• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Ekonomi 2.2 Pengertian Makro Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Ekonomi 2.2 Pengertian Makro Ekonomi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB 2

LANDASAN TEORI 2.1 Teori Ekonomi

Asal kata dari Ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga. Dengan kata lain ekonomi adalah semua hal yang menyangkut dengan perikehidupan dalam rumah tangga. Kata rumah tangga bukan hanya sekedar mengarah pada satu keluarga tetapi yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara dan dunia (Putong, 2013).

Menurut P.A Samuelson dalam buku Putong (2013:3) ilmu ekonomi adalah suatu studi bagaimana orang-orang dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat dipergunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai orang dan golongan masyarakat.

Menurut Sadono Sukirno dalam buku Putong (2013:3) ilmu ekonomi menganalisa biaya dan keuntungan dan memperbaiki corak penggunaan sumber - sumber daya.

Menurut Mankiw dalam buku Putong (2013:4) ekonomi adalah studi tentang bagaimana masyarakat mengelola sumber daya yang selalu terbatas atau langka.

Ilmu ekonomi pada dasarnya adalah ilmu sosial, Karena manusia dan perilaku akan kebutuhannya yang menjadi objek penelitiannya. Ilmu ekonomi terbagi dalam dua bagian besar yaitu Ilmu Ekonomi Mikro dan Ilmu Ekonomi Makro.

2.2 Pengertian Makro Ekonomi

Pengertian ilmu ekonomi makro menurut Putong (2013:273) merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang pada khususnya mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan. Tujuan ilmu ekonomi makro adalah untuk memahami peristiwaq ekonomi dan untuk memperbaiki kebijkan ekonomi. Ekonomi makro lebih terfokus pada perilaku ekonomi secara keseluruhan, seperti total output suatu produk dan jasa, tingkat inflasi dan pengangguran, dan tingkat nilai tukar. Makro ekonomi melihat pasar secara luas bagaimana suatu barang dijual. Ekonomi makro fokus kepada perilaku dan politik yang mempengaruhi konsumsi dan investasi, tentang nilai

(2)

2.3 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDB) yang dalam lingkup provinsi disebut Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di suatu negara (M. Raharjo, 2011). Pada dasarnya, PDRB merupakan jumlah output yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu regional atau provinsi di suatu negara. PDRB sendiri dibagi menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan.

PDRB atas dasar harga berlaku adalah PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan merupakan PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung memakai harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar (Statistik Indonesia 2013).

Jadi dalam bahas sederhananya PDRB adalah merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu satu tahun di suatu wilayah tertentu. PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah.

Salah satu cara untuk melihat kemajuan ekonomi adalah dengan mencermati nilai pertumbuhan PDRB. Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga konstan, karena nilai PDRB ini tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, sehingga perubahan yang diperoleh merupakan perubahan riil yang tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga.

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini dapat dihitung melalui tiga pendekatan, yaitu:

- Pertama; Segi produksi, PDRB merupakan jumlah netto atas suatu barang dan jasa yang dihasilkan untuk unit-unit produksi dalam suatu wilayah dan lainnya dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

- Kedua; Segi Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa (pendapatan) yang diterima oleh faktor-faktor produksi karena ikut serta dalam proses produksi suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

(3)

- Ketiga: Segi pengeluaran, PDRB merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan lembaga swasta non profit, investasi serta ekspor netto biasanya dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

Berdasarkan pengertian istilah di atas, maka menurut peneliti arti PDRB adalah sebagai nilai barang dan jasa yang diproduksikan di dalam wilayah tertentu pada periode tertentu. Hal ini didukung dengan pendapat beberapa ahli mengenai pertumbuhan ekonomi namun untuk lingkup yang lebih luas yaitu sebuah negara sedangkan pada penelitian ini menggunakan PDRB untuk lingkup provinsi.

