan bertaqwa kepadaNya yaitu dengan cara berdzikir menyebut namaNya, dan untuk melakukan hal tersebut harus dimulai dari dasar maksudnya berlatih secara bertahap dan ilmu yang mengatur tentang hal tersebut yaitu tarekat dimana setiap tarekat mempunyai cara masing-masing. Menurut syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya tarekat yang mengajarkan bermacam-macam dzikir secara garis besarnya ada lima yang merupakan tarekat induk yaitu huruf “Nun“ “(ن) kepanjangan dari tarekat an Naqsabandiyyah,32 huruf “Qaf” “(ق)”kepanjangan dari tarekat al Qadiriyah,33 huruf “Tha” “(ﻃ)” kepanjangan dari tarekat al Anfasiyah,34 huruf “ Jim” “(ج)” kepanjangan dari tarekat al Junaidi al Baghdadiyyah, huruf “ Mim “ “(م)” kepanjangan dari tarekat al Mawafaqah awil Ma’iyyah disebut juga as Samaniyyah atau al Muhammadiyyah.35 Dengan demikian maka tarekat ini dinamakan Tarekat

31

Syaikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya, Al Basyar wal Bahâr, hal. 145.

32

Pendiri Naqsabandiyyah adalah Muhammad Baha ‘al Din an Naqsabandiyyah dan amalan dzikirnya yang terkenal yaitu tentang 7 lathaif.

33

Qadiriyyah didirikan oleh ‘Abdul Qậdir jîlânî yang terkenal dengan sebutan Syaikh ‘Abdul Qậdir jîlânî al ghawts atau qutb al awliya. Tharikat ini sangat menekankan kepada tauhid sedangkan pelaksanaanya tetap memakai jalur syariat lahir dan batin. Lihat: Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat Muktabarah di Indonesia, hal. 36.

34

Amalan tarekat ini lebih didasarkan pada hitungan nafas yang banyak dalam 24 jam dalam sehari semalam ada 28000 dengan metode nafas turun naik dan keluar masuk adapun kalimat zikirnya yaitu lafaz ﻮه.. Lihat: Syeikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya, Al Basyaru wal Bahâruk, hal. 149.

35

(30)

Naqthujamin. Berdasarkan keterangan diatas Naqthujamin adalah bukan ajaran tarekat baru, Naqthujamin adalah penggabungan lima ajaran tarekat sekaligus.

Keberadaan Naqthujamin di Jakarta dipimpin oleh seorang Syaikh yang bernama Ma‘mur Suhartawidjaya pada tahun 1970,36 ia mendapatkan amanat ini dari Syaikh Muhammad ‘Izi yang pada waktu itu sebagai mursid dan perumus Tarekat Naqthujamin.37 Berdasarkan data dalam silsilah tarekat menerangkan bahwa Syaikh Ma‘mur Suhartawidjaya merupakan keturunan terakhir yang mengajarkan dan menyampaikan ajaran tarekat, oleh karena itu pada masa beliau ini, ia mendapat tugas untuk mengajarkan dan menyampaikan lima ajaran tarekat sekaligus yang merupakan tarekat induk yang ada di dunia. Amalan ratib yang dimiliki tarekat inipun berjumlah lebih dari satu yaitu, ratib al Hadad, ratib Thaha, ratib Assiyadah, ratib Shalawat, ratib al Hurriyah, ratib Kasib, ratib Saman,

ratib Istigfar, ratib al Mubarok, ratib Tasbih, dan ratib Taqwa.

Adapun silsilah tarekat Naqthujamin melalui garis Sayyidinâ Abu Bakar Siddik dan Sayyidinâ Ali RA.:

36

Wawancara dengan H. ‘Umar Kaswara (salah satu putra syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya ) pada hari kamis, tanggal 4 Januari 2007.

37

(31)

Silsilah melalui garis Sayyidinâ Abu Bakar Siddik

1. Allah swt. 2. Malaikat Jibril 3. Muhammad saw.

4. Sayyidi Abu Bakar Siddik

5. Sayyidi Salman al Farissi

6. Sayyidi Qosim bin Muhammad bin abi Bakir 7. Imam Ja’far Shadik

8. Sayyidi Abi Yazid al Bustami 9. Sayyidi ‘Ali al Harqoni 10.Sayyidi Abi ‘Ali al Fadli 11.Sayyidi Yusuf al Hamadani

12.Sayyidi ‘Abdul Khalik al Gujdawani 13.Sayyidi Arif Raiwakari

14.Sayyidi Mahmud 15.Sayyidi ‘Ali an Nasaji

16.Sayyidi Muhammad as Samasi 17.Sayyidi Amirul Kulal

18.Muhammad Bahauddin an Naqsabandiyyah 19.Sayyidi Muhammad Hatir

(32)

22.Sayyidi Muhammad az Zuhdi 23.Sayyidi Muhammad Darwin 24.Sayyidi Muhammad al Haujakani 25.Sayyidi Muhammad Baqibillah 26.Sayyidi Imam Ahmad

27.Sayyidi Muhammad Ma’sum 28.Sayyidi Muhammad Saifuddin 29.Sayyidi Syamsuddin Habibullah 30.Sayyidi ‘Abdullah ad Dahlawi 31.Sayyidi ‘Abi Sa’id Ahmadi 32.Sayyidi Musa

33.Sayyidi Maulana Khalid an Naqsabandi 34.Sayyidi Habib Hamzah as Suthu Surabaya 35.Sayyidi Muhammad ‘Izi Jakarta

