• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Terhadap Akhlak Santri di Pondok Pesantren Suryalaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Terhadap Akhlak Santri di Pondok Pesantren Suryalaya"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

NAQSABANDIYAH TERHADAP AKHLAK SANTRI DI PONDOK

PESANTREN SURYALAYA TASIKMALAYA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Aisyah

106011000064

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMAISLAM

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

.

__

- - - - j

(2)

Saya yang bertandatangan di bawah ini: DHedn.

dad

Nama

NIM

: Aisyah

: 1060 II 000064

• ' . " • • 0 • • •" " • • • • • • • • • • '• • , . , • • . , • • • • • • • • • • •

:\?

ZsgGセ|セセZセGHセ|セ

..

..

'w.

bh I,. : No|N||セHIN|セZ|G_セセNNNN .

Fakultas/Jurusan

Judul skripsi

: Fakultas lImu Tarbiyah dan Keguruan / PAl

: Pengaruh Amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah terhadap Akhlak Santri di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya

Dengan ini menyatakan bahwa:

I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya dengan sebenar-benarnya untuk diajukan kepada Fakutas IImu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S.Pd.I) di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya.maka saya pun bersedia menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(3)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Aisyah

106011000064

OJ

Bawah Bimbingan

Dr. H. Akhmad Sodiq M.Ag

19710709.199803.1.001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

Skripsi yang berjudul "PENGARUH AMALAN TAREKAT QADIRIYAH

WA NAQSABANDIYAH TERHADAP AKHLAK SANTRI DI PONDOK

PESANTREN SURYALAYA TASIKMALAYA" di1Uukan kepada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan telah dinyatakan lulus dalam ujian sidang munaqasah pada tanggal 09 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar

.

.

Sarjana Program Strata Satu (S 1) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 15 Desembel' 20 I 0

Panitia sidang munaqasah:

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAl)

Bahrissalim, M.Ag

NIP: 19680307.199803.1.002

Sekretaris (PAl)

Drs. Sapiuddin Siddiq, M.Ag

NIP: 19670328.200003.1.00 I

Penguji I

Dr. Khalimi M.A

NIP: 196505015.199403.1.006

Tanggal TandaTangan

PengujiII

Drs. Sapiuddin Siddiq, M.Ag

NIP: 19670328.200003.1.001

Mengetahui:

Dekan Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan

(5)

Tarekat adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan untuk sampai kepada Allah. Sebelum seseorang menjalankan amalan tarekat harus melaksanakan talqin atau bai'at, kemudian menjalankan amalan-amalan yang berada dalam tarekat tersebut. Amalan dalam Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yaitu zikir, khataman, manaqiban dan riyadhah yang tujuannya adalah mengislahkan did sendiri terutama dalam aspek akhIak aZ-karimah, tazkiyah aZ-naft, taqarub,

muraqabbah, mahabbah Zillahdanma'rifatillah.

Akhlak jauh lebih penting daripada pandai menghafal dalil-dalil dan hukum-hukum agama yang tidak diresapkan dan dihayati dalam hidup. Pembinaan jiwa merupakan tumpuan perhatian pertama dalam misi Islam untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia. Islam mengarahkan bahwa pembinaan jiwa haruslah didahulukan dari pembinaan aspek-aspek lain. Karena dari jiwa yang baik akan lahir perbuatan baik yang pada gilirannya akan membuahkan kebaikan dan kebahagian pada seluruh kehidupan manusia lahir batin.

Penelitian ini mengunakan metode "deskriptif analisis", sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yaitu untuk mencari hubungan antara kedua variabel. Sedangkan teknik pengumpulan datanya yaitu dengan cara menyebar angket yang berisi sejumlah pertanyaan tentang pengaruh amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah terhadap akhlak santri di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Angket dibagikan kepada santri Pondok Pesantren Suryalaya kelas XII, jawaban angket tersebut dihitung dengan rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Selain itu,peneliti memperoleh data penunjang lainnya melalui wawancara kepada pembina asrama dan salah seorang santri Pondok Pesantren Suryalaya. Setelah diperoleh hasil angket tentang pengaruh amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah terhadap akhlak santri Pondok Pesantren Suryalaya, lalu penulis rnenghitungkedua variabel tersebut dengan mengunakan rum us product moment. Hal ini untuk mengetahui tingkat korelasi kedua variabel tersebllt.

(6)

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Teriring pula shalawat serta salam kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh manusia, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam di urN SyarifHidayatullah Jakarta.

Penulis sadari, bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini sudah tentu penulis banyak mengalami .kesulitan. Hal ini karena keterbatasan dan kemampuan yang belum sempurna. Namun, berkat adanya bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh j(arena itu, sudah sepantasnyalah penulis dalam kesampatan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga terselesainya skripsi ini. Maka dengan ketulusan hati yang paling dalam penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

I. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Seketaris Jurllsan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H A Shodiq M.Ag dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, terima kasih yang telah meluangkan waktllnya kepada penulis untuk memberikan petunjuk dan pengarahan dengan penllh kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis selesai dalam menYllslln skripsi ini.

(7)

mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.

6. KH. A. Shohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom) sebagai guru mursyid penulis dan Pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya. Marsekal Muda Mahpudin Taka sebagai ketua Yayasan Serba Bakti Suryalaya dan para pengurus Yayasan Serba Bakti Suryalaya yang memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya, berkat bantuan dan kerjasama mereka akhirnya skripsi ini selesai dengan baik. Semoga Allah Merahmati mereka semua.

7. Amamater yang penulis banggakan MAK Serba Bakti Suryalaya dan para sahabat seperjuangan dalam menuntut ilmu dan dalam pembinaan Akhlak Dessy Fitria Leni, Eka Utami, Tine, Tini, Sopi Sopiah, Lely Fathul Husnah, Kamaluddin Koswara, Juanda Selamet, Maulana Al-mubarok, Cuhya, Hendi. 8. KH. Taufiqul Hakim dan Ibu Nyai pemimpin Pondok Pesantren Darul Fallah

Jepara, serta para ustadz dan ustadzah yang telah memberikan iltnu kepada penulis khususnya mengenai pembacaan kitab kuning. Dan KH Maksum Hasan Pemimpin Pondok Pesantren Miftahul Huda Utsmaniyah Ciamis serta Ustadz dan ustadzahnya yang telah memberikan pelajaran khusus mengenai Ilmu Fiqih kepada Penulis. Semoga Allah Merahmati mereka semua.

9. Guru-guru yang telah medidik penulis dan orang-orang yang telah memberikan pengaruh dalam kehidupan penulis yaitu KI-l Dudun (AIm), KH. Asrory (AIm), H. Ahdi Nuruddin (kepala sekolahMAK Serba Bakti Suryalaya), Ibu Sari, Ibu Sri, Ustadz Abdul Majid S.Pd.I, Ustadz Mun'im, Mamah Ati dan Mamah Otin (Pembina Asrama Pondok Pesantren Suryalaya), 10. Abuya H.M Sholeh dan Umy Hj. Yumnah yang tulus ikhlas mengorbankan

dan mencurahkan perhatiannya untuk mendidik, mengasuh serta memberikan motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

penulis tetap dalam ketaqwaan.

12. Saudara-saudaraku: Ali Al-Ridha dan istri Bunda Zalfah, Lukman, Asep Mahmud, Nur Shofa dan Abidah. Serta keluaraga besar K.H Ma'mun bin Abdul Raman, terima kasih atas segala do'a, semangat dan motivasi yang selalu diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

13. Teman-teman Mahasiswa PAl FITK angkatan 2006 kelas B yang selalu memberikan kenangan manis saat menjalani hari-hari kuliah yaitu Dahria, Dini Rahmawati, Ani Mayrani, Aminah Tuzuhriyah, Ade Putri, Siti Barirah, Syarifah, Dewi Priyandini, Abdul Aziz, Abdul Ghani Jamal, Abdul Rohim, Ahmad Sahroni, Ahmad Nasehuddin, Ahmad Fadillah, Alfian Haekal, Deden Rahman Budiman, Arief Mahmudi, Aji Paymi, Ade Darmawan, Andi Basyuni. Ansory.

14. Taman-teman seperjuangan dalam melaksanakan PPKT di MTs Nurussalam Pondok Pinang yaitu Rahmah Khairunnisa, Futoymah, Shorih, Andi Tanjung, Muhammad Ahyani.

15. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan konstribusinya dalam skripsi ini, yang tak penulis sebutkan satu persatu.

Akhimya hanya kepaada Allah SWT jualahpenulis menghambakan diri dan memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaatbagi kita semua, khusunya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Jika ada yangbenar dalam penulisan ini adalah semata-mata datangnyadari Allah dan apabila di dalamnya terdapat suatu kesalahan, maka itu dari kekhilafahan diri penulis sebagai hamba Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksucl clan tujuan penulis dapat tercapai sesuai dengan apa yang penulis harapkan dan cita-citakan. Amin.

