• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Instruksional Dosen Melalui Proses Belajar Mengajar dalam Memotivasi Mahasiswa di Unikom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Instruksional Dosen Melalui Proses Belajar Mengajar dalam Memotivasi Mahasiswa di Unikom"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

RINJANI SARASWATI PUTRI

NIM. 41809023

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PENGESAHAN ……….. i 1.1.Latar Belakang Masalah………..………..……… 1

1.2.Rumusan Masalah ..……….. 7

1.2.1. Rumusan Masalah Makro ………. 7

1.2.2. Rumusan Masalah Mikro ………. 7

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian………..….………….. 8

1.3.1. Maksud Penelitian………. 8

2.1. Tinjauan Penelitian Sejenis Yang Relevan ………... 11

2.2. Tinjauan Pustaka………..…. 13

2.2.1.Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi.……….. 13

2.2.2.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi...………..….. 13

2.2.2.2. Fungsi Komunikasi Antar Pribadi ………..…..… 15

(5)

2.2.4.2. Definisi Mengajar ………. 23

2.2.4.3. Tujuan Belajar……….. 24

2.2.4.4. Tipe –Tipe Belajar ……… 24

2.2.4.5. Teori Belajar ………. 27

2.2.5.Tinjauan Motivasi ………. 32

2.2.5.1. Definisi Motivasi ………...….. 32

2.2.5.2. Fungsi Motivasi Dalam Belajar ………...… 33

2.2.5.3. Teori Motivasi ………. 34

2.2.6.Tinjauan Dosen ……… 38

2.2.6.1. Definisi Dosen ………. 38

2.2.6.2. Karakteristik Dosen……….. 38

2.2.7.Tinjauan Mahasiswa ……….……….… 41

2.2.7.1. Definisi Mahasiswa ……….……….. 41

2.2.7.2. Karakteristik Mahasiswa ……… 41

2.3. Kerangka Pemikiran……….……… 44

2.3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ………. 44

2.3.2.Kerangka Pemikiran Konseptual ……….. 46

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 49 3.1. Objek Penelitian ……… 49

3.1.1.Sejarah Universitas Komputer Indonesia ……….. 49

3.1.2.Visi, Misi, Tujuan dan Motto Universitas Komputer Indonesia52 3.1.2.1. Visi ………. 52

3.1.2.2. Misi ……… 52

3.1.2.3. Tujuan ……… 52

3.1.2.4. Motto ………. 53

3.1.2.5. Budaya ……….. 53

3.1.2.6. Logo Universitas Komputer Indonesia ………. 53

3.1.2.7. Pimpinan Universitas ……… 55

3.1.2.8. Pimpinan Fakultas ……… 55

3.1.2.9. Direktorat ………. 56

3.1.2.10. Senat Universitas ……….. 56 3.1.2.11. Biro Administrasi Umum Universitas Komputer

(6)

3.2.2.Teknik Pengumpulan Data ……… 63

3.2.2.1. Studi Pustaka ……….. 63

3.2.2.2. Studi Lapangan ………. 64

3.2.3.Uji Keabsahan Data ……… 66

3.2.4.Teknik Penentuan Informan ……… 69

3.2.4.1. Obyek Penellitian………... 69

3.2.4.2. Informan Penelitian………. 70

3.2.4.3. Informan Pendukung……… 71

3.2.5.Teknik Analisa Data………. 72

3.2.6.Lokasi dan Waktu Penelitian……… 75

3.2.6.1. Lokasi Penelitian………. 75

3.2.6.2. Waktu Penelitian………. 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 78 4.1. Deskripsi Identitas Informan dan Informan Pendukung ……….. 81

4.1.1. Informan Penelitian ……….. 82

4.1.2. Informan Penelitian Pendukung ……….. 95

2 Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 106

3 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 120

5.1. Kesimpulan……….. 120

5.2. Saran………. 121

DAFTAR PUSTAKA………... 124

LAMPIRAN – LAMPIRAN ……….. 127

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… 200

(7)

Tabel 3.2. Data Informan ……… 71

Tabel 3.3. Data Informan Pendukung ……...…………...………... 72

Tabel 3.4. Jadwal Penelitian ………...………. 76

Tabel 4.1 Jadwal Wawancara Informan ……… 81

Tabel 4.2 Jadwal Wawancara Informan Pendukung ……… 95

(8)

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Universitas Komputer Indonesia .…..……… 59

Gambar 3.3. Alur Model Analisa Data……..……….. 75

Gambar 4.1. Informan Penelitian (Andrias Darmayadi.,S.Ip.,M.Si) ……… 82

Gambar 4.2. Informan Penelitian (Yully Ambarsih Ekawardhani)………... 85

Gambar 4.3. Informan Penelitian (Lia Warlina)……… 89

Gambar 4.4. Informan Pendukung (Raisa Dara) ………... 95

Gambar 4.5. Informan Pendukung (Dhania Ayu Nugraha) ………... 100

Gambar 4.6. Informan Pendukung (Dr.Ely Suhayat.,M.Si) ……….……….. 101

(9)

128

Lampiran 2 : Surat Research………. 129

Lampiran 3 : Berita Acara Bimbingan………. 130

Lampiran 4 : Lembar Revisi Usulan Penelitian ………... 131

Lampiran 5 : Lembar Revisi Skripsi………… ………... 132

Lampiran 6 : Pedoman Wawancara………. 133

Lampiran 7 : Transkrip Wawancara Informan………. 134

Lampiran 8 : Transkrip Wawancara Informan Pendukung ………….. 166

Lampiran 9 : Transkrip Observasi ……….. 188

Lampiran 10 : Dokumentasi ……….. 197

(10)

vi

Assalamualaikum Wr.Wr.Wr.Wr. Wb.Wb.Wb.Wb.

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, serta kelancaran dan kemudahan sehingga dapat terselesaikannya penelitian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini yang berjudul STRATEGISTRATEGISTRATEGI KOMUNIKASISTRATEGI KOMUNIKASIKOMUNIKASIKOMUNIKASI DOSENDOSEN MELALUIDOSENDOSEN MELALUIMELALUIMELALUI PROSESPROSESPROSESPROSES BELAJAR

BELAJAR BELAJAR

BELAJAR MENGAJARMENGAJARMENGAJARMENGAJAR DALAMDALAMDALAMDALAM MEMOTIVASIMEMOTIVASIMEMOTIVASIMEMOTIVASI BELAJARBELAJARBELAJARBELAJAR

MAHASISWA MAHASISWA MAHASISWA

MAHASISWA DIDIDIDI UNIKOMUNIKOMUNIKOMUNIKOM dirasakan masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengalaman dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, agar lebih baik lagi pada kesempatan mendatang.

Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu,dan Papih, yang peneliti sayangi, yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada peneliti dari awal hingga akhir proses penyusunan Skripsi ini.

(11)

vii peneliti kuliah.

2. Prof.Prof.Prof.Prof. Dr.Dr.Dr.Dr. SamugyoSamugyoSamugyoSamugyo IbnuIbnuIbnuIbnu RedjoRedjoRedjoRedjo....,,,, Drs.,Drs.,Drs.,Drs., M.AM.AM.AM.A sssselaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung, yang telah mengeluarkan Surat Penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.

