• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TEORI KLASIK DAN TEORI KEYNES TENTANG PASAR MAKRO Bahan Ajar Teori Ekonomi Makro (GSEP 308)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 2 TEORI KLASIK DAN TEORI KEYNES TENTANG PASAR MAKRO Bahan Ajar Teori Ekonomi Makro (GSEP 308)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TEORI KLASIK DAN TEORI KEYNES

TENTANG PASAR MAKRO

A. Dasar Filsafat Teori Klasik

Kaum klasik adalah orang-orang yang percaya akan keampuhan sistem ekonomi yang “liberal” atau sistem lassez faire atau sistem di mana setiap orang betul-betul bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi apa pun (dalam batas-batas hokum yang berlaku) bisa mencapai kesejahteraan masyarakat secara otomatis. Teori ekonomi klasik dipelopori oleh Adam Smith (1776). Sistem bebas berusaha, dimana campur tangan pemerintah adalah minimal, sehingga bisa menjamin dicapainya :

a) tingkat kegiatan ekonomi nasional yang optimal (full employment level of activity),

Tujuan :Setelah membaca bab ini, mahasiswa akan memahami Teori Klasik dan Teori Keynes tentang pasar makro.

Sasaran : Mahasiswa diharapkan mampu :

1. Menjelaskan dasar filsafat Teori Klasik dan Teori Keynes

2. Menjelaskan Teori Klasik dan Teori Keynes tentang pasar makro

(2)

b) alokasi sumber-sumber alam dan faktor-faktor produksi lain di antara berbagai macam kegiatan ekonomi secara efisien.

Esensi dari teori makro klasik adalah bahwa : suatu perekonomian lassez faire mempunyai kemampuan untuk menghasilkan tingkat kegiatan (GDP) yang full employment secara otomatis. Pada suatu waktu tertentu GDP mungkin berada di bawah atau di atas tingkat full employment, tetapi kemudian akan segera kembali ke tingkat full employment. Campur tangan pemerintah untuk mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi dalam jangka pendek adalah tidak perlu.

B. Teori Klasik Tentang Pasar Makro

1. Pasar Barang

Menurut teori klasik, di pasar barang tidak mungkin terjadi kelebihan produksi atau kekurangan produksi untuk jangka waktu yang lama. Pendapat semacam ini dilandasi oleh adanya kepercayaan di kalangan kaum klasik bahwa di dunia yang nyata ini :

a) Hukum Say (Say’s law) yang mengatakan bahwa setiap barang yang diproduksi selalu ada yang membutuhkannya (memintanya) (supply creates its own demand) berlaku dan b) harga-harga dari hampir semua barang-barang dan jasa-jasa

adalah fleksibel, yaitu bias dengan mudah berubah (naik atau turun) sesuai dengan tarik-menarik antara penawarannya dan permintaannya.

Hukum Say mengatakan bahwa “supply creates its own demand”, berdasarkan logika bahwa setiap proses produksi mempunyai dua akibat :

(3)

b) memberikan penghasilan kepada pemilik faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut, yang jumlahnya senilai dengan nilai dari hasil produksi tersebut. Jadi secara total di dalam suatu masyarakat pada suatu waktu selalu terdapat cukup penghasilan untuk dibelanjakan pada hasil-hasil produksinya. Kekurangan permintaan akan suatu barang tertentu masih bisa terjadi, tetapi bahwa secara agregat permintaan masyarakat tidak cukup untuk membeli hasil-hasil produksinya sendiri adalah tidak masuk akal.

Kelebihan produksi secara umum adalah tidak mungkin. Harga-harga cukup fleksibel untuk menampung tarik menarik permintaan dan penawaran, maka bila seandainya barang A yang telah diproduksi tidak bisa terjual, mekanisme harga akan mengakibatkan harga barang A turun, dan akan mengakibatkan sesuai dengan hukum permintaan, kenaikan dari jumlah barang A yang diminta konsumen. Kalau harga barang A cukup fleksibel, maka harga tersebut akan terus turun sampai semua kelebihan produksi barang A habis terjual. Perekonomian sekali lagi ada pada posisi keseimbangan antara permintaan dan penawaran baik secara makro maupun secara mikro (full employment). Jadi bagi suatu perekonomian (laissez faire) posisi di luar posisi keseimbangan ini selalu merupakan keadaan sementara saja. Posisi keseimbangan (full employment) inilah yang merupakan posisi yang “normal” bagi perekonomian.

