jL;?-/
PP5 /T
KISAH NABI IBRAHIM A.S. DALAM ALQURAN
(SUATU KAJIAN SEMIOTIK)
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Agama
dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Arab
•
Maisaroh Nurharjanti
Oleh:
NIM : 01.2.00.1.06.01.0049
,>
Pembimbing :
Dr. H. A. Sayuti Anshan Nasution, M.A.
•
KONSENTRASI BAHASA DAN SASTRA ARAB
"
SEKOLAHPASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HlDAYATULLAH
JAKARTA
SURATPERNYATAAN
.,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Maisaroh Nurharjanti
NIM : 01.2.00.1.06.01.0049
.,
Tempat dan Tanggal Lahir : Gunungkidul, 27 Januari 1975
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul "Kisah Nabi Ibrahim a.s. dalam Alquran (Suatu Kajian Semiotik)" adalah benar karya asli saya kecuali kutipan dan bukan merupakan jiplakan. Apabila di kemudian hari terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar.
Surat pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
セ
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Tesis yang berjudul Kisah Nabi Ibrahim a.S. dalam Alquran (Suatu Kajian
Semiotik) telah diujikan dalanl Sidang Munaqasyah Magister Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta pada tanggal 12 Februari
2008. Tesis ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Agama (M.A.) bidang Pengkajian Islam, konsentrasi Bahasa dan Sastra
Arab.
Jakarta, 12 Februari 2008
Sidang Munaqasyah
1. Dr. Yusuf Rahman, M.A.
Ketua SidangIPenguji
(
2. Dr. Thoyib I.M Penguji
( )
ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang Kisah Nabi Ibrahim a.s. dalam Alquran.
PeneJitian ini difokuskan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana struktur yang membangun kisah Ibrahim a.s. dalam Alquran, bagaimana koherensi dan keterpaduan unsur-unsur dalam kisah Ibrahim a.s., dan bagaimana pemaknaan total kisah Ibrahim a.s. dalam Alquran.
Untuk membahas permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik yang merupakan perkembangan dari pendekatan strukturaJisme. Strukturalisme melihat sebuah karya sastra sebagai sebuah konstruksi yang memiliki unsur-unsur internal yang membentuknya. Dalam perkembangannya, teori ini lebih luas lagi tidak hanya memperhatikan unsur-unsur intrinsiknya saja melainkan juga unsur-unsur di luar diri teks tersebut, misalnya latar belakang kemuncuFannya, situasi sosial budaya di sekitarnya, ataupun diri pengarang yang melahirkan karya.
Pendekatan semiotik ini digunakan. karena dianggap dapat memberikan pemaknaan yang lebih luas -dari sekedar makna litllralnya- dari sebuah kisah yang terdapat dalam Alquran. Data yang diperlukan diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan, dengan mengumpulkan data-data dan bahan-bahan penulisan dari berbagai sumber. Untuk menganalisis ayat-ayat yang berkaitan dengan persoalan yang dibahas, penuJis menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif seperti kata-kata tertuJis. Melalui metode ini, penulis mencoba untuk mengungkapkan berbagai pemaknaan yang timbul dari kumpulan tanda di dalam teks.
Berdasarkan penelitian penulis, dapat dikemukakan bahwa kisah Nabi Ibrahim a.s. dalam Alquran mengandung unsur-unsur sebagaimana yang terdapat dalam kisah, berupa tema, tokoh, plot, peristiwa, setting atau Jatar, dan pesan moral. Diantara pesan yang ingin disampaikan adalah sebuah tatanan sosial yang berlandaskan tauhid. Inti dari segala uraian Alquran adalah memperkenalkan keesaan Allah swt.
Kisah Ibrahim a.s. lebih mementingkan tema yang ingin disampaikan berupa pesan-pesan moral yang luhur dan sedikit "mengabaikan" unsur-unsur lainnya, seperti siapa ayah Ibrahim a.s. yang sesungguhnya, usia berapa ia mulai berdakwah, Alquran tidak merincinya. HaJ ini disebabkan Alquran lebih mengutamakan pesan-pesan tersebut sampai kepada pembaca dan dijadikan peJajaran agar dapat mengikuti jejak Ibrahim a.s. dari perjuangan dan keteguhannya serta menjauhi kesesatan dan kebodohan kaumnya. Allah swt. menjadikan Ibrahim a.s. sebagai teladan atau contoh manusia yang teguh pendirian.
Tema yang menggambarkan tentang qiaran tauhid menjadi tema utama dari keseJuruhan kisah Ibrahim a.s. dalam Alquran. Tema utama ini mempengaruhi atau mewarnai keseluruhan episode kisah Ibrahim a.s. yang memang tersebar dalam beberapa surah dalam Alquran. Keteguhan dan keyakinan Ismail tentang mimpi yang dialami ayahnya merupakan wujud pengabdian yang sangat tinggi kepada Allah swt.
Beberapa tema minor mengarah kepada tema utarna diantaranya adalah kecerdasan Ibrahim dalam menyarnpaikan hujjah atau dalil-dalil untuk mengajak kaumnya mengikuti ajaran tauhid, keteguhan sikap dan sikap pengorbanan Ibrahim a.s. dalam mempertahankan suatu keyakinan meskipun sikap seperti itu akan membahayakan dirinya, dan proses observasi dan perenungan terhadap bintang, bulan, dan matahari yang dilakukan Ibrahim merupakan salah satu perjalanan spiritual dalam rangka menemukan keesaan Allah swt. Ketika Ibrahim dan Ismail mendirikan kakbah sebagai tempat beribadah terlihat bahwa keduanya memiliki ketaatan, kepatuhan dan penghormatan kepada Sang Pencipta.
Selain tema utama dan tema-tema minor, penggambaran kisah. Ibrahim a.s. juga dipaparkan melalui penggambaran sang tokoh, setting kehidupannya, sifat-sifat positifuya, dan juga alur yang membangun rangkaian episode dari kisah Ibrahim a.s. Unsur-unsur tersebut mengarah pada satu tema pokok yaitu ajaran tauhid.
Wallahu atllam biZ shawiib.
.
)Jv
セi I..u. jS'.J!.)·r-Pl
iJ0Af1.;f,wl
セr-A'ftJ
U cj セ aJt...)I o..u. J)1.:::i Y"r/all cj セGI|NNNNャャ セ 1"""1y!) a...i..p
<jill A,,;.,JI ..:.;IS'..;.,f (,) :</")
Lセi A.l,••81 o..u. .:.f" セ l::-セi 'Yf>WI セ 1"""1f.! A..aAJ :t:;s:LI .r"t:.llJotSJ)
(coherence)
セiIi )f Jolu\I DIS' ..;.,f (Y»)YA.,.lS" aJセ セ A..aAJI o..u. aJセ セ ..:.;IS'..;.,f(l"»)
""""yl j,.:...wl 1)03 0Iセセ セINC セNNlッ セエLャャ セjNNゥ\[ZNNNj ,UtWI JoWl
Jv
セャZZMサGjIv.oaJ.,..y cj:i.(»-\I o..lA) .:tP::;1 セQjNャQNイBエZNャQ GZG^iセ セ pJ セセセi jャNNpセQ .,f :i.(""yl :i.(»-\II$.J
セ )Ul-I 0.r"1oP
J)
I$J.It:j LC)) Lセ..,....u
セQjNャQ .r"t:.ll.!..pJセ セ ,ijl.6.i t:")fL»y.;
J.:-Iy G\jセセiJ..-li
セ <$.ilI....aJjll) ''4セi a.,.!l.i;)I)セiNNMNセi J)};JI) ,0).,#セ cjセilcIセ
,t:")f。jセセ
f-..\Aj v.oセ
セNNlッ
fi'"I.BGセ
セi
I..u. cj if.")."...J1 j,.:...L\1J-;.-!
セi 1.1!. BGIセi .:.>uyle
()
·f-Pl DTyall cj NセIiIi ;;...all セi セi セイNJv
セセ cj セエLャャ セjNNゥ\[ZNNNjI .:i.(-La; ¥I) .ol} セッャスI セiIiI IセlN。ャNQ
Jv
エセセセ セi liセャNA J.':-I) ':'>I},.JI) ;WSJI v.o a,a....,)1 .:.>uyl セ <jill Ut)o.ll セI Lセケャャ )fセi Ut)o.ll .:.>uyl..,a.;llcj NセjGIi NZN^lッセQ 01)) v.o;u..IS'':>t...)f NZN^セセセ Sセ Ut)o.ll o-4-! セNZ^ヲ J)l>'!) NセーjNQ
Nセi
.r"1oP セ .,Tyall .jセGI|NNNNャャ セ 1"""1y!) a...i.:>f JjAJl セLセ (<jill .:.>uyl
Jv
ッセIL[uセャjMiI LセiIIi セI LHLMBLLセセiI GZG^セiI ,t."....)1
</")
Lセ <$i .:>u. セオN :t§... <J"t...iJv
QヲGQNNMNセQ セャャRNjQ o,-! A..aAJ1 o..u.I.&--<
iDセu <jill Jon....)1 v.o) .NZN^ャLNゥセセiI ,Mill) LセiI.Jw
.!ill セ J"! ...セi JI> .:.>Li..pI)1 v.o f-PI DTyall .j II<$J"y..1 ..,...ul) Nセ[ZZャャ v.o 0y}- dIセ Jill セI y y....fJv
.fr"'l セ .,r}!1 cj セGI|NNNNャャ セ 1"""1f.! セ セNイGI セiNjGI A..aAJ1.H--J
.:r.t"' .j ,y,S"f Lo\.o;:.>I jカセiLZエLャセセQ J:l.1)ェjエNNNIセ 1"""1y!! a...iセ NMLNNNiエNNNセQySyGjNャセ セQBqjQNェ
tro
LoJ.:l:. 0r-".:>IS'セI LセiiBBBiヲNA J.l1) v.o :J\!:.4f v.oセjBケN y}-.r"1oP t,.,...J3.;>'JJ':>#
セJ)
jJt...)1 JL...o.t! セ NZ^tケ。ャャGZ^セ セセINセ DTyallセ セ LセNNiNNaャiiNNオN セZuセ ケセQ v.o) ,.I»I ....tJ:, .jBBLセiI ッセセI ;;;yU)1"""1f.! セiNッZ\ゥ PQN|ZZAセQ v.o '4 .:>セ \! ,3y)
.セi .:t?)NZ^オ[LセQ <$;3 <J"I.:JJ LoLo!) 3)..L! I"""IA .!ill j-..loi.I) NセセI "';3
I..u.) .Dr}!Icj 1"""1y!!
