• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab-iii-atenuasi-dan-distorsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab-iii-atenuasi-dan-distorsi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

Atenuasi Dan Distorsi

3.1

Keadaan Sinyal yang Ditransmisikan

Gambar 3.1 Keadaan Sinyal yang Ditransmisikan

1 0 1 0

1 0 1 1

Bit yang dikirim

Sinyal yang dikirim

Atenuasi

Pengaruh lebar pita yang terbatas

Distorsi tunda (delay distortion)

Derau saluran

Sinyal yang diterima

Sampling

Bit yang diterima

(2)

Jika Anda perhatikan gambar di atas, ternyata sinyal yang ditransmisikan tidak bebas dari berbagai gangguan. Mulai dari pelemahan sinyal (atenuasi), delay, lebar pita terbatas sampai derau saluran.

Para pembuat perangkat keras jaringan selain mengembangkan teknologi jaringan yang canggih, biasanya waktu mereka juga dihabiskan untuk memerangi berbagai macam gangguan atau distorsi semacam ini.

Pada bagian ini kita akan membahas beberapa gangguan tadi. Harapannya agar mahasiswa dapat memahami mengapa media transmisi yang kita bicarakan dalam bab sebelumnya memiliki keterbatasan-keterbatasan.

3.2 Atenuasi

Atenuasi adalah menurunnya level daya sinyal akibat pengaruh jarak transmisi. Untuk menghindari hal ini, jarak media transmisi dibatasi sehingga pengaruh atenuasi tidak banyak mengganggu kualitas sinya. Pengaruh atenuasi terhadap sinyal berbeda-beda antar satu media transmisi dengan lainnya. Untuk mengatasi atenuasi, bisa juga diganakan perangkat seperti

amplifier atau repeater, yang berfungsi meningkatkan kembali level daya sinyal.

Selain jarak, atenuasi sinyal juga merupakan fungsi dari frekuensi. Karena sinyal data biasanya memiliki beberapa komponen frekuensi, maka amplifier biasanya didesain berbeda-beda menyesuaikan dengan frekuensi sinyal. Alat seperti ini disebut dengan equalizer.

Untuk mengukur atenuasi, digunakan rumus sebagai berikut:

Atenuasi = 10 log10 (P1/P2) dB

dimana :

(3)

Contoh-contoh:

1. Sebuah sinyal dikirim melalui media transmisi dengan daya 100 mW. Jika pada penerima daya terukur sebesar 50 mW, berapa Atenuasi

2. Sebuah media transmisi diketahui memiliki Atenuasi sebesar 10 dB. Jika daya terkirim diketahui sebesar 100 mW. Berapa daya yang diterima? Jawab:

3. Sebuah saluran transmisi yang menghubungkan dua buah DTE dibuat dari tiga bagian. Masing-masing bagian memiliki atenuasi berbeda. Bagian pertama memiliki atenuasi 16 dB. Bagian kedua menggunakan amplifier dengan penguatan 20 dB. Dan bagian ketiga memiliki atenuasi 10 dB. Jika daya sinyal yang ditransmisikan sebesar 400 mW, tentukan daya sinyal di bagian penerima?

Jawab:

Untuk bagian pertama (atenuasi):

16 dB = 10 log10 (P1/P2) = 10 log10 (400/P2) P2 = 10,0475 mW

(4)

Untuk bagian ketiga (atenuasi):

10 dB = 10 log10 (P1/P2) = 10 log10 (1004,75/P2) P2 = 100,475 mW

Jadi daya sinyal pada bagian penerima = 100,475 mW.

4. Sebuah media transmisi memiliki 4 bagian. Masing-masing dengan atenuasi 20dB, amplifikasi 20 dB, atenuasi 5 dB dan atenuasi 5 dB. Jika daya sinyal yang dikirim sebesar 100 mW, berapa daya sinyal yang diterima?

Jawab:

Keseluruhan atenuasi dari media transmisi adalah = 20 dB – 20 dB + 5 dB + 5 dB = 10 dB

10 dB = 10 log10 (P1/P2) = 10 log10 (100/P2) P2 = 10 mW

Jadi daya sinyal yang diterima adalah 10 mW.

