• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Selang Waktu Pemupukan Menggunakan Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Mentimun Hibrida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Selang Waktu Pemupukan Menggunakan Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Mentimun Hibrida"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SELANG WAKTU PEMUPUKAN MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASIL PRODUKSI MENTIMUN HIBRIDA (Cucumis Sativus L.)

Oleh SUHENDRI

Mentimun merupakan sayuran yang kaya vitamin dan mineral. Untuk mencapai

potensi hasil yang tinggi, upaya yang dilakukan untuk perbaikan salah satunya

dengan pemupukan yaitu pupuk organik cair. Pupuk organik cair berperan dalam

peningkatan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,

mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik cair tidak

terlepas dari waktu aplikasi yang tepat. Pemberian pupuk melalui daun dengan

interval waktu yang terlalu sering dapat menyebabkan konsumsi mewah,

Sebaliknya apabila interval pemupukan terlalu jarang kebutuhan tanaman akan

hara kurang terpenuhi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik

cair terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman mentimun hibrida; (2)

Mengetahui frekuensi aplikasi pupuk organik cair untuk mencapai pertumbuhan

(2)

Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Banjar, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten

Lampung Selatan. Rancangan perlakuan disusun secara tunggal mengunakan

dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari lima taraf frekuensi

pemupukan. Setiap taraf frekuensi pemupukan diulang sebanyak tiga kali

sehingga mendapatkan 15 satuan percobaan, setiap satuan percobaan ada empat

tanaman. Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlett dan aditivitas data diuji

dengan uji Tukey. Jika, asumsi analisis ragam terpenuhi dilanjutkan pemisahan

nilai tengah faktor yang diuji dengan Polinomial Ortogonal pada taraf 5%.

Peralakuan yang diuji adalah selang waktu aplikasi pupuk organik cair yaitu (4

hari, 8 hari, 12 hari dan 16 hari sekali).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) pemberian POC Mastofol Tristar

mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun

dibandingkan dengan tanpa pemberian POC Mastofol Tristar. Hal ini ditunjukkan

oleh variabel panjang batang, jumlah buah, bobot buah, dan bobot kering

berangkasan; (2) Potensi produksi tanaman yang diaplikasikan POC dengan

selang waktu 4 hari sekali mencapai 30,8 ton/ hektar ± 1,04 ton/hektar, sementara

produksi tanaman tanpa POC hanya mencapai 11,6 ton/hektar ± 4,9 ton/hektar.

Kata kunci : mentimun, selang waktu, pupuk organik cair.

(3)
(4)

PENGARUH SELANG WAKTU PEMUPUKAN MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASIL PRODUKSI MENTIMUN HIBRIDA (CucumisSativus L.)

(Skripsi)

Oleh SUHENDRI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata Letak Percobaan ... 15

2. Respon Panjang Batang Mentimun dengan masing-masing

Selang Waktu Aplikasi POC ... 21

3. Respon Jumlah Daun Mentimun dengan masing-masing Selang

Waktu Aplikasi POC ... 22

4. Respon Bobot Berangkasan Kering Mentimun dengan

masing-masing Selang Waktu aplikasi POC ... 24

5. Respon Jumlah Buah Mentimun dengan masing-masing Selang

(6)

iii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran... 3

1.4 Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Sejarah dan Botani Mentimun ... 6

2.1.1 Mentimun ... 6

2.1.2 Morfologi Mentimun ... 7

2.1.3 Mentimun Hibrida F1 Harmony ... 7

2.2 Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman ... 8

2.3 Penyerapan Hara Melalui Daun ... 9

2.4 Deskripsi Pupuk Organik Cair ... 10

2.5 Peranan Selang Waktu Pupuk Organik Cair ... 12

III. BAHAN DAN METODE ... 14

3.1 Waktu dan Tempat penelitian ... 14

3.2 Alat dan Bahan ... 14

3.3 Metode Penelitian ... 14

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 16

3.4.1 Pengolahan Tanah ... 16

3.4.2 Penanaman ... 16

3.4.3 Pemupukan ... 17

3.4.4 Pemeliharaan ... 17

(7)

iv

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil Penelitian ... 20

4.1.1 Panjang batang ... 21

4.1.2 Jumlah Daun ... 22

4.1.3 Jumlah Bunga Betina ... 23

4.1.4 Bobot Berangkasan Kering ... 23

4.1.5 Jumlah Buah ... 24

4.1.6 Bobot Buah ... 25

4.2 Pembahasan ... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 31

PUSTAKA ACUAN ... 32

LAMPIRAN ... 35

(8)
[image:8.595.127.528.242.748.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi Pengaruh Selang Waktu Pupuk Organik Cair terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. ... 20

2. Tanggapan Panjang Batang terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda. ... 21

3. Tanggapan Jumlah Daun terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda. ... 22

4. Tanggapan Jumlah Bunga Betina terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda. ... 23

5. Tanggapan Bobot Berangkasan Kering terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda ... 23

6. Tanggapan Jumlah Buah terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda. ... 24

7. Tanggapan Bobot Buah terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda. ... 25

8. Data Panjang Datang. . ... 36

9. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Data Panjang Batang. ... 36

