(Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Representasi Cinta Tanah Air Dalam Film 5cm)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh: GITA LARASATI
41809196
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G
x
Halaman
Lembar Pengesahan ...i
Lembar Pernyataan ...ii
Lembar Persembahan ...iii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT
...v
Kata Pengantar...vi
Daftar Isi ...x
Daftar Tabel ...xiii
Daftar Gambar ...xiv
Daftar Lampiran ...xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah...1
1.2 Rumusan Masalah ...12
1.2.1 Rumusan Makro ...12
1.2.2 Rumusan Mikro ...12
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...12
1.3.1 Maksud Penelitian ...12
1.3.2 Tujuan Penelitian ...13
1.4 Kegunaan Penelitian ...13
1.4.1 Kegunaan Teoritis ...13
1.4.2 Kegunaan Praktis ...13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...15
2.2 Tinjauan Ilmu Komunikasi ...18
2.2.1 Pengertian Komunikasi ...18
2.2.2 Komponen-Komponen Komunikasi ...21
2.2.3 Tujuan Komunikasi ...22
2.2.4 Tinjauan Komunikasi Massa ...23
2.2.5 Ciri-Ciri Komunikasi Massa ...24
2.2.6 Fungsi Komunikasi Massa ...25
2.3 Tinjauan Film ...25
2.5.1 Sejarah Film ...25
xi
2.4 Tinjauan Representasi ...29
2.5 Tinjauan Semiotika ...29
2.5.1 Pengertian Semiotika ...29
2.5.2 Television Codes ...31
2.6 Kerangka Pemikiran ...36
2.6.1 Kerangka Teoritis ...36
2.6.2 Kerangka Konseptual ...39
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ...43
3.1.1 Sinopsis Film ...43
3.1.2 Subjek Penelitian ...45
3.1.3 Sejarah Film Indonesia ...49
3.2 Metode Penelitian ...65
3.2.1 Desain Penelitian ...65
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ...66
3.2.2.1 Studi Pustaka ...67
3.2.2.2 Studi Lapangan ...67
3.3 Teknik Penentuan Informan ...68
3.2.3 Teknik Analisa Data ...69
3.2.4 Uji Keabsahan Data...71
3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ...73
3.2.5.1 Lokasi Penelitian ...73
3.2.5.2 Waktu Penelitian ...73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Informan ...78
4.2 Hasil Penelitian ...79
4.2.1 Hasil analisis film
5cm.
pada
Sequence
Prolog ...80
4.2.2 Hasil analisis film
5cm.
pada
Sequence
Ideological Content ...92
4.2.3 Hasil analisis film
5cm.
pada
Sequence
Epilog ...104
4.3 Pembahasan ...111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...115
5.2 Saran ...116
xii
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...16
Tabel 2.2 Tiga Level Menurut John Fiske ...40
Tabel 3.1 Tampilan
Scene
Film 5 cm...46
Tabel 3.2 Data Informan Penelitian ...68
Tabel 3.3 Waktu Penelitian ...74
Tabel 4.1 Sequence Prolog ...79
Tabel 4.2 Sequence Ideological Content ...87
xiii
Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran ...42
xiv
Lampiran
1 Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ...119
2 Berita Acara Bimbingan ...120
3 Lembar Revisi Usulan Penelitian ...121
4 Surat Rekomendasi Sidang ...122
5 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ...123
6 Surat Penelitian ...124
7 Surat Balasan Via Email 1 ...125
8 Surat Balasan Via Email 2 ...128
9 Lembar Revisi Skripsi ...130
vi
Assallamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
kegiatan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita
Rasulullah, Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.
Dalam melaksanakan Skripsi ini tidak sedikit penulis menghadapi
kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Allah
SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang
penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penulisan Skripsi ini tak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada Mamah dan Bapa tercinta serta
kakakku Jaka Perdana yang telah memberikan dukungan moril, materi serta kasih
sayangnya, mungkin Ade belum bisa membalas apapun yang telah kalian berikan
vii
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto sebagai Rektor UNIKOM yang telah
memberikan kesempatan untuk berkuliah disini kepada mahasiswanya.
2. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik yang telah mengeluarkan surat pengantar dan
pengesahan skripsi ini.
3. Drs. Manap Solihat M.Si sebagai Ketua Program studi Ilmu komunikasi
yang memberikan pengesahan pada laporan ini dan selaku Dosen
Pembimbing, yang telah membimbing saya dalam penulisan skripsi ini.
4. Melly Maulin S.Sos, M.Si selaku sekertaris Program Studi Ilmu
Komunikasi & Public Relation saya ucapkan terima kasih atas ilmu yang
telah Ibu berikan.
5. Sangra Juliano P, S.I.Kom, M.I.Kom selaku Dosen Wali dan staf dosen
Program Studi jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Komputer Indonesia, terima kasih atas arahannya selama perwalian.
6. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi, khususnya Dosen Konsentrasi
Jurnalistik yang telah memberikan mata kuliah untuk menunjang
pengetahuan dan informasi kepada penulis sebagai bekal skripsi yang
sedang berjalan ini.
7. Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah membantu dalam
pembuatan surat permohonan, daftar absensi, berita acara dan sebagainya
viii
walaupun hanya lewat email, ini sudah membantu penelitian saya.
9. Keluarga Besar H. Ede Suwarna (alm), yang telah mendoakan,
memberikan dukungan dan saran untuk Ade.
10. Mas Thoni, terima kasih atas doanya, pengertiannya, kesabarannya,
dukungan dan saran yang telah diberikan.
11. Dian, terima kasih atas doa dan dukungannya. Telah menemani saya
selama empat belas tahun lebih, kamu adalah sahabat baikku. Tanti, kita
juga udah berteman lama, makasih atas dukungannya.
12. Sahabat SMA-ku, Fegha, Nisa, Norin, terima kasih atas doa dan
dukungannya, keceriaan yang kalian berikan menjadi semangat untuk
saya.
13. Sahabat SMP-ku, Wellya, Muti, Ita dan Reggy, terima kasih atas doa dan
dukungannya. Saran yang kalian berikan cukup berharga dan bisa menjadi
semangat untuk saya.
14. Sahabat-sahabat yang lain seperti Ayu, Wiwit, Lani, Cynthia, Ajeng,
Dede, Ririn, Disti, Manda, dan teman-teman di IK-5 2009 yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa dan dukungannya.
Kalian adalah pelengkap kebahagiaanku.
15. Sahabat-sahabat di IK Jurnal 2 2011, Shierly, Olga dan Dwi, terima kasih
ix
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per-satu, yang telah
membantu penelitian ini hingga dapat penulis selesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih diperlukan
penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat
dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian selanjutnya
di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini
dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan
pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan
yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Amien.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung, Juli 2013
Penulis
117
Bungin, Burhan. 2003.Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Burton, Graeme. 2008.Yang Tersembunyi di Balik Media. Yogyakarta: Jalasutra Danesi, Marcel. 2010.Pesan, Tanda, dan Makna, Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Effendy, Heru. 2002.Mari Membuat Film: Panduan Untuk Menjadi Produser. Yogyakarta: Yayasan Panduan dan Konfiden.
