• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH

LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

PADI NON HIBRIDA

(Sudi Kasus : Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darusslam)

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD SHOLEH 080309045

SEP-PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PARTISPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH

LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

PADI NON HIBRIDA

(Sudi Kasus : Desa Gelanggang Merak Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darusslam)

SKRIPSI

MUHAMMAD SHOLEH 080309045

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Ir. H. Meneth Ginting, MADE) (Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) NIP. 194007151968091001 NIP. 196206241986031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAN

MUHAMMAD SHOLEH (080309045/PKP) dengan judul skripsi

“PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI NON HIBRIDA”.

Studi kasus penelitian di Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian ini dibimbing oleh Prof.Dr.Ir.Meneth Ginting, MADE sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan program SL-PTT, karateristik sosial ekonomi petani program SL-PTT, tingkat partisipasi petani dalam program PTT, perbedaan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT dan hubungan faktor sosial ekonomi petani (tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan/pertemuan) dengan tingkat partisipasi petani dalam program PTT. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengikuti program SL-PTT di daerah penelitian. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman dengan bantuan uji t.

Dari hasil penelitian diperoleh perkembangan program SL-PTT dari segi perkembangan luas lahan, luas areal panen, produktivitas, jumlah produksi dan jumlah kelompok tani mulai tahun 2009 – 2012. Persentase kenaikan luas lahan yang menerapkan program SL-PTT sebesar 100%, persentase kenaikan jumlah kelompoktani yang mengikuti program SL-PTT sebesar 100%, persentase kenaikan luas areal panen 107%, persentase kenaikan produktivitas padi per hektarnya sebesar 11,1% dan persentase kenaikan jumlah produksi sebesar 130%; tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tani Makmur adalah tinggi dengan berada di tangga Patnership level Citizen Power dan pada Kelompoktani Tunas Baru adalah rendah dengan berada di tangga Placation level

Degree of Tokenism; terdapat hubungan antara umur petani, pengalaman bertani dan luas lahan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tani Makmur dan terdapat hubungan antara luas lahan, jumlah tanggungan dan frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tunas Baru.

(4)

RIWAYAT HIDUP

MUHAMMAD SHOLEH, lahir di Gunting Saga pada tanggal 21 Agustus 1989. Anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Syafaruddin

dan Nuraman Tambunan.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah:

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar di SD Dharma Patra Rantau dan tamat

tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Dharma

Patra Ranta dan tamat tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menegah Umum di SMU Patra Nusa dan tamat

tahun 2007.

4. Tahun 2008 diterima di Program Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB.

5. Bulan Juli-Agustus 2012 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Bagan Asahan Baru Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.

6. Bulan Juni-September 2013 melakukan penelitian skripsi di Desa Matang

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

ridhaNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kemudian salawat beriring

salam kepada junjungan alam Rasululah Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul

“Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida“ (Studi kasus penelitian di Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang) yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada

Prof.Dr.Ir.Meneth Ginting, MADE selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Ir.Yusak Maryunianta M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membina, membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada warga

desa, pengurus Kelompoktani dan PPL Pendamping SL-PTT di daerah penelitian

serta seluruh instansi terkait dalam penelitian yang telah membantu penulis dalam

memperoleh data selama penulisan skripsi ini.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada

ayahanda Syafaruddin dan ibunda Nuraman Tambunan, atas kasih sayang yang tak mungkin terbalaskan serta menjadi motivasi penulis selama hidup dan

menjalani perkuliahan hingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Kepada adik adik ku

Imam Syahputra, Fauza Amelia, Tia Syafira, Muhammad Arifin, kalian segalanya.

(6)

dan ESAVATOR 08 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini

bermanfaat. Terima Kasih.

Medan, Oktober 2013

(7)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS... 7

Metode Penentuan Daerah Penelitian... 27

Metode Penentuan Sampel ... 27

Metode Pengumpulan Data ... 28

Metode Analisis Data ... 28

Defenisi dan Batasan Operasional ... 34

Definisi ... 34

Batasan Operasional ... 36

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 37

Deskripsi Daerah Penelitian ... 37

Keadaan Penduduk ... 38

Sarana dan Prasarana ... 40

(8)

Kelompoktani Tunas Baru... 43

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

Perkembangan Program SL-PTT di Daerah Penelitian ... 45

Karateristik Petani Sampel di Daerah Penelitian... 46

Tingkat Partisipasi Petani dalam Program SL-PTT di Daerah Penelitian ... 49

Perbedaan Tingkat Partisipasi Petani di Daerah Penelitian... 63

Hubungan Faktor Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima SL-PTT dengan Tingkat Partisipasi ... 65

Kelompoktani Tani Makmur ... 65

Kelompoktani Tunas Baru... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

Kesimpulan ... 70

Saran ... 71

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1 Delapan Tangga Tingkat Partisipasi Masyarakat 19

2 Skema Kerangka Pemikiran Partisipasi Petani Dalam Program

(10)

DAFTAR TABEL

4 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Matang

Ara Jawa Tahun 2011 38 11 Perkembangan Program SL-PTT di Daerah Penelitian 45 12 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Tingkat Pendidikan 46 13 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Umur 47 14 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Pegalaman Bertani 48 15 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Jumlah Tanggungan 48 16 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Luas Lahan 49

17 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Frekuensi

Penyuluhan 49

18 Analisis Tingkat Kehadiran dalam Pertemuan Petani

Kelompoktani Tani Makmur 51

19 Jumlah Skor Tingkat Partisipasi 52

20 Analisis Tingkat Kehadiran dalam Pertemuan Petani

Kelompoktani Tunas Baru 54

21 Analisis Tingkat Keaktifan dalam Berdiskusi Petani

Kelompoktani Tani Makmur 55

22 Analisis Tingkat Keaktifan dalam Berdiskusi Petani

Kelompoktani Tunas Baru 56

23 Analisis Tingkat Keaktifan dalam Kegiatan Fisik Petani

Kelompoktani Tani Makmur 57

24 Analisis Tingkat Keaktifan dalam Kegiatan Fisik Petani

Kelompoktani Tunas Baru 58

25 Analisis Tingkat Kesediaan untuk Membayar Petani

Kelompoktani Tani Makmur 60

26 Analisis Tingkat Kesediaan untuk Membayar Petani

Kelompoktani Tunas Baru 61

27 Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Makmur dalam Program

SL-PTT 61

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Sketsa/Peta Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Sketsa/Peta Desa Matang Ara Jawa, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten

Aceh Tamiang.

