• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Anak Yang Melakukan Aktivasi Kemampuan Otak Tengah (Brain Power Activation) (Studi Fenomenologi Mengenai Proses Interaksi Di Sekolah Dan Di Rumah Oleh Anak Yang Melakukan Aktivasi Otak Tengah Di Gmoesty Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interaksi Anak Yang Melakukan Aktivasi Kemampuan Otak Tengah (Brain Power Activation) (Studi Fenomenologi Mengenai Proses Interaksi Di Sekolah Dan Di Rumah Oleh Anak Yang Melakukan Aktivasi Otak Tengah Di Gmoesty Bandung)"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Anak Yang Melakukan Aktivasi Otak Tengah Di GMOESTY Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuah Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh,

WINDY NOVITA WULANDARI NIM. 41808100

PRODI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)
(4)

iv

(Studi Fenomenologi Mengenai Proses Interaksi Di Sekolah Dan Di Rumah Oleh Anak Yang Melakukan Aktivasi Otak Tengah Di GMOESTY

Bandung)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Interaksi anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Proses sosial anak dengan kemampuan otak tengah, Tindakan anak dengan kemampuan otak tengah, Realitas anak dengan kemampuan otak tengah di GMOESTY Bandung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah enam orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi pustaka, dokumentasi, internet searching, dan juga triangulasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan Proses sosial atau eksternalisasi anak dengan kemampuan otak tengah memiliki perbedaan dalam berinteraksi. Tindakan atau internalisasi anak dengan kemampuan otak tengah adanya perubahan dalam berperilaku dan bersikap Realitas anak dengan kemampuan otak tengah di GMOESTY Bandung memiliki banyak nilai positif.

Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa proses sosial yang terjadi dari Pengaktivasian otak tengah oleh GMOESTY membuat anak memiliki sikap saling mengasihi dan mudah berinteraksi dengan orang lain. Pengaktivasian otak oleh GMOESTY Tujuannya agar anak memiliki karakter yang lebih stabil dan emosi anak lebih terkontrol. Serta banyak keuntungan yang timbul karena pengaktivasian otak tengah

(5)

v ABSTRACT

CHILD INTERACTIONS TO ACTIVATION CAPABILITIES MIDBRAIN (BRAIN POWER ACTIVATION)

(Study Of The Phenomenology Of The Process Of Interaction In School And At Home By Doing Brain Activation In GMOESTY Bandung)

By :

Windy Novita Wulandari NIM : 41808100

This research under the guidance of, Gumgum Gumilar, S.Sos.,M.Si

This study aims to determine the child's social interaction skills that make activation of the midbrain (brain power activation). The purpose of this study was to determine the social development process with the ability of the midbrain, Action boy with the ability of the midbrain, with the reality of the child at the center of the brain's ability GMOESTY Bandung.

This study used a qualitative approach to the informant of seven students. Data were obtained through in-depth interviews, observation, book study, documentation, internet searching, and triangulation. The data analysis techniques used are data reduction, data collection, data presentation, drawing conclusions, and evaluation.

The results showed social process or externalizing child with the ability of the midbrain have differences in their interaction. Action or internalization of the child with the ability of the midbrain of a change in behavior and attitude to the reality of the child at the center of the brain's ability GMOESTY Bandung have many positive values.

From the research, concluded that the social processes that occur from GMOESTY midbrain activation by making a child has a loving attitude and easy to interact with others. Brain activation by GMOESTY goal is that children have a more stable character and emotions of children is more controlled. As well as the many benefits that can result from activation of the midbrain

(6)

vi Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Usulan penelitian ini dengan tepat waktu, dengan judul Skripsi, “Interaksi Anak Yang Melakukan Aktivasi Kemampuan Otak Tengah (Brain

Power Activation) (Studi Fenomenologi mengenai proses interaksi anak Di Sekolah Dan Di Rumah Oleh Anak Melakukan Aktivasi Otak Tengah Di GMOESTY Bandung)”. Pada dasarnya, tujuan dibuatnya Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan Sidang Skripsi dan mendapatkan nilai akhir bagi kelulusan di tingkat strata satu (S1). Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Komputer Indonesia.

(7)

vii

hambatan itu dengan baik dan Skripsi ini tersusun dengan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu , Tanpa bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dari awal hingga akhir, tentunya penulisan ini tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Untuk itu Peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A,sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang sangat berjasa bagi peneliti.

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., Selaku selaku Ketua Progam Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia, yang selalu memotivasi penulis supaya menyelesaikan Usulan Penelitian ini.

3. Ibu Melly Maulin, S.Sos.,M.Si., Selaku Dosen wali yang telah memberi motivasi dan semua nasihat serta dukungannya terhadap peneliti.

(8)

viii

6. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., selaku dosen program studi ilmu komunikasi yang telah banyak memberikan motivasi kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian.

7. Ibu Tine Wulandari, S.I.Kom., selaku dosen program studi ilmu komunikasi telah banyak membantu mengarahkan peneliti melakukan penelitian.

8. Bapak Adiyana Slamet, S.I.P., M.Si, selaku dosen program studi ilmu komunikasi telah banyak membantu mengarahkan peneliti melakukan penelitian.

9. Bapak Sangra Juliano, S.I.kom, selaku dosen program studi ilmu komunikasi yang telah memberikan motivasi kepada peneliti untuk maju. 10.Bapak Arie Prasetyo, selaku dosen program studi ilmu komunikasi yang

telah memberikan arahan kepada peneliti untuk maju.

11.Bapak Yadi Supriadi, S.Sos.,M.Phil,selaku dosen program studi ilmu komunikasi yang telah membantu dan mengarahkan peneliti.

(9)

ix

Power Activation yang telah membantu peneliti dengan memberikan Ilmu kepada peneliti.

15.Keluarga besar Sutopo, Keluarga besar Daud Riyadi, dan Keluarga besar Garnawa, yang telah memberikan dukungan kepada peneliti berupa dukungan moril serta doa yang diberikan kepada peneliti untuk bisa sukses dalam menjalani kehidupan.

16.Sahabatku Yogi Septiadi yang telah senantiasa menemani, menjadi temen berbagi, serta memberikan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih untuk segala dukungannya.

17.Sahabat-sahabat Febry Valentina (alend), Sylvia Agustina (kipli), Dinda Ramadhanty, Randi Sastra , Arif Muhidin (jurip), Lina Marlina, Rani (nay), Hilda, Febi, Meilyn Rayindra, Aldi, Riki safari (ricie), Lastry, Iput dan semua yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Terimakasih untuk segala kebersamaan dalam suka dan duka, serta semangat yang diberikan.

