ABSTRAK
PENGARUH SELANG WAKTU PEMUPUKAN MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL PRODUKSI MENTIMUN HIBRIDA (Cucumis Sativus L.)
Oleh SUHENDRI
Mentimun merupakan sayuran yang kaya vitamin dan mineral. Untuk mencapai
potensi hasil yang tinggi, upaya yang dilakukan untuk perbaikan salah satunya
dengan pemupukan yaitu pupuk organik cair. Pupuk organik cair berperan dalam
peningkatan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,
mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik cair tidak
terlepas dari waktu aplikasi yang tepat. Pemberian pupuk melalui daun dengan
interval waktu yang terlalu sering dapat menyebabkan konsumsi mewah,
Sebaliknya apabila interval pemupukan terlalu jarang kebutuhan tanaman akan
hara kurang terpenuhi.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik
cair terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman mentimun hibrida; (2)
Mengetahui frekuensi aplikasi pupuk organik cair untuk mencapai pertumbuhan
Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Banjar, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten
Lampung Selatan. Rancangan perlakuan disusun secara tunggal mengunakan
dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari lima taraf frekuensi
pemupukan. Setiap taraf frekuensi pemupukan diulang sebanyak tiga kali
sehingga mendapatkan 15 satuan percobaan, setiap satuan percobaan ada empat
tanaman. Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlett dan aditivitas data diuji
dengan uji Tukey. Jika, asumsi analisis ragam terpenuhi dilanjutkan pemisahan
nilai tengah faktor yang diuji dengan Polinomial Ortogonal pada taraf 5%.
Peralakuan yang diuji adalah selang waktu aplikasi pupuk organik cair yaitu (4
hari, 8 hari, 12 hari dan 16 hari sekali).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) pemberian POC Mastofol Tristar
mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun
dibandingkan dengan tanpa pemberian POC Mastofol Tristar. Hal ini ditunjukkan
oleh variabel panjang batang, jumlah buah, bobot buah, dan bobot kering
berangkasan; (2) Potensi produksi tanaman yang diaplikasikan POC dengan
selang waktu 4 hari sekali mencapai 30,8 ton/ hektar ± 1,04 ton/hektar, sementara
produksi tanaman tanpa POC hanya mencapai 11,6 ton/hektar ± 4,9 ton/hektar.
Kata kunci : mentimun, selang waktu, pupuk organik cair.
PENGARUH SELANG WAKTU PEMUPUKAN MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL PRODUKSI MENTIMUN HIBRIDA (CucumisSativus L.)
(Skripsi)
Oleh SUHENDRI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata Letak Percobaan ... 15
2. Respon Panjang Batang Mentimun dengan masing-masing
Selang Waktu Aplikasi POC ... 21
3. Respon Jumlah Daun Mentimun dengan masing-masing Selang
Waktu Aplikasi POC ... 22
4. Respon Bobot Berangkasan Kering Mentimun dengan
masing-masing Selang Waktu aplikasi POC ... 24
5. Respon Jumlah Buah Mentimun dengan masing-masing Selang
iii DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP
SANWACANA ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Kerangka Pemikiran... 3
1.4 Hipotesis ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Sejarah dan Botani Mentimun ... 6
2.1.1 Mentimun ... 6
2.1.2 Morfologi Mentimun ... 7
2.1.3 Mentimun Hibrida F1 Harmony ... 7
2.2 Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman ... 8
2.3 Penyerapan Hara Melalui Daun ... 9
2.4 Deskripsi Pupuk Organik Cair ... 10
2.5 Peranan Selang Waktu Pupuk Organik Cair ... 12
III. BAHAN DAN METODE ... 14
3.1 Waktu dan Tempat penelitian ... 14
3.2 Alat dan Bahan ... 14
3.3 Metode Penelitian ... 14
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 16
3.4.1 Pengolahan Tanah ... 16
3.4.2 Penanaman ... 16
3.4.3 Pemupukan ... 17
3.4.4 Pemeliharaan ... 17
iv
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Hasil Penelitian ... 20