10. Uji Kehomogenan/ Kesamaan Ragam (Bartlett's Test) Data Panjang Batang. ... 37

11. Analisis Ragam Data Panjang Batang. ... 37

12. Uji Ortogonal Polinomial Data Panjang Batang. ... 38

13. Data Jumlah Daun. ... 39

(9)

15. Uji Kehomogenan/ Kesamaan Ragam (Bartlett's Test) Data Jumlah

Daun. ... 40

16. Analisis Ragam Data Jumlah Daun. ... 40

17. Uji Ortogonal Polinomial Data Jumlah Daun. ... 41

18. Data Jumlah Bunga Betina. ... 42

19. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Data Jumlah Bunga Betina. ... 42

20. Uji Kehomogenan/ Kesamaan Ragam (Bartlett's Test) Data Jumlah Bunga Betina. ... 43

21. Analisis Ragam Data Jumlah Bunga Betina. ... 43

22. Uji Ortogonal Polinomial Data Jumlah Bunga Betina. ... 44

23. Data Bobot Berangkasan Kering. ... 45

24. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Data Bobot Berangkasan Kering. ... 45

25. Uji Kehomogenan/ Kesamaan Ragam (Bartlett's Test) Data Bobot Berangkasan Kering. ... 46

26. Analisis Ragam Data Bobot Berangkasan Kering. ... 46

27. Uji Ortogonal Polinomial Data Bobot Berangakasan Kering. ... 47

28. Data Jumlah Buah. ... 48

29. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Data Jumlah Buah. ... 48

30. Uji Kehomogenan/ Kesamaan Ragam (Bartlett's Test) Data Jumlah Buah. ... 49

31. Analisis Ragam Data Jumlah Buah. ... 49

32. Uji Ortogonal Polinomial Data Jumlah Buah. ... 50

33. Data Bobot Buah. ... 51

34. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Data Bobot Buah. ... 51

(10)

36. Analisis Ragam Data Bobot Buah. ... 52

37. Transformasi Data Bobot Buah. ... 53 38. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Transformasi Data Bobot Buah. ... 53

39. Uji Kehomogenan/ Kesamaan ragam (Bartlett's test) Transformasi

Data Bobot Buah. ... 54

40. Analisis Ragam Transformasi Data Bobot Buah. ... 54

(11)
(12)
(13)
(14)

ii MOTO

Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara

kemauan yang kita sisipkan pada setiap celah dalam kerja

keras kita, untuk mencegah masuknya kemalasan dan

penundaan.

Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi

bernilai sesudah dikerjakan.

Do the best and Be the best

(15)

ii

Karya Sederhana ini kupersembahkan kepada :

Kedua Orangtuaku

Ayah Sulaiman,S.T , Hj. Yusmah (Alm) yang telah mendukung, mendidik,

menjaga, memberikan cinta, kasih, dan segalanya

Abang-abangku dan Ayuk-ayukku Suhendra, Maryati, S.E., Maryani, S.Pd.,

Suherman, S.E.

yang selalu mendukung dan memberiku semangat

Seseorang Terkasih, Ary Mitha Anggrainy yang selalu menemani, selalu memberi

(16)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Pandan pada 18 September 1991. Penulis

merupakan anak bungsu dari pasangan Bapak Sulaiman, S.T. dan

Ibu Hj. Yusmah (Alm).

Pendidikan formal penulis diawali dari pendidikan di Taman Kanak Istiqlal

Bandar Lampung (1996-1998), kemudian di Sekolah Dasar Negeri 3 Rajabasa

Bandar Lampung (1998-2004). Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama Muhammadyah 3 (2003-2006). Madrasah Aliyah Negeri 1 (MODEL)

pada tahun (2006-2009). Tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa di

Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Strata 1 (S1) Reguler Universitas

Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Pada Juli 2012 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Nusantara

Tropical Farm yang berlokasi di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten

Lampung Timur.

Penulis juga dipercaya sebagai Duta Pertanian (2011/2012), sebagai Ketua

(17)

ii

SANWACANA

Bismilahirohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa

Ta’ala atas segala karunia, hidayah, serta nikmat yang diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Selang Waktu Pemupukan

Menggunakan Pupuk Organik Cair Mastofol Tristar terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Mentimun Hibrida”. Penyusunan skripsi merupakan syarat memperoleh

gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan baik ilmu,

materiil, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi.

3. Bapak Ir. Yohanes C. Ginting, M.S., selaku dosen pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengetahuan,

(18)

ii

4. Bapak Dr. Ir. Paul Benyamin Timotiwu, M.S., selaku dosen pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan diskusi,

motivasi, dan ilmu dalam penyelesaian karya tulis skripsi penulis.

5. Bapak Ir. SetyoWidagdo, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini serta semua ilmu yang

telah diberikan.

6. Seluruh dosen mata-kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan,

dan bimbingan yang penulis peroleh selama perkuliahan.

