• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN KECEPATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN KECEPATA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU POST PARTUM DI SELURUH WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SINGOSARI KABUPATEN MALANG

(IN ALL THE RELATION OF EARLY AMBULATION WITH PERINEUM INJURY RECOVERY AT POST PARTUM MOTHER WORK AREAS OF SINGOSARI LOCAL CLINIC

OF MALANG REGENCY)

Dina Dewi SLI1*), Retty Ratnawati2), Intan Berlian3) 1,2,3)

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145

*)

e-mail: dinadewi@ub.ac.id

ABSTRAK

Mobilisasi dini merupakan kebijakan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan berjalan. Mobilisasi dini bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa menyebabkan terjadinya thrombosis vena dalam dan bisa menyebabkan infeksi. Mobilisasi dini faktor lain dari luar selain perawatan luka. Faktor dari dalam yaitu budaya makan atau pola konsumsi. Juga mempengaruhi cepat lambatnya kesembuhan luka perineum. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan mobilisasi dini 2-4 jam dan 6-8 jam dengan kecepatan kesembuhan luka perineum pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Singosari Kabupaten Malang. Metode penelitian menggunakan desain komparatif dengan pendekatan kohort. Sample dipilih dengan tehnik purposive sampling sebanyak 16 responden ibu post partum dengan luka perineum grade 2. Analisis data menggunakan fisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 1,000 dimana lebih besar daripada alfa = 0,05. Dari hasil analisa data disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara mobilisasi dini 2-4 jam dengan 6-8 jam.

Kata kunci: mobilisasi dini, luka perineum, ibu post partum

ABSTRACT

Early ambulation is policy to guide the patients out of their bed and guide to walk as son as possible.

Early ambulation able to avoid blood flow obstruction. The blood flow obstruction able to cause

interior thrombosis vena and able to cause infection. Early ambulation is external factor beside injury

treatment. While the internal factor is eat pattern or consumption pattern. Also influence the recovery

sped of perineum injury. The research aimed at knowing the early mobilization 2-4 hours and 6-8

hours with recovery speed of perineum injury of post partum mother in the work areas of Singosari

local clinic of Malang Regency. The research method was comparative design with cohort approach.

(2)

injury of grade 2 and independent variable that were measured was early ambulation and dependent

variable was recovery speed of perineum injury. Data analysis by fisher. The results showed that

significant value of 1,000 that higher than alfa = 0,05. From data analysis it can be concluded that it

means no differences between early mobilization 2-4 hours with 6-8 hours.

Keywords: early ambulation, perineum injury, post partum mother

LATAR BELAKANG

Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar dari

tempat tidurnya dan membimbing secepat mungkin untuk berjalan (Manuaba, 2004). Menurut Kasdu

(2003) akibat tidak melakukan mobilisasi dini dapat mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena

adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan

infeksi. Salah satu tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh, perdarahan abnormal. Dengan

mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uterus akan keras, maka resiko perdarahan

abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang

terbuka. Mobilisasi dini tidak hanya mempercepat kesembuhan luka perineum tetapi juga memulihkan

kondisi tubuh ibu jika dilakukan dengan benar dan tepat. Mobilisasi dini atau gerakan sesegera

mungkin bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa menyebabkan terjadinya

thrombosis vena dalam (deep vein trombosis) dan menyebabkan infeksi. Mobilisasi dini merupakan

factor eksternal lain selain perawatan luka. Sedangkan factor internal yaitu budaya makan atau pola

konsumsi memengaruhi kecepatan kesembuhan luka perineum (Manuaba, 2004).Fenomena yang ada

di RB Devita Tulungagung sudah diterapkan mobilisasi dini akan tetapi dilakukan setelah kondisi

pasien sehat yaitu 2-4 jam dan bisa ditingkatkan menjadi 6-8 jam post partum.

Pada paska persalinan dapat terjadi masalah kesehatan seperti infeksi nifas yang dapat menyebabkan kematian. Menurut WHO di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan nifas. Dengan kata lain 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tertinggi di negara ASEAN. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia dan negara lainnya di dunia hampir sama yaitu akibat perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sementara penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain kurang energi kronis pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). AKI di Indonesia tergolong masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut 3-6 kali dari AKI negara ASEAN dan 50 kali AKI negara maju, dan salah satunya disebabkan karena infeksi dengan proporsi 20-30% (Hanifa, 2005). Dari kasus infeksi ini 25-55% disebabkan oleh infeksi jalan lahir (Rustam, 1998). Berdasarkan studi pendahuluan pada ibu post partum fisiologis di RB Devita Tulungagung terdapat 20

persalinan normal dan yang mengalami rupture perineum spontan didapatkan 50% dan yang

(3)

tingkatan luka, robekan derajat satu 30%, derajat dua 70%, sedangkan derajat tiga dan empat tidak

ditemukan. dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurdiana dengan jumlah pasien 30

ibu post operasi secar didapatkan hasil 77% yang melakukan mobilisasi dini proses penyembuhan

lukanya cepat dan 23% yang tidak melakukan mobilisasi dini proses penyembuhan lukanya lambat.

