• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PEMASARAN BIBIT SENGON

DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN

KABUPATEN TRENGGALEK

Usulan Penelitian untuk Tesis Sarjana S-2 Program Studi Magister Agribisnis

Diajukan oleh:

Idah Lumhatul Fuad NIM 201210390211001

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ilahi Robby atas kemurahan-Nya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “Analisis Efisiensi Usaha dan

Pemasaran Bibit Sengon di Desa Kedunglurah Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Agribisnis pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Malang.

Dalam menyusun tesis ini penulis tidak luput dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karenannya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Latipun, M.Kes selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Prof.Dr.Jabal Tarik Ibrahim,M.Si selaku dosen pembimbing utama

yang telah memberikan pengarahan dalam proses penyusunan tesis ini.

3. Dr.Ir. Anas Tain,MM selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis

sekaligus pembimbing pendamping yang telah memberikan motivasi

dan perbaikan tesis.

4. Bapak Istajib, S.Pd selaku Kepala Desa Kedunglurah yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Desa

Kedunglurah.

5. Bapak Moh. Sirodjuddin atas pendampingan, informasi dan kesediaan

(4)

6. Bapak, Adek, Asa, Bu Wenny, Pak Aniar, Bu Regna, teman-teman

M.Agrib 2012, Duta Swalayan dan B2 atas aliran do’a dan

dukungannya.

7. Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis dan tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis sebagai manusia biasa yang berpotensi untuk melakukan kesalahan

sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

penyempurnaan penyusunan tesis. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat

dalam kebaikan.

Malang, Agustus 2014

(5)

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN SAMPUL……… i

HALAMAN JUDUL……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

PERSEMBAHAN……… iv

KATA PENGANTAR………. v

ABSTRAK………... vii

ABSTRACT………. viii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR GAMBAR………... xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1.Latar Belakang………. 1

1.2.Perumusan Masalah……… 9

1.3.Tujuan Penelitian……… 10

1.4.Kegunaan Penelitian………... 11

1.4.1. Kegunaan Teoritis……… 11

1.4.2. Kegunaan Praktis……… 11

1.5.Definisi Istilah……… 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 14

2.1. Botani Sengon……… 14

2.2. Pembibitan Sengon……… 15

2.2.1. Persiapan Benih………... 15

2.2.2. Penyemaian……… 16

2.3. Produksi……… 18

2.3.1. Faktor Produksi……… 18

2.3.2. Biaya Produksi dan Pendapatan……… 24

2.4. Efisiensi Usahatani……… 31

2.5. Pemasaran Pertanian……… 32

2.5.1. Pengertian Pemasaran……… 32

2.5.2. Lembaga Pemasaran……… 34

2.5.3. Fungsi Pemasaran……… 36

2.5.4. Saluran Pemasaran……… 38

2.5.5. Biaya Pemasaran……… 40

2.5.6. Margin Pemasaran dan Farmer’s Share……… 41

2.5.7. Efisiensi Pemasaran……… 45

2.6. Kajian Penelitian Terdahulu……… 46

2.7. Kerangka Pemikiran……… 50

2.8. Hipotesis Penelitian……… 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 52

3.1. Subjek, Objek dan Tempat Penelitian……… 52

3.2. Metode Penelitian……… 52

3.2.1. Disain Penelitian……… 52

3.2.2. Sumber Data dan Cara Menentukannya……… 53

(6)

