KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI SEI
KRIO KECAMATAN SUNGGAL DAN DI PTPN II
KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI
SERDANG MELALUI UJI LABORATORIUM DAN
LAPANGAN
SKRIPSI
OLEH :
SARIP MUDA SIREGAR
090308001
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI SEI
KRIO KECAMATAN SUNGGAL DAN DI PTPN II
KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI
SERDANG MELALUI UJI LABORATORIUM DAN
LAPANGAN
SKRIPSI
OLEH :
SARIP MUDA SIREGAR
090308001/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Sumono, MS)
Ketua Anggota
(LukmanAdlinHarahapSTP.M.Si)
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
SARIP MUDA SIREGAR: Kajian Permeabilitas Beberapa Jenis Tanah di Sei Krio Kecamatan Sunggal dan di PTPN II Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Melalui Uji Laboratorium dan Lapangan, dibimbing oleh SUMONO dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Permeabilitas tanah merupakan salah satu faktor penting dalam merancang saluran drainase. Penentuan nilai permeabilitas tanah dapat dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai laju permeabilitas pada tanah Alluvial, Entisol, dan Ultisol di Sei Krio dan di PTPN II Tanjung Morawa melalui Uji laboratorium dan lapangan.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan nilai laju permeabilitas pada tanah Alluvial, entisol, dan Ultisol berturut-turut sebesar 4,45 cm/jam, 5,20 cm/jam, dan 2,14 cm/jam. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan nilai laju permeabilitas pada tanah Alluvial Entisol dan Ultisol sebesar, 3,45 cm/jam, 4,12 cm/jam, dan 2,01cm/jam. Faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai permeabilitas di antara ketiga jenis tanah adalah kedalaman efektif dan porositas tanah. Perbedaan nilai permiabelitas tanah di laboratorium dan di lapangan karena faktor ketebalan tanah.
Kata kunci: Permeabilitas, Kedalaman Efektif, Porositas, Drainase.
ABSTRAK
SARIP MUDA SIREGAR:Permeability study of Several Soil Types in Sunggal Sei Krio District and in PTPN II Tanjung Morawa District Deli Serdang Through Laboratory and Field test, supervised by SUMONO and LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Permeability of the soil is one important factor in designing drainage channels. The determination of soil permeability can be done in the field and in laboratory. The research was aimed to determine the value of permeability rate in Sei Krio Alluvial, Entisol, and Ultisol soils in PTPN II Tanjung Morawa thorugh laboratory and field tests.
Results of laboratory studies showed that the rate of permeability on Alluvial, Entisol, and Ultisol soils were, 4.39 cm/hour, and 2,14 cm/hour respectively. The value of permeability rate in the field on Alluvial, Entisol and Ultisol soils were 3.45cm/hour, 4,12 cm/hour, and 2,01 cm/hour respectively. Factor affecting the permeability differences between the three types of soil were effective depth and porosity of the soil. Differences in soil permeability in laboratory and in the field were because of the thickness of the soil.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di GunungTua pada tanggal 10 September1989 dari ayah Hakim Siregar dan ibu Nur Lela Sari Harahap. Penulis merupakan anak
kedua dari empat bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari MA SWASTA BAHARUDDIN Padang Sidempuan dan pada tahun 2009 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur
Penelusuran Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian, FakultasPertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA). Penulis juga aktif dalam Organisasi ekstrauniversitas, sebagai anggota Badan Kenaziran Musholla (BKM) Fakultas
Pertanian USU. Penulis juga pernah aktif pada sebuah Organisasi Ikatan Keluarga Besar Pesantren Modern Baharuddin (IKBAPEMBA).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT.PP LONDON SUMATERA TURANGIE POM Langkat, dari tanggal 16 Juli sampai 30Juli 2012.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsiini
yang berjudul “Kajian Permebilitas Beberapa jenis Tanah di Sei Krio Kecamatan Sunggal dan di PTPN II Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang melalui uji laboratorium dan lapangan” yang merupakan salah satu syarat untuk
mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS dan Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, MSi. Siselaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini serta kepada kedua orang tua yang telah banyak memberikan dukungannya baik secara moril maupun
material.
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga usulan penelitian ini
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Permeabiltas Tanah ... 5
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permeabilitas ... 7
Tekstur Tanah... 7
Kandungan Bahan Organik ... 10
Kerapatan Massa Tanah(Bulk Density) ... 12
Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density) ... 13
Porositas ... 15
Kedalaman Efektif Tanah ... 17
Tanah ... 18
Klasifikasi Tanah ... 19
Tanah Entisol ... 21
Tanah Ultisol ... 21
Tanah Alluvial ... 22
METODOLOGI PENELITIAN ... 24
Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
Alat dan Bahan Penelitian ... 24
Metode Penelitian ... 24
Pelaksanaan Penelitian ... 25
Parameter Penelitian ... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
Kondisi Daerah Penelitan ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
Kesimpulan ... 39
Saran ... 40
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Harkat permeabilitas tanah... .7
2. Kelas porositas tanah ... 16
3. Hasil analisa tekstur tanah ... 28
4. Hasil analisa kandungan bahan organik tanah ... 30
5. Hasil analisa kerapatan massa tanah (Bulk density) ... 31
6. Hasil analisa kerapatan partikel tanah (Partikel density) ... 32
7. Hasil analisa porositas tanah ... 32
8. Hasil analisa kedalaman efektif tanah ... 34
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
SARIP MUDA SIREGAR: Kajian Permeabilitas Beberapa Jenis Tanah di Sei Krio Kecamatan Sunggal dan di PTPN II Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Melalui Uji Laboratorium dan Lapangan, dibimbing oleh SUMONO dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Permeabilitas tanah merupakan salah satu faktor penting dalam merancang saluran drainase. Penentuan nilai permeabilitas tanah dapat dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai laju permeabilitas pada tanah Alluvial, Entisol, dan Ultisol di Sei Krio dan di PTPN II Tanjung Morawa melalui Uji laboratorium dan lapangan.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan nilai laju permeabilitas pada tanah Alluvial, entisol, dan Ultisol berturut-turut sebesar 4,45 cm/jam, 5,20 cm/jam, dan 2,14 cm/jam. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan nilai laju permeabilitas pada tanah Alluvial Entisol dan Ultisol sebesar, 3,45 cm/jam, 4,12 cm/jam, dan 2,01cm/jam. Faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai permeabilitas di antara ketiga jenis tanah adalah kedalaman efektif dan porositas tanah. Perbedaan nilai permiabelitas tanah di laboratorium dan di lapangan karena faktor ketebalan tanah.
Kata kunci: Permeabilitas, Kedalaman Efektif, Porositas, Drainase.
ABSTRAK
SARIP MUDA SIREGAR:Permeability study of Several Soil Types in Sunggal Sei Krio District and in PTPN II Tanjung Morawa District Deli Serdang Through Laboratory and Field test, supervised by SUMONO and LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Permeability of the soil is one important factor in designing drainage channels. The determination of soil permeability can be done in the field and in laboratory. The research was aimed to determine the value of permeability rate in Sei Krio Alluvial, Entisol, and Ultisol soils in PTPN II Tanjung Morawa thorugh laboratory and field tests.