Effendy, Onong Uchjana. 2003.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Eriyanto. 2001.Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT. LKis Printing Cemerlang
Fiske, John. 1990.Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra _________. 1987.Television Culture. Yogyakarta: Jalasutra
Keraf, Gorys. 1900.Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia LittleJohn, Stephen W. 1996.Theories of Human Communication – Fifth
Edition.Terjemahan edisi Indonesia 1 (Chapter 1-9), dan edisi Indonesia 2 (Chapter 10-16). Jakarta: Salemba Humanika
Mulyana, Deddy. 2005.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2002.Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rindjin, Ketut. 2012. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2011.Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketiga. Bandung: CV Alfabeta
Semedhi, Bambang. 2011.Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia
__________. 2001.Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2010.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sumarni, Marselli. 1996.Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT. Grasindo West, Richard dan Lynn H. Turner. 2009.Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011.Semiotika Komunikas. Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sumber dan Referensi Lain :
1. Fitri Budi Astuti. 2010. Skripsi: (Pluralisme dalam FilmMy Name is Khan). UNPAD, Bandung.
2. Mia Steria. 2011. Skripsi: (Representasi TKW Dalam FilmMinggu Pagi di Victoria Park). UNISBA, Bandung.
3. Ary Nuryansyah Eka Putra. 2010. Skripsi: (Pemaknaan Iklan Axis di Televisi: Analisis Semiotika Terhadap Iklan Axis versi Budi Handuk Dalam Persidangan Ngaku-ngaku Murah). UPN Jatim, Surabaya.
Internet :
Montase, 2013. “Sejarah Film Indonesia”. http://montase.blogspot.com/
Donny Dhirgantoro, 2013. “5cm The Movie”. http://5cm-legacy.com/blog/
Ian Konjo, 2013. “Semiotika”. http://jaririndu.blogspot.com/2011/11/teori-semiotik-menurut-para-ahli.html
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Film5 cmadalah sebuah film yang disutradai oleh Rizal Mantovani, ini merupakan film pertamanya yang diangkat dari sebuah novel. Novel5 cmsendiri dirilis pada tahun 2007 yang ditulis oleh Donny Dhirgantoro dan mengalami penjualan paling laris di Indonesia. Dengan jalan cerita
yang mengangkat tema persabahatan dengan kisah petualangan, rasa
nasionalisme serta dialog-dialog bernuansa puitis, novel tersebut sukses
menarik minat pembaca novel di seluruh Indonesia hingga berhasil
mengalami cetak ulang sebanyak dua puluh lima kali.
Kesuksesan itulah yang kemudian menarik minat Sunil Soraya untuk
mengadaptasi kisah5 cmmenjadi sebuah film layar lebar bersama dengan Rizal Mantovani.5 cmterlihat begitu istimewa karena detail visualnya yang sangat indah, menyuguhkan keindahan alam Indonesia yang sangat
membangkitkan rasa nasionalisme pada penontonnya. Pemandangan
Mahameru yang berhasil membuat penonton satu bioskop tercengang
sepanjang film diputar. Detail gambar, warna, danlandscapeMahameru yang disajikan, ditambah dengan musik penuh semangat garapan Nidji,
Film yang dirilis pada tahun 2012 ini, menggambarkan perjuangan
bagaimana keenam karakter tersebut meraih impian mereka, yaitu puncak
Mahameru. Sang sutradara mampu menghadirkan jalan cerita dengan
ritme penceritaan yang begitu mudah untuk diikuti. Kualitas film ini
semakin terasa kuat dengan dukungan tata sinematografi yang benar-benar
mengagumkan serta dukungan para pemerannya.
Berkisah tentang persahabatan lima orang muda yang sudah
berlangsung selama sepuluh tahun. Sifat dan karakter kelima orang ini
berbeda-beda. Genta, seorang pemuda yang selalu peduli terhadap orang
lain sehingga dia memiliki jiwa pemimpin dan bisa membuat orang lain
nyaman bila berada di dekatnya. Sedangkan Arial, lelaki
paling cakep, diantara lelaki lainnya, rapi, tenang pembawaannya dan
murah senyum, dia juga memiliki hobi berolah raga, paling taat aturan,
namun paling canggung dan grogi bila berkenalan dengan wanita. Zafran
seorang yang puitis, tapi sedikit "gila", apa adanya,idealis, sedikitnarsis, dan memiliki bakat untuk menjadi orang terkenal. Sedangkan Riani,
merupakan gadis pintar yang sedikit cerewet, dan mempunyai ambisi yang
besar untuk meraih cita-citanya. Ian, memiliki tubuh yang paling subur
dibandingkan keempat temannya, seorangmaniakbola dan mieinstant, dan paling telat wisuda.
Karena sudah menjalin persahabatan yang cukup lama, akhirnya pada
suatu hari mereka berlima merasa "jenuh" dengan keadaan seperti ini, dan
saling berhubungan dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya selama
tiga bulan.
Namun setelah tiga bulan berpisah, banyak kerinduan yang mereka
rasakan. Dalam perpisahan singkat itu, mereka menemukan "sesuatu" yang
merubah mereka untuk menjalani hidup lebih baik. Akhirnya mereka
putuskan kembali untuk bertemu dan merayakan kembali pertemuan
mereka dengan mendaki puncak tertinggi di Pulau Jawa yaitu Gunung
Semeru.
Perjalanan mereka ke puncak Semeru untuk mengibarkan bendera
Merah Putih di puncak tersebut tepat pada tanggal 17 Agustus. Sebuah
perjalanan yang membuat kelima orang muda ini semakin mencintai
Indonesia. Banyak aral melintang dalam perjalanan mereka menuju
puncak.
Kata lain cinta tanah air adalah patriotism. Kata ini dibentuk dari kata
patria dan isme. Kata patria berarti bangsa atau tanah air. Kata isme dalam
kata patriotisme adalah ajaran, semangat, atau dorongan. Jadi, kata
patriotisme memiliki arti ajaran atau semangat cinta tanah air. Dalam
hubungan kebangsaan, maka Cinta Tanah Air tersebut memberikan
tampilan bagaimana karakter bangsa, yang memiliki muatan-muatan rasa,
paham, dan semangat kejuangan.
Tanah Air tersebut wujudnya merupakan bela negara atau kewajiban
kesadaran, tanggung jawab, rela berkorban dalam pengabdian kepada
negara dan bangsa. Banyak sekali orang yang memiliki semangat cinta
tanah air. Orang yang cinta tanah air berjuang demi kemajuan dan
kesejahteraan negaranya.
Dalam film5 cmini banyak sisi yang bisa kita tiru, kalangan muda yang mencintai tanah airnya sendiri, menjaga dan melestarikan. Tidak
perlu menjelajah ke luar negeri untuk mendapatkan pemandangan atau
suasana yang nyaman, di Indonesia pun banyak tempat yang bisa kita
kunjungi dan kita nikmati dengan keindahan pada alam di Indonesia. Kita
harus bangga pada negeri kita sendiri, mencintai segala kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki Indonesia.
Sekarang ini masyarakat terkadang lebih membanggakan negeri orang
dibandingkan negeri sendiri.Setelah 67 tahun Indonesia merdeka, di era
reformasi yang diselimuti oleh derasnya arus demokrasi ini, tampaknya
banyak di antara bangsa kita yang semakin memudar rasa cintanya
terhadap Tanah Air, rasa persatuan dan kesatuannya, rasa kepedulian dan
kesetiakawanan sosialnya, serta menyimpang langkah-langkahnya dari
cita-cita kebangkitan nasional dan cita-cita Kemerdekaan. Ada hal-hal
yang dapat kita lihat dalam kenyataan di masyarakat. Ada yang suka
menjelek-jelekkan dan menjatuhkan nama bangsa dan negaranya di depan
bangsa dan negara lain. Ada yang secara tidak langsung sikapnya telah
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ada yang memperkaya diri
bisa terjadi antara lain karena ada tendensi bahwa seseorang tidak
menyadari bahkan tidak menghargai akan jasa Tanah Air terhadap dirinya.