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data……… 54

3.2.5. Teknik Analisis Data……… 55

3.2.6. Operasionalisasi Variabel……… 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 58

4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian……… 58

4.2. Karakteristik Responden……… 59

4.2.1. Umur……… 59

4.2.2. Tingkat Pendidikan……… 60

4.2.3. Pengalaman Usaha...……… 61

4.2.4. Kepemilikan Lahan……… 62

4.3. Analisis Biaya dan Pendapatan……… 63

4.4. Analisis Efisiensi Usaha……… 67

4.5. Analisis Sistem Pemasaran Bibit Sengon……… 68

4.6. Analisis Efisiensi Pemasaran……… 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 77

5.1. Kesimpulan……… 77

5.2. Saran………... 78 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Hal.

3.1 Keragaman Populasi dan Jumlah Sampel Petani Pengusaha

Pembibitan Sengon…..………..……….……….. 54

4.1 Perhitungan Biaya Produksi………..………. 65

4.2 Perhitungan Pendapatan Usaha Pembibitan Sengon……… 66

4.3 Nilai Efisiensi Usaha Pembibitan Sengon……… 67

4.4 Fungsi-fungsi Lembaga Pemasaran Bibit Sengon……… 70

(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

2.1 Kurva Biaya Tetap (TC), Biaya Variabel Total (TVC) dan Biaya Tetap

Total (TFC)... 25

2.2 Hubungan Masing-Masing Kurva Biaya……… 27

2.3 Kurva Permintaan Sama dengan Kurva Penerimaan rata-rata……… 29

2.4 Keuntungan (Profit) dengan Pendekatan TR dan TC……… 30

2.5 Profit Maximum dengan Pendekatan Marginal……… 30

2.6 Kurva Penawaran Permintaan Primer dan Turunan serta Margin Pemasaran……….. 42

2.7 Kerangka Pemikiran……… 51

4.1 Sebaran Umur Petani Responden dan Pelaku Pemasaran……… 59

4.2 Tingkat Pendidikan Petani Responden……… 61

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Karakteristik Petani Responden

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, Ratya (2004). Pemasaran Hasil Pertanian. Surabaya:Papyrus.

Anonymous (2013).2014 Kebutuhan Kayu Dunia Capai 350 Juta Meter Kubik per Tahun (artikel). diakses 13 Nopember 2013 dari http://asiaagro.co.id/berita-dan-kegiatan/2014-kebutuhan-kayu-dunia-capai-350-juta-meter-kubik-per-tahun/

Antriyandarti, Ernoiz (2012). Ekonomika Mikro untuk Ilmu Pertanian. Yogyakarta:Nuha Litera.

Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2009).Bunga Rampai Agribisnis Seri Pemasaran.Bogor:IPB Pess

Duladi.(2013).Panduan Lengkap Pembibitan Jabon.Bogor.IPB Press.

Jakpar,Muhammad (2012). Analisis Efisiensi Usaha Pembibitan Kelengkeng di CV Telaga Nursery, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.(tesis).diakses 22 Januari 2014 dari http://repository.upnyk.ac.id/id/eprint/1906

Kotler, P. (2000). Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol). Edisi9. New Jersey:Prentice-Hall.

Nuni,Anggraini.dkk.(2013).Analisis Efisiensi Pemasaran Ubi Kayu di Provinsi Lampung.(Jurnal).diakses 16 Maret 2014 dari

Nurhikmawati,Kiki (2013). Kontribusi Usaha Pembibitan Tanaman Keras Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka (skripsi).diakses 15 Nopember 2013 dari http://repository.upi.edu/3061/1/S_GEO_0906100_Title.pdf

Pascasarjana UMM (2010). Pedoman Penulisan Artikel Ilmiah, Tesis&Disertasi. Malang:Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Purwanto (2011).Efisiensi Pemasaran Kayu Jenis Sengon (Paraserianthes falcataria) Studi Kasus Hutan Rakyat Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor (skripsi). Diakses 17 Januari 2014 dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/205

(11)

10 November 2013 dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/19551

Rianse,Usman.dkk.(2009).Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi.Bandung.Alfabeta.

Saragih, B (2001). Agribisnis (Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian). Bogor:Yayasan Mulia Persada Indonesia.

Shinta, Agustina (2011).Ilmu Usahatani.Malang:UB Press.

Sirajudin,Nurhasni.dkk (2013).Kajian Partisipasi dan Kelayakan Usaha Persemaian Jabon Merah (Anthocephalus macropyllus) Studi Kasus Kelompok Tani Tunas Karumama Desa Tangkunei, Minahasa Selatan (jurnal). diakses 17 Januari 2014 dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/view/2387

Siregar,Iskandar Z,dkk (2008).Kayu Sengon.Depok:Penebar Swadaya.

Soekartawi (1987). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Jakarta:CV. Rajawali.

…………. (2003).Teori Ekonomi Produksi.Jakarta:Raja Grafindo Persada

………….. (1991). Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

………….. (2001a).Agribisnis Teori dan Aplikasinya.Jakarta:Rajawali Pers

………….. (2001b).Analisis Usahatani.Jakarta:UI-Press

………….. (2002).Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian:Teori dan Aplikasi.Jakarta:Raja Grafindo Persada

Sudiyono, Armand (2001).Pemasaran Pertanian.Malang:UMM Press.