2.4 Pertumbuhan ekonomi

Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya, sementara untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan ekonomi (Putong 2013:411). Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Untoro dalam Purnamasari, 2011:10). Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan merupakan kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya (Kuznets dalam Purnamasari, 2009:11). Pertumbuhan merupakan gambaran dari kenaikan keadaan ekonomi suatu negara. Selain itu pertumbuhan ekonomi juga merupakan gambaran dari keadaan suatu masyarakat. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara maka dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi negara tersebut baik, sedangkan apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara rendah hal itu menggambarkan keadaan ekonomi negara tersebut buruk. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses dari kenaikan produk domestik bruto.

(4)

2.4.1 Teori pertumbuhan ekonomi klasik

Para ahli ekonomi di era klasik mengemukakan bahwa pemupukan modal adalah kunci untuk mencapai kemajuan atau dengan kata lain untuk mencapai pembangunan yang tinggi dibutuhkan peran modal sebagai bagian terpenting. Penggunaan modal tersebut untuk meningkatkan produksi dari sisi penawaran yang tinggi, sehingga berdampak pada tingginya jumlah permintaan. Namun dalam prakteknya, penawaran yang tinggi tersebut tidak diimbangi oleh permintaan yang tinggi pula sehingga menimbulkan masalah seperti kelebihan produksi, penganguran dan deflasi. Tokoh-tokoh pertumbuhan Klasik diantaranya yaitu Adam Smith, David Ricardo. Secara umum asumsi yang digunakan oleh Kaum Klasik yaitu perekonomian dalam keadaan full employment, perekonomian terdiri dari dua sektor (produsen dan konsumen). Ahli ekonomi klasik meyakini adanya pasar sempurna- pasar bebeas yang secara otomatis bebas dari campur tangan pemerintah dan perekonomian diserahkan kepada mekanisme pasar. ( Jhingan, 2013:110)

1. Pandangan Adam Smith

Adam Smith merupakan ahli ekonomi klasik yang dianggap paling terkemuka dan yang pertama kali mengemukakan kebijksanaan laissez-faire. Adam Smith juga merupakan ahli ekonomi yang banyak berfokus pada permasalahan pembangunan. Inti dari proses pertumbuhan ekonomi menurut Smith dibagi menjadi dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Mengenai peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi, Smith berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, maka akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Perkembangan spesialisasi dan pembagian kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi karena adanya spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi. Pendapat dari Sukirno tersebut diperkuat dengan adanya pernyataan dalam buku Jhingan yang menyatakan pembagian kerja yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Smith juga menghubungkan kenaikan itu dengan: meningkatnya keterampilan pekerja, penghematan waktu dalam memproduksi barang, penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga. Seperti ahli ekonomi modern, Smith menganggap pemupukan modal sebagai syarat mutlak bagi pembangunanan ekonomi (Jhingan, 2013: 82).

(5)

2. Pandangan David Ricardo

Pandangan Ricardo mengenai proses pertumbuhan ekonomi tidak jauh berbeda dengan pendapat Adam Smith yang berfokus pada laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output. David Ricardo mengungkapkan adanya keterbatasan faktor produksi tanah yang bersifat tetap sehingga akan menghambat proses pertumbuhan ekonomi. Proses pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo dalam buku (Sukirno,2010)

1. Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam masih melimpah sehingga para pengusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung pada keuntungan, maka laba yang tinggi tersebut akan diikuti dengan pembentukan modal yang tinggi pula. Pada tahap ini maka akan terjadi kenaikan produksi dan peningkatan permintaan tenaga kerja.

2. Tahap kedua karena jumlah tenaga kerja diperkerjakan bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah tersebut akan mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan mutunya akan semakin rendah. Akibatnya, setiap tambahan hasil yang diciptakan oleh masing - masing pekerja akan semakin berkurang. Dengan semakin terbatasnya jumlah tanah yang dibutuhkan, maka harga sewa lahan akan semakin tinggi. Hal ini akan mengurangi keuntungan pengusaha yang menyebabkan pengusaha tersebut mengurangi pembentukan modal dan menurunkan permintaan tenaga kerja yang berakibat pada turunnya tingkat upah.