Bila kita Cinta Tanah Air, tentu kita akan sadar untuk merawat dan
menjaga jangan sampai Tanah Air kita tercemar. Sepatutnya kita cintai
Tanah Air ini dengan menjaga kelestariannya. Pudarnya rasa cinta
terhadap Tanah Air dan tanggung jawab terhadap negara dan bangsa
sendiri, juga mungkin disebabkan kurangnya kesadaran dan penghargaan
atas perjuangan para Pahlawan dan tidak menyadari betapa pahitnya hidup
dalam penjajahan dan nikmatnya hidup di alam kemerdekaan.
Bisa jadi seseorang tidak menyadari hal itu oleh karena ia tidak pernah
hidup di zaman penjajahan dan penindasan kolonialisme. Akibatnya ia
berbuat tidak bijaksana terhadap bangsa dan negaranya sendiri. Di
sana-sini kita mendengar orang mulai berani menjual pulau-pulau kecil kepada
orang asing, menjual aset-aset nasional demi kepentingan tertentu, atau
menukar budaya luhur dengan budaya asing yang tanpa tolak ukur.
Kini saatnya kita mengajak anak bangsa untuk menyadari kembali akan
nilai kemerdekaan. Orang yang menyadari pentingnya akan nilai
kemerdekaan, tentu tidak akan hidup seenaknya sendiri dan tidak akan
mementingkan diri sendiri dan sebaliknya kecintaannya akan semakin
kuat. Dengan kesadaran itu ia turut menjamin kelangsungan hidup Tanah
Nasionalisme atau rasa cinta tanah air merupakan ideologi yang
mempunyai suatu kekuatan yang berpengaruh. Ideologi ini mengatributkan
negara pada suatu bentuk identitas kultural yang khas. Nasionalisme
adalah sebuah ideologi yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi dan
menggerakkan rakyat dengan dilandasi rasa kecintaan dan rasa bela negara
terhadap tanah air dan bangsanya Ideologi nasionalisme ini akan muncul
apabila suatu bangsa terusik kemerdekaannya atau terhina harga dirinya
oleh bangsa lain. Ideologi nasionalisme tidak memandang perbedaan
agama, ras, suku, ataupun golongan yang ada di negara tersebut. Ideologi
nasionalisme lebih mementingkan rasa persatuan dan tekad rela berkorban
tanpa pamrih demi membela kepentingan bangsa dan negara.
Peneliti berharap, pembangunan Cinta Tanah Air, pembangunan bela
negara, pembangunan kewarganegaraan tetap dikedepankan, sebab
semakin memudarnya Cinta Tanah Air, dapat merupakan ancaman bagi
eksistensi negara bangsa Indonesia. Mencegah sebelum semua itu terjadi
atau menjadi parah, hal itu merupakan kebutuhan dan keniscayaan. Bangsa
kita terlahir dari perjuangan keras, dan menjadi bangsa yang mampu
memenuhi janji-janjinya, ikrarnya, mengisi pembangunan, sebagai bukti
dari cinta terhadap Tanah Air Indonesia.
Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi
yang sama dengan media lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan
masyarakat umum. Kehadiran film merupakan respon terhadap
“penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap
kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi
seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, jika ditinjau dari segi
perkembangan fenomenalnya, akan terbukti bahwa peran yang dimainkan
oleh film dalam memenuhi kebutuhan tersembunyi memang sangat besar.
Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar lebar. Begitu
pula halnya dengan masalah mengenai rasa cinta tanah air pada negerinya
sendiri, yang selalu menarik untuk dibicarakan dan tidak akan pernah ada
habisnya untuk dibahas. Pandangan masyarakat mengenai nasionalisme
yang selama ini digambarkan oleh media massa, terutama sinema atau
film.
Film merupakan salah satu bentuk media massa. Media massa secara
umum memiliki fungsi sebagai penyalur informasi, pendidikan, dan
hiburan. Film merupakan mediaaudio visualyang sangat menarik karena sifatnya yang banyak menghibur khalayak oleh alur ceritanya. Dengan
pasar yang ada sekarang, mulailah banyak orang–orang yang membuat
rumah produksi (production house) untuk memproduksi film-film yang menarik serta tumbuh sineas–sineas muda yang mampu membuat karya
film menarik. Melalui bahasa yang diucapkan kita dapat menungkapkan isi
hati, gagasan, data, fakta dan kita mengadakan kontak dan hubungan
bahasa. Melalui gambar-gambar yang disajikan di layar, film
mengungkapkan maksudnya, menyampaikan fakta dan mengajak penonton
berhubungan dengannya. Sebagai bentuk dari komunikasi massa, film
telah dipakai untuk berbagai tujuan. Namun pada intinya sebagai bagian
dari komunikasi massa, film bermanfaat untuk menyiarkan informasi,
mendidik, menghibur danmempengaruhi. (Effendy, 1986:95).
Film juga dapat menceritakan kepada kita tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan kehidupan. Baik tentang ekonomi, politik, sosial
maupun ilmu pengetahuan lainnya. Melalui film pesan-pesan yang
berhubungan dengan setiap segi kehidupan tersebut dapat dituturkan
dengan bahasa audio visual yang menarik, sesuai dengan sifat film yang
berfungsi sebagai media hiburan, informasi, promosi maupun sarana
pelepas emosi khalayak. Sebagai salah satu bentuk media massa, film
dapat difungsikan sebagai media dalam wujud ekspresi, yang berperan
untuk mempresentasikan suatu budaya atau gambaran realitas dari suatu
masyarakat.
Film Cerita Panjang (feature-length films) mempunyai durasi lebih dari 60 menit, lazimnya sekitar antara 90-100 menit. Film-film yang diputar di
bioskop umumnya termasuk dalam jenis ini. Film cerita adalah film yang
diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor
dan aktris. Pada umumnya, film cerita bersifat komersial, artinya
dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di
televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film cerita mempunyai
berbagai jenis atau genre.
Dalam hal ini genre film unsur naratif unsur sinematik diartikan
sebagai jenis film yang ditandai oleh gaya, bentuk, atau isi tertentu. Ada
yang disebut film drama, horror, perang, sejarah, fiksi ilmiah, komedi,
laga, musikal dan koboi (Sumarno, 1996:11). Saat ini film telah menjadi
suatu objek pengamatan yang menarik untuk diteliti. Selain berfungsi
sebagai media massa yang menjadi bagian dari komunikasi massa, film
juga terdapat tanda dan makna yang berbeda.
Film merupakan media komunikasi yang di dalamnya mengandung
banyak pesan bagi khalayak, namun banyak juga yang beranggapan
cerita–cerita dalam film hanya masih sekedar hiburan bagi khalayak
karena cerita yang menarik untuk media hiburan khalayak. Peneliti
mendapatkanFOR(Frame of Reference) dari sumber -sumber yang ada bahwa sebenarnya film merupakan alat transaksional sebagai penyampaian
sebuah pesan dan makna yang terdapat di dalamnya, dan coba menelaah
dengan bahasan yang berbeda karena adanya pemberian pesan terhadap
sebuah karya seni berdasarkan sumber–sumber mengenai semiotika
terhadap karya seni ataupun media–media komunikasi yang di buat oleh
pengarangnya.
Tanda-tanda yang terdapat pada film dapat merepresentasikan berbagai
makna. Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi
mendefinisikannya sebagai berikut:
“Proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti, diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik.” (Wibowo, 2011:122).