Suratiyah, Ken (2011). Ilmu Usahatani. Jakarta:Penebar Swadaya.

Tukan,M.dkk.(2000).Pemasaran Kayu dari Lahan Petani di Propinsi Lampung.(Jurnal).diakses 12 Februari 2014 dari http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/publications/files/book/BK0

(12)

Widarjanto.Hugeng,Suparyo (2002). Kajian Kelayakan Pemanfaatan Bibit Jati Hasil Kultur Jaringan Di Kawasan Transmigrasi Kabupaten Bengkulu(Jurnal).diakses 17 Januari 2014 dari http://bto.depnakertrans.go.id/

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih akan

tetap berbasis pertanian secara luas. Pentingnya peran sektor pertanian dalam

pembangunan nasional diantaranya sebagai penyerap tenaga kerja, menyumbang

Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, bahan baku industri, sumber

bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi

lainnya. Dalam lingkungan yang lebih sempit, pembangunan pertanian diharapkan

mampu meningkatkan akses masyarakat tani pada faktor produksi diantaranya

sumber modal, teknologi, bibit unggul, pupuk dan sistem distribusi sehingga

berdampak langsung dalam meningkatkan kesejahteraan. Sejalan dengan

tahapan-tahapan perkembangan ekonomi maka kegiatan jasa-jasa dan bisnis yang berbasis

pertanian juga akan semakin meningkat, yaitu kegiatan agribisnis akan menjadi

salah satu kegiatan unggulan (a leading sector) pembangunan ekonomi nasional

dalam berbagai aspek yang luas (Saragih, 2001).

Agribisnis menurut Dillon (1974) didefinisikan sebagai penjumlahan total

dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana

produksi pertanian, kegiatan usahatani, penyimpanan, pengolahan dan distribusi

produk pertanian dan barang lain yang dihasilkan dari produk pertanian. Definisi

(14)

penyediaan sarana produksi, usahatani dan pemasaran tetapi juga kegiatan yang

dilakukan oleh layanan pendukung seperti lembaga keuangan, jasa transportasi,

penyuluhan, penelitian dan pengembangan serta layanan informasi agribisnis baik

yang bersumber dari pemerintah maupun dari swasta. Dengan demikian, ruang

lingkup agribisnis menjadi lebih luas mencakup perusahaan-perusahaan yang

menggunakan produk pertanian sebagai bahan bakunya maupun lembaga-lembaga

lain diluar usahatani yang melayani pertanian.

Salah satu sektor pertanian yang memiliki prospek peningkatan ekonomi

petani adalah sektor kehutanan yakni budidaya tanaman keras yang merupakan

penyedia bahan baku industri. Jenis komoditi dalam sektor ini cenderung bernilai

tinggi dengan minimnya resiko kerugian dari karakteristik produk pertanian yang

mudah rusak(perishable).

Kerusakan hutan (degradasi dan deforestasi) yang sangat parah dengan

laju mencapai 1,8 juta hektar per tahun menyebabkan hutan alam sudah tidak

mampu lagi menjadi pemasok kayu utama untuk bahan baku industri. Padahal,

kebutuhan akan kayu setiap tahun sangat tinggi tak tergantikan. Kebutuhan dunia

atas bahan baku kayu pada tahun 2014 diperkirakan setidaknya mencapai 350 juta

meter kubik per tahun. Permintaan bahan baku kayu itu diperkirakan cukup tinggi

untuk memenuhi kebutuhan pabrik kertas, mebel, pertukangan dan lainnya

(Anonymous,2013). Kondisi tersebut memunculkan peluang yang cukup besar

bagi petani untuk memulai budidaya tanaman keras untuk memenuhi kebutuhan

(15)

Seiring dengan permintaan kayu yang terus meningkat dengan

ketersediaan bahan baku yang tidak seimbang, pengusaha mulai mengarahkan

perhatiannya pada jenis tanaman penghasil kayu yang cepat. Dari sinilah

kemudian muncul sengon sebagai pilihan. Sengon ternyata merupakan tanaman

yang cepat tumbuh dan bisa dipanen pada umur 5 tahun. Dilihat dari masa pakai,

kayu sengon dalam pemanfaatannya mampu bertahan hingga 40-45 tahun

(Iskandar,dkk 2012).