(4)

Menurut Hamilton (2008) ibu yang melahirkan secara normal bisa melakukan mobilisasi 6 jam sesudah bersalin dan 8 jam setelah bersalin pada ibu yang menjalani cesar. Gerakan mobilisasi dini waktu pelaksanaannya dilakukan secara teratur, intensif dan makin lama makin bagus, apabila kondisi ibu dalam keadaan baik maka pelaksanaannya dapat dilakukan 3-4 kali dalam sehari, misalnya pada

saat bangun tidur pagi, siang dan malam. Latihan mobilisasi ini bermanfaat untuk mempercepat

kesembuhan luka, melancarkan pengeluaran lochea, mencegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli, sirkulasi darah normal dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu (Mochtar, 2005).

Pada ibu post partum diharapkan tidak perlu khawatir dengan adanya jahitan karena mobilisasi dini

baik buat jahitan, agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah dan untuk

ibu post partum dengan operasi sesar dalam melakukan mobilisasinya lebih lamban dan perlu

mencermati serta memahami bahwa mobilisasi dini jangan dilakukan apabila kondisi ibu post partum

masih lemah atau memiliki penyakit jantung, tetapi mobilisasi yang terlambat dilakukan bisa

menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, serta fungsi otot (Imam, 2006).

Salah satu solusi yaitu dengan memberikan mobilisasi dini selama 2-4 jam dan 6-8 jam untuk mempercepat kesembuhan luka perineum grade 2 pada ibu post partum.

METODE

Jenis penelitian adalah penelitian noneksperimen dengan desain observasional menggunakan pendekatan komparatif. Sample penelitian sebanyak 16 responden dengan luka episiotomy yang diambil dengan tehnik purposive sampling sesuai dengan karakteristik responden yaitu: 1) ibu dalam 2-4 jam dan 6-8 jam post partum sampai 7 hari masa nifas dengan luka perineum grade 2 dengan kriteria ibu post partum dengan riwayat persalinan normal tanpa tindakan dengan luka perineum grade 2; 2) ibu post partum dengan riwayat persalinan normal tidak dengan komplikasi; 3) ibu yang kooperatif pada saat dilakukan tindakan dan bersedia menjadi responden. Observasi proses penyembuah luka dilakukan selama 7 hari. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Singosari Kabupaten Malang.

Instrumen yang digunakan adalah kuisioner dan lembar observasi untuk mengetahui proses penyembuahan luka pirenium. Data yang didapat dilakukan uji analisis statistik menggunakan fisher exact probability test dengan nilai signifikan lebih besar dari alfa = 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Karakteristik Responden Berdasar Mengonsumsi Obat, Pantangan Makanan, Personal hygiene Tabel 1. Karakteristik responden berdasar mengonsumsi obat, pantangan makanan, personal hygiene

No Mengonsumsi Obat n %

(5)

2. Tidak rutin (81,3%). Pada responden yang tidak memiliki pantangan makanan sebanyak 11 orang (68,8%). Pada responden yang melakukan personal hygiene dengan kategori benar sebanyak 10 orang (62,5%).

Distribusi Frekuensi Berdasar Kecepatan Kesembuhan Luka Tabel 2. Distribusi frekuensi kecepatan penyembuhan luka

Luka

Dari tabel 2 didapatkan frekuensi kecepatan kesembuhan luka perineum sebagian besar termasuk dalam kategori cepat bila pada hari ke-3 luka mulai mengering dan menutup dan pada hari ke-7 luka menutup dengan baik yaitu sebanyak 10 orang (62,5%).

Distribusi Silang Waktu Mobilisasi Dini Dengan Kecepatan Kesembuhan Luka Tabel 3. Distribusi silang waktu mobilisasi dini dengan kecepatan kesembuhan luka

(6)

2-4 jam 4 25,0 2 12,5 6 37,5

6-8 jam 6 37,5 4 25,0 10 62,5

Total 10 62,5 6 37,5 16 100

Dari tabel 3 didapatkan distribusi silang waktu mobilisasi 2-4 jam dengan kriteria kecepatan penyembuhan luka yang cepat sebanyak 4 orang (25%). Responden yang termasuk dalam kategori waktu mobilisasi 6-8 jam dengan kriteria kecepatan penyembuhan luka yang cepat sebanyak 6 orang (37,5%).