セ
セNイG
セ
uJ
Y L;.."....Yセ
セ[ZZャャ
セ
<$.ill t""'")1)..ydl セキ セ
..:r
[[Iセ rl.:l.l<J
l;j)1 jLAセ..:r
'4)セiNjij .}<II IAJ.t- •
frI'; r')lJl セ セセA.Jw;
<til>..,...>.I»
JWI; J5J1';1,1';11
<J
セia N|sBBセ セ <J'; LセIi tyP}1 セJ.t-
;::-Jセェャゥ \NZjセ yPyo [[セai;
セI Lセ|aDGゥャ
..:r
t
U..l.lJ セ[ Lセ[wi[ <Jj}1<J
""'\A:;...>I; Lセ[ZZャャJJ ....}
y>J.,I 。jセGゥi[&-4
セi[ rAJl; セ セi
t.;Y-
<J
.;".LoWI ..,.;j;; N、[NNNセ セ DrJl
asW>';Il; Lセ セ iANャゥセ .;fセセAj セiNjij rli iaセ[
.Jw
.1»1 ;;.,;1...;..:r
セij.,.,....j
セ[I| .ul..r:--< <$...1
..:r
[[Iセ.,.wI
.;IWJ
4.,lo.l; BセエL。[i[ LセゥN「w
wi
L:l.;..,lr
Bセ|NLmi I fr
asr-L
I セi .lY. r')lJl セNセi jLAセ
..:r
セ[(
r')lJl セ セiNjiA ;;..,d セNイB .;f i.,>jWI; セIi tyP}1Jl
JI..io!;.J..>; ...all .J..> jNN[セ J:z;; JI セi[Ii
4;
,;;.;..j..1 .uL<..,.:.; ,.uy.. セ[ Lセi J-,o;.yl;-all; セゥ .1»1; Nセ[ZZャャ y>; 'ifLセI tyPyo.j Jw'il:JJ:w
J!
セ r"t.:.J1ABSTRACT
This thesis discusses the Tales o/the Prophet Ibrahim 'alayhis salam in The Quran. The study is focused on answering questions regarding the constructive structure of story creation regarding the Prophet Ibrahim 'alayhis salam in theQuran, its coherency and cohesion of elements in the story, and the complete understanding of the Prophet Ibrahim' alayhis salam tale in theQuran.
To disscuss the issue, this study .utilizes the semiotic approach, which is a further development of the structuralism approach. Structuralism views a literary piece as a construction that contains internal elements creating the work. In its development, this theory is more extensive, it not only observes the intrinsic, but also the external elements of the text itsel£ For example, the background of its materialization, the surrounding socio-cultural situation, as well as the author creating the work.
The semiotic approach is used because it can proviae a more extensive comprehension - rather than just a literal understanding - of a tale contained in the Quran. The required data is obtained by conducting a literary study of compiled data and literature material from various sources. To analyze verses related to the issue in discussion, the writer utilizes the qualitative method, a research resulting in descriptive data such as written words. By means of this method, the writer attempts to disclose various understandings emerging from the collection of signs in the text.
Based on the writer's study, it is proposed that the tale of the Prophet Ibrahim'alayhis salam in theQurancontains elements found in a story in the form of theme, character, plot, events, setting or background, and moral message. Amongst the messages to be conveyed are that of a social structure based on tauhid (monotheism). The essence of the elucidation contained in the Quran is the introduction of the Oneness ofAllah subhanahu wata' ala.
Tales of the Prophet Ibrahim .alayhis salam emphasize more on the communication of the theme of exalted moral messages, and somewhat "disregards" the other elements such as the identity of his true father, or at what age he began proselytizing. TheQurandoes not discuss these issues in detail. This is caused by the reason that the Quran devotes greater emphasis on the moral messages reaching its readers, and tum them into lessons to follow the footsteps of Ibrahim 'alayhis salam based on his struggle and conviction, and to avoid his people's misled ways and lack of common sense. Allah subhanahu wata' ala presents Ibrahim 'alayhis salam as an example of a man of great conviction.
The theme illustrating the teachings of monotheism became the main theme of the overall tale of the Prophet Ibrahim 'alayhis salam in the Quran. This main theme influences or provides nuance to the overall episodes of the Prophet Ibrahim 'alayhis salam which is disseminated in severalsurah of theQuran.The firmness and conviction ofIsmail regarding his father's dream displays tremendous dedication to Allah subhanahu wata'ala.
(monotheism), his strength and sacrificial attitude in defending a conviction, although this behavior may endanger himself. And the process of observation and contemplation of the stars, moon and sun by Ibrahim is a form of spiritual journey in the framework of finding the oneness of Allah subhanahu wata'ala. When Ibrahim and Ismail constructed the kaabah as a place of worship, it is depicted that both had obedience, loyalty and respect for the Creator.
Aside from the main theme and sub-themes, the tale of the Prophet Ibrahim .alayhis salam is also presented through the portrayal of the character, his background, positive nature, and a story line creating a series of episodes of the Prophet Ibrahim .alayhis salam tale. These elements lead to a single main theme which is the teaching oftauhid.
KATAPENGANTAR
セIiセIiNFiセ
Segala puji dan syukur hanya milik Allah swt., yang atas curahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan tesis
°
dalam rangka memperoleh gelar magister di bidang Bahasa dan Sastra Arab pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan umat
Nabi Muhammad saw. yang telah diutus Allah swt. sebagai rahmat bagi alam
semesta. Begitu juga semoga tercurah kepada para keluarga, sahabat, serta
pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Setelah sekian waktu, penulis "vakum" dari aktifitas perkuliahan, penulis
.• °
sempat merasakan putus harapan akan terselesaikannya penulisan tesis ini. Namun,
penulis yakin Allah swt. akan memberikan kemudahan kepada hamba yang selalu
memohon kepada-Nya. Dengan energi dan semangat yang sedikit demi sedikit
penulis kumpulkan dan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, baik perorangan
°maupun lembaga, baik secara langsung maupun tidak langsung, mulai perencanaan,
penelitian, penyusunan sampai pada tahap finalisasi, Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan pada batas limit waktu yang diberikan.Alhamdulilliihi rabbi! 'iilamin.
Untuk itu, sudah sewajamya penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
I. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan kepemimpinan dan
kebijakan-kebijakannya, penulis bisa menyelesaikan program S2 ini.
2. Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
sekaligus sebagai Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Kesejahteraan
Rakyat yang telah memberikan semangat dengan kata-kata beliau, "Tesis
3. Asisten Direktur dan seluruh staf Sekolah Pascasarjana DIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan arahan dan pelayanan yang
sebaik-baiknya kepada penulis, sehingga penulis tetap bersemangat untuk
menyelesaikan program S2 inL
4. Bapak Dr. H. Ahmad Sayuti Anshari Nasution, M.A. yang telah meluangkan
waktu yang sangat berharga untuk memberikan bimbingan,
masukan-masukan, arahan-arahan serta memberikan dorongan moril yang sangat
membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5. Segenap Dosen Sekolah Pascasarjana DIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
selama penulis menimba ilmu, mereka dengan ikhlas dan penuh tanggung
jawab memberikan i1mu pengetahuan dan telah memperluas cakrawala
berfikir penulis.
6. Kepala dan segenap staf perpustakaan DIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Kepala perpustakaan di Gedung Dakwah Muhammadiyah, JI Menteng Raya
Jakarta Pusat yang telah sudi meminjamkan buku-buku yang diperlukan untuk
penyelesaian penulisan tesis.
7.. Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Administrasi, Bapak /;;!enry
Soelistyo Budi, S.H., L. LM., Kepala Pusat Penerjemahan dan Penyiapan Naskah, Bapak Drs. Maman H. Soetardja, Apt., M.M. beserta rekan kerja di
Sekretariat Wakil Presiden RI, khususnya Pusat Penerjemahan dan Penyiapan
Naskah, Mas Sapto, Siti Khodijah, dan Risti, serta tentu saja untuk Pak
Hananto, terima kasih atas pengertian dan perhatiannya selama penulis dalam
proses penyelesaian penulisan tesis.
Atas semua bantuan dan jasa mereka, sekali lagi penulis ucapkan terima kasih,
jazaahumullah khairan katsiro,
.
semoga'°menjadi am<lJ shaleh yang akan memberatkan.
timbangan amal kebaikan di akhirat nanti dan Allah swt. senantiasa melimpahkan
hidayah-Nya. Amin.