3.3 Lebar Pita Terbatas

Seperti telah dibahas sebelumnya, lebar pita media transmisi selalu terbatas. Tidak ada media transmisi yang memiliki lebar pita sampai tak terhingga. Akibat lebar pita yang terbatas inilah, ada beberapa komponen frekuensi dari sinyal data yang hilang, yang menyebabkan sinyal menjadi tidak lagi sempurna di sisi penerima.

(5)

Gambar 3.2 Pengarug Efek Lebar Pita Terbatas

Dapat dilihat bagaimana spektrum sinyal R(f) tidak lagi seperti S(f), yang artinya ada informasi yang hilang akibat pengaruh keterbatasan lebar pita ini.

Seorang ahli komunikasi, Nyquist, mendapati bahwa ada hubungan antara bit rate dengan lebar pita sebuah saluran transmisi. Rumusannya dinyatakan oleh persamaan berikut:

C = 2W log2 M

dimana:

C : laju data maksimum (bps)

W : lebar pita saluran transmisi (Hz) M : jumlah level pensinyalan

Contoh:

Sebuah data akan disalurkan melalui kabel telpon dengan skema pensinyalan menggunakan 8 level. Jika lebar pita saluran telpon adalah 3000 Hz, berapa laju data maksimum yang bisa disalurkan?

Jawab:

C = 2W log2 M

= 2 x 3000 x log2 8 = 2 x 3000 x 3

= 18000 bps

Media transmisi dengan lebar pita terbatas

Spektrum sinyal terkirim Spektrum sinyal diterima

(6)

3.4 Distorsi Tunda (Delay Distortion)

Karakteristik dari sinyal sinusoidal adalah kecepatannya berbeda-beda sesuai frekuensi sinyalnya. Padahal, sinyal data yang kita kirim melalui media transmisi, seperti telah disinggung sebelumnya, memiliki beberapa komponen frekuensi. Ini mengakibatkan waktu sampai sinyal berbeda-beda sesuai komponen frekuensinya. Akibatnya, sinyal akan mengalami distorsi tunda, yaitu ketika satu simbol dengan simbol lainnya tidak sampai dalam waktu yang tetap.

Distorsi semacam ini bisa juga mengakibatkan satu simbol bertindihan dengan simbol lainnya, atau yang disebut dengan interferensi antar

simbol (intersymbol interference). Analoginya, Anda bisa membayangkan

kalau kecepatan antar gerbong kereta api berbeda-beda, yang bisa mengakibatkan tabrakan antar gerbongnya.

3.5 Derau Saluran

Idealnya, ketika sebuah saluran transmisi tidak dialiri sinyal maka tidak ada arus listrik di dalamnya alias kosong. Namun pada kenyataannya, sebuah sinyal acak (random) tetap berada di saluran biarpun tidak dialiri sinyal data. Ini bisa disebabkan oleh kualitas media transmisi, suhu, cuaca, atau keadaan fisik lainnya seperti terkoyaknya kabel, terkelupasnya isolasi bahkan sampai pecahnya kaca saluran serat optik.

Sinyal acak seperti ini akan bersifat additif (menambahkan) pada sinyal data yang disalurkannya. Sehingga disebut juga sebagai derau saluran atau

line noise. Dan karena bentuknya yang acak menyerupai distribusi Gaussian, derau ini disebut juga AWGN (Additive White Gaussian Noise).

Tidak ada ahli komunikasi yang bisa memprediksi atau memodelkan derau jenis ini. Mereka hanya bisa memodelkannya sebagai gangguan yang dapat mengurangi performansi sinyal data. Dalam hal ini mengurangi daya sinyal terkirim.

(7)

SNR = 10 log10 (S/N) dB dimana:

SNR = rasio sinyal terhadap derau (dB) S = daya sinyal (Watt)

N = daya derau (Watt)

Jelasnya, semakin tinggi SNR maka semakin baik kualitas saluran transmisi. Sebaliknya, maka kualitasnya sangat buruk.