Perbandingan Waktu Mobilisasi Dini Dengan Kecepatan Kesembuhan Luka Tabel 4. Perbandingan waktu mobilisasi dini dengan kecepatan kesembuhan luka

Variabel Sig 2 tailed Keterangan

Waktu mobilisasi dini dengan kecepatan

kesembuhan luka 1,000 Tidak ada perbedaan

Dari tabel 4 didapatkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji fisher terhadap perbandingan antara waktu mobilisasi dini 2-4 jam dan 6-8 jam dengan kecepatan kesembuhan luka dengan taraf signifikansi 5% dengan nilai sig. 2 tailed sebesar 1,000 dimana lebih besar daripada alfa = 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan antara waktu mobilisasi dini 2-4 dan 6-8 jam dengan kecepatan kesembuhan luka perineum.

Pembahasan

Karakteristik Responden Berdasar Mengonsumsi Obat, Pantangan Makanan, Personal hygiene Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 16 responden yang rutin dalam mengonsumsi obat sebanyak 13 orang (81,3%). Responden yang tidak memiliki pantangan makanan sebanyak 11 orang (68,8%). Responden yang melakukan personal hygiene dengan kategori benar sebanyak 10 orang (62,5%). Dari penelitian diketahui bahwa sebagian kecil ibu nifas dengan luka perineum grade 2 yang melakukan mobilisasi dini adalah kesembuhan lukanya lambat yaitu 6 orang (37,5%), hal ini dikarenakan selain ibu tidak mengonsumsi obat secara teratur juga karena cara menjaga kebersihan diri yang salah terutama pada daerah luka perineum. Ini menunjukkan bahwa selain mobilisasi dini ada faktor lain yang ikut andil dalam kecepatan kesembuhan luka seperti yang diungkapkan oleh Mochtar (1998) bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kecepatan kesembuhan luka perineum adalah dari faktor makanan atau nutrisi yang dikonsumsi dan dari perawatan luka selain early ambulation.

(7)

Luka perineum dikatakan cepat sembuh apabila luka pada hari ke-3 mulai mengering dan mulai menutup, serta pada hari ke-7 luka sudah menutup dengan baik disertai adanya jaringan parut. Sedangkan luka perineum yang dikatakan lambat sembuh apabila luka pada hari ke-3 belum mengering dan belum menutup akan tetapi baru hari ke-7 luka mulai menutup. Dalam kategori cepat-lambat kesembuhan luka ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa proses penyembuhan luka berlangsung selama 6-7 hari (Barbara, 1996).

Distribusi Silang Waktu Mobilisasi Dini Dengan Kecepatan Kesembuhan Luka

Dari 16 responden yang termasuk dalam kategori yang melakukan mobilisasi 2-4 jam sebanyak 6 orang dengan kriteria kecepatan penyembuhan luka yang cepat terdapat sebanyak 4 orang (25%) dan sisanya termasuk kriteria lambat sebanyak 2 orang (12,5%). Responden yang termasuk dalam kategori waktu mobilisasi 6-8 jam sebanyak 10 orang dengan kriteria kecepatan penyembuhan luka yang lambat sebanyak 6 orang (37,5%) dan sisanya termasuk kriteria lambat sebanyak 4 orang (25%).

Keterlambatan ibu pasca melahirkan disebabkan faktor kelelahan setelah proses melahirkan, terlebih bila persalinan berlangsung lama, sehingga ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jam post partum untuk mencegah perdarahan post partum. Kemudian ibu boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk dan hari ketiga telah dapat berjalan. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka (Kasdu, 2003). Fase immediate post partum juga menjadi faktor penghambat selama proses mobilisasi dini, hal ini disebabkan faktor kelelahan ibu dikarenakan berkurangnya energi selama proses persalinan dan membutuhkan waktu untuk mengembalikan tenaga selama 24 jam pertama (Muchtar, 1998).