Selanjutnya penulis tidak lupa memanjatkan doa kepada Allah swt., kiranya
Siti Jamhariah yang atas atas doa dan kasih sayangnya yang tulus dan tiada pernah
pupus serta rnotivasi untuk terus belajar dan belajar, yang sangat penuJis rasakan
berkahnya. PenuJis ucapkan "Jazdkumulldh khaira al-jaza', serta doaRabbi ighfir Ii
wa liwdlidayya wa arhamhumd kamd rabbaydnf shaghfrd, Amin. Saudara-saudaraku
di Yogyakarta, Mbak Nur, Mbak Upik, Irwan , dan Ulfa, terima kasih banyak atas
dukungannya.
Begitu pula penuJis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Bapak dan Mama Mertua, Drs. H. Chusnan Jusuf dan Dr. セN Masyitoh,
M.Ag. atas dorongan moril dan materiil dalam upaya menyelesaikan studi ini.
Kepada suami tercinta, Faiz Rafdhi, M.Kom., yang tiada bosan memberikan
motivasi kepada penuJis selama studi, serta mendampingi penuJis dalam suka maupun
dukfu Semoga tesis ini dapat memacu dalam menyelesaikan penuJisan disertasi pada
Program Doktor Bidang Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta.
Terakhir, kepada kedua permata hati °Rifda Hanun dan Izza Mufida yang dengan
canda dan tawanya dapat memecah kebuntuan dan menjadi penghibur saat lelah
menghadapi tugas. Teriring doa untuk kedua permata hati, semoga kelak permata
hatiku tersayang akan menjadimukminah, 'alimah, 'arifah, dan shalihah.Amin.
Akhirnya, PenuJis sadar sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan
ketidak sempurnaan dalam penuJisan tesis ini. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati, kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca sangat dinantikan demi
kesempurnaan tesis ini. PenuJis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk hamba Allah yang
senantiasa berserah diri kepada-Nya. Amin.
Jakmia, 3 I Desember 2007 M
21 Dzulhijjah 1428 H
DAFTARISI
Halaman Judul
Halaman Pemyataan ..
Halaman Persetujuan Pembimbing .
Halaman Pengesahan ..
Abstrak .
Kata Pengantar .
Daftar lsi .
Pedoman Transliterasi .
BABI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I. J. K. L. BABn PENDAHULUANLatar Belakang Masalah .
Identifikasi Masalah .
Pembatasan Masalah .
Perumusan Masalah .
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..
Manfaat Penelitian .
Metode Penelitian .
Sumber Data .
Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data .
Teknik dan Prosedur Analisis Data ..
Tinjauan Pustaka dan Kajian Terdahulu ..
Sistematika Penulisan .
QASHASH AL-QUR'AN ii iii iv v xi xiv xix
•
I 10 IO 12 12 12 I3 15 15 16 12 21A. PengertianQashash al-Qur'an 22
B. Unsur-unsurQashash al-Qur 'an 28
C. Kesatuan Kisah dan Pengulangan Kisah 37
D. KarakteristikQashash al-Qur 'an 40
•
BAB III KAJIAN TEORI: SEMIOTIKA, PERKEMBANGAN, DAN
PENERAPANNYA
58
61
66
67
72
74
76A.
B.
C.
D.
BABIV
Makna Semiotika .
P erkembangan Semiotika dan Penerapannya .
Beberapa Konsep Semiotika .
1.Teori Semiotik Saussure .
2. Teori Semiotik Peirce .
3. Teori Semiotik Eco .
Pendekatan Semiotika dalam Karya Sastra .
ANALISIS SEMIOTIK PADA AYAT-AYAT YANG
MENGKISAHKAN IBRAHIM A.S.
A. Struktur yang Membangun Kisah Ibrahim a.s. d!lc!am Alquran 82
I. Tema 83
2. Tokoh dan Penokohan 96
3. Alur atau Plot 106
4. Setting 109
5. Bahasa (Simbol, Gaya Bahasa/Dialog) 111
6. Moral (pesan) 115
B. Koherensi dan Keterpaduan Unsur-unsur dalam Kisah Ibrahim a.s. 116
C. Relasi Struktural Kisah Ibrahim a.s. dengan Konteks 134
BAB V PENUTUP
A. Simpulan 146
B. Saran 149
Daftar Pustaka
1. Konsonan
PEDOMAN TRANSLITERASI
I=a
j=z
J=q
y=b
"' U'"= s
!l
=k
-:..>
=t
J'=sy
J
=1
c:.,
= ts
c..T'
= sh
r=m
C
=J
,..J'
= dl
0=n
t=h
.b=th
)=w
t=kh
J;=zh
セ]ィセ]、
t.=
, セ]Gセ]、コ
t=gh
<$=y
.J
=r
J=f
2.
Vokal
a. Vokal Tunggal
_=a
=i
=u
= Rabbana 3. Maddah (vokal panjang)
Vokal panjang dikembangkan dengan huruf dan tanda, yaitu:
Huruf -<i\rab HurufLatin dan Tanda Contoh
L
ii J19=
qiilai
JJ
=
qilaセ
il
jセ
=
yaqilluj
-4. Ta marbuthah
C.I
L) yang hidup (berharakat fathah, kasrah, dan dlomat)menjadi "tOO
•
5. Syaddah ( )
Tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang sarna dengan yang diberi
tanda syaddah.
L:
Contoh: .j
6. Kata Sandang
Kata sandang
JI
yang diikuti oleh huruf baik syamsyiyah maupunqarnariyaI1
berlaku aturan yang sarna, yakni dimulai dengan kata sandang
JI
dandiikuti
oleh huruf-huruf tersebut.
Contoh: al-Syams (untuk syamsyiyah)= セi
al-Qamar (untuk qamariyah) = セi
Secara umum, transliterasi dalam tulisan ini merujuk pada Pedoman
Transliterasi Arab Latin berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1977 dan No.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Alquran berasal dari bahasa Arab al-Qur'dnyang secara harfiah merupakan
akar kata dari qara'a yang berarti membaca. AI-Qur'dn adalah bentuk mashdar
yang diartikan sebagai isim maf'ul yaitu maqru' yang berarti "yang dibaca".1
Menurut istilah pengertian Alquran adalah kalam yang diwahyukan Allah swt.
kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantaraan malaikat Jibril.2 Alquran merupakan baydn atau penjelasan kepada manusia tentang bagaimana
membangun sebuah tatanan sosial yang berlandaskan tauhid. Dengan kata lain inti
dari segala uraian Alquran adalah memperkenalkan keesaan Allah swt. Ini terlihat
sejak wahyu pertama Alquran, ketika wahyu tersebut memerintahkan untuk
membaca dengan nama Allah swt. yang dijJerkenalkannya sebagai Maha
Pencipta, Maha Pemurah, serta Maha Pemberi IImu.
Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dengan bahasa Arab,
bahasa yang dipakai oleh orang-orang Arab waktu itu. Tingkat kebahasaan bangsa
Arab pada waktu itu telah mencapai tingkat bahasa yang tinggi. Meskipun
demikian bahasa Alquran tetap tak bisa ditandingi oleh para penyair sekalipun.
Perlu digarisbawahi bahwa Alquran menggunakan kosa kata yang
digunakan oleh orang-orang Arab pada masa turunnya. Namun, pengertian kosa
kata tersebut tidak selalu sarna dalam pemaknaannya dengan yang berlaku di
masyarakat pada waktu itu. Selain harus memperhatikan struktur serta
kaidah-kaidah kebahasaan serta konteks pembicaraan ayat, harus diperhatikan pula
penggunaan kosa kata tersebut pada masa pra Islam. Hal ini penting untuk
menangkap makna yang dimaksud oleh Alquran.3
I Muhammad 'Abd al-'Azh!m al-Zarqani,Manahil al- 'fryanji 'Ul11m al-Qur'an,Juz I, Beirut:Dar
al-Pikr, 1988 h. 43-47
2Shubhi al-Shillih,Mabiilzits ji 'Ulzim al- al-Qur 'an, Beirut: Dar al-' 11m Ii al-Malay!n, 1988 h. 2 I
Sebagai kitab hidayah danlurqan, Alquran bertujuan untuk mempengaruhi
pendengar atau pembacanya agar mau menerima gagasan yang diajukannya dan
mengamalkannnya dalam kehidupan. Oleh karena itu Alquran selalu
menggunakan dualisme pendekatan dalam, menyeru manusia. Gagasan-gagasan
Allah swt. disampaikan oleh Alquran secara argumentatif, logis, dan rasional
tetapi menggunakan gaya bahasa dan teknik pengungkapan yang menyentuh
perasaan dan emosi pendengar atau pembacanya sehingga terpengaruh dan
terkesan oleh gagasan tersebut. Ini menunjukkan bahwa Alquran menggunakan
pendekatan sastra dalam menyampaikan pesan-pesan Allah swt. mengenai
kehidupan dunia dan akhirat.4
Allah swt. meyakinkan manusia tentang ajaran-Nya dengan menyentuh
seluruh totalitas manusia, termasuk menyentuh hati mereka. Sarana yang
digunakan adalah melalui seni yang ditampilkan oleh Alquran, antara lain melalui
kisah-kisah nyata atau simbolik yang dipadu oleh imiUinasi dan
gambaran-gambaran kongkrit dari gagasan abstrak yang dipaparkan dalam bahasa seni yang
mencapai puncaknya.s > •
Salah satu tradisi bangsa Arab dalam menyampaikan suatu pesan adalah
dengan menggunakan sarana kisah, hikayat, dan mitos yang diwariskan secara
turun temurun. Sebagaimana tradisi bangsa Arab pada waktu itu maka Alquran
pun banyak menggunakan kisah sebagai sarana untuk menyampaikan pesan
kebenaran. Alquran menjadikan kisah sebagai salah satu sarana pendidikan yang
sejalan dengan pandangannya tentang alam, manusia, dan kehidupan.