Contoh:

Suatu media transmisi memiliki SNR sebesar 20 dB. Jika diketahui daya sinyal adalah sebesar 100 mW, berapada daya noise pada saluran transmisi?

Jawab:

SNR = 10 log10 (S/N) 20 = 10 log10 (100/N) log10 (100/N) = 2

100/N = 100  N = 100 mW

Jadi daya noise di saluran transmisi adalah 100 mW.

Kita telah bahas sebelumnya, bahwa ada hubungan antara laju data dengan lebar pita saluran transmisi, yang telah dirumuskan oleh Nyquist. Namun pada teori tersebut diasumsikan saluran transmisi tidak terdapat derau alias bersih dari gangguan.

Untuk saluran transmisi yang memiliki derau, maka Shanon dan Hartley mengemukakan teorinya, yang dirumuskan dalam persamaan Shanon-Hartley sebagai berikut:

C = W log2 (1 + S/N) bps

(8)

C = laju data maksimum (bps)

W = lebar pita saluran transmisi (Hz) S = daya sinyal (Watt)

N = daya noise (Watt)

Contoh:

Sebuah saluran telpon memiliki lebar pita 3000 Hz dengan SNR sebesar 20 dB. Tentukan laju data maksimum yang mampu dialirkan oleh saluran telpon tersebut!

Jawab:

SNR = 20 dB maka S/N = 100 C = W log2 (1 + S/N)

C = 3000 log2 (1 + 100) C = 19.963 bps

(9)

LEMBAR KERJA MAHASISWA

(10)
(11)

3. Sebuah sinyal dengan daya 100 mW dialirkan melalui media transmisi. Pada sisi penerima diketahui daya sinyal telah berkurang 10 % dari daya sinyal yang dikirim. Tentukan atenuasi dari media transmisi tersebut! dengan 16 level pensinyalan akan dialirkan melalui saluran transmisi tersebut, berapa laju data bit maksimum yang diperbolehkan?

(12)

……… ……… ……… ………

5. Sebuah kanal transmisi memiliki SNR sebesar 2 dB. Jika dialirkan sinyal dengan daya 1 Watt, berapa daya sinyal yang diterima?

(13)

Gambar

Gambar 3.1 Keadaan Sinyal yang Ditransmisikan
Gambar 3.2 Pengarug Efek Lebar Pita Terbatas

Referensi

Dokumen terkait

Sebenarnya untuk membuat antena yang dapat bekerja lebih dari satu pita frekuensi, dapat dibuat antena yang mempunyai frekuensi kerja yang lebar ( wideband ) dimana

(1) Pengguna frekuensi radio untuk keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel (wireless broadband) eksisting yang ditetapkan sebagai pengguna blok frekuensi radio atau kanal frekuensi

Pita frekuensi ini digunakan untuk layanan UMTS dan terdapat 4 operator yang menggunakan frekuensi ini dengan 2 diantaranya memiliki lebar pita 15 MHz atau 3

Frekuensi dari sinyal yang berada dibawah pita frekuensi maupun diatas, tidak dapat dilewatkan atau diredam oleh rangkaian band pass filter.. Gambar 2.7 dibawah ini

Band Pass Filter adalah jenis filter yang hanya melewatkan sinyal pada range frekuensi tersebut.. Range kedua frekuensi cut-off inilah

Semua Mode adalah mode-mode yang dapat digunakan oleh Amatir Radio dengan lebar pita yang diizinkan sesuai pita frekuensi radionya.. Amplitudo Modulation

Jaminan Terbatas ini tidak berlaku untuk komponen yang dapat habis dan tidak mencakup produk yang nomor serinya sudah hilang, rusak, atau dianggap cacat akibat (a)

Pemilik IKRAP wajib menjamin pancaran yang dilakukan melalui perangkat pemancarnya dan tidak melebihi batas pita frekuensi radio, lebar pita dan sesuai moda untuk