18.Teman-teman di komunikasi angkatan 2008 khususnya 3 dan IK-Humas 2 yang selalu membantu peneliti, terima kasih atas bantuannya. 19.Kucing-kucingku, Kanti, Ule, Uno Yang telah menemani peneliti dalam

(10)

x

Untuk kesempurnaan penelitian ini serta menambah kualitas dari skripsi ini, dengan tulus peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga dapat digunakan untuk pengembangan lebih lanjut.

Akhir kata peneliti mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak lain pada umumnya rekan-rekan di UNIKOM pada khususnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama dengan peneliti.

Bandung, Juli 2012

(11)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Pertanyaan Makro ... 5

1.2.2 Pertanyaan Mikro... 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian ... 5

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6

(12)

xii

2.1.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi Antar pribadi ... 8

2.1.1.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi ... 8

2.1.1.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 9

2.1.1.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi ... 11

2.1.1.4 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi ... 12

2.1.1.5 Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi ... 13

2.1.1.6 Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi ... 13

2.1.2 Tinjauan Mengenai Kelompok Sosial ... 15

2.1.3 Tinjauan Mengenai Interaksi Sosial 2.1.3.1 Definisi Interaksi Sosial ... 16

2.1.3.2 Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial ... 17

2.1.3.3 Macam-Macam Interaksi Sosial ... 20

2.1.3.4 Ciri-ciri Interaksi Sosial ... 20

2.1.3.5 Bentuk Interaksi Sosial ... 21

2.1.4 Tinjauan Mengenai Konsep Diri 2.1.4.1 Definisi Konsep Diri ... 23

2.1.4.2 Komponen Konsep Diri ... 23

2.1.4.3 Macam Konsep Diri ... 24

(13)

xiii

2.1.6.1 Perkembangan Otak Tengah ... 30

2.1.6.2 Fungsi Otak Tengah ... 32

2.1.6.3 Mengenal Cara Mengaktifkan Otak Tengah ... 34

2.1.6.4 Pentingnya Optimalisasi Otak Tengah ... 36

2.1.6.5 Media Pengaktifan Otak Tengah ... 38

2.1.7 Tinjauan Mengenai Konstruksi Realitas Sosial ... 39

2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka Teoritis ... 40

2.2.2 Kerangka Konseptual... 42

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Tinjauan Mengenai Anak Otak tengah ... 46

3.1.2 Sejarah Gmoesty ... 48

3.2 Metode penelitian 3.2.1 Desain Penelitian ... 50

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 52

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 53

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 54

(14)

xiv

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 61

3.3.2 Waktu Penelitian ... 61

3.4 Sistematika penulisan ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Identitas Informan ... 66

4.1.1 Informan Kunci ... 66

4.1.2 Informan Pendukung ... 71

4.2 Analisis Deskriptif Hasil Peneliitian ... 74

4.2.1 Proses sosial anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung ... 75

4.2.2 Tindakan anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung ... 83

4.2.3 Realitas anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung ... 85

(15)

xv

tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh

GMOESTY Bandung ... 95

4.2.3 Realitas anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ... 101

5.2.1 Saran untuk anak Otak Tengah ... 101

5.2.2 Saran untuk GMOESTY ... 102

5.2.3 Saran untuk Peneliti ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 108

(16)

xvi

Hal

(17)

xvii

Hal

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Konseptual ... 45

Gambar 3.1 : Pelatihan aktivasi otak tengah oleh Gmoesty... 47

Gambar 3.2 :Anak diberikan sugesti oleh para trainer ... 49

Gambar 3.3 : Komponen-Komponen Analisis Data : Model Kualitatif ... 58

Gambar 4.1 : Informan Kunci Gilang ... 67

Gambar 4.2 : Informan Kunci Rara... 69

Gambar 4.3 : Informan Kunci Natisya ... 70

Gambar 4.4 : Informan Pendukung Ibu Elin ... 71

Gambar 4.5 : Informan Pendukung Pa Dede ... 73

Gambar 4.6 : Gelombang Alpha ... 76

Gambar 4.7 : Tahapan-tahapan pengaktivasian otak tengah di GMOESTY Bandung ... 87

(18)

xviii

Hal

Lampiran 1 : Surat Penugasan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 108

Lampiran 2 : Surat Berita Acara Bimbingan ... 109

Lampiran 3 : Surat Rekomendasi Pembimbing untuk mengikuti usulan penelitian ... 110

Lampiran 4 : Lembar revisi usulan penelitian program studi ilmu Komunikasi ... 111

Lampiran 5 : Surat rekomendasi pembimbing untuk mengikuti sidang sarjana ... 112

Lampiran 6 : Lembar revisi sidang sarjana program studi ilmu Komunikasi ... 113

Lampiran 7 : Rancangan Pertanyaan Penelitian ... 114

Lampiran 8 : Identitas Informan ... 117

Lampiran 9 : Pertanyaan Penelitian ... 122

(19)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Istilah Otak tengah mungkin masih terasa asing ditelinga masyarakat pada umumnya. Manusia ternyata tidak hanya memiliki dua bagian dari otaknya yaitu otak kanan dan otak kiri saja, namun manusia juga memiliki yang namanya otak tengah. otak tengah merupakan jembatan yang menghubungkan serta menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri sehingga memungkinkan otak kiri dan otak kanan berfungsi dengan baik dan mengembalikan kekuatan otak pada keadaan semula.

Dalam melakukan pengaktivasian Otak tengah (Brain Power Activation), anak-anak ditutup matanya dan diberikan sugesti-sugesti oleh para trainer sehingga emosional seorang anak akan dipermainkan disini akan dibuat meningkat, menurun dan hingga semakin meningkat emosional anak tersebut. Tidak hanya seperti itu anak-anak juga diajak bermain-main agar anak-anak tidak merasa bosan mengikuti pelatihan pengaktivasian Otak tengah.

(20)

malu, karena pada saat usia 5-15 tahun anak-anak masih membutuhkan bimbingan yang lebih.

Sebuah lembaga Gmoesty, Ganesha Motivation, Observation, Education and Skill Community membuat sebuah pelatihan untuk mengaktivasi otak tengah anak. Menggunakan teori Hipnosis kemudian dengan sejumlah latihan teknik berhitung cepat ala Glenn Doman, Teknik mengingat cepat, Teknik membaca cepat, dan Anda pun akan belajar bagaimana membuat peta bakat dengan menggunakan graphology sebagai media dalam mengenal potensi, bakat, dan kemampuan Anak serta membuka diri anak menjadi positif.

Seperti contoh pada seorang anak yang mempunyai kepribadian tertutup, tidak mempunyai teman, pemurung dengan melakukan pengaktivasian otak tengah anak-anak itu sekejab berubah dari segi perilaku dan sifat mereka menjadi pribadi yang supel dan dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa adanya hambatan, dan proses perubahan ini langsung terjadi sesaat. Karena sugesti yang diberikan tadi dimana seluruh panca indera anak pun seluruhnya aktif dimana pikiran bawah sadar mereka dan merangsang mereka untuk lebih baik dari sekarang sebelum dilakukannya aktivasi otak tengah atau Brain Power Activation.