36.Ma‘mur Hasan Suhartawidjaya Jakarta

Silsilah melalui garis Sayyidinâ Ali RA

1. Allah swt. 2. Malaikat Jibril 3. Muhammad Saw 4. Sayyidina ‘Ali RA

(33)

6. Imam Zainal ‘Abidin 7. Imam Muhammad Bakir 8. Imam Ja’far Shadik 9. Imam Musa al Kazim

10. Imam ‘Ali bin Musa ar Ridho 11. Sayyidi Ma’ruf al Karhi 12. Sayyidi Sirri Siqti

13. Sayyidi Junaidil al Baghdadi 14. Sayyidi Abi Bakri as Sibli

15. Sayyidi ‘Abdul Wahid at Tamami 16. Sayyidi Abi al Faraj at Thusi 17. Sayyidi Husen al Haikari 18. Sayyidi Said al Mahzumi 19. Sayyidi ‘Abdul Qadir Jailani 20. Sayyidi ‘Abdul Aziz

21. Sayyidi Muhammad Al Hitak 22. Sayyidi Syamsuddin

(34)

28. Sayyidi Abi Bakar 29. Sayyidi ‘Abdu arRahim 30. Sayyidi Utsman

31. Sayyidi ‘Abdul Fatah 32. Sayyidi Muhammad Murad 33. Syamsuddin al Baghdadi

34. Sayyidi Ahmad Khatib as Sambasi 35. Sayyidi ‘Abdul Karim Banten 36. Muhammad Sanusi Sumedang 37. Hasan Sufartawidjaya

38.Ma‘mur bin Hasan Sufartawidjaya.38

Berdasarkan data silsilah tarekat tersebut dapat disimpulkan bahwa Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya mempunyai keterkaitan satu sama lain diantara pemimpin-pemimpin tarekat besar dan shahih, Kemungkinan hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa beliau mengajarkan lima ajaran tarekat sekaligus yaitu ajaran Tarekat Naqsabandiyyah, Qadiriyah, Anfasiyah, Junaid al Baghdadiyyah, dan

Mawafaqah aw il Ma‘iyyah atau Samaniyyah atau Muhammadiyyah. yang

kemudian beliau singkat menjadi Naqthujamin. Jika kita ingin mengembalikan sejarah Tarekat Naqthujamin kepada sejarah Islam, sejarah keberadaan tarekat ini menyerupai dengan kedatangan Islam yang dibawa

38

(35)

oleh Nabi Muhammad saw yang isinya merupakan perintah dan ajaran yang pernah disampaikan oleh para nabi sebelumnya.. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa nabi Muhammad adalah nabi terakhir atau khatam al Anbiyâi’ dan rahmatan lil ‘Alamîn oleh sebab itu nabi Muhammad ketika

hendak wafat tidak berwasiat tentang siapa pengganti beliau untuk melanjutkan tugasnya, beliau hanya meninggalkan al Qur’an dan sunnahnya dan barang siapa yang berpegang teguh kepada kedua hal itu niscaya akan selamat. Namun yang terjadi diantara pengikutnya, adanya nabi palsu, golongan yang murtad dan banyak macam versi tentang ajaran Islam atau furu‘iyah.

Nampaknya ini terjadi pula pada perkembangan Tarekat Naqthujamin belakangan ini, sama halnya nabi Muhammad yang merupakan Khatam al Anbiyâ’i Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya ini pun merupakan

keturunan terakhir dalam garis silsilah tarekat, ini menjadi bukti ketika beliau meninggal dunia, beliau pun tidak meninggalkan wasiat seorang pengganti pemimpin dalam tarekat ini, tidak seperti Syaikh Muhammad ‘Izi yang memberikan amanat ini kepada Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya untuk menjalankan kewajiban tarekat.

Peristiwa meninggalnya beliau menjadi awal dilema dalam Tarekat Naqthujamin, seperti adanya pengakuan diantara pengikutnya bahwa dialah

(36)

Di samping dilema yang terjadi pada tarekat ini, tidak mempengaruhi semangat pengikut Naqthujamin dalam melaksanakan kegiatan tarekat. Beliau-beliau inilah yang mengikuti tarekat pada masa Syaikh Muhammad ‘Izi hingga Syaikh Ma‘mur dan dipimpin oleh ketua kelompok Sukapura yaitu H. Muhammad Zaini Maliki (Alm) yang masih mengamalkan ajaran tarekat sesuai dengan apa yang mereka baca, dengar, dan lihat, hal ini dipengaruhi oleh ketasliman mereka di dalam menuntut ilmu dan adab kesopanan yang mereka terapkan dalam berprilaku.

Adapun kegiatan tarekat yang biasa mereka laksanakan yaitu membaca Shalawat sebanyak 500 kali yang dilaksanakan oleh kaum perempuan pada

(37)

Pemicu dari ketidakharmonisan kedua bela pihak ini dipicu oleh kelompok yang diketuai oleh salah satu pengikut Naqthujamin ini yang ingin memimpin seniormya dan bereksistensi dalam setiap kesempatan dalam pengertian kelompok ini kurang menghormati dan berprilaku baik terhadap pengikut sebelumnya.39

Setelah mursyid Tarekat Naqthujamin meninggal, kegiatan tarekat Naqthujamin hanya berpusat di Majlis Naqthujamin Cipinang Muara,

Jakarta Timur. Belakangan ini ada salah satu dari pengikut Naqthujamin yang mengadakan kegiatan tarekat di rumah beliau adapun kegiatannya yaitu Ta’lim, Ratib, Riyadha dan Perayaan hari besar agama Islam bahkan beliau menyediakan tempat yang dikhususkan bagi anggotanya yang ingin khalwat.40

Perjalanan tarekat ini sampai ke wilayah Sukapura yaitu melalui H. Muhammad Zaini Maliki (Alm) sekitar tahun 1960-an yang pada waktu itu sebagai guru mengaji di wilayah tersebut. Tarekat Naqthujamin pada saat itu sangat berkembang pesat dan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan keberagamaan masyarakat Sukapura, kegiatan tarekat untuk wilayah ini berpusat di Masjid al Mubarak, tempat kediaman H. Muhammad Zaini Maliki (Alm).