Kayu sengon memiliki prospek pasar yang cukup tinggi. Permintaan

sengon bukan hanya dari dalam negeri, namun juga datang dari mancanegara.

Kayu sengon ini dipergunakan antara lain untuk bahan bangunan, peralatan rumah

tangga sampai pada bahan baku kertas dan kayu lapis. Kayu sengon paling

digemari oleh pihak luar negeri karena memiliki daya tahan lentur dan tekanan

yang kuat. Alasan itulah kenapa masyarakat dan industri membutuhkan kayu

sengon. Kayu sengon selain digunakan sebagi bahan baku industri kayu, juga

dimanfaatkan untuk barang kerajinan seni yang bernilai tinggi yaitu sebagai bahan

untuk membuat batik kayu dengan mamanfaatkan sisa-sisa cat dan zat pewarna

batik untuk membatik di atas kayu sengon. Kayu yang tidak terpakai dibentuk

terlebih dahulu menjadi berbagai bentuk kerajian seperi patung, topeng dan

lain-lain. Selain mudah dibentuk, kayu sengon juga mudah diberi warna karena mudah

menyerap air dan tahan terhadap berbagai cuaca. Dengan penggunaan yang

multidimensi tersebut permintaan akan kayu sengon diperkirakan terus meningkat

(16)

Pasar dunia sangat menerima kayu sengon karena ringan dan hasil

budidaya, bukan pengambilan dari hutan. Dunia semakin menghargai kayu hasil

budidaya bukan kayu hasil tebangan dari hutan. Kini, kayu sengon menjadi

kebanggaan karena asli dari tanah Indonesia dan mampu menembus pasar dunia.

Industri-industri yang dulu menggunakan kayu alam mulai beralih ke sengon.

Harga kayu sengon relatif lebih murah dibandingkan dengan kayu lain seperti

kayu jati atau kayu mahoni, yaitu sekitar Rp750.000,- – Rp1.200.000,- per m³

(SGS, 2010). Namun karena dalam tempo mulai tiga sampai delapan tahun tanam

sudah dapat ditebang, maka perputaran investasi pada tanaman kayu sengon ini

relatif lebih cepat apabila dibandingkan dengan investasi pada tanaman kayu jati

dan sejenisnya.

Sebagai gambaran, PT. Dharma Satya Nusantara Temanggung

memproduksi 5.000 m3 kayulapis per bulan. Kebutuhan bahan baku mencapai

5.000 m3 log dan 10.000 m3 sawntimber. Perusahaan yang mempekerjakan 2.000

karyawan itu memerlukan 600.000 pohon berdiameter rata-rata 25-30 cm setara

600 ha per bulan. Besarnya peluang usaha budidaya tanaman keras tentunya

membuka peluang untuk usaha pembibitan yang dapat dilaksanakan oleh

masyarakat secara mandiri. Untuk mencukupi kebutuhan penanaman 1 hektar

kayu sengon dengan jarak tanam 3x2 meter dibutuhkan kurang lebih 1500 bibit

tanaman. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan kayu yang mencapai 600 hektar

per bulan dibutuhkan kurang lebih 900.000 bibit sengon setiap bulannya.

Di sisi lain, Gerakan Satu Milyar Pohon yang telah diluncurkan oleh

(17)

adanya program Kebun Bibit Rakyat (KBR) merupakan peluang tersendiri bagi

petani pembibitan sengon. Program ini selain sebagai usaha pelestarian

lingkungan diharapkan juga memberikan manfaat ekonomi yakni peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Kehutanan

menganggarkan dana sebesar Rp 50 juta/KBR untuk 8.000 KBR tahun 2010, naik

menjadi 10.000 KBR pada tahun 2011 (Anonymous, 2012). Program ini dalam

jangka panjang diharapkan akan menjadi sarana penyediaan bibit berkualitas,

bahkan bisa menjadi sentra pembelajaran bagi masyarakat dalam memperoleh

pengetahuan tentang kehutanan.

Desa Kedunglurah yang berada di Kecamatan Pogalan Kabupaten

Trenggalek merupakan salah satu wilayah yang menangkap peluang ini.

Diperkirakan sejak tahun 1996 masyarakat di desa ini telah mengusahakan

pembibitan tanaman keras untuk kehutanan. Beberapa jenis komoditi yang telah

diusahakan antara lain sengon, jati, cengkeh, mindi, jabon, kakao dan lain-lain.