Jakarta, 30 November 2010

Aisyah

(9)

DAFTAR lSI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR BAGAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah I

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

BAB II KAJIAN TEORl DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 9

A. Madel Pembinaan Akhlak dalam Tasawuf 9

I. Pengertian Akhlak 9

2. Dasar-dasar... II 3. Tujuan Akhlak... II

4. Macam-macam Akhlak 12

5. Aspek-Aspek yang mempengaruhi akhlak 16

B. Hubungan Akhlak dengan Tasawuf 21

C. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah 22

I.. Pengertian Tarekat... 22 2. Sejarah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah 24 3. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Pandak Pesantren

Suryalaya 30

4. Tujuan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah 31 5. Amalan-Amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di

Pandak Pesantren Suryalaya 33

a. Baiat atau Talqin 33

b. Zikir 35

c. Khataman 39

d. Manaqiban 40

(10)

D. Kerangka Berfikir 44

E.Hipotesa Peneitian 46

BAB III METODELOGI PENELITIAN... 47

A. Tempat dan Waktu Penelitian .. 47

B. Metode Penelitian... 47

C. Variabel Penellitian 48

D. Populasi dan Sampel... 50

E. Teknik Pengumpulan Data... 51

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN 56

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Suryalaya 56

I. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Suryalaya 56

2. Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren);uryalaya... 58

3. Lembaga Pendidikan di Pondok Pesantren Suryalaya 63

a. Pendidikan Formal Umum 63

b. Pendidikan FOlmal Keagamaan 66

c. Pendidikan Non Formal atau Pengajian Tradisional... 68

4. Fasilitas Pondok Pesantren Suryalaya... 70

5. Keberadaan Santri Pondok Pesatren Suryalaya... 73

B. Deskripsi Data 74

C. Analisa Data 92

D. Interprestasi Data... 94

BAB V PENUTUP 97

A. Kesimpulan 97

B. Saran 98

DAFTARPUSTAKA 99

LAMPIRAN-LAMPlRAN

(11)
[image:11.534.43.463.124.698.2]

Tabe! 3 Angka Indeks Korelasi... 54 Tabel 4 Susunan Bidang dan Personalia dalam Struktur Organisasi Yasyasan Serba

Bakti Pondok Pesantren Suryalaya 61

'fabe! 5 Jurusan dan Program Studi STIELM Suryalaya 65

Tabe! 6 Faku!tas dan Jurusan di IAILM 67

Tabe! 7 Santri Memahami Tata Cara zikir... 75 Tabel 8 Santi Mengetahui Tujuan Zikir... 75

Tabel 9 Santri Melaksanakan Zikir Jahar 76

Tabe! 10 Santri Melaksanakan Zikir Khafi... 76 Tabe!11 Santri Melaksanakan Khataman pada Hari Senin dan Kamis 77 Tabel 12 Santri Melaksankan khataman ba'da magrib 77 Tabe! 13 Santri Hafa! Bacaan Khataman... 78 Tabe! !4 Santri Melaksanakan Manaqiban... 78 Tabel 15 Santri Melaksanakan Manaqiban dengan Khidmat 79 Tabel 16 Santri Menyimak Penceramah dengan Baik 79 Tabe! 17 Santri Memahami Tujuan Manakiban... 80

Tabel 18 Santri Melaksankan Riyadhah 80

Tabel 19 Santri Melaksankan Riyadhah Terus Menerus... 81 Tabe! 20 Santri Melaksankan Riyadhah yang lainn 81

Tabel 21 Santri Memahami Tujuan Riyadhah 82

Tabe! 22 Santri Melaksanakan Shalat Fardu di Awal Waktu 82 Tabe! 23 Santri Melaksanakan Shalat-Shalat Sunah 83

Tabe! 24 Santri Melaksanakan Puasa Sunah 83

Tabel 25 Santri Bersyukur Ketika Mendapat Nikmat dari Allah... 84 Tabel 26 Santri Bersabar Ketika Mendapatkan Musibah 84 Tabel 27 Allah Maha Melihat, Maka Santri Berbuat BaiL... 85

(12)

Tabel 29 Santri Mengueapkan Terima Kasih Setelah ditolong Orang... 86 Tabel 30 Santri Meminta Maaf Setelah Melakukan Kesalahan... 86 Tabel 31 Santri Berbuat Baik kepada Orang yang Berbeda Agarna 87 Tabel 32 Santri Berprilaku Sopan kepada Ternan, Guru atau Orang Lain... 87 Tabel 33 Setelah Melaksanakan Shalat Santri Mendoakan Orang Tua... 88

Tabel 34 Santri Mernatuhi Perintah Orang Tua 88

Tabel 35 Santri Menepati Janji 89

Tabel 36 Santri Merasa Rendah Hati atau Tawadhu 89 Tabel 37 Perhitungan Untuk Meneari Data Variabel X dari Hasil Penyebaran

Angket 90

Tabel 38 Perhitungan Untuk Meneari Data Variabel X dari HasH Penyebaran

Angket 91

Tabel 39 HasH Perhitungan Variabel XY 93

[image:12.532.41.465.90.526.2]
(13)

Bagan 3 Struktur Organisasi Yayasan Serba Bakti Suryalaya... 59

Bagan 4 Struktur Pengajian Tradisional 69

(14)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak adalah suatu "keadaan" di dalam jiwa seseorang, yang menjadi sumber perbuatannya yang bersifat alternatif (baik atau buruk, bagus atau jelek) sesuai dengan pengaruh pendidikan yang diberikan kepadanya. Apabila jiwa ini dididik untuk mengutamakan kemulian dan kebenaran,

ュ・ョセゥョエ。ゥ kebajikan, menyu.kai kebaikan, dilatih untuk meneintai kebaikan

dan memiliki kejelekan, maka dengan mudah akan lahir darinya perbuatan-perbatan yang baik dan tidak sulit baginya untuk melakukan akhlak baik Sebaliknya, apabila jiwa itu diterlantarkan, tidak didik dengan semestinya sehingga ia meneintai keburukan dan membenei kebaikan, maka akan muneul darinnya perkataan-perkataan yang hina dan eaeat, yang disebut sebagai akhlak buruk

(15)

akhlaknya. Allah SWT sendiri memuji Rasul-Nya Muhammad SAW lantaran kebaikan akhlak beliau, Allah berfirman:

,r-. __ JJ ".-"",,':;

QfLSGセ _Ie GiセiセiG

セ、jセBMM ケセ

1-'

"Dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. "(QS. AI-Qalam:4)

Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, beliau bersabda:

-li;:.UI·

IS::.;.' -

'U

c.:.:

QI

セ セセ セN

.'

.

"Sesungguhnya aku diulus unluk menyempurnkan akhlak". (HR.

Bukhari).

Rasulullah SAW bersabda:

' . , iii __ J , , _ _ . . . _ _ ,

.-loIセIN[BNiN^MNオャ

J-P:W

I

J;'J.JI.! :JI.!

.u1.,iP)

セQセェZui

-I;i:fJ

J .. "" " i: jセNNNN J __0... 0

エZ_セ_ij セjiセ

.;if

セ[ZGi

(JWI

::t

j.QJf

YQセQ

J

\セ

::t

" ... ,.セ

"Dari Abu Darda' Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallal/aahu 'alaihi wa Sal/am bersabda: "Tidak ada sualu amal perbualan pun

dalam limbangan yang lebih baik daripada akhlak yang baik."

(Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi).

"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang

lerbaik akhlaknya". (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekal

(16)

"Dengan akhlak baikk, seorang hamba akan mencapai derajat (mulia)

dan kedudukan utama di akhirat, meskipun dia kurang ibadah". (HR

Thabrani dengan sanad Jayyid)'

Karena pentingnya akhlak maka salah satu tujuan pendidikan adalah menjadikan peserta didik memiIiId akhlak mulia, seperti tertulis dalam Undang-Undang Rl Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionai bahwa:

Pendidikan nasional berupaya mengempangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, beriImu, cakap, kratif; mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta beltanggung jawab.

Dalam kegiatan pendidikan, tujuan memiliki kedudukan yang amat penting. Apabiia di bandingkan di antara aneka komponen lain dalam peneyelenggaraan pendidikan, maka tujuan pendidikan inerupakan komponen yang sangat vital. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua komponen diadakan, seluruh kegiatan pendidikan diupayakan, semuanya semata-mata hanyalah tertuju kepada pencapaian tlyuan pendidikan. Oleh karenanya, semua hal dan semua kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang menyimpang dari pencapaian tujuan pendidikan, dianggap sebagai praktik pendidikan yang menyimpang juga. Pada bagian lain tujuan pendidikan memiliki fungsi yang amat penting pula selain penting dalam kedudukannya. Fungsi tujuan pendidikan adalah mengarahkan, memberikan orientasi, dan memberikan pedoman kearah mana pendidikan di selenggarkan sebaik-baiknya. Oleh karena tujuan pendidikan memiliki fungsi yang amat penting tersebut, maka tujuan pendidikan harus terumuskan dan dirumuskan secara mantap oleh semua pelaku pendidikan di semua jenjang. Dengan adanya rumusan tujuan

1 Abu Bakar Jabir EI-Jazairi, Polo f1idup Muslim: Minhajul Muslim, (Bandung: PT

(17)

pendidikan yang mantap dirahapkan pelaksanaan pendidikan yang dilakukan tidak akan menyimpang.2

Dalam Undang-Undang (UU) Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) terlihat isinya sangat Islami dan berupaya menjadikan anak didik menjadi manusia-manusia yang sempurna, bertakwa, dan beriman kepada Tuhan yang Maha Esa serta bertanggung jawab. Artinya, pendidikan kita diarahkan pada peningkatan keteladanan, ketakwaan, dan beriman. Tentu saja, arahnya pada pendidikan akhlak mulia.