3. Drs.Drs.Drs.Drs. ManapManapManapManap Solihat.,Solihat.,Solihat.,Solihat., M.SiM.SiM.SiM.Si sssselaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan pengarahan dan pandangan sebelum dan sesudah peneliti melaksanakan Skripsi.

4. MellyMellyMellyMelly MaulinMaulinMaulinMaulin P.,P., S.Sos.P.,P., S.Sos.S.Sos.S.Sos. M.SiM.SiM.SiM.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan motivasi, pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan.

5. SangraSangraSangraSangra JulianoJulianoJulianoJuliano Prakasa.,Prakasa.,Prakasa.,Prakasa., S.I.komS.I.komS.I.komS.I.kom.,M.I.kom.,M.I.kom.,M.I.kom.,M.I.kom sssselaku Dosen wali IK-1 2009 yang banyak memberikan motivasi, dorongan, serta semangat kepada peneliti dari awal perkuliahan hingga akhir proses penyusunan Skripsi ini. 6. Rismawaty,Rismawaty,Rismawaty,Rismawaty, S.Sos.,S.Sos.,S.Sos.,S.Sos., M.Si.M.Si.M.Si.M.Si.,,,, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu, pikiran, dan kesempatan untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada peneliti

7. Khususnya Kepada seluruh dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP yakni,,,, InggarInggarInggarInggar Prayoga,Prayoga,Prayoga,Prayoga, S.I.Kom.,S.I.Kom.,S.I.Kom.,S.I.Kom., AdiyanaAdiyanaAdiyanaAdiyana Slamet.,Slamet.,Slamet.,Slamet., S.IP.,

(12)

viii

peneliti sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

8. RatnaRatnaRatnaRatna WidiastiWidiastiWidiastiWidiasti.,.,.,.,A.mdA.mdA.mdA.md Selaku Sekretaris Dekan FISIP Universtas Komputer Indonesia Bandung Yang telah membantu semua keperluan peneliti sebelum dan sesudah peneliti menyusun skripsi ini.

9. AstriAstriAstriAstri IkawatiIkawatiIkawatiIkawati.,.,.,.,A.md.KomA.md.KomA.md.KomA.md.Kom selaku Staf Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universtas Komputer Indonesia Bandung yang telah membantu semua keperluan peneliti sebelum dan sesudah peneliti menyusun Skripsi ini.

10.AgusAgusAgusAgus Riyanto.,S.T.,M.TRiyanto.,S.T.,M.TRiyanto.,S.T.,M.TRiyanto.,S.T.,M.T dandandandan Dr.ElyDr.ElyDr.ElyDr.Ely Suhayati.,M.SiSuhayati.,M.SiSuhayati.,M.SiSuhayati.,M.Si selaku kepala Bagian Biro Administrasi Umum dan Direktur Quality Assurance

UNIKOM yang telah membantu keperluan peneliti selama penelitian berlangsung dan menyusun skripsi ini.

11.UntukUntukUntukUntuk KakakuKakakuKakakuKakaku RonyRonyRonyRony Setiawan,Setiawan, RatihSetiawan,Setiawan, RatihRatihRatih Setiawati,Setiawati,Setiawati,Setiawati, GunawanGunawanGunawanGunawan NugrahaNugrahaNugrahaNugraha dan

dandandan keponakankukeponakankukeponakankukeponakanku ShigyShigyShigyShigy FakhirahFakhirahFakhirahFakhirah Nugraha,Nugraha,Nugraha,Nugraha,terima kasih banyak untuk segala doa, motivasi, dukungan dan bantuan materi yang dapat mempelancar dalam penulisan Skripsi ini.

12.YudhaYudhaYudhaYudha MaulanaMaulanaMaulanaMaulana seseorang yang telah setia menemani peneliti dalam suka maupun duka serta selalu memberikan motivasi dan doa.

(13)

ix

15.KakKakKakKak Fanny,Fanny,Fanny,Fanny, KakKakKak Nines,Kak Nines,Nines,Nines, KakKakKakKak Adhin,Adhin, KakAdhin,Adhin, KakKakKak Indra,Indra,Indra,Indra, KakKakKakKak Duane,Duane,Duane,Duane, MbaMbaMbaMba Anggit,

Anggit,Anggit,Anggit, yang telah memberikan semangat, doa dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.RekanRekanRekanRekan –––– rekanrekanrekanrekan TIMTIM ProtokolerTIMTIM ProtokolerProtokolerProtokoler UNIKOMUNIKOMUNIKOMUNIKOM yang selalu memberi dukungan, inspirasi dan motivasi bagi peneliti.

17.Rekan-rekanRekan-rekanRekan-rekanRekan-rekan HimpunanHimpunanHimpunanHimpunan MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa IKIKIKIK && PR&&PRPRPR PeriodePeriodePeriodePeriode 2010-20112010-20112010-20112010-2011 dandandandan 2011-2012

2011-20122011-20122011-2012.

18.Lukman,Lukman,Lukman,Lukman, Irman,Irman,Irman,Irman, EllyEllyEllyElly Salimah,Salimah, Ria,Salimah,Salimah, Ria,Ria,Ria, Alina,Alina,Alina,Alina, FisaFisaFisaFisa dan seluruh adik– adikku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.

19.SemuaSemuaSemuaSemua pihakpihakpihakpihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan skripsi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, guna penyempurnaan skripsi ini , peneliti selalu terbuka untuk kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Jerih payah yang tak ternilai ini akan peneliti jadikan sebagai motivasi di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Bandung, Bandung,

Bandung, AgustusAgustusAgustusAgustus 2013201320132013 Peneliti

(14)
(15)

DAF DAF

DAFDAF TARTARTARTAR PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

A.M, Sardiman. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Bungin, M Burhan. 2003. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Budyatna, Muhammad dan Ganiem Mona Leila. Teori Komunikasi Antar Pribadi. 2011. Jakarta:Kencana

Effendy, Onong, Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Hamidi, 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM press. Hasibuan,S.P,Malayu.2010.Organisasi dan Motivasi.Jakarta: Bumi Aksara.

Iriantara, Yosal dan Syaripudin Usep. 2013. Komunikasi Pendidikan. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhammad, Ali. 2008. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan. Bandung : CV Alfabeta

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. YogYakarta : LKis Yogyakarta Putra, Nusa. 2011. Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi. Jakarta : Indeks Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.Bandung : Alfabeta

(16)

Yusuf, Pawit M. 2010. Komunikasi Instruksional. Jakarta : Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta : referensi.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo,

Wrench.S.Jason, at all.2009.Communication, Affect and Learning In Classroom 3rdEdition.United States America

Sumber Sumber Sumber

Sumber lainnyalainnyalainnyalainnya ::::

---- PenelusuranPenelusuranPenelusuranPenelusuran DataDataDataDataOn-LineOn-LineOn-LineOn-Line

http://bahasa.kompasiana.com/2012/08/31/komunikasi-antar-pribadi-483316.html

---- JurnalJurnalJurnalJurnal IlmiahIlmiahIlmiahIlmiah ::::

Zakiah,Kiki dan Umar,Muthiah. 2005. Komunikasi Instruksional Dalam Proses Pembelajaran Mahasiswa. UNISBA

(17)

1. Hartanti, Budi, Stefani.2012. Komunikasi Instruksional Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) “Anak-Anak Ceria” Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Komunikasi Instruksional Melalui Permainan Edukatif Logico Primo Pada Paud“Anak-Anak Ceria” Bandung).Fisip Unikom

(18)
(19)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 1111 Surat

Surat Surat

(20)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 2222 Surat

Surat Surat

(21)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 3333 Berita

Berita Berita

(22)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 4444 Lembar

Lembar Lembar

(23)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 5555 Lembar

Lembar Lembar

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru atau dosen sebagai pegangan utama. Di Indonesia

proses belajar mengajar sangat beragam, namun tidak sedikit, dosen

memberikan pengajaran secara satu arah saja. Sebenarnya proses belajar

mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian

pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan.