39

Hasil wawancara dengan pengikut Naqthujamin.

40

(38)

Perkenalan H. Muhammad Zaini Maliki (Alm) dengan Syaikh Ma‘mur Suhartawidjaya melalui Syaikh Muhammad ‘Izi yang pada waktu itu sebagai guru tarekat beliau namun setelah Syaikh Muhammad ‘Izi menemukan penggatinya yaitu Ma‘mur Suhartawidjaya maka kewajiban tarekat diserahkan kepadanya. Pertemuan beliau yang singkat dengan Syaikh Muhammad ‘Izi menimbulkan kecemburuan sosial diantara para murid Syaikh Muhammad ‘Izi, karena tanpa disangka dan diduga beliaulah yang ditunjuk untuk menggantikan Syaikh Muhammad ‘Izi sebagai guru dalam ilmu tarekat. Setelah resmi mendapat tugas yang mulia ini beliau bersumpah tepatnya pada tanggal 1 Rabu’ul Awwal 1407 H di Jakarta yang intinya adalah bahwa beliau siap menjalankan dan menyampaikan kewajiban tarekat atas wasiat Syaikh Muhammad ‘Izi.

Perkembangan tarekat pada masa ini sangat pesat, mulai dari remaja hingga dewasa mereka bergabung dalam satu tarekat yaitu Naqthujamin, pengikut tarekat ini tersebar luas di daerah pinggiran kota Jakarta seperti Sukapura (Jakarta Utara), kampung Baru (Jakarta Timur) Tambun (Bekasi), Rawa Bebek, Cipinang Muara, Rawa Mangun, Rawa Sari dan Pulogadung. Perkembangan tarekat Naqthujamin diawali dengan bergabungnya murid-murid Syaikh Muhammad Izi kedalam Naqthujamin atas perintah mursyid mereka.

(39)

kehidupan, dan ajaran-ajaran Naqthujamin yang menarik perhatian seperti riyadhah dan ratib-ratib yang dilaksanakan dan telah ditentukan waktunya.

Namun pesatnya perkembangan ini tidak diikuti oleh kualitas pengetahuan mereka tentang ilmu tarekat dan tidak disertai oleh perubahan akhlak ke arah yang lebih baik, keterbelakangan pengetahuan mereka ini disebabkan oleh minimnya ilmu yang mereka miliki sebagai pengantar ilmu tarekat seperti ilmu Fiqih, Tauhid, tasawwuf yang ketiganya itu bersifat fardu ‘ain.41

Ada perbedaan syarat untuk memasuki ilmu tarekat antara masa Syaikh Muhammad ‘Izi dengan Syaikh Ma‘mur Suhartawidjaya. pada masa Syaikh Muhammad ‘Izi syarat untuk memasuki ilmu tarekat selain syarat umum yang harus di penuhi yaitu (mengetahui ilmu Fiqih, Tauhid, tasawwuf yang ketiganya itu bersifat fardu‘ain. Kemudian beritikad benar (niat dan tujuan yang baik), taqwa (rela menerima dan menjalankan tugas agama ), taslim dan rabithah terhadap guru), kemudian beliau menambahkan bahwa jika seorang ingin memasuki tarekat maka orang yang bersangkutan harus paham dengan benar tentang syariat, berusia empat puluh tahun. Hal ini merujuk kepada umur nabi Muhammad SAW yang diangkat menjadi rasul pada saat beliau berusia empat puluh tahun,

41

(40)

mengikuti ratib thâhâ yaitu setiap tanggal 14 selama satu tahun tidak boleh putus, bai’at kemudian ijazah.42

Sementara pada masa Syaikh Ma‘mur Suhartawidjaya ini, syaratnya dipermudah dengan kata lain diberikan rukhshah untuk memasuki tarekat ini selain syarat utama, bagi beliau umur tidak lagi diperhitungkan, bersyariat tidak perlu mahir dan yang terpenting adalah taslim.

C. Ajaran-ajaran Tarekat Naqthujamin

1. Tauhid

Bagi seorang awam, tauhid barangkali hanya merupakan penegasan yang membedakan dirinya sebagai seorang mukmin dengan seorang kafir atau musyrik (orang yang menduakan Tuhan). Akan tetapi, lebih dari itu bagi seorang sufi, tauhid merupakan pintu yang terbuka untuk memahami dan masuk dalam realitas yang hakiki, yaitu al Haq Allah Swt. Para sufi tampak hati-hati dalam menafsirkan kata tauhid, yang secara etimologis berasal dari bahasa Arab, wahhada yuwahhidu tauhîd yang berarti “mengesakan”. Mereka menegaskan bahwa arti mengesakan dalam konteks Tuhan adalah mengaitkan sifat Esa dengan Tuhan, bukan menjadikan Tuhan Esa.43

42

Wawancara dengan H. ‘Umar Kaswara (salah satu putra Syeikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya ) pada hari Kamis, tanggal 4 Januari 2007.