Salah satu dari hasil representasi adalah film, karena film dibangun dari
berbagai macam makna dan tanda, dan ditambahkan dengan pernyataan
Widya Yutanti di dalam jurnalnya, bahwa visualisasi yang disajikan dalam
film dipenuhi oleh tanda-tanda yang bisa mengalami keretakan (retak
teks), sehingga perlu untuk dikaji dan dianalisa dengan pendekatan
semiotika. (Jurnal Widya Yutanti “Semiotik Komunikasi Visual :
Fotografi, film, dan iklan” dalam http://shediawidya.multiply.com/jurnal)
Pada penelitian mengenai makna Cinta Tanah Air dalam Film5 cm, peneliti menggunakan teknik analisis data semiotik milik John Fiske. Fiske
mempunyai tiga cara kerja tanda yang digunakan dalam gambar bergerak,
Level analisis Fiske, yang pertama adalah level realitas (reality). Pada level realitas, realitas yang dimaksud berupa pakaian yang dikenakan oleh
pemain, make up, perilaku, ucapan, gesture, ekspresi, suara, dan sebagainya. Level kedua adalah level representasi (representation), yakni menandakan elemen-elemen secara teknis yang meliputi kerja kamera,
pencahayaan, editing, musik, dan suara. Elemen-elemen tersebut
ditransmisikan ke dalam kode representasional yang termasuk di dalamnya
bagaimana objek digambarkan, yaitu dari narasi, konflik, karakter, aksi,
dialog, casting, dan sebagainya. Level yang ketiga adalah level ideologi
(ideology). Level ideologi diorganisasikan ke dalam kesatuan (coherence) dan penerimaan sosial (social acceptability) seperti liberalisme, kapitalisme, individualisme, kelas, gender (Fiske, 1987:61).
Teori yang dikemukakan oleh John Fiske atau yang biasa disebut
kode yang digunakan dalam dunia pertelevisian. Menurut Fiske,
kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi tersebut
saling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini
pula, sebuah realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang
timbul, namun juga diolah melalui penginderaan serat referensi yang telah
dimiliki oleh pemirsa televisi, sehingga sebuah kode akan dipersepsi
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Makro
Dari beberapa penjabaran yang telah dijelaskan pada latar belakang
penelitian diatas, peneliti dapat membuat suatu rumusan masalah penelitian
sebagai berikut:
“Bagaimanakah Representasi Cinta Tanah Air Dalam Film5 cmDitinjau dari Pendekatan Semiotika?”
1.2.2 Rumusan Mikro
Mengacu pada judul penelitian, dan juga rumusan masalah yang telah dirumuskan
pada latar belakang masalah penelitian, peneliti kemudian dapat mengambil
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. BagaimanarealitasCinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film5cm? 2. BagaimanarepresentasiCinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film5cm? 3. BagaimanaideologiCinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film5cm? 1.3 Maksud dan Tujuan penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis makna cinta tanah air,
dimana peneliti ingin menggali mengenai makna yang terkandung sisi kecintaan
1.3.2 Tujuan Penelitian
Seperti apa yang telah dipaparkan pada poin-poin yang terdapat pada
rumusan makro, maka tujuan penelitian dapat peneliti tetapkan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada pada rumusan makro, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahuirealitasdari Cinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film
5cm
2. Untuk mengetahuirepresentasidari Cinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film5cm
3. Untuk mengetahuiideologidari Cinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film
5cm
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna, usulan
penelitian selanjutnya. Dalam kajian ilmu komunikasi, jurnalistik, mengenai
penggunaan analisis semiotika oleh John Fiske, seta membedah berbagai
unsur-unsur seputar level realitas, level representasi, dan level ideologi.
1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti
Kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah memberikan wawasan dan
pengetahuan di bidang ilmu komunikasi terutama pada bidang kajian ilmu
2. Bagi Universitas
Semoga penelitian ini dapat pula berguna bagi Universitas dalam bidang kajian
ilmu komunikasi, dan juga sebagai tambahan koleksi penelitian ilmiah di
universitas. Diharapkan pula dapat menjadi bahan penerapan dan pengembangan
dalam kajian ilmu komunikasi, dan juga sebagai bahan perbandingan dan
pengembangan referensi tambahan bagi penelitian dengan tema sejenis tentang
analisis semiotik.
3. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
Agar masyarakat bisa lebih memaknai mengenai adanya suatu makna dari isi Film
15
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam kajian pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian
terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang
dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung,
pelengkap serta pembanding yang memadai sehingga penulisan skripsi ini lebih
memadai. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa
penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan
yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu, sehingga meskipun
terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO. Judul Penelitian Nama Peneliti Metode Yang Digunaka n Objek Penelitian Persamaan dan Perbedaan Dengan Skripsi ini 1. Pluralisme dalam Film
terbuka serta bebasnya persaingan bisnis antar provider telekomunika si
provider, peneliti memaknai cinta tanah air dalam film
2.2 Tinjauan Ilmu Komunikasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia, karena komunikasi adalah
salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia.
Ilmu komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah
konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antarbangsa, dan antaras,
membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi.
Dalam “bahasa” komunikasi penyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi
pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol).
Sebagai mahluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki potensi
komunikasi, bahkan ketika manusia itu diam manusia itu sedang berkomunikasi,
mengkomunikasikan keadaan perasaannya. Baik secara sadar maupun tidak
sendi-sendi kehidupan, dimana setiap proses interaksi antara manusia dengan manusia
lain pasti terdapat komunikasi.
Ilmu Komunikasi merupakan ilmu sosial terapan, bukan ilmu sosial murni,
ilmu komunikasi tidak bersifat absolut, sifat ilmu komunikasi dapat berubah-ubah
sesuai dengan perkembangan zaman, hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi
sangat erat kaitannya dengan tindak-tanduk perilaku manusia, sedangkan perilaku
atau tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk
perkembangan zaman.
Sifat ilmu komunikasi adalah interdisipliner atau multidisipliner. Maka dari itu
ilmu komunikasi dapat menyisip dan berhubungan erat dengan ilmu sosial
lainnya. Hal itu disebabkan oleh objek materialnya sama dengan ilmu sosial
lainnya, terutama ilmu sosial kemasyarakatan. Banyak definisi dan pengertian
tentang komunikasi para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan apa itu
komunikasi. Wiryanto dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan
bahwa, “Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah
komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti
pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum
bersama-sama.” (Wiryanto, 2004:5). Effendy menjelaskan lebih jauh, bahwa
dalam perkembangan selanjutnya, komunikasi dapat berlangsung melalui banyak
tahap, bahwa sejarah tentang komunikasi massa dianggap tidak tepat lagi karena
tidak menjangkau proses komunikasi yang menyeluruh. Penelitian yang dilakukan
Merton, Frank Stanton, Wilbur Schramm, Everett M. Rogers, dan para
cendekiawan lainnya menunjukkan bahwa:
“Gejala sosial yang diakibatkan oleh media massa tidak hanya berlangsung satu tahap, tetapi banyak tahap. Ini dikenal dengan twostep flowcommunication dan multistep flow communication. Pengambilan keputusan banyak dilakukan atas dasar hasil komunikasi antarpersona (interpersonal communication) dan komunikasi kelompok (group communication) sebagai kelanjutan dari komunikasi massa (mass communication)” (Effendy, 2005 : 4).
Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia
berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat mengubah
perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai berikut, Komunikasi adalah
proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain).