3a. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani Tani Makmur.

3b. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani Tunas Baru.

4a. Skor Tingkat Partisipasi Petani dalam Program SL-PTT pada Kelompoktani

Tani Makmur.

4b. Skor Tingkat Partisipasi Petani dalam Program SL-PTT pada Kelompoktani

Tunas Baru.

5a. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani Tani

Makmur dengan Tingkat Partisipasi dalam Program SL-PTT.

5b. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani Tunas Baru

(12)

RINGKASAN

MUHAMMAD SHOLEH (080309045/PKP) dengan judul skripsi

“PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI NON HIBRIDA”.

Studi kasus penelitian di Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian ini dibimbing oleh Prof.Dr.Ir.Meneth Ginting, MADE sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan program SL-PTT, karateristik sosial ekonomi petani program SL-PTT, tingkat partisipasi petani dalam program PTT, perbedaan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT dan hubungan faktor sosial ekonomi petani (tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan/pertemuan) dengan tingkat partisipasi petani dalam program PTT. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengikuti program SL-PTT di daerah penelitian. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman dengan bantuan uji t.

Dari hasil penelitian diperoleh perkembangan program SL-PTT dari segi perkembangan luas lahan, luas areal panen, produktivitas, jumlah produksi dan jumlah kelompok tani mulai tahun 2009 – 2012. Persentase kenaikan luas lahan yang menerapkan program SL-PTT sebesar 100%, persentase kenaikan jumlah kelompoktani yang mengikuti program SL-PTT sebesar 100%, persentase kenaikan luas areal panen 107%, persentase kenaikan produktivitas padi per hektarnya sebesar 11,1% dan persentase kenaikan jumlah produksi sebesar 130%; tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tani Makmur adalah tinggi dengan berada di tangga Patnership level Citizen Power dan pada Kelompoktani Tunas Baru adalah rendah dengan berada di tangga Placation level

Degree of Tokenism; terdapat hubungan antara umur petani, pengalaman bertani dan luas lahan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tani Makmur dan terdapat hubungan antara luas lahan, jumlah tanggungan dan frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tunas Baru.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki produktifitas pertanian

yang sangat rendah. Hal ini berdampak nyata terhadap situasi perekonomian

nasional yaitu impor beras terus meningkat, inflasi menjadi tak terkendali,

kekurangan pangan dan kesempatan kerja terbatas sehingga menimbulkan

pengangguran. Pembangunan pertanian merupakan langkah awal dalam strategi

pembangunan nasional jangka panjang (Chrisma, 1994).

Pembangunan pertanian menghendaki pertanian yang dinamis yaitu

pertanian yang dicirikan antara lain oleh penggunaan tekhnologi baru yang

berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan

keluarganya dalam melaksanakan kegiatan usaha taninya (Ginting, 1999: 1).

Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

para petani, daerah pedesaan tempat dimana mayoritas petani menjalani

kehidupannya mempunyai beberapa permasalahan seperti tingkat pendidikan

rendah, adanya sikap mental yang kurang mendukung dan masalah-masalah

lainnya. Permasalahan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat

petani pedesaan yang satu sama lain saling berkaitan (Negara S, 2000).

Keberhasilan pembangunan pertanian tidak bisa terlepas dari partisipasi

masyarakat tani. Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah tentunya bertujuan

untuk mencapai masyarakat yang sejahtera sehingga posisi masyarakat merupakan

(14)

oleh pemerintah. Pembangunan tidak akan pernah mencapai tujuannya jika selalu

meningkalkan masyarakat. Pembangunan akan dinilai berhasil jika pembangunan

tersebut membawa sebuah perubahan kesejahteraan dalam masyarakat sehingga

proses pembangunan merupakan proses tawar-menawar antara kebutuhan

masyarakat dan keinginan pemerintah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan

pembangunan partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat mempengaruhi

keberhasilan proses pembangunan itu sendiri (Murtiyanto, 2011).

Partisipasi petani dalam mengikuti kegiatan-kegiatan dipengaruhi oleh

banyak faktor. Wiwik dalam Iwan (2010), mengemukakan adanya beberapa faktor

yang berhubungan dengan tingkat partisipasi. Diantaranya adalah faktor-faktor

yang berasal dari masyarakat itu sendiri, misal dari karaterisik sosial ekonomi

petani sendiri.

Terlepas dari berbagai persoalan, banyak pihak menyadari bahwa kegiatan

penyuluhan pertanian masih sangat diperlukan oleh petani. Kondisi pertanian

rakyat masih lemah dalam banyak aspek, sementara tantangan yang dihadapi

semakin berat, jadi sebenarnya mereka justru memerlukan kegiatan penyuluhan

yang makin intensif, berkesinambungan dan terarah. Untuk mewujudkan kondisi

penyuluhan pertanian seperti ini memang tidak mudah, dan tidak mungkin dapat

dilakukan dalam waktu singkat. Meskipun demikian, upaya-upaya perbaikan yang

nyata perlu segera dilakukan, karena jika tidak, kinerja penyuluhan pertanian yang

memang sudah mengalami kemunduran besar akan semakin memburuk.

Salah satu metode penyuluhan yang berfungsi untuk memecahkan

permasalahan yang terjadi di desa dengan objek metode adalah Metode Sekolah

(15)

guna meningkatkan kualitas dan produktifitas padi. Metode ini sangat membantu

para petani padi dalam melakukan pengelolaan untuk hasil yang lebih baik

(Mar,2010).

Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia merupakan salah satu agenda

besar dalam metode ini. Dengan metode SLPTT ini diharapkan muncul

pendamping yang dapat mendampingi petani di lapangan dalam menemukan dan

memecahkan masalah mereka. Dipilihnya pola ini karena model penyuluhan

sebelumnya belum terbukti mampu memecahkan masalah di lapangan (Mar, 2010).

Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya

yang tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu dalam

melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi

sehingga petani menjai lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya

dalam rangka peningkatan produksi padi. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh,

2012).