Secara teologis, Alquran diyakini oleh umat Islam sebagai firman Allah swt.
yang didektekan langsung oleh malaikat Jibril kepada Muhammad. Hal ini yang
membedakan otentisitas Alquran dibandingkan kitab suci agama lain yang mana
kitab suci agama lain redaksinya ditulis oleh para nabi (manusia). Teks Alquran
ditulis dalam bahasa Arab yang dapat membuka peluang penafsiran hermeneutis
ketika Alquran dibaca oleh generasi berikutnya yang berselang waktu dan tempat
4Sayyid Quthb,AI-Tashwir al-Fann;ftAI-Qur 'an. Kairo:Dar al-Ma 'ar1, 1975, h. 12
yang jauh berbeda. Kehadiran teks Alqurandi tengah umat Islam pada khususnya
telah membuka pusaran kajian yang tak pemah berhenti. Alquran dikaji dari
berbagai sudut pandang dan tak pernah ada habisnya.6
Untuk memahami pesan yang disampaikan Alquran diperlukan tafsir.
Hidayat berpendapat bahwa Muhammad saw. terlibat langsung dalam proses •
penafsiran Alquran. Dengan keempat sifat utama yang dimilikinya (shiddiq,
amanah,Jathanah, tabligh), Muhammad saw. mampu memahami, menyerap, dan
mengungkapkann kembali pesan Allah swt. yang disampaikan melalui Jibril
tersebut dalam bahasa Arab. Keterlibatan Muhammad saw. dalam penafsiran
Alquran berlangsung dalam dua level. Kesatu, proses pengungkapannya dalam
bahasa Arab; kedua, penafsiran atas Alquran yang kemudian disebut dengan
hadis.7
Perdebatan mengenai pendekatan sastra untuk memahami kisah-kisah dalam
Alquran ini telah terjadi sejak lama. Selain al-Khuli, terdapat juga KhalafulJah
dan Nasr Hamid Abu Zaid yang mencoba menafsirkan Alquran dengan
memposisikan teks Alquran sebagai teks yang dapat dikaji dengan sudut pandang
pemahaman yang umum. Teks-teks kisah dalam Alquran dipandang sebagai
bukan teks sejarah melainkan teks-teks sastra yang dipilih Alquran sebagai
mediator demi kemudahan penyampaian pesan-pesan dasarnya yang kadang
bertentangan dengan mainstream tafsir yang biasanya memosisikannya sebagai
teks-teks sejarah.
Jika ditilik darisegi historisnya, Alquran diturunkan untuk berdialog dengan
realitas sosial budaya yang melingkupinya. Turunnya sebuah ayat Alquran
dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa dan merupakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan umat pada masa turunnya ayat tersebut. Sehingga muncullah
6Komaruddin Hidayat,Memahami Bahasa Agama. Sebuah kajian Hermeneutik,Jak.rta:
Paramadina, 1996,h. 15
pemahaman bahwa teks Alquran tidak dapat dipisahkan dari sistem budaya yang
melatarbelakanginya.
Kisah dalam Alquran bukanlah sebuah karya seni yang terpisah dalam tema,
cara penyampaiannya, dan dalam pengolahan alur ceritanya tetapi Alquran
memiliki cara yang beragam dalam menyampaikan sebuah kisah untuk maksud
tujuan keagamaan. Tugas kisah dalam Alquran adalah memberikan
gambaran-gambaran yang semuanya tunduk pada tujuan keagamaan.8
Pemaparan Alquran menyatukan antara maksud tujuan keagamaan dan
maksud tujuan seni. Alquran menjadikan keindahan seni sebagai alat yang
digunakan untuk mempengaruhi perasaan.
Diantara tujuan-tujuan kisah dalam Alquran adalah:
I. Untuk menetapkan wahyu dan risalah. Sebagaimana terdapat dalam
pembukaan Surah Yusuf as.: "Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa
Alquran dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya. Kami
menceritakan kepadamu kisah pa-ling baik dengan mewahyukan Alquran ini
kepadamu dan sesungguhnya kamu se-belumnya adalah termasuk
orang-orang yang belum mengetahui."SurahYusuf[QS 12:2-3]. "
2. Menerangkan bahwa semua agama berasaI dari Allah swt., sejak masa Nabi
Nuh a.s. hingga Nabi Muhammad saw.
セ
3. Menerangkan bahwa agama seluruhnya berlandaskan pada satu dasar yaitu
tauhid.
4. Menjelaskan cara-cara para nabi berdakwah dan sikap penerimaan umatnya
yang relatif sarna.
5. Menerangkan asal yang sarna antara agama Nabi Muhammad saw. dan agama
Nabi Ibrahim a.s. seCaI'a khusus dan agama-agama bani Israil secara umum.
6. Menerangkan bahwa Allah swt. pada akhirnya pasti akan menolong para
nabi-Nya dan membinasakan orang-orang yang mendustakan mereka.
7. Membenarkan kabar gembira dan kabar ancaman serta menyajikan
contoh-contoh nyata dari pembenaran ini.
8. Menerangkan nikmat-nikmat Allah sM. yang diberikan kepada nabi-nabi-Nya
dan orang-orang pilihan-Nya
9. Memberikan peringatan kepada anak-anak Adam terhadap godaan dan rayuan
setan serta menampakkan permusuhan abadi antara setan dan anak keturunan
Adam as.
iO. Menerangkan kekuasaan Allah swt. yang di luar kebiasaan.9
Selain itu masih terdapat tujuan-tujuan lain yang berisi nasehat dan wejangan
yang mewamai dan mendominasi kisah-kisah dalam Alquran.
Mengingat peran penting dari kisah adalah untuk menanamkan nilai-nilai
keagamaan dan juga merupakan tradisi keberagamaan bangsa Arab pada masa itu,
maka Alquran menjadikan kisah sebagai salah satu alat dakwah. Kisah dalam
Alquran bukanlah karya sastra murni baik dilihat dari segi tema, alur cerita,
ataupun aspek penokohannya tetapi kisah dalam Alquran ini merupakan sarana
dakwah untuk mempengaruhi emosi pembaca ataupun pendengarnya.
Pentingnya posisi kisah dalam Alquran menjadikannya menempati porsi
yang tidak sedikit dari keseluruhan ayat-ayat Alquran. Bahkan ada surah-surah
Alquran yang dikhususkan untuk kisah semata-mata di dalamnya banyak
mengandung pelajaran bagi umat manusia, misalnya Surah Yusuf, Qashash,
al-Anbiyii', dan lain-lain.1O
Salah satu kisah yang dipaparkan dalam Alquran adalah kisah nabi Ibrahim
a.S. Dalam agama Islam, Ibrahim a.s. adalah panutan iman yang teguh dan
penganut monoteisme yang kokoh, nabi dan rasul, dan penerima wahyu dari Allah
swt. Nabi Ibrahim a.s. tercatat sebagai kekasih atau sahabat Allah swt.ll
9Sayyid Quthb,Al-Tashwir al-Fannifi Al-Qur'dn,h. 120-128
10A. Hanali,Segi-segi Kesusatraan Pada Kisah-Kisah Alquran,Jakarta: Pustaka AI-Husna, 1984,
h.22
II Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, penerjemah, Satrio Wahono Jakalta: Serambi,
Selain menjadi nama dari surah dalam Alquran, Nabi Ibrahim a.s. juga
merupakan manusia yang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh nabi
ataupun manusia lain. Misalnya Nabi Ibrahim a.s. menemukan Allah swt. melalui
tahapan-tahapan pencarian dan analisa yang panjang serta pengalaman ruhaniah.
Nabi Ibrahim a.s. merupakan satu-satunya nabi yang memohon pada Allah swt.
agar diperlihatkan bagaimana Allah swt. menghidupkan yang mati dan
permohonan' tersebut dikabulkan.12 Nabi Ibrahim as. juga pendiri kakbah sebagai
kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia.
Pada masa hidupnya Nabi selalu memberikan penjelasan dan penafsiran
tentang ayat-ayat Alquran, namun tidak semua ayat telah dikomentari oleh beliau.
Setelah beliau wafat, para sahabat dan thabi'inmemberikan penjelasan mengenai
ayat-ayat yang belum 、ゥェ・ャ。ウセ。ョ oleh Nabi. Munculnya penafsiran Alquran
menjadikan tumbuh berbagai aliran tafsir. Tafsir Alquran dapat membantu
manusia untuk menangkap pesan-pesan Allah swt. yang dituangkan dalam
Alquran.13
Semiotika atau semiologi mel'llpakan terminologi yang merujuk pada ilmu
yang sarna. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan
o
semiotika lazim dipakai oleh i1muwan Amerika. Istilah ini berasal dari .bahasa
Yunani yaitu semeion, yang berarti "tanda". Yang dipelajari di dalamnya adalah
sistem tanda seperti bahasa, kode, sinyal, dan lain sebagainya.
Awal mula konsep semiotika diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure
melalui dikototlIi sistem tanda, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signifie).