(Mulyana, 2003:62).
Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi adalah ilmu
komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang
komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi dipergunakan
untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda: proses komunikasi, pesan
yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses komunikasi. Luasnya
komunikasi ini didefinisikan oleh Devito sebagai:
“Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan
menyampaikan dan menerima pesan, yang mendapat distorsi dari
gangguan-gangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan
komponen-komponen sebagai berikut: konteks, sumber, menerima, pesan,
saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses encoding, penerimaan atau prosesdecoding, arus balik dan efek. Unsur-unsur tersebut agaknya saling esensial dalam setiap pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi.
Ini dapat kita namakan kesemestaan komunikasi; Unsur-unsur yang
terdapat pada setiap kegiatan komunikasi, apakah itu intra-persona,
antarpersona, kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi
antarbudaya. “(Effendy, 2005 : 5)
Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan atau informasi
antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti atau makna diantara
mereka.
2.2.2. Komponen-komponen Komunikasi
Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat disimpulkan
bahwa komunikasi terdiri dari proses yang di dalamnya terdapat unsur atau
komponen. Menurut Effendy (2005:6), Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi
berdasarkan komponennya terdiri dari :
1. Komunikator(communicator)
2. Pesan(message)
3. Media(media)
4. Komunikan(communicant)
Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.
2.2.3 Tujuan Komunikasi
Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara umum
tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud
makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat mendorong adanya
perubahan opini, sikap, maupun perilaku. Menurut Joseph Devito dalam bukunya
Komunikasi Antar Manusia menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah
sebagai berikut:
a. Menemukan
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita
sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga
memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi oleh
objek, peristiwa dan manusia.
b. Untuk Berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan
orang lain.
c. Untuk Meyakinkan
Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah
d. Untuk Bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan
menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak (Devito, 1997:31)
2.2.4 Tinjauan Komunikasi Massa
Media massa yang menyasar khalayak dalam jumlah besar. Media massa
adalah saluran-saluran atau cara pengiriman bagi pesan-pesan massa. Media
massa dapat berupa surat kabar, video, CD-ROM, computer, TV, radio dan
sebagainya. Komunikasi massa adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan
menggunakan salura-saluran komunikasi ini. Pengertian Saverin dan Tankard
menyatakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan (skill),
sebagian seni (art), dan sebagian ilmu (science). Maksudnya, tanpa adanya
dimensi menata pesan tidak mungkin media massa memikat khalayak yang pada
akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan, dan perilaku
komunikan (Effendi, 2005:210)
Konteks komunikasi memberikan kemampuan baik pada pengirim
maupun pada penerima untuk melakukan kontrol. Sumber-sumber seperti editor
surat kabar atau penyiar televisi membuat keputusan mengenai informasi apa yang
akan dikirim, sedangkan penerima memiliki kendali terhadap apa yang mereka
baca, dengarkan, tonton, atau bahas. Selain itu, konteks komunikasi massa
terkendali dan terbatas. Komunikasi dipengaruhi oleh biaya, politik, dan oleh
kepentingan-kepentingan lain.
Media massa telah menjadi bagian yang biasa dan tersedia dalam
kehidupan masyarakat kita, dan media harus menyadari pengaruh media terhadap
proses komunikasi itu sendiri.
2.2.5 Ciri-ciri Komunikasi Massa
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan
komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media
massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media
communication). Hal ini berbeda dengan dengan pendapat para ahli psikologi
sosial yang menyatakan bahwa komunikasi massa tidak selalu dengan
menggunakan media massa. Menurut mereka pidato di sejumlah orang banyak di
sebuah lapangan, misalnya, asal menunjukkan perilaku massa (mass behaviour),
itu dapat dikatakan komunikasi massa. Semula mereka yang berkumpul di
lapangan itu adalah kerumunan biasa (crowd) yang satu sama lain tidak mengenal.
Tetapi kemudian karena sama-sama terikat oleh pidato seorang orator, mereka
sama-sama terikat oleh perhatian yang sama, kemudian menjadi massa. Oleh
sebab itu, komunikasi yang dilakukan oleh si orator secara tatap muka seperti itu
2.2.6 Fungsi Komunikasi Massa
komunikasi massa di sini diartikan komunikasi massa modern dengan
media massa sebagai salurannya. Mengenai jenisnya atau bentuknya di antara para
pakar komunikasi tidak ada kesepakatan, ada yang menyebutnya secara luas,
misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi, film, buku, rekaman video, rekaman
audio, poster, surat langsung, dan banyak lagi, ada yang membatasi hanya pada
surat kabar, majalah, televisi, radio, dan film. media massa ialah media yang
mampu menimbulkan keserempakan di antara khalayak yang sedang
memperhatikan pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Perkembangan
masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin
canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media massa,
tetapi di lain pihak secara timbal-balik ini menimbulkan dampak yang teramat
kuat pula terhadap masyarakat. Para pakar komunikasi mengkhawatirkan
pengaruh media massa ini bukannya menimbulkan dampak yang positif
konstruktif, melainkan yang negatif destruktif. Lalu pakar komunikasi
mempertanyakan fungsi yang sebenarnya dari komunikasi massa atau media
massa itu.
2.3 Tinjauan Film 2.3.1 Sejarah Film
Film pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-19, film mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi yang mendukung.
mulai dikenal film bersuara, dan menyusul film warna pada tahun 1930-an.
Peralatan produksi film juga mengalami perkembangan dari waktu ke waktu,
sehingga sampai sekarang tetap mampu mejadikan film sebagai tontonan yang
menarik khalayak luas (Sumarno, 1996:9).
2.3.2 Pengertian Film
Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar,
tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV
(Cangara, 2002:135). Gamble (1986:235) berpendapat, film adalah sebuah
rangkaian gambar statis yang direpresentasikan dihadapan mata secara
berturut-turut dalam kecepatan yang tinggi.
Sementara bila mengutip pernyataan sineas new wave asal Perancis, Jean Luc
Godard: “film adalah ibarat papan tulis, sebuah film revolusioner dapat
menunjukkan bagaimana perjuangan senjata dapat dilakukan.”
Film sebagai salah satu media komunikasi massa, memiliki pengertian yaitu
merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam
menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak,
bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek
tertentu (Tan dan Wright, dalam Ardianto & Erdinaya, 2005:3).
2.3.3 Jenis-Jenis Film 1. Film Cerita (Story Film)
Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang
diperuntukkan semua publik dimana saja (Effendy, 2003:211). Cerita yang
diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah
nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya
maupun dari segi gambar yang artistik (Ardianto dan Erdinaya, 2007:139).
Dalam Membuat Film: Panduan Menjadi Produser (2006:13), Heru
Effendy membagi film cerita menjadi Film Cerita Pendek (Short Films) yang durasi filmnya biasanya di bawah 60 menit, dan Film Cerita Panjang
(Feature-Length Films) yang durasinya lebih dari 60 menit, lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk
kedalam kelompok ini.
2. Film Dokumenter (Documentary Film)
John Grierson mendefinisikan film dokumenter sebagai “karya ciptaan
mengenai kenyataan (creative treatment of actuality).” Titik berat film
dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi (Effendy, 2003:213).
Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin
(Effendy, 2006:12).
3. Film Berita (News Reel)
Film berita atau news reel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang
benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik
harus mengandung nilai berita (news value) (Effendy, 2003:212).