Daerah penelitian mulai mendapatkan Program Penyuluhan Pertanian SL

PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) pada tahun 2009 yang

diberikan kepada para petani yang tergabung dalam anggota Kelompok Tani yang

mengelola lahan pertanaman seluas 25 Ha dengan Laboratorium Lahan seluas 1 Ha

sebagai sarana belajar bersama anggota Kelompok Tani.

Dibawah ini kita dapat melihat Tabel luas panen, produksi, dan

produktivitas padi sawah Menurut Kecamatan Tahun 2010, dimana Kecamatan

Manyak Payed adalah Kecamatan yang memiliki Luas panen dan Produksi lebih

besar ( Luas) dari Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang.

(16)

NO Kecamatan Luas Panen (Ha)

Sumber: Dinas Pertanian Kab. Aceh Tamiang, 2012

Pelaksanaan program SL-PTT membutuhkan partisipasi petani dalam

berbagai kegiatan yang diadakan. Pelaksanaan program ini membutuhkan

partisipasi petani dalam berbagai kegiatan yang diadakan, karena pada dasarnya

petanilah yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam program. Untuk

itu, penulis ingin mengetahui tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT padi

non hibrida.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaiamana perkembangan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu

(17)

2. Bagaimana karakteristik petani padi sawah anggota Kelompok Tani (tingkat

pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan dan

frekuensi mengikuti penyuluhan) di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat partisipasi petani dalam program Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi non hibrida di daerah penelitian?

4. Bagaimana perbedaan tingkat partisipasi di daerah penelitian?

5. Bagaimana hubungan karateristik sosial ekonomi petani program SL-PTT padi

non hibrida (tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan,

luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan) dengan tingkat partisipasinya

dalam pelaksanaan program SL-PTT di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan program Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi non hibrida di daerah penelitian selama tiga

tahun terakhir.

2. Untuk mengetahui karakteristik petani padi sawah anggota Kelompok Tani

(tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan

dan frekuensi mengikuti penyuluhan) di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui tingkat partisipasi petani terhadap program Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi non hibrida di daerah penelitian.

(18)

5. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani

dalam program Sekolah Lapang Pengeloaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi

non Hibrida di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan untuk dapat membantu petani dalam memperbaiki

kelemahan dan kekurangan selama menjalankan proses agribisnis.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah terkait untuk membuat

kebijakan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan petani.

3. Sebagai bahan informasi ataupun referensi untuk pengembangan ilmu bagi

(19)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan

cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur.

Program dapat dihasilkan melalui proses perencanaan program yang

diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih alternatif yang

terbaik dalam mencapai tujuan (Mardikanto dan Sutarni, 1990).

Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor rendahnya tingkat

produktivitas usahatani. Tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat

mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama.

Sedangkan seseorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam

mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002).

Petani yang mengusahakan luas lahan yang lebih tinggi akan lebih mudah

merespon metode-metode penyuluhan pertanian karena mereka ingin memperoleh

hasil-hasil pertanian yang lebih meningkat dari sebelumnya. Petani yang sudah

lebih lama bertani memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada petani pemula,

sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan

terhadap anjuran penyuluh. Petani yang berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50

tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan

pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya.

(20)

Metode SLPTT merupakan metode dari Departemen Pertanian (Deptan)

dengan cara memberi pengajaran kepada para petani mengenai pengendalian hama

terpadu, sekolah lapang iklim, dan teknologi budidaya. Petani diajarkan melakukan

pertanian terpadu meliputi pemberian benih, pengendalian hama, penyediaan

teknologi budidaya, dan pupuk secara terpadu (Mar, 2010).

Dalam Departemen Pertanian (2009) upaya pengembangan PTT secara

nasional, Departemen Pertanian meluncurkan metode Sekolah Lapang PTT.

Panduan SLPTT padi ini dimaksudkan sebagai:

1. Acuan dalam pelaksanaan SLPTT padi dalam upaya peningkatan produksi

beras di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

2. Pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan metode peningkatan

produksi padi melalui SLPTT antara di tingkat pusat, provinsi dan

kabupaten/kota.

3. Acuan dalam penerapan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga

dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola

usahataninya untuk mendukung upaya peningkatan produksi.

4. Pedoman dalam peningkatan produktivitas, produksi, pendapatan dan

kesejahteraan petani padi

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah sebuah

tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi

permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai

(21)

sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.

(Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh, 2012).

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) tidak terikat

dengan ruang kelas, sehingga belajar dapat dilakukan di saung pertemuan petani

dan tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam SL-PTT

terdapat satu unit Laboraturium Lapangan (LL) yang merupakan bagian dari

kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi petani bagi anggota kelompoktani dapat

melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan

LL kelompoktani dapat mengacu pada rekomendasi teknologi setempat (Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Aceh, 2012).

Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompoktani yang sudah

terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud adalah kelompoktani yang

dibentuk berdasarkan domisili atau hamparan, diusahakan yang lokasi usahataninya

masih dalam satu hamparan. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar

anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan tinggal saling

berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan

mudah ditiru petani lainnya (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh, 2012).

Dengan adanya metode SLPTT ini, diharapkan para petani mendapatkan

ilmu yang sama mulai dari pemberian benih, pengendalian hama, penyediaan

teknologi budidaya, dan pemberian pupuk. Dalam kegiatan SLPTT para petani akan

dibimbing oleh para petugas penyuluh pertanian, diantaranya Petugas Pengendalian

Organisme Pengganggu Tumbuhan (PPOPT) sehingga dapat lebih menuntun petani

untuk mempelajari tata cara pertanian dengan baik guna peningkatan produksi

(22)

Landasan Teori

Anggota masyarakat bukan merupakan objek pembangunan. Anggota

masyarakat pedesaan sebagian besar terdiri dari petani yang sebagian besar dari

padanya merupakan petani kecil dan bahkan sebagai buruh tani. Kedudukan petani

yang lemah ini harus dirubah menjadi kuat, maju dan mandiri, sehingga peranannya

dalam pembangunan menjadi subjek pembangunan. Bertambah pentingnya

kedudukan anggota masyarakat tersebut dapat diartikan pula bahwa anggota

masyarakat diajak unytuk berperan secara lebih aktif dan didorong untuk

berpartisipasi, namun pemerintah tetap perlu dilibatkan (Adisasmita, 2006).

Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tentunya bertujuan untuk

mencapai masyarakat yang sejahtera sehingga posisi masyarakat merupakan posisi

yang penting dalam proses pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh

pemerintah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembangunan, partisipasi

masyarakat merupakan hal yang sangat memepnagruhi keberhasilan proses

pembangunan itu sendiri. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak

diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan hanyalah

menjadikan masyarakat sebagai objek semata (Muryanto, 2011).

Mikkelsen dalam Usman (2008), mengemukakan bahwa pembangunan

menjadi positif apabila ada partisipasi masyarakat dan sebaliknya kurangnya

partisipasi masyarakat dalam program pembangunan berarti adanya penolakan

secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri dan secara eksternal

(23)

Menurut Umboh dalam Irawaty (2009), pembangunan masyarakat desa

merupakan gerakan pembangunan yang didasarkan atas peran serta dan swadaya

gotong-royong masyarakat. Atas dasar hal tersebut maka kesadaran, peran serta dan

swadaya masyarakat perlu ditingkatkan agar partisipasi masyarakat dalam

pembangunan akan dirasakan sebagai suatu kewajiban bersama. Dengan partisipasi

dan peran serta di sini bukan berarti masyarakat itu hanya berfungsi untuk

memberikan dukungan dan keikutsertaan dalam proses pembangunan atau ikut

berpartisipasi secara aktif (sense of participation), tetapi juga menikmati hasil-hasil pembangunan itu sendiri. Dengan demikian akan tercipta rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab (sense of responbility) dalam proses pembangunan menuju tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara

keseluruhan.

Partisipasi memiliki konotasi yang berbeda-beda untuk berbagai orang,

sebagaimana dirumuskan Van de Ban dan Hawkins (1999) dalam pokok-pokok

tersebut:

1. Sikap kerja sama petani dalam melaksanakan program penyuluhan dengan

cara menghadiri rapat-rapat penyuluhan, mendemonstrasikan metode baru

untuk usaha tani mereka, mengajukan pertanyaan pada agen penyuluhan.

2. Pengorganisasian kegiatan-kegiatan penyuluhan oleh kelompok-kelompok

petani, seperti pertemuan-pertemuan tempat agen penyuluhan memberi

ceramah, mengelola kursus-kursus demonstrasi, menerbitkan surat kabar

tani yang ditulis oleh agen penyuluhan dan peneliti untuk petani.

3. Menyediakan informasi yang diperlukan untuk merencanakan program

(24)

4. Petani tau para wakilnya berpartisipasi dalam organisasi jasa penyuluhan

dalam pengambilan keputusan mengenai tujuan, kelompok sasaran,

pesan-pesan dan metode, dan dalam evaluasi kegiatan.

5. Petani atau organisasinya membayar seluruh atau sebagian biaya yang

dibutuhkan jasa penyuluhan.

6. Supervisi agen penyuluhan oleh anggota dewan organisasi petani yang

memperkerjakannya.

Partisipasi berarti keikutsertaan seseorang ataupun sekelompok masyarakat

dalam suatu kegiatan secara sadar. Menurut Jnabrabota Bhattacharyya dalam

Ndraha (1987) mengartikan partisipasi sebagai pengambian bagian dalam kegiatan

bersama. Partisipasi masyarakat idealnya terjadi apabila masyarakat memang mau

secara sukarela mendukung kegiatan tersebut. Kegiatan mendukung seuatu

kegiatan memang berkembang dari masyarakat di tingkat bawah sampai pada

proses pengambilan keputusan.

Partisipasi tidak saja diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat yang

menyumbangkan tenaga dan materil dalam merealisasikan suatu rencana,

melainkan lebih luas lagi yaitu melibatkan masyarakat terutama yang akan

memanfaatkan hasil pembangunan atau program pembangunan di dalam proses

perencanaan. Partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota dalam mengambil

suatu keputusan. Akan tetapi pengertiannya lebih luas dari itu yaitu meliputi proses

perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi serta menikmati hasil

pembangunan itu sendiri (Levis, 1996).

Partisipasi menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan

(25)

dapat meningkatkan kapasitas masyarakat termasuk dalam berpartisipasi. Secara

harfiah, partisipasi berarti “turut berperan serta dalam suatu kegiatan”,

“keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegatan”, “peran serta aktif atau

proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat didefenisikan secara luas sebagai

bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik

karena alasan-alasan dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya dalam

keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Prinsip dalam partisipasi adalah

melibatkan atau peran serta masyarakat secara langsung dan hanya mungkin dicapai

jika masyarakat sendiri ikut ambil bagian sejak dari awal, proses dan perumusn

hasil (Ginting, 2011).

Ada beberapa alasan mengapa petani dianjurkan berpartisipasi dalam

keputusan-keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan, yaitu:

1. Mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan

program yang berhasil, termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta

pengalaman mereka.

2. Mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program

penyuluhan jika ikut bertanggung jawab di dalamnya.

3. Setiap orang berhak untuk dapat berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan mengenai tujuan yang ingin mereka capai.

4. Banyak permasalahan pembangunan pertanian, seperti pengendalian erosi

tanah, perolehan sistem usaha tani yang berkelanjutan dan pengelolaan

pendekatan komersial pada pertanian, tidak mungkin lagi dipecahkan

dengan pengambilan keputusan perorangan. Partisipasi kelompok sasaran

(26)

Partisipasi memungkinkan perubahan perubahan yang lebih besar dalam

cara berfikir manusia. Perubahan dalam pemikiran dan tindakan akan lebih sedikit

terjadi dan perubahan-perubahan ini tidak akan bertahan jika mereka menuruti

saran-saran agen penyuluhan dengan patuh daripada bila mereka ikut bertanggung

jawab (Van de Ban dan Hawkins, 1999).

Bentuk partisipasi yaitu :

1. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha

bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan;

2. Partisipasi waktu adalah partisipasi yang diberikan dalam memberikan

waktunya untuk menghadiri suatu kegiatan.

3. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga

untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu

program;

4. Partisipasi ide lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat.

(Murtiyanto, 2011).