7. Teman-teman seperjuangan, Java Samando, Gagat S.A. Nugroho, R.D Ganda,

Andrian Satyaka, Dwi Rosalia, Heny Susanti, Desis Kurniaty, Aulia D. Safitri

yang telah berbagi ilmu dan tawa bersama.

8. Teman-teman Agroteknologi Unila Angkatan 2009 baik yang telah lulus

maupun yang masih berjuang, semoga kita semua menjadi orang yang sukses

dan beriman.

9. Sahabat sepermain Beny Aprilio, Bastian Subaryat, Bangkit Crisandi yang

selalu berbagi canda dan tawa

Semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah dilakukan. Penulis

berharap tugas akhir ini berguna bagi kelanjutan riset mengenai tema tersebut.

Bandar Lampung, 27 Desember 2014

Penulis

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Mentimun merupakan kelompok sayuran yang dikonsumsi dalam bentuk segar.

Sayuran yang merupakan vitamin dan mineral ini memiliki kandungan nutrisi (per

100 g mentimun) yaitu 15 g kalori, 0,8 g protein, 0,1 g pati, 3 g karbohidrat, 30

mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 mg tiamin, 0,01 mg riboflavin, 14 mg asam, 0,45 mg

vitamin A, 0,3 mg vitamin B1, dan 0,2 mg vitamin B2 (Sumpena, 2005).

Produksi mentimun secara nasional dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini

terus mengalami penurunan, produksi mentimun pada tahun 2009 berproduksi

540.122 ton, pada tahun 2010 berproduksi 583.149 ton, pada tahun 2011

berproduksi 547.141 ton, pada tahun 2012 berproduksi 511.525 ton. Sementara

kebutuhan akan mentimun terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat

untuk mengkonsumsi sayuran (BPS RI, 2014).

Untuk mencapai potensi hasil yang tinggi salah satu upaya yang dapat dilakukan

adalah pemupukan. Pupuk digolongkan menjadi dua macam yaitu, pupuk

anorganik dan pupuk organik. Kedua pupuk ini memiliki kelebihan dan

kelemahan tersendiri. Menurut Supartha et al., (2012), penggunaan pupuk

(20)

2

penggunaannya dalam jangka waktu yang relatif lama dapat berakibat buruk pada

kondisi tanah. Tanah akan cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan

cepat asam yang pada akhirnya akan berakibat pada menurunnya produktivitas

tanaman. Menurut Indriani (1999), pemanfaatan pupuk organik sebagai sumber

nutrisi diduga lebih menguntungkan bagi tanaman karena dapat mempertahankan

kesuburan tanah, sehingga penggunaannya perlu dipertimbangkan.

Pupuk cair lebih mudah diserap oleh tanaman dibandingkan dengan pupuk

organik lainnya (pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau). Menurut

Hadisuwito (2007), pupuk organik cair merupakan larutan yang dihasilkan dari

bahan-bahan organik berupa sisa-sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang

telah mengalami proses pembusukan. Pupuk organik cair juga berperan dalam

peningkatan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,

mengurangi penggunaan pupuk anorganik, serta menjadi alternatif pengganti

pupuk kandang (Parman, 2007).

Hasil penelitian Rizqiani et al., (2007), pemberian pupuk organik cair dapat

meningkatkan jumlah daun, jumlah cabang, fruitset, indeks luas daun, panjang

akar, volume akar, jumlah polong, bobot segar polong per tanaman dan bobot

segar polong per hektar. Menurut Hasil penelitian Meirina et al., (2012),

pemberian pupuk organik cair terhadap kedelai dapat meningkatkan produksi

tanaman kedelai. Hal ini mununjukkan bahwa penggunaan pupuk organik cair

mempunyai dampak yang positif.

Efektifitas aplikasi pupuk cair selain konsentrasi juga ditentukan oleh selang

(21)

3

dapat menyebabkan konsumsi mewah, sehingga menyebabkan pemborosan

pupuk. Sebaliknya, apabila selang waktu pemupukan terlalu jarang hara yang

dibutuhkan oleh tanaman kurang terpenuhi (Sutejo dan Kartasapoetra (1988)).

1.2Rumusan Masalah

1. Apakah pupuk organik cair dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

produksi tanaman mentimun hibrida varietas Harmony?

2. Apakah selang waktu pemberian pupuk organik cair dapat menghasilkan

pertumbuhan dan produksi yang optimum untuk mentimun hibrida

varietas Harmony?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap

pertumbuhan dan hasil produksi tanaman mentimun hibrida varietas

Harmony.

2. Mengetahui selang waktu aplikasi pupuk organik cair untuk mencapai

pertumbuhan dan hasil produksi terbaik tanaman mentimun hibrida

varietas Harmony.