Jadi ketika salah satu aspek disebut atau ditunjuk, maka aspek yang lain tul'llt
hadir dalam penunjukan atau penyebutan tersebutl4• Dalam istilah Iinguistik,
fenomena penanda-petanda diungkap sebagai fenomena langue-parole atau
competence-performance. Langue dimaknai sebagai aspek sosial bahasa yang
12M. Quraish Shihab,Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan,Bandung: Mizan, 1994, h., 203
IJThameem Ushama, Metodologi Tafsir Alquran,penerjemah, Hasan Basri dan Amroeni Jakarta:
Riora Cipta, 2000, h. 2
memungkinkan terjadinya komunikasi simbolik, sedangkan parole merupakan
wujud atau aktualisasi dari languedalam tuturan atau tulisan.15
Aminuddin menyebutkan bahwa ruang lingkup semiotika meliputi:
I. Karakteristik hubungan antara bentuk, lambang, atau kata yang satu dengan
yang lainnya.
2. Hubungan antara bentuk kebahasaan dengan dunia luar yang diacunya.
3. Hubungan antara kode bahasa dengan pemakainya.
Berkaitan dengan tiga ruang lingkup semiotika tersebut di atas, maka bahasa
dalam sistem semiotik dapat dibedakan dalam tiga komponen sistem, yaitu:
I. Sintaktik, yakni komponen yang berkaitan dengan lambang atau sign serta bentuk hubungannya.
2. Semantik, yakni unsur yang berkaitan dengan masalah hubungan antara
lambang dengan dunia luar yang diacunya.
3. Pragmatik, yakni bidang kajian yang berkaitan dengan hubungan antara
pemakai dengan lambang dalam pemakaian.16
Media sastra adalah bahasa. Bahasa adalah sistem tanda, maka untuk
memahami konsep makna dalam karya sastra seorang penelaah harus menguasai
tanda-tanda dan lambang-Iambang, sistem lambang, dan proses perlambangan
yang terdapat dalam suatu bahasa. Hal tersebut berdasarkan kenyataan bahwa
sistem tanda atau lambang pada masing-masing bahasa mempunyai ciri dan
spesifikasinya sendiri.17
Fungsi bahasa sejJ'erti dikutip Sobur dari Roman Jacobson adalah bahwa
bahasa memiliki enam macam fungsi yaitu:
I. Fungsi referensial, atau bahasa sebagai pengacu pesan;
2. Fungsi emotif, bahasa adalah alat untuk mengungkapkan keadaan pembicara;
15 Hedy Sri Ahimsa Putra, Stl7Jkturalisme Levi Strauss. Milos dan KG/ya Sastro. (y ogyakarta:
Galang Press, 2001), h. 42-43
16Aminuddin,Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001,
h.37
3. Fungsi konatif, bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan sesuatu keinginan
pembicara yang langsung atau segera dipikirkan oleh pendengamya;
4. Fungsi metalinguistik, bahasa sebagai penjelas terhadap sandi atau kode yang
digunakan;
5. Fungsi Fatis, bahasa sebagai pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan,
atau kontak antara pembicara dengan pendengamya;
6. Fungsi puitis atau penyandi pesan.18
Berbeda dengan Jacobson, Halliday mengungkapkan fungsi bahasa secara
makro yang terbagi menjadi tiga fungsi yaitu:
I. Fungsi Ideasional, bahasa sebagai alat untuk membentuk, mempertahankan,
dan memperjelas hubungan antar masyarakat;
2. Fungsi Interpersonal, berkaitan dengan pera bahasa sebagai alat untuk
menyampaikan informasi di antara anggota masyarakatnya. Bahasa berperan
sebagai pembangun dan pemelihara hubungan sosial dalam masyarakat.
Bahasa dapat mengungkapkan sebuah status, sikap sosial dan individu, serta
penilaian atau taksiran terhadap peristiwa komunikasi dalam masyarakat;
3. Fungsi tekstual, bahasa berfungsi untuk membentuk suatu mata rantai
hubungan kebahasaan dan mata rantai unsur situasi yang memungkinkan
digunakannya bahasa oleh para pemakainya.19
Metode semiotik dalam kajian sastra lahir sebagai kelanjutan dari metode
strukturalisme. Strukturalisme memiliki asumsi bahwa dalam suatu fenomena
terdapat konstruksi tanda-tanda. Keterkaitan antar inner structure merupakan inti
dari metode strukturalisme ini. Dalam menanggapi karya sastra secara obyektif
haruslah berdasarkan teks karya sastra itu sendiri. Jika kajian struktural hanya
menitikberatkan pada aspek intrinsik, semiotik tidak demikian halnya karena
paham semiotik menganggap bahwa karya sastra memiliki sistem tersendiri.
Pengkajian terhadapnya diarahkan pada bagian-bagian karya sastra dalam
]8Alex Sobur,Semiotika Komunikasi,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, h. 56
19Halliday,MAX,Language Structure and Language Function, dalam John Lyons, 1972,
menyangga keseluruhan dan sebaIiknya keseluruhan itu terdiri atas
bagian-bagian.20
Pendekatan sastra atas teks Alquran sebenamya bukan merupakan hal yang
baru. Pada masa abad pertama Islam, Abdullah ibnu Abbas (w. 68 Hijriah/687 M)
menggunakan puisi pra Islam untuk menafsirkan beberapa teks Alquran. Hal ini
dilakukan karena sebelum kedatangan Islam tradisi sastra berupa syi'r telah
berkembang di dunia Arab. Model penafsiran seperti ini diikuti oleh para ulama
sesudah ibn Abbas, diantaranya adalah Abd Qahir Jurjani dan
al-Zamakhsyari.21
Pada masa modern, pendekatan Iinguistik dan sastra dimotori oleh Amin
al-Khuli (w. 1967). Ia mulai mengkaji pendekatan sastra dalam menginterpretasikan
Alquran (al-rnanhaj al-adabi
fi
al-taftir) pada pertengahan abad ke dua puluh.Keseriusannya dalam mengkaji Alquran tidak bisa dilepaskan dari
kajian-kajiannya terhadap bahasa dan sastra Arab. Menurutnya, kajian sastra Arab
membutuhkan perangkat analisis iImu balaghah yang mencakup aspek rna 'ani,
baydndanbadi'.
Muhammad Ahmad Khalafullah menerapkan teori yang digunakan oleh
al-Khulli ini dalam mengkaji kisah nabi dalam Alquran. Menurutnya
kisah-kisah nabi yang terdapat dalam Alquran bukanlah data sejarah yang disusun
secara kronologis tetapi kisah-kisah tersebut banyak disebutkan secara berulang
karena memiliki misi tertentu. Gambaran sastrawi banyak digunakan untuk
mengekspresikan ajaran moral yang disampaikan sesuai dengan konteks asbdb
al-nuzUlpada saat ayat tersebut diturunkan.22 Generasi setelah kedua ulama di atas
adalah Nashr Hamid Abu Zayd yang mengembangkan teori sastra sebagai sebuah
pendekatan dalam menafsirkan Alquran.
20 Suminto A. Sayuti, Strukturalisme Dinamik dalam Pengkajian Sastra, dalam Jabrohim,
Metodologi Penelitian SastraYogyakarta: Hanindita, 2001, h. 66
21Mach. Nur Ichwan,Meretas KesO/janaan Kritis Alquran, Jakarta: Toraju, 2003, h. 42
d. Surah AI-An 'dm disebut namanya sebanyak 4 kali. (Makiyyah)
e. Surah At-Taubah disebut namanya sebanyak 3 kali.(Madaniyyah)
f. Surah Huddisebut namanya sebanyak 4 kali.(Makiyyah)
g. Surah Yusufdisebut namanya sebanyak 2 kali. (Makiyyah)
h. Surah Ibrdhim a.S. disebut namanya sebanyak I kali.(Makiyyah)
i. Surah al-Hijrdisebut namanya sebanyak I kali.(Makiyyah)
j. Surah an-Nab.!disebut namanya sebanyak 2 kali. (Makiyyah)
k. Surah al-Anbiyd'disebut namanya sebanyak 4 kali.(Makiyyah)
I. Surah aI-Hajjdisebut namanya sebanyak 3 kali.(Madaniyyah)
m. Surah al-Syu'ard'disebut namanya sebanyak I k!lli. (Makiyyah)
n. Surah al-AnkabUtdisebut namanya sebanyak 2 kali.(Makiyyah)
o. Surah al-A!J.zabdisebut namanya sebanyak I kali.(Madaniyyah)
p. Surah as-Shdffatdisebut namanya sebanyak 3ォ。セゥN (Makiyyah)
q. Surah Shdddisebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyah)
r. Surah as-Syurddisebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyah)
s. Surah al-Zukhr/ifdisebutnamanya sebanyak I kali. (Makiyyah)
t. Surah al-Dzariyatdisebut namanya sebanyak I kali.(Makiyyah)
u. Surah an-Najmdisebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyah)
v. Surah al-Hadiddisebut namanya sebanyak I kali. (Madaniyyah)
w.