Menurut Davis (2005) yang dikutip oleh Stepan (2011), ada tiga unsur

penting partisipasi, yaitu:

1. Bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu

keterlibatan mental dan perasaan, tidak hanya semata-mata keterlibatan

secara jasmaniah;

2. Kesediaan memberi sesuatu sumbanga kepada usaha mencapai tujuan

kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk

(27)

3. Unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari

rasa menjadi anggota kelompok tani.

Dalam makalahnya yang berjudul ” A Ladder of Citizen Participation

dalam Journal of the American Planning Association (1969), Sherry Arstein mengemukakan delapan tangga atau tingkatan partisipasi. Kedelapan tingkatan

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Manipulation

Dengan mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai ‟stempel

karet‟ dalam badan penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas

semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat

partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai

alat publikasi oleh pihak penguasa.

2) Therapy

Pada tingkat therapy atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit mental.

Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan,

mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang

memerlukan pengobatan. Meskipun masyarakat dilibatkan dalam berbagai kegiatan

namun pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan untuk menghilangkan lukanya

(28)

3) Informing

Dengan memberi informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan

pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan

partisipasi masyarakat. Namun acapkali pemberian informasi dari penguasa kepada

masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan

untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki kekuatan untuk negosiasi.

Apalagi ketika informasi disampaikan pada akhir perencanaan, masyarakat hanya

memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu arah

ini biasanya dengan menggunakan media pemberitaan, pamflet,dan poster.

4) Consultation

Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi

penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada

jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan

dalam tingkat ini adalah jejak pendapat, pertemuan warga, dan dengar pendapat.

Jika pemegang kekuasaan membatasi usulan masyarakat, maka kegiatan tersebut

hanyalah merupakan suatu partisipasi palsu. Masyarakat pada dasarnya hanya

dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi hanya diukur dari frekuensi

kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga

dari seberapa banyak kuesioner dijawab. Dengan demikian, pemegang kekuasaan

telah merasa memiliki bukti bahwa mereka telah mengikuti rangkaian pelibatan

masyarakat.

(29)

Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam

beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan.

Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan

rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan.

Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat miskin yang layak untuk

dimasukkan ke dalam suatu lembaga. Jika mereka tidak bertanggung jawab dan jika

pemegang kekuasaan memiliki mayoritas kursi, maka mereka akan dengan mudah

dikalahkan dan diakali.

6) Partnership

Pada tingkat ini, kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang

kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung

jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan dengan

melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Partnership dapat berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpinnya bertanggung jawab, masyarakat mampu

membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk

menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat. Dengan demikian,

masyarakat benar-benar memiliki posisi tawar-menawar yang tinggi, sehingga akan

mampu mempengaruhi suatu perencanaan.

7) Delegated Power

Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan

terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program

tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga

(30)

juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut.

Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya akan

tetapi dengan mengadakan proses tawar-menawar.

8) Citizen Control

Pada tingkat ini, masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan

untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung

jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan

negosiasi apabila ada pihak ketiga akan mengadakan perubahan. Dengan demikian,

masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk

memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga.

Manipulasi dan terapi termasuk kedalam level non-participation, inisiatif pembangunan tidak bermaksud untuk memberdayakan masyarakat akan tetapi

membuat pemegang kekuasaan untuk “menyembuhkan” atau “ mendidik”

komunitas. Informasi dan konsultasi (tokenism), komunitas bisa mendapatkan informasi dan menyuarakan pendapat akan tetapi tidak ada jaminan kalau pendapat

komunitas akan diakomodasi. Placation (level tertinggi tokenism), komunitas bisa memberikan saran kepada pemegang kekuasaan, akan tetapi kewenangan

menentukan tetap ada pada pemegang kekuasaan. Partnership, membuat komunitas dapat bernegosiasi dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendelegasian

kewenangan dan kontrol, komunitas memegang mayoritas pengambilan keputusan

(31)

Gambar 1. Delapan Tangga Tingk at Partisipasi Masyarak at

Hermanto dan Iwan (2010) mengemukkan bahwa partisipasi terhadap

kegiatan yang dijalankan dalam sebuah program dipengaruhi oleh karateristik sosial

ekonomi. Karateristik sosial ekonomi merupakan faktor-faktor yang berhubungan

dengan tingkat partisipasi yang berasal dari petani itu sendiri. Karateristik sosial

ekonomi tersebut meliputi:

1. Tingkat Pendidikan

Tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan sifat yang

menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang

berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan anjuran penyuluh.

Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi

sehingga sikap mental untuk menambah pengetahuan khususnya ilmu pertanian

kurang (Kesuma, 2006).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani

akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani

menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

(32)

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan kreatifitas manusia

dalam berfikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya

pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia

(Kartasapoetra, 1991).

2. Luas Lahan

Menurut Kuswardhani (1998) yang diikuti oleh Iwan (2010), luas lahan

akan menentukan partisipasi petani terhadap proyek. Luas sempitnya lahan

yang dikuasai akan mempengaruhi anggota untuk mengelola lahan.

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan

anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan penerapan adopsi inovasi dari

pada yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefisienan dalam

penggunaan sarana produksi (Kesuma, 2006).

Menurut Sokartawi (1999), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha.

Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka semakin

tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan

mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien

akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan

terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik. Sehingga usaha pertanian

seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung

menghasilkan usaha yang tidak efisien pula.

3. Pengalaman Bertani

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalm berusaha tani

berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani

(33)

Petani yang sudah lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan anjuran

penyuluhan demikian pula dengan penerapan teknologi.

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda oleh karena itu

lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak

melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal baik untuk

waktu berikutnya (Hasyim, 2006).

4. Umur

Umur berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menerima

sesuatu hal yang baru. Menurut Ajiswarman dalam Rona (1999), orang yang

masuk pada golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai yang

lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Orang

yang berusia lebih tua memepunyai partisipasi yang lebih rendah dibandingkan

dengan yang berusia muda.

Menurut Kesuma (2006), makin muda umur petani biasanya akan

mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga

dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari

kegiatan penyuluhan.

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan

kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat

dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja

bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar

seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

(34)

Menurut Soekartawi (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani

memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk

mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur

atas situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut. Semakin tinggi

frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan

pertanian yang disampaikan semkin tinggi pula.

Semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka

keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula.

Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan

karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang

disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani dan usahataninya (Hasyim,

2003).

6. Jumlah tanggungan

Semakin banyak jumlah anngota keluarga akan semakin besar pula

beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jimlah anggota

keluarga akan memepngruhi kepeutusan petani dalam berusaha tani

(Soekartawi, 1999).

Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu

faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi

kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani

untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah

(35)

Kerangka Pemikiran

SL-PTT merupakan program yang berfungsi sebagai pusat belajar

pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar

informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta

percontohan bagi kawasan lainnya guna tercapainya peningkatan produktivitas

tanaman pangan. Dalam hal ini petani berperan dan berpartisipasi sebagai subjek

dan sekaligus sebagai objek dalam pelaksanaan program SL-PTT. Petani sebagai

subjek adalah petani sebagai pelaku penerima bantuan dan teknologi SL-PTT,

dalam hal ini petani berpartisipasi dalam program SL-PTT yakni dalam penggunaan

Bantuan dari SL-PTT untuk usaha produktif pertaniannya, yang meliputi benih,

pupuk dan sarana produksi serta teknologi yang di bawa penyuluh dan peneliti.

Peran lain petani adalah sebagai jurutani dan pengelola. Petani sebagai

jurutani yaitu memelihara tanaman guna mendapatkan hasil yang bermanfaat.

Petani sebagai pengelola yaitu petani yang berperan untuk mengelola usahataninya,

termasuk di dalamnya pengambilan keputusan ataupun penetapan pilihan atas

usahatani yang mereka lakukan. Petani SL-PTT nantinya diharapkan mampu

mengambil keputusan dasar pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap

tahapan budidaya usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi secara

benar sehingga meningkatkan produksi dan pendapatannya. Sedangkan petani

sebagai objek yaitu petani merupakan sasaran program yang berpartisipasi dalam

menerima dan menggunakan bantuan dan teknologi dalam program SL-PTT serta

bertanggungjawab dalam usahataninya.

Partisiapsi petani/kelompok tani pada program SL-PTT diharapkan dapat

(36)

pelaksanaannya partisipasi petani dalam mengikuti setiap kegiatan dipengaruhi

oleh karateristik sosial ekonomi petani. Karateristik yang mempengaruhi petani

dalam berpartispasi adalah karateristik sosial ekonomi yang meliputi tingkat

pendidikan, luas lahan, jumlah tanggungan, lama berusaha tani, umur dan frekuensi

mengikuti penyuluhan.

Partisipasi tersebut akan mendorong beberapa aspek yang perlu

ditingkatkan yaitu tingkat partisipasi dalam program SL-PTT serta hubungan

karateristik sosial ekonomi petani dengan pelaksanaan SL-PTT. Dalam

pelaksanaan program tersebut, terdapat masalah yang dihadapi di daerah penelitian.

(37)

Keterangan :

= Menyatakan Proses

= Menyatakan Hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Partisipasi Petani Dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)

Tingkat Partisipasi Individu

Kelompok Tani I

Kelompok Tani II Petani

Petani

Karateristik Sosial Ekonomi Petani pelaksana program SL-PTT: 1. Tingkat Pendidikan 2. Umur

3. Pengalaman Bertani 4. Jumlah Tanggungan 5. Luas lahan

6. Frekuensi mengikuti penyuluhan (pertemuan)

Tingkat Partisipasi Kelompok

(38)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis penelitian ini

adalah:

1. Tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT Padi non Hibrida di daerah

penelitian adalah sangat tinggi.

2. Terdapat hubungan karateristik sosial ekonomi petani program SL-PTT Padi

non Hibrida (tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah

tanggungan, luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan) dengan tingkat

(39)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja yaitu di Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang

dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah produksi

padi sawah yang yang telah mendapatkan Program Penyuluhan Pertanian SL PTT

(Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) dengan produktivitas rata rata per

ha sangat tinggi.

Metode Penentuan Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah petani padi sawah.

Metode sampel yang digunakan adalah metode Stratified Random Sampling. Sampel berada pada satu wilayah kerja penyuluhan pertanian yang terdiri dari 40

Kelompok Tani. Kelompok Tani yang telah mendapat Program Penyuluhan

Pertanian SL PTT di daerah penelitian adalah sebanyak 4 Kelompok Tani yaitu 3

dari Kelompok Tani lama dan 1 dari Kelompok Tani baru. Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah sebanyak 60 petani. Gay dalam Husein (2005) menyatakan

bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain

penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel. Sampel terdiri dari 30 petani

di Kelompok Tani yang telah lama terbentuk dan 30 petani di Kelompok Tani yang

baru terbentuk yang mendapatkan program penyuluhan pertanian SL PTT di daerah

(40)

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode survey dan observasi langsung,

dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari keterangan petani anggota Kelompok Tani

selaku responden dan PPL yang bertugas pada Kelompok Tani tersebut. Sedangkan

data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait dan beberapa buku-buku

pendukung penelitian.

Tabel 2. Metode Pengumpulan Data

Jenis Data Sumber Data

Primer :

Data Petani Sampel

Skunder :

Data Perkembangan SLPTT

Data Kelompok Tani

Kuesioner

BPP Kecamatan Manyak Payed

Dinas Pertanian Kabupaten Aceh

Tamiang

BPP Kecamatan Manyak Payed

Dinas Pertanian Kabupaten Aceh

Tamiang

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan analisis

(41)

Tanaman Terpadu dalam jumlah penyuluh, jumlah kelompok tani, jumlah anggota

kelompok tani dan fasilitas penunjang program Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadudi daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah 2, dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriftif yaitu dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh petani sampel.

Untuk identifikasi masalah 3, dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriftif 8 tangga tingkatan partisipasi. Tingkat partisipasi kelompok diukur dari:

a. Frekuensi kehadiran dalam pertemuan.