Mengenai tujuan pendidikan Islam, Abuddin Nata mengemukakan bahwa "tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya seorang hamba Allah yang patuh dan tunduk melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya selia memiliki sifat-sifat yang mulia. Dalam rumusan ini terlihat bahwa pendidikan Islam merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang yang berakhlak.,,3

Tampaknya akhlak peserta didik merupakan sebuah problema pendidikan yang ada di Indonesia, ini sebagaimana yang eliutarakan oleh HAR Tilaar yang menyebutkan ada delapan problema pendidikan eli Indonesia sebagai berikut:

I. Merosotnya akhlak dan moral peserta elidik.

2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pemerataan kualitas.

3. Rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan.

4. Masih rendahnya efisiensi internal sistem pendielikan. 5. Masih rendahnya efeiensi eksternal sistem pendidikan

6. Kelembagaan pendielikan dan pelatihan yang kaku dan simpang siur

7. Managemen penelidikan dan pelatihan nasional yang belum sejalan dengan pembangunan nasional.

8. Sumber daya manusia yang belum profesional.4

, Arif Rohman, Memahami Pendidikan dan IImu Pendidikall, (Yogyakarta: Laks Bang

Medialama, 2009), h.87

, Abuddin Nala, M.AAkhlak Tasawu/.(Jakarta: PT TajaGrafindo Persada, 1996), h. 38

(18)

Merosotnya akhlak dan moral peserta didik disebabkan karena untuk mewujudkan pembangunan pendidikan nasional dan membentuk akhlak masyarakat Indonesia tidak mudah. Disebabkan masyarakat lita kini mengalami krisis multidimensional, khususnya krisis etika, moral, dan akhlak. Di samping ilu, banyak pendidik yang belum memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki tanggung jawab, bukan hanya mencerdaskan pesertadidik, tetapi juga membentuk akhlak mereka. Dalam proses pembelajaran, para pendidik saat ini lebih fokus pada transfonnasi i1mu. Sebaliknya, pembinaan akhlak sangat kurang. Akibatnya, banyak generasi muela kita saat ini yang terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Misalnya,narkoba, perkelahian antar pelqiar, dan perkelahian antarmahasiswa.

Kemerosotan akhlak suelah terlihat jelas eli masyarakat 。ォィゥイセ。ォィゥイ

ini. Berbagai gejala kemerosotan itu misalnya; semakin mudahnya masyarakat terutama generasi muela menkonsumsi minuman keras, narkoba, elan obat terlarang lainnya, pergaulan bebas yang tielak ada jarak lagi antara laki-Iaki dan perempuan, banyaknya kasus tawuran dan bentrokan antar siswa baik dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Kemerosotan moral ini, tidak saja terjadi pada orang yang telah dewasa, akan tetapi telah menjalar sampai kepaela tunas-tunas muda yang diharapkan untuk membela nama baik bangsa dan negara. Akhir-akhir ini banyak keluhan-keluhan orang tua, ahli penelielik elan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama elan sosial,anak-anak terutama yang sedang berumur belasan tahun dan mulai remaja, banyak yang sukar dikendalikan, nakaI, keras kepala, berbuat keonaran, maksiat, dan hal-hal yang mengganggu ketentraman umum.5

Lembaga penelidikan Islam, seperti pesantren yang eli dalamnya ada kiai, ustaz, syekh, ataupun sebutan lainnya,aelalah pengelola sistem pendidikan nonformal yang banyak mengajarkan penelidikanakhlakdallbudi pekerti. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan alternative

5 Muhammad Ardani, Akhlak Tasffil'lq: Nilai-Nilai Akhlak alau budi peke"li dalam

(19)

pembanding, karena pendidikan dan pengajaran di pesantren, banyak yang mengarahkan pada pencapaian kesempurnaan akhlak al-karimah. Dengan demikian, yang menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan di pesantren di samping pandai dengan ilmu agama, juga terletak pada akhlaknya. Selebih lagi pesantren yang bemuansakan tasawuf, maka kesempurnaan akhlak adalah tujuannya. Seperti pengertian tasawuf itu sendiri menurut AI-Junaidi ibn Muhammad al-Khazzaz al-Nihawandi (wafat tahun 297 Hl910 M di Baghdad), yaitu:

"Tasawuf adalah keluar dari budi perangai (akhlak) yang tercela dan masuk ke budi perangai (akhlak) yang terpuji.,,6

Di Indonesia terkenal sebuah tarekat bemama Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Tarekat ini dianggap sebagai tarekat terbesar, terntama di pulau jawa. Salah satu pusat penyebarannya berada di jawa Barat, yaitu di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Podok Pesantren Suryalaya sebagai layaknya sebuah pesantren memiliki santri yang bennukim di pondok. Santri di Pondok Pesantren Suryalaya selain sekolah dan mengaji kitab-kitab kuning juga melaksanakan amalan-amalan Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah seperti talqin, zikir, khataman, manakiban dan riyadhah. Atas dasar itnlah maka penulis mengambil judul skripsi "Pellgaruh Amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Terhadap Akhlak Salltri di Pondok Pesantrell Suryalaya Tasikmalaya".

B. Idelltifikasi, Pembatasan, dan Perllmusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkall latar belakang masalah di atas, maka pennasalahan yang diteliti di identifikasi sebagai berikut:

a. Setiap muslim hams hams memilikiAkhlak Al-Karimah.

(20)

b. Salah satu tujuan pendidikan adalah menjadikan peserta didik untuk memiliki akhlak mulia.

c. Akhlak peselia didik merupakan problema pendidikan yang ada di Indonesia.

d. Kemerosotan akhlak sudah terlihat jelas di masyarakat.

e. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mengarahkan peserta didik atau santri pada pencapaian kesempurnaan akhlak.

2. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya perluasan dan salah tafsir, maka penulis memberikan batasan penelitian sebagai berikut:

a. Amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah talqin, zikir, khataman, manakib, danriyadhah.

b. Akhlak yang termasuk dalam pembahasan ini adalah prilaku santri, segala gerak-gerik santri, akhlak kepada Allah, akhlak kepada Rasulullah, akhlak kepada orang tua, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak terhadap diri sendiri.

c. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah yang berada di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah terse but, maka peneliti ingin melihat pengaruh antara Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah dengan akhlak santri di Pondok Pesantren Suryalaya. Rumusan permasalahn secara operasional untuk mendapatkan jawaban dari penelitian ini adalah sebagai berilmt:

a. Bagaimana amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya?

(21)

c. Apakah terdapat pengaruh amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah terhadap akhlak santri di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya?

C. Tujuan dan Mallfaat Pellelitian 1. Tujuall Penelitian

Adapun tlljuan dari pcnelitian ini adalah sebagai berikllt:

a. Ingin mengetahui amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. b. Ingin mengetahui akhlak santri di Pondok Pesantren Suryalaya.

c. Ingin mengetahui apakah ada pengaruh amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah terhadap akhlak santri.

2. Manfaat PeneIitian

Adapun manfaat penlitian ini adalah:

a. Untuk memperkenalkan pesantren yang bernuansa tasawuf dengan pengamalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah.

(22)

KAJIAN TEOm DAN PENGAJUAN HWOTESIS

A. Model Pembinaan Akhlak dalam Tasawuf 1. Pengertian Akhlak

Akhlak secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru'ah atau segala sesuatu yang menjadi tabi'at. Dan akhlak dari segi istilah dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar, menurut Ibnu Miskawih, bahwa akhlak adalah:

"Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya

melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran

pertimbangan".

Dan akhlak menurut imam AI-Ghazali adalah:

" J 0t:0 '"

, h ;D'"

JWU\

J'J.:.j iセZセ セ|jG

.x {"')

, * ;

...-.

untuk dan

"Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan"

Sejalan dengan pengertian tersebut di atas, dalam Mu 'jam

(23)

"Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. "

Selanjutnya di dalam kitabDairatul Ma 'arif, secaJ'a singkat akhlak diartikan:

"Sifat-sifat manusiayang terdidik"

Keseluruhan definisi akhlak tersebut di atas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi. dan darinya dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akblak, yaitu:

a) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah meqjadi kepribadiannya. b) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila, Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal pikirannya dan sadar.

c) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan, d) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

sesungguhnnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. e) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena

ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.!

Jadi akblak adalah perbuatan seseorang yang timbul dari did sendiri, dilakukan dengan mudah tanpa pemikirin dan telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang.

(24)

2. Dasar-dasar Akhlak

Dalam tuntunan Islam telah ditetapkan bahwa sebagai sumber moral atau dasar dalam Islam yang menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan adalah AI-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW.2

Kedua dasar inilah yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan untuk mengatur pola hidup dan menetapkan perbuatan yang baik dan bunIlc Akar dari akhlak Islam adalah takwa yang menjadi asas yang kokoh, tidak berganti dan berubah, tidak tunduk kepada hawa nafsu dan pertimbangan perorangan atau pertimbangan umum yang selalu berubah dan berganti. Takwa merupakan tempat dari semua sifat-sifat utama yang berkumpul disikitarnya. Orang yang takwa mengetahui sungguh-sungguh bahwa Islam itu sumber dari pada akhlak dan takwa adalah pusatnya.