Pesan, sumber pesan, media dan penerima pesan adalah

komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi

ajaran atau materi pengajaran yang ada dalam kurikulum akan disampaikan

oleh dosen kepada mahasiswanya, pesan tersebut sebaiknya diolah dengan

sebaik mungkin oleh dosen agar mahasiswa dengan mudah mengerti

mengenai materi yang disampaikan oleh dosen tersebut.

Sumber pesan yang digunakan sebagai dasar dalam materi yang

diajarkan oleh dosen bisa berasal dari buku – buku yang sesuai dengan materi

yang akan diajarkan, dari internet dan bahkan pengalaman – pengalaman

yang telah dialami oleh dosen tersebut ataupun mahasiswa. Dan media

merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan dan

mendukung para dosen didalam proses interaksi belajar mengajar dan

(25)

dosen tersebut.

Seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy didalam bukunya

yang berjudul ilmu komunikasi teori dan praktek, Laswell mengatakan :

who says what in which channel to whom with what effect?” (Effendy,2007:10)

Menurut Laswell dalam proses komunikasi, dikenal dengan adanya unsur

komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek. Hubungan antara

komunikator dengan komunikan biasanya karena mengintegrasikan sesuatu

yang dikenal dengan istilah pesan (message). Kemudian untuk

menyampaikan atau mengontakkan pesan itu diperlukan adanya media atau

saluran (channel). Dan setelah disampailan komunikator membutuhkan

adanya efek dari pesan tersebut. Ketika ke lima unsur itu ada berarti manusia

telah melakukan proses komunikasi.

Di dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa

di dalam proses belajar mengajar maka akan terjadi interaksi komunikasi

instruksional antara dosen dan mahasiswa, sehingga selama proses belajar

mengajar diperlukan adanya strategi komunikasi agar tidak terjadi konflik

atau kesalah pahaman dalam menyampaikan pesan disaat berinteraksi. Selain

itu. istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang

bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.

Berbagai macam strategi yang digunakan dosen dalam proses komunikasi

terhadap mahasiswa melalui pertimbangan – pertimbangan tertentu misalnya

(26)

digunakan yaitu strategi belajar mengajar tatap muka, dan startegi belajar

mengajar melalui media, dan berbagai strategi komunikasi lainnya.

Ketika melakukan interaksi selama proses belajar mengajar seorang

dosen tidak hanya melakukan percakapan biasa dengan mahasiswanya,

namun seorang dosen sebaiknya mampu menggunakan strategi komunikasi

instruksional agar mahasiswa dapat bergerak sesuai dengan arahan yang telah

diberikan oleh dosen. Komunikasi instruksional ini mempunyai tujuan

pendidikan yang harus dicapai, dalam pelaksanaan kegiatannya komunikasi

instruksional mempunyai fungsi manajemen instruksional dan fungsi

pengembangan instruksional.

Peneliti memilih objek penelitian di Universitas Komputer Indonesia

(UNIKOM) Bandung, karena sebagai universitas komputer terbesar di

Indonesia yang memiliki ribuan mahasiswa dengan berbagai karakter dan

motivasi belajar yang berbeda. Sehingga peneliti ingin mengetahui

bagaimana strategi komunikasi instruksional yang dilakukan oleh para dosen

UNIKOM ketika mereka melakukan proses belajar mengajar di kelas agar

mahasiswanya dapat termotivasi untuk belajar lebih giat dan lulus kuliah

tepat pada waktunya.

Motivasi belajar setiap mahasiswa berbeda – beda, ada mahasiswa yang

berfikir bahwa kuliah hanya sebagai formalitas, kuliah hanya sekedar untuk

mengisi absensi agar bisa mengikuti ujian, kuliah hanya untuk bertemu

teman, serta ada pula mahasiswa yang hanya sekedar ingin lulus tanpa

(27)

mahasiswa yang masuk kelas sering terlambat, sering membolos, ketika

dilaksanakan kuis bahkan ujian banyak yang mencontek, mengerjakan tugas

individu ataupun kelompok tidak dengan sungguh – sungguh, berperan pasif

dikelas, mengantuk dan mengobrol ketika proses belajar mengajar sedang

berlangsung, serta tidak memperdulikan dosen yang sedang mengajar,

sehingga mengakibatkan situasi kelas yang tidak kondusif, dan lain

sebagainya. Namun masih banyak pula mahasiswa yang memiliki tingkat

motivasi belajar yang tinggi yang sangat memperhatikan setiap mata kuliah

yang diajarkan oleh dosen.

Berdasarkan fenomena motivasi belajar mahasiswa tersebut, perlu

diperhatikan pula aspek pengajaran dari dosen yang bersangkutan. Masing

-masing dosen memiliki cara mengajar tersendiri, dikarenakan sudah tidak ada

lagi pelatihan - pelatihan secara khusus bagi para dosen baru di UNIKOM

untuk proses mengajar, strategi mengajar, menyusun silabi, dan lain

sebagainya. Sehingga dosen di UNIKOM menggunakan metode komunikasi

dan strategi belajar mengajar berdasarkan pengalaman – pengalaman yang

dialami ketika menjadi mahasiswa ataupun sharing kepada dosen – dosen

lain yang telah lebih banyak pengalaman mengajar, memperhatikan teknik

komunikasi padasaat proses belajar mengajar, serta taktik komunikasi pada

saat proses belajar mengajar agar mahasiswa termotivasi untuk belajar lebih

giat.

Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk

(28)

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat

dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh dari dalam diri

seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan penggerak didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang

memberikan arah dan tujuan yang dikehendaki mahasiswa itu dapat tercapai.

Fungsi dari motivasi yaitu mendorong manusia untuk berbuat sesuatu,

artinya motivasi bisa dijadikan sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi. motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari

setiap kegiatan yang dikerjakan, kemudian menentukan arah perbuatan ke

arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat

memeberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan

rumusan tujuannya, dan menyelesaikan perbuatan, yaitu menentukan

perbuatan - perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai

tujuan dengan menyisikan perbuatan - perbuatan yang akan bermanfaat bagi

tujuan tersebut.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.

Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang

dengan pelajaran tersebut dan semangat untuk belajar. Mahasiswa ynag

mempunyai motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar. Tetapi jika mahasiswa tidak memiliki motivasi

(29)

menjadi pribadi yang berhasil atau gagal karena kekurangan motivasi. Hasil

belajar akan optimal apabila ada motivasi yang tepat.