1.4 Kerangka Pemikiran

Tanaman mentimun adalah tanaman semusim dengan produktiitas tinggi tetapi

perakarannya dangkal. Tanaman dengan produktivitas tinggi yang berumur

singkat sering kali menghadapi masalah unsur hara di dalam tanah, khusunya

(22)

4

Mastofol tristar merupakan pupuk pelengkap cair organik yang kaya unsur hara mikro. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam mastofol tristar adalah 0,29 %

nitrogen, 225 ppm P2O5, 4,68% K2O 1,42 % Na + ( Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo,

Vitamin A, B1, B2, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K, Riboflaovin,

Choline, Niacin, dan Carotein. Mastofol tristar merupakan pupuk organik

berbentuk cairan, yang dapat membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan daun

sehingga dapat mencegah penguapan yang berlebihan.

Pentingnya pemberian hara melalui daun tidak terlepas dari selang waktu

pemberian pupuk tersebut. Pemupukan dengan selang waktu yang kurang akan

mengakibatkan kekurangan unsur hara pada tanaman mentimun, sedangkan

pemupukan dengan selang waktu yang terlalu sering akan mengakibatkan

peningkatan kandungan unsur hara tertentu di dalam jaringan tanaman. Misalnya

kelebihan unsur N pada tanaman dapat mengakibatkan tanaman rimbun dengan

daun, proses pembungaan menjadi lama, dan produksi buah menurun. Dengan

demikian, diperlukan adanya pengujian-pengujian untuk mendapatkan suatu

rekomendasi pemupukan yang sesuai tentang frekuensi pemberian pupuk yang

dianjurkan, khususnya pupuk organik cair.

Selain itu, faktor yang menentukan keberhasilan pemberian pupuk organik cair

adalah faktor lingkungan misalkan suhu atau curah hujan. Pada kondisi suhu akan

mengakibatkan stomata pada daun juga akan menutup sehingga nutrisi yang

diberikan pada daun tidak masuk ke jaringan daun. Apabila hujan pemberian

pupuk organik cair ini akan tercuci oleh air hujan sehingga unsur hara atau nutrisi

(23)

5

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan,

dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Pupuk organik cair berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil produksi

tanaman mentimun hibrida varietas Harmony.

2. Terdapat selang waktu aplikasi terbaik pupuk organik yang optimum untuk

mencapai pertumbuhan dan hasil produksi tanaman mentimun hibrida

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah dan Botani Mentimun

2.1.1 Mentimun

Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga

labu-labuan (Cucurbitaceae) yang sudah populer di dunia. Menurut sejarah

tanaman mentimun berasal dari Benua Asia. Beberapa sumber literatur

menyebutkan daerah asal tanaman mentimun adalah Asia Utara, tetapi sebagian

lagi menduga berasal dari Asia Selatan (Rukmana, 1994). Tanaman mentimun

berasal dari bagian Utara India yakni tepatnya di lereng Gunung Himalaya, yang

kemudian menyebar ke wilayah meditarania. Di wilayah tersebut, telah di

temukan jenis mentimun liar, yakni Cucumie hordwichi (Tyndall, 1987).

Hampir semua jenis tanah di lahan pertanian cocok ditanami mentimun. Untuk

mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan kualitas yang baik tanaman

mentimun dibutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus,

tidak tergenang dan pH-nya berkisar antara 6-7 (toleran pada pH tanah sampai

batas minimal 5,5 dan batas maksimum 7,5). Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan

terjadi gangguan penyerapan unsur hara oleh akar sehingga pertumbuhan

tanaman akan terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu masam tanaman

(25)

7 2.1.2 Morfologi Mentimun

Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) berakar tungang dan berakar

serabut. Akar tungangnya tumbuh lurus ke dalam sampai kedalaman sekitar 20

cm, sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal dan

dangkal. Mentimun memiliki daun berbentuk bulat dengan ujung daun

runcing berganda, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Selain itu daun

bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan

bercabang-cabang, kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling antara satu

daun dengan daun diatasnya (Cahyono, 2006). Bunga berbentuk terompet,

warna kuning, dan berumah satu. Berumah satu diartikan bahwa dalam

satu tanaman ditemukan bunga jantan dan bunga betina yang terdapat pada

tangkai yang berbeda. Bunga betina mempunyai bakal buah yang

membengkak, terletak di bawah mahkota bunga. Pada bunga jantan tidak

terdapat bagian yang membengkak (Sumpena, 2002).

2.1.3 Mentimun Hibrida F1 Harmony

Mentimun varietas Harmony diproduksi oleh Chia Tai Seed, Thailand. Mentimun

hibrida F1 Harmony merupakan hasil persilangan yang dikembangkan oleh PT.

BISI International Tbk Surabaya, Jawa Timur. Mentimun ini memiliki beberapa

keunggulan dibanding jenis lainnya, yaitu: pertumbuhan tanaman kuat dan

seragam, tahan penyakit kresek (Downey Mildew), tanaman tetap menghasilkan

buah yang besar dan lurus (tanpa leher) walaupun pengairan kurang tercukupi,

warna buah hijau tua, seragam dan tidak pahit, panjang buah mencapai ± 23 cm

(26)

8 32 hari setelah pindah tanam dengan potensi hasil 5–6 Kg/tanaman. Kebutuhan

benih 760-800 g/ha dengan jarak tanam 70 x 60 cm (PT. Bisi, 2013).