Surah al-Mumta!J.anahdisebut namanya sebanyak 2 kali. (Madaniyyah)x. Surah al-A 'lddisebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyahi3
23Pengklasifikasian Surah berdasarkan jeuis ayat Madaniyyhaataupuu Makiyyah berdasarkan
AI-QUI" 'tin ai-Karim,Madinah:Majma' ai-Malik al-FahdIiThibd'ah al-Mushhafal-Syarij,tanpa tahun. Mayoritas kisah-kisah Alquran tergolong dalam ayat-ayat Makiyyah. Pada periode awal dakwah Islam di Mekah, isu sentral yang muneul ke pennukaan sangat kental diwamai dengan tiga poin yaitu,
ketuhanan, kerasulan, dan mukjizat. (Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Fann al- Qashashifl
al-Qur'dn ai-Karimh. 114
Dari dua puluh empat surah yang memuat kisah Ibrahim a.s. tersebut hanya tujuh surah yang
merupakan kelompok ayat-ayat madaniyyah. Hal tersebut merupakan salah satu ciri ayat-ayat
makiyyahyang lebih mengutamakan pengajaran tauhid melalui penjelasan-penjelasan tentang prinsip-prinsip akhlak yang mulia dan pranata sosial yang tinggi yang tujuannya untuk mengajak orang untuk
D. PERUMUSAN MASALAH
Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini
dengan pertanyaan berikut:
"Bagaimana pemaknaan simbol, interpretasi, dan pemaknaan totalitas kisah
Ibrahim a.s. dalam Alquran dilihat dari paradigma semiotik'?"
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
I. Mengetahui pemaknaan simbol yang diungkapkan dalam kata-kata yang
tersusun tentang Ibrahim a.s. dalam Alquran.
2. Memahami kerangka pemaknaan yang logis berdasarkan urutan kisah.
3. Memahami kisah Ibrahim a.s. secara total, sistematis dan berdasilrkan
pendekatan semiotik.
4. Memperolehjawaban atas permasalahan yang diangkat
F. MANFAAT PENELITIAN
I. Manfaat teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kaj ian sastra Arab
khususnya dalam menerapkan metode semiotik. Metode ini memiliki
kemampuan untuk menganalisis dan menginterpretasikan kisah-kisah
sehingga maknanya dapat digali lebih jauh.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana baru bagi masyarakat
dalam memahami pesan-pesan yang tersurat ataupun tersirat dalam
G. METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan proses, prmslp dan prosedur kerja yang
digunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Metodologi adalah
pendekatan umum untuk mengkaji suatu obyek penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prinsip kerja penelitian
kualitatif. Dengan demikian hasil penelitian ini dijabarkan dan dianalisis dengan
kata-kata atau susunan kalimat dan tidak menggunakan angka-angka statistik.
Penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis,
prinsip angka dan metode statistik?4
Penelitian ini memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai penelitian
.) kualitatif, diantaranya adalah:
I. Mempunyai latar ilmiah
Penelitian kualitatif dengan ciri latar ilmiah berarti peneliti melakukan
penelitian pada satu konteks secara utuh. Hal itu disebabkan oleh kesatuan
konteks yang terdari beberapa struktur yang saling menginterpretasi satu sarna
lain dan tidak dapat dipecah-pecah. Antara struktur yang satu dengan struktur
lainnya saling berpengaruh.25
2. Menggunakan manusia (peneliti) sebagai instrumen penelitian
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan pengumpul data
utama. Penelitian dengan peneliti sebagai alat pengumpul data utama dalam
istilah Moleong26, disebut sebagai "pengamatan berperan serta" atau
"participant observation".
3. Bersifat diskriptif
Deskripsi dalam penelitian kualitatif dijabarkan dalam gambaran dengan
ciri-ciri yang akurat yang berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Data-data
yang dikumpulkan dapat berasal dari naskah, hasH wawancara, ataupun dari
24Deddy Mulyana,Metodologi Penelitian Kualitatif,Bandung: Remaja Rosdakarya, 200 1, h. 150
25Fatimah Djajasudarma,Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian,Bandung: Eresco, 1993, h. 11
lapangan. Data tersebut kemudian disusun dengan dipilah sesuai denga
hakikatnya atau sesuai dengan ciri-cirinya. Penelitian juga harus diawali
dengan sebuah studi pustaka yan kemudian disusun dengan teliti dan
sistematis dengan pertimbangan ilmiah.27
4. Menganalisis data secara induktif
Analisis data pada tahapan ini menggunakan kaj ian data secara induktif, yaitu
data yang akan diuji berlangsung dari fakta kepada teori dan bukan
sebaliknya.
5. Mementingkan proses daripada hasil28
Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses karena sejalan dengan
pengertian teori strukturalisme De Saussure yang menyatakan bahwa
bagian-bagian atau unsur-unsur itu merupakan satu kesatuan yang utuh yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa peranan
proses dalam penelitian kualitatif adalah besar sekali.
Metode penelitian pada tesis ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu
dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusun
dengan ana/isis, terutama yang berhubungan dengan isi teks. Sebagai jenis
penelitian kualitatif, dasar dari metode analisis adalah penafsiran.29
Penelitian ini juga bersifat diskriptif karena dalam penelitian ini data-data
akan dipaparkan sebagaimana adanya seperti yang tergambar pada saat penelitian ')1
dilakukan. Laporan penelitian juga berbentuk paparan yang berisi kutipan dari
data untuk memberikan dukungan terhadap hal-hal yang diteliti. Penelitian
deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan dan menguraikan secara sistematis
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar peristiwa yang diteliti.30 Di dalam
penelitian kebahasaan, metode penelitian deskriptif cenderung digunakan dalam
27Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif,h. 6
28Zaini Hasan, Karakteristik Penelitian Kualitatif,dalam Aminuddin, Pengernbangan Penelitian
Kualitatifdalarn Bidang Bahasa dan Sastra,Malang: HISKI·YA3, 1990, h. 14
29 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelilian Sastra,oYogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006, cet.ii,hA9.
•
penelitian kualitatif, terutama dalam mengumpulkan data serta menggambarkan
data secara ilmiah.
Data dalam penelitian ini adalah seluruh sistem tanda bahasa yang terdapat
dalam Alquran mengenai kisah Nabi Ibrahim a.s. yang merupakan unsur-unsur
pembentuk struktur kisah Nabi Ibrahim a.S. tersebut. Dalam tesis ini, dilakukan
beberapaャ。ョァォセィ penelitian, yaitu: 0
a. Menentukan topik penelitian
b. Merumuskan masalah
c. Menentukan met9de pengolahan data
d. Mengklasifikasi dan mengidentifikasi data
e. Menganalisis data, serta
f. Menarik kesimpulan
i>
H. SUMBERDATA
Data penelitian ini diperoleh dari Alquran pada ayat-ayat yang memuat
kisah Ibrahim a.S. Ayat-ayat tersebut menjadi sumber data utama dalam penelitian
inL Data skunder diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan kajian
sastra, baik sastra pada umumnya maupun sastra Arab pada khususnya. Selain itu
buku-buku tentang kisah-kisah para' Nabi dijadikan juga sebagai data pendukung.
I. TEKNIK DAN PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data diperoleh melalui langkah-Iangkah dan teknik sebagai
berikut:
I. Menentukan unsur-unsur kisah yang akan diteliti
2. Mengumpulkan data-data primer
3. Mengumpulkan data-data sekunder
J. TEKNIK DAN PROSEDUR ANALISIS DATA
Langkah-langkah analisis metode semiotik adalah sebagai berikut:
I. Teks dianalisis dengan memperhatikan hubungan antar unsur-unsur dengan keseluruhannya dengan menggunakan pendekatan struktural.
2. Pemberian makna masing-masing unsur dengan metode semiotik sesuai
dengan yang berlaku dalam sastra.
3. Pencarian makna totalitas dalam kerangka semiotik.
4. Untuk kepentingan pemaknaan itu harus dilakukan pembacaan heuristik dan
hermeneutik.
Perlu ditekankan disini bahwa urut-urutan di atas dapat dibolak-balik sesuai
keperluan. Dalam kerangka semiotik perlu diperhatikan konvensi-konvensi sastra
dan kaitannya dengan kerangka kesejarahan dan kerangka sosial budaya dimana
teks tersebut diproduksi atau dihasilkan.
K. TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TERDAHULU
Kajian tentang qashash al-qur'dn telah banyak tersebar dalam buku-buku
tafsir maupun dalam 'ulfim al- qur'dn karena qashash merupakan bagian dari
kandungan Alquran. Sejauh pengamatan penulis, kajian semiotik yang diterapkan
dalam Kisah Nabi Ibrahim a.S. belum penulis temukan. Namun, karya-karya
terdahulu yang menjadi tinjauan kepustakaan dalam kajian ini diantaranya adalah:
Khalafullah dalam bukunya yang berjusul Fann Qashashi fi
al-Qur'dn al-Karim31, Quthb dalam bukunya, Al-Tashwir al-Fannifi al-Qur'dnJ2,
al-Qaththiin dalam Mabdhis fi 'Ulfim al-Qur'iin3
3,
Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyii'.34 Selain buku-buku tersebut, penulis juga menggunakan beberapapenelitian tesis terdahulu sebagai studi kepustakaan diantaranya adalah tesis yang
31 Muhammad Ahmad Khalafullah, aI-Fann al- Qashashi fi al-Qur'an ai-Karim, Kairo:
Maktabah al- Nahdlah al-Mashirah, 1951
32Sayyid Quthb,AI-Tashwir al-Fann!fi al-Qur 'an
33Manna' al-Qaththiln,Mabdhisfi 'Wum al-Qur'an,tanpa penerbit, 1990
34Ibnu Katsir,Qashash al-Anbiya',Juz I,TahqlqMushtofa Abdul Wahid, Kairo: Dar
ditulis oleh Wahab, Konsep Dialog dalam Alquran: Studi Kisah Nabi Ibrahim
a.s.3S, Hadiyanto, Kajian Semiotik Kisah Yusuf Sebuah Tinjauan Sastra terhadap
Kisah Alquran36, Tohe, Gaya Bahasa Alquran Periode Mekah, Kajian Struktural
Semiotik37, dan Hidayat, Struktur Narasi dalam Qashash al-Qur'iin, Tinjauan
Analisa Strukturalime Narati,fS. Penjelasan mengenai ォ。ェゥ。ョMォセゥ。ョ terdahulu dan
menjadi tinjauan kepustakaan dalam penulisan tesis ini, secara singkat dapat
diuraikan sebagai berikut:
kセゥ。ョ Khalafullah merupakan kajian yang komprehensif dan menjadi
argumen bahwa Alquran mengikuti konvensi sastra dalam penyajian qashash
al-Qur'iin. kセゥ。ョ Khalafullah telah menggunakan pendekatan surah dalam
menyatukan tema-tema dan tidak menyatukan tokoh-tokoh atau
peristiwa-peristiwa khas dalam kisah Alquran.39
Kajian Quthb lebih mengedepankan asumsi bahwa Qashash al-Qur'iin
tunduk dalam kerangka tujuan keagamaan dan tujuan dakwah Muhammad.