43

(41)

Menurut Abdurra’uf Singkel44 bahwa tauhid adalah tindakan mengaitkan,--- seperti mengaitkan sesuatu dengan kebenaran atau mengaitkan sesuatu dengan kebohongan --- bukan menjadikan…” masih menurut beliau jika kita mengatakan wahhadtu Allâha ( aku mengesakan Allah) maka yang dimaksud adalah nasabtuhu ilâ al wahdâniyyah ( aku mengaitkan Allah dengan sifat Esa) kemudian beliau memandang bahwa hal tersebut perlu ditegaskan, karena sifat Esa bagi Allah adalah sesuatu yang telah melekat pada zat-Nya sendiri, bukan karena diberikan oleh pihak lain. Dalam dunia tasawwuf tauhid selalu menjadi bekal pertama yang ditanamkan oleh seorang mursyid kepada para murîdnya sebelum para murîd tersebut menjalankan amalan-amalan tarekat.

Bagi Abdurra’uf Singkel ada empat tingkatan tauhid yaitu tauhid ulūhiyyah (mengesakan ketuhanan Allah), tauhid af‘al (mengesakan

perbuatan Allah), dan tauhid zât (Mengesakan zat Allah).45

Adapun ajaran tauhid Tarekat Naqthujamin ini merujuk kepada tauhid Satariyyah46 yaitu dengan konsep ﻰ ﺮ ﻰ رﺖ ﺮ Firman Allah Swt,” Hidup

44

Abdurra’uf Singkel adalah seorang tokoh utama dalam tarekat Syattâriyyah di Aceh dan menganut konsep wahdatul wujud. Lihat: Oman Fathurahman, Tanbih al Masyi: Menyoal Wahdatul Wujud Kasus Abdurra’uf Singkel Di Aceh Abad 17, h. 30.

45

Oman Fathurahman ,Tanbih al Masyi: Menyoal Wahdatul Wujud Kasus Abdurra’uf Singkel Di Aceh Abad 17, h. 34.

46

(42)

kita (Insan) ini adalah mempunyai rasa, zat yang besar meliputi sifat ini. Rupa Manusia mempunyai warana zat yang baik sesungguhnya manusia disebut zat yang kuasa terlihat dari af‘al manusia, tingkah laku manusia, terbukti zat yang sempurna karena keadaannya zat itu mengadakan sifat, sifat itu mengadakan af‘al, maksudnya af‘al itu kejadian adanya zat, zat dapat mengadakan sifat seperti madu dengan rasanya tentu tidak dapat berpisah. Sifat dengan asmanya diumpamakan seperti matahari dengan sinarnya sudah tentu tidak dapat terpisah.47

Ada tiga pokok ajaran tauhid yang akan dibahas dibawah ini yaitu tentang zat, sifat, af‘al.

Asmâ’ yaitu menjadi tandanya af‘al diumpamakan seperti orang

berkaca (bercermin) jadi yang mengaca dengan bayangannya tentu dapat berpisah, tingkah laku orang mengaca itu bayangannya ada menurut saja.48

Af‘al yaitu keadaan zat diumpamakan lautan dengan gelombang, jadi gelombang menurut adanya laut.49

Zat yang sejati yaitu berada pada tajallinya Muhammad, sementara Muhammad yaitu cahaya yang meliputi jasad.

47

Syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya,Tauhid as Sattariyyah: ‘Araftu Rabbi bi Rabbi

(Jakarta: Majlis Naqthujamin, 1969), hal. 2.

48

Syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya,Tauhid as Sattariyyah: ‘Araftu Rabbi bi Rabbi, hal. 3.

49

(43)

Hidup manusia yaitu hidup sendiri tidak ada yang menghidupkan , maka manusia mempunayi kuasa melihat, mendengar, berkata, berbau, merasakan semua rasa. Itu semuanya adalah zat manusia, Maksudnya zat Tuhan itu apabila memeriksa pakai mata kami (melihat), mendengar pakai telinga kami, membau pakai hidung kami, berkataTuhan pakai ucapan kami, Tuhan merasakan semuaanya rasa itu pakai rasa kami jadi jangan syak bahwa dzarrah Tuhan itu zahir dan batin Tuhan bertempat ada didalam hidup kami, diumpamakan manusia ada lebih tua dari sifatnya Tuhan karena jadinya zat itu qadim azali, abadi, artinya lebih dahulu ketika alam ini masih kosong selama keadaan kami.50 Sifat itu qudus alam maksudnya baru, huduts alam maksudnya baru adanya di dunia tetapi sama kuatnya tetap dan

menetapkan maka kesimpulannya yaitu bahwa zat itu bertempat didalam sifat begitupun sebaliknya.