4. Film Kartun (Cartoon Film)
Film kartun pada awalnya memang dibuat untuk konsumsi anak-anak, namun
hidup itu telah diminati semua kalangan termasuk orang tua. Menurut Effendy
(2003:216) titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis, dan setiap
lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan saksama untuk
kemudian dipotret satu per satu pula. Apabila rangkaian lukisan itu setiap
detiknya diputar dalam proyektor film, maka lukisan-lukisan itu menjadi
hidup.
5. Film-film Jenis Lain
a. Profil Perusahaan (Corporate Profile)
Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan
kegiatan yang mereka lakukan. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu
presentasi.
b. Iklan Televisi (TV Commercial)
Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang
produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat
atau public service announcement/PSA).
c. Program Televisi (TV Program)
Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum,
program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita.
d. Video Klip (Music Video)
Dipopulerkan pertama kali melalui saluran televisi MTV pada tahun 1981,
sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk
2.4 Tinjauan Representasi
Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi
mendefinisikannya sebagai proses ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa
cara fisik. Dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk
menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti,
diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik.
Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental,
yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita masing-masing (peta
konseptual). Representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua,
‘bahasa’ yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak
yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang lazim,
supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengna
tanda dari simbol-simbol tertentu (Wibowo, 2011:122).
2.5 Tinjauan Semiotika 2.5.1 Pengertian Semiotika
Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn,
1996:64). Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi
dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini.
Kajian semiotika telah membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika
komunikasidan semiotikasignifikasi. Pertama menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor
komunikasi dan acuan. Jenis yang kedua, tidak dipersoalkan adanya tujuan
berkomunikasi. Sebaliknya, yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda
sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada
proses komunikasinya.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Para
ahli melihat semiotika atau semiosis itu sebagai ilmu atau proses yang
berhubungan dengan tanda.
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning)
ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda. (Sobur, 2003:15).
Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan
dengan simbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk nonverbal, teoriteori yang
menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana
tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika.
(Littlejohn, 1996:64)
Dengan semiotika, kita lantas berurusan dengan tanda. Semiotika, seperti kata
Lechte (2001:191 dalam Sobur, 2003:16)), adalah teori tentang tanda dan
penandaan. Lebih jelasnya lagi semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki
semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan saranasigns, tanda-tanda dan berdasarkan padasign system(code) “sistem tanda” (Seger, 2000:4 dalam Sobur, 2003:16).
Tanda tidak mengandung makna atau konsep tertentu, namun tanda memberi
kita petunjuk-petunjuk yang semata-mata menghasilkan makna melalui
menurut konvensi dan aturan budaya yang dianut orang secara sadar maupun tidak
sadar (Sobur, 2003:14).
Definisi semiotik yang umum adalah studi mengenai tanda-tanda. Studi ini
tidak hanya mengarah pada “tanda” dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga
tujuan dibuatnya tanda-tanda terbentuk. Bentuk-bentuk tanda disini antara lain
berypa kata-kata, images, suara, Gesture, dan objek. Bila kita mempelajari tanda
tidak bisa memisahkan tanda yang satu dengan tanda-tanda yang lain yang
membentuk sebuah system, dan kemudian disebut system tanda. Lebih
sederhananya semiotik mempelajari bagaimana sistem tanda membentuk sebuah
makna. Menurut John Fiske dan John Hartley, konsentrasi semiotik adalah pada
hubungan yang timbul antara sebuah tanda dan makna yang dikandungnya. Juga
bagaimana tanda-tanda tersebut dikomunikasikan dalam kode-kode.
(Chandler,2002: www.aber.ac.uk)
2.5.2 Television Codes
Television codes adalah teori yang dikemukakan oleh John Fiske atau yang
biasa disebut kode-kode yang digunakan dalam dunia pertelevisian. Menurut
Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi tersebut
saling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini pula,
sebuah realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul, namun
juga diolah melalui penginderaan serat referensi yang telah dimiliki oleh pemirsa
televisi, sehingga sebuah kode akan dipersepsi secara berbeda oleh orang yang
Dalam kode-kode televisi yang diungkapkan dalam teori John Fiske, bahwa
peristiwa yang ditayangkan dalam dunia televisi telah dienkode oleh kode-kode
sosial yang terbagi dalam tiga level sebagai berikut:
1. Level pertama adalah realitas (Reality)
Kode sosial yang termasuk di dalamnya adalah penampilan (appearance), kostum (dress), riasan (make-up), lingkungan (environment), kelakuan (behavior), dialog (speech), gerakan (gesture), ekspresi (expression), suara (sound).
2. Level kedua adalah Representasi (Representation).
Kode sosial yang termasuk di dalamnya adalah kamera (camera), pencahayaan (lighting), perevisian(editing), musik (music), dan suara (sound). Level Representasi meliputi :
a. Teknik kamera :
Jarak dan sudut pengambilan
1.Long shot(LS) : Pengambilan yang menunjukkan semua bagian dari objek, menekankan pada background. Shot ini biasanya dipakai dalam
tema-tema sosial yang memperlihatkan banyak orang dalam shot yang
lebih lama dan lingkungannya dari pada individu sebagai fokusnya.
2.Estabilishing shot: Biasanya digunakan untuk membuka suatu adegan. 3.Medium Shot(MS) : Shot gambar yang jika objeknya adalah manusia
maka dapat diukur sebatas dada hingga sedikit ruang di atas kepala.
Dan Medium Shot dapat dikembangkan lagi, yaitu Wide Medium shot
kiri. Pengambilan gambar medium shot menggambarkan dan
memberikan informasi kepada penonton tentang ekspresi dan karakter,
secara lebih dekat lagi dibandingkan long shot.
4.Close Up: Menunjukkan sedikit dari scene, seperti karakter wajah dalam detail sehingga memenuhi layar, dan mengaburkan objek dengan
konteksnya, Pengambilan ini memfokuskan pada perasaan dan reaksi
dari seseorang, dan kadangkala digunakan untuk menunjukkan emosi
seseorang.
5.View Point: Jarak dan sudut nyata darimana kamera memandang dan 6.Point of View: Sebuah pengambilan kamera yang mendekatkan posisinya
pada pandangan seseorang yang ada, yang sedang memperlihatkan aksi
lain.
7. Selective Focus: Memberikan efek dengan menggunakan peralatan optikal untuk mengurangi ketajaman dari image atau bagian lainnya.
8.Eye Level View: Pengambilan gambar dari level yang sejajar dari mata manusia biasa untuk memperlihatkan tokoh-tokoh yang ada di adegan
tersebut.
9.Full Shot(FS) : Pengambilan gambar yang menunjukkan satu karakter penuh dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki.
Perpindahan
1.Zoom:Perpindahan tanpa memindahkan kamera, hanya lensa difokuskan untuk mendekati objek. Biasanya untuk memberikan kejutan kepada
penonton.
2.Following pan: Kamera berputar untuk mengikuti perpindahan objek. Kecepatan perpindahan terhadap objek menghasilkan mood tertentu
yang menunjukkan hubungan dengan subjeknya.
3.Tracking(dolling) : Perpindahan kamera secara pelan maju atau menjauhi objek (berbeda dengan zoom). Kecepatan tracking mempengaruhi
perasaan penonton, jika dengan cepat (utamanya tracking in)
menunjukkan ketertarikan, demikian sebaliknya.
b. Pewarnaan
Warna menjadi unsure media visual, karena dengan warna lah informasi
bisa dilihat. Warna ini pada mulanya hanya merupakan unsure teknis yang
[image:48.595.221.402.57.343.2]membuat benda bisa dilihat. Dalm film animasi warna bertutur dengan
gambar, yang fungsinya berkembang semakin banyak. Yakni mampu
menjadi informasi waktu, menunjang mood atau atmosfir set dan bisa
menunjang dramatik adegan.
c. Teknik editing Meliputi:
untuk merubah scane, mempersingkat waktu, memperbanyak point of
view, atau membentuk kesan terhadap image atau ide.