Komoditi sengon merupakan tanaman yang selalu diusahakan sepanjang tahun,

sementara untuk jenis komoditi yang lain bersifat musiman. Usaha pembibitan

sengon memang tidak terlalu sulit sehingga masyarakat dapat mengusahakannya

dengan minim perlakuan.

Usaha pembibitan tanaman keras sangat menguntungkan, hal ini didukung

hasil penelitian Sirajudin, dkk (2013) terhadap tanaman jabon yang menyatakan

bahwa dengan total biaya produksi sebesar Rp 7.334.000,- menghasilkan bibit

jabon sebanyak 7000 batang. Jika diasumsikan harga bibit jabon senilai Rp

(18)

sehingga keuntungan yang didapatkan sebesar Rp 13.666.000,-. Nilai B/C ratio

sebesar 1,86 yang artinya setiap penambahan Rp 1,- biaya yang dikeluarkan akan

memberikan tambahan manfaat sebesar Rp 1,86,-.

Dalam berusahatani, prinsip umum yang sering dijumpai di lapang adalah

petani sudah mengarah pada perilaku untuk menghasilkan produksi yang tinggi,

sehingga secara tidak langsung mereka bertujuan untuk mendapatkan keuntungan

yang besar. Tetapi kenyataannya petani selalu dihadapkan pada

permasalahan-permasalahan dalam kegiatan usahatani seperti kecilnya skala lahan usaha dan

modal yang terbatas. Usahatani dilaksanakan secara sederhana dengan penerapan

teknologi yang terbatas sehingga peningkatan produktivitas dan kualitas komoditi

menjadi sulit diwujudkan. Petani memproduksi bibit sengon untuk dijual,

sehingga perbandingan harga dan biaya yang dikeluarkan menjadi perangsang

untuk meningkatkan hasil. Dengan kata lain, peningkatan produksi pertanian

diharapkan akan meningkatkan pendapatan petani. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Nurhikmawati (2013) bahwa input usaha pembibitan yang meliputi

modal, lahan, jenis bibit dan tenaga kerja mempunyai kontribusi terhadap

pendapatan petani yang berpengaruh terhadap tingkat kesehatan petani. Begitu

juga dengan output yang meliputi harga jual, frekuensi jual, volume jual dan

aspek pemasaran sehingga apabila output meningkat maka meningkat pula

pendapatan petani. Hal ini akan berpengaruh pada tingkat pendidikan anak yang

meningkat daripada orang tuanya.

Produksi maksimal dengan kualitas komoditi yang bernilai tinggi akan

(19)

hal ini adalah dimana usahatani dijalankan dengan menggunakan kombinasi

faktor produksi yang tepat sehingga dihasilkan output yang optimal. Dalam

usahatani, kombinasi input yang optimal dapat diwujudkan dengan

memaksimalkan penggunaan faktor produksi dengan pembatasan biaya dimana

faktor modal memang menjadi kendala besar bagi petani. Tersedianya faktor

produksi yang melimpah belum tentu bisa meningkatkan produktifitas yang

mendatangkan keuntungan yang tinggi bagi petani. Upaya terpenting yang bisa

dilakukan petani untuk mencapai keuntungan maksimal adalah dengan

menjalankan usahanya secara efisien. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk

mengetahui penggunaan faktor produksi usahatani secara efisien yaitu dengan

menghitung efisiensi secara alokatif. Efisiensi alokatif menunjukkan hubungan

antara biaya dan output, dimana efisiensi alokatif tercapai apabila petani mampu

memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap

faktor produksi dengan harganya. Dengan mengetahui penggunaan faktor-faktor

produksi yang optimal maka dapat tercapai keuntungan maksimal dengan

penggunaan biaya sekecil-kecilnya.

Selanjutnya aspek penting dalam memperoleh keuntungan berusahatani

adalah dengan memperhatikan proses pemasaran yakni kegiatan mengalirkan

barang dari petani sampai ke konsumen akhir. Usaha peningkatan produktifitas

dengan penerapan berbagai inovasi teknologi akan memunculkan permasalahan

baru saat terjadi peningkatan produksi yang terkonsentrasi pada satu sentra

produksi yakni resiko harga yang rendah karena penawaran lebih besar dari

(20)

barang dari produsen ke konsumen menjadi sangat penting dalam pembangunan

pertanian global.