Dari proses inilah konsep diri seorang anak terbentuk, Pandangan mengenai diri dan pihak lain ini disebut konsep diri. Hal ini seperti yang dikemukan oleh George H.Mead (dalam Departemen Sosiologi, 2012)

(21)

mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung. Kesadaran diri merupakan hasil dari suatu proses reflektif yang tidak kelihatan, dan individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau yang bersifat potensial dari titik pandang orang lain dengan siapa individu ini berhubungan”.

Dalam diri seorang anak dengan otak tengah yang memiliki kelebihan berbeda diantara teman-teman sebayanya, tentunya juga memiliki sebuah Konsep Diri yang merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi terhadap sesamanya.

Dalam komunikasi antar pribadi inilah anak-anak berinteraksi dengan orang lain akan mudah karena anak-anak dengan otak tengah ini dilatih untuk dapat mengungkapkan segala perasaannya kepada orang lain dan lebih mudah dan terbuka pribadinya.

Karena komunikasi antar pribadi menurut Effendy (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.

(22)

Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process.

Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan.

Maka dari itu diri anak yang mengaktifkan otak tengah akan lebih mudah berinteraksi dengan oranglain tanpa harus takut dan tidak percaya diri dalam dirinya. Karena pada dasarnya anak dalam dirinya sudah memiliki kemampuan yang lebih dari orang dewasa apalagi anak dengan kemampuan otak tengahnya.

(23)

yang setelah melakukan Brain Power Activation dapat dilihat segala perubahan yang terjadi di dalam dirinya.

1.2Rumusan Masalah

- Pertanyaan Makro

Bagaimana interaksi anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung?

- Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana Proses sosial anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung?

2. Bagaimana tindakan anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung?

3. Bagaimana realitas anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

(24)

otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui antara lain sebagai berikut :

1 Untuk mengetahui Proses sosial anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung.

2 Untuk mengetahui tindakan anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung.

3 Untuk mengetahui realitas anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) disekolah dan dirumah oleh GMOESTY Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

(25)

1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, serta aplikasi ilmu pengetahuan dalam bidang komunikasi khususnya dalam memahami komunikasi antar pribadi mengenai fenomena kemampuan otak tengah.

2. Bagi Universitas

Bagi universitas, khususnya Program studi Ilmu komunikasi konsentrasi Ilmu humas UNIKOM, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmu untuk pengembangan disiplin ilmu yang bersangkutan.

3. Bagi mahasiswa atau Masyarakat

Penelitian ini diharapkan juga bisa menjadi pengetahuan baru bagi mahasiswa ataupun masyarakat luas berkenaan dengan kemampuan otak tengah dalam proses interaksi sosial anak.

4. Bagi Lembaga GMOESTY

(26)

8 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi Antar Pribadi 2.1.1.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antarmanusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi antarmanusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin akan terjadi. Sebagian besar interaksi antar manusia berlangsung dalam situasi komunikasi antar pribadi. Menurut Effendy (2002 : 41) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau prilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.

Menurut Roger dalam Depari (1988) mengemukakan komunikasi antarpribadi merupakan komuniksi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.

(27)

Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan Komunikasi Antar Pribadi sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah:

Spontan dan informal.

Saling menerima feedback secara maksimal.

Partisipan berperan fleksibel.

Trenholm dan Jensen (1995:227-228) mengatakan tipikal pola interaksi dalam keluarga menunjukkan jaringan komunikasi. 2.1.1.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Dalam komunikasi antar pribadi memiliki beberapa tujuan yang dianggap sangat penting seperti

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antar pribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

2. Mengetahui dunia luar

(28)

3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Manusia sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, seseorang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.

4. Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi antar pribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain.

5. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. 6. Membantu orang lain

Tujuan dari proses komunikasi antar pribadi adalah membantu orang lain.

Selain itu tujuan komunikasi antar pribadi dapat dilihat dari beberapa perspektif yaitu ;

1. Tujuan ini dapat dilihat sebagai faktor motivasi atau sebagai alasan-alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antar pribadi. Dapat dikatakan untuk memperoleh kesenangan, membantu orang lain, mengubah sikap dan perilaku seseorang.

(29)

2.1.1.3 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi

Edna Rogers (2002: 1), mengemukakan pendekatan hubungan dalam menganalisis proses KAP mengasumsikan bahwa KAP membentuk struktur sosial yang diciptakan melalui proses komunikasi. Ciri-ciri KAP menurut Rogers adalah:

1. Arus pesan dua arah. 2. Tingkat umpan balik tinggi.

3. Kemampuan mengatasi selektivitas tinggi.

4. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat. 5. Efek yang terjadi perubahan sikap.

Menurut Barnlund (dikutip dalam Alo Liliweri: 1991), ciri-ciri mengenali KAP sebagai berikut:

1. Bersifat spontan. 2. Tidak berstruktur. 3. Kebetulan.

4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan. 5. Identitas keanggotaan tidak jelas.

(30)

2.1.1.4 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas:

a. Fungsi sosial

Komunikasi antar pribadi secara otomatis mempunyai fungsi social,karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks social yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi social komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis.

2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial. 3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan

timbal balik.

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri.

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

b. Fungsi pengambilan keputusan

(31)

orang lain. Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi yaitu:

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi 2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang 2.1.1.5 Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi

Pada komunikasi antar pribadi juga memilki karakteristik yang sangat penting dalam seperti;

Terjadi dimana saja dan kapan saja

Proses berkesinambungan

Mempunyai tujuan tertentu

Menghasilkan hubungan yang timbal balik

Merupakan sesuatu yang dipelajari

2.1.1.6 Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi

Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antar pribadi ini oleh Yoseph DeVito (1997) dalam bukunya “ The Interpersonal

Communications Book” dilihat dari dua perspektif, yaitu :

1. Perspektif humanistic

Keterbukaan, artinya membuka diri pada orang lain, bereaksi pada orang lain dengan spontan tanpa dalih perasaan dan pikiran yang kita miliki.

(32)

Perilaku suportif, ditandai dengan sifat deskriptif, spontanitas dan profesionalisme.

Perilaku positif, adalah ekspresi sikap-sikap positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi.

Kesamaan, meliputi : (1). kesamaan dalam bidang pengalaman, seperti nilai, sikap, perilaku dan pengalaman. (2). Kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan.

2. Menurut perspektif Pragmatis, menuntut adanya :

Sikap yakin, tidak malu dan gelisah dalam menghadapi orang lain, tapi percaya diri dan luwes dalam berbagai situasi komunikasi

Kebersamaan, ditandai hubungan dan rasa kebersamaan dengan memperhatikan perasaan dan kepentingan orang lain.