Adapun Tuhan yang sering diucapkan oleh pengikut Syattâriyyah antara lain: sifat ‘alimu, qadirun, sami‘un, dan sifat bashirun. Masih menurut tarekat ini bahwa manusia dapat melihat Tuhan di dunia dan untuk ,melihat Tuhan manusia dapat mempergunakan alat yang dimilikinya yaitu dengan rasa. Rasa merupakan bagian manusia yang paling dalam sedangkan

50

(44)

lapisan rasa atau yang membungkus rasa tersebut adalah ruh, hati, dan jasmani (raga).51

Nur Muhammad dalam tasawuf merupakan makhluk yang pertama

sekali diciptakan oleh Allah swt dan setelah itu baru diciptakan alam yang lainnya. Nur Muhammad sering juga disebut dengan Hakekat Muhammad atau Ruh Muhammad dan untk pertama kalinya konsep Nur Muhammad dibawa oleh sufi al Hallaj.52 Bagi al Hallaj, nabi Muhammad saw memiliki dua hakikat yaitu qadimah dan haditsah. Hakikat qadimah merupakan Nur al azali yang telah ada sebelum terjadinya alam semesta, hakikat inilah yang

menjadi sumber ilmu dan ‘irfan serta sebagai titik tolak munculnya semua para nabi dan para ‘auliya’ Allah sedangkan hakikat haditsah adalah eksistensinya sebagai ibnu Abdullah yang menjadi Nabi dan Rasul, hakekat ini terbatas dengan ruang dan waktu meskipun munculnya berasal dari al Nur al Azali al qadim.53

Nur Muhammad menurut Syaikh Yusuf an Nabhani yaitu, makhluk

pertama yang diciptakan Allah dan beredar sedemikian rupa sesuai dengan kehendak Allah.54

51

Drs. Darno, Studi Kasus Tarekat Syathariyah Di Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung Propinsi Jawa Timur .(Semarang: Balai Penelitian Aliran Kerohanian / Keagamaan Semarang, 1995), hal. 22.

52

Prof. Dr. H. Sahabuddin, Nur Muhammad: Pintu menuju Allah, Telaah Sufistik atas Pemikiran Syekh Yusuf al-Nabhani ( Jakarta:,Logos Wacana Ilmu, 2002), hal. 36.

53

Prof. Dr. H. Sahabuddin, Nur Muhammad: Pintu menuju Allah, Telaah Sufistik atas Pemikiran Syekh Yusuf al-Nabhani, hal. 38.

54

(45)

Menurut Syaikh Ma’mur, Nur Muhammad yaitu cahaya yang dipuji dan didalam haditsnya diriwayatkan warnanya seperti burung merak yang ada didalam benda yang putih dan betempat di syajarah al yakin, itulah hakekatnya cahaya yang mengaku. Tajalli yang ada didalam Nuqath Ghaib guna sifatnya nama yang terjadi dalam alam wahdah.55

2. Dzikir

Adapun Dzikir yang diajarkan dalam tarekat ini diambil dari lima ajaran tarekat dzikir yang merupakan dzikir tingkat dasar yaitu:

a. Dzikir Ismâ’ lidzâti tujuh lathaif adalah ciri khas dari tarekat Naqsabandiyyah yaitu: (Lathifa al- Qalbi, Ruh, Sirr, Khafi,56

Khafi,57 Nafsi an-Nathiqah, Kull al- Jasad). Bacaan dzikirnya yaitu

lafaz ﷲا sebanyak 1000 kali sampai 5000 kali atau lebih.

b. Nafi Isbat-dzikir malam, dzikir sebanyak 1000 kali dengan kalimat ﷲ ﻻاﻪ اﻻ .

c. Dzikir nafas adalah ciri khas dari Tarekat Anfasiyyah, adapun kalimat zikirnya yaitu Huwa dan Allah maksudnya kata Huwa (baca : Hu) diucapkan ketika nafas dimasukkan, kemudian kata Allah diucapkan ketika nafas dikeluarkan. jumlah dzikir tidak terbatas.

55

Syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya,Tauhid as Sattariyyah: ‘Araftu Rabbi bi Rabbi,

hal. 5.

56

Ditempatkan diatas dada kanan, kira-kira dua jari ke arah dada.

57

(46)

d. Dzikir harian atau Wirid al-Ayyam dzikir diambil dari Tarekat Junaid al- Baghdadiyyah. Dimulai dari hari Minggu sampai dengan

hari Sabtu:

Hari minggu membaca (ﷲانﺎ ﺳ ) sebanyak 4000 kali Hari Senin membaca (ﷲﺪ ا ) sebanyak 4000 kali Hari Selasa membaca (ﷲﻻاﻪ اﻻ) sebanyak 4000 kali

Hari Rabu membaca ﺮ آاﷲا sebanyak 4000 kali

Hari Kamis membaca (ﷲاﺎ ﻻاةﻮ ﻻولﻮ ﻻ) sebanyak 4000 kali Hari Jum’at membaca (تاﻮ ﺻ) sebanyak 4000 kali

Hari Sabtu membaca (ﺮ ﻐﺘﺳا ) sebanyak 4000 kali

e. Zikir Asmá al- Husnah merupakan zikir yang diajarkan oleh tarekat Samaniyyah, adapun jumlah zikir yang dianjurkan yaitu sesuai dengan hitungan nama bagi orang yang berdzikir (Mudzakir) dan kalimat dzikirnya yaitu Asmâ’ al-Husnah yang jumlahnya 99.

3. Pengobatan

(47)

terhadap perintah Allah yang sudah ditetapkan dan sudah jelas hukumnya yaitu berupa amalan-amalan syariat seperti sholat, puasa, Thaharah, wirid dan banyak kifarat disesuaikan kepada jenis penyakit dan kelalaian orang tersebut.58

Selain menggunakan tumbuhan-tumbuhann sebagai obat, metode yang digunakan untuk mengobati pasien juga dilakukan dengan metode dzikir,yaitu dengan melakukan dzikir lathifah al Qalbi, hikmah dari zikir ini yaitu dapat mengobati penyakit jantung, paru-paru, hati kasar, limpah, empedu, bawah pinggang, punggung, otak, saraf, darah tiggi/rendah,sakit pada daging, tulang. Caranya hubungkanlah antara sakit yang diderita seseorang dengan beberapa lathifah-lathifah yang ada hubungannya.59