Menurut Mellor (1969) dalam Anindita (2004), perbaikan pemasaran

mendorong peningkatan produksi melalui efek langsung dan tidak langsung. Efek

langsung terjadi karena pemasaran menambah harga di tingkat petani melalui

turunnya biaya pemasaran dan efek tidak langsung terjadi karena adanya

perluasan pasar yang disebabkan konsumen dapat menerima harga lebih rendah

yang pada akhirnya menaikkan harga di tingkat produsen.

Dalam proses pengaliran barang pertanian dari produsen ke konsumen,

terdapat orang atau instansi yang turut membantu proses pengaliran yang disebut

sebagai lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga ini menjalankan fungsi-fungsi

pemasaran dalam rangka menyediakan barang kepada konsumen tepat waktu dan

tepat guna. Lembaga pemasaran mendapatkan balas jasa atas kegiatannya berupa

margin pemasaran sehingga harga jual dipasar mengalami perubahan dari harga

yang diberikan petani dengan harga yang diterima konsumen. Menurut

Soekartawi (2002), kelemahan dalam sistem pertanian di negara berkembang pada

umumnya sama, yaitu kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran. Kendala

dalam hal pemasaran juga menyebabkan usaha pembibitan jati sistem kultur

jaringan yang sebenarnya berpeluang meningkatkan perekonomian masyarakat

transmigran di wilayah Bengkulu menjadi tidak diusahakan secara komersial

(Widarjanto dan Heriyadi, 2002). Fungsi-fungsi pemasaran sering tidak berjalan

(21)

Saluran pemasaran yang efisien akan sangat menentukan tingkat produksi

dan kualitas bibit sengon yang dihasilkan. Karena dengan adanya saluran

pemasaran yang efektif dan efisien akan menghasilkan harga yang sesuai baik

pada tingkat petani maupun konsumen, sehingga akan dapat memacu petani untuk

lebih giat dalam mengelola usahatani tersebut. Perbedaan harga (margin)

pemasaran yang relatif besar merupakan salah satu hambatan pemasaran yang

sering dijumpai dalam pemasaran komoditas pertanian.

Dalam komoditas pertanian seringkali dijumpai rantai pemasaran yang

panjang sehingga banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran

tersebut. Hal ini mengakibatkan banyaknya balas jasa atau keuntungan pemasaran

yang harus diambil oleh lembaga pemasaran, yang akhirnya akan mempengaruhi

tingkat harga yang diterima petani. Sistem pemasaran yang efisien terjadi bila

selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh

produsen terdistribusi secara proporsional diantara lembaga pemasaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dipandang perlu untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi Usaha dan Pemasaran

Bibit Sengon di Desa Kedunglurah Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek”.

1.2. Perumusan Masalah

Usahatani adalah kegiatan menghasilkan suatu produk (produksi) yang

dilakukan di lingkungan pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dan penerimaan

(22)

pendapatan dari kegiatan usahatani. Pendapatan yang tinggi selalu diharapkan

petani dalam menghasilkan produksi pertaniannya. Untuk memperoleh

pendapatan maksimum petani harus dapat meningkatkan produksi dan dapat

menekan biaya produksi. Oleh karena itu petani harus mampu menyediakan input

usahatani pada lahan usahatani secara efisien. Tersedianya input usahatani belum

tentu menghasilkan produktivitas yang tinggi. Namun bagaimana petani dapat

melakukan kegiatan usahanya secara efisien merupakan upaya yang sangat

penting. Pendapatan yang besar tidak selamanya menunjukkan efisiensi yang

tinggi, oleh karena itu analisis pendapatan sebaiknya diikuti dengan pengukuran

efisiensi.

Dalam menghadapi persaingan global yang semaki ketat, pemasaran

mempunyai peran penting dalam meningkatkan daya saing produk. Lemahnya

sistem pemasaran akan memperlemah daya saing yang selanjutnya akan

mengurangi pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Pelaksanaan usaha pembibitan sengon di Desa Kedunglurah umumnya

masih menggunakan teknik dan peralatan usahatani yang sederhana serta sistem

pemasaran yang masih terbatas, sehingga pendapatan petani dinilai belum

maksimal. Usaha pembibitan sengon di masa yang akan datang cukup prospektif

jika dikelola dengan baik dan profesional. Hal ini disebabkan karena sengon

banyak diminati oleh para pelaku industri perkayuan dan industri lain yang

menggunakan kayu sengon sebagai bahan bakunya.