2.Jump cut: Untuk membuat suatu adegan yang dramatis.
3.Motivated cut: Bertujuan untuk membuat penonton segera ingin melihat adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan sebelumnya.
d. Penataan Suara
1. Comentar / voice – over narration : biasanya digunakan untuk memperkenalkan bagian tertentu dari suatu program, menambah
informasi yang tidak ada dalam gambar, untuk menginterpretasikan
kesan pada penonton dari suatu sudut pandang, menghubungkan bagian
atau sequences dari program secara bersamaan.
2.Sound effect: untuk memberikan tambahan ilusi pada suatu kejadian. 3.Music: Untuk mempertahankan kesan dari suatu fase untuk mengiringi
suatu adegan, warna emosional pada music turut mendukung keadaan
emosional atau adegan.
(Jurnal Daniel Chandler.The Grammar of Television and Filmmelalui http://www.aber.ac.uk/media/Document/short/gramtv.html)
3. Level ketiga adalah Ideologi (Ideology)
2.6 Kerangka Pemikiran 2.6.1 Kerangka Teoritis
Semiotika adalah studi mengenai pertandaan dan makna dari sistem tanda,
ilmu tentang tanda, bagaimana makna dibangun dalam teks media, atau studi
tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang
menkonsumsi makna (Fiske, 2004:282)
Dalam teori semiotika, pokok studinya adalah tanda atau bagaiman cara
tanda-tanda itu bekerja juga dapat disebut semiologi. Tanda-tanda-tanda itu hanya mengemban
arti pada dirinya sendiri, dengan kata lain jika diterapkan jika diterapkan pada
tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, dan kalimat, tidak memiliki arti pada
dirinya sendiri. Segala sesuatu yang memiliki sistem tanda, dapat dianggap teks,
contohnya di dalam film, majalah, televisi, klan, koran, brosur, novel, bahkan di
surat cinta sekalipun.
Tiga bidang studi utama dalam semiotika adalah (Fiske, 2004: 60):
1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang
berbeda, cara-cara tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan
cara-cara tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda
adalah kontruksi manusia dan hanya bias dipahami dalam artian manusia yang
menggunakannya.
2. Sistem atau kode yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara
masyarakat atau budaya atau mengeksploitasi saluran komunikasi yang
tersedia untuk mentrasmisikannya.
3. Kebudayaan dan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya
bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan
dan bentuknya sendiri.
Perspektif yang pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan.
Sedangkan perspektif yang kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan
pertukaran makna. Berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti hanya akan
menggunakan perspektif yang kedua, yaitu dari sisi produksi dan pertukaran
makna.
Perspektif produksi dan pertukaran makna memfokuskan bahasanya pada
bagaimana sebuah pesan ataupun teks berinteraksi dengan orang-orang di
sekitarnya untuk dapat menghasilkan sebuah makna. Hal ini berhubungan dengan
peranan teks tersebut dalam budaya. Perspektif ini seringkali menimbulkan
kegagalan dalam berkomunikasi karena pemahaman yang berbeda antara
pengirim pesan dan penerima pesan. Meskipun demikian, yang ingin dicapai
adalah signifikasinya dan bukan kejelasan sebuah pesan disampaikan. Untuk
itulah pendekatan yang berasal dari perspektif tentang teks dan budaya ini
dinamakan pendekatan semiotik. (Fiske, 2006 :9)
Menurut James Monaco, seorang ahli yang lebih berafilasi dengan gramatika
(tata bahasa) mengatakan bahwa film tidak mempunyai gramatika. Untuk itu ia
sifat kebahasaannya adalah tidak sama. Akan sangat beresiko apabila memaksa
dengan menggunakan kajian linguistic untuk menganalisa sebuah film, karena
film terdiri dari kode-kode yang beraneka ragam.
Penerapan Semiotik pada film, berarti harus memperhatikan aspek medium
film atau cenema yang berfungsi sebagai tanda. Maka dari sudut pandang ini jenis
pengambilan kamera (selanjutnya disebutShotsaja) dan kerja kamera (camera work). Dengan cara ini, peneliti bisa mamahami shot apa saja yang muncul dan bagaimana misalnya,Close-up. Terdapat pula pada kerja kamera yaitu bagaimana gerak kamera terhadap objek. (Barger, 1982:37)
Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk
berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek
yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara : kata
yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi
gambar-gambar) dan music film. Sistem semiotika yang labih penting lagi dalam
film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang
menggambarkan sesuatu. (Sobur:2004:128)
Semiotik juga dikenal sebagai studi tentang bagaimana film ini berarti, yaitu
memandang setiap pesan yang disampaikan dalam film meliputi pesan verbal dan
non verbal yang bersifat simbolis dan terdiri jaringan atau rangkaian tanda-tanda
yang kompleks serta memiliki arti.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai makna Cinta Tanah
suatu kata. Makna dari Cinta Tanah Air adalah kewajiban pada setiap diri
masyarakat mengenai pembelaan pada negaranya sendiri dan rasa memiliki yang
besar dan rela berkorban.
Dalam penelitian ini, untuk dapat membangun makna Cinta Tanah Air dalam
Film 5 cm peneliti menggunakan teori analisis semiotika. Teknik analisiscultural studiesdari John Fiske seperti dalam bukunya “Television Culture” (1992). Dalam hal ini film5 cm, memproduksi tanda-tanda.
2.6.2 Kerangka Konseptual
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Makna adalah maksud atau
pengertian yang diberikan pada suatu kata.. Dalam penelitian ini, peneliti
mengetahui adanya makna dibalik film 5 cm ini dan bagaimana membangun
makna tersebut sehingga menjadi sebuah teks yang menggambarkan film tersebut
mempunyai makna Cinta Tanah Air pada Indonesia. Peneliti dalam penelitian ini
meneliti makna Cinta Tanah Air dalam Film 5 cm. Sebab, dalam film ini
terkandung makna Cinta Tanah Air yang ditunjukan oleh pemeran film tersebut
Tabel 2.2 Tiga Level Menurut John Fiske
Pertama
REALITAS
(Dalam bahasa tulis seperti dokumen, wawancara, transkrip,
dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti pakaian,
make up, perilaku, gerak-gerik, ucapan, ekspresi, suara)
Kedua
REPRESENTASI
(Elemen-elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam
bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto,caption, grafik dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti
kamera, tata cahaya, editing, music dan sebagainya).
Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam kode
representasional yang memasukkan di antaranya bagaimana
objek digambarkan : karakter, narasi, setting, dialog, dan
sebagainya.
Ketiga
IDEOLOGI
Semua elemen diorganisikan dalam koherensi dan
kode-kode ideologi, seperti individualisme, liberalisme,
sosialisme, patriarki, ras, kelas, materialism, kapitalisme,
dan sebagainya.
Peneliti menggunakan teori analisis semiotika dari John Fiske agar bisa
mengupas satu makna dari Cinta Tanah Air, mulai dari level realitas, representasi,
dan ideologi.
Level Realitasadalah peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas, bagaimana peristiwa itu dikonstruksikan sebagai realitas oleh media.