4.1.1 Panjang batang ... 21
4.1.2 Jumlah Daun ... 22
4.1.3 Jumlah Bunga Betina ... 23
4.1.4 Bobot Berangkasan Kering ... 23
4.1.5 Jumlah Buah ... 24
4.1.6 Bobot Buah ... 25
4.2 Pembahasan ... 26
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 30
5.1 Kesimpulan ... 30
5.2 Saran ... 31
PUSTAKA ACUAN ... 32
LAMPIRAN ... 35
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rekapitulasi Pengaruh Selang Waktu Pupuk Organik Cair terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. ... 20
2. Tanggapan Panjang Batang terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda. ... 21
3. Tanggapan Jumlah Daun terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda. ... 22
4. Tanggapan Jumlah Bunga Betina terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda. ... 23
5. Tanggapan Bobot Berangkasan Kering terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda ... 23
6. Tanggapan Jumlah Buah terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda. ... 24
7. Tanggapan Bobot Buah terhadap Pemberian POC dengan Selang Waktu Berbeda. ... 25
8. Data Panjang Datang. . ... 36
9. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Data Panjang Batang. ... 36
10. Uji Kehomogenan/ Kesamaan Ragam (Bartlett's Test) Data Panjang Batang. ... 37
11. Analisis Ragam Data Panjang Batang. ... 37
12. Uji Ortogonal Polinomial Data Panjang Batang. ... 38
13. Data Jumlah Daun. ... 39
15. Uji Kehomogenan/ Kesamaan Ragam (Bartlett's Test) Data Jumlah
Daun. ... 40
16. Analisis Ragam Data Jumlah Daun. ... 40
17. Uji Ortogonal Polinomial Data Jumlah Daun. ... 41
18. Data Jumlah Bunga Betina. ... 42
19. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Data Jumlah Bunga Betina. ... 42
20. Uji Kehomogenan/ Kesamaan Ragam (Bartlett's Test) Data Jumlah Bunga Betina. ... 43
21. Analisis Ragam Data Jumlah Bunga Betina. ... 43
22. Uji Ortogonal Polinomial Data Jumlah Bunga Betina. ... 44
23. Data Bobot Berangkasan Kering. ... 45
24. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Data Bobot Berangkasan Kering. ... 45
25. Uji Kehomogenan/ Kesamaan Ragam (Bartlett's Test) Data Bobot Berangkasan Kering. ... 46
26. Analisis Ragam Data Bobot Berangkasan Kering. ... 46
27. Uji Ortogonal Polinomial Data Bobot Berangakasan Kering. ... 47
28. Data Jumlah Buah. ... 48
29. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Data Jumlah Buah. ... 48
30. Uji Kehomogenan/ Kesamaan Ragam (Bartlett's Test) Data Jumlah Buah. ... 49
31. Analisis Ragam Data Jumlah Buah. ... 49
32. Uji Ortogonal Polinomial Data Jumlah Buah. ... 50
33. Data Bobot Buah. ... 51
34. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Data Bobot Buah. ... 51
36. Analisis Ragam Data Bobot Buah. ... 52
37. Transformasi Data Bobot Buah. ... 53 38. Uji Normalitas (Lilliefors Test) Transformasi Data Bobot Buah. ... 53
39. Uji Kehomogenan/ Kesamaan ragam (Bartlett's test) Transformasi
Data Bobot Buah. ... 54
40. Analisis Ragam Transformasi Data Bobot Buah. ... 54
ii MOTO
Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara
kemauan yang kita sisipkan pada setiap celah dalam kerja
keras kita, untuk mencegah masuknya kemalasan dan
penundaan.
Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi
bernilai sesudah dikerjakan.
Do the best and Be the best
ii
Karya Sederhana ini kupersembahkan kepada :
Kedua Orangtuaku
Ayah Sulaiman,S.T , Hj. Yusmah (Alm) yang telah mendukung, mendidik,
menjaga, memberikan cinta, kasih, dan segalanya
Abang-abangku dan Ayuk-ayukku Suhendra, Maryati, S.E., Maryani, S.Pd.,
Suherman, S.E.
yang selalu mendukung dan memberiku semangat
Seseorang Terkasih, Ary Mitha Anggrainy yang selalu menemani, selalu memberi
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Pandan pada 18 September 1991. Penulis
merupakan anak bungsu dari pasangan Bapak Sulaiman, S.T. dan
Ibu Hj. Yusmah (Alm).