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian

(23)

1. Bagaimana efisiensi usaha pembibitan sengon di Desa Kedunglurah

Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek?

2. Bagaimana sistem pemasaran dan fungsi lembaga pemasaran bibit sengon di

Desa Kedunglurah Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek?

3. Bagaimana efisiensi pemasaran bibit sengon di Desa Kedunglurah Kecamatan

Pogalan Kabupaten Trenggalek?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tingkat efisiensi usaha pembibitan sengon di Desa Kedunglurah

Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek.

2. Mengidentifikasi sistem pemasaran dan fungsi lembaga pemasaran bibit

sengon di Desa Kedunglurah Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek.

3. Menganalisis tingkat efisiensi pemasaran bibit sengon di Desa Kedunglurah

Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Sebagai bahan informasi terkait efisiensi usaha pembibitan sengon

2. Sebagai sumber informasi bagi peneliti yang berminat mengkaji masalah

yang sama pada aspek yang berbeda dimasa yang akan datang.

(24)

1. Bahan informasi bagi petani yang mengusahakan pembibitan sengon dalam

mengelola usahanya.

2. Bahan informasi bagi petani dan lembaga pemasaran terkait saluran

pemasaran yang efisien.

3. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan yang

berhubungan dengan pengembangan usaha pembibitan sengon.

1.5. Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dikarenakan pemahaman yang

berbeda mengenai istilah yang digunakan, penulis merasa perlu untuk

memberikan definisi setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini sehingga

tulisan ini dapat difahami dengan pemahaman yang sama.

1. Usaha pembibitan sengon adalah kegiatan petani dalam menghasilkan bibit

sengon.

2. Bibit sengon adalah tanaman sengon usia 0-6 bulan yang dibiakkan dari benih

dan ditempatkan pada polybag kemudian ditata sedemikian rupa pada

bedengan.

3. Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah bibit

sengon yang dihasilkan petani dalam satu musim produksi.

4. Biaya produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua biaya yang

dikeluarkan oleh petani dalam usaha pembibitan sengon dalam satu musim

(25)

5. Harga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga bibit sengon yang

disepakati oleh konsumen maupun lembaga pemasaran.

6. Efisiensi usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat efisiensi

yang diukur dengan rasio penerimaan dan biaya (R/C ratio).

7. Pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala kegiatan dan

usaha mendistribusikan bibit sengon sampai pada konsumen akhir.

8. Sistem pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola distribusi

bibit sengon dari petani ke konsumen dengan melibatkan lembaga pemasaran.

9. Efisiensi pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

petani dan lembaga pemasaran dalam menyalurkan bibit sengon kepada

konsumen dengan harga yang wajar tanpa merugikan berbagai pihak yang

terlibat dalam pemasaran.

10.Margin pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih harga

ditingkat petani dengan harga ditingkat lembaga pemasaran atau konsumen

akhir.

11.Share harga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prosentase

perbandingan harga bibit sengon yang diterima petani dari keseluruhan harga

Referensi

Dokumen terkait

Volume pemasaran ubi kayu terbesar yaitu ke wilayah luar Kabupaten Trenggalek (Kediri) sedangkan volume pemasaran terkecil dipasarkan di Kecamatan Panggul.. Segmen pasar ubi kayu

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi pemasaran kayu jenis sengon berdasarkan (1) Saluran dan lembaga pemasaran kayu jenis sengon, (2) Struktur pasar kayu

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN BIBIT DURIAN BANGKOK DI KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK

Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode “snow ball sampling” diperoleh 3 saluran pemasaran Beras Organik di Desa Sumberngepoh Kecamatan Lawang Kabupaten

Bagaimana bentuk saluran dan fungsi pemasaran dari masing-masing lembaga pemasaran sapi potong di pasar hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.. Bagaimana

Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat- syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Analisis Saluran Pemasaran 1 Berdasarkan data penelitian yang telah di ambil di Desa Sidomulyo Kecamatan Banyuasin terdapat saluran pemasaran yang pertama yaitu saluran pemasaran 2