1. Hadir karena terpaksa termasuk (manipulation);

2. Hadir sekadar memenuhi undangan termasuk (therapy);

3. Hadir untuk memperoleh informasi tanpa menyampaikan pendapat

(Informing);

4. Hadir untuk memperoleh informasi dan menyampaikan pendapat akan akan

tetapipendapatnya tidak diperhitungkan (Consultation);

5. Hadir dan memberikan pendapat, namun hanya sedikit pendapat yang

diperhitungkan (Placation);

6. Hadir dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara (partnership); 7. Hadir dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan (delegated

power);

8. Hadir dan mampu membuat keputusan (citizen control). b. Keaktifan kelompok dalam berdiskusi

(42)

3. Mendapat informasi dan tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi

(Informing);

4. Mendapat informasi dan boleh berdiskusi akan tetapi hasil diskusi tidak

diperhitungkan (Consultation);

5. Aktif berdiskusi akan tetapi hasil diskusi hanya sedikit yang diperhitungkan

(Placation);

6. Aktif berdiskusi dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara

(partnership);

7. Aktif berdiskusi dan memiliki kewenangan membuat keputusan (delegated power);

8. Aktif berdiskusi dan mampu membuat keputusan (citizen control). c. Keterlibatan dalam kegiatan fisik

1. Terlibat karena dipaksa (manipulation); 2. Terlibat sekadarnya saja (therapy);

3. Terlibat tanpa mendapat kesempatan untuk menyampaikan ide-ide

(Informing);

4. Terlibat dan berkesempatan menyampaikan ide akan tetapi tidak

diperhitungkan (Consultation);

5. Terlibat akan tetapi hanya sedikit ide yang diperhitungkan (Placation); 6. Terlibat dan mendapat pembagian tanggung jawab yang sama

(partnership);

(43)

8. Terlibat dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari

luar (citizen control).

d. Kesediaan membayar iuran atau sumbangan.

1. Membayar karena terpaksa (manipulation); 2. Membayar sekadarnya saja (therapy);

3. Membayar dan tidak berkesempatan menyampaikan ide pemanfaatannya

(Informing);

4. Membayar dan berkesempatan menyampaikan ide, akan tetapi ide tidak

diperhitungkan (Consultation);

5. Membayar dan berkesempatan menyampaikan ide akan tetapi hanya sedikit

ide pemanfaatan dana yang dilaksanakan di lapangan (Placation);

6. Membayar dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setaradalam

pemanfaatan dana (partnership);

7. Membayar dan memiliki kewenangan melaksanakan ide pemanfaatannya

(delegated power);

8. Membayar dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana

dari luar (citizen control).

Delapan tangga Arstein diberi skor masing-masing berkisar 1-8sehingga

skor minimum bagi setiap individu adalah 4x1=4. Adapun skor maksimum bagi

setiap individu adalah 4x8=32. Setelah skor minimum dan skor maksimum

diketahui maka jarak interval untuk tingkat partisipasi individu adalah

(32-4)/8=3.5. Dengan demikian dapat diketahui tingkat partisipasi individu adalah:

(44)

3. Informing (12-14,5) 4. Consultation (15,5-18) 5. Placation (19-21,5) 6. Partnership (22,5-25) 7. Delegated Power (26-28,5) 8. Citizen Control (29,5-32)

Bila jumlah responden adalah 30, maka skor minimum untuk tingkat

partisipasi kelompok adalah 30x4=120 dan skor maksimumnya adalah 30x 32=960.

Setelah skor minimum dan skor maksimum diketahui, maka jarak intervalnya

adalah (960-120)/8=105. Dengan demikian dapat diketahui tingkat partisipasi

kelompok adalah:

(45)

Untuk identifikasi masalah 4, dianalisis dengan menggunakan korelasi

Rank Spearman (rs) untuk membuktikan adanya keeratan hubungan antara faktor

sosial ekonomi petani dengan tingkat partisipasinya.

Untuk melihat besarnya nilai dari derajat keeratan dapat menggunakan

klasifikasi koefisien korelasi dua variabel menurut Guilford dalam Supriana (2009),

berikut ini:

Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antar variabel diuji dengan

menggunakan uji t dengan rumus:

t = r √� − √ − �2 Dimana :

t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi spearman

n = jumlah sampel penelitian

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

 thitung > ttabel = Tolak H0 berarti ada hubungan karateristik sosial ekonomi

petani pelaksana SL-PTT Padi non Hibrida dengan tingkat partisipasinya

dalam pelaksanaan program SL-PTT Padi non Hibrida.

 thitung < ttabel = Tidak ada hubungan karatersitik sosial ekonomi petani

pelaksana SL-PTT Padi non Hibrida dengan tingkat partisipasinya dalam

pelaksanaan program SL-PTT Padi non Hibrida.

(46)

Defenisi dan Batasan Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran dalam

penelitian ini, maka digunakan defenisi batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Partisipasi adalah peran serta atau keterlibatan petani (petani pelaksana SL-PTT

Padi non Hibrida).

2. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah sebuah

tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani,

mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi

yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan

berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien,

berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.

3. Laboraturium Lapangan (LL) adalah kawasan/area yang terdapat dalam

kawasan SL-PTT yangberfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang,

tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan

diaplikasikan bersama oleh kelompok/petani.

4. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas

(47)

kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat yang telah

mengalami dekomposisi.

5. Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) adalah sejumlah tertentu benih

varietas unggul bermutu padi non hibrida, padi hibrida, padi gogo, dan jagung

hibrida yang disalurkan oleh pemerintah secara gratis kepada petani

(kelompoktani) yang ditetapkan.

6. Komoditi Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman terpadu (SL-PTT)

yang di teliti adalah Padi non Hibrida.

7. Kelompot tani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam satu

hamparan/wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaankepentingan untuk

meningktakan usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan dalam proses

distribusi, baik itu benih, pestisida sarana produksi dan lain-lain.

8. Kelompok tani I adalah kelompok tani Tani Makmur yang berada di Desa

Matang Ara Jawa, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang.

9. Kelompok tani II adalah kelompok tani Tunas Baru yang berada di Desa

Matang Ara Jawa, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang.

10.Karateristik sosial ekonomi petani yang mengikuti kegiatan program SL-PTT

meliputi tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan,

luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan.

11.Tingkat Pendidikan (X1) adalah lama pendidikan yang ditempuh petani yang

mengikuti kegiatan program SL-PTT di bangku sekolah (tahun).