Dalam interkasinya dosen senantiasa mencoba bermacam strategi

komunikasi instruksional untuk memotivasi mahasiswanya. Dosen yang baik

menerapkan metode positif untuk memotivasi mahasiswanya sehingga

mereka bersemangat untuk belajar, merasa dihargai, mau bekerja giat,

mengikuti peraturan, terus tinggal dan meyelesaikan pendidikannya serta

mempelajari nilai – nilai dan keterampilan hidup. Tidak ada formula ajaib

untuk memotivasi mahasiswa. Meskipun demikian, sebanyak apapun tingkat

motivasi siswa akan dapat berubah oleh keadaan atau kejadian baik maupun

buruk yang terjadi dikelas maupun diluar kelas.

Sebagai bagian dari perguruan tinggi atau universitas, dosen memegang

peranan yang utama dalam proses transformasi ilmu pengetahuan. Dosen

merupakan pihak yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan suasana

kampus yang ilmiah. Ini bukanlah suatu harapan yang berlebihan, karena

dosen merupakan “tantangan pertama” yang setiap hari selalu bertatap muka

secara langsung dengan mahasiswa. Di dalam kehidupan kampus inilah

dosen mengarahkan, membina dan mengembangkan potensi ilmiah

mahasiswa, dalam proses belajar mengajarnya didalam kelas dosen akan

mempertajam analisis dan kepekaan mahasiswa terhadap problematika sosial

serta memperluas nuansa berpikirnya.

Seorang dosen juga diharapkan dapat memberikan motivasi kepada

(30)

kepada mahasiswa, bahwa maksud dari pembelajaran diantaranya

mengetahui suatu kecakapan atau konsep yang sebelumnya tidak pernah

diketahui, disiplin, dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat

berbuat, baik tingkah laku maupun keterampilan, mengembangkan

pemahaman konsep maupun sikap dan tingkah laku, mendorong mahasiswa

untuk berefleksi kritis tentang dunia dan sekitarnya, serta dapat memahami

dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan menggunakan

strategi komunikasi instruksional.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan

masalah dan membaginya menjadi rumusan masalah makro dan mikro.

a. Rumusan Masalah Makro

Rumusan masalah makro dari penelitian ini adalah Bagaimana strategi

komunikasi instruksional dosen melalui proses belajar mengajar dalam

memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM?

b. Rumusan Masalah Mikro

Rumusan masalah mikro dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana metode komunikasi dosen melalui proses belajar

mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM?

2. Bagaimana teknik komunikasi dosen melaluiproses belajar mengajar

dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM?

3. Bagaimana taktik komunikasi dosen melalui proses belajar mengajar

(31)

1.3. Maksud dan tujuan penelitian

1.3.1. Maksud penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang

jelas dan mendeskripsikan mengenai strategi komunikasi instruksional yang

dilakukan dosen pada saat proses belajar mengajar di kelas agar mahasiswa

di UNIKOM dapat termotivasi untuk belajar lebih giat.

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui metode komunikasi dosen melalui proses belajar

mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM.

2. Untuk mengetahui teknik komunikasi dosen melalui proses belajar

mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM.

3. Untuk mengetahui taktik komunikasi dosen melalui proses belajar

mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM.

1.4. Kegunaan penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai proses untuk mengetahui strategi

komunikasi instruksional yang digunakan dosen pada saat proses belajar

mengajar baik itu dalam metode komunikasi, teknik komunikasi, serta

taktik komunikasi yang digunakan dosen pada saat mengajar, serta untuk

mengetahui dengan menggunakan strategi komunikasi instruksional

tersebut mahasiswa di UNIKOM dapat termotivasi untuk belajar lebih giat.

1.4.2. Kegunaan Praktis

(32)

Dijadikan sebagai bahan pengalaman dan pengetahuan khususnya

mengenai strategi komunikasi instruksional seorang dosen di Universitas

Komputer Indonesia dalam proses belajar mengajar agar mahasiswa dapat

termotivasi untuk belajar lebih giat, sehingga mahasiswa mendapatkan

pengetahuan lebih banyak, memahami materi serta dapat membentuk sikap

mahasiswa.

b. Universitas

Penelitian ini diharapkan berguna bagi program studi Ilmu

Komunikasi maupun Universitas Komputer Indonesia secara keseluruhan,

serta diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan dan penerapan Ilmu

Komunikasi juga sebagai bahan perbandingan pengembangan bagi

penelitian sejenis lainnya untuk masa yang akan datang. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi program studi Ilmu

Komunikasi maupun Universitas dan segenap aktivitasnya dalam

pengembangan Dosen.

c. Masyarakat

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan untuk strategi

komunikasi instruksional yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

yang dapat mememotivasi peserta didik. Serta dapat memberikan

masukan dan bahan informasi bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Penelitian Sejenis Yang Relevan

Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah

penelitian sejenis relevan yang berkaitan serta relevansi dengan penelitian

yang akan dilakukan peneliti. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan

pendukung, pelengkap serta pembanding dalam menyusun skripsi ini sehingga

lebih memadai. Selain itu, telaah pada penelitian sejenis yang relevan berguna

untuk memberikan gambaran awal mengenai kajian terkait dengan masalah

dalam penelitian ini.

Berikut ini adalah tabel penelitian yang relevan mengenai komunikasi

antar pribadi dan komunikasi instruksional:

(34)
(35)

mahasiswa

2.2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

2.2.1.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) merupakan

komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang

atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.

Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima pesan satu orang atau

sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan peluang untuk

memberikan umpan balik segera.

Pemikiran ini diwakili oleh Bittner (1985 : 10) yang menerangkan

(36)

menyampaikan informasi berupa kata – kata kepada penerima dengan

menggunakan medium suara manusia (human voice).

Sementara Barlund mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai

pertemuan antara dua, tiga orang, atau mungkin empat orang, yang terjadi

sangat spontan dan tidak berstruktur. Barnlund sebagaimana dikutip oleh Alo

Liliweri (1991) mengemukakan beberapa ciri untuk mengenali Komunikasi

Antarpribadi, sebagai berikut :

a. Bersifat spontan;

b.Tidak mempunyai struktur; c. Terjadi secara kebetulan;

d.Tidak mengejar tujuan yang telah di rencanakan; e. Identitas keanggotaannya tidak jelas;

f. Dapat terjadi hanya sambil lalu.

Hubungan diadik mengartikan KAP sebagai komunikasi yang

berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas.

Komunikasi tatap muka antara suami dan istri, pramuniaga dengan pembeli

merupakan bentuk komunikasi diadik. Definisi hubungan diadik ini dapat

diperluas sehingga mencakup sekelompok kecil orang. Pemikiran mengenai

bentuk hubungan diadik dikemukakan oleh Laing, Phillipson, dan Lee

(1991:117).

Mereka menyatakan untuk memahami perilaku seseorang, harus

mengikutsertakan paling tidak dua orang peserta dalam situasi bersama.

Hubungan diadik ini harus menggambarkan interaksi dan pengalaman

bersama mereka.

Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan komunikasi

(37)

tatap muka. Nama lain dari komunikasi ini adalah komunikasi diadik

(dyadic). Komunikasi diadik biasanya bersifat spontan dan informal.

Partisipan satu dengan yang lain saling menerima umpan balik secara

maksimal. Partisipan berperan secara fleksibel sebagai pengirim dan

penerima.1

2.2.1.2. Fungsi Komunikasi Antar Pribadi

Menurut definisinya, fungsi sebagai tujuan dimana komunikasi

digunakan untuk mecapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi ialah

mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan – imbalan tertentu

berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa

komunikasi insani atau human community baik yang non-antarpribadi

maupun yang antarpribadi semuanya mengenai pengendalian lingkungan

guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk, fisik, ekonomi, dan

sosial. (Miller & Steinberg, 1975).