3. Tujuan Akhlak

Tujuan akhlak adalah hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makh[uk-makhluk lainnya. Akh[ak hendak menjadikan manusia berakhlak baik, bertindak-tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama makh[uk, dan terhadap Tuhan.

Yang hendak dikendalikan o[eh akhlak Wah tindakan [ahir. Akan tetapi o[eh karena tindakan [ahir itu tidak dapat terjadi bila tidak didahului oleh gerak batin atau tindakan hati, maka tindakan batin dan gerak-gerik hati tennasuk [apangan yang diatur o[eh akhlak. Tidak akan terjadi perkelahian kalau tidak didahului o[eh tindakan batin atau gerakCgerik hati, yakni benci membenci atau hasad. Oleh karena itu maka setiap insan diwajibkan dapat menguasai batinnya atau mengendalikan hawa nafsunya karena tindakan batin merupakan motor dari segala tindakanlahir.3

2Abuddin Nata,Akhlak Tasffil'uj,h. 7

(25)

4. Macam-macam Akhlak

Adapun penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

a. Akblak kepadaAllab

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah, diantaranya adalah Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistemewaan, Allah telah memberikan perlengkapan pancainclera, hati nurani dan naluri kepada manusia dan Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan lain sebagainya. Semua itu tunduk kepada kemauan manusia atau siap untuk dimanfaatkan.4

Akhlak terhadap Allah SWT merupakan cerminan hubungan baik antara manusia dengan Allah SWT, pada dasarnya mengambil sikap mematuhi perintah-Nya. Dengan kata lain sikap tersebut adalah sikap takwa, taat dan berbakti kepada Allah dan meninggalkan larangan-Nya.

Akhlak baik terhadap Allah SWT, secara garis besar meliputi: 1) Bertaubat (At-Taubah), adalah sikap yang menyesali

perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhi serta melakukan perbuatan baik

2) Bersabar (Ash-Shabru), adalah sikap manahan diri pada kesulitan yang dihadapinya.

3) Bersyukur (Asy-Syukru), adalah sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-bailcnya nikmat yang telah diberilcan oleh Allah SWT kepadanya.

4) Bertawakal (At-Tawakkal), adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT setelah berbuat semaksimal mungkin.

5) Ilchlas (Al-Ikhlas), adalah sikap yang menjauhkan diri dari riya ketika mengeljakan amal baik.

6) Berharap (Ar-Raja'), adalah sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang disenangi dari Allah SWT.

4 Muhammad Ardani, Akhlak TaSml'lif: Ni/ai-Nilai Akhlak a/all BlIdi peker/i dalam

(26)

7) Bersikap takut (Al-Khauj), adalah sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari Allah SWT.5

Jadi Akhlak kepada Allah SWT dapat terealisasi dengan penghambaan hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan dengan apa pun dan siapa pun. Hal itu dapat dilakukan dengan menjalankan perintah Allah dan berusaha semaksimal mungkin menghindari segala larangan.

b. AkblakI{epadaRasulullab

Sepelii halnya akhlak kepada Allah SWT harus beriman kepada-Nya, maIm akblak menusia kepada Nabi Muhammad SAW ialah beriman kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu percaya beliau adalah Nabi dan rasul (utusan) Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Iman bukan hanya sekedar percaya terhadap sesuatu yang diyakini, tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Amal perbuatan yang dijelaskan dalam AI-Qur' an dan AI-Hadist, tentang bagaimana bersikap kepada Rasulullah SAW.

Di antara perilaku atau macam-macam akhlak yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah SAW, ialah sebagai berikut:

I) Ikhlas beriman kepada Nabi Muhammad SAW.

2) Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. 3) Taat kepada Rasulullah SAW.

4) Cinta kepada Rasulullah SAW.

5) Percaya atas semua berita yang disampaikan Rasulullah SAW.

6) Tidak boleh mengabaikan Rasulullah SAW. 7) Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW. 8) Menghonnati pewaris Nabi Muhammad SAW.

9) Laksanakan hukum Allah SWT dan Rasulullah SAW.6

5Muhammad Ardani,Akhlak Tasml"if,h. 70

(27)

Akhlak mulia kepada Rasulullah dapat juga dilakukan dengan mencintai dan mengikuti jejak kehidupan Rasulullah dan melaksanakan perintah atau sunnah Rasulullah.

c. Akhlak kepada Orang Tua

Sebagai anak diwajibkan untuk patuh dan menurut terhadap perintah orang tua dan tidak durhaka kepada mereka. Dalam hal ini terutaina kepada ibu: karena jasa seorang ibu kepada anaknya tidak bisa dihitung dan tidak bisa ditimbang dengan ukuran.

Allah SWT berfirman:

of

....

';":iC

J

..

LセゥN

;'!j.':;"j

y.

J.<-

Gj

LセQ セ

セセGケN

..

セセiiLZL[Bェェ

'.

. . . .'k'; .. . . J ? ...

セセjQ gャセNャNAjZャェ 」NャNセQ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)

kepada dua orang ibu-bapanya. ibunya telah

mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyulrurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."(QS. Lukman : 14)

Adapun berakhlak kepada orang tua adalah sebagai berikut:

1) Bersikap baik kepada orang tua meskipun kurang menyenangkan hatinya.

2) Berkata halus dan mulia baik bahasanya, isi perkataannya maupun tara mengungkapkannya, berkata kepada orang tua dengan Iemah Iembut, sopan, agar hati keduanya bahagia. 3) Merendahkan diri terhadap ibu dan ayahnya.

4) Berbuat baik kepada orang tua yang sudah meninggal, setelah ayah dan ibu meninggal dunia, anak tetap harus berbakti kepada kedua orang tuanya, yaitu dengan cara:

a) Mendoakan orang tua, firman Allah SWT:

c.iL;tl

W" \;

g';'jl

セj

セェ

"Dan llCapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kedl". (QS. AI-Isra :24)

(28)

c) Bersilaturahmi kepada orang yang mempunyai hubungan dengan orang tua.7

d. Akhlak kepada Sesama Manusia

Manusia selain sebagai makhluk individu adalah juga makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendirian, tetapi membutuhkan orang lain atau masyarakat manusia untuk dapat hidup. Manusia agar dapat hidup tentram, serasi dan selamat bersama orang lain dalam masyarakat, membutuhkan etika pergaulan yang mengatur hubungan dengan orang lain. Diantara etika pergaulan atau akhlak kepada sesama manusia ialah: bermuka manis dan berkata lemah lembut, susila dalam tingkah laku dan menghindarkan kecurigaan, berbicara yang halus dan enak didengar, ramah tamah dan memperlihatkan keakraban, pandai membawa diri dan menyesuaikannya dengan adab masyarakat luas, merendah diri dan meski berpangkat tinggi, berbicara yang bermanfaat atau jika tidak demikian lebih baik diam, sederhana dan wajar dalam tingkah laku dan bukan dibuat-buat. 8

e. Akhlakterhadapdirisendiri

Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniyah. Manusia diciptkan dengan dilengkapi rohani seperti akal pikiran, hati nurani, naluri, perasaan dan kecakapan batiniah atau bakat. Dengan kelengkapan rohani ini manusia dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya secara konseptual dan terencana, dapat menimbang antara baik dan salah, dapat memberikan kasih syang, yang selanjutnya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan peradaban yang mengangkat harkat dan martabatnya.

Seorang muslim juga beriman dan percaya, bahwa yang dapat membersihkan jiwa dan menyelamatkannya ialah iman yang baik dan

7Muhammad Ardani, Akhlak Tasmvuf,h. 80

(29)

amal shaleh, sedangkan yang mengotori dan merusaknya ialah dampak negatif dari kekafiran dan perbuatan dosa maksiat.

Dalam rangka inilah seorang muslim dalam hidup dan kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan santun dalam menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapat terhindar c1ari perbuatan dosa, maksiat, sebab j iwa adalah yang harus dijaga dan dipelihara kebersihan serta pembinaanya, kemudian menyelamatkannya dari hal-hal yang dapat mengotori atau merusaknya dari aqidah atau kepercayaan yang menyesatkan, dan perbuatan yang amoral, kemudian jiwa juga sebaiknya senantiasa mendapat pembinaan secara khusus siang dan malam, serta pengawasan sepenuhnya dari saat ke saat, mengharapkannya di dalam perbuatan-perbuatan yang baik, mendorongnya kepada ketaatan, seperti usaha dalam mencegahnya dari kejahatan clan kerusakan dengan penuh disiplin dan ketekunan menuju perbaikan dan pembinaan manusia mukmin yang kamil seutuhnya.9

Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya

s.

Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi akhlak seseorang, diantaranya adalah:

a. lusting

Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri (instink). Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir, jadi instink merupakan suatu pembawaan asli. Instink dalam bahasa arab disebut "garizah" atau "fitrah" dan dalam bahasa

(30)

inggris disebut instinct. Atau naluri adalah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu kearah tujuan itu tanpa didahului latihan perbuatan itu.