Results of laboratory studies showed that the rate of permeability on Alluvial, Entisol, and Ultisol soils were, 4.39 cm/hour, and 2,14 cm/hour respectively. The value of permeability rate in the field on Alluvial, Entisol and Ultisol soils were 3.45cm/hour, 4,12 cm/hour, and 2,01 cm/hour respectively. Factor affecting the permeability differences between the three types of soil were effective depth and porosity of the soil. Differences in soil permeability in laboratory and in the field were because of the thickness of the soil.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah adalah bagian permukaa
karena tanah mampu mendukung kehidupan
menyediakan antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi
yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman (Bucman dan Brandy,
1982).
Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis
berfungsi sebagai habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat adiktif bagi tanaman (Hanafiah, 2005).
Salah satu bagian penting dari budi daya pertanian yang sering terabaikan oleh para praktisi pertanian di Indonesia adalah konservasi tanah. Hal ini terjadi antara lain karena dampak degradasi tanah tidak selalu segera terlihat di lapangan,
atau tidak secara drastis menurunkan hasil panen. Dampak erosi tanah dan pencemaran agrokimia. Misalnya, tidak segera dapat dilihat seperti halnya
tanah yang efektif, produktivitas lahan yang tinggi dan usaha pertanian sulit terjamin keberlanjutannya (Arsyad, 1989).
Konservasi tanah yang efektif dapat meningkatkan kemampuan tanah
dalam menahan air. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan
air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat. Atau sebaliknya, tanah berpasir bertekstur kasar mempunyai daya melewatkan air atau
permeabilitas yang besar (Lubis, 2007).
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan limpasan laju air
(Soepardi, 1994).
Faktor lain yang mempengaruhi permeabilitas tanah adalah, jenis tanah, dan pori tanah yang secara langsung berpengaruh terhadap mudah tidaknya air
bergerak dalam tanah. Struktur tanah sangat berpengaruh terhadap gerakan air dapat dilihat dari tingkat kegemburan tanah, dimana semakin gembur tanah
gerakan air akan cepat terjadi, dibanding tanah pejal atau gumpal (Arsyad, 1989). Setiap jenis tanah mempunyai permaebilitas yang berbeda. Pengukuran permeabilitas sangat penting untuk pengukuran beberapa aspek hidrolika
pertanian seperti masuknya air ke dalam tanah, aliran air drainase, evaporasi dari permukaan tanah. Penentuan besarnya erosi tanah dengan faktor permeabilitas
memainkan perannya di bidang pertanian. Jenis tanah yang banyak digunakan untuk usaha tani diantaranya adalah Entisol, Ultisol dan Aluvial seperti areal persawahan dan perkebunan pada daerah dataran rendah.
Di Kabupaten Deli Serdang yang memiliki lahan perkebunan dan persawahan yang cukup luas memiliki ketiga jenis tanah di atas. Untuk lahan
persawahan atau ladang dengan jenis tanah Aluvial diantaranya ditemukan di Sei Krio Kecamatan Sunggal dan untuk perkebunan dengan jenis tanah Entisol dan Ultisol di Kebun Tanjung Garbus PTPN II Kecamatan Tanjung Morawa.
Pengukuran permeabilitas tanah dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan, tergantung kepada keperluan dan peralatan yang dimiliki. Kedua cara
pegukuran tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun secara ideal dengan pengukuran menggunakan kedua cara tersebut baik di laboratorium dan di lapangan pada tanah atau lahan yang sama harus memberikan
nilai yang sama atau tidak berbeda secara signifikan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai permeabilitas
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai sifat permeabilitas pada tanah.
3. Bagi masyarakat, untuk membantu masyarakat dalam pengelolaan dan
TINJAUAN PUSTAKA
Permeabilitas Tanah
Sifat fisik tanah yang paling penting adalah kapasitas menahan air yang
tersedia, yang berkaitan dengan tekstur tanah dan kandungan bahan organik. Indikator tentang kondisi drainase juga penting, misalnya kedalaman muka air tanah, permeabilitas lapisan bawah, yang berhubungan dengan kedalaman
perakaran dan permeabilitas (Seta, 1994).
Permeabilitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk meneruskan air
atau udara. Permeabilitas umumnya diukur sehubungan laju aliran air melalui tanah dalam suatu massa waktu dan dinyatakan sebagai cm/jam(Foth, 1984).
Permeabilitas dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Permeabilitas
berbeda dengan drainase yang lebih mengacu pada proses pengaliran air saja, permeabilitas dapat mencakup bagaimana air, bahan organik, bahan mineral,
udara dan partikel – partikel lainnya yang terbawa bersama air yang akan diserap masuk kedalam tanah (Rohmat, 2009).
Untuk menentukan besarnya permeabilitas tanah dapat dihitung dengan
Gambar 1. Permeameter Permukaan Konstan (Constant – Head Permeameter) (Israel and Hansend, 1962).
Dengan permukaan yang dijaga konstan, di mana aliran air yang masuk terus menerus ataupun penambahan air secara kontinyu sehingga aliran air yang stabil melalui tanah. Gambar 1 menggambarkan dua permeameter permukaan
konstan yang digunakan untuk tes di laboratorium (a) dan studi lapangan (b).
k= QL
AhL...(1) di mana:
k = koefisien permeabilitas (cm/jam) Q = debit aliran (cm3/jam)
A = luas permukaan (cm2)
hL = ketinggian dari permukaan air hingga dasar tabung (cm) L = ketinggiantabung dalam tanah (cm)
(Israelsen and Hansen, 1962).
Cepat atau lambatnya tanah meneruskan air atau udara dalam tanah dapat
Tabel1. Kelas permeabilitas tanah:
Sangat cepat >25,00
Sumber : Uhland and O’neal, 1951.
Menurut Susanto dan Purnomo (1994),tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan
makin rendah koefisien permeabilitasnya.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permeabilitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah diantaranya tekstur, porositas, kandungan bahan organik, kerapatan massa, kerapatan partikrel dan kedalaman efektif tanah.
Tekstur
Tekstur adalah ukuran proporsi kelompok ukuran butir-butir primer bagian
mineral tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar (tanah-tanah berpasir) mempunyai kapasitas dan laju infiltrasi yang tinggi sehingga jika tanah tersebut dalam maka erosi dapat diabaikan, demikian pula dengan tanah bertekstur pasir
yang paling peka terhadap erosi adalah debu , pasir sangat halus (Islami and Utomo, 1995).
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang
mengacu pada kehalusan dan kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah liat. Partikel pasir berukuran relatif
lebih besar dan oleh karena itu menunjukan luas permukaan tanah yang kecil dibandingkan dengan yang ditunjukan oleh partikel-partikel debu dan tanah liat yang berbobot sama(Foth,1984).
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah menunjang pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah akan
mempengaruhi kemapuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Tanah pasir yaitu dengan kandungan pasir >79%, porositasnya rendah (<40%), sebagian ruang pori berukuran besar sehingga
aerasinya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan zat hara rendah. Tanah pasir mudah diolah, sehingga disebut juga tanah ringan.Tanah disebut bertekstur liat jika kandungan liat pada tanah tersebut >35%, kemampuan
menyimpan air dan hara tanaman tinggi.Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah, tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan
liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi aerasi dan tata udara serta udara cukup baik, kemampuan menyimpan air untuk tanaman tinggi ( Islamiand Utomo, 1995).