Keberhasilan yang relatif dalam melakukan pengendalian lingkungan

melalui komunikasi menambah kemungkinan menjadi bahagia, kehidupan

pribadi yang produktif. Kegagalan relatif mengarah kepada ketidak

bahagiaan akhirnya bisa terjadi krisis isentitas diri.

Sedangkan yang dimaksud dengan imbalan ialah setiap akibat berupa

perolehan fisik, ekonomi, dan sosial yang dinilai positif. Imbalan berupa

hal– hal yang menyenangkan seperti yang diperoleh atasan tadi yang bukan

(38)

berupa nilai materi berupa senyuman dengan wajah yang menyenangkan

sebagai rasa terima kasih kepada pihak lain. Rasa puas apabila dapat

menolong orang dalam kesusahan sebagai imbalan dalam bentuk sosial.

Seperti yang dikatakan Miller dan Steinberg (1975) yang dikutip dari

buku Muhammad Budyana, pengendalian lingkungan dalam dibedakan

menjadi dua tingkatan, yaitu :

a. Hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diinginkan yang

dinamakan compliance.

b. Hasil yang diperoleh mencerminkan adanya kompromi dari keinginan semula bagi pihak – pihak yang terlibat, yang dinamakan

penyelesaian konflik (conflict resolution). (Budyana, 2011:27-28)

2.2.2.Tinjauan Komunikasi Pendidikan

Komunikasi pendidikan adalah proses perjalanan pesan atau

informasi yang menambah bidang atau peristiwa – peristiwa pendidikan.

Komunikasi ini sifatnya tidak netral lagi, tetapi sudah dipola untuk

memperlancar tujuan – tujuan pendidikan. (Yusuf,2010:35)

Setiap orang tua, baik sebagai ayah, ibu, ataupun wali, bahkan

mereka yang berkedudukan sebagai “orang tua” (senior, bak dalam ilmu,

status sosial, maupun dalam usia) di lingkungan masyarakatnya,

mempunyai keinginan memberiwejangan kepada yang lebih muda. Bentuk

wejangan ini bisa bermacam – macam, salah satunya nasihat.

Konsep pendidikan ini sejalan dengan pernyataan bahwa masalah

(39)

antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Mereka bekerja sesuai

dengan fungsinya masing – masing. Pemerintah dengan segala

perangkatnya menyelenggarakan pendidikan dengan cara memberi contoh,

sementara lingkungan atau kondisi masyarakat hendaknya memungkinkan

bertumbuh suburnya pemikiran – pemikiran yang berisfat kreatif,

berinisiatif, dan mendorong warganya untuk berkemauan keras yang

produktif, tidak hanya pasif dan menerima nasib. Sedangkan dari belakang

orang tua sanggup memberi kekuatan dan dukungan kepada pelaksanaan

pendidikan dalam rangka berupaya menggapai kehidupan untuk persiapan

di masa depan.

Bentuk komunikasi pendidikan pun sudah ada sejak zaman

kenabian. Salah satu contohnya orang tua bernama Luqman memberi

nasihat kepada anaknya supaya menjadi anak yang baik dengan

berpedoman Al-quran. Contoh tersebut menggambarkan proses yang terjadi

dalam suasana edukatif, yaitu suasana yang dirancang khusus untuk

berupaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yakni tujuan menjadi

orang yang baik dan bertakwa kepada Allah SWT.

Komunikasi dalam pendidikan merupakan unsur yang sangat

penting kedudukannya. Bahkan ia sangat besar peranannya dalam

menentukan keberhasilan pendidikan yang bersangkutan. Orang sering

berkata bahwa tinggi rendahnya suatu capaian mutu pendidikan dipengaruhi

oleh dua factor komunikasi ini, khususnya komunikasi pendidikan.

(40)

sekolah), tampak jelas adanya peran komunikasi yang sangat menonjol.

Proses belajar mengajarnya sebagian besar terjadi karena proses

komunikasi, baik yang berlangsung secara intrapersonal maupun seara

antarpersona. Pertama (intrapersona), tampak pada kejadian berpikir,

mempersepsi, menginga, dan mengindra. Hal demikian dijalani oleh

semuaorang. Sedangkan yang kedua (antarpersona) ialah bentuk

komunikasi yang berproses dari adanya ide atau gagasan informasi

seseorang kepada orang lain. (Yusuf, 2010:51 – 53)

2.2.3. Tinjauan Komunikasi Instruksional 2.2.3.1. Definisi Komunikasi Insruksional

Komunikasi mampu menyentuh segala aspek kehidupan kita.

Begitupun dalam berbagai komunikasi pendidikan yang memiliki sub

bidang lain yaitu komunikasi instruksional. Pawit M.Yusuf menyatakan

bahwa :

“Komunikasi instruksional lebih merupakan bagian kecil dari komunikasi pendidikan. Ia merupakan proses komunikasi yang dipola dan dirancang secara khusus untuk mengubah perilaku sasaran dalam komunitas tertentu ke arah yang lebih baik”. (Yusuf,2010:2)

Untuk lebih memahami pengertian mengenai komunikasi

instruksional, terdapat beberapa contoh turunan dalam memahami

komunikasi instruksional yaitu:

1. Komunikasi yang berlangsung dalam suasana kerumunan

dapat terjadi suatu komunikasi yang tidak terkendali

(41)

netral, artinya tidak mempunyai maksud-maksud tertentu

secara khusus.

2. Disamping itu, ada pun komunikasi yang dapat terjadi

dalam suasana tertentu seperti suasanan pendidikan dimana

kondisi yang tercipta tidak lagi bebas, melainkan terkendali

dan dikondisikan untuk tujuan – tujuan pendidikan.

Komunikasi pendidikan dirancang secara khusus untuk

mencapai tujuantujuan pendidikan, yaitu dalam rangka

upaya mendewasakan anak manusia supaya bisa hidup

mandiri di kemudian hari.

3. Turunan yang lebih sempit dari komunikasi pendidikan

yaitu komunikasi instruksional dimana situasi, kondisi,

lingkungan, metode dan termasuk bahasa yang digunakan

oleh komunikator sengaja dipersiapkan secara khusus

untuk mencapai efek perubahan perilaku pada diri sasaran.

(Yusuf, 2010 :4)

Secara sederhana, instruksional berasal dari kata instruction yang

memiliki arti pembelajaran atau pengajaran. Webster’s Third International

Dictionary of The English Language mencantumkan kata instruksional

(dari kata instruct) dengan arti memberikan pengetahuan atau informasi

khusus dengan maksud melatih berbagai bidang khusus, memberikan

(42)

tertentu. Dan dapat bermakna lain yang berkaitan dengan komando atau

perintah.

Pengajar (komunikator) dan pelajar (komunikan atau sasaran)

sama– sama melakukan interaksi psikologis yang nanti diterapkan bisa

berdampak pada berubahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan di

pihak komunikan. Proses interaksi psikologis ini berlangsung paling tidak

antara dua orang dengan cara berkomunikasi. Dalam situasi formal, proses

ini terjadi ketika sang komunikator berupaya mebantu terjadi proses

perubahan tadi, atau proses belajar dipihak sasaran atau komunikan.