2.2 Peranan unsur hara bagi tanaman

Unsur hara dapat diserap tanaman melalui akar, batang dan daun berbentuk ion

yang tersedia bagi tanaman. Di dalam jaringan tanaman unsur hara nitrogen

merupakan komponen penyusun berbagai senyawa esensial bagi tanaman,

misalkan asam-asam amino. Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman ialah

merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan

daun. selain itu nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan fotosintesis.

Fungsi lain ialah membentuk protin, lemak dan berbagai persenyawaan organik

lainnya (Lingga, 2007).

Penyerapan fosfor oleh tanaman dalam bentuk ion H2PO4-, pada fosfat terdapat

atom fosfor yang tidak tereduksi di dalam sel. Fosfor (P) juga berperan penting

bagi pertumbuhan mentimun, fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman mempercepat

pertumbuhan akar semai, dapat mempercepat, serta memperkuat pertumbuhan

akar semai dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman

dewasa. Pada umumnya, dapat mempercepat pembungaan, pemasakan buah, biji

atau gabah dan juga dapat meningkatkan produksi biji-bijian (Mulyani, 2002).

Gejala kekurangan fosfor ditujukan oleh terhambatnya laju pertumbuhan sehingga

tanaman menjadi kerdil, perakaran sedikit, warna daun menjadi hijau gelap, masa

(27)

9 kekurangan fosfor, fosfor pada jaringan yang tua diangkut ke bagian mersitem

yang masih aktif (Hakim et al., 1986).

Kalium juga penting bagi tanaman mentimun karena fungsi utamanya Kalium

adalah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium berperan dalam

memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur

(Marsono, 2007). Gejala kekurangan unsur kalium dapat ditunjukan dengan

adanya klorosis pada pinggir daun. Pada keadaan yang parah gejala adanya

klorosis tersebut dapat meluas sampai mendekati pangkal daun dan juga tanaman

cendrung menghasilkan biji yang keriput serta pemasakan pun terhambat jika

terjadinya kekurangan kalium yang hebat (Hakim et al., 1986).

Menurut Gardner et al. ( 1991), selain unusur hara makro oleh tanaman, ada

sekelompok unsur hara yang dibutuhkan tanaman hanya dalam jumlah yang kecil,

sedangkan jika dalam jumlah yang banyak dapat merusak tanaman. Unsur hara

yang dimaksudkan adalah unsur hara mikro, seperti Zn, Fe, Mn, Cu, Mo, dan

Bo.

2.3 Mekanisme Penyerapan Pupuk Melalui Daun

Pada daun terdapat mekanisme masuknya hara melalui lapisan kutikula, stomata,

dan eksodesamata. Kemudian, unsur hara menebus lapisan kutin dan dinding sel,

selanjutnya berinteraksi langsung dengan protoplasma, kemudian ditranslokasikan

ke sel-sel yang membutuhkan ( McVicker, et al., 1963). Adapun sebagai

(28)

10 terdapat pada permukaan daun yang mempengaruhi ciri spesifikasi dalam

penyerapan (Marschner, 1986).

Bahan kutin dan pektin yang terkandung di dalam kutikula yang merupakan

polimeriasasi dan polikondensasi asam -asam lemak. Struktur kutin yang

membentuk spons dengan ruang antar molekul yang memungkinkan ion -ion

melaluinya yang bersifat lipofilik, sedangkan pektin memiliki struktur yang lebih

longgar dan bersifat hidrofilik. Bahan hemiselulosa pada dinding primer dan

selulosa pada dinding sekunder yang terdapat pada dinding sel keduanya bersifat

hidrofilik sehingga dinding sel sangat permeabel dalam penyerapan ion -ion yang

masuk (Franke, 1962 yang dikutip Hameimi, 1987).

Penyarapan hara alternatif melalui plasmosdesmata yang merupakan bagian dari

protoplasma, adalah penembusan dengan banyak lipatan -lipatan kecil berbentuk

rongga. Fenomena penyerapan melalui daun berhubungan erat dengan lokasi dan

jumlah ektodesmata. Ciri larutan hara, jenis unsur, ukuran molekul, dan pH

merupakan faktor yang mempengaruhi penyerapan (Franke, 1962 yang dikutip

McVicker, et al., 1963).

2.4 Deskripsi Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair dapat diklasifikasikan atas pupuk kandang cair, biogas,

pupukcair dari limbah organik, pupuk cair dari limbah kotoran manusia,

danmikroorganisme efektif (Parnata, 2005). Pupuk organik cair yang merupakan

keluaran (effluent) dari instalasi biogas baik digunakan untuk tanaman darat

(29)

11 ciri yaitu N harus berada dalam bentuk persenyawaan organik, tidak

meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah, dan mempunyai persenyawaan C

yang tinggi (Sutedjo, 1995). Pupuk dalam bentuk cair ada yang bersifat organik.

Kelebihan pupuk organik cair dibanding pupuk anorganik cair yaitu dapat secara

cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan

mampu menyediakan hara secara cepat (Mulyani, 1994).