Pandangan yang dibangun Quthb adalah Alquran merupakan kitab dakwah
keagamaan dan Qashash merupakan salah satu sarananya. Qashash dalam
Alquran bukanlah sebuah karya seni yang terpisah dalam tema dan cara
pengungkapan atau penggambarannya tetapi merupakan salah satu cara Alquran
yang beragam untuk maksud tujuan keagamaan.40
Sebuah kritik terhadap tesis yang dikemukakan Quthb adalah fokus yang
menjadi perhatian Quthb pada pengungkapan atau penggambaran (tashwfr) yang
35Muhbib Abdul Wahab,Konsep Dialog dalam Alquran: Studi Kisah Nabi Ibrahim a.S.,
Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri SlarifHidayatuliah Jakarta, 1997
3 Andy Hadiyanto, Kajlan Semiotik Kisah Yusuf, Sebuah Tinjauan Sastra terhadap Kisah
Alquran,Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri
SyarifHidayatuliah Jakarta, 2004 .
37 Achmad Tohe, Gaya Bahasa Alquran Periode Mekah Kajian Struktural Semiotik, Tesis 82
Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program Pasc"sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006
J8M. Wakhid Hidayat,Struklur Narasi dalam Qashas ai-QuI' 'an Tinjauan Analisa Strukturalime
Naratif, Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri SyarifHidayatuliah Jakarta, 2007
39Muhammad Ahmad Khalafullah,aI-Fann al- Qashashifi ai-QuI' 'an ai-Karim,h. 211-212.
masih berada pada tataran kajian unsur bahasa pada tingkat unsur cerita sehingga
kajian ini belum mengungkap lebih dalam mengenai unsur-unsur teks dalam
Qashash al-Qur'an.41
Sementara itu, al-Qaththan, berpendapat bahwa Qashash al-Qur 'an
merupakan gambaran realita kehidupan masa lalu yang benar-benar terjadi dan
jauh dari khayalan ataupun imajinasi. Al-Qaththan, membagi cerita menjadi tiga;
cerita para nabi dan rasul, cerita orang-orang pendahulu yang tidak ditetapkan
kenabian dan kerasulannya, dan cerita yang berkaitan dengan masa Muhammad.42 Perbedaan antara Khalafullah dengan kajian al-Qaththiin, adalah pada penekanan
acuan (reference) cerita, dimana acuan narasi dalam pemikiran Khalafullah
kepada kehidupan Muhammad, sedangkan acuan narasi pemikiran al-Qaththan,
kepada kehidupan para tokoh cerita, misalnya Musa, Ibrahim, Luth, dan lainnya.4J
Sejalan dengan Quthb, Ibn Katsir menceritakan para nabi dari sudut pandang
kesejarahan sehingga yang diungkapkan lebih cenderung semacam biografi
kehidupan para nabi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi selia tokoh-tokoh lain
yang berinteraksi dengan para nabi semasa hidup mereka.44Karena mengacu pada referen kehidupan nyata sang tokoh atau suatu peristiwa, eksistensi teks cerita
atau kisah dengan model-model penceritaannya menjadi terabaikan.
Penjelasan singkat mengenai kaj ian kepustakaan dari beberapa tesis adalah:
Wahab dalam tesisnya yang berjudul "Konsep Dialog dalam Alquran: Studi
tentang Kisah Ibrahim a.s." menjabarkan tentang konsep dialog dalam Alquran
dengan fokus penelitian pada kisah Ibrahim. Objek kajian Muhbib dengan tesis
yang penulis susun adalah sarna-sarna meneliti kisah Ibrahim a.s. Namun,
menurut penulis, tesis Wahab hanya membahas salah satu unsur yang terdapat
dalam teori strukturalisme yaitu dialog. Sementara kajian semiotik yang penulis
41 Sayyid Quthb,Al-Tashwlral-Fanniji al-Qur'dn, h. 163-168
42Manna' al-Qaththan, Mabdhisji'warnal-Qur'dn,h. 306
43Manna' al-Qaththan, Mabdhisji'warnal-Qur'an,h. 308
teliti adalah meneliti seluruh unsur yang membangun sebuah karya sastra. Oleh
karena itu pada unsur dialog hanya akan dibahas secara sekilas.
Teori semiotika yang diiplementasikan oleh Hadiyanto dalam tesisnya
tersebut adalah bertolak dari teori strukturalisme yang menyebutkan bahwa
sebuah karya sastra tersusun dari beberapa struktur yang membentuk satu
kesatuan dan dari kesatuan itulah muncul sebuah makna. Korpus kajian dalam
kajian Hadiyanto adalah kisah Nabi Yusuf a.s. Dalam Alquran, kisah Yusuf a.s.
dimuat dalam satu surah secara utuh sedangkan kisah Ibrahim a.s. ditampilkan
dalam Alquran secara parsial atau dengan kata lain tersebar dalam beberapa
episode dan berada dalam surah-surah yang terpisah. Hal ini menjadikan setiap
episode dalam pengkisahan Ibrahim memiliki ciri struktural yang berbeda dengan
pengkisahan Yusuf a.s.
Tohe dalam tesisnya yang berjudul "Gaya Bahasa Alquran Periode
Mekah, Kajian ·Struktural-Semiotik. Tesis ini objek kajiannya adalah ayat-ayat
Makiyyah dengan menggunakan metode struktural-semiotik. Sebagaimana pada
Hadiyanto, tesis ini menggunakan teori semiotik yang merupakan perkembangan
dari teori strukturalisme.
Hidayat mengangkat model analisa strukturalisme naratif A.J. Greimas
sebagai landasan kajian terhadap struktur narasi dalam qashshah al- Qur'an.
Strukturalisme naratif ini mengandaikan bahwa struktur suatu teks
dikarakteristikkan oleh enam peran yang disebut dengan istilah aktan.
Penelitian Hidayat menggunakan pendekatan sastra untuk mengkaji
Qashash al-Qur 'an dengan menggunakan teori strukturalisme naratif, terutama
yang dikembangkan oleh A.J.Greimas. Aktan ini memetakan tokoh yang
berbeda-beda yang ditelaah melalui tata bahasa naratif. Enam peran yang disebut aktan ini
disusun secara oposisi biner (pasangan opisisi) sebagai berikut: l) Subjek vs Objek, (2) Pengirim vs Penerima, (3) Pembantul Penolong vs LawanlPenentang.
Analisa ini dilengkapi dengan analisis hubungan masing-masing oposisi biner
pengirim, aktan objek dan aktan penerima, paras kehendak; antar subjek dan
ol5jek, dan paras kekuatan; antara pembantu, subjek dan perintang. Analisa
kemudian dilengkapi juga dengan analisa./imgsi dan sintagma.
• Masalah utama yang diangkat dalam Tesis Hidayat adalah, "Bagaimana
struktur narasi dalamQashash al-Qur 'andianalisa dengan strukturalisme naratif'.
Masalah ini dijabarkan; (I) Bagaimana Qashash al-Qur 'an ditinjau dari konsep strukturalisme dan konsep narasi? (2) Bagaimana struktur narasi Qashash
al-Qur 'an dianalisa dengan struktur aktansial A. J. Greimas?, (3) Apa karakteristik
struktur narasi Qashash al-Qur 'an yang didasarkan pada analisa strukturalisme
naratif model A.J. Greimas dan ditinjau dari konsep struktur narasi secara umum?
,
Tujuan Penelitian ini adalah menemukan deskripsi Qashash al-Qur'an dalam
tinjauan strukturalisme dan narasi, menemukan deskripsi struktur-struktur narasi
berdasarkan struktur aktansial A.J.Greimas, dan menemukan
karakteristik-karakteristik struktur narasi Qashash al-Qur 'an. Qashash al-Qur 'an ditinjau dari
konsep strukturalisme dan narasi, dan dikombinasikan dengan paradigma tartib
al-dyatdan kesatuan ayat-ayat dalam surah, terbagi dalam tiga klasifikasi. Kesatu,
model Qashash al-Qur 'an satu narasi dalam satu surah, kedua, model kumpulan
narasi pendek berurutan dalam satu surah, dan ketiga model narasi tak beraturan
dalam satusurah.
Struktur aktansial A.J. Greimas dianalisakan kepada sembilan surah yang
mengandung model-model Qashash al-Qur'an, yaitu surah Yusuf[Q.S. 12],
al-Qashash [Q.S. 28], al-A 'raf[Q.S. 7],Maryam [Q.S. 19], asy-Syu'ara' [Q.S. 26],
al-Naml [Q.S. 27], al-Shdffat LQ.S. 37], al-Baqarah[Q.S. 2], dan al-Kahji [Q.S.