Pendidikan formal penulis diawali dari pendidikan di Taman Kanak Istiqlal
Bandar Lampung (1996-1998), kemudian di Sekolah Dasar Negeri 3 Rajabasa
Bandar Lampung (1998-2004). Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama Muhammadyah 3 (2003-2006). Madrasah Aliyah Negeri 1 (MODEL)
pada tahun (2006-2009). Tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa di
Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Strata 1 (S1) Reguler Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Pada Juli 2012 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Nusantara
Tropical Farm yang berlokasi di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten
Lampung Timur.
Penulis juga dipercaya sebagai Duta Pertanian (2011/2012), sebagai Ketua
ii
SANWACANA
Bismilahirohmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala atas segala karunia, hidayah, serta nikmat yang diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Selang Waktu Pemupukan
Menggunakan Pupuk Organik Cair Mastofol Tristar terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Mentimun Hibrida”. Penyusunan skripsi merupakan syarat memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan baik ilmu,
materiil, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi.
3. Bapak Ir. Yohanes C. Ginting, M.S., selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengetahuan,
ii
4. Bapak Dr. Ir. Paul Benyamin Timotiwu, M.S., selaku dosen pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan diskusi,
motivasi, dan ilmu dalam penyelesaian karya tulis skripsi penulis.
5. Bapak Ir. SetyoWidagdo, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini serta semua ilmu yang
telah diberikan.
6. Seluruh dosen mata-kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan,
dan bimbingan yang penulis peroleh selama perkuliahan.
7. Teman-teman seperjuangan, Java Samando, Gagat S.A. Nugroho, R.D Ganda,
Andrian Satyaka, Dwi Rosalia, Heny Susanti, Desis Kurniaty, Aulia D. Safitri
yang telah berbagi ilmu dan tawa bersama.
8. Teman-teman Agroteknologi Unila Angkatan 2009 baik yang telah lulus
maupun yang masih berjuang, semoga kita semua menjadi orang yang sukses
dan beriman.
9. Sahabat sepermain Beny Aprilio, Bastian Subaryat, Bangkit Crisandi yang
selalu berbagi canda dan tawa
Semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah dilakukan. Penulis
berharap tugas akhir ini berguna bagi kelanjutan riset mengenai tema tersebut.
Bandar Lampung, 27 Desember 2014
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Mentimun merupakan kelompok sayuran yang dikonsumsi dalam bentuk segar.
Sayuran yang merupakan vitamin dan mineral ini memiliki kandungan nutrisi (per
100 g mentimun) yaitu 15 g kalori, 0,8 g protein, 0,1 g pati, 3 g karbohidrat, 30
mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 mg tiamin, 0,01 mg riboflavin, 14 mg asam, 0,45 mg
vitamin A, 0,3 mg vitamin B1, dan 0,2 mg vitamin B2 (Sumpena, 2005).
Produksi mentimun secara nasional dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini
terus mengalami penurunan, produksi mentimun pada tahun 2009 berproduksi
540.122 ton, pada tahun 2010 berproduksi 583.149 ton, pada tahun 2011
berproduksi 547.141 ton, pada tahun 2012 berproduksi 511.525 ton. Sementara
kebutuhan akan mentimun terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat
untuk mengkonsumsi sayuran (BPS RI, 2014).
Untuk mencapai potensi hasil yang tinggi salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah pemupukan. Pupuk digolongkan menjadi dua macam yaitu, pupuk
anorganik dan pupuk organik. Kedua pupuk ini memiliki kelebihan dan
kelemahan tersendiri. Menurut Supartha et al., (2012), penggunaan pupuk
2
penggunaannya dalam jangka waktu yang relatif lama dapat berakibat buruk pada
kondisi tanah. Tanah akan cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan
cepat asam yang pada akhirnya akan berakibat pada menurunnya produktivitas
tanaman. Menurut Indriani (1999), pemanfaatan pupuk organik sebagai sumber
nutrisi diduga lebih menguntungkan bagi tanaman karena dapat mempertahankan
kesuburan tanah, sehingga penggunaannya perlu dipertimbangkan.