2. Pasar Tenaga Kerja

(4)

yang bersedia untuk bekerja pada tingkat upah tersebut akan memperoleh pekerjaan. Mereka yang menganggur, hanyalah mereka yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah yang berlaku (penganggur yang sukarela). Proses permintaan dan penawaran tenaga kerja pada pasar tenaga kerja disajikan pada Gambar 2.1.

Sumbu vertikal menunjukkan tingkat upah riil, sumbu horizontal menunjukkan jumlah orang yang bekerja di dalam satu masyarakat. D1 adalah kurva permintaan akan tenaga kerja (total

dari kebutuhan oleh produsen-produsen dan pemerintah). S adalah kurva penawaran tenaga kerja yang menunjukkan berapa orang yang bersedia bekerja pada berbagai tingkat upah riil. F menunjukkan jumlah angkatan kerja, yaitu semua orang yang mampu dan bersedia bekerja. Pada posisi ini perekonomian berada pada full employment, di mana seluruh angkatan kerja yang bersedia bekerja dapat bekerja. Kalau suatu waktu produsen mengurangi produksinya (karena barang banyak yang belum laku), maka kurva permintaan akan tenaga kerja akan bergeser ke

Upah

Orang D2

S

W2

NU

O Gambar 2.1. Teori Klasik : Pasar Tenaga Kerja D1

F

W1

(5)

kiri menjadi D2. Tingkat upah yang berlaku turun dari w1 ke w2,

dan jumlah orang yang bekerja turun dari NF ke NU. NF dikurangi

NU adalah jumlah orang yang tidak bekerja, dan mereka

menganggur secara sukarela karena tidak mau bekerja pada tingkat upah yang baru (w2). Bila harga-harga barang sudah

saling menyesuaikan maka semua barang akan terjual dan tingkat produksi menjadi “normal” kembali, sehingga D2 bergeser kembali

ke D1. Akibatnya posisi full employment tercapai kembali, dan

sekali lagi semua yang ada di angkatan kerja bias bekerja, pada tingkat upah riil lama (w1).

3. Pasar Uang

Di pasar uang permintaan akan uang bertemu dengan penawaran akan uang. Mengenai permintaan akan uang, kaum klasik mempunyai suatu teori yang cukup terkenal, yang dinamakan Teori Kuantitas. Teori Kuantitas mengatakan bahwa masyarakat memerlukan uang tunai untuk keperluan transaksi tukar-menukar mereka (misalnya jual beli barang dan jasa). Menurut kaum klasik, karena uang tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali mempermudah transaksi, maka uang akan diminta oleh masyarakat sejumlah yang tidak lebih dari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk “membiayai” proses transaksi mereka. Jadi semakin banyak transaksi yang dilakukan semakin banyak uang tunai yang dibutuhkan oleh masyarakat.

(6)

Penawaran akan uang Ms = ditentukan oleh kebijaksanaan moneter

Permintaan akan uang Md = kPQ

di mana, k = suatu konstanta, Q = GDP dengan harga konstan , P = tingkat harga umum (rata-rata).

Mekanisme pasar akan menyamakan penawaran akan uang dengan permintaan akan uang, sehingga :

Ms = Md = kPQ

Persamaan ini bisa ditafsirkan, bahwa kalau volume uang yang beredar (Md) ditambah dengan, misalnya 10%, maka tingkat harga umum (P) akan naik dengan 10% pula, kecuali bila k dan Q berubah (yang dalam jangka pendek dianggap tidak berubah).

Secara ringkas : pasar uang mempertemukan permintaan akan uang (teori Kuantitas) dan penawaran akan uang. Selanjutnya permintaan dan penawaran akan uang ini menentukan tingkat harga umum.