Penyakit demam panas dingin, darah panas, demam berdarah, berludah darah, pecah otak (pendarahan kepala), tekanan darah,jantung, sakit leher, bisul nanah, dan penyakit bernanah dan berulat yang disebarkan oleh burung Elang berasal dari bangkai-bangkai dan jenis hama tanaman-tanaman yang berasal dari ulat. Penyakit gila, hilang ingatan, dan mabuk diantaranya dari gangguan jin yaitu yang suka berguru membual di jalan-jalan raya dan jalan-jalan persinggahan. Ciri-ciri mereka yaitu berbau seperti bunga menyerupai bau kurma busuk dan obat untuk melawan penyakit tersebut

58

Wawancara dengan H. ‘Umar Kaswara (salah satu putra syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya ) pada hari Kamis, tanggal 4 Januari 2007.

59

(48)

adalah dengan banyak puji pada Allah , dam/kifarat, dan ‘azimat dengan tulisan tinta umum sementara itu ramuan yang digunakan yaitu jaddâm (ramuan pahit), rumput laut (agar-agar), rumput kejutan (putri malu), jenis bunga-bunga merah putih dan sari daging burung merpati. Adapun kifaratnya yaitu berkurban kibas/kambing muda berumur kurang dari satu tahun atau sekurang-kurangnya burung Merpati.60

4. Sosial

Sebagaimana manusia pada umumnya, selain menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, manusia juga dituntut untuk selalu hidup bermasyarakat dan tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan, seperti seorang suami berkewajiban memberikan nafkah kepada keluarganya dan seorang pemimpin berkewajiban melindungi rakyatnya.

Kewajiban berusaha bagi seorang hamba untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tentunya mempunyai batasan yaitu tidak boleh bergantung pada usaha itu karena dikhawatirkan akan berkurangnya pengharapan terhadap rahmat Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan atau dosa.61 Secara zahir syariat menyuruh manusia berusaha, maka dari itu selain mengajarkan manusia untuk selalu dekat kepada Allah. Tarekat ini mengajarkan kepada para pengikutnya agar dapat hidup mandiri dan tidak terperangkap dalam

60

Syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya, Asrār Syarî’at fî Haqîqat al Islâmi: al Insânu biNafsihî., hal. 3.

61

(49)

mengartikan kata “zuhud” dalam artian bahwa hidup bertarekat bukan berati manusia harus meninggalkan kehidupan dunia seutuhnya dan bukan harus bermalas-malasan dalam berusaha dengan dalih setiap manusia mempunyai rizki masing-masing dan sudah ditetapkan tanpa harus bekerja keras dan berusaha dengan maksimal. Oleh karena itu sebagai wujud dari pembentukan generasi yang selalu mendekatkan diri kepada Allah dan membentuk manusia yang senantiasa bekerja keras bagi dunia dan ukhrawinya maka tarekat ini membekali pengikutnya dengan pelatihan-pelatihan kewirausahaan agar menjadi masyarakat yang tangguh serta mandiri, seperti koperasi, pertambangan, peternakan, perkebunan dan pengobatan.62

62

(50)

BAB III

PENGARUH AJARANNYA TERHADAP MASYARAKAT DI SUKAPURA

A. Demografi Masyarakat Sukapura

Kelurahan Sukapura adalah kelurahan dari hasil penggabungan wilayah Bekasi Propinsi Jawa Barat ke dalam wilayah Jakarta, dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 151 Tahun 1975 tentang penggabungan, daerah otonom penghapusan dan perubahan-perubahan wilayah. Kemudian kelurahan Sukapura sesuai keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1521 tahun 1986 tentang pemecahan, penyatuan dan penetapan luas DKI Jakarta maka kelurahan Sukapura dipecah menjadi dua kelurahan yaitu kelurahan Sukapura Cilincing dan kelurahan Rorotan kecamatan Cilincing Kotamadya Jakarta Utara Propinsi DKI Jakarta.63

Luas kelurahan Sukapura kecamatan Cilincing kota madya Jakarta Utara setelah pemecahan adalah 561,4ha yang terdiri dari perumahan, perusahaan, perindustrian dan sarana umum.

Batas-batas wilayah Sukapura sebagai berikut :

Utara : batas dengan kelurahan Semper Barat Jakarta Utara Timur : batas dengan kelurahan Rorotan Jakarta Utara Selatan : batas dengan kelurahan CakungBarat Jakarta Utara Barat : batas dengan kelurahan Pegangsaan Jakarta Utara

63

(51)

Jumlah penduduk kelurahan sukapura pada akhir bulan Oktober 2006 sebanyak 26.623 jiwa, terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 13.594 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 13.076 jiwa. Kemudian jumlah Kepala Keluarga (KK) pada bulan oktober sebanyak 6.961 KK terdiri dari jumlah kepala keluarga laki-laki 6.366 KK dan jumlah keluarga perempuan sebanyak 595 KK.64

a. Jumlah penduduk berdasarkan jenis pendidikan.

No Jenis Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah

- - Laki-laki Perempuan -

(52)

Buruh Tani

B. Pengaruh Ajaran Tarekat Naqthujamin Ditinjau dari segi Keagamaan

Dalam bidang keagamaan pengaruh ajaran tarekat ini sangat berarti bagi masyarakat Sukapura, mereka tidak hanya melakukan ibadah lahir yang telah ditetapkan oleh syariat namun mereka juga dapat melakukan ibadah batin yaitu dengan megamalkan ajaran-ajaran tarekat.