Tekstur tanahmerujuk pada tingkat kekasaran atau kehalusan dari tanah. Secara spesifik, tekstur adalah bagian relatif dari pasir, debu dan liat dalam suatu
berbeda-beda dan dapat digolongkan ke dalam tiga fraksi. Ada yang berdiameter besar sehingga dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian halusnya sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
(Sarief, 1986).
Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Terdapat
perbedaan penting lainya antara pasir, dan liat pada beberapa tanah yang dihubungkan dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan element-element tanaman yang esensial (kesuburan tanah). Pada umumnya unsur hara
yang esensial dan dapat tersedia sebagai partikel debu, area permukaanya per gram lebih besar, dan tingkat pelapukannya lebih cepat dari pada pasir yang
menyebabkan tanah lebih subur dari pada tanah berpasir. Hukum stokes menghubungkan kecepatan penurunan sebatas dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas dan viskositas
terhadap diameternya jika dicoba pada kekuatan lapang yang ketahui (Muklis, 2011).
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan kelas teksturnya maka tanah
digolongkan menjadi tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir yaitu bertekstur pasir atau pasir berlempung.
Tanah bertekstur halus atau kasar, berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar
meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus, tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur berlempung
(silt) dan tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (clay
loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam), atau lempung liat berdebu (sandy
silt loam).
Tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas tanah, karena berkaitan dengan kemampuan tanah meloloskan air. Misalnya tanah yang bertekstur pasir
akan mudah melewatkan air dalam tanah. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorbsi. Semakin halus teksturnya akan makin deras luas permukaan adsorbsi sehingga
semakin besar kapasitas simpan airnya, hasilnya berupa peningkatan kadar dan ketersediaan air tanah (Hanafiah, 2005).
Kandungan bahan organik
Bahan organik adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal dari tanaman, hewan dan manusia yang terdapat dipermukaan atau di dalam tanah
dengan tingkat pelapukan yang berbeda. Pengaruh pemberian bahan organikterhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme, sehingga kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan bahan
organik juga meningkat (Bachtiar, 2011)
Karbon merupakan bahan organik yang utama yaitu berkisar 47% karbon
diserap tanaman berasal dari udara, kemudian bahan organik didekomposisikan kembali dan membebaskan sejumlah karbon udara bereaksi dalam membentuk asam karbonat Ca,Mg,K atau bikarbonat (Hakim, 1986).
Pengaruh pemberian bahan organik terhadap terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme, sehingga kegiatan
demikian unsur hara yang terdapat didalam tanah tersedia bagi tanaman. Tersedianya organik dalam tanah mempengaruhi populasi dan jenis mikroba (bakteri, jamur) di dalam tanah (Kartasapoetra, 1998).
Penambahan bahan organik dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah seperti meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang
dapat melepaskan asam organik yang tersedia dalam tanah, meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah tinggi. Bahan organik juga dapat
menyumbangkan unsur hara N, P, K, Ca, Mg serta mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe dalam tanah (Suharta, 2008).
Kohnke (1968) menyatakan bahwa fungsi bahan organik adalah sebagai sumber makanan dan energi bagi mikroorganisme, membantu keharaan tanaman melalui perombakan dirinya sendiri melalui kapasitas pertukaran humusnya,
menyediakan zat-zat yang dibutuhkan dalam pembentukan pemantapan agregat-agregat tanah, memperbaiki kapasitas mengikat air dan melewatkan air, serta membantu dalam pengendalian limpasan permukaan dan erosi.
Adanya bahan organik dalam tanah akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah seperti meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang dapat
melepas asam organik yang tersedia dalam tanah, meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah tinggi (Susanto, 2005).
Kerapatan Massa tanah (Bulk Density)
Kerapatan massa menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu berat kering
Perkembangan struktur yang paling besar pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir (Foth, 1984).
Pemberian bahan organik pada tanah dapat menurunkan bulk density tanah, hal ini disebabkan oleh bahan organik yang di tambahkan mempunyai
kerapatan jenis yang lebih rendah. Kemantapan agregat yang semakin tinggi dapat menurunkan bulk density tanah maka persentase ruang pori – pori semakin besar dan kapasitas mengikat air semakin tinggi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005).
Menurut Islami dan Utomo (1995) besarnya bobot volume (bulk density) tanah-tanah pertanian bervariasi dari sekitar 1,0 g/cm3 sampai 1,6 g/cm3, yang
dipengaruhi oleh tekstur tanah, kandungan bahan organik tanah dan struktur tanah atau lebih khusus bagian rongga pori tanah. Nilai porositas pada tanah pertanian bervariasi dari 40% sampai 60%.
Kerapatan masa tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediannya terbatas dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernapasan akar
dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang rendah (Hakim, 1986).
Kerapatan massa tanah menunjukkan perbandingan berat tanah terhadap volume total (udara, air, dan padatan) yang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
ρb
=
MsVt
...
(2)Vt = volume total (cm3) (Hillel, 1981).
Menurut Nurmi, dkk (2009) nilai bulk density berbanding terbalik dengan ruang pori total tanah. Nilaibulk density yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut lebih padat dibandingkan dengan tanah-tanah yang memiliki nilaibulk
density yang lebih rendah. Semakin padat suatu tanah, volume pori pada tanah
tersebut semakin rendah.
Mustofa (2007) menyatakan bahwa nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur, kandungan air tanah, dan lain-lain.
Pengolahan tanah yang sangat intensif akan menaikkan bobot isi. Hal ini disebabkan pengolahan tanah yang intensif akan menekan ruang pori menjadi
lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang tidak pernah diolah.
Menurut Nurmi, dkk (2009) nilai bulk density berbanding terbalik dengan ruang pori total tanah. Nilai bulk density yang tinggi menunjukkan bahwa tanah
tersebut lebih padat dibandingkan dengan tanah-tanah yang memiliki nilai bulk
density yang lebih rendah. Semakin padat suatu tanah, volume pori pada tanah
tersebut semakin rendah.
Kerapatan Butir Tanah (Partikel Density)
Kerapatan butir tanah menyatakan berat butir-butirpadat tanah yang
terkandung di dalam tanah. Menghitung kerapatan butir tanah, berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan hanya diberikan untuk partikel
tanah mineral kerapatan partikelnya rata-ratasekitar 2,6 g/cm3. Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Walau
demikian kerapatan butir tanah tidak berbeda banyak pada tanah yang berbeda, jika tidak, akan terdapat suatu variasi yang harus mempertimbangkan kandungan
tanah organik atau komposisi mineral (Foth, 1984).
Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik yang terkandung dalam
tanah, maka makin kecil nilai kerapatan partikelnya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki berat yang lebih kecil daripada benda padat
tanah mineral yang lain. Sehingga jumlah bahan organik dalam tanah mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya tanah permukaan kerapatan butirnya lebih kecil daripada sub soil. Dengan adanya bahan organik, menyebabkan nilai
kerapatan partikelsemakin kecil (Hanafiah, 2007).