Dalam !lmu Akhlak, pengertian tentang naluri ini amat penting, karena para ahli etika tidak merasa memadai kalau hanya menyelidiki sisi dzahiriyah dari manusia saja, malainkan merasa perlu juga menyelidiki latar belakang kejiwaan yang mempengaruhi dan mendorong suatu perbuatan. Dalam hubungan ini, ahli-ahli psikologi menerangkan macam-macam naluri (instink) yang ada pada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya, di antaranya adalah:

I) Naluri makan (nutritive instinct), yaitu dari manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain. 2) Naluri mendapatkal1 pasangan (seksual instinct), yaitu laki-Iaki

menginginkan wanita dan wanita ingin berpasangan dengan laki-lakL Dalam AI-Qur'an diterangkan:

.-" ",."J ...."'J. .. ..." _ ...J . . . .r:: セ t J. r:: ... }

ゥNfwiセャェ o;;.Jlj セアャ セ ケZNLセi

t.r"GJ!0:'..j

.-

..

..

..

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diiligini, Yaitu: wanita-wanita,anak-anak, harta yang banyak"(QS. Ali-Imran : 14)

3) Naluri keibuan atau kebapaan (paternal instinct), yaitu tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.

4) Naluri beljuang (combative instinct), yaitu tabiat manusia yang cenderung mempertahankan diri dari gangguan dan tantangan. 5) Naluri ber-Tuhan, yaitu tabiat manusia mencari dan merindukan

penciptanya yang mengatur dan memberikan rahmat kepadanya, naluri ini disalurkan dalam hidup beragama.

(31)

instink memiliki, instink ingin tahu dan memberitahu, instink takut, instink suka bergaul dan instink l11eniru.

Dalal11 hubungan ini, Islam l11engajarkan agar naluri tidak dirusak dengan l11enganiaya diri sendiri, malainkan perlu disalurkan secara wajar sesuai dengan tuntunan hidayat Illahi.

Misalnya nutritive instink, jika diperuturutkan begitu saja dengan makan apa saja tanpa batas sesuai dengan panggilan hawa nafsu, maka pastilah akan merusak diri sendiri. Islam mengajarkan agar naluri ini disalurkan dengan memakandan mel11inum barang yang baik, halal dan suci selia tidak berlebih-lebihan. Sebagaimana firman Allah SWT:

" "J0", J J ".. jセ 1::.,.J. "J '" • .} ".. • JJ

@,",'カ[カカセ GアセGャG ., ,,,,I \-.,-",, .T";-

'l"

J )-'J'-"J1 " I ' I , I L - 'セj "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."(QS. AI-A'raf: 3 I)

Perlu ditambahkan bahwa kekuatan naluri di dalam diri masing-masing pribadi berbeda antara yang satu dengan yang lainnya sehingga menyebabkan daya pendorong dan kesanggupan berbuat masing-masing berbeda-beda pula. lo

b. Kebiasan

Salah satu faktor penting dalam tingkah laku l11anusia ialah kebiasan atau adat kebiasaan, yang dimaksud dengan kebiasaan ialah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mel1jadi mudah dikerjakan.

Dalam usaha menjadikan akhlak yang baik l11enjadi kebiasaan, hendaklah dibina melalui latihan yang didahului dengan kesadaran. Sebagaimana halnya dalam mel11bina kebiasan yang baik terkadang mengalami rintangan, demikian pula dalam merubah suatu kebiasan

10 Hamzah Ya'qub, Elika Islam: Pemblnaan Akhlakul Karimah, (Bandung:CV

(32)

buruk, juga mengalami rintangan yang terkadang lebih berat lagi. Kebiasaan yang perlu dirubah tentulah kebiasan yang jelek atau buruk.

Untuk merubah suatu kebiasaan yang jelak, para ahli akhlak mengajarkan beberapa teori, yaitu sebagai berikut:

I) Niat yang sungguh-sungguh tanpa keragu-raguan sedikitpun untuk merubah kebiasan itu, niat itu perlu disertai dengan azam (kemauan keras).

2) Pengertian dan kesadaran yang menclalam akan perlunya kebiasaan itu ditinggalkan.

3) Dalam melaksanakan niat itu hendaklah terus-menerus, sesuai dengan yang diniatkan, yakni tidak bergeser dari penclirian dan niat semula walaupun bertemu c1engan kesukaran.

4) Mengisi waktu kosong dengan kebaikan setelah kebiasaan jelek itu digeser.

5) Mencari waktu yang baik dan tepat untuk melaksanakan niat itu.lI

c. Lingkungan

Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang adalah lingkungan(milieu). Milieuaclalah suatu yang melingkupi suatu tubuh yang hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara dan lingkungan pergaulan. Dalam hubungan ini lingkungan c1ibagi kepada dua bagian, yaitu:

I) Lingkungan alam, alam yang melingkupi manusia merupakan falctor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam dapat mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang. Dengan kata lain kondisi alam ini turut mempengaruhi akhlak manusia-manusia yang beracla di dalamnya.

2) Lingkungan pergaulan, manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Dan dalam pergaulan itu timbul saling mempengaruhi dalam pikiran, sifat dan tingkah laku. Lingkungan pergaulan ini dapat dibagi beberapa kategori, yaitu:

I) Lingkungan dalam rumah tangga, yaitu akhlak orang tua di rumah yang dapat mempengaruhi akhlak anak-anaknya.

(33)

2) Lingkungan sekolah, yaitu akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menu rut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru di sekolah.

3) Lingkungan pekerjaan, yaitu suasana pekerjaan selaku karyawan dalam suatu perusahaan atau pabrik dapat mempengaruhi pula perkembangan pikiran, sifat, dan kelakuan seseorang.

4) Lingkungan organisasi atau jama'ah, yaitu orang yang menjadi anggota dari suatu organisasi atau jama'ah akan memperoleh aspirasi cita-cita yang digariskan organisasi tersebut. Cita-cita itu mempengaruhi akhlak anggota organisasi.

5) Lingkungan kehidupan ekonomi atau perdagangan, karena masalah ekonomi adalah primer dalam kebutuhan hidup manusia, maka hubungan-hubungan ekonomi turut mempengaruhi pikiran dan sifat-sifat seseorang.12

d. Kemauan Keras atau 'Azzam

Salah satu kekuatan yang terdapat di balik tingkah laku . manusia adalall kemauan keras atau 'azzam. Karena 'azzam adalah yang menggerakan manusia berbuat dengan sungguh-sungguh. Kehendak ini juga yang menentukan baik dan buruknya sesuatu perbuatan, karena dari kehendak menjelma niat yang baik dan yang buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku menjadi baik dan buruk karenanya.

Dengan adanya kehendak atau iradah yang diberikan Allah SWT kepada manusia maka berarti diberikan pula kebebasan mamilih dan berbuat. Dengan adanya pertimbangan dan kehendak dalam diri manusia, maka manusia dapat memutuskan berbuat atau tidak berbuat, malangkah atau tidak, ke kanan atau ke kiri.

Manusia diberi kekuatan dan kehendak untuk berbuat dengan catatan bahwa kekuatan dan kehendaknya dapat terlaksana dengan izin Allah semata.13

12Hamzah Ya'qub, Etika Islam, h.70

(34)

B. Hubungan Akhlak dengan Tasawuf

Akblak yang ditekankan dalam tasawuf adalah yang akan membawa

manusia menuju kebahagiaan dunia dan akbirat yang menjadi ciri

kesempurnaan iman seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

P) ... o J 0 ...

l,;f". ,LセL , I lit:.:1 セ '. '.' II iセ <'I

r+-"'"

-,

.:r-;

r ' cr-'

"Sesempurna-sempurna iman orang mukmin ialah yang paling baik budi pekertinyan.

Tasawuf adalah akblak yang mulia, seorang sufi adalah yang baik

akblaknya. Dan akblak ini merupakan sendi tasawuf sebagaimana dikatakan

oleh Syaikb Abu Bakar al-Kattani dan al-Junaidi aI-Baghdadi, sebagai ciri

kesempumaan iman, sebagai berikut:

" ... / J " " ... J · J O....

,....;:;.。セQゥ

<s!

セ :;1) セi

<s!

セZ[iI :;..;

;p;,. :..;:;'

a'li

"Tasawuj adalah budi perkerti barang siapa yang bertambah baik

akhlaknya maka bertambah pulalah tasawujnyan.

Akhlak dalam pandangan kajian tasawuf bukan senlata-mata menilai

,

perbuatan baik dan buruk, namun lebih dari itu adalah menlbersihkanjiwa dari

pengaruh akblak tercela. Karena pada dasarnya seseorang tidak dapat

memperbaiki akblaknya sebelum menyucikan jiwanya terlebih dahulu. Memperbaiki budi pekerti dan membersihkan jiwa hanya bisadilakukan

dengan semata-mata. mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW, dengan

mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW dan meneladaninya akan

menumbuhkan hasil belUpa akblak yang baik sebagaimana yang dikatakan

oleh Imam Suhrawardi:

"Orang-orang stiff adalah orang yang menghidupkan sunah

(35)

Nabi, kemudian mereka mengikuti segala tingkah lakunya yang akhirnya mereka merealisasikan akhlak Nabi pada diri mereka,,]4

C. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah 1. Pengertian Tarekat

Tarekat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab tariqah Gama':

turuq atau tara'iq) yang berarti jalan atau metode atau aliran (madzhab).