Pupuk organik cair mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, Ca, Mg,

B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa

manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil

daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan

nitrogen dari udara, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan,

cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang

pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bungadan bakal

buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah. kelebihan dari

pupuk daun, yaitu penyerapan hara berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang

diberikan lewat akar karena pupuk daun langsung diberikan pada tanaman. Hal

tersebut membuat tanaman cepat menumbuhkan tunas dan dapat mengurangi

kerusakan pada daerah perakaran akibat pemberian pupuk melalui tanah. Pada

permukaan daun terdapat lapisan kutikula yang berperan dalam mengontrol

kehilangan air dan penyerapan hara yang diberikan melalui daun.

(Lingga dan Marsono, 2004).

Hasil penelitian Parman (2007), pemberian pupuk organik cair pada tanaman

(30)

12 sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dibanding tanpa dilakukan

pemupukan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Rao (1994) dan

Purwowidodo (1992) yang mengatakan bahwa kandungan unsur kalium dalam

pupuk organik cair berperan penting dalam proses metabolisme tanaman, yaitu

dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammonium, serta berperan

dalam memelihara tekanan turgor sehingga proses-proses metabolism berjalan

baik dan menjamin kesinambungan pemanjangan sel.

Menurut Harjadi (1996), adapun kelemahan dari pupuk daun atau pupuk organik

cair ini adalah efek residu kurang sehingga pemberian harus lebih sering

dilakukan. Menurut Lingga dan Marsono (2004), menyatakan bahwa pupuk daun

memiliki kekurangan diantaranya adalah jumlah unsur yang diberikan terbatas,

(terutama pada daun dengan kutikula tebal), larutan pupuk daun yang

disemprotkan cepat kering, pupuk daun juga mudah tercuci oleh air. Oleh karena

itu diperlukan selang waktu yang tepat dalam pemberian pupuk organik cair agar

ketersedian unsur hara bagi tanaman mentimun tersedia dalam jumlah yang

optimum sehingga dapat memancu peningkatan pertumbuhan dan produksinya.

2.5 Peranan Selang Waktu Pupuk Organik Cair

Lingga (2003) mengemukakan bahwa dalam penyemprotan pupuk daun ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan selain jenis pupuk daun yang digunakan,

kandungan hara pupuk daun, konsentasi larutan yang diberikan, dan waktu

(31)

13 Menurut Palimbungan et al. (2006) menyebutkan bahwa waktu aplikasi juga

menentukan pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk melalui daun dengan

selang waktu yang terlalu sering dapat menyebabkan konsumsi mewah, sehingga

menyebabkan pemborosan pupuk. Sebaliknya, bila selang waktu pemupukan

terlalu jarang tidak memberikan pengaruh. Tersedianya unsur hara dalam jumlah

yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman, dapat menyebabkan

proses pembelahan, pembesaran dan pemanjang sel akan berlangsung dengan

cepat mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh dengan cepat.

Sutedjo dan Kartasapoetra (1995) menambahkan pendapatnya bahwa kebutuhan

tanaman terhadap unsur hara selama pertumbuhan dan perkembangan itu tidak

sama dan membutuhkan waktu yang berbeda dan juga tidak sama banyaknya.

Sehingga dalam pemupukan sebaiknya diberikan pada waktu atau pada saat

tanaman memerlukan hara secara intensif agar pertumbuhan dan perkembangan

(32)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2014 sampai dengan Februari 2014,

bertempat di lahan sawah milik warga di Desa Suka Banjar, Kecamatan

Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit mentimun hibrida F1 Harmony, pupuk

organik cair (Mastofol Tristar) 0,29 % nitrogen, 225 ppm P2O5, 4,68% K2O 1,42

% Na + ( Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, Vitamin A, B1, B2, Vitamin C, Vitamin D,

Vitamin E, Vitamin K, Riboflaovin, Choline, Niacin, dan Carotein, pupuk

kandang, tissue, batang bambu, dan air. Alat yang digunakan adalah

bajak/cangkul, sabit, timbangan, alat ukur dan alat tulis, kamera digital, piring, rol

meter, tali rapiah, oven, jangka sorong, dan sprayer.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian disusun dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari lima

taraf frekuensi pemupukan. Setiap taraf frekuensi pemupukan diulang sebanyak

(33)

15 empat tanaman. Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlett dan aditivitas data di

uji dengan uji Tukey jika asumsi anara terpenuhi dilanjutkan pemisahan nilai

tengah faktor yang di uji dengan Polinomial Ortogonal pada taraf 5%.

Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan terhadap selang waktu

pemupukan lanjutan dengan menggunakan pupuk cair Mastofol Trisrar dengan

jadwal pemupukan sebagai berikut:

F0 = Tidak diberikan POC; F4 = 4 hari sekali; F8 = 8 hari sekali;

F12 = 12 hari sekali; F16 = 16 hari sekali.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Keterangan : 1 = Tanaman ke satu 2 = Tanaman ke dua 3 = Tanaman ke tiga 4 = Tanaman ke empat

1 2

F8

3 4

1 2

F4

3 4

1 2

F12

3 4

1 2

F0

3 4

1 2

F16

3 4

1 2

F0

3 4

1 2

F8

3 4

1 2

F16

3 4

1 2

F12

3 4

1 2

F4

3 4

1 2

F4

3 4

1 2

F16

3 4

1 2

F0

3 4

1 2

F8

3 4

1 2

F12

[image:33.595.293.352.347.638.2]

3 4

(34)

16 3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Lahan (Pengolahan Tanah)

Lahan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sisa-tanaman

untuk menekan serangan penyakit yang terbawa tanah. Kemudian tanah

dicangkul hingga gembur, lalu olah tanah untuk kedua kalinya, yakni membentuk

guludan-guludan dengan jarak antarguludan 100 cm, lalu pada guludan diberi

pupuk dengan pupuk kandang 1 kg/lubang tanam, pupuk kandang tersebut

dicampurkan merata dengan tanah. Kemudian, guludan-guludan diratakan

kembali untuk ditanami benih mentimun.

3.4.2 Penanaman

Bibit yang akan ditanam dipilih yang baik, yaitu tidak terserang hama dan

penyakit, serta pertumbuhan tanaman seragam. Sebelum benih ditanam di lahan,

benih terlebih dahulu dilakukan penyemaian mengunakan tisu yang diletakan di

piring lalu di tutup dengan plastik hitam. Hal ini bertujuan untuk melihat daya

kecambah dari benih tersebut selama tiga hari kemudian benih tersebut ditanam di

lahan.

Cara penanaman: a. lubang tanam dibuat dengan pada jarak 50 cm antarbarisan

dan 50 cm dalam barisan; b. benih mentimun ditanam sebanyak satu-dua butir/

lubang tanam, kemudian ditutup dengan tanah tipis; c. lalu benih yang telah di

(35)

17 3.4.3 Pemupukan

Pemupukan menggunakan pupuk organik cair yang disemprotkan secara langsung

ke tanaman yaitu tiga minggu setelah tanam. Penyemprotan dilakukan pukul

08.00–09.00 wib, konsentrasi pupuk yang digunakan adalah 2 ml yang

dicampurkan satuliter air. Penyemprotan atau spray dilakukan dengan selang

waktu yang berbeda yaitu 4, 8, 12, dan 16 hari sekali, penyemprotan pupuk cair

organik disesuaikan dengan usia tanaman/ tinggi tanaman/ banyak daun, semakin

banyak daun pada tanaman timun maka semakin banyak juga volume pupuk cair

yang disemprotkan. Dalam pengaplikasiannya untuk mencegah terjadi

kontaminasi pemupukan dilakukannya penghalang seperti kardus agar pupuk tepat

sasaran pada tanaman yang diinginkan dan dosis pemupukan per tanaman yang

digunakan sesuai dengan usia tanaman.

3.4.4 Pemeliharaan

Pada penelitian ini kondisi di lahan yaitu musim hujan sehingga tidak dilakukan

penyiraman secara rutin. Setelah tanaman berumur 12 hari dilakukan pengajiran,

agar tidak menganggu atau merusak perakaran tanaman mentimun. Fungsi ajir

adalah merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan, dan tempat menopang

buah yang letaknya bergelantungan. Setiap tanaman dipasangi satu ajir yang

posisinya tegak, atau menggabungkan empat buah turus yang diikat menjadi satu

pada bagian ujung-ujung atasnya.

Pengendalian gulma, rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman disiang dengan

(36)

18 kompetisi atau perebutan hara oleh gulma terhadap tanaman. Setelah mentimun

berumur dua bulan setelah tanam, buah mentimun sudah dapat di panen. Panen

berikutnya dilakukan setiap dua hari sekali, pemanenan dilakukan dengan cara

memotong tangkai buah dengan menggunakan alat bantu pisau tajam agar tidak

merusak tanaman.

3.5 Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan yang dilakukan adalah:

a. Panjang Batang

Pengukuran panjang batang utama, diukur mulai dari buku pertama pada

tanaman sampai dengan titik tumbuh, pengukuran menggunakan meteran

penjahit pakaian.

b. Jumlah Daun

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun pada setiap

tanaman sampel.

c. Jumlah Bunga Betina

Menghitung jumlah bunga betina dalam satu tanaman mentimun. Bunga

betina dicirikan dengan adanya bakal buah pada pangkal bunga. Tujuan dari

variabel pengamatan jumlah bunga betina yaitu untuk memprediksi hasil

(37)

19 d. Jumlah Buah

Jumlah buah dihitung dari jumlah buah yang dihasilkan pada satu

tanaman pada satu kali masa tanam.

e. Bobot Buah

Menghitung berat total buah yang dihasilkan dalam satu tanaman dari

awal panen hingga panen terakhir.

f. Bobot Brangkasan Kering

Berat brangkasan kering diperoleh dari berat brangkasan segar yang telah

dioven hingga kering. Pengovenan dilakukan menggunakan oven listrik

(38)

31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan:

1. Pemberian POC mastofol tristar mampu meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman mentimun dibandingkan dengan tanpa pemberian POC

mastofol tristar. Hal ini ditunjukkan oleh variabel panjang batang, jumlah buah, bobot buah, dan bobot kering berangkasan.