Manajemen interaksi, mengontrol dan menjaga interaksi agar memuaskan kedua pihak, ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten.

Perilaku ekspresif, keterlibatan sungguh-sungguh dalam interaksi dengan orang lain yang diekspresikan baik secara verbal maupun non verbal.

(33)

2.1.2 Tinjauan Mengenai Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.

Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:

Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.

Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.

Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.

(34)

hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.

Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain.(menyebabkan interaksi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama)

2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain (Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat).

3. Adanya penugasan dan pembentukkan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing.

4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkahlaku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.3 Tinjauan Mengenai Interaksi Sosial 2.1.3.1 Definisi Interaksi Sosial

Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan

saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat

(35)

Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial

adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons

antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat

lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi

sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses

pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada

akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”. “Interaksi positif

hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai,

menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004). Berdasarkan definisi

di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah

suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama

lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar

individu dan kelompok.

2.1.3.2 Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat (Soerjono Sukanto) yaitu: adanya kontak sosial, dan adanya komunikasi.

1. Kontak Sosial

(36)

hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah.

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk (Soerjono Soekanto : 59) yaitu sebagai berikut :

a. Antara orang perorangan

Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui komunikasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota.

b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakan bahwa tindakan- tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat.

c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Umpamanya adalah dua partai politik yang bekerja sama untuk mengalahkan partai politik lainnya.

(37)

mengarah kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial. Selain itu kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara.

2. Komunikasi

(38)

2.1.3.3 Macam-macam Interaksi Sosial

Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

- Interaksi antara individu dan individu

Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).

- Interaksi antara individu dan kelompok

Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.

- Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok

Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.

2.1.3.4 Ciri - Ciri Interaksi Sosial

Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain:

a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang

b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas

(39)

2.1.3.5 Bentuk Interaksi Sosial

Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :

1. Interaksi sosial yang asosiatif, yaitu interaksi yang mengarah kepada bentuk – bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti: a. Kerja sama

Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

b. Akomodasi

Suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok – kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

c. Asimilasi

Proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran. d. Akulturasi

(40)

menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yaitu interaksi yang

mengarah kepada bentuk – bentuk pertentangan atau konflik, seperti :

a. Persaingan

Suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.

b. Kontravensi

Bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang – terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur – unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

c. Konflik

(41)

atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

2.1.4 Tinjauan Mengenai Konsep Diri 2.1.4.1 Definisi Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Hurlock, 1993). Sedangkan menurut Brook (Rahmat, 1985) mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi mengenai diri sendiri, baik yang baik bersifat fisik, sosial maupun psikologis, yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Dari kedua definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang diri sendiri baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis, yang diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain.

2.1.4.2 Komponen Konsep diri

Hurlock (1993) mengatakan bahwa konsep diri memiliki tiga komponen utama, yaitu :

Komponen perceptual, yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain. Komponen ini sering disebut sebagai physical self concept.

(42)

yang tersusun dari beberapa kualitas penyesuaian diri, seperti kejujuran, percaya diri,kemandirian, pendirian yang teguh dan kebalikan dari sifat-sifat tersebut.

Komponen sikap, yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap statusnya sekarang dan prospeknya di masa depan, sikap terhadap harga diri dan pandangan diri yang dimilikinya. 2.1.4.3 Macam Konsep Diri

Hurlock juga membagi konsep diri menjadi dua macam yaitu;

1. Konsep diri yang sebenarnya, ialah konsep seseorang dari siapa dan apa dirinya. Konsep diri ini merupakan bayangan cermin, yang ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungannya dengan orang lain,dan apa yang menjadi reaksi orang lain terhadap dirinya.

2. Aku ideal, adalah gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya.

2.1.4.4 Dimensi Konsep Diri

Menurut Caulhoun (1990) konsep diri memiliki tiga dimensi, yaitu ; pengetahuan tentang diri sendiri,harapan terhadap dirinya sendiri dan evaluasi diri.

Pengetahuan tentang diri sendiri

(43)

Harapan tentang diri sendiri

Ketika seseorang telah berpikir siapa dirinya, pada saat yang sama ia akan berpikir akan menjadiapa dirinya dimasa yang akan datang prinsipnya. Setiap orang memiliki harapan terhadap dirinya sendiri. Harapan akan diri sendiri ini meupakan diri ideal.

Evaluasi diri sendiri

Setiap hari orang berkedudukan sebagai penilai dirinya sendiri,

mengukur apakah ia bertentangan dengan (1) “ saya dapat menjadi

apa” yaitu pengharapan seseorang terhadap dirinya dan (2) “saya

seharusnya menjadi apa” tentang siapa dirinya, yaitu standart

seseorang bagi dirinya sendiri. Evaluasi terhadap dirinya disebut harga diri (self esteem) yang mana akan menentukan seberapa jauh seseorang akan menyukai dirinya.

2.1.5 Tinjauan Mengenai Fenomenologi 2.1.5.1 Definisi Fenomenologi

(44)

mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami.

Fenomenologi berasal dari bahasa yunani “phainomenon” yang

berarti gejala dan “logos” yang berarti perkataan, ajaran. Fenomenologi mengandung beberapa pengertian:

1. Arti luas, ilmu tentang fenomen – fenomen atau apa saja yang tampak. Dalam hal ini fenomenologi merupakan sebuah pendekatan filsafat yang berpusat pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran manusia.

2. Arti sempit, ilmu tentang gejala yang menampakkan diri pada kesadaran kita.

Maurice Natanson menggunakan istilah fenomenologis sebagai suatu istilah yang generik untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial menurut Natanson, pandangan fenomenologis atas realitas sosial menganggap dunia intersubjektif sebagai terbentuk dalam aktivitas kesadaran yang salah satunya adalah ilmu alam (mulyana, 2003 :59)

2.1.5.2 Tokoh –Tokoh Fenomenologi Emmanuel Kant

(45)

menguraikan gerak dan diam sebagai karakteristik umum yang menandai setiap gejala. Kant memerlukan studi fenomenologi tentang pembedaan dunia inderawi dan dunia intelijibel guna mencegah kekacauan metafisis antara keduanya. Ia menyatakan bahwasanya tidak mungkin bagi seseorang untuk mengungkapkan noumena, sebagaimana yang ia ungkapan:

“Beings of the understanding are admitted, but with the incalculation of this rule which admits of no exception; that we neither know nor can know anything determinate whatever about these pure beings of the understanding, because our pure concepts of the understanding as well as our pure intuitions extend to nothing but objects of possible experience, consequently to mere things of sense”

Dalam ungkapannya tersebut Kant berusaha untuk menjelaskan bahwasanya esensi dari noumena (The Understanding) adalah diakui, tetapi dengan tanpa adanya perhitungan dari aturan yang tidak mengakui pengecualian. Oleh karena itu kita tidak tahu dan tidak dapat mengetahui penjelasan mengenai keberdaan dari noumena, karena konsep murni dari noumena adalah sebuah intuisi murni yang terlepas dari fenomena yang dialami.