3. Tahap ketiga ditandai dengan menurunnya tingkat upah dan pada akhirnya akan berada pada tingkat minimal. Pada tingkat ini, perekonomian akan mencapai stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan.

Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi. Persamaannya

adalah :

Y = f(K, L, R, T)

(6)

K = jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan L = jumlah dan kualitas tenaga kerja yang digunakan R = jumlah dan jenis kekayaan yang digunakan T = tingkat teknologi yang digunakan

2.4.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Neoklasik

Teori ini dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dan T.W Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan besarnya output yang saling berinteraksi. Teori ini menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya subtitusi antara kapital dan tenaga kerja. Hal ini memungkinkan fleksibilitas dalam rasio modal output dan rasio modal-tenaga kerja. Teori SolowSwan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga campur tangan pemerintah tidak diperlukan. Campur tangan pemerintah hanya sebatas pada kebjakan fiskal dan moneter (Tarigan, 2006). Penganut teori ini berpendapat bahwa keterbelakangan tidak disebabkan oleh eksploitasi negara pusat kepada periferi, melainkan leih pada pengaruh intern dalam negara yang terbelakang tersebut. Besarnya campur tangan pemerintah dalam aktivitas ekonomi, merebaknya korupsi, kurangnya investasi bidang ekonomi, serta kesalahan dalam mengalokasikan sumber daya, merupakan sumber utama keterbelakangan negara tersebut menurut Todaro dalam buku Subandi (2014:44). Dalam hal ini, peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang diinginkan. Namun,demikian, teori ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan dan mobilitas faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengatur tanpa pembatasan. Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah yang berupah rendah (Arsyad, 1999). Dalam bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan Neo Klasik Solow memakai fungsi agregat standar (Todaro, 2006) :

Y = Aeµt .Kα.L1-α...(1) Y = Produk Domestik Bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja non terampil

(7)

A = konstanta yang merefleksikan tingkatan tekonologi dasar e ^µt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi

α = melambangkann elastisitas output terhadap model, yaitu

persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1% penambahan modal fisik dan modal manusia. Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yaitu kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2006).

2.4.3 Teori Harrod-Domar

Teori ini dikembangkan oleh dua ahli ekonomi sesudah Keynes, yaitu Evsey Domar dari Massachusetts Institute Of Technology dan Sir Roy F. Harrod dari Oxford University. Domar mengemukakan teorinya pertama kali pada tahun 1947 dalam Journal American Economic Review, sedangkan Harrod mengemukakan teorinya pada tahun 1939 dalam Economic Journal. Jadi teori tersebut sebenanrnya dikembangkan sendiri-sendiri, namun karena inti teori tersebut sama, maka sekarang dikenal sebagai teori Harrod- Domar.

Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang. Sedangkan Harrod-Domar menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang (Subandi, 2012:57).

Teori Harrod-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Pertama ia menciptakan pendapatan dan kedua, ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Selama investasi neto tetap berlangsung pendapatan nyata dan output terus meningkat. Jadi apabila perkembangan ekonomi hendak dipertahankan dalam jangka panjang, maka investasi senantiasa harus diperbesar, agar pertumbuhan pendapatan dapat cukup menjamin penggunaan kapasitas produksi secara penuh atas stok modal yang sedang tumbuh. (Jhingan, 2013:229)

(8)

2.5 Penanaman Modal

Secara umum investasi di Indonesia dibedakan menjadi dua macam yaitu: penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).

Menurut Lusiana (2012:36), investasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh individu (perseorangan) atau badan hukum dalam upaya meningkatkan atau mempertahankan nilai modalnya baik berbentuk uang tunai, peralatan, aset tak bergerak, hak kekayaan intelektual, maupun keahlian.