18].
Dari analisa ini ditemukan variasi deskripsi struktur-struktur narasi
aktansial Qashash al-Qur 'an yang lengkap dalam keenam aktan, atau zeroisasi
dalam salah satu dari aktan pembantu dan penentang.
Ditinjau dari beberapa penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian
tentang kisah Ibrahim dengan pendekatan semiotika, belum pernah dilakukan.
Pendekatan semiotik ini digunakan untuk memaknai fenomena kebahasaan
Alquran tidak hanya secara literal tetapi lebih luas dari itU.45
L. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan penelitian ini disusun dalam lima bab, dengan
perincian sebagai berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik
dan prosedur pengumpulan data, teknik dan prosedur analisis data, tinjauan
pustaka dan kajian terdahulu, serta sistematika penulisan tesis;
Bab kedua berisi uraian tentangQashash al-Qur'an.Pada bab kedua ini akan dijabarkan mengenai pengertian Qashash al-Qur'an, unsur-unsur
,
Qashash al-Qur'an, kesatuan kisah dan pengulangan kisah, karakteristik Qashash al-Qur'an, dan kisah Ibrahim a.s. dalam Alquran.Bab ketiga berisi uraian tentang kajian teori: meliputi pengertian semiotika, perkembangan dan penerapannya, beberapa konsep semiotika yang terdiri dari
tiga orang tokoh yang mempopulerkan konsep semiotika yaitu Ferdinand De
Saussure, Charles Sanders Peirce, dan Umberto Eco, serta pendekatan semiotika
dalam karya sastra.
Bab keempat berisi analisis semiotik pada ayat-ayat yang mengkisahkan Ibrahim a.s. Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai struktur yang membangun kisah
Ibrahim a.s. dalam Alquran, koherensi dan keterpaduan unsur-unsur dalam kisah
Ibrahim a.s., relasi struktural kisah Ibrahim a.s. dengan konteks, dan interpretasi
seCaI'a keseluruhan terhadap kisah Ibrahim a.S.
Babkelima berisi penutup berupa simpulan dan saran.
(J)
45M.Wakhid Hidayat,Struktur Narasi dalam Qashas al-Qur'dn Tinjauan Analisa Strukturalime
-,
BABII
QASHASHAL-QUR
'AN
A. PENGERTIANQASHASHAL-QUR'AN
Menurut bahasa, kata qashashmerupakan bentuk jama' dari qishshahyang
berarti mengikuti jejak atau menelusuri bekas, atau cerita/kisah.1Kataal-Qashsh
(kisah) adalah bentuk mashdar(gerund)dari kata kerja qashsha, yaqushshu.
Kisah menurut istilah ialah suatu media untuk menyalurkan tentang
kehidupan atau suatuセォ・「。ィ。ァゥ。。ョ tertentu dari kehidupan yang mengungkapkan suatu peristiwa atau sejumlah peristiwa yang satu dengan yang lain saling
berkaitan, dan kisah harus memiliki pendahuluan dan bagian akhir. Secara
semantik kisah berarti cerita, kisah atau hikayat. Dapat pula berarti mencari jejak,
Al-Kalifi [Q.S. 18: 64], menceritakan kebenaran, Al-An'am [Q.S. 6: 57],
.",
menceritakan ulang hal yang tidak mesti terjadi Yuszif[Q.S. 12: 5] dan berarti
berita berurutan,Ali Imran [Q.S. 3:62).
• >
Pengertian qashash al-qur'dn menurut istilah adalah kisah-kisah dalam
Alquran yang menceritakan ihwal umat-umat terdahulu, para Nabi, dan
peristiwa-peristiwa yang teJjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.
Di dalam Alquran banyak diceritakan tentang umat-umat terdahulu dan sejarah
para Nabi dan Rasul serta ihwal bangsa-bangsa dan perilaku mereka.2
AI-Qaththiln mendefinisikan Qashash al-Qur'dn dalam kerangka
kesejarahan sehingga kisah dikelompokkan dalam tiga macam, yaitu:
I. Qashash al-anbiyd', (kisah para nabi)
Dalam Alquran diceritakan tentang dakwah para nabi dan mukjizat-mukjizat
para Rasul serta sikap umat-umat yang menentang. Tahapan dakwah dan
perkembangannya yang dilakukan para nabi disertai akibat-akibat yang
dihadapi orang yang beriman dan azab yang ditimpakan kepada orang-orang
IManna' al-Qaththiin,Mabahitsfi 'Wzim a!-Qur'an,tanpa penerbit, 1990, h. 305
yang mendustakan, misalnya kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad saw.
dan nabi-nabi serta rasullainnya.
2. Qashash al-qur'tin yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang telah telah
terjadi pada masa lampau yang tidak dapat dipastikan kenabian mereka,
seperti kisah ribuan orang yang pergi dari kampung halaman mereka karena
takut mati. Contoh lainnya adalah kisah Thalfit dan Jiilfit, Ahl al-Kahfi, Qiirfin,
dan lainnya.
3. Qashash al-qur'tin yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada masa
Rasulullah saw., seperti kisah perang Badr dan perang Uhud serta peristiwa
Isra'.3
Khalafullah, dengan kerangka tenninologi cerita sastra, mendefinisikan
qashash sebagai "Sebuah karya sastra dalam kapasitasnya sebagai hasil
imajinasi seorang pengisah atas suatu kejadian tertentu yang dialami oleh seorang
tokoh tak dikenal, ataupun sebaliknya, tokohnya dikenal tapi kejadiannya sama
sekali belum terjadi. Atau keduanya dikenal tapi dibungkus dalam sebuah kisah
"
sastra, sehingga tidak semua fenomena yang terjadi diceritakan, artinya hanya
diambil beberapa hal yang dianggap penting saja. Bahkan bisa jadi dalam kisah
itu diceritakan sebuah kejadian nyata akan tetapi ditambah sendiri oleh
pengisahnya dengan kejadian dan tokoh khayalan, sehingga terkesan menjadi
sebuah kisah fiktif saja.,,4
Pendefinisian qashash menurut Khalaf\!llah yang mengambil teori sastra
pada umumnya memunculkan sebuah pertanyaan "Adakah aspek sastra dalam
Alquran? Agaknya pertanyaan tersebut akan selalu dipertanyakan mengingat
Alquran bagi umat Islam adalah kaltimullah yang tidak mungkin terdapat satu
okesalahan sekecil apapun. Alquran adalah kalam Allah yang tidak ada keraguan
lagi untuk meyakininya sebagai suatu kebenaran yang akan membimbing manusia
3Manna' al-Qaththiin,Mabdhitsfi 'Wiim al-Qur'dn, h. 306
'Muhammad A.Khalafullah,,al-Fann al-Qashashfi al Quran ai-Karim,(Kairo: Sina' Iial-Nasyr
kepada petunjuk (al-hudii). Akan tetapi Alquran akan dipahami melalui sarana
tafsir.
Benih-benih penafsiran Alquran yang mengandung nilai sastra sebenarnya
telah dimulai pada masa nabi Muhammad saw. Dalam riwayat-riwayat dari Nabi
sendiri menunjukkan bahwa beliau dalam beberapa kesempatan memberikan
interpretasi yang sejajar dengan pengertian istilah majiiz atau perluasan makna
dalam terminologi sastra Arab. Istilah majiiz bam muncul belakangan tetapi inti
dari istilah majiiz ataupun elemen-elemen penopangnya secara jelas dapat
diketahui dalam interpretasi Nabi.
Contoh dari penjelasan nabi yang mengandung unsur majiiz adalah dalam
menjelaskan makna dari Surah Al-Baqarah [Q.S. 2: 187]
Bセセヲᄏ
()1l" iJ" " ,...,lZjᄋセᄋヲGセGGGᄏ
J iJ" "lZjセセ
l Jcrs;'
•L
u,
GQQセェBit
'j'..,f • "セtjdセG
'''1-1
セ\' '" .... ...
セ セ ;!,MGセ セ[t
8J
..
"I"
jセt J セ ....J`MNNNNNNZNNNNNjセ
If'
Lセセ\jjェ セDihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitufajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
Nabi menjawab petanyaan Uday Ibn Hatim bahwa yang dimaksud dengan
benang hitam dan putih adalah gelapnya malam dan terangnya siang. Dari kasus
ini terdapat perubahan makna dari makna leksikal kepada makna majdzi. Jawaban
Nabi dalam kasus ini merupakan embrio dari penafsiran susastra Alquran.5 Selain perbedaan penafsiran yang memunculkan pebedaan makna suatu
teks, perbedaan penafsiran juga berpengaruh terhadap munculnya aliran i1mu
nahwu dan balaghah. Sejarah menunjukkan bahwa aliran nahwu antara Kufah,
Basrah, maupun Baghdad muncul karena perbedaan interpretasi dalam membaca
la/adzatau susunan kata dalam Alquran.
Dapat dipahami bahwa Alquran secara empiris merupakan suatu naskah
teks, sebagai suatu kitab yang menggunakan sarana komunikasi berupa bahasa.
Namun, harus dipahami pula bahwa Alquran tetap memiliki perbedaan dengan
teks sastra ataupun teks-teks lainnya. Kekhususan ini karena sifat hakikat bahasa
yang terkandung dalam Alquran yang memiliki fungsi yang berbeda dengan
fungsi bahasa lainnya dalam komunikasi antar manusia.