Teknik atau alat untuk melaksanakan proses ini adalah komunikasi, yaitu

komunikasi instruksional.(Yusuf,2010:65)

Kegiatan instruksional pada intinya juga adalah proses pembantuan

agar terjadi perubahan perilaku pada pihak sasaran. Prinsip – prinsip

komunikasi dalam hal ini tetap berlaku. Apaila dilihat dari luar, memang

yang namanya komunikasi adalah peristiwa yang berlangsung (terjadi)

manakala orang memberikan arti kepada setia perilaku orang lain, baik

langsung, maupun menggunakan media. Terjadinya komunikasi memang

belum menjamin adanya proses instruksional karena yang terakhir ini

prosesnya sudah mulai teknis dan bertujuan, malah juga terkontrol, sebab

pengadaaanya diupayakan atau disengaja.

Akan tetapi sebaliknya, kegiatan instruksional merupakan proses

komunikasi, atau setidaknya peristiwa komunikasi sedang berlangsung,

(43)

belajarnya pun tidak ada di dalamnya. Contoh sebaliknya ialah kuliah

berjalan dengan lancar sementara mahasiswanya aktif mendengarkannya

serta memerhatikannya, kemudian memahami isi perkuliahan tadi. Disini

terjadi proses instruksional dan proses komunikasinya pun ada karena

kuliah adalah salah satu bentuk komunikasi. (Yusuf, 2010:68-69)

2.2.3.2. Fungsi dan Manfaat Komunikasi Instruksional

Komunikasi instruksional mempunyai fungsi edkuatif, atau tepatnya

mengacu pada fungsi edukatif dari fungsi komunikasi secara keseluruhan.

Namun, bukan berarti fungsi – fungsi lain terabaikan, komunikasi

instruksional merukan dari komunikasi secara keseluruhan. Bahkan,

apabila dikaitkan dengan bidang pendidikan sekalipun, dia merupakan

subset dari komunikasi secara keseluruhan.

Komunikasi instruksional ini mempunyai tujuan yang harus

dilaksanakan dicapai, dalam pelaksanaan kegiatan yang mempunyai fungsi

manajemen instruksional dan fungsi pengembangan instruksional. Yang

pertama merupakan pengelolaan organisasi dan pengelolaan personel,

sedangkan yang kedua mempunyai fungsi riset teori, desain, produk,

evaluasi, seleksi logistik, pemanfaatan, penyebaran. Kesemua fungsi

tersebut diarahkan kepada optimalisasi pemanfaatan komponen –

komponen sumber – sumber belajar (sumber informasi edukatif) dalam

(44)

Adapun manfaat dari komunikasi instruksional antara lain efek

perubahan perilaku, yang terjadi sebagai hasil konstrulsi instruksional, bisa

dikontrol atau dikenalkan dengan baik. Berhasil atau tidaknya tujuan

-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Paling tidak bisa dipantau

melalui kegiatan evaluasi yang juga meruapakn fungsi perkembangan.

Lebih – lebih apabila kegiatan instruksional dan media instruksional,

manfaatnya akan semakin nyata.

2.2.4. Tinjauan Proses Belajar Mengajar 2.2.4.1. Makna Belajar

Beberapa teori menjelaskan mtentang belajar, aliran – aliran teori

belajar sbekedar mengarahkan dan memilah jenis teori belajar mana yang

menjadi pijakan melakukan kegiatan belajar. Belajar umumnya diartikan

sebagai proses perubahan perilau seseorang setelah mempelajari objek

(pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu).

Hal ini identik dengan pandangan Good dan Brophy sebagaimana

yang dikutip oleh Uno daam bukunya teori motivasi dan pengukurannya

(2012), yang menyatakan bahwa :

“Belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri.” (Uno, 2012:15)

Pendapat senada dikemukakan oleh Galloway yang menyatakan bahwa

(45)

Dari kedua pandangan diatas terungkap bahwa belajar adalah

pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan

perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat dari adanya proses dalam

bentuk interaksi belajar terahadap suatu objek (pengetahuan) atau melalui

suatu penguatan.

2.2.4.2. Definisi Mengajar

Mengajar artinya memindahkan sebagian pengetahuan pengajar

kepada murid – muridnya. Namun, arti lain telah dijelaskan oleh Sardiman

A.M di dalam bukunya Interaksi dan motivasi belajar dan mengajar

adalah:

“Mengajar adalah kegiatan penyediaaan kondisi yan merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar/ subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi”(Sardiman, 2012:3).

Usman (1994:3) mengemukakan bahwa mengajar adalah :

“Membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar”.

Hamalik (2001:44-53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai :

“(1) menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari”.2

(46)

Berbeda dengan pendapat Moston yang dikutip oleh Abdul Majid,

beranggapan bahwa mengajar adalah :

“Serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dengan siswa, yaitu: (1) Mencoba mencapai keserasian antara apa yang diniatkan, dengan apa yang sebenarnya terjadi maksud = perbautan (intent = action), (2) masalah yang bertentangan tentang metode mengajar. (Majid, 2013:274)

2.2.4.3. Tujuan Belajar

Dalam usaha mencapai tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. System lingkungan

belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen.

Komponen –komponen system itu saling memengaruhi secara bervariasi

sehingga setiap peristiwa belajar memiliki tujuannya masing – masing.

Tujuan belajar itu ada tiga jenis, yaitu :

1. Untuk mendapatkan pengetahuan 2. Penanaman konsep dan keterampilan 3. Pembentukan sikap

2.2.4.4. Tipe – Tipe belajar

Dalam praktek pengajaran penggunaan suatu dasar teori untuk segala

situasi merupakan tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajar

pun cocok untuk segala situasi. Karena masing – masing mempunyai

landasan yang berbeda dan tertentu. Menurut Robert M Gagne belajar

mempunyai delapan tipe. Ada hierarki dalam masing – masing tipe. Setiap

tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar diatasnya. Kedelapan tipe

(47)

a. Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons

bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap

tak bicara. Lambaiantangan, isyarat untuk dating mendekat, menutup mulut

degngan telunjuk dan lambaian tangan adalah isyarat sedangkan diam dan

datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan

merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum,

kabur dan emosional. Menurut Kimble (1961) bentuk belajar semacam ini

biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak

sadar,

b. Belajar Stimulus – Respons (Stimulus – Respons Learning)

Tipe belajar S-R, respons berisfat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk

hubungan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi

(S-R Bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan penguatan

(reinforcement).

c. Belajar Rangkaian (Chaining)

Rangkaian atau rantai dalam Chaining adalah semacam rangkaian

antara berbagai S-Ryang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian

motorik; seperti dalam mengikat tali sepatu, makan minum; atau gerakan

verbal seperti ucapan selamat tinggal, bapak-ibu.

d. Asosiasi Verbal ( Verbal Assosiation)

Suatu kalimat “piramid itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi

(48)

dia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus atau kerucut.

Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila unsur – unsurnya terdapat

dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.

e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)

Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian.