Dalam Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal, pada pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa, “penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.”

2.5.1 Penanaman Modal Dalam Negeri

Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia ataupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak. (Undang- undang nomor 25 tahun 2007)

2.5.2 Penanaman Modal Asing

Menurut Undang-undang nomor 25 tahun 2007 pasal 1 ayat (3) penanaman modal asing adalah “kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan penanam modal asing baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dalam negeri.” Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di Indonesia. Modal asing adalah modal yang dimiliki negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki pihak asing.

Menurut Lusiana (2012:39) pada dasarnya kegiatan penanaman modal diklasifikasikan atas dua kategori besar, yaitu :

(9)

1 Investasi Langsung Atau Penanaman Modal Jangka Panjang.

Penanaman modal jangka panjang ini dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan patungan dengan mitra lokal, melakukan kerja sama operasi tanpa membentuk perusahaan baru, mengkonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal, memberikan bantuan teknis dan manajerial maupun memberikan lisensi dan lain-lain.

2 Investasi Tidak Langsung Atau Penanaman Modal Tidak Langsung.

Penanaman modal tak langsung umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penanaman modal ini disebut penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual-beli saham ataupun mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat, tergantung fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang hendak mereka perjualbelikan.

Namun ada juga yang membagi investasi asing di Indonesia menjadi tiga, yaitu : Portfolio, Foreign Direct Investment (FDI) dan credit ekspor. Foreign Direct Investment (FDI) melibatkan pihak investor secara langsung dalam operasional usaha yang dilaksanakan sehingga dinamika usaha yang menyangkut tujuan perusahaan tidak lepas dari pihak yang berkepentingan/ investor asing, Purnomo dan Ambarsari (2005). Portofolio merupakan investasi keuangan yang dilakukan di luar negeri dengan cara investor membeli utang atau sekuritas dengan harapan mendapat manfaat financial dari investasi tersebut. Foreign Direct Investment (FDI) dapat diartikan sejumlah penanaman modal dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain. Foreign Direct Investment (FDI) merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi yang mengglobal. Foreign Direct Investment (FDI) dianggap lebih berguna bagi negara dibandingkan investasi pada ekuitas perusahaan karena investasi ekuitas berpotensi terjadinya capital outflow sebab investasi ekuitas ini lebih bersifat jangka pendek dan sewaktu-waktu dapat ditarik secara tiba-tiba dan menimbulkan kerentanan ekonomi.

Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung asing adalah sebuah tindakan investasi lintas batas yang dilakukan suatu pribadi atau badan dari suatu lingkungan ekonomi kedalam perusahaan didalam lingkungan ekonomi lainnya yang biasa disertai dengan kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi kontrol dari manajemen. Definisi lainnya yaitu FDI terjadi jika sebuah perusahaan menginvestasikan aktivitas bisnis mereka diluar negara asalnya. (Hill, 2011:232-242)

(10)

Foreign direct investment (FDI) terdiri dari inward dan outward. Inward foreign direct investment adalah investasi dari mancanegara ke dalam negeri, sedangkan outward foreign direct investment merupakan investasi ke negara lain. Foreign direct investment (FDI) bermula saat sebuah perusahaan dari suatu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di negara asal (home country) bisa mempengaruhi perusahaan yang ada di negara tujuan investasi (host country) baik sebagian atau seluruhnya. Negara penerima (host country) foreign direct investment akan menerima keuntungan antara lain adanya alih teknologi dalam bentuk varietas baru dari capital inputs yang tidak dapat dicapai melalui investasi keuangan (financial investment) atau perdagangan barang dan jasa. Foreign direct investment juga dapat mempromosikan kompetisi pada pasar domestik (domestic output market). Penerima Foreign Direct Investment (FDI) memberikan pelatihan bagi karyawan yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan sumberdaya manusia di host country. Laba yang dihasilkan oleh Foreign Direct Investment (FDI) juga memberikan kontribusi terhadap pajak pendapatan (Razin dan Sakda, 2002). Indonesia dapat juga menjadi kedua-duanya yaitu sebagai home dan host country. Sebagai host country atau negara tujuan, investasi di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Foreign direct investment (FDI) dapat dilakukan dengan membeli perusahaan di luar negeri yang sudah ada atau menyediakan modal untuk membangun perusahaan di negara tujuan.