Dalam bahasa tulisan, umumnya berhubungan dengan judul-judul besar yang
dipakai oleh media tersebut sebagai judul berita tentang suatu peristiwa tertentu.
Pada level kedua, ketika kita memandang sesuatu sebagai realitas, bagaimana
realitas tersebut digambarkan dalam bahasa tulis, kata-kata, kalimat, dan
sebagainya.
Level Representasimenunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam media massa. Menurut
Eriyanto, representasi penting dalam dua hal. Pertama apakah seseorang, satu
kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua
bagaimana representasi itu ditampilkan, dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan
bantuan visualisasi apa dan bagaimana seseorang, kelompok, atau gagasan
tersebut ditampilkan dalam media massa kepada khalayak (Eriyanto, 2001 ; 113).
Level Ideologiadalah bagaimana peristiwa tersebut diorganisir kedalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis. Bagaimana kode-kode
representasi dihubungkan dan diorganisasikan kedalam koherensi sosial, atau
kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat, hal ini dalam media massa bisa
dicapai dengan pemilihan nara sumber yang mendukung pernyataan-pernyataan
Dari paparan di atas, dapat dibuat bagan pemikiran guna mempermudah
[image:56.595.204.402.78.188.2]pemahaman kerangka pemikiran dalam penelitian ini, sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran
Sumber : Penulis, 2013
Representasi Cinta Tanah Air Dalam Film 5
Kode – Kode Televisi John
Level Representasi
43
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana analisis
[image:57.595.214.370.158.313.2]semiotika makna cinta tanah air dalam film5cm. Adapun objek penelitian ini adalah film5cm. Dimana film ini merupakan film yang tersimpan makna nasionalis.
Gambar 3.1 Poster Film 5 cm
3.1.1 Sinopsis Film
Genta, Arial, Zafran, Riani, Ian adalah lima remaja yang telah menjalin
persahabatan belasan tahun lamanya. Mereka memiliki karakter yang
memiliki bakat untuk menjadi orang terkenal. Riani yang merupakan gadis
cerdas, cerdas, cerewet, dan mempunyai ambisi untuk cita-citanya. Genta, pria
yang tidak senang mementingkan dirinya sendiri sehingga memiliki jiwa
pemimpin dan mampu membuat orang lain nyaman di sekitarnya. Arial, pria
yang paling lelaki diantara pemain lainnya, hobi berolah raga, paling taat
aturan, namun paling canggung kenalan dengan orang baru. Ian, dia memiliki
badan yang paling tambun dibandingkan teman-temannya, penggemar
indomie dan bola, paling telat wisuda. Ada pula Dinda yang merupakan adik
dari Arial, seorang mahasiswi cantik yang sebenarnya dicintai Zafran. Suatu
hari mereka berlima merasa “jenuh” dengan persahabatan mereka dan
akhirnya kelimanya memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi
satu sama lain selama tiga bulan lamanya.
Selama tiga bulan berpisah penuh kerinduan, banyak yang terjadi dalam
kehidupan mereka berlima, sesuatu yang mengubah diri mereka
masing-masing untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan. Setelah tiga bulan
berselang mereka berlima pun bertemu kembali dan merayakan pertemuan
mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan.
Sebuah perjalanan hati demi mengibarkan sang saka merah putih di
puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh
perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Petualangan
dalam kisah ini, bukanlah petualangan yang menantang adrenalin, demi
melihat kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung. Tapi petualangan ini,
yang mencintai negeri ini. Segala rintangan dapat mereka hadapi, karena
mereka memiliki impian. Impian yang ditaruh 5 cm dari depan kening.
3.1.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sequence, adegan. Sedangkan sequence kita kenal
di sini seperti dalam Teater yaitu babak. Sebenarnya ada banyak pengertian
dari sequence ini, beberapa di antaranya adalah
Susunan urutan dari berbagai peristiwa yang terjadi di dalam film.
Berbagai shot yang saling berhubungan dan berurutan, yang dikembangkan
dengan memberikan subyek di dalamnya. Dibawah ini beberapa tampilan dari
Tabel 3.1 TampilanSceneFilm5 cm
Timeline Potongan Gambar Audio
Durasi
gambar,
00:57:41’’
Setibanya di Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru
Dengan iringan
lagusoundtrack
Film5cm
Durasi
gambar,
1:00:48’’
Gambar di atas ini, saat pemeran5 cm
sedang menuju perjalanan ke Gunung
Mahameru. Mereka bertujuan untuk
melakukan upacara bendera di atas puncak
gunung bertepatan dengan HUT
Kemerdekaan RI
Dengan iringan
lagusoundtrack
Durasi
gambar,
1:18:47’’ Gambar di atas ini, saat pemeran5 cm sedang melihat keindahan yang dimiliki
Indonesia.
Dengan iringan
lagusoundtrack
Film5 cm
Durasi
gambar,
1:28:51”
Para pemeran saat melakukan pendakian
menuju puncak gunung.
Dengan iringan
lagusoundtrack
Film5 cm
Durasi
gambar,
1:42:34”
Saat akan melakukan pengibaran bendera
merah putih di Puncak Gunung Semeru
Dengan iringan
Durasi
gambar,
01:42:43’’
Saat para pemeran film5 cm melakukan upacara bendera di puncak Gunung Semeru.
Dengan iringan
laguIndonesia Raya
Durasi
gambar,
01:48:06” Saat Ian memutuskan untuk tidak pergi
kuliah ke luar negeri, karena ia ingin lebih
lama tinggal di Indonesia, sesudah melihat
keindahan alam yang dimiliki Indonesia.
Dengan iringan
lagusoundtrack
3.1.3 Sejarah Film Indonesia
Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1900-an masyarakat kita sudah
mengenal adanya film atau yang lebih dikenal dengan “Gambar Hidoep”. Hal ini
dibuktikan dengan adanya koran Bintang Betawi No.278, 5 Desember 1900 yang
memuat iklan bioskop. Seni pertunjukkan film pada masa itu diselenggarakan
oleh orang Belanda. Jenis bioskop terbagi menjadi tiga golongan berdasarkan
status penonton, yaitu bioskop untuk orang Eropa, bioskop orang menengah, dan
golongan orang pinggiran. Pada tahun 1925 sebuah artikel di koran masa itu, De
Locomotif, memberi usulan untuk membuat film. Pada tahun 1926 dua orang
Belanda bernama L. Heuveldorp dan G.Kruger mendirikan perusahaan film, Java
Film Coy di Bandung dan pada tahun yang sama mereka memproduksi film
pertamanya berjudul Loetoeng Kasarung (1926), yang diangkat dari legenda
Sunda. Film ini tercatat sebagai film pertama yang diproduksi di Indonesia dan ini
dianggap sebagai sejarah awal perfilman Indonesia. Film ini diputar perdana pada
31 Desember 1926. Film berikutnya yang diproduksi adalah Eulis Atjih (1927)
berkisah tentang istri yang disia-siakan oleh suaminya yang suka foya-foya.
Dalam perkembangan berikutnya banyak bermunculan studio film yang
dinominasi oleh orang-orang Cina. Pada tahun 1928 Wong Brothers dari Cina
(Nelson Wong, Joshua Wong, dan Othniel Wong) mendirikan perusahaan film
bernama Halimun Film dan memproduksi film pertamanyaLily Van Java (1928).
Film ini berkisah tentang seorang gadis Cina yang dipaksa untuk menikah dengan
laki-laki pilihan orangtuanya, padahal ia telah memiliki kekasih. Film ini