Dan menurut istilah tasawuf "tarekat adalah perjalanan seorang sufi menuju Allah dengan cara menyucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Allah.,,15

Tarekat menm'ut Syekh Zainuddin bin Ali AI-Mubarri Al Malibary dalam kitabnyaKifayatul Atqiya wa Minhajul Al-Ashjlya' "yang dimaksud dengan tarekat adalah menjalankan amalan yang lebih baik, berhati-hati, tidak memilih kemudahan syara" seperti sifatwara"serta ketetapanhati yang kuat seperti latihan-Iatihan jhva,,16

Tarekat menm'ut AI-Jurjani dalam bukunyaAl-Ta'rifat, "tarekat adalah jalan khusus bagi orang-orang yang masuk ke jalan Allah, melalui jalan-jalan danmaqam-maqamspiritual".17

Sedangkan tarekat menurut Syekh Abdul Qadir AI-JaHani adalah: Tidak akan melihat, kecuali hanya kepada Allah. Tidakakan mendengar dan berpikir, kecuali hanya dari Allah. Merasa nikmat dengan kenikmatan dari-Nya dan rnerasa senal1g dan menjadi terhormat dengan mendekatkan diri kepadacNya, merasa tenang dan tentram dengan janji-Nya, mel1jadi jinakdenganperkataan-Nya, tidak merasa senang dan lari dari selain-jinakdenganperkataan-Nya, berlindung dan menyandarkan diri dengan mengingat-Nya. Hanya kepada-Nya dia percaya. Dengan cahaya makrifat-Nya, dia rnemperoleh hidayah dan berpakaian. 18

14 Toriquddin, Seku/aritas Tasawuf: Membumikan Tasawl!! do/am Dunia Modern,

(Malang:UIN Malang Press, 2008), h.24

15Ensik/opedi Is/am, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1993) cet ke- I, jilid ke-5, h.66

16Ismail Nawawi, Tarekat Qadiriyah11'0Naqsabandiyah (Sebuah Tilyauan Iimiyah dan

Amaiiyah), (Surabaya: Karya Agung, 2008), cet ke- I, h. 2 I

17 Abdul Razzaq AI-Kailani, Syaikh Abdu/ Qadir Jailani GuI'U Para Pentari Tuhan,

pene,jemah. Aedhi Rakhman Saleh, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009), h.2I8

(36)

Tarekat dapat dipahami sebagai jalan spiritual yang ditempuh oleh seorang sufi. Selain tarekat sering juga digunakan katasulukyang artinya juga peljalanan spiritual, dan orangnya disebut salik. Setiap tarekat memiliki metode yang berbeda dalam mendekatkan diri kepada Allah, tetapi tujuannya sarna yaitu mendekatkan diri kepada Allah.

Kata tarekat adalah merupakan organisasi persaudaraan dalam menjalankan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dari perspektif sejarah, tarekat dalam mti ini mulai muncul di masyarakat Islam pada awal abad kesebelas, ditandai oleh munculnya Tarekat Qadiriyah, yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir AI-Jailani (w. 1165).19

Dalam periode ini tarekat dinisbatkan kepada sejumlah pribadi sufi yang bergabung dengan seorang guru atau syekh dan tunduk di bawah aturan-aturan terinci dalam jalan rohaniah, yang hidup secara kolektif di berbagai zmviyah, ribath dan khanaqah, atau berkumpul pada waktu-waktu tertentu dalam acara-acara tertentu serta mengadakan berbagai peltemuan ilmiah maupun rohaniah yang teratur.

Nama tarekat di dunia Islam begitu bermacam, berselaras dengan perbedaan nama-nama para pendirinya. Dalam kenyatannya tarekat-tarekat tersebut mengarah pada tujuan yang sarna, sementara perbedaannya, hanyalah dalam aturan-aturan praktisnya, semisal dalam berpakaian, wirid, dan hizib.2°

Adapun tarekat yang berkembang yang dipandang boleh untuk diikuti dan diakui kebenarannya (tariqah al-Illutabarah) adalah Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Rifa'iyah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat Ahmadiyah, Tarekat Dasukiyah, Tarekat Akbariyah, Tarekat Maulawiyah, Tarekat Qurabiyah, Tarekat Suhrawardiyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Jalutiyah, Tarekat Ghazaliyah, Tarekat Jastiyah, Tarekat Sya'baniyah, Tarekat Alawiyah, Tarekat Usyaqiyah, Tarekat Bakriyah, Tarekat Umariyah, Tarekat Utsmaniyah, Tarekat Aliyah,

19Mulyadhi Katlanegara,Menyelami Lubuk Tasm",if,(Jakarta: Erlangga, 2006), h.l74

20Abu al-Wafa' al-Ghanimi al-Taftazani,Sufi dati Zaman ke Zaman,penerjemah: Ahmad

(37)

Tarekat Abbasiyah, Tarekat Haddadiyah, Tarekat Maghribiyah, Tarekat Syattariyah, Tarekat bayumiyah, Tarekat Aidrusiyah, Tarekat Anfasiyah, Tarekat Samaniyah, Tarekat Sanusiyah, Tarekat Idrisiyah, Tarekat

Badawiyah, dan Tarekat Tijaniyah.21

2. Sejarah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabaodiyah

Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah didirikan oleh Syekh Ahmad Khatib ibn Abd al-Gaffar al-Sambasi al-Jawi. Ahmad khatib Sambas dilihirkan pada talmo 1217 H atau 1802 M di Sambas, Kalimantan Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan agama dasar di kota asalnya, beliau pergi ke Mekkah pada umur 19 tahun untuk melanjutkan belajarnya di Mekkah sampai beliau wafat pada tahun 1289 H atau 1872 M.22

Di kota suei inilah dia belajar pelbagai ilmu agama Islam hingga dia menjadi seorang ulama besar yang mengajar di Masjid AI-Haram Mekah. Diantara guru-gurunya ialah Syekh Daud ibn 'Abdullah al-Fathani, seorang ulama besar penyusun pelbagai kitab bidang fiqih, ushuluddin, dan tasawuf yang hidup di Mekah semasa dengan Syekh Muhammad Arsya al-Banjari dan Syekh Abd ai-Shamad al-Falimbani. Selama mengajar di Masjid al-Haram, Ahmad Khatib al-Sambasi juga banyak mempunyai murid terkenal.

Seeara kronologis, Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah sebuah Tarekat yang merupakan univikasi (penggabungan) dari dua Tarekat besar, yaitu Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Syekh 'Abdul Qadir Jailani (W. 561 H.l1166 M.) Nama lengkapnya adalah Muhy al-Oin Abu Muhammad Abd ai-Qadir ibn Abi Shalih Zangi Dost al-Jaylani dan Tarekat Naqsyabandiyah yang didirikan oleh Syekh Bahauddin al-Naqssyabandi al-Bukhmy (W.791 H. 1389 M.) Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Muhammad Bahau ai-din Uwaisi Bukhari al-Naqsyabandi. Penggabungan kedua tarekat tersebut kemudian

21Ensiklopedi Tasml"if(Bandung: Angkasa, 2008), eet ke-l, jilicl ke-3 h. 1283

22 Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara:Rangkaian i\llltiara Sufi Terkemuka, (Jakarta:

(38)

dimodifikasi sedemikian rupa sehingga terbentuk sebuah tarekat yang mandiri, dan berbeda dengan kedua thariqat induknya.23

Menurut Naquib ai-Atlas, bahwa Syekh Ahmad Khatib Sambas juga seorang Syekh atau pemimpin Tarekat Naqsyabandiyah di samping kedudukannya sebagai seorang syekh Tarekat Qadiriyah. Sebagai pemimpin tertinggi tarekat Qadiriyah di Mekkah, dia menggantikan gurunya, Syekh Samsuddin, yang telah mengangkat Khatib Sambas sebagai mursyid yang akan menggantikannya bi/a dia wafat. Dengan status ini/ah, dia banyak mempunyai murid-murid pemimpin tarekat yang menyebarkan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Nusantara pada abad ke- 19M.

Sebagai seorang mursyid yang sangat alim dan 'arif biIlah, Syekh Ahmad Khatib memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya, karena dalam Tarekat Qadiriyah memang ada

kebebasan untuk itu, bagi yang telah mencapai derajat mursyid.

Syekh Ahmad Khatib menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tersebut, yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah. Penggabungan inti ajaran kedua tarekat itu, dimungkinkan atas dasar pertimbangan logis dan strategis behwa kedua ajaran inti itu bersifat saling melengkapi, terutama dalam hal jenis zikir dan metodenya. Dengan penggabungan itu diharapkan para muridnya dapat mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang lebih efektif dan efesien.24

Dalam menyempurnakan Formulasi tarekatnya, Syekh Ahmad Khatib tampaknya masih menggunakan metode-metode tarekat lainnya, sebagaimana yang tertulis dalam risalahnya yaitu kitab Fath at- 'Arifin,

yang tertulis sebagai berikut:

Semula tarekat ini dibangun atas rangkaian huruf "naqhtu jimin", maka barang siapa tidak mendatangi kami dan mengambil tarekat ini pada kami, dia pasti menyesal:

Hurf"nun"bermakna Tarekat Naqsabandiyah

"Kharisudin Aqib,AI-Hikmah:memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah IVa Naqsabandiyah,

(Jakarta:Dunia I1mu, 1998), h. 47

(39)

Huruf"qaj" bennakna Tarekat Qadiriyah

Huruf"tha" bermakna Tarekat Anfasiyah Huruf"jim"bermakna Tarekat al-Junaidiyah

Huruf"mim"bermakan Tarekat al-Muwafaqah

Kelima macam tarekat tersebut masing·masing mempunyai keunikan, yang digunakan dalam tarekat inL Naqsabandiyyah dengan dzikir khafi (diam)-nya, Qadiriyah dengan dzikir jahar (nyaring)-nya, Anfasiayah dengan dzikir peredaran nafas, Junaydiyah dengan dzikirnya pada setiap hari selama seminggu dengan lafaz-Iafaz tertentu, dan Muwafaqah denga dzikirAs-ma' al-Husa.Kelima tarekat yang disebutkan di atas sebenarnya telah mendapat tempat dan porsi yang sarna pentingnya dalam pengamalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Seluruhnya memiliki kelebihan dalam menyempurnakan dan melengkapi metode spritual untuk mengarahkan agar semua orang selalu ingat kepada Allah dan mendekatkan diri ke- hadirat-Nya. Tetapi, mungkin karena akibat tekanan amalannnya, terutama bagi tingkat pemula lebih mementingkan pada zikir jahar dan zikir khafi pada selesai salat fardhu. Maka tarekat ini lebih mudah dinamai dengan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, karena memang kedua metode zikir itu adalah fonnulasi dari Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah.