Perbandingan Waktu Mobilisasi Dini Dengan Kecepatan Kesembuhan Luka Perineum

Hasil uji fisher dengan nilai signifikansi sebesar 1,000 (alfa = 0,05) bahwa tidak ada perbedaan antara waktu mobilisasi dini dengan kecepatan penyembuhan luka perineum. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa waktu mobilisasi dini dilakukan 2-4 jam post partum (Magna, 2001) dan waktu mobilisasi 6-8 jam post partum (Hamilton, 2008). Dari kedua teori tersebut tidak ada perbedan kecepatan kesembuhan luka perineum dikarenakan semua responden melakukan mobilisasi dini secara bervariasi yaitu ada yang melakukan mobilisasi dengan cepat dan ada yang lambat. Faktor yang paling berpengaruh dari kecepatan kesembuhan luka perineum adalah factor personal hygiene, makanan dan obat. Selain itu responden ada yang merasa kesulitan atau mengalami keterbatasan dalam melakukan gerakan dan merasa takut terhadap nyeri yang ditimbulkan pada luka jahitannya. Responden juga melakukan mobilisasi dini secara bertahap selama 3-4 kali sehari.

(8)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) ibu yang melakukan mobilisasi dini masing-masing sebagian besar selama 2-4 jam dan 6-8 jam; 2) kecepatan penyembuhan luka perineum yang melakukan mobilisasi dini selama 2-4 jam dan selama 6-8 jam masing-masing sebagian besar dalam kategori cepat; 3) berdasarkan hasil uji fisher didapatkan bahwa tidak ada perbedaan antara waktu mobilisasi dini selama 2-4 jam dan selama 6-8 jam dengan kecepatan penyembuhan luka perineum.

Saran yang dapat direkomendasikan yaitu: hendaknya disediakan brosur tentang mobilisasi dini dan memberikan motivasi kepada ibu yang berada dalam stadium 2 jam post partum agar melakukan mobilisasi dini untuk mengurangi terjadinya trombosis pada vena, pada saat pemeriksaan dan pengawasan selama 2 jam post partum dan memberikan penyuluhan tentang tata cara rawat luka yang benar serta cara personal hygiene yang benar dan menghindari tidak berpantang terhadap makanan.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2002 . Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bobak, L., Jensen. 2005 . Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC. Chapman, V. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta: EGC. Depkes RI . 2002. Asuhan Persalinan Normal. Edisi I. Jakarta: JNPK-KR.

Depkes RI. 2007. Perawatan Kehamilan (ANC). http://www.depkes.com.id. Diakses pada 4 Juni 2010.

Ferrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Forte, R., William & Oxorn, H. 2010. Ilmu kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalainan.

Halminton .2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Ibrahim, C. 1997. Perawatan Kebidanan. Jilid I. Jakarta: Bhratara. Ibrahim, C. 1997. Perawatan Kebidanan. Jilid III. Jakarta: Bhratara.

Imam. 2006. Antenatal Care. http://www.info-wikipedia.com. Diakses pada 25 Juni 2010.

Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

Magna. 2001. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: EGC. Manuaba, I.B.G. 1999. Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.

Manuaba. 1998 . Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Manuaba, I.B.G. 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Manuaba, I.A.C. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

(9)

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.

Notoatmojo, S. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nursalam . 2003 . Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Pitt, B. 1994. Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC.

Saunders. 1992. Wound Healing Biochemical and Clinical Aspects. Philadelphia.

Sarwono, P. 2001. Buku Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sarwono, P. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.

Sarwono, P. 2006. Perawatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik responden berdasar mengonsumsi obat, pantangan makanan, personal hygiene
Tabel 3. Distribusi silang waktu mobilisasi dini dengan kecepatan kesembuhan luka

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan maltodekstrin sebagai agen penyalut didasarkan atas kemampuan “good encapsulating agents” yang memiliki karakteristik viskositas rendah pada produk yang tinggi akan

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, maka penulis melakukan enam kali tindakan, dimana kemampuan menentukan gagasan pokok siswa kelas IV SDN 015 Pagaran Tapah

Kami menyadari bahwa kehadiran seri buku ini turut membantu Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam memberikan informasi baru bagi mayarakat di

31 Demikian juga dengan KHI yang memuat Materi Hukum Perkawinan Islam di Indonesia salah satu proses pengumpulan datanya, sebagaimana telah dibahas di muka, adalah

Hasil penelitian yang diperoleh adalah Penerapan hukum pidana meteril terhadap kasus penyalahgunaan narkotika golongan 1 oleh pegawai negeri sipil, penerapan

Tar yang terkandung dalam syngas keluar dari venturi scrubber. merupakan sisa tar yang tidak tertangkap oleh

Penelitian ini penting dilakukan karena untuk memberikan informasi dan penilaian terhadap tingkat kecukupan modal suatu bank, dimana penilaian tersebut didasarkan

berupa skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Rasio Keuangan RGEC dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI ” dengan baik