Seperti membedakan beebagai bentuk wajah, binatang atau tumbuh –

tumbuhan.

f. Belajar Konsep (Concept Learning)

Konsep merupakan simbol berfikir. Hal ini diperoleh dari hasil

membuat tafsiran terhadap fakta atau realita dan hubungan antara

berbagai fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang

belakang menurut ciri – cri khusus (kelas), seperti mamalia, reptilian,

amphibian, burung dan ikan. Dapat pula digolongkan manusia

berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan, suku bangsa atau

hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi bila orang

dapat melakukan diskriminasi.

g. Belajar Aturan (Rule Kearning)

Hukum, dalil, atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak

terdapat dalam semua pelajaran disekolah. Seperti : benda memuai bila

dipanaskan, besar sebuah sudut segitiga sama dengan 180o.Belajar aturan

ternyata mirip dengak rangkaian verbal, terutama bila aturan itu diketahui

artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus

(49)

h. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)

Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini memerlukan

pemikiran. Upaya pemecahan masalah dapat dilakukan menghubungkan

berbagai aturan yang relevan dengan masalah itu. Dalam memecahkan

masalah diperlukan waktu, adakalanya disingkat adapaula lama. Juga

sering kali harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur

masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam

segala langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah

terjadi dengan tiba - tiba (insight). Kesanggupan memecahkan masalah

memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah – masalah lain.

(Ali, 2008:25 – 27).

2.2.4.5. Teori Belajar

Perlunya seorang pengajar atau para pelaksana komunikasi

instruksional lainnya mengetahui teori belajar ialah sebagaimana yang

dinyatakan oleh Lingdren (1980) yang dikutip oleh Pawito. M Yusuf yaitu

antara lain sebagai berikut:

1. Teori belajar dapat membantu pengajar (dan komunikator instruksional lainnya) dalam memahami proses belajar yang terjadi pada manusia. 2. Melalui pemahaman teori belajar, pengajar dapat mengetahui kondisi

dan fakor yang dapat memengaruhi, memperlancar dan atau

(50)

3. Teori belajar ini memungkinkan seorang pengajar dapat melakukan prediksi yang cukup tepat mengenai hasil yang diharapkan pada suatu

kegiatan belajar.

4. Teori belajar ini merupakan sumber hipotesis tentang proses belajar yang dapat diuji kebenarannya melalui penelitian dan eksperimen

sehingga hal ini dapat meningkatkan pemahaman seorang pengajar

akan proses belajar mengajar yang terjadi.

5. Konsep dan prinsip serta hipotesis dalam teori belajar tersebut dapat membantu pengajar meningkatkan penampilannya sebagai seorang

pengajar atau komunikator instruksional yang efektif.

Teori – teori belajar dengan mengambil pendekatan dari teori – teori

komunikasi juga banyak dipilih untuk pengayaan perspektif aplikasinya.

Sebut saja misalnya teori – teori komunikasi seperti teori humanistik,

behavioristik, dan lain sebagainya.

1. Teori Belajar Behavioristik

Teori ini memandang manusiasebagai produk lingkungan. Artinya,

segala perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian - kejadian di

dalam lingkungan sekitarnya. Behaviorisme mengungkapkan bahwa

perilaku manusia itu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Segala perilaku

manusia itu banayak dipengaruhi oleh lingkungan. Belajar selanjutnya

dokatakan sebagai proses perubahan perilaku berdasarkan paradigm S-R

(stimulus – respon), yaitu suatu proses pemberian respon tertentu kepada

(51)

Proses belajar dengan rumus S-R bisa berjalan dengan syarat adanya

unsur seperti dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respon, dan

penguatan. Unsur yang pertama adalah dorongan, adalah suatu keinginan

dalam diri seseorang untuk memenuhi suatu kebutuhan yang sedang

dirasakannya.

Seorang anak merasakan adanya kebutuhan yang sedang

dirasakannya. Seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan bahan

bacaan ringan untuk mengisi waktu senggangnya, maka ia terdorong

untuk memenuhi kebutuhan itu.

Dalam sistem instruksional, rangsangan ini bisa terjadi pada pihak

sasaran untuk bereaksi sesuai dengan keinginan komunikator, guru

maupun instruktur. Proses belajar terjadi secara terus menerus apabila

stimulus dan respons ini berjalan dengan lancar. Dia berproses secara

rutin dan tampak seperti otomatis tanpa membicarakan hal – hal yang

terjadi selama berlangsungnya proses tadi.

2. Teori Belajar Sosial dari A.Bandura

Teori belajar dari A. Bandura dengan teorinya yang dikenal dengan

teori belajar sosial kata Bandura (dalam Bigge,1992), teori belajar sosial

lebih menekankan kepada pentingnya pengamatan dan perilaku, sikap

dan reaksi emosional seseorang dengan orang lain dalam lingkungannya.

Komponen – komponen proses yang didasarkan pada belajar

(52)

a. Atensi, termasuk fenomena model – model dilihat dari aspek pembedaannya, afeksinya, kompleksitasnya, nilai fungsionalnya.

Selain itu, karakteristik pengamat misalnya kapasitas, seperti

kapasitas penginderanya, tingkatan penonjolannya, perangkat

persertualnya, dan penguatan masa lalunya.

b. Retensi, termasuk pengkodean simbol – simbol, organisasi kognisi, detail simbol, detail gerak, dan lain-lain.

c. Reproduksi motorik, termasuk kemampuan fisik, pengamatan diri atas reproduksi, akurasi dan umpan balik.

d. Motivasi, termasuk internal dan eksternal, juga penguatan diri. 3. Teori Belajar Kognitif

Teori ini berasal dari studi psikologi, khususnya psikologi kognitif.

Dalam psikologi kognitif manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk

yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya sebagaimana anggapan

aliran behaviorisme, tetapi ia dianggap sebagai makhluk yang berusaha

memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berpikir (homo

sapiens). Istilah koginitif itu sendiri berasal dari kata lati cognoscere

yang artinya mengetahui to know (Bigge 1984:171). Teori belajar

kognitif ini banyak mempermasalahkan bagaimana orang memperoleh

suatu pemahaman akan dirinya serta lingkungannya itu.

Teori belajar kognitif dari Burner, belajar kognitif merupajan suatu

prses yang sejalan dengan perkembangan tiga tahap yang meliputi

enactive,iconic,symbolic. Tahap enactive menunjukkan seorang anak

secara aktif melakukan kegiatan dalam usahanya memahami

lingkungannya. Perhatian anak tampak tunggal atau satu hal saja,

(53)

mampu menerangkan konsepnya. Sedangkan yang terakhir adalah

simbolik menunjukkan seorang anak mulai menggunakan simbol –

simbol yang lebih banyak daripada kedua tahap sebelumnya. Pada tahap

ini seseorang telah mempunyai daya imajinasi yang tinggi, mampu

menangkap simbol – simbol abstrak, dan belajarnya pun sudah menjadi

prinsip yang mantap.

4. Teori Pengembangan Sosial dari L. Vygotsky

Kerangka teoritis utama dari teori pengembangan sosial

L.Vygotsky bahwa faktor interaksi sosial memegang peranan yang

fundamental dalam pengembangan kognisi anak. Fungsi – fungsi dari

pengembangan budaya anak akan muncul dua kali, yakni pada level

individual dan yang kedua ada pada level sosial. Semua fungsi tersebut

pada akhirnya akan melahirkan hubungan timbal balik di antara individu.