Alfred Shutz

Schutz memang berhutang budi pada Husserl dan Weber, di mana atas

jasa kedua orang itu Schutz dapat „mengawinkan‟ antara fenomenologi

(46)
(47)

fenomena atau gambaran nyata dari suatu objek ideal yang „berada di luar

sana‟.

Edmun Husserl

Emund Husserl lahir di Prostejov Prossnitz, Moravia-wilayah kekaisaran Austria-Hongaria- pada 8 April 1859, tahun yang sama dengan kelahiran Henri Bergson dan John Dewey. Husserl anak kedua dari empat bersaudara.

Dengan melihat riwayat singkat Edmund Husserl, kita dapat mengamati focus pemikirannya yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik fenomenologi, baik metode maupun ambisi dibaliknya. Pertama, Husserl memulai perjalanan intelektualnya dari lingkungan akademik formal dibidang logika dan matematika. Kedua, gagasan fenomenologi Husserl dipengaruhi oleh Franz Brentano, utamanya persoalan kesadaran dan intensionalitas. Ketiga, ada sebuah perhatian khusus Husserl yang kemudian menjadi tema sentral dari logical Investigations dan karya-karya setelahnya, yaitu anti-naturalisme. Sebuah penyanggahan bahwa natural science memiliki kemampuan menjelaskan realitas secara tuntas.

Bagi Husserl, kata “realitas” sebenarnya merupakan perluasan dari

“nature” artinya, natural science hanya menggunakan realitas sebagai

(48)

tidak bisa menjamin dirinya sendiri. Singkatnya, tidak setiap kebenaran adalah kebenaran naturalistic (David R. Cerbone, 2006). Dan, seluruh upaya intelektualitas Husserl itu diarahkan pada sebuah aliran dan cara berfilsafat yang baru, yaitu fenomenologi.

Akar fenomenologi Husserl dapat dilacak dari rasionalisme Rene Descartes dan Immanuel Kant,serta psikologisme deskriptif Franz Brendtano, gurunya. Descartes memancangkan sebuah tonggak dalam ranah filsafat, yaitu membalik persoalan filsafat dari objek ke subjek pengetahuan. Obsesi penyelidikan Descartes adalah sebuah obsesi purba dari keseluruhan arah filsafat dan ilmu pengetahuan, yakni kepastian.

Husserl mengajak kita untuk kembali pada apa yang secara langsung terberi dari dalam kesadaran. Oleh karenanya, fenomenologi meminggirkan pola-pola penarikan kesimpulan dan memperoleh pengetahuan. Pengetahuan diperoleh secara intuitif dalam arti langsung tanpa melalui prosees logis dan pengetahuan antara fenomenologi harus berfokus sepenuhnya pada apa pengalaman murni tanpa digayuti asumsi metodologis apa pun. (Donny Gahral, 2010: 14)

2.1.6 Tinjauan Mengenai Otak tengah 2.1.6.1 Perkembangan Otak tengah

(49)

disebut dengan istilah otak tengah, yang ini merupakan sebuah inovasi terbaru dari penelitian otak manusia. Sebagaimana kita ketahui bersama, hampir lebih dari 95% otak manusia tidak dipakai secara maksimal. Sebagian dari kita menggunakannya tidak lebih dari 3% kemampuan otak manusia dan membawa 97% kemampuannya keliang kubur. Menurut para ilmuwan, Einstein (Sang Genius) sendiri, tidak menggunakan lebih dari 10% kemampuan otaknya.

Ahli otak tengah dari Jepang, Prof. Makota Sichida, mengungkapkan bahwa otak tengah adalah jembatan antara otak kiri dan otak kanan manusia. Untuk dapat menggunakan kemampuan kedua otak sekaligus, terlebih dahulu otak tengahnya harus diaktifkan. Ketika otak tengah dalam kondisi tertidur, otak manusia tidak dapat berkembang secara maksimal. Oleh karena itu, fungsi interaktif antara otak kanan dan otak kiri mengalami keterbatasan.

(50)

Sebenarnya, pemanfaatan otak tengah manusia telah lama dilakukan dinegara jepang kira-kira sudah sekitar 40-an tahun yang lalu aktivitas otak tengah ini dibahas dan saat ini telah teruji. Di Jepang sendiri, praktik pengaktifan otak tengah telah dilakukan terhadap anak-anak. sedangkan di Malaysia baru sekitar 5% tahun. Bahkan, pemerintah merespons positif. Sementara itu di Indonesia pengaktifan otak tengah memang relatif baru. Dan faktanya, seorang anak yang telah diaktifkan otak tengahnya mempunyai kemampuan lebih dibandingkan seorang anak yang otak tengahnya belum aktif. (John Afifi, 2010)

Pada hakikat, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan otak tengah. setiap Negara mempunyai cara masing-masing. Di Negara Tibet misalnya masih menggunakan metode yang cukup klasik dengancara meditasi. Disamping itu, anak-anak juga dilatih untuk ikut serta dalam ritual keagamaan mereka. Di Negara Rusia menggunakan latihan selama satu tahun. Sementara itu, Negara Jepang masih merahasiakan cara aktivasinya. Mungkin karena Negara Jepang tidak mau ada Negara lain yang membajak atau mempelajari metodenya karena khawatir kemampuan masyarakatnya yang sangat jenius dan kreatif akan tersaingi oleh Negara lain.(Hartono Sangkanparan, 2010: 32)

2.1.6.2 Fungsi Otak Tengah

(51)

juga merupakan bagian dari dasar tubuh kita. Didalam kehidupan sehari-hari, otak manusia berperan 80% dalam mengatur sifat dan perilaku seseorang yang menyangkut tingkat kesadaran dan tingkat ketidaksadaran seseorang. Seperti otak kanan kita yang cenderung pada hal-hal yang bersifat kreativitas atau imajinasi dan otak kiri kita yang cenderung pada hal-hal yang bersifat akademik.

Otak tengah merupakan jembatan penghubung antara otak kanan dan otak kiri. Ketika kedua otak tersebut (otak kanan dan otak kiri) dapat terhubung dengan baik, maka keseimbangan pun dapat terjadi. Akan tetapi, bagi kebanyakan orang dinegara ini dan bahkan diberbagai negaradi dunia tidak mempunyai keseimbangan yang baik didalam otaknya. Dan Dalam hal ini otak tengah memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Mengatur fungsi dasar tubuh manusia/ Survival Instinct Yakni mengatur fungsi dasar yang merupakan tingkat kecenderungan sebab akibat yang terjadi dalam diri kita. 2. Pemancar gelombang otak

Sebagian bagian dari batang otak yang menghubungkan otak dengan bagian lain dalam tubuh, termasuk panca indera dan otot. Otak tengah berfungsi sebagai pusat neuron yang berkomunikasi dengan neuron lainnya.

