BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Fenotip F1 pada persilangan D. melanogaster strain ♂y><♀e, ♂tx><♀dp beserta resriproknya.
Berdasarkan data hasil pengamatan, secara sementara dapat diketahui bahwa pada persilangan ♂y><♀e beserta resiproknya menghasilkan keturunan pertama (F1) yang seluruhnya berfenotip N, yang memiliki ciri mata merah, warna tubuh coklat kekuningan dan sayap menutup tubuh sempurna. Menurut hasil persilangan di atas tampak bahwa sifat dominan dimiliki strain N, yang mengalahkan sifat resesif dari y dan e. Keturunan pertama atau F1 yang dihasilkan dari persilangan di atas bersifat heterozigot. Corebima (1997) menyatakan bahwa suatu karakter heterozigot adalah suatu karakter yang dikontrol oleh dua gen (sepasang) tidak identik (berlainan). Pada persilangan ♂dp><♀tx dan resiproknya juga menghasilkan turunan pertama (F1) yang seluruhnya berfenotip N. Hal ini sesuai dengan hasil analisis rekonstruksi kromosom yang menghasilkan keturunan pertama (F1) yang seluruhnya berfenotip N dan bersifat heterozigot.
6.2 Fenotip F2 pada persilangan D. melanogaster strain ♂y><♀e, ♂tx ><♀dp beserta resiproknya.
Berdasarkan perbandingan F2 itu sementara telah menggambarkan bahwa persentase kemunculan D. melanogaster mulai terlihat berbeda. Persilangan y><e, rekombinan N lebih mendominasi muncul daripada parental. Parental strain y lebih dominan muncul daripada strain e. Sedangkan persilangan dp><tx, rekombinan N lebih mendominasi daripada parental. Parental strain tx lebih mendominasi muncul daripaada strain dp.
terjadinya fenomena hukum Mendel II yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan karakter-karakter berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain (Corebima, 2003).
Untuk memastikan hasil persilangan F2 mengikuti hukum mendel II atau menyimpang dari hukum mendel II (fenomena epistasis), maka dilakukan uji chi-square untuk mendel II dan fenomena epistasis. Hasil dari uji chi-chi-square mendel II menunjukkan secara sementara bahwa hipotesis penelitian ditolak, X hitung (7,840163934) > X2 tabel 0,05 (7,81), rasio fenotipe F2 pada persilangan strain ♀y><♂e menyimpang dari rasio 9:3:3:1. Ini menunjukkan penyimpangan hukum mendel II. Begitu pula dengan persilangan strain ♂y >< ♀, X hitung (8,320279719) > X2 tabel 0,05 (7,81) sehingga hipotesis penelitian juga ditolak.
Sedangkan ketika diuji chi-squre epistasis menunjukkan secara sementara bahwa hipotesis penelitian diterima, sehingga menunjukkan fenomena epistasis dengan perbandingan 9:4:3. Selain dari uji chi- square yang menunjukkan epistasis, ternyata diperkuat lagi dari letak gen pada alela yang berbeda. Gen y dan gen e bukan terletak pada satu alela yang sama yaitu y pada kromosom I dan e pada kromosom III dari peta parsial kromosom D. Melanogaster. Gen y dan e menghasilkan satu sifat beda yaitu terlihat dari mutan D. Melanogaster strain e yang warna tubuhnya abu-abu kehitaman sedangkan D. Melanogaster strain y tubuhnya berwarna kuning. Satu sifat beda ini akan saling menutupi satu sama lainnya.
Selain itu, menurut Gardner,dkk(1984) dalam Corebima (2003) “Gen-gen yang mengontrol sintesis enzim-enzim yang terlibat dalam tahap-tahap yang berbeda dari jalur metabolisme yang sama secara fungsional tidak akan independen, sebagai suatu akibat gen-gen demikian tidak akan menghasilkan rasio pemisahan mendel klasik, sebaliknya gen-gen itu akan menghasilkan rasio pemisahan fenotip yang termodifikasi.” Ini menunjukkan adanya fenomena epistasis persilangan ♂y><e dan ♂e><♀y.
hasil persilangan itu, maka dilakukan uji chi-square mendel II dan epistasis. Menurut uji mendel II, X hitung (8,1839571) > X2 tabel 0,05 (7,81), hipotesis penelitian ditolak sehingga rasio fenotipe F2 pada persilangan strain ♂tx><♀dp menyimpang dari rasio 9:3:3:1. Begitu pula dengan resriproknya. X hitung (9,1907757) > X2 tabel 0,05 (7,81), hipotesis penelitian ditolak sehingga rasio fenotipe F2 pada persilangan strain ♀♂dp><♀tx juga menyimpang dari rasio.
Menurut uji chi-square menunjukkan secara sementara bahwa hipotesis penelitian diterima. Uji ini menunjukkan adanya fenomena epistasis dengan perbandingan 9:4:3. Selain dari uji chi- square yang menunjukkan epistasis, ternyata diperkuat lagi dari letak gen pada alela yang berbeda. Gen dp dan gen tx bukan terletak pada satu alela yang sama yaitu dp pada kromosom II dan tx pada kromosom III dari peta parsial kromosom D. Melanogaster. Gen dp dan tx menghasilkan satu sifat beda yaitu terlihat dari mutan D. Melanogaster strain dp yang sayapnya melekuk sedangkan D. Melanogaster strain tx sayapnya njeprak. Satu sifat beda ini akan saling menutupi satu sama lainnya.
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan Sementara
7.1.1 Fenotip F₁ yang dihasilkan dari persilangan Drosophila melanogaster strain
♀e><♂y adalah ♀y, ♂N sedangkan ♂y><♀e dihasilkan N, sedangkan F₂ yang dihasilkan dari persilangan tersebut adalah N, e, dan y.
7.1.2 Fenotip F₁ yang dihasilkan dari persilangan Drosophila melanogaster strain
♂dp><♀ tx beserta resiproknya adalah N, sedangkan F₂ yang dihasilkan dari persilangan tersebut adalah N, dp, dan tx.
7.1.3 Uji Chi-square menunjukkan rasio 9:4:3, sehingga terbukti persilangan Drosophila melanogaster strain ♀e><♂y dan ♂dp><♀ tx beserta resiproknya adalah fenomena epistasis resesif.
7.2 Saran
7.2.1 Sebaiknya penelitian ini dilakukan dengan ketekunan, ketelitian, serta
kesabaran yang tinggi agar dalam penelitian mendapatkan hasil yang maksimal. 7.2.2 Sebaiknya pada saat melakukan pengamatan fenotip pada hasil persilangan,
baik F₁ dan F₂ dilakukan secara teliti sehingga kesalahan dalam melakukan pengamatan fenotip dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil, dkk. 2002. Biologi jilid I Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Coeribima, AD. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.
Suryo. 1986. Genetika Strata I. Yogyakarta: UGM Press.