12.Umur (X2) adalah usia petani yang mengikuti kegiatan program SL-PTT yang

(48)

13.Pengalaman bertani (X3) adalah lama petani yang mengikuti kegiatan program

SL-PTT telah bekerja dan bermata pencaharian sebagai petani (tahun), di

bedakan dalam kategori (1) pemula 5 – 10 tahun, (2) berpengalaman 11 – 16

tahun, (3) sangat berpengalaman >16 tahun.

14.Jumlah Tanggungan (X4) adalah banyaknya orang dalam keluarga yang menjadi

tanggungan responden (jiwa), dibedakan dalam ketegori (1) sedikit 1-2 jiwa, (2)

sedang 3-4 jiwa, (3) banyak >4 jiwa.

15.Luas lahan (X5) adalah keseluruhan lahan yang dimiliki petani yang mengikuti

kegiatan program SL-PTT dalam usaha pertanian, di bedakan dalam kategori:

(1) ≤0,3 Ha, (2) >0,3-0,6 Ha, (3) >0,6 Ha.

16.Frekuensi mengikuti penyuluhan (X6) adalah banyaknya atau rutinitas

partisipan dalam mengikuti penyuluhan selama satu musim tanam, di bedakan

dalam kategori: (1) sering ≥6 kali, (2) kadang-kadang 3-5 kali, (3) jarang 1-2

kali, (4) tidak pernah.

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah Kelompok tani Tunas Baru dan Kelompok tani Tani

Makmur di Desa Matang Ara Jawa, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten

Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Sampel penelitian adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani Tunas

Usaha dan kelompok tani Bina Mandiri di Desa Matang Ara Jawa, Kecamatan

Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam.

(49)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Matang Ara Jawa merupakan salah satu dari 36 (tiga puluh enam) desa

yang ada di Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang. Desa ini

mempuyai luas wilayah ± 396 ha, yang terdiri dari: pemukiman seluas 46 ha,

pekuburan seluas 0,4 ha, pekarangan 3 ha, sawah tadah hujan 143 ha, perkebunan

181 ha dan lainnya 21,6 ha. Desa Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak

Payed terdiri dari empat dusun yaitu: Dusun Alur Nyamuk, Dusun Cinta Damai,

Dusun Gabungan, dan Dusun Rambutan.

Desa ini terletak pada ketinggian tanah di atas pemukaan laut berkisar

40 s/d 45 meter dengan suhu udara rata-rata 220C s/d 300C. Jarak antara Desa

Matang Ara Jawa dengan ibu kota Kabupaten Aceh Tamiang ± 11 km dengan waktu

tempuh 45 menit.

Wilayah Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed memiliki

batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Neraca Kecamatan Manyak

Payed

(50)

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Matang Ara Aceh Kecamatan

Manyak Payed

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Matang Cincin Kecamatan Manyak

Payed.

Keadaan Penduduk

Desa Matang Ara Jawa memiliki jumlah penduduk sebanyak 956 jiwa pada

tahun 2011. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Matang Ara

Sumber : Kantor Kepala Desa Matang Ara Jawa, 2013

(51)

Sumber : Kantor Kepala Desa Matang Ara Jawa, 2013

Selanjutnya keadaan penduduk menurut agama yang dianut penduduk Desa

Matang Ara Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011

No Agama Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 956 100

Total 956 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Matang Ara Jawa, 2013

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa seluruh penduduk Desa Matang

Ara Jawa beragama Islam yaitu 956 jiwa atau 100%.

Desa Matang Ara Jawa termasuk desa yang cukup luas yang dihuni

beberapa suku (heterogen) dimana suku yang paling dominan adalah suku Jawa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011

No Suku Bangsa Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1 Jawa 813 85

2 Aceh 95 10

3 Lainnya 48 5

Total 2040 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Matang Ara Jawa, 2013

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa di Desa Matang Ara Jawa terdapat

(52)

Matang Ara Jawa sebanyak 813 jiwa atau 85 %. Sedangkan untuk suku-suku

lainnya seperti suku Aceh sebanyak 95 jiwa atau 10 % dan suku selebihnya

sebanyak 48 jiwa atau 5 %.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan

kemajuan masyarakat suatu desa. Semakin baik fasilitas sarana dan prasarana

pendukung yang ada di desa maka akan mempercepat laju kemajuan desa tersebut.

Un tuk mengetahui lebih jelasnya fasilitas sarana dan prasarana yang ada di Desa

Matang Ara Jawa dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Masjid 1

2 Mushola 1

3 PAUD 1

4 SD 1

5 TPA 2

6 Balai Desa 1

7 Polindes 1

8 Mesin Pompa Air Bor 5

9 Mesin Pompa Air 2

10 Gudang Pupuk 1

11 Kilang Padi 2

12 Kandang Ternak 1

13 Lapangan Bulu Tangkis 1

14 Lapangan Bola Kaki 1

Gambar

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Partisipasi Petani Dalam Program
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011
Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011
Tabel 8. Kategori Kelompok Tani di Desa Matang Ara Jawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta memberikan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Senyawa dominan yang terkandung pada bio-oil tandan kosong sawit dengan penggunaan rasio berat katalis Ni/NZA 7% dan rasioi kadar logam 3% terlihat pada Tabel

Materi penelitian yang digunakan berupa data tentang bobot badan, lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak dari 50 ekor kambing Boerawa G1 hasil ke-turunan

Sedangkan untuk manfaat quasi menggunakan teknik-teknik: (1) Value Linking: digunakan untuk mengevaluasi manfaat yang merepresentasikan ripple effect dari peningkatan

Dari hasil ini dapat dilihat, tutupan mangrove optimal bagi pertumbuhan udang windu adalah luas tutupan mangrove sedang yaitu sekitar 30-60 % dari luas tambak,

Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung nilai minimum, maksimum, mean, standar deviasi pada variabel independen dana pihak ketiga,

Dari wawancara yang dilakukan dengan pengurus pondok pesantren Santriwati tersebut dituturkan beberapa hal yang dikeluhkan, secara umum para santri pondok pesantren yang baru

Metode yang dilakukan ialah mengambil data pada beberapa kategori dan kondisi serta menghitung perbandingan selisih nilai antara Radial, Cortoid, termometer dan