3. Penerima pantulan gelombang otak

(52)

sehingga seseorang akan mempunyai kemampuan yang jenius dibandingkan dengan kemampuan sebelum otak tengahnya diaktifkan karena ia dapat menangkap gelombang dari neuron-neuron yang beroperasi dalam otaknya.

4. Pengontrol atas fungsi-fungsi penting dalam tubuh

Untuk mengontrol system penglihatan, system pendegaran, pergerakan mata, dan pengerakan tubuh lainnya.

2.1.6.3 Mengenal Cara Mengaktifkan Otak Tengah

Pengaktifan otak tengah (Mid-Brain Actived) pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Doni Satya (Master Franchise Genius Mind Consultancy Indonesia) . Walaupun terbilang sangat baru, banyak sekali orang yang meminati dan memburu program pelatihan ini. sebab, banyak sekali manfaat yang didapat dari program pengaktifan otak tengah.

(53)

Penelitian tersebut menghasilkan metode yang berbeda dengan lainnya. Berdasarkan psikologi yang luar biasa, teknik kegeniusan mutakhir, neurolinguistik, ilmu komunikasi,ilmu tingkah laku, serta ilmu menggunakan teknologi komputer ilmiah mutakhir lainnya, dalam waktu yang sangat pendek yaitu satu setengah hari, pengaktifan mid-brain anak-anak dapat dilakukan. Hal ini merupakan sebuah prestasi yang dikagumi oleh orang-orang diluar dan didalam negeri sekaligus merupakan kehormatan bagi umat manusia modern.

Pelatihan pengaktifan otak tengah ini di Indonesia dikenal dengan

sebutan “ Motede Belajar Mid-Brain”. Pelatihan tersebut juga sudah mulai

merambah ke berbagai kota besar di Indonesia. Diawal disebutkan bahwa otak tengah diyakini dapat menjadi bagian otak yang mengembangkan sisi kegeniusan seseorang. Para ahli juga mengatakan bahwa kegeniusan seseorang adalah kemampuan untuk menggabungkan kemampuan otak kiri dan otak kanan. Misalnya bagaimana kemampuan seseorang jika dia mempunyai daya analisis dan logika yang tinggi (otak kiri) sekaligus penerapan serta kreativitas yang tinggi.

(54)

Pada saat pengaktivasian otak tengah hanya dapat dilakukan untuk anak pada usia 5-15 tahun karena pada saat usia ini anak masih terlalu sulit untuk memberikan timbal balik yang tepat. Dan pada saat usia ini pula seorang anak juga masih agak sulit melakukan instruksi yang begitu kompleks. Serta pada usia ini pun mereka membutuhkan motivasi untuk menumbuhkan kemampuannya dalam segala hal termasuk dalam kemampuan dan motivasi berpikir.

2.1.6.4 Pentingnya Optimalisasi Otak Tengah

Alasan mengapa otak tengah begitu penting untuk dioptimalkan dan diaktifkan adalah agar fungsi otak kanan dan otak kiri seseorang dapat seimbang. Selain itu, agar anak menjadi anak yang genius serta memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan yang lainnya. Bisa melihat benda atau membaca dalam kondisi mata tertutup sebenarnya bukanlah tujuan utama dalam pelatihan pengaktifan otak tengah adalah memberikan latihan-latihan yang intensif terhadap otak tengah agar tubuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Sebab, jika tidak dilakukan otak tengah anak anda sama halnya dengan otak anda, matii setelah menjelang masa dewasa karena tidak pernah digunakan. (John Gottman,2008)

(55)

untuk menjadi orang yang seperti anda harapkan. Selain itu, otak tengah juga dapat berfungsi untuk mengatur keseimbangan hormon tubuh, sehingga emosional seorang anak akan terkendali. Mereka akan lebih mempunyai kasih yang tinggi karena emosinya senantiasa terkontrol. Itulah sebabnya pengoptimalan dan pengaktifan otak tengah begitu penting. Sebab, manfaatnya tidak sebatas pada meningkatnya prestasi atau kegeniusan dalam bidang akademis saja, tetapi juga berperan positif terhadap kehidupan diluar akademisnya.

Jadi alasan mengapa melakukan pengoptimalan dan pengaktifan otak tengah begitu penting adalah untuk memperoleh hasil-hasil positif berikut ini.

1. Meningkatnya daya konsentrasi 2. Stabilnya emosi

3. Meningkatkanya daya ingat.

4. Menyatakan bahwa secara teori, memori meningkat satu juta kali.

5. Terkontrolnya daya kinetik atau gerakan.

6. Meningkatnya daya tangkap terhadap suatu hal. Dengan aktifnya otak tengah, menjadikan seorang anak dapat menggunakan kedua belah otaknya.

7. Pengaturan hormin menjadi lebih baik.

(56)

orang lain, termasuk orang tua- menjadi lebih tinggi. Selain itu, akan mengarahkan seorang anak pada kepribadian yang baik.

2.1.6.5 Media Pengaktifan Otak Tengah

Salah satu media yang digunakan dalam proses pengaktifan otak tengah adalah suara. Setiap penggunaan suara yang berbeda pula. Adapun penelitian mengenai efek gelombang suara dan otak manusia dilakukan secara serius di Malaysia. Tentu saja gelombang yang dibutuhkan untuk mengaktifkan otak orang dewasa berbeda dengan gelombang yang dibutuhkan untuk mengaktifkan otak anak.

Secara nyata, pengaruh suara terhadap perilaku atau karakter seseorang sudah banyak diketahui oleh masyarakat. Dengan lagu setiap musik aliran atau jenis music yang berpengaruh terhadap emosional dan tingkat konsentrasi orang yang mendengarkannya merasa rileks bahkan tidur. Namun ada jenis music yang membuat seseorang tidak nyaman. (Gunarsa, 2009: 11)

Suara yang dipakai harus benar-benar asli, bukan suara yang direkam ulang, sebab proses perekaman ulang (reproduksi) dapat mengubah beberapa frekuensi terpenting dari suara tersebut, sedangkan frekuensi suara sangat berpengaruh terhadap proses pengaktifan otak tengah.

(57)

langsung, diperlukan frekuensi suara yang tepat untuk otak. Sebab, jika suara tersebut tidak merangsang otak secara seimbang, efeknya dapat menjadi buruk terhadap orang yang mendengarnya.