4. Pasar Luar Negeri

Esensi teori Klasik di sektor luar negeri adalah bahwa suatu perekonomian nasional tak perlu merepotkan diri untuk menyeimbangkan neraca perdagangan mereka dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus, asal saja pemerintahnya mau memakai salah satu dari sistem pembayaran luar negeri, yaitu :

a) Sistem Standar Emas, yaitu sistem di mana uang dalam negeri dijamin penuh dengan emas. Artinya setiap satuan uang tersebut selalu bias ditukarkan dengan emas murni seberat x gram pada Bank sentral.

(7)

(seperti rupiah sekarang), tetapi di samping itu juga menganut sistem kurs devisa yang mengambang. Mengambang ini adalah bahwa pemerintah tidak menentukan kurs atau paritas (perbandingan pertukaran) antara satu rupiah dengan, misalnya dollar, atau mata uang asing lainnya. Kurs rupiah terhadap mata uang asing manapun dibiarkan untuk naik turun secara bebas sesuai dengan tarik-menarik kekuatan-kekuatan pasar devisa.

C. Dasar Filsafat Teori Keynes

Keynes berpendapat bahwa sistem laissez faire murni tidak bisa dipertahankan. Pada tingkat makro, pemerintah harus secara aktif dan sadar mengendalikan perekonomian ke arah posisi full employment-nya, sebab mekanisme otomatis ke arah posisi tersebut tidak bisa diandalkan. Full employment merupakan sesuatu yang hanya bisa dicapai dengan tindakan-tindakan terencana, dan bukan sesuatu yang akan datang dengan sendirinya.

D. Teori Keynes Tentang Pasar Makro

1. Pasar Barang

(8)

sebagian lagi akan ditabung. Menabung tidak menambah permintaan efektif di pasar barang.

Untuk menerangkan pendapat Keynes, misalnya dalam perekonomian hanya ada dua sektor : sektor rumah tangga dan sektor produsen. Daya beli sektor rumah tangga sebagian ditabung di lembaga keuangan. Hanya apabila tabungan tersebut dipinjamkan kepada sektor produsen untuk membiayai investasi mereka, maka daya beli tersebut menjadi permintaan efektif di pasar barang. Kalau misalnya para produsen hanya mau mempergunakan separoh dari tabungan tersebut, maka ini berarti bahwa permintaan efektif di pasar barang berjumlah kurang dari nilai keseluruhan output yang ditawarkan di pasar tersebut. Dengan kata lain tidak semua barang yang diproduksi akan terbeli.

KemungkinanKekurangan Produksi. Besar kecilnya permintaan efektif (total) sangat tergantung pada keputusan para konsumen (rumah tangga) mengenai besar pengeluaran konsumsinya dan keputusan para produsen mengenai besarnya investasi yang mereka ingin laksanakan dalam periode tersebut.

Menurut Keynes, keputusan pengeluaran konsumsi rumah tangga cukup stabil dan biasanya hanya berubah apabila tingkat pendapatan rumah tangga berubah. Menurut Keynes, yang sulit diterka adalah perilaku produsen dalam pengeluaran investasinya, sehingga gejolak pengeluaran investasi inilah yang sangat menentukan gejolak GDP dan kesempatan kerja.

(9)

tergantung pada tersedianya kapasitas produksi yang belum terpakai dalam masyarakat. Bila masih cukup banyak kapasitas produksi yang belum bekerja secara penuh, maka kelebihan permintaan efektif akan menaikan produksi (GDP) pada periode berikutnya tanpa menaikkan harga-harga. Tetapi apabila kapasitas produksi sudah dalam pengerjaan penuh, maka kelebihan permintaan efektif tersebut tidak bisa diimbangi dengan kenaikan produksi (GDP), sehingga kelebihan permintaan seluruhnya akan mengakibatkan kenaikan harga-harga (inflasi).

2. Pasar Uang

Pasar uang adalah pertemuan antara permintaan dan penawaran akan uang. Permintaan akan uang adalah kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk menunjang kegiatan ekonominya. Sedangkan penawaran akan uang adalah jumlah uang yang disediakan oleh pemerintah dan bank-bank, yaitu seluruh uang kartal dan uang giral yang beredar.