Untuk menentukan particle density, yang diperhatikan adalah pada partikel-partikel bagian padat dari tanah. Oleh karena itu particle density dari
setiap jenis tanah adalah konstan, tidak bervariasi dengan jumlah ruang antara partikel-partikel tanah. Kerapatan partikel tanah menunjukkan perbandingan
antara massa tanah kering terhadap volume tanah kering dengan persamaan:
ρs
=
MsVs
...
(3)Porositas
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga
merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara sehingga
muda keluar masuk tanah secara leluasa (Hanafiah, 2005 ).
Ruang pori tanah adalah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang pori sebagian ditentukan oleh susunan butir-butir padat, apabila letak keduanya
cendrung erat seperti pada pasir atau subsoil yang padat, total porositasnya rendah sedangkan tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap terjadi pada
tanah-tanah yang bertekstur sedang yang besar kandungan bahan organiknya, ruang pori persatuan volume akan tinggi (Bukman dan Brady, 1982).
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah,
dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah dengan struktur granuler/remah, mempunyai porositas yang tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur pejal. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori
makro sehingga sulit menahan air (Hardjowigeno, 2003 ).
Sistem perakaran merupakan faktor lain yang diduga berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya nilai porositas tanah. Sistem perakaran tanaman akan melakukan pentrasi secara vertikal dan lateral untuk menyerap unsur hara. Secara tidak langsung akar-akar tanaman akan mengikat butir-butir tanah, sehingga tanah
menjadi remah (Saribun, 2007).
Pengaruh pemadatan terhadap permeabilitas tanah adalah memperlambat
meninggi. Selanjutnya permeabilitas akan meningkat bila: 1) agregasi butir-butir tanah menjadi remah, 2) adanya bahan organik, 3) terdapat saluran bekas lubang yang terdekomposisi, dan 4) porositas tanah yang tinggi. Pengaruh pemadatan
terhadap permeabilitas tanah terjadi karena pori kecil yang menghambat gerakan air meningkat (Sarief, 1989).
Tanah bertekstur kasar mempunyai persentase ruang pori total lebih rendah dari pada tanah bertekstur halus, meskipun rataan ukuran pori bertekstur kasar lebih besar dari pada ukuran pori tanah bertekstur halus (Arsyad, dkk,
1989). Kelas porositas tanah dapat dilihat pada (Tabel 2). Tabel 2.Kelas porositas tanah yaitu :
Porositas (%) Kelas
Kerapatan massa berbanding terbalik dengan porositas tanah, bila kerapatan massa tanah rendah maka porositas tinggi dan sebaliknya bila kerapatan
massa tanah tinggi maka porositas rendah. Pengelolaan lahan juga turut mempengaruhi proses pemadatan tanah. Dimana partikel halus akan mengisi pori tanah sehingga kerapatan massa akan semakin besar (Monde, 2010).
Porositas tanah atau total ruang pori dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:
f=�1−ρb
ρs� 100 %...(4)
ρ
b = kerapatan massa tanah (g/cm3)ρ
s = kerapatan partikel tanah (g/cm3)(Hillel, 1981).
Kedalaman Efektif Tanah
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai kepada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar
tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa lapisan padas keras, padas liat, padas rapuh (Arsyad, 1989).
Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus
oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar
kasar, serta dalamnya akar-akartersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1993).
Kedalaman tanah berhubungan dengan ketebalan lapisan atas dan lapisan bawah sampai lapisan batuan induk. Tanah dangkal merupakan masalah yang
terbesar di dalam manajemen lahan dan perkembangannya.Kegunaan dari mengetahui kedalaman tanah adalah dapat menentukan dalam perkembangan akar dan ketersediaan air. Tanah dengan kedalaman dangkal akan membatasi
ketersediaan air dan pertumbuhan akar. Demikian juga, tanah dangkal pada area yang datar dengan permeabilitas rendah akan mungkin tergenang secara musiman
(Hardjowigeno, 2003).
yang dapat menghambat penetrasi akar, maka perakaran tanaman akan berpeluang menembus sampai perbatasan mineral tanah dan bahan geologis atau bukan tanah. Kedalaman efektif tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : dalam (> 90 cm),
sedang (50 – 90 cm), dangkal (25 – 50 cm), dan sangat dangkal (< 25 cm) (Foth, 1998).
Tanah
Tanah adalah bagi organik. Tanah di setiap daerah beda jenisnya. Komposisi tanah
berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah. Setiap tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan yang berbeda.
Sebagian besar jenis tanah mengacu pada pola utama lapisan tanah yang terkadang disebut dengan lapisan tanah yang ideal. Profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal
mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah ulang lebih tepat (Foth, 1998).
Tanah terdapat dimana saja dan selalu berada disekeliling kita, tapi
pengertian tanah bagi setiap orang akan selalu berbeda tergantung dari sudut mana orang melihat tanah. Kebanyakan orang tidak pernah memikirkan asal kejadian
tanah, darimana asalnya, dan bagaimana sifat-sifatnya, padahal sifat-sifat tanah di suatu tempat akan berbeda dengan sifat tanah di tempat lain (Bachtiar, 2011).
Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berhubungan dengan
bentuk/kondisi tanah asli, yang termasuk diantaranya adalah tekstur, struktur, porositas, stabilitas, konsistensi warna maupun suhu tanah. Sifat tanah berperan
maupun oksigen juga sebagai pembatas gerakan akar tanaman (Hakim, dkk, 1986).
Klasifikasi Tanah
Tanah yang terdapat di permukaan bumi ini banyak macam dan jenisnya sehingga berbeda-beda pula sifatnya. Dari sifat fisiknya yang mudah dapat dilihat
dengan mata ada tanah yang berwarna hitam, merah, kuning, coklat, dan kelabu ada juga tanah yang bersifat lengket, lengket karena banyak mengandung liat, sehingga sukar diolah dan ada juga yang banyak mengandung pasir sehingga tidak
kuat menahan air, dan unsur hara. Kita juga mengenal adanya tanah-tanah yang berasal dari hasil pelapukan vahan organik yang berwarna hitam yang disebut
dengan tanah gambut yang sifat-sifatnya jauh berbeda dengan tanah-tanah mineral yang berasal dari pelapukan batuan. Untuk dapat mengenal sifat-sifat suatu tanah, maka perlu dilakukan penggolongan atau klasifikasi terhadap tanah tersebut
berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi klasifikasi tanah adalah usaha yang dilakukan untuk mengenal dan membedakan tanah atau menggolongkan tanah berdasarkan sifat-sifat tanah tersebut. Pentingnya dilakukan klasifikasi tanah ini
untuk memudahkan perlakuan yang akan diberikan terhadap tanah tersebut dalam usaha pertanian misalnya dalam pengelolaannya. Karena tanah mempunyai sifat
yang berbeda, maka pengelolaannyapun akan berbeda (Bachtiar, 2011).
Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu:
a. Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan
b. Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa
faktor lokal terutama bahan induk dan relief;
c. Tanah azonal, yakni tanah yang belum menunjukkan perkembangan profil
dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.
Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat
tanah (taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State Department of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengan tujuh pendekatan dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah.