Pupuk cair lebih mudah diserap oleh tanaman dibandingkan dengan pupuk
organik lainnya (pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau). Menurut
Hadisuwito (2007), pupuk organik cair merupakan larutan yang dihasilkan dari
bahan-bahan organik berupa sisa-sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang
telah mengalami proses pembusukan. Pupuk organik cair juga berperan dalam
peningkatan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,
mengurangi penggunaan pupuk anorganik, serta menjadi alternatif pengganti
pupuk kandang (Parman, 2007).
Hasil penelitian Rizqiani et al., (2007), pemberian pupuk organik cair dapat
meningkatkan jumlah daun, jumlah cabang, fruitset, indeks luas daun, panjang
akar, volume akar, jumlah polong, bobot segar polong per tanaman dan bobot
segar polong per hektar. Menurut Hasil penelitian Meirina et al., (2012),
pemberian pupuk organik cair terhadap kedelai dapat meningkatkan produksi
tanaman kedelai. Hal ini mununjukkan bahwa penggunaan pupuk organik cair
mempunyai dampak yang positif.
Efektifitas aplikasi pupuk cair selain konsentrasi juga ditentukan oleh selang
3
dapat menyebabkan konsumsi mewah, sehingga menyebabkan pemborosan
pupuk. Sebaliknya, apabila selang waktu pemupukan terlalu jarang hara yang
dibutuhkan oleh tanaman kurang terpenuhi (Sutejo dan Kartasapoetra (1988)).
1.2Rumusan Masalah
1. Apakah pupuk organik cair dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
produksi tanaman mentimun hibrida varietas Harmony?
2. Apakah selang waktu pemberian pupuk organik cair dapat menghasilkan
pertumbuhan dan produksi yang optimum untuk mentimun hibrida
varietas Harmony?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan dan hasil produksi tanaman mentimun hibrida varietas
Harmony.
2. Mengetahui selang waktu aplikasi pupuk organik cair untuk mencapai
pertumbuhan dan hasil produksi terbaik tanaman mentimun hibrida
varietas Harmony.
1.4 Kerangka Pemikiran
Tanaman mentimun adalah tanaman semusim dengan produktiitas tinggi tetapi
perakarannya dangkal. Tanaman dengan produktivitas tinggi yang berumur
singkat sering kali menghadapi masalah unsur hara di dalam tanah, khusunya
4
Mastofol tristar merupakan pupuk pelengkap cair organik yang kaya unsur hara mikro. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam mastofol tristar adalah 0,29 %
nitrogen, 225 ppm P2O5, 4,68% K2O 1,42 % Na + ( Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo,
Vitamin A, B1, B2, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K, Riboflaovin,
Choline, Niacin, dan Carotein. Mastofol tristar merupakan pupuk organik
berbentuk cairan, yang dapat membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan daun
sehingga dapat mencegah penguapan yang berlebihan.
Pentingnya pemberian hara melalui daun tidak terlepas dari selang waktu
pemberian pupuk tersebut. Pemupukan dengan selang waktu yang kurang akan
mengakibatkan kekurangan unsur hara pada tanaman mentimun, sedangkan
pemupukan dengan selang waktu yang terlalu sering akan mengakibatkan
peningkatan kandungan unsur hara tertentu di dalam jaringan tanaman. Misalnya
kelebihan unsur N pada tanaman dapat mengakibatkan tanaman rimbun dengan
daun, proses pembungaan menjadi lama, dan produksi buah menurun. Dengan
demikian, diperlukan adanya pengujian-pengujian untuk mendapatkan suatu
rekomendasi pemupukan yang sesuai tentang frekuensi pemberian pupuk yang
dianjurkan, khususnya pupuk organik cair.