Menurut Keynes, permintaan akan uang bersumber pada 3 macam kebutuhan akan uang : (a) kebutuhan transaksi, (b) kebutuhan berjaga-jaga, dan (c) kebutuhan spekulasi. Ketiga macam kebutuhan ini disebut 3 motif (alasan) mengapa orang memegang uang.

Permintaan akan uang untuk transaksi ditentukan oleh : (a) volume output yang ditransaksikan (GDP riil) dan (b) tingkat harga umum. Dalam hal ini Keynes tidak berbeda dengan Kaum Klasik. Permintaan uang untuk berjaga-jaga relatif kecil dan dalam analisa bisa diabaikan.

(10)

obligasi (surat berharga). Apabila harga obligasi diharapkan untuk naik di masa mendatang, maka orang akan membeli obligasi dengan uang tunainya hari ini. Ini berarti uang tunai yang saat ini ia ingin pegang (untuk tujuan spekulasi) berkurang. Sebaliknya, apabila harga obligasi diharapkan turun, maka permintaannya akan uang tunai saat ini bertambah (ia lebih senang menjual obligasi yang ia pegang dan memperoleh atau memegang uang tunai sekarang).

Hubungan antara harga obligasi dan tingkat bunga yang berlaku adalah berkebalikan. Harga obligasi naik sama saja artinya dengan tingkat bunga turun. Sebaliknnya, harga obligasi turun berarti tingkat bunga naik. Bila harga obligasi diharapkan naik, ini berarti bahwa harga obligasi saat ini dianggap terlalu rendah. Bila harga obligasi diharapkan turun, ini berarti bahwa harga obligasi saat ini dirasa terlalu tinggi.

Keynes mengatakan bahwa permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini tinggi apabila tingkat bunga saat ini (dirasa) rendah, dan permintaan untuk spekulasi saat ini rendah apabila tingkat bunga untuk spekulasi mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan tingkat bunga (saat ini). Ini adalah ini teori moneter Keynes.

Permintaan masyarakat total akan uang tunai adalah permintaannya untuk transaksi plus permintaannya untuk spekulasi.

di mana : Md = permintaan total akan uang dalam arti riil (Liquidity Preference), kQ = permintaan akan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga, (r) = permintaan akan uang untuk motif spekulasi yang dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat bunga yang

Md = P [k.Q +

(11)

berlaku (r). Permintaan untuk berjaga-jaga diabaikan. Fungsi permintaan akan uang ini disebut juga sebagai fungsi Liquidity Preference. Di pasar uang Liquidity Preference bertemu dengan penawaran akan uang dan menentukan “harga” dari penggunaan uang, yaitu tingkat bunga.

Tingkat bunga merupakan penghubung utama antara pasar uang dengan pasar barang, sebab tingkat bunga menentukan berapa pengeluaran investasi yang direncanakan oleh investor, dan selanjutnya pengeluaran investasi ini menentukan tingkat permintaan agregat. Penghubung lain antara kedua pasar ini adalah tingkat harga (P) dan output (Q), karena kedua variable ini mempengaruhi Liquidity Preference (Md). Jadi hubungan antara kedua pasar tersebut adalah timbal balik.

3. Pasar Tenaga Kerja

Dalam teori Keynes, pasar tenaga kerja mengikuti pasar barang. Apabila output (Q) naik maka jumlah orang yang mendapat pekerjaan atau tingkat employment (N) juga naik. Sebaliknya, N turun apabila Q turun. Menurut Keynes, anggapan-anggapan kaum Klasik khususnya mengenai fleksibelitas sempurna dari harga-harga dan tingkat upah dan reaksi yang cepat dan rasional dari para pelaku ekonomi, tidak selalu cocok dengan kenyataan. Proses menuju ekuilibrium yang baru, dalam kenyataan, memakan waktu yang kadang-kadang cukup lama,