Sistem ini bersifat alami berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis (Sutanto, 2005).
Tanah Entisol
Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapisudah
terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik. Banyak tanah Entisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak ditanam di
daerah-daerah Aluvial ini (Seta, 1994).
Di Indonesia tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan
baik sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu
vulkan ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organik (Tan,
Tanah Ultisol
Proses pembentukan entisol dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya iklim yang sangat kering sehingga proses pelapukan berjalan lambat, erosi yang
kuat sehingga mampu membawa bahan endapan yang lebih banyak dari yang dibentuk melaui proses pedogenik, pengendapan terus-menerus, bahan induk yang
sukar melapuk dan tidak subur, selalu jenuh air dan selalu tergenang.Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian jaya, serta sebagian kecil di pulau Jawa,
terutama di wilayah Jawa Barat. Ultisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan yang berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini
mengandung bahan organik rendah dan strukturnya tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi (Hardjowigeno,1993).
Pembentukan tanah berjalan cepat didaerah yang beriklim humid dengan
suhu tinggi dan curah hujan tinggi.Seperti halnya di Indonesia Ultisol telah mengalami pencucian yang sangat intensif menyebabkan Ultisol memiliki kejenuhan basa yang rendah dan pelapukan mineral yang rendah. Tanah Ultisol
memiliki kepadatan tanah 1,10-1,35 g/cm3, tingkat infiltrasi dan perkolasi sedang hingga lambat dan kemasaman tanah tinggi, kejenuhan Al tinggi, KTK rendah,
kandungan N, P, dan K rendah sehingga Ultisol miskin secara fisik dan kimia(Hardjowigeno,2003).
Tanah Aluvial
Aluvial terbentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah.Tanah Aluvial memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan
aliran sungai sebelum diendapkan. Tanah Aluvial hanya terdapat pada lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir. Hal yang mencirikan pada pembentukan Aluvial ialah bahwa pada bagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh
dari sumbernya. Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempat yang sama akan lebih seragam, makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang
diangkut. Tanah Alluvial pada proses pembentukannya sangat tergantung dari bahan induk asal tanah dan topografi, tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan bahan
organik dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena
tergantung dari bahan induk (Hardjowigeno,1993).
Tanah Aluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering dan lekat jika basah. Kaya akan fosfat yang mudah larut dalam sitrat 2%
mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya. Tekstur tanah Aluvial yaitu liat atau
liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan teguh pada waktu lembab. Status kesuburan Alluvial tergantung dengan bahan induk dan iklim.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inidilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2013 di Laboratorium Sentral dan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dan lahan yang digunakan di daerah Sei Krio Kecamatan Sunggal dan PTPN II Medan Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli serdang.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ring sampel
yangdigunakan untuk media tanah, permeameter sebagai alat untuk mengukur laju permeabilitas, timbangan sebagai alat penimbang tanah, bor sebagai alat ukur kedalaman tanah di lapangan, tabung sebagai tempat air, tabung ukur untuk
mengukur air yang ditambahkan secara kontinyu di tabung permeameter, Stopwatch untuk menghitung waktu, penggaris sebagai alat pengukur tinggi air,
dan alat tulis sebagai pencatat data.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain air, kertas label, sampel tanah Ultisol, Entisol, dan Aluvial, data jenis tanah.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium dan langsung di lapangan dengan
Pelaksanaan Penelitian
Pengukuran permeabilitas dilakukan dengan dua metode yaitu: 1. Pengujian di laboratorium
a. Laboratorium Sentral
- Ditentukan titik pengambilan sampel tanah, diambil sampel tanah.
- Digunakan ring sampel sebagai media tanah. - Diukur laju permeabilitas tanah.
- Dianalisis sifat fisika tanah (tekstur tanah). - Dianalisis kandungan C-Organik tanah. b. Laboratorium Keteknikan Pertanian
- Dihitung kerapatan massa tanah. - Dihitung kerapatan partikel tanah.
- Dihitung porositas tanah. 2. Pengujian langsung di lapangan
a. Ditentukan lokasi tanah yang akan diuji.
b. Diukur kedalaman efektif tanah dengan menggunakan bor tanah. c. Dimasukkan tabung permeameter ke dalam tanah sedalam 30 cm.
d. Dimasukkan air ke dalam tabung permeameter setinggi 40 cm.
e. Ditambahkan air secara terus – menerus untuk mempertahankan
ketinggian air yang konstan.
f. Dicatat penambahan airnya dalam satuan volume dalam jangka waktu
tertentu.
Parameter Penelitian
1. Jenis tanah
Adapun jenis tanah yang diamati pada lahan Sei Krio adalah tanah Aluvial
dan di lahan Perkebunan Tanjung Garbus PTPN II Tanjung Morawa adalah jenis tanah Entisol, dan Ultisol.
2. Kedalaman efektif tanah
Kedalaman efektif tanah diukur langsung di lapangan dengan cara melakukan pengeboran sebatas kedalaman maksimal yang dapat ditembus
perakaran, yaitu ketika tanah sudah mulai keras atau dengan kata lain sulit untuk dibor lebih lanjut.
3. Kadar C-organik tanah
Besanya kadar C-organik tanah dapat ditentukan dari pengukuran di Laboratorium Sentra Fakultas Pertanian USU.
4. Tekstur tanah
Tekstur dari tanah ini dapat diketahui dari pengukuran di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian USU.
5. Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density)
Kerapatan massa tanah dihitung dengan persamaan (3). 6. Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density)
Kerapatan partikel tanah dihitung dengan persamaan (4). 7. Porositas Tanah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Daerah Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pada dua lahan yaitu di PTPN II Medan
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan di daerah Sei Krio Kecamatan Sunggal.
A. PTPN II Tanjung Morawa.
Menurut letak geografis, kebun TGP terletak di Kabupaten Deli Serdang dengan pusat kota Lubuk Pakam,disebelah timur kota Medan dengan jarak kebun
TGP ke kota Medan sekitar 27 km. Kebun TGP meliputi 5 (lima) wilayah kecamatan:
a. Kecamatan Tanjung Morawa
b. Kecamatan Lubuk Pakam c. Kecamatan Beringin
d. Kecamatan Pagar Merbau
e. Kecamatan Galang (PTPN II, 2008).
Hamparan lahan kebun TGP mempunyai topografi dominan data, hanya
sekitar 15% berbukit yaitu di Afdeling I dan II dengan kemiringan 300.
B. Desa Suka Maju.
Desa Suka Maju merupakan salah satu desa yang diairi oleh sistem irigasi
Sei Krio. Luas desa ini yaitu 613 Ha, yang terdiri atas lahan sawah seluas 272 ha, tegal/kebun seluas 200 ha, pemukiman seluas 50 ha, pekarangan seluas 56 ha, empang/kolam seluas 8 ha dan lain-lain seluas 27 ha.
berbatasan dengan Desa Sei Beras Sekata, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pacur Batu dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Telaga Sari dan Desa Sei Mencirim.