2.1.7 Tinjauan Mengenai Konstruksi Realitas Sosial

Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Konstruksi sosial (Social Construction) merupakan sebuah teori sosiologi kontemporer yang dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Menurut kedua ahli tersebut, teori ini dimaksudkan sebagai satu

kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan (“penalaran

teoritis yang sistematis”), dan bukan sebagai suatu tinjauan historis

(58)

dari, dan, oleh hubungan subjektif individu dengan dunia objektif (perspektif interaksionis simbolik), (Paloma,2000:299).

Pandangan diatas sejalan dengan gagasan fenomenologi intersubyektif Schutz, karena mengisyaratkan adanya peran subyektif individu yang strategis dalam mengkonstruksi realitas. Posisi strategis individu seperti ini dipertegas kembali oleh Berger dan Luckmann dengan mengatakan bahwa individu merupakan produk dan sekaligus sebagai pencipta pranata social. Masyarakat diciptakan dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan

interaksi manusia. (Paloma, 2000:308) Realitas sosial itu “ada” dilihat dari

subjektivitas “ada” itu sendiri dan dunia objektif di sekeliling realitas social

itu. Individu tidak hanya dilihat sebagai “kedirian”nya, namun juga dilihat

dari mana “kedirian” itu berada, bagaimana dia menerima dan

mengaktualisasikan dirinya, serta bagaimana pula lingkungan menerimanya (Bungin, 2003:82)

2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka Teoritis

Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Menurut Murdiyatmoko dan

Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang

(59)

hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur

sosial”

Melalui pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa manusia berinteraksi satu sama lain akan memberikan pengaruh satu sama lain sehingga interaksi akan berlangsung mendapatkan feedback dari interaksi itu. hal ini menyebabkan manusia Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan.

Dalam sebuah interaksi sosial manusia melakukan konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) yang didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif individu pelaku proses komunikasi ini menafsirkan peristiwa dan membagi penafsiran-penafsiran tersebut dengan orang lain, dimana realitas dibangun secara sosial melalui komunikasi (littlejohn, 2005:308). Fokus studi sosiologi adalah interaksi antara individu dengan masyarakat,demikian menurut peter ludwig berger. Lebih tepatnya, interaksi dalam kehidupan sehari-hari atau interaksi sosial.

(60)

interaksi sosial ini agar dapat tersampaikan penafsiran tersebut bisa berupa pesan kepada orang lain.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yakni sebuah pendekatan bagaimana dunia di dalam pengalaman pelaku.Fenomenologi mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan.

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata pahainomenon (gejala/fenomena). Adapun studi fenomenologi ini bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Sedangkan pengertian fenomena dalam Studi Fenomenologi sendiri adalah pengalaman/peristiwa yang masuk ke dalam kesadaran subjek. Dan Menurut Husserl, dengan fenomenologi ini, kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang lain yang mengalaminya langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri.” (Kuswarno, 2009 : 10).

Objek yang difokuskan dalam penelitian ini adalah seorang anak yang telah melakukan aktivasi otak tengah di Gmoesty, bagaiman proses interaksi anak itu disekolah dan dirumah setelah memiliki kemampuan otak tengah. 2.2.2 Kerangka Konseptual

(61)

Anak-anak dengan usia 5-15 tahun mungkin masih mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain karena cenderung masih memiliki kepercayaan diri untuk menunjukan dirinya sendiri dimana belum tercipta sebuah konsep diri dalam dirinya.

Dalam penelitian ini, proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif anak sebagai pelaku proses komunikasi ini menafsirkan peristiwa dan membagi penafsiran-penafsiran tersebut dengan orang lain, dimana realitas dibangun secara sosial melalui komunikasi yang dilakukan yaitu komunikasi antar pribadi.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana interaksi anak yang melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (brain power activation) disekolah dan dirumah oleh Gmoesty Bandung. Sebagai Konsep dalam penelitian ini menjelaskan fokus dari konstruksi realitas sosial meliputi tiga hal yaitu Proses sosial, tindakan dan realitas.

(62)
(63)

Gambar 2.1 tengah terhadap lingkunganya. Dari individu terhadap individu atau bisa dengan individu dengan kelompok.

Teori Realitas Konstruksi Sosial

(64)
(65)

46 3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Tinjauan mengenai Anak Otak Tengah (Brain Power Activation) Dengan mengaktivasi Otak Tengah atau Brain Power Activation untuk anak-anak merupakan hal yang diperlukan untuk membantu dalam perkembangan anak. Fenomena otak tengah hanyalah sebagian kecil dari fenomena mekanisme pikiran saja yang diprogram secara alamiah oleh orang tua dan lingkungan sekitar. Tumbuh kembang anak pada masa usia-usia 5-15 Tahun dimana anak-anak masih membutuhkan arahan dari orang terdekat atau orang tuanya.

(66)

Gambar 3.1

Pelatihan Aktivasi Otak tengah oleh Gmoesty Bandung

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4804278&page=51 Setelah anak-anak diaktivasi dengan secepat mungkin anak akan berubah yang tadinya memiliki kepribadian yang murung, pendiam dan tidak mempunyai teman seketika dia dapat melakukan interaksi yang sangat baik seperti mudah bergaul, tidak pemalu lagi. Karena kembali lagi saat pengaktivasian otak tengah itu anak-anak disuruh untuk mengungkapkan isi hati mereka suka atau duka dan emosi anak akan dibuat meninggi, menurun hingga sangat meninggi dan pada tahap inilah anak bebas mengekpresikan dirinya tanpa harus dibatasi. (Somantri, 2005:13)

Hal dirasakan Anak-anak yang sudah memiliki kemampuan otak tengah atau Brain Power Activation, mereka akan memiliki konsep diri yang baik, mudahnya melakukan interaksi dengan temannya, atau orang lain. Dapat berkomunikasi secara baik karena kepribadian anak sedini mungkin bisa dibetuk.

(67)

menjadi pribadi yang terbuka dan mempunyai rasa cinta kasih terhadap temannya. Namun untuk anak otak tengah dapat berinteraksi dengan anak seusia yang tidak melakukan aktivasi otak tengah, yang tentunya masih 5-15 tahun tentu akan ada kesulitan tertentu dimana kebanyakan anak-anak yang tidak aktif otak tengah sulit berkomunikasi dan ragu untuk mengeluarkan potensi yang ada didalam diri mereka. Saat dilakukannya komunikasi antar pribadi diantara mereka anak aktivasi otak tengah ini dapat membaca pikiran atau berpikir melalui imajinasi mereka, karena dasarnya anak memiliki imajinasi yang tinggi dan memancing serta membuat anak yang tidak aktif otak tengah dapat berinteraksi juga dengan baik.

3.1.2 Sejarah Gmoesty

GMOESTY sebagai sebuah lembaga independen yang bergerak dalam pelatihan jasa psikologi, riset dan pengembangan SDM sampai saat ini telah melahirkan beberapa angkatan pelatihan olah otak. Berdiri sejak Juli 2007 di jalan Ganesha no. 10 Bandung.