Perkembangan Tarekat Naqthujamin untuk masyarakat Sukapura sangat pesat dan mereka antusias sekali dalam menerima ajaran ini. Hal ini terlihat dari padatnya jadwal kegiatan Tarekat Naqthujamin seperti riyadhah,65 ratib-ratib,66 yang telah ditentukan waktunya, rabitha kubur,67tajdid an nikah,68 dan amalan lainnya. Adapun kegiatan ini bertempat di Majlis Naqthujamin Cipinang Muara, namun untuk kegiatan

65

Riyadhah adalah (latihan spritual). Dalam tasawuf: latihan kerohanian dengan menjalankan ibadah dan menundukan keinginan nafsu syahwat. (Abdul aziz Dahlan, dkk, ed., Ensikloprdi Islam), hal .254.

66

Ratib adalah suatu bentuk dzikir yang disusun seorang guru tarekat atau seorang ulama untuk dibaca pada waktu-waktu tertentu oleh seorang atau beberapa orang dalam suatu jamaah sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh penyusunnya.

67

Rabithah Kubur disebut juga dzikir al maut (mengingati maut) yakni menjalankan perintah:

اﻮ ﻮﲤ نا اﻮ ﻮ

)

ﺚ ﺪ

( artinya rasailah mati sebelum kalian mati. (Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya, Al Basyar wal Bahâr: Manusia dan Keelokannya,hal 136).

68

(53)

riyadhah dan ratib terkadang dilaksanakan secara berjama‘ah dan bertempat di

masjid al Mubarak Sukapura. Selain itu kegiatan tersebut, biasanya setiap taklim-taklim yang diajarkan berisi tentang ajaran tarekat (cara beramal), ini terlihat pada pengajian kaum ibu yang membaca shalawat serta syair-syair sufi sebelum pengajian dimulai serta mempunyai wirid yang sudah diijazah oleh guru mereka. Pengaruh yang masih terlihat dari ajaran tarekat ini yaitu masih aktifnya kegiatan membaca shalawat hingga saat ini yang dilakukan oleh kelompok ibu-ibu yang mendapat bimbingan tarekat dari H. Muhammad Zaini Maliki (Alm).

C. Pengaruh Ajaran Tarekat Naqthujamin Ditinjau dari Segi Ekonomi

Bagi masyarakat sukapura yang rata-rata perekonomian mereka tergolong menengah dan kebawah ajaran tarekat ini tidak begitu berpengaruh bagi mereka, hanya saja mereka meyakini tentang manfaat ratib kasib69 yang menurut mereka mampu melancarkan usaha mereka yang sedang maupun yang baru merintis. Pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang diajarkan tidak diterapkan secara terus menerus pada pengikut tarekat ini mereka menerapkan hanya pada tahap mencoba hingga akhirnya perekonomian pengikut ini untuk wilayah Sukapura hanya jalan di tempat karena bagi mereka berusaha dalam pengertian mencari rizki lebih mengharapkan keberkahan dari usaha tersebut tidak memperhitungkan untung dan rugi.

69

(54)

Jika ditinjau dari segi perekonomian pengaruh tarekat tidak terlalu signifikan hal ini karena dilatar belakangi oleh tingkat pendidikan pengikut ini yang hanya mengenyam sekolah agama, maka dari itu umumnya para pengikut tarekat ini berwiraswasta dan buruh pabrik, padahal tarekat ini sering sekali membekali jamaahnya dengan kegiatan-kegiatan kewirausahaan dan biasanya seperti:

1. Bidang perikanan kegiatan ini bertempat di majlis Taklim Naqthujamin , mereka membuat kolam ikan dengan ukuran besar sebanyak dua buah dan ada salah satu dari pengikut Naqthujamin (H. Wahid) yang mempunyai tambak ikan di daerah laut Marunda

2. Bidang peternakan, kegiatan ini berpusat di daerah Sukapura Poncol,

3. Bidang pertambangan, tempat kegiatan ini selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk dari Syaikh ini.

4. Bidang koperasi berpusat di majlis Naqthujamin dengan metode simpan pinjam.

Kegiatan ini di maksudkan untuk membekali jama‘ah agar menjadi insan yang taqwah seta mandiri.70

D.Pengaruh Ajaran Tarekat Naqthujamin Ditinjau Dari Segi Sosial

Sebagaimana telah di gambarkan pada bab sebelumnya tentang ajaran ini di bidang sosial tarekat ini membekali pengikutnya dengan pelatihan-pelatihan kewirausahaan agar menjadi insan yang taat dan mandiri, dampak yang ditimbulkan

70

(55)

dari kegiatan tersebut mampu mempersatukan dan mempersaudarakan sesama pengikutnya hingga menjadi satu keluarga yaitu keluarga besar Tarekat Naqthujamin.