Keadaan topografi Desa Suka Maju yaitu, untuk lahan sawah memiliki topografi datar (<5%) dan untuk lahan darat memiliki topografi datar (<5%). Jenis
tanah pada lahan sawah dan lahan darat di Desa Suka Maju yaitu Aluvial. Berdasarkan data Stasiun Sampali Kabupaten Deli Serdang, Desa Suka Maju memiliki suhu udara rata-rata bulanan 26,9oC dan besar persentase lama
penyinaran matahari bulanan 3,8% (Penyuluh Pertanian Lapangan Suka Maju, 2012).
Jenis Tanah
Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat–sifat dari tanah
tersebut. Beberapa jenis tanah yang terdapat di Lahan PTPN II Tanjung Garbusadalah Entisol, Ultisol, Sedangkan di lahan desa Sei Krio Kecamatan Sunggal jenis tanahnya adalah Alluvial.
Tekstur Tanah
Pengukuran tekstur tanah di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian USU
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisa tekstur tanah.
Jenis tanah Fraksi Tekstur tanah
Pasir (%) Debu (%) Liat (%)
Alluvial 42 40 18 Lempung
Entisol 56 32 12 LempungBerpasir
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa tanah Alluvial memiliki tekstur lempung, tanah Entisol memiliki tekstur lempungberpasir, dan tanah Ultisol memiliki tekstur liat yang dapat ditentukan dengan menggunakan segitiga USDA.Tekstur
dapat mempengaruhi permeabilitas dimana tanah yang lapisan bawahnya bertekstur kasardaya serap air terhadap tanah sangat tinggi dibandingkan dengan
tanah yang lapisan bawahnya padat dan permeabilitasnya rendah.
Jika dilihat perbandingan persentase pasir, liat, dan debu pada ketiga jenis tanah, persentase kandungan pasir pada tanah Entisol merupakan yang terbesar
dibandingkan tanah Alluvial dan Ultisol, kandungan liat pada tanah Ultisol lebih besar dibandingkan tanah Alluvial dan Entisol dan untuk kandungan debu pada
tanah Alluvial lebih besar dibandingkan tanah Entisol dan Ultisol. Dengan demikian tanah Ultisol lebih sulit untuk meloloskan air dibandingkan tanah Alluvial dan Entisol karena kandungan pasirnya lebih rendah dibandingkan
dengan kedua tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Islami dan Utomo (1995) yang menyatakan bahwa Tanah-tanah yang bertekstur kasar (tanah-tanah berpasir) mempunyai kapasitaslaju infiltrasi yang tinggidan tanah akan mudah
melewatkan air, demikian pula dengan tanah bertekstur pasir halus jika terjadi aliran permukaan maka butir-butir halus ini akan mudah sekali terangkut.
Pasir memiliki luas permukaan yang kecil setiap gramnya sehingga kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah tetapi daya hantar air cepat. Berbeda dengan tanah liat yang memiliki permukaan yang lebih luas setiap
gramnya sehingga tanah liat memiliki kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi sedangkan daya hantar air lambat dan sirkulasi udara kurang
untuk menyimpan air. Tanah dengan kapasitas terbesar untuk menahan air melawan tarikan gravitasi adalah tanah liat (Foth, 1994).
Bahan Organik Tanah
Pengukuran kadar C-Organik tanah di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian USU dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil analisa kandungan bahan organik tanah.
Jenis tanah Kadar C-organik (%) Kandungan bahan organik (%)
Alluvial 1,49 2,57
Entisol 0,84 1,45
Ultisol 0,51 0,89
Dari Tabel 4 didapat hasil pengukuran kandungan bahan organik dari ketiga jenis tanah, di mana kandungan bahan organik yang terbesar adalah pada
tanah Alluvial sebesar 2,57 % dan kandungan bahan organik yang terkecil adalah pada tanah Ultisol sebesar 0,89 %. Dengan kandungan bahan organik yang lebih besar pada tanah Alluvial maka kemampuan menahan air lebih besar
dibandingkan pada tanah Entisol dan Ultisol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharta (2008).yang menyatakan bahwa Penambahan bahan organik dalam tanah
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah seperti meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang dapat melepaskan asam organik yang tersedia dalam tanah, meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah
yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah tinggi.
Menurut Susanto (2005) adanya bahan organik dalam tanah akan
Kerapatan Massa Tanah
Pengukuran kerapatan massa tanah di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian USU dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil analisa kerapatan massa tanah (Bulk density).
Jenis tanah Bulk density (gr/cm3)
Alluvilal 1,14
Entisol 1,12
Ultisol 1,15
Dari Tabel 5 dapat dilihat hasil pengukuran kerapatan massa yang berbeda
di antara ketiga jenis tanah, di mana nilai kerapatan massa yang terbesar terdapat pada tanah Ultisol sebesar 1,15 g/cm3 dan nilai kerapatan massa yang terkecil terdapat pada tanah Alluvial dan Entisol sebesar 1,12 dan 1,14 g/cm3. Hal ini
menunjukkan tanah Ultisol lebih padat dibandingkan dengan tanah Alluvial dan Entisol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (2003)yang menyatakan
bahwa tanah lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar daripada tanah mineral yang bagian atasnya mempunyai kandungan bulk density yang lebih rendah dibandingkan tanah di bawahnya.
Menurut Hardjowigeno (2007) kerapatan massa merupakan petunjuk kepadatan tanah dimana semakin padat suatu tanah maka akan semakin tinggi
kerapatan massanya, artinya semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar.
Kerapatan Partikel Tanah
Tabel 6. Hasil analisa kerapatan partikel tanah (Particle density).
Jenis tanah Particle density (gr/cm3)
Alluvial 2,75
Entisol 2,88
Ultisol 2,45
Dari Tabel 6 dapat dilihat hasil pengukuran kerapatan partikel pada ketiga jenis tanah, di mana nilai kerapatan partikel yang terbesar terdapat pada tanah
Entisol sebesar 2,88 g/cm3 dan nilai kerapatan partikel yang terkecil terdapat pada tanah Ultisol sebesar 2,45 g/cm3. Besarnya nilai kerapatan pertikel akan semakin rendah dengan adanya bahan organik (Hanafiah, 2007) dimana pada tanah
memiliki kandungan bahan organik yang besar sehingga nilai kerapatan partikelnya rendah. Kerapatan partikel tanah juga tidak hanya pengaruhi oleh
bahan organik tetapi padafaktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti tekstur tanah.
Porositas Tanah
Pengukuran nilai porositas tanah di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian USU dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil analisa porositas tanah.
Jenis tanah Porositas (%)
Alluvial 59
Entisol 61
Ultisol 53
Dari Tabel 7 dapat dilihat nilai porositas tanah Entisol lebih besar dibandingkan nilai porositas tanah Alluvial dan Ultisol. Menurut Hardjowigeno
Selain bahan organik, sistem perakaran merupakan faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai porositas tanah. Sistem perakaran tanaman akan melakukan penetrasi secara vertikal dan lateral untuk menyerap
unsur hara. Secara tidak langsung akar-akar tanaman akan mengikat butir-butir tanah, sehingga tanah menjadi remah (Saribun, 2007). Adanya tanaman di atas
tanah juga dapat meningkatkaan kandungan bahan organik serta biota tanah, dimana porositas tanah akan tinggi jika kandungan bahan organik tinggi(Lee, 1990 dalam Asdak, 2002).