Pasar

(12)

tergantung pada berapa besar hambatan-hambatan yang merintangi proses tersebut. Hambatan-hambatan ini termasuk : (a) ketegaran dan fleksibilitas yang tidak sempurna dari harga-harga dan (terutama) upah, meskipun pengangguran ada di mana-mana, dan (b) kelambatan reaksi para pelaku ekonomi (produsen, konsumen, buruh) terhadap situasi ekonomi yang baru. Kasus hambatan yang sering adalah adanya ketegaran tingkat upah (nominal) untuk turun, meskipun pada masa depresi dan pengangguran masal. Dari segi kebijaksanaan, konsepsi Keynes menyarankan bahwa seyogyanya pemerintah tidak mengandalkan pada proses alamiah dari kaum Klasik. Untuk membawa perekonomiannya ke posisi full empoyment, pemerintah harus aktif melakukan sesuatu, dan bukanya hanya menunggu bekerjanya proses alamiah tersebut. Satu tindakan yang bisa uang diambil pemerintah dalam menghadapi keadaan depresi dan pengangguran adalah meningkatkan pengeluaran pemerintah (G). Kenaikan G melalui proses multiplier akan menaikkan permintaan agregat (Z).

Pada kasus sebaliknya, Z naik, maka tindakan pemerintah adalah menurunkan G melalui misalnya pengurangan pos-pos pengeluaran pemerintah (APBN), dan dapat diperkuat dengan menaikkan pajak dan tingkat bunga.

RINGKASAN

(13)

berlaku) bisa mencapai kesejahteraan masyarakat secara otomatis.

2. Menurut Teori Klasik, di pasar barang tidak mungkin terjadi kelebihan produksi atau kekurangan produksi untuk jangka waktu yang lama. Suatu perekonomian (laissez faire) akan selalu kembali pada posisi keseimbangan antara permintaan dan penawaran baik secara makro maupun secara mikro(full employment).

3. Teori klasik menyatakan bahwa pada tingkat upah (riil) yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang yang bersedia untuk bekerja pada tingkat upah tersebut akan memperoleh pekerjaan sehingga. tidak ada kemungkinan timbulnya pengangguran suka rela.

4. Teori kaum klasik mengenai permintaan akan uang dinyatakan dalam Teori Kuantitas, bahwa masyarakat memerlukan uang tunai untuk keperluan transaksi tukar-menukar mereka.

5. Teori Klasik di sektor luar negeri adalah bahwa suatu perekonomian nasional tak perlu merepotkan diri untuk menyeimbangkan neraca perdagangan mereka dengan kebijaksanaan-kebijaksanan khusus, asal saja pemerintah mau memakai salah satu sistem pembayaran luar negeri, yaitu sistem standar emas atau standar kertas dan kurs devisa yang fleksibel.

6. Menurut teori Keynes, full employment merupakan sesuatu yang hanya bisa dicapai dengan tindakan-tindakan terencana, dan bukan sesuatu yang akan datang dengan sendirinya.

(14)

8. Menurut Keynes, permintaan akan uang bersumber pada tiga macam kebutuhan akan uang, yaitu (1) kebutuhan transaksi, (2) kebutuhan berjaga-jaga, dan (3) kebutuhan spekulasi.

9. Menurut Keynes, anggapan bahwa terdapat fleksibelitas sempurna dari harga-harga dan tingkat upah dan reaksi yang cepat dan rasional dari para pelaku ekonomi, tidak selalu cocok dengan kenyataan. Proses menuju keseimbangan baru, dalam kenyataan, memakan waktu cukup lama tergantung pada besar hambatan-hambatan yang merintangi proses tersebut.

LATIHAN

1. Jelaskan dasar teori ekonomi makro menurut kaum Klasik ! 2. Mengapa menurut Teori Klasik, di pasar barang tidak mungkin

terjadi kelebihan produksi atau kekurangan produksi untuk jangka waktu yang lama ?

3. Jelaskan secara grafik dan verbal proses permintaan dan penawaran tenaga kerja pada pasar tenaga kerja menurut Teori Klasik !

4. Teori Kuantitas menyatakan bahwa masyarakat memerlukan uang tunai hanya untuk keperluan transaksi tukar menukar mereka. Mengapa demikian ?

5. Jelaskan dua sistem pembayaran luar negeri yang disarankan oleh Teori Klasik !

6. Apa dasar Keynes menolak Hukum Say yang dikemukakan kaum Klasik?

(15)

Gambar

Gambar 2.1.Upah

Referensi

Dokumen terkait