(68)

mekanisme pikiran yang diprogram secara alamiah oleh orang tua dan lingkungan sekitar sejak seseorang berada pada usia 0-5 tahun.

Gambar 3.2

Anak diberikan sugesti oleh Trainer

Sumber : Proposal Brain Power Activations, 2011

(69)

tangga, profesional, dll. Dalam pelatihan Brain Power Activation selama 2 hari, Anda akan banyak mempelajari tentang bagimana mengelola tingkat intelligence Anak Anda dengan sejumlah latihan teknik berhitung cepat ala Glenn Doman, Teknik mengingat cepat, Teknik membaca cepat, dan Anda pun akan belajar bagaimana membuat peta bakat dengan menggunakan graphology sebagai media dalam mengenal potensi, bakat, dan kemampuan Anak Anda. (dalam Proposal Gmoesty, 2011)

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bodgan dan Taylor dalam Moleong, 2007 : 3). Pernyataan di atas juga dipertegas oleh Creswell, mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang latar tempat dan waktunya alamiah (Creswell, 1998 : 14).

Paradigma ini juga memungkinkan untuk dilakukan interpretasi secara kualitatif atas data-data penelitian yang telah diperoleh. Sehingga pengertian umum mengenai fenomenologi adalah :

“Pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada

(70)

interpretasi-interpretasi dunia. Dalam hal ini fenomenologis ingin memahami

bagaimana dunia muncul kepada orang lain.” (Moleong, 2007 : 15)

Pendekatan kualitatif ini sangat relevan karena bertujuan menggali dan memahami apa yang tersembunyi dibalik kemampuan Otak tengah (Brain Power Activation) dan bagaimana interaksi sosial anak melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (brain power activation) di GMOESTY Bandung. Seperti dikatakan Denzin dan Lincoln (dalam Creswell, 1998:15), bahwa :

“Penelitian kualitatif memiliki fokus pada banyak metode, meliputi pendekatan interpretif dan naturalistic terhadap pokok persoalannya. Iniberarti bahwa para peneliti kualitatif mempelajari segala sesuatu di lingkungannya yang alami, mencoba untuk memahami atau menafsirkan fenomena menurut makna-makna yang diberikan kepada fenomena tersebut oleh orang-orang. Penelitian kualitatif meliputi penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris yang diteliti penelitian kasus, pengalaman pribadi, introspektif, kisah pekerjaan, wawancara, pengamatan, sejarah, interaksi, dan naskah-naskah visual-yang menggambarkan momen-momen problematic dan pekerjaan sehari-hari serta makna yang ada di dalam pekerjaan individu”

Bagi peneliti kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan oleh individu-individu yang terlibat dalam penelitian. penulis melaporkan fakta di lapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara dan penafsiran informan.

(71)

anak melakukan aktivasi kemampuan otak tengah (Brain Power Activation) di GMOESTY Bandung dan kemampuan Otak tengah (Brain Power Activation) itu sendiri.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 3.2.2.1 Studi Pustaka

Menurut Calderton dan Gonzales (1993), sebuah penelitian sangat penting dikaitkan dengan tinjauan pustaka karena selain merupakan landasan tujuan penelitian, juga menjadi pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Studi Pustaka digunakan untuk mempelajari sumber bacaan yang dapat memberikan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti.

Studi pustaka adalah dimana peneliti mencari data dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku literatur atau karya tulis yang bersifat ilmiah yang memiliki hubungan dengan penelitian yang dilakukan. Melalui studi pustaka ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pernyataan atau pendapat para ahli, hal ini diharapkan akan memperjelas dan memperkuat pembahasan yang akan diuraikan.

(72)

menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan (Moleong, 2007 : 161). Dokumentasi sendiri merupakan salah satu pengumpul data dimana sumber dokumentasi ini diperoleh dari beberapa data atau dokumen, laporan, buku, surat kabar, dan juga beberapa bacaan lainnya yang mendukung penelitiaan ini. Sedangkan

Internet searching merupakan salah satu dari produk perkembangan teknologi manusia. Melalui browser untuk mencari informasi yang diperlukan. Dalam jejaring dunia maya menampung banyak data dari situs-situs yang ada diseluruh dunia, dengan hanya memasukkan kata kunci dari informasi yang diinginkan maka akan muncul alamat-alamat web yang berkaitan dengan kata kunci yang telah dimasukkan.

3.2.2.2 Studi Lapangan

- Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak. Antara lain Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialo (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (I. Djumhur dan Muh.Surya,1985). Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data anak atau orangtua dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan/ face to face relation ( Bimo Walgito, 1987 ).

(73)

pada umumnya membawa berbagai ketegangan emosi kedalam pertemuan dalam wawancara itu, maka kedua belah pihak harus berusaha meredakan ketegangan didalam dirinya, Menyediakan informasi yang dibutuhkan. Dalam wawancara kedua belah pihak akan mendapat kesempatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya, Mendorong kearah pemahaman diri pada pihak subyek wawancara. Hampir semua subyek wawancara menginginkan pemahaman diri yang lebih baik, pada dasarnya memiliki kesanggupan dan bakat yang seringkali tidak dapat berkembang dengan sempurna. Dengan wawancara subyek wawancara akan lebih memahami dirinya.

- Observasi

Cara observasi dilakukan peneliti untuk menunjang data yang telah ada. Observasi penting dilakukan agar dalam penelitian tersebut data-data yang diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis dapat di analisis nantinya dengan melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses dilapangan. Observasi penelitian dilakukan dengan cara mendatangi dan melihat langsung anak-anak yang telah melakukan aktivasi otak tengah dan pola interaksi anak setelah aktivasi.

3.2.3 Teknik Penentuan informan

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Batalnya perkawinan tidak saja terhadap perkawinan yang telah dilangsungkan dengan tidak memenuhi syarat-syarat perkawinan (pasal 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974), tetapi

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga tesis dengan judul EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL DALAM PELATIHAN

[r]

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling fundamental karena perkembangan anak di masa selanjutnya, akan sangat ditentukan oleh

Our project has been a response to the Minerva rationale of linking on-line education (ICT) with open and distance learning (ODL).. We received funds to develop a dimension of

Berdasarkan data initial rate (r 0 ) vs tekanan gas total sistem reaksi di samping, ujilah apakah adsorpsi gas A 2 disertai disosiasi atau tidak.. Reaksi fase-gas

a) Mulai 1 Julai 2013, SPS adalah beroperasi sepenuhnya secara rasmi dan TIDAK BOLEH digunakan untuk tujuan mencuba, menguji sistem atau untuk tujuan latihan. b) Pentadbir

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa waktu mobilisasi dini dilakukan 2-4 jam post partum (Magna, 2001) dan waktu mobilisasi 6-8 jam post partum (Hamilton, 2008).