2. Potensi produksi tanaman yang diaplikasikan POC dengan selang waktu 4

hari sekali mencapai 30,8 ton/ hektar ± 1,04 ton/hektar, sementara produksi

tanaman tanpa POC hanya mencapai 11,6 ton/hektar ± 4,9 ton/hektar.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan agar perlu dilakukan penelitian

lanjutan pengaruh selang waktu POC terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman mentimun yaitu dengan frekuensi 4 hari sekali pemberian POC dan juga

dengan perlakuan beda dosis. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan

selang waktu tersebut dengan dosis yang dibedakan dapat mempengaruhi tanaman

(39)

32

PUSTAKA ACUAN

Ameriana, M. 2008. Perilaku Petani Sayuran dalam Menggunakan Pestisida Kimia. J. Hort. 18(10) : 95 -106

Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Tanaman Mentimun Di Indonesia 2011-2012. Sebuah artikel. http://bps.go.id. Diakses pada tanggal 18 Desember 2013 pukul 12.30 WIB.

Capah, R. L. 2006. Kandungan nitrogen dan fosfor pupuk organik cair dari sludge instalasi biogas dengan penambahan tepung tulang ayam dan tepung darah sapi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Cahyono, B. 2006. Timun. Penerbit CV Aneka Ilmu, Semarang.

Gardner, F.P., R.H. Pearce dan R.L. Michell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. U.I. Press. Jakarta

Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hakim, N. et al.. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 hlm.

Hameimi, R. 1987. Pengaruh Pemupukan N, NP, NPK pada Saat Tanam dan Pupuk Daun Spesial B pada Fase Generatif terhadap pertumbuhan dan Hasil Kedelai ( Gylcine max [L.] Merrill). Skripsi Sarjana Fakultas Pertanian Unviersitas Lampung. Bandar Lampung. 57 hlm.

Hardjowigeno, S., 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Harjadi, S.S. 1996. Penghantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

(40)

33 Indriyani, Y. H. 1999. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Supartha, N. Y. ; Wijana, G. ; dan Adriyana, M. G. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian. Jurnal Agroteknologi Tropika. 1(2) : 98 – 106.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Cetakan I PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Lingga, P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Linggaa, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Linggab, P. dan Marsono.2007. Petujuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi Penebar Swadaya. Jakarta.

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press. London. 674 pp.

Mulyani, S. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Mc Vicker, M.H., G.L. Bridger, and L.B. Nelson. 1963. Fertilizer Technology and Usage. Proceedings of Short Course Sponsored by Soild Science Society of America and Held at Purdue University, Lafayette, Indiana, February 12 – 13, 1962. Soil Science Society of America. USA. 464 pp.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT. AgroMedia Pustaka. Depok

Palimbungan N., R. Labatar, dan F. Hamzah F., 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Lamtoro sebagai Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi. J. Agrisistem 2 (2) : 96 -101

Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap

Tertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal Anatomi dan Fisiologi 15 (2) : 24-45.

Parnata, A. S. 2005. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agro Media Pustaka. Jakarta

(41)

34 Purwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung.

Rao, S. 1994. Mikroorganisme dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia. Jakarta.

Rizqiani, F., Erlina, A dan Nasih, W, Y,. 2007. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah Dan

Lingkungan. 7 (1): 43-45.

Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Ketimun. Kanisius. Yogyakarta.

Schroth, G dan F. C. Sinclair. 2003. Tress, Crops and Soil FERLILITY: Concepts and Research Methods. CABI. 464 P.

Sumpenaa. 2002. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal: 1-42.

Sumpenab. 2005. Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 17-19.

Sumpena. 2002. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal: 1-42.

Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipata. Jakarta.

Gambar

Tabel
Gambar 1. Tata Letak Percobaan

Referensi

Dokumen terkait

Komposisi media tanam pupuk kascing dan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, akan tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil mentimun

Rekapitulasi hasil sidik ragam terhadap perbandingan hasil produksi beberapa galur tanaman mentimun hibrida (Cucumis sativus l.) dengan varietas hercules &

"Pengaruh Takaran Arang Sekam Padi dan Bokashi Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.)", Savana Cendana,

Tujuan dari penelitian adalah untuk Mengalisis pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi pupuk organik cair nasa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung

Konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun, kecuali pada parameter hasil yaitu panjang buah, diameter buah,

Adapun judul dari skripsi ini adalah Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemupukan Pupuk Cair dan Aplikasi Pupuk Dasar yang merupakan syarat

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk organik cair dan rekomendasi pemupukan anorganik (Urea, SP-36 dan KCl) terhadap pertumbuhan,

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis melo L.) di Tanah Ultisol dengan Penambahan Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Nenas.. Dibimbing oleh