Besar nilai porositas dapat diperoleh dari persamaan (3) dan (4) yaitu kerapatan massa tanah dan kerapatan partikel tanah. Di mana berdasarkan
persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin besar kerapatan partikel maka semakin besar pula porositasnya. Faktor – faktor penting yang mempengaruhi besarnya kerapatan massa tanah dan kerapatan partikel tanah di antaranya tekstur
tanah dan bahan organik, di mana tekstur tanah berpengaruh terhadap volume padatan tanah. Menurut Hanafiah (2005) volume padatan tanah tersusun atas fraksi pasir, debu, dan liat sehingga dipengaruhi oleh teksturnya. Tanah yang lebih
padat tentunya memiliki kerapatan massa dan kerapatan partikel yang lebih besar. Bahan organik juga berpengaruh terhadap kerapatan massa tanah dan kerapatan
partikel tanah, di mana keduanya memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan bahan organik.
Kedalaman Efektif Tanah
Tabel 8. Hasil pengukuran kedalaman efektif tanah.
Jenis tanah Kedalaman efektif (cm)
Alluvial 85,5
Entisol 96
Ultisol 80,5
Dari Tabel8 dapat dilihat hasil pengukuran kedalaman efektif ketiga jenis tanah, di mana kedalaman efektif tanah Entisol lebih besar dibandingkan
kedalaman efektif tanah Ultisol dan Alluvial sedangkan kedalaman efektif yang lebih kecil adalah tanah Ultisol. Dengan demikian ketersediaan air dan pertumbuhan akar pada tanah Ultisolterbatas sehingga dapat mempengaruhi daya
serap air oleh tanah yang menyebabkan tanah lebih mudah tergenang oleh air. Hal ini sesuai dengan literatur Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa tanah
dengan kedalaman dangkal akan membatasi ketersediaan air dan pertumbuhan akar. Demikian juga, tanah dangkal pada area yang datar dengan permeabilitas
akan rendah. Menurut Israelsen dan Hansen (1962) tebal/kedalaman tanah (L) sangat berpengaruh terhadap laju permeabilitas tanah (k), di mana hukum Darcy
menjelaskan hubungan yang searah antara tebal/kedalaman tanah (L) dengan laju permeabilitas tanah (k).
Laju Permeabilitas Tanah
Pengukuran laju permeabilitas tanah di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian USU dan langsung di lapangan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil analisa laju permeabilitas tanah.
Jenis tanah Laju permeabilitas tanah (cm/jam) Kategori1 Laboratorium Kategori Lapangan
Alluvial 4,39 3,45 Sedang
Entisol 5,20 4,12 Sedang
Ultisol 2,14 2,01 Agak lambat
1
Dari hasil pengukuran laju permeabilitas di laboratorium dan lapangan dapat dikategorikan bahwa laju permeabilitas pada tanah dan Ultisol tergolong agak lambat dan laju permeabilitas pada tanah Alluvial dan Entisol tergolong
sedang. Dengan demikian tanah Entisol memiliki laju permeabilitas lebih besar dibandingkan tanah Alluvial dan Ultisol.Laju permeabilitas yang lebih besar pada
tanah Entisol disebabkan oleh porositas tanah tersebut lebih besar dibandingkan porositas pada tanah Alluvial dan Ultisol. Hal ini sesuai dengan literatur Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa koefisien permeabilitas terutama tergantung pada
ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin
kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.
Tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas dimana kandungan pasir yang tinggi akan mudah menyerap air sehingga permeabilitas juga akan tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa tanah yang bertekstur pasir akan mudah melewatkan air dalam tanah. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan
adsorbsi, yang semakin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga semakin besar kapasitas simpan airnya, hasilnya berupa peningkatan kadar dan
ketersediaan air tanah.
Selain faktor tekstur, kedalaman efektif tanah juga berpengaruh terhadap besarnya laju permeabilitas. Tanah Entisol yang memiliki kedalaman efektif yang
lebih besar memiliki ruang penyebaran air yang lebih dalam sehinggalaju permeabilitas tanahnya menjadi lebih besar. Hal ini sesuai dengan literatur
yang besar mengakibatkan ketersediaan air dan pertumbuhan akar yang cukup besar pula sehingga air semakin mudah diloloskan ke dalam tanah sehingga tanah tidak mudah tergenang.
Pengukuran laju permeabilitas di laboratorium dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah dengan menggunakan ring sampel kemudian tanah di
dalam ring direndam dalam bak air selama 12 jam dengan maksud untuk mengeluarkan udara yang ada dalam pori – pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh. Setelah perendaman selesai, sampel tanah di dalam ring disambung dengan
5 ring sampel lain kemudian ring sampel yang berisi tanah tersebut dipindah ke alat penetapan permeabilitas dan ditambahkan air secara hati – hati setinggi ring
sampel dan dipertahankan tinggi air tersebut. Setelah itu, dilakukan pengukuran volume air yang mengalir melalui alat penetapan permeabilitas tanah tersebut dalam kurun waktu 1 jam, pengukuran volume air tersebut sebanyak 3 kali pada
masing – masing sampel tanah, kemudian hasilnya dirata-ratakan.
Pengukuran laju permeabilitas di lapangan dilakukan dengan menggunakan tabung permeameter dengan kedalaman tanah dan tinggi muka air
yang tetap. Sebelum dilakukan pengukuran, tanah dijenuhkan terlebih dahulu. Setelah tanah pada kondisi telah dijenuhi, dilakukan penambahan air secara
kontinu pada tanah yang telah dijenuhi kemudian diukur volume air yang ditambahkan selama waktu tertentu. Pengukuran volume air tersebut dilakukan sebanyak 3 kali pada masing – masing tanah sehingga menghasilkan 3 nilai laju
permeabilitas, kemudian hasilnya dirata-ratakan.
Dari hasil pengukuran laju permeabilitas di laboratorium dan di lapangan
laboratorium.Beberapa hal yang mempengaruhi lebih lambatnya laju permeabilitas di lapangan di antaranya adalah kedalaman (ketebalan) tanahnya dan udara yang terjebak pada lapisan tanah pada saat masuknya aliran air ke
dalam tanah. Hillel (1981) menyatakan bahwa kedalaman tanah dapat menentukan jumlah air tersedia yang dapat disimpan dalam sebuah profil tanah. Kedalaman
(ketebalan) tanah dapat diartikan sebagai keseluruhan volume tanah yang tersedia untuk menyimpan air. Dengan asumsi semua faktor lain konstan, tanah yang dalam lebih banyak mengikat air dari pada tanah yang dangkal. Aliran air yang
masuk ke dalam tanah dapat terhambat oleh udara yang terdapat dalam pori – pori tanah disebabkan ukuran pori tersebut. Dalam proses penjenuhan di lapangan
tidak semua udara dapat dikeluarkan dari pori – pori tersebut terutama pada pori – pori yang kecil, karena udara harus keluar melalui permukaan tanah sehingga masih terdapat udara yang dapat menghambat gerakan air di dalam tanah.