Selain itu, faktor yang menentukan keberhasilan pemberian pupuk organik cair
adalah faktor lingkungan misalkan suhu atau curah hujan. Pada kondisi suhu akan
mengakibatkan stomata pada daun juga akan menutup sehingga nutrisi yang
diberikan pada daun tidak masuk ke jaringan daun. Apabila hujan pemberian
pupuk organik cair ini akan tercuci oleh air hujan sehingga unsur hara atau nutrisi
5
1.5 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan,
dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Pupuk organik cair berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil produksi
tanaman mentimun hibrida varietas Harmony.
2. Terdapat selang waktu aplikasi terbaik pupuk organik yang optimum untuk
mencapai pertumbuhan dan hasil produksi tanaman mentimun hibrida
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Botani Mentimun
2.1.1 Mentimun
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga
labu-labuan (Cucurbitaceae) yang sudah populer di dunia. Menurut sejarah
tanaman mentimun berasal dari Benua Asia. Beberapa sumber literatur
menyebutkan daerah asal tanaman mentimun adalah Asia Utara, tetapi sebagian
lagi menduga berasal dari Asia Selatan (Rukmana, 1994). Tanaman mentimun
berasal dari bagian Utara India yakni tepatnya di lereng Gunung Himalaya, yang
kemudian menyebar ke wilayah meditarania. Di wilayah tersebut, telah di
temukan jenis mentimun liar, yakni Cucumie hordwichi (Tyndall, 1987).
Hampir semua jenis tanah di lahan pertanian cocok ditanami mentimun. Untuk
mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan kualitas yang baik tanaman
mentimun dibutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus,
tidak tergenang dan pH-nya berkisar antara 6-7 (toleran pada pH tanah sampai
batas minimal 5,5 dan batas maksimum 7,5). Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan
terjadi gangguan penyerapan unsur hara oleh akar sehingga pertumbuhan
tanaman akan terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu masam tanaman
7 2.1.2 Morfologi Mentimun
Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) berakar tungang dan berakar
serabut. Akar tungangnya tumbuh lurus ke dalam sampai kedalaman sekitar 20
cm, sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal dan
dangkal. Mentimun memiliki daun berbentuk bulat dengan ujung daun
runcing berganda, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Selain itu daun
bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan
bercabang-cabang, kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling antara satu
daun dengan daun diatasnya (Cahyono, 2006). Bunga berbentuk terompet,
warna kuning, dan berumah satu. Berumah satu diartikan bahwa dalam
satu tanaman ditemukan bunga jantan dan bunga betina yang terdapat pada
tangkai yang berbeda. Bunga betina mempunyai bakal buah yang
membengkak, terletak di bawah mahkota bunga. Pada bunga jantan tidak
terdapat bagian yang membengkak (Sumpena, 2002).
2.1.3 Mentimun Hibrida F1 Harmony
Mentimun varietas Harmony diproduksi oleh Chia Tai Seed, Thailand. Mentimun
hibrida F1 Harmony merupakan hasil persilangan yang dikembangkan oleh PT.
BISI International Tbk Surabaya, Jawa Timur. Mentimun ini memiliki beberapa
keunggulan dibanding jenis lainnya, yaitu: pertumbuhan tanaman kuat dan
seragam, tahan penyakit kresek (Downey Mildew), tanaman tetap menghasilkan
buah yang besar dan lurus (tanpa leher) walaupun pengairan kurang tercukupi,
warna buah hijau tua, seragam dan tidak pahit, panjang buah mencapai ± 23 cm
8 32 hari setelah pindah tanam dengan potensi hasil 5–6 Kg/tanaman. Kebutuhan
benih 760-800 g/ha dengan jarak tanam 70 x 60 cm (PT. Bisi, 2013).
2.2 Peranan unsur hara bagi tanaman
Unsur hara dapat diserap tanaman melalui akar, batang dan daun berbentuk ion
yang tersedia bagi tanaman. Di dalam jaringan tanaman unsur hara nitrogen
merupakan komponen penyusun berbagai senyawa esensial bagi tanaman,
misalkan asam-asam amino. Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman ialah
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan
daun. selain itu nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan fotosintesis.