Pengetahuan tentang pengobatan yang mereka miliki menjadi satu hal yang dapat diperhitungkan dalam bersosialisai dengan masyarakat yang berada disekitar mereka, dan salah satu cara memperkenalkan Tarekat Naqthujamin. Diantara pengikut ini ada yang menjadi thabib dan mampu mengobati penyakit lahir maupun batin dan ini merupakan suatu bentuk pengabdian mereka tehadap masyarakat atau dikenal dengan hubungan horizontal. Adapun pengikut Naqhtujamin yang yang dapat mengobati penyakit atau thabib untuk daerah Sukapura berjumlah tiga orang yaitu Ust. H. Hasbullah Zaini, Ust. Sa‘ada dan ibu Maryani, biasanya cara yang mereka pakai untuk mengobati pasien yaitu dengan cara memberikan air putih yang sudah dibacakan doa.71

71

(56)

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari skripsi ini yaitu bahwa ajaran Tarekat Naqthujamin bukanlah sebuah ajaran tarekat baru atau cabang dari dari tarekat lain. Tarekat Naqthujamin adalah sebuah nama tarekat yang diambil dari huruf nama surat yang

terdapat dalam al Qur’an sementara ajaran dan pengamalan tarekat ini merujuk kepada lima tarekat induk yang ada di dunia yaitu Tarekat Naqsabandiyyah, Qadiriyah, Anfasiyah, Junaid al Baghdadiyyah, dan Mawafaqah aw il Ma‘iyyah

atau Samaniyyah atau Muhammadiyyah . Pengaruh ajaran Tarekat Naqthujamin

(57)

B. Saran-Saran

1. Saran penulis terhadap tarekat ini yaitu perlu adanya dokumentasi yang sistematis, sebelum ada tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab yang mendahului mendokumentasikan sejarah keberadaan tarekat Naqthujamin di Jakarta.

2. Sebaiknya diadakan taklim yang membahas tentang ajaran tarekat khususnya Tarekat Naqthujamin agar pengikut ini tidak menjadi taqlid buta dan terjerumus kedalam pemahaman yang salah.

3. Perlu diadakan Pembenahan struktur kepemimpinan Majlis Taklim Naqthujamin agar kegiatan tarekat berjalan dengan sistematis.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Zainal A., Ilmu Tasawwuf, Medan: FA. Madju,1996. Anwar Hamdani., Sufi al-Junayd, Jakarta: Fikahati Aneska1995.

Buchori,Ibrahim, Sejarah Masuknya Islam dan Proses Islamisasi di Indonesia, Jakarta: Publicia, 1971.

Darno., Studi Kasus Tarekat Syathariyah Di Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung Propinsi Jawa Timur, Semarang: Balai Penelitian Aliran Kerohanian / Keagamaan Semarang. 1995.

Fathurahman Oman,Tanbih al Masyi: Menyoal Wahdatul Wujud Kasus Abdurra’uf Singkel Di Aceh Abad 17, Bandung: Mizan, 1999.

Hadiwijono, Harun, Kebatinan Islam Abad XVI, Jakarta: BPK Gunung Mulia,tt. Hamka, Tasawwuf Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta: Yayasan Nurul Islam,

1978.

Hawwa, Said, Jalan Ruhani : Bimbingan Tasawuf Untuk Aktifis Islam, Bandung, 2001.

Iskandar,T., Bustanus Salathin, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, 1996.

Laporan Bulanan hasil kegiatan Pembinaan Kelurahan di DKI Jakarta,Oktober 2006. Majlis Naqthujamin, Mengenang Perjalanan Syechuna Syech Ma’mur : Dalam

tarekat Naqthujamin di Babad Jawa, Jakarta, tt.

Ma’mur, Syeikh, Al Basyaru wal Bahāru: Manusia dan keelokannya, Jakarta: Majlis Naqthujamin,1984.

---. Buku Ratib, Jakarta, tt

---Al Insānu bi Nafsihī: Manusia Dengan Dirinya, Jakarta: Majlis Naqthujamin,1981.

(59)

---Sisikah Tarekat Naqthujamin, Jakarta. tt. ---Tashawwuf, Jakarta: Majlis Naqthujamin,1981.

---Tauhid as Satariyyahi, Jakarta: Majlis Nqthujamin,1969.

Mulyati, Sri, et.al, Mengenang dan Memahami:Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2001.

Nasution, Harun, Falsafah dan Mistisime dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Institut Islam Negeri Sumatra Utara,

Pengantar Ilmu Tasawwuf, Medan: Naspar Djaja, 1981.

Said, H. A. Fuad, Hakikat Tharikat Naqsabandiyah, Jakarta: Al Husna Zikra, 1992. Sahabuddin, H, Prof, Dr., Nur Muhammad: Pintu menuju Allah, Telaah Sufistik atas Pemikiran Syekh Yusuf al-Nabhani, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002.

Wawancara Dengan H. Atsar Kaswaro (salah satu putra Syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya ) pada hari Kamis, tanggal 4 Januari 2007.

(60)

Gambar

Gambaran Tarekat Naqthujamin, yang membahas tentang Pengertian

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel di atas, diketahui bahwa F-hitung 56,186 dan kemudian nilai signifikansi (sig. 0,000) jika dibandingkan antara nilai signifikansi (sig) dengan nilai alpha (α = 0,05),

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi terutama kepada Allah SWT

Aliran fisik yang terjadi di jaringan rantai pasok penghasil produk Susu Bendera adalah aliran bahan baku dari supplier ke PT FI dan PT FVI dan aliran produk jadi dari PT Tesori

[r]

Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa informasi akuntansi adalah data-data ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi/entitas, yang sudah diolah menjadi suatu bentuk

0HQJLQWHJUDVLNDQ+$0 GDODP.HELMDNDQGDQ 3UDNWLN3HQJHORODDQ 6XPEHU'D\D$ODP.DVXV

Bertolak dari realita yang demikian dan fakta yang membuktikan bahwa para pelaku bermasalah dalam kasus korupsi khususnya pelaku yang sejak awal telah memiliki

Di dalam analisis ekonomi dilihat besarnya penerimaan yang diperoleh, keuntungan atau pendapatan bersih yaitu setelah didapat penerimaan dari usaha tani kulit manis maka