Laju permeabilitas merupakan parameter penting dalam irigasi dan drainase. Selama proses drainase, permeabilitas sangat menentukan besar kecilnya aliran air yang di draenase. Israelsen dan Hansen (1962) menyatakan bahwa di
dalam studi irigasi dan draenase, permeabilitas adalah variable yang dominan.Permeabilitas tanah sangat penting dalam studi drainase untuk mengatasi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tekstur dari tanah Alluvial adalah lempung, tekstur dari tanah Entisol adalah
lempungberpasir, dan tekstur dari tanah Ultisol adalah liat.
2. Tanah Alluvialmemiliki kandungan bahan organik sebesar 2,57 %, tanah
Entisolmemiliki kandungan bahan organik sebesar 1,45 %, dan tanah Ultisol
memiliki kandungan bahan organik sebesar 0,89 %.
3. Tanah Alluvialmemiliki bulk densitysebesar 1,14 g/cm3, particle density
sebesar2,75 g/cm3, dan porositas sebesar 59 %, tanah Entisolmemiliki bulk
density sebesar 1,12 g/cm3, particle density sebesar 2,88 g/cm3, dan porositas sebesar 61 %, dan tanah Ultisol memiliki bulk densitysebesar 1,15 g/cm3,
particle density sebesar 2,45 g/cm3, dan porositas sebesar 53 %.
4. Kedalaman efektif tanah Alluvialadalah 85,5 cm, kedalaman efektif tanah
Entisoladalah 96 cm, dan kedalaman efektif tanah Ultisol adalah 80,5 cm. 5. Nilai laju permeabilitas tanah dengan metode uji laboratorium adalah 4,39
cm/jam pada tanah Alluvial, 5,20 cm/jam pada tanah Entisol, dan 2,14 cm/jam
pada tanah Ultisol, dengan metode uji lapangan adalah 3,45 cm/jam pada tanah Alluvial, 4,12 cm/jam pada tanah Entisol, dan 2,01 cm/jam pada tanah Ultisol. 6. Nilai laju permeabilitas pada tanah Alluvial dan Entisol dapat dikategorikan
Saran
1. Dibutuhkan alat pengukur permeabilitas yang tidak hanya efektif pada
tanah yang datar saja tetapi juga pada tanah miring untuk mengetahui
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konserpasi Tanah dan Air.IPB press. Bogor.
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Bachtiar, E. H., 2011. Ilmu Tanah. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Buckman, H.O. dan Brandy N. C., 1982. Ilmu Tanah. Brata Karya Aksara, Jakarta.
Fiantis, D., 2007. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Foth, H.D., 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.. Edisi VI. Erlangga, Jakarta. Hakim, N, 1986.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Jakarta.
Hanafiah, A. K., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. Hillel, D., 1981. Soil and Water. Academic Press, New York.
Islami dan Utomo, W. H., 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP. Semarang Press, Semarang.
Israelsen, O. W., and Hansen, V. E., 1962. Irrigation Principles and Practices. Willey, New York.
Kartasapoetra, A. G., dkk. 1998. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Bina Aksara, Jakarta
Kartasapoetra A. G., dan Sutedjo, M. M., 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Konhke, R., dan Bertrand., 1959. Rainfall Characteristics,”Soil Conservation”. McGraw-Hill Book co.,New York.
Monde, A., 2010. Pengendalian Aliran Permukaan dan Erosi Pada Lahan Berbasis Kakao di DAS Gumbasa, Sulawesi Tenggara. Media Litbang Sulteng III. Hlm 131-136 ISSN 1979-5971. Palu.
Mukhlis, Sarifuddin, dan H. Hanum, 2011. Kimia Tanah. USU Press, Medan. Mustofa A., 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Pada Hutan
Alam yang Diubah Menjadi Lahan Pertanian di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nurmi, O. Haridjaja, S. Arsyad dan S. Yahya, 2009. Perubahan Sifat Fisik Tanah Sebagai Respon Perlakuan Konservasi Vegetatif Pada Pertanaman Kakao. Forum Pascasarjana Vol. 32, No. 1.
Pairunan A, Nenere JL, Arifin, Samosis S.S.R, Tangkai Sari R, Lalopus JR, Ibrahim B, Asmadi H., 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Badan kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Makassar.
Penyuluh Pertanian Lapangan Suka Maju, 2012. Laporan WKPP Suka Maju. Suka Maju, Deli Serdang.
PTPN II, 2008. Profil Perusahaa
Rohmat, A., 2009. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta.
Saribun, 2007. Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan dan Kelas Kemiringan Lereng Terhadap Bobot Isi, Porositas Total dan Kadar Air Tanah Pada Sub-DAS Cikapundung Hulu. Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Sarief, S., 1989. Fisika - Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung
Seta, A.K., 1994. Konservasi Surnber Daya Tanah dan Air, Penerbit Kalam Mulia, Bandung.
Soepardi, G., 1975. Konduktivitas Hidrolik. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Suharta, M., dan Prasetyo E., 2008. Sifat Fisik dan Kimia Tanah. Erlangga, Jakarta.
Susanto, 1994. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.
Uhland R.E., and O’neal A.M. 1951. Soil Permeability Determinations For Use
Lampiran 1. Flowchart penelitian
Lampiran 2. Penentuan tekstur tanah berdasarkan segitiga USDA
Ditentukan lokasi penelitian
Ditentukan jenis tanah
Dihitung nilai permeabilitas tanah
Uji laboratorium
Selesai
Uji lapangan
Data
Alluvial :Lempung
Entisol :Lempung Berpasir
Ultisol :Lempung Berdebu
Pasir = 38%
Lampiran 3. Perhitungan bulk density, particle density dan porositas.
BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering)
Volume total = volume ring sample = 1 4πd
Volume Ruang Pori
Volume ruang pori = (volume air + volume tanah) - volume air tanah Volume ruang pori = (350 ml + 200 ml) – 430 ml
Kerapatan massa (Bulk density) Tanah Entisol
Kerapatan partikel (Particle density)
Volume Ruang Pori
Volume ruang pori = (volume air + volume tanah) - volume air tanah Volume ruang pori = (350 ml + 200 ml) – 425 ml
Kerapatan massa (Bulk density) Tanah Ultisol
Kerapatan partikel (Particle density)
Volume Ruang Pori
Volume ruang pori = (volume air + volume tanah) – volume air tanah Volume ruang pori = (350 ml + 200 ml) – 440 ml
= 110 ml
Pd =
220,50 gr (200−110)ml
= 2,45 gr/cm3
Porositas
f = (1- Bd
Pd) x 100%
= (1- 1,15 gr /cm ³
2,45 gr /cm ³) x 100%
Lampiran 3. Perhitungan laju permeabilitas di lapangan.
Luas permukaan tanah (A) = Luas permukaan tabung = 1 4πd
= 1950
18 ml/menit = 108,33 ml/menit = 6499,99 ml/jam = 6499,99cm 3
= 3250 ,2 . 30
706 ,5 . 70 cm/jam = 1,97 cm/jam
k = k1 + k2 + k3
3 cm/jam = 2,05+2,00+1,97
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian
Gambar 1.Pengambilan sampel tanah dengan ring sampel 1 ( diameter : 4 cm, tinggi : 5 cm)
Gambar 3.Pengukuran kedalaman efektif tanah