Fungsi lain ialah membentuk protin, lemak dan berbagai persenyawaan organik
lainnya (Lingga, 2007).
Penyerapan fosfor oleh tanaman dalam bentuk ion H2PO4-, pada fosfat terdapat
atom fosfor yang tidak tereduksi di dalam sel. Fosfor (P) juga berperan penting
bagi pertumbuhan mentimun, fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman mempercepat
pertumbuhan akar semai, dapat mempercepat, serta memperkuat pertumbuhan
akar semai dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman
dewasa. Pada umumnya, dapat mempercepat pembungaan, pemasakan buah, biji
atau gabah dan juga dapat meningkatkan produksi biji-bijian (Mulyani, 2002).
Gejala kekurangan fosfor ditujukan oleh terhambatnya laju pertumbuhan sehingga
tanaman menjadi kerdil, perakaran sedikit, warna daun menjadi hijau gelap, masa
9 kekurangan fosfor, fosfor pada jaringan yang tua diangkut ke bagian mersitem
yang masih aktif (Hakim et al., 1986).
Kalium juga penting bagi tanaman mentimun karena fungsi utamanya Kalium
adalah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium berperan dalam
memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur
(Marsono, 2007). Gejala kekurangan unsur kalium dapat ditunjukan dengan
adanya klorosis pada pinggir daun. Pada keadaan yang parah gejala adanya
klorosis tersebut dapat meluas sampai mendekati pangkal daun dan juga tanaman
cendrung menghasilkan biji yang keriput serta pemasakan pun terhambat jika
terjadinya kekurangan kalium yang hebat (Hakim et al., 1986).
Menurut Gardner et al. ( 1991), selain unusur hara makro oleh tanaman, ada
sekelompok unsur hara yang dibutuhkan tanaman hanya dalam jumlah yang kecil,
sedangkan jika dalam jumlah yang banyak dapat merusak tanaman. Unsur hara
yang dimaksudkan adalah unsur hara mikro, seperti Zn, Fe, Mn, Cu, Mo, dan
Bo.
2.3 Mekanisme Penyerapan Pupuk Melalui Daun
Pada daun terdapat mekanisme masuknya hara melalui lapisan kutikula, stomata,
dan eksodesamata. Kemudian, unsur hara menebus lapisan kutin dan dinding sel,
selanjutnya berinteraksi langsung dengan protoplasma, kemudian ditranslokasikan
ke sel-sel yang membutuhkan ( McVicker, et al., 1963). Adapun sebagai
10 terdapat pada permukaan daun yang mempengaruhi ciri spesifikasi dalam
penyerapan (Marschner, 1986).
Bahan kutin dan pektin yang terkandung di dalam kutikula yang merupakan
polimeriasasi dan polikondensasi asam -asam lemak. Struktur kutin yang
membentuk spons dengan ruang antar molekul yang memungkinkan ion -ion
melaluinya yang bersifat lipofilik, sedangkan pektin memiliki struktur yang lebih
longgar dan bersifat hidrofilik. Bahan hemiselulosa pada dinding primer dan
selulosa pada dinding sekunder yang terdapat pada dinding sel keduanya bersifat
hidrofilik sehingga dinding sel sangat permeabel dalam penyerapan ion -ion yang
masuk (Franke, 1962 yang dikutip Hameimi, 1987).
Penyarapan hara alternatif melalui plasmosdesmata yang merupakan bagian dari
protoplasma, adalah penembusan dengan banyak lipatan -lipatan kecil berbentuk
rongga. Fenomena penyerapan melalui daun berhubungan erat dengan lokasi dan
jumlah ektodesmata. Ciri larutan hara, jenis unsur, ukuran molekul, dan pH
merupakan faktor yang mempengaruhi penyerapan (Franke, 1962 yang dikutip
McVicker, et al., 1963).