Pada Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, nama Qadiriyah di dahulukan dari Naqsabandiyah. Hal ini nampaknya di dasarkan atas silsilah yang selalu digunakan Syekh Ahmad Khatib ketika mengajarkan tarekat ini kepada murid-muridnya. Karena Syaikh Syamsuddin, guru sprihIaI Syekh Ahmad Khatib berasal dari Tarekat Qadiriyah, yang tentu akan disebutkan terlebih dahulu. Sehingga kemudian, murid-murid Syekh Ahmad Khatib mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Indonesia dengan bersumber pada silsilah Tarekat Qadiriyah bukan Tarekat Naqsabandiyah.25

2S Ajid Thahir, Gerakan PoUtik Kaum Tarekat (Telaah Historis Gerakan PoUtik Anti

(40)

Bagan 1

Silsilah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah:26 1. Allah SWT

2. Jibril AS

3. Muhammad SAW

4. Ali ibn Abi Thalib

5. Husain ibn Ali 6. Zainal Abidin

7. M. al-Baqir 8. Ja'far al-Sadiq

9. Musa al-Khadim 10. Ali ibn Musa al-Ridla

II.Ma'ruf al-Karakhi

12. Sarri al-Saqati

13. Abu Qasim Janaidi al-Baghdadi

14. Abu Bakar al-Syibli

15. Abd.Wahid al-Tamimi

16. Abu al-Farraj al-Turtusi

17. Abd Hasan Ali al-Karakhi

18. Abu Sa'id Mubarak al-Majzumi

19. Abd. Qadir al-Jailani 20. Abd. Aziz

21. M. Hattaq

22. Syamsuddin

23. Syarifuddin

24. Nuruddin

"Drs Kharisudin Aqib,AI-Hikmah, h.119

4. Abu Bakar al-Siddiq

5. Salman al-Farisi

6. Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar

7. Imam Ja'far al-Shadiq

8. Abu Yazid al-Bustami

9. Abu Hasan Kharqani 10. Abu Ali Farmadi

11.Syekh Yusuf al-Hamdani

12. Abd. Khaliq Guzdawani

13. Arif Riya Qari 14. Muhammad Anjiri

15. Ali Rami Tamimi 16. M. Baba Sammasi

17. Amir Kulali

18. Bahauddin al-Naqsyabandi

19. M. Alaudin Attari

20. Ya'qub Jarekhi 21. Ubaidillah Ahrari

22. M. Zahidi

23. Darwisi Muhammad Baqi'Biliah

(41)

27. Yahya

28. Abu Bakar 29. Abd. Rahim

30. Usman

31. Abd. Fallah

32. M.Murad (Makkah)

28. Syamsuddin Habibullah Janjani 29. Abdullah AI-Dahlawi

30. Abu Sa'id ai-Ahmadi

31. Ahmad Sa'id 32. M. Jan AI-Makki

33. Khalid Hilmi 33. Syamsuddin (Makkah)

セセ

Syekh Ahmad Khatib AI-Sambasi

I II III

l

l.Syekh Abd. Karim al-Bantani

2. KH. Ibrahim al-Brumbangi

2. KH. Abd. Rahman Menur

3. KH. Muslikh Abd. Rahman

4. KH. M. Lutfi ai-Hakim

4. KH. Zarnroji Saerozi

4. KH. M. Adlan Ali

4. KH. Makky Maksoem (Pusat Cukir Jombang)

l.Syekh M. Tolhah

AI-Cireboni

2. KH. Abdullah Mubarok Bin Nur Muhammad

3. KH.A. Shahibul Wafa Tajul Arifin

(Pusat Suryalaya)

l.Syekh A. Hasbu ai-Maduri

2. KH. M. Khalil

3. KH. M. Ramli Tamim

.

.I-4. KH. Musta'in Ramli

4. KH. Maksoem Ja'far

1

5. KH. Rifa'i Ramli

6. KH. A.Dimyati Ramli

4. KH. Usman al-Ishaqi _

Khalifah Syekh AhmadKhatih Yang lain:

IV Syekh M. Isma'i! (Bali)

V Syekh Yasin (Kalbar)

VI Syekh H. Lampung (Lampung)

VII Syekh M. Ma'ruf(Pelembang)

VIII Nuruddin (Sambas)

IX Syekh M. Sa'ad (Sambas)

X Syekh Abd. Mukti AI-Maduri

(42)

Murid-murid Syekh Ahmad Khatib yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara menyebarluaskan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah sekembali dari mekkah. Di Filipina Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah disebarkan oleh Syekh Nuruddin dan di Kalimantan barat (sambas) disebarkan oleh Syekh Muhamma Sa'ad.

Oi jawa, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah disebarkan melalui pesantren. Murid utama beliau adalah Syekh Abdul Karim yang berasal dari Banten dan kemudian diangkat sebagai pengganti Syekh Ahmad Khatib sebagai mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Mekkah. Selain Abdul Karim, Khalifah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Iainnya adalah Syekh Talhah dari Cirebon dan Kyai Ahmad Hasbullah bin Muhammad dari Madura yangjuga menetap di mekkah.

Melalui pusat-pusat penyebaran yakni pesantren, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah berkembang menjadi salah satu tarekat yang paling banyak dianut oleh masyarakat Islam di Jawa, baik di pedesaan maupun di perkotaan?7

セ、。ーオョ pesantren pengembang Tarekat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah ada lima pesantren, yaitu:

a) Pondok Pesantren Pagentongan di Bogor yangdikembangkan oleh K. H. Thahir Falak.

b) Pondok Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya yang dikembangkan olehK. H. A. Shohibul Wal'i\ Tajul Arifin. c) Pondok Pesantren Mranggen di Semarangyang dikembangkan

oleh K. H. Mustahlikh.

d) Pondok Pesantren Rejoso di Jombang yang dikembangkan oleh

K.H Must' ain Ramli.

e) Pondok Pesantren Tebuireng yang dikembanngkan oleh K. H Syamsuri Badawi.28

27 Ahmad Syafi'i Mufid, Tangk/ukan. Abangan dan Tarekat: Kebangkitan Agamil di

JalVa, (Jakarta: YayasanDborIndonesia, 2006), h. 241

(43)

3. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren

SlIryalaya

Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren

SlIryalaya yang didirikan pada tanggal 5 September 1905, sampai saat ini

dikenal sebagai salah satu pusat Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah

yang aktif dan dinamis. Mursyidnya saat ini adalah K. H. A. Shohibul

wafa' Tajul Arifin (Abah Anom) dan telah berhasil mengembangkan

cabang-cabangnya, bllkan hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri,

seperti Singapllra, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Abah anom juga

dikenal telah mendesain kurikulum khusus praktik dzikir dan shalat untuk

merehabilitasi remaja yang kecanduan obat terlarang dan narkotika dengan

membangun Pondok Inabah di beberapa cabang Suryalaya. Untuk

memenuhi minat masyarakat luas yang ingin masuk dan belajar zikir di

Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Suryalaya, Abah Anom telah

mengangkat wakil talkin: yaitll orang-orang yang diamanatkan untuk

menalkin atau membaiat atas nama Abah Anom di daerah-daerah yang

telah ditunjuk. Hingga saat ini sudah ada 60 orang yang ditunjuk sebagai

wakil talqin di dalam dan luar negri.