Tujuan Penanaman Modal

Menurut Undang-undang nomor 25 tahun 2007, adapun tujuan penyelenggaraan penanaman modal adalah:

a Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. b Menciptakan lapangan kerja.

c Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. d Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional. e Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional. f Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

(11)

g Mengelola ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riel dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. h Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Manfaat FDI

Beberapa potensi keuntungan dari Foreign Direct Investment (FDI), yaitu (Appleyard,Field dan Cobb, 2008):

a. Kebaikan output: Adanya kenaikan jumlah modal serta sumber daya lain maka akan menambah jumlah output dari aliran faktor-faktor produksi.

b. Kenaikan upah: Dengan adanya kenaikan jumlah modal diharapkan akan terjadi kenaikan pada upah.

c. Kenaikan jumlah pekerja: Dengan adanya FDI yang masuk diharapkan jumlah pengangguran dapat terserap oleh lapangan pekerjaan baru yang dihasilkan dengan adanya FDI.

d. Kenaikan penerimaan pajak: Bertambahnya jumlah proyek investasi asing , maka pemerintah dapat menggunakannya menjadi sumber penerimaan pajak baru.

e. Penyerapan teknik produksi, manajemen, dan teknologi baru: Dengan masuknya investasi asing langsung, besar kemungkinan akan terjadi transfer pengetahuan dalam produksi, terutama pengenalan teknologi produksi yang lebih efisien.

2.6 Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau penduduk yang sudah

(12)

berusia 10 tahun keatas, tergolong tenaga kerja. Dalam literatur biasanya adalah seluruh penduduk berusia 15 – 64 tahun. Tetapi kebiasaan yang dipakai di Indonesia adalah seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas ( hasil sensus penduduk 1971 dan 1980 ). Jadi, Tenaga kerja (man power) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan tahun 1990. Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Tenaga kerja terdiri atas 2 kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiatannya sekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya. Angkatan kerja ( labour force ) secara demografis angkatan kerja bergantung dari tingkat partisipasi angkatan kerja, yaitu berapa persen dari tenaga kerja yang menjadi angkatan kerja. Jadi, angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yang memproduksi barang dan jasa. Kelompok angkatan kerja terdiri dari 2 ( dua ) golongan yaitu :

1. Angkatan kerja yang bekerja

a. Mereka yang selama seminggu sebelum sensus melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit dua hari.

b. Mereka yang selama seminggu sebelum sensus tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari tetapi mereka adalah pekerja tetap, petani-petani dan orang-orang yang bekerja dalam kealian.

2. Angkatan kerja yang mencari pekerjaan

a. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari/ mendapatkan pekerjaan.

(13)

b. Mereka yang bekerja pada saat pencacahan sedang menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan.

c. Mereka yang dibebastugaskan dana sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

Bukan angkatan kerja ( not in the labour force ) adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan. Jadi, mereka bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat, atau tidak berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari yaitu :

1. Sekolah adalah mereka yang kegiatannya hanya bersekolah.

2. Mengurus rumah tangga adalah untuk mereka yang kegiatannya hanya mengurus rumah tangga mendapat upah.

3. Penerimaan pendapatan adalah untuk mereka tidak melakukan suatu kegiatan tetapi memperoleh penghasilan, misalnya pensiun, bunga simpanan, hasil persewaan dan sebagainya.