Teori ini mencoba menjelaskan kesadaran sebgai akhir dari produk

sosialisasi seorang anak.

2.2.5. Tinjauan Motivasi 2.2.5.1. Definisi Motivasi

Motivasi berasl dari kata latin yaitu movere yang berarti dorongan

atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia,

khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Menurut beberapa ahli

psikolog, pada diri seseorang terdapat penentuan tingkah laku, yang

(54)

adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya,

seseorang berkemauan keras atau kuat untuk mecapai tujuan.

Menurut Wayne F. Cascio motivasi adalah

“Suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya, (misalnya: rasa lapar, haus dan bermasyarakat)” (Hasibuan, 2010:95)

Seperti yang dikutip Uno, didalam buku Teori motivasi dan

pengukurannya Wahosumidjo mengatakan bahwa

“Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan ahli tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada diluar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan lebih bersemangat dan giat dalam berbuat sesuatu”.(Uno, 2012: 8)

Orang – orang yang mau bekerja dapat memenuhi kebutuhan dan

keinginan (fisik dan mental), baik itu kebutuhan yang disadari

(conscious needs) maupun kebutuhan yang tidak di sadari (unconscious

needs). Kebutuhan (needs) setiap orang adalah “sama” misalnya setiap

orang butuh makan dan minum; tetapi keinginan (wants) dari setiap

orang “tidak sama”, karena dipengaruhi selera, kebiasan, dan

lingkungannya.

2.2.5.2. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Perlu ditegaskan bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan

yang berpengaruh pada aktivitas. Fungsi motivasi menurut Sardiman

(55)

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan – perbuatan

apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,

dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan tersebut. (Sardiman, 2012:85)

Disamping itu, ada fungsi – fungsi lain. Motivasi dapat

berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama

didasari adanya motivasi, maka seseorang yang terutama didasari

adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat

melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang mahasiswa

akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

2.2.5.3. Teori Motivasi

Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang

(56)

sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa.

Landy dan Becker membuat pengelompokkan pendekatan teori

motivasi ini menjadi 5 kategori, yaitu teori kebutuhan, teori

penguatan, teori keadilan, teori harapan teori penetapan sasaran.

1. Teori Motivasi Abraham Maslow

Abraham Maslow mengemukakan pendapat pada dasarnya semua

manusia memiliki 5 tingkatan yang berbentuk pyramid. Manusia

memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkatan

kebutuhan disebut dengan hierarki kebutuhan Maslow, yang

dimulai dari kebutuhan biologis dasar samapai motif psikologis

yang lebih kompleks yang hanya akan penting setelah kebutuhan

dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringakt paling tidak

harus terpenuhi sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya

menjadi penentu tindakan yang penting.

Kebutuhan pokok tersebut dapat dijabarkan adalah sebagai

berikut:

a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, haus dan sebagainya); b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh

dari bahaya);

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki )berafiliasi dengan orang lain, diterima,memiliki);

d. Kebutuhan penghargaan (berprestasi, kompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan);

e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif; mengetahui, memahami, menjelajahi; kebutuhan estetik:

keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan

(57)

potensinya).

2. Teori Motivasi Herzberg

Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang

mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan

menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor tersebut adalah

faktor higien (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor

intrinsik). Faktor higien memotivasi seseorang untuk keluar dari

ketidak puasan, termasuk didalamnya ada hubungan antara

manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor

ekstrensik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang

untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya

penghargaan, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dan

sebagainya (faktor intrinsik).

3. Faktor Motivasi Douglas Mc Greor

Teori X dan Y Mc Greor beranggapan bahwa manajer teori

X memandang para pekerja sebagai pemalas yang tidak dapat

diperbaiku, sedangkan teori Y memandang bekerja harus

seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa orang – orang

pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan

pekerjaan dengan baik. Teori bahwa seorang manajer itu

mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara mereka

menangani dan motivasi bawahan. 4. Faktor motivasi V- Room

Victor H. Vroom, yang dikutip dalam bukunya Abdul

Madjid yang berjudul Strategi Pembelajaran menjelaskan suatu

(58)

merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh

seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya

akan mengarah kepada hasil yang diingankan tersebut. Artinya,

apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu dan jalan

tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan

akan berupaya mendapatkanya. Teori dari Vroom (1964) tentang

cognitive Theory of Motivation menjelaskan mengapa seseorang

tidak akan melakukan seseuatu yang ia yakini tidak dapat

melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia

inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang

ditentukan oleh tiga komponen, yaitu :

a. Ekpektasi (harapan) keberhasilan terhadap suatu tugas;

b. Instrumentalis (nilai), yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil ia dalam melakukan tugas (keberhasilan

tugas untuk mendapatkan outcome tertentu;

c. Valensi (hasil),yaitu respons terhadap outcome seoerti persaan positif, netral, negatuf. Motivasi tinggi jika usaha

menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan, sedangkan

motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari

yang diharapkan.

5. Acchievement Theory Mc Clelland

Dari Mc Clelland dikenal dengan teori kebutuhan untuk

mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang

menyatakan bahwa motivasi itu berbeda – beda sesuai dengan

kekuatan kebutuhan seseorang akan prestaasi. Mc Clelland

(59)

manusia, yaitu:

a. Need for achievement (kebutuhan akan prestasi);

b. Need for affiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan social need yang dikemukakan

Maslow);

c. Need for power (dorongan untuk mengatur).

6. Clayton Alderfer

Clayton Alderfer mengemukakan bahwa teori motivasi ERG

yang didasarkan kepada kebutuhan manusia akan keberadaan

(exsistance), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth).

teori Alderfer dikenal sebagai teori ERG, E = eksistence

(kebutuhan akan eksistensi), R = relatedness (kebutuhan untuk

berhubungan edngan pihak lain), dan G = Growth (kebutuhan

akan pertumbuhan).

2.2.6. Tinjauan Dosen

2.2.6.1. Definisi Dosen

Menurut uu no 14 tahun 2005 pasal 1 (satu) dosen adalah pendidik

profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasi-kan,

mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.3

2.2.6.2. Karakteristik Dosen

Gambar

Tabel 2.1Penelitian yang relevan
Gambar 2.1
StrukturGambar 3.2 Organisasi Universitas Komputer Indonesia
Tabel 3.2Data Informan Pendukung
+3

Referensi

Dokumen terkait

Banyak kemudah- an yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan e-learning dalam proses pembelajaran yaitu bahan ajar dapat diunggah sebelum proses pembelajaran di

[r]

formulir isian Kualifikasi, maka Perusahaan saudara dinyatakan gugur Pembuhian Kualifikasi serta dinyatakan tidak memenuhisyarat untuk diusulkan sebagai Peserta yang

[r]

Indicators of carbon emission intensity from commercial energy use in India 441 Nasr, G.E., Badr, E.A., Dibeh, G. Econometric modeling of

Finally, our total own and cross price elasticities estimates suggest that an increase in the price of aggregate energy does not affect substantially the demand for energy

The requested change is to refactor the specification into core + extensions, so that it is possible to write extensions for different input/output encodings (similar to what was

Bila kita lihat lebih jauh, regulasi mengenai bentuk laporan keuangan yang dikeluarkan AAOIFI misalnya, disamping mengeluarkan bentuk laporan keuangan yang tidak