Abah anom telah menulis beberapa karya, yaitu miftah al-Shudur,

ibadah sebagai metode pembinaan korban penyalahgunaan Narkotika dan

kenakalan remaja, 'Uqudul Jum 'an, Akhlaq al-karimah atau Akhlak

al-Mahmudah Berdasarkan Mudamwamatu Dzikrillah, dan menerbitkan

maklumat secara tertulis yang disebarkan ke seluruh cabang Tarekat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah Suryalaya, sebagai nasihat dari waktu ke

waktu. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Suryalaya sangat aktif dalam

menjalankan latihan spiritual bagi anggotanya baik laki-laki maupun

perempuan, baik itu pembinaan spiritual harian yang berupa dzikir dan

shalat-shalat sunnah, amalan mingguan berupa khataman, ataupun amalan

bulanan yang berupa manaqib Syekh Abdul Qadiraャセj。ゥゥ。ョゥN

Zikir harian dilakukan setiap sesudah shalat wajib, dengan bacaan

(44)

diikuti denganzikir khafi. Khataman dilakukan dua kali seminggu yakni di hari senin dan kamis sehabis shalat ashar. Adapun acara manaqiban selalu di adakan di Masjid Nurul Asrar Pesantren Suryalaya setiap tanggal II hijriah dan diadakan pula di tempat-tempat lain setiap satu bulan sekali. Acara manaqiban yang selalu didengungkan selain kitab manakib Syekh 'Abdul Qadir AI-Jailani, selain itu ada tanbih Abah Sepuh dan bacaan shalawat Bani Hasyim juga dibaca di akhir acara manaqib.29

Pada tahun 1961 Pesantren Suryalaya telah membentuk sebuah Yayasan Serba Bakti untuk memacu terus kemajuan yang dicapai dalam mencapai tujuan masa depan. Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya telah memainkan peranan yang sangat penting dalam memajukan pendidikan, politik, sosial, dan ekonomi daerah. Sebagai contoh dalam bidang pendidikan sampai saat ini yayasan Serba Bakti Suryalaya telah memilki Iembaga-lambaga pendidikan seperti TK, SD, SMP, MTS, MA, SMK, perguruan tinggi Institut Agama Islam Lathifah Mubarakiyah dan Sekolah Tinggi lImu Ekonomi.30

4. Tujuan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah

Tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi, terrnasuk Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah untuk mernbina dan rnengarahkan seseorang agar bisa merasakan hakikat Tuhannya dalarn kehidupan sehari-hari 'melalui perjalanan ibadah yang terarah dan sernpurna. Biasanya seorangsalikakan diarahkan oleh tradisi-tradisi ritual khas yang terdapat dalam tarekat bersangkutan sebagai upaya pengembangan untuk bisa menyarnpaikan mereka ke wilayah hakikat atau makrifat kepada Allah 'Azza wa Jalla?1

Adapun yang menjadi azaz dan tujuan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah:

29 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat AJuktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005,), cet ke-2, h.264

30Sri Mulyati, Mengenal dan memahamit。イ・ォ。エセt。イ・ォ。エ Muktabarah di Indonesia,

h.278

(45)

Rbセj

,.

セiセZLャォZ

-

"

-

'"

セlーIj

'"

ャ_セセ

gャiセセ

-

...

"Ya Tuhanku hanya Enkaulah yang aku maksud dan keridhaan-Mu lah yang aku cari, berilah aku kemampuan untuk bisa mencintai-Mu dan ma 'rifat kepada-Mu"

Jadi azaz dan tujuan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah:

a. Taqarub terhadap Allah SWT, adalah mendekatkan diri kepada Allah dalal11 jalan ubudiyah yang dalal11 hal ini dapat dikatakan tidak ada satupun yang l11enjadi tirai penghalang antara 'abid rna 'bud, anatara

khalikdanrnakhluk

b. Memtiu jalan yang diridhai Allah SWT, baik dalam ubudiyahl11aupun di luarubudiyah, alhasil dalam segala gerak-gerik manusia di haruskan l11engikuti dan menaati perintah-perintah Tuhan dan menjauhi atau l11eninggalkan larangan-Iarangan Tuhan. Hasilnya diantaranya adalah budi pekerti menjadi. baik, akhlaknya mertiadi baik, dan segala ikhwalnya l11enjadi baik pula, baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun yang berhubungandengan antara manusia dengan l11anusia atau dengan l11akhluk insya Allah tidak lepas dari keridhaan Allah SWT.

c. Kel11ahabbahan dan kemakrifatan terhadap Allah SWT, rasa cinta dengan terang l11a'rifat terhadap Allah dan di dalam mahabbah itu mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hatL Apabila telah l11ahabbah, maka timbullah rupa-rupa hikmah diantaranya membiasakan diri dengan selurus-Iurusnya dalah hak zahir dan bathin, dan bisa mewujudkan "keadilan' yakni dapat menetapkan sesuatu dalal11 haknya dengan sebenar-benarnya. Pancaran dari mahabbah datang juga belas kasihan kepada sesama l11akhluk diantaranya cinta kepada Nusa Bangsa beserta agamanya. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah ini ialah salah satu jalan untuk membukakan diri agar tercapai tujuan tesebut.32

32 Tanbih dan Azaz Tujuan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, (Tasikmalaya:

(46)

5. Amalan-amalall Tarekat Qadiriyah wa Naqsaballdiyah Polidok

Pesalltrell SlIryalaya

Adapun amalan-amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah:

a. Baiat atan Talqill

Tahapan ini merupakan proses awal seorang salik memasuki perjalanan sufi, salik seCaI'a tidak langsung memperoleh status keanggotaan seCaI'a formal, mengikat perjanjian kesetian untnk menjalankann seluruh aturan-atm'an yang ada dalam Tarekat Qadiriyah wa Nagsabadiyah membangun tali ikatan spiritual dengan mursyid-nya

serta membangun persaudaraan mistis dengan anggota yang lain.33 Talgin ini merupakan proses awal yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mengikuti dan mengamalkan qjaran suatu Tarekat. Begitu pula jika seseorang hendak mengamalkan ajaran Tarekat Qadiriyah wa Nagsyabandiyah, maka talgin ini harus dilalui. Talqin ini diberikan oleh seOl'ang Mursyid atau seseorang yang mendapat kepercayaan dari seorang mursyid atau biasa disebut wakil talgin.

Di dalam tasawuf dan tarekat, sebagaimana dijelaskan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, "talgin adalah mengambil pelqjaran dari seorang guru untuk mengkokohkan kalimat at-taqwa, yakni kalimat tahlil (Iaa ilaha ilia Allah) . Hal ini mengikuti finnan Allah:

l: ,,"'. ! t: .. t. J .. ".-<. . . . J"....t ..

セセ ... 4JAlj t;;J>-llyl>j L£jC.Il セ -'4-ylj

"dan Allah mengokohkan kalimat taqwa ke dalam qalbu orang-orang beriman ... (QS. AI-Fath:26)

Talgin zikir dalam tasawuf dan tarekat, menurut Syaikh Abdul Qadir AI-Jailani, hanya akan efektif dengan syarat mengambilnya dari seorang guru yang galbunya telah tagwa secara sempurna, yakni

(47)

terpelihara dari lupa atau lalai dari mengingat Allah serta suci atau bersih dari segala sesuatu selain Allah.34

Abah Anom mengartikan "talqin sebagai peringatan guru kepada murid". Pengambilan talqin diberikan atas permintaan seorang murid kepada mursyid dengan tujuan ingin mengamalkan ajaran suatu tarekat. Dengan demikian pengambilan talqin ini tidak berdasarkan paksaan dari pihak manapun melainkan kesadaran diri sendiri.

Dalam pelaksanaanya, talqin dapat dilakukan secara perm'ang ataupun secara rombongan. Karena Nabi Muhammad SAW pun pernah melakukan kedua proses talqin ini. Seperti yang telah diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrany:

)

'"

" "'... ... ) , ,... (}...

<.5:;1):' :;,toG,. [G[セi

;)J

;,r.:,

;#-

.JlI セ セi jZ[Mセ iJl

"Rasulullah SA W telah mentalqin para sahabatnya baik secara beljama 'ah mmpun sendiri-sendiri. "

Adapun talqin Rasulullah secara berjama'ah adalah seperti yang diriwayatkan oleh Syadad ibn Aus:

"Syaddad ibn Aus meriwayatkan: kami berada bersama Nabi Muhammad SAW, lalu beliau bersabda: apakah ada ahli kitab di antara kalian? Aku menjawa: tidak ada. Rasulullah lalu menyuruhku menutup pintu dan bersabda:angkat tangan kalian dan ucapkan la ilaha ilIa Allah (tiada Tuhan Selain Allah). Kemudian belliau bersabda: segala puji bagi Allah, ya Allah karena Engkau telah menggutus aku dengan kalimat ini dan menjanjikan surge kepadaku kar

Gambar

Tabel 28 Santri Menolong Teman atau Orang Lain yang dalam Kesulitan
Tabell
Tabel2Skala Presentase
Tabel.3Interpretasi terhadap angka indeks korelasi product moment
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini merupakan bagian yang membahas tentang data dan pembahasan hasil penelitian. Dimana data tersebut penulis dapatkan melalui observasi dan wawancara sebagai

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung (observasi), wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

Melalui wawancara diketahui ada 4 motif, meliputi (modelling) adalah inti dari belajar melalui observasi, yang menurut Bandura (Hall &amp; Lindzley, 1993), persuasi sosial,

Obyek penelitian ini adalah seluruh komponen yang ada di Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah. Sedangkan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan

Aplikasi penelitian survey dalam penelitian ini adalah pengam- bilan data melalui sampel yang diambil dari populasi untuk menemukan keadaan kompetensi kepribadian guru,

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan.. pendekatan

Maka dari itu, dengan adanya fenomena tersebut, peneliti hendaknya bermaksud melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul Pendidikan Akhlak tasawuf Pada Tarekat

Dari penjelasan di atas tentang pengamalan tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di pondok pesantren Miftahul Huda Malang dalam upaya meningkatkan ESQ (Emotional-Spiritual Quotient)