4. Lainnya adalah untuk mereka yang hidupnya tergantung pada orang lain karena usia lanjut, lumpuh, dan sebagainya.

(14)

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Seperti penjelasan sebelumnya mengenai Pertumbuhan Ekonomi, dimana hal itu telah menjadi tujuan utama bagi setiap negara untuk mendorong pertumbuhan ekonominya namun pada penelitian ini lebih spesifik kepada jumlah PDRB. Pertumbuhan ekonomi juga masih menjadi indikator utama dalam mengukur kondisi perekonomian secara makro. Faktor-faktor yang harus dicermati dalam menilai jumlah PDRB diantaranya adalah Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri , Tenaga Kerja

Selain itu, pemerintah juga dituntut untuk dapat melakukan perbaikan dari sisi kebijakan ekonomi, infrastruktur, sosial yang dapat mendorong dan mempercepat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Indonesia.

Penanaman Modal Asing Penanaman Modal Dalam Negeri Tenaga Kerja PDRB

(15)

2.8 Hipotesis

Pengertian hipotesis berdasarkan Uma Sekaran dan Roger Bougie (2013:83) dapat didefinisikan sebagai tentative (belum pasti) , belum diuji, yang mana memprediksi apa yang peneliti harapkan menemukan/temukan dalam data empiris yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Hipotesis yang berasal dari teori dimana model konseptual peneliti didasarkan dan sering berhubungan di alam. Sepanjang garis-garis ini, hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan dugaan logis antara dua atau lebih variabel yang dinyatakan dalam bentuk laporan teruji. Dengan menguji hipotesis dan mengkonfirmasikan hubungan menduga, diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk memperbaiki masalah yang dihadapi.

Berdasarkan penjelasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

1. H1 : Tidak ada pengaruh signifikan antara variabel Penanaman Modal Asing terhadap jumlah PDRB.

Ha : Ada pengaruh signifikan antara variabel Penanaman Modal Asing terhadap jumlah PDRB.

2. H2 : Tidak ada pengaruh signifikan antara variabel Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap jumlah PDRB.

Ha : Ada pengaruh signifikan antara variabel Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap jumlah PDRB.

3. H3 : Tidak ada pengaruh signifikan antara variabel tenaga kerja terhadap jumlah PDRB.

Ha : Ada pengaruh signifikan antara variabel tenaga kerja terhadap jumlah PDRB.

4. H4 :Tidak ada pengaruh signifikan antara variabel Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan tenaga kerja secara simultan terhadap jumlah PDRB

Ha : Ada pengaruh signifikan antara variabel Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan tenaga kerja secara simultan terhadap jumlah PDRB.

(16)
(17)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pendidikan dan proses belajar mengajar pada Politeknik Sendawar, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat

Berdasarkan hasil ujicoba untuk instrumen persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah (X 1 ) diperoleh 34 butir valid dari 40 butir angket yang

BUI REpIuBUK lltD(JHSgtM<J®R!jBU REPU IB REPUBUK ItjtUONbSlA RtR IBUK INDONESIA REP UBUK IP IDONESIA REPl IBUK INDONESIA REP UBUK IP IDONESIA RER IBUK INDONESIA REP

Dengan memanfaatkan metode profile matching dalam merancang sistem pendukung keputusan memiliki keunggulan dengan adanya core factor dan secondary factor sehingga pengguna

Orang tua dapat membantu siswa untuk mengurutkan anggota keluarga berdasarkan tinggi badan, mulai dari yang paling tinggi hingga yang paling pendek... Apa

Maka dari itu, tujuan utama penulisan penelitian ini adalah untuk menentukan faktor potensial dari sikap konsumen terhadap pembelian produk palsu, dan untuk

Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan pada rasio keuangan ROI, ROE, NPM, GPM, ATR, TATO, PER dan EPS sebelum dan sesudah akusisi secara perhitungan

Undangan Mengikuti Seleksi Umum Pengadaan Jasa Konsultansi dapat diambil di sekretariat Kelompok Kerja Pengadaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi Unit Layanan Kab.. Bolaang