2.4 Deskripsi Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair dapat diklasifikasikan atas pupuk kandang cair, biogas,
pupukcair dari limbah organik, pupuk cair dari limbah kotoran manusia,
danmikroorganisme efektif (Parnata, 2005). Pupuk organik cair yang merupakan
keluaran (effluent) dari instalasi biogas baik digunakan untuk tanaman darat
11 ciri yaitu N harus berada dalam bentuk persenyawaan organik, tidak
meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah, dan mempunyai persenyawaan C
yang tinggi (Sutedjo, 1995). Pupuk dalam bentuk cair ada yang bersifat organik.
Kelebihan pupuk organik cair dibanding pupuk anorganik cair yaitu dapat secara
cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan
mampu menyediakan hara secara cepat (Mulyani, 1994).
Pupuk organik cair mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, Ca, Mg,
B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa
manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil
daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan
nitrogen dari udara, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan,
cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang
pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bungadan bakal
buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah. kelebihan dari
pupuk daun, yaitu penyerapan hara berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang
diberikan lewat akar karena pupuk daun langsung diberikan pada tanaman. Hal
tersebut membuat tanaman cepat menumbuhkan tunas dan dapat mengurangi
kerusakan pada daerah perakaran akibat pemberian pupuk melalui tanah. Pada
permukaan daun terdapat lapisan kutikula yang berperan dalam mengontrol
kehilangan air dan penyerapan hara yang diberikan melalui daun.
(Lingga dan Marsono, 2004).
Hasil penelitian Parman (2007), pemberian pupuk organik cair pada tanaman
12 sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dibanding tanpa dilakukan
pemupukan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Rao (1994) dan
Purwowidodo (1992) yang mengatakan bahwa kandungan unsur kalium dalam
pupuk organik cair berperan penting dalam proses metabolisme tanaman, yaitu
dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammonium, serta berperan
dalam memelihara tekanan turgor sehingga proses-proses metabolism berjalan
baik dan menjamin kesinambungan pemanjangan sel.
Menurut Harjadi (1996), adapun kelemahan dari pupuk daun atau pupuk organik
cair ini adalah efek residu kurang sehingga pemberian harus lebih sering
dilakukan. Menurut Lingga dan Marsono (2004), menyatakan bahwa pupuk daun
memiliki kekurangan diantaranya adalah jumlah unsur yang diberikan terbatas,
(terutama pada daun dengan kutikula tebal), larutan pupuk daun yang
disemprotkan cepat kering, pupuk daun juga mudah tercuci oleh air. Oleh karena
itu diperlukan selang waktu yang tepat dalam pemberian pupuk organik cair agar
ketersedian unsur hara bagi tanaman mentimun tersedia dalam jumlah yang
optimum sehingga dapat memancu peningkatan pertumbuhan dan produksinya.
2.5 Peranan Selang Waktu Pupuk Organik Cair
Lingga (2003) mengemukakan bahwa dalam penyemprotan pupuk daun ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan selain jenis pupuk daun yang digunakan,
kandungan hara pupuk daun, konsentasi larutan yang diberikan, dan waktu
13 Menurut Palimbungan et al. (2006) menyebutkan bahwa waktu aplikasi juga
menentukan pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk melalui daun dengan
selang waktu yang terlalu sering dapat menyebabkan konsumsi mewah, sehingga
menyebabkan pemborosan pupuk. Sebaliknya, bila selang waktu pemupukan
terlalu jarang tidak memberikan pengaruh. Tersedianya unsur hara dalam jumlah
yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman, dapat menyebabkan
proses pembelahan, pembesaran dan pemanjang sel akan berlangsung dengan
cepat mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh dengan cepat.
Sutedjo dan Kartasapoetra (1995) menambahkan pendapatnya bahwa kebutuhan
tanaman terhadap unsur hara selama pertumbuhan dan perkembangan itu tidak
sama dan membutuhkan waktu yang berbeda dan juga tidak sama banyaknya.
Sehingga dalam pemupukan sebaiknya diberikan pada waktu atau pada saat
tanaman memerlukan hara secara intensif agar pertumbuhan dan perkembangan
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2014 sampai dengan Februari 2014,
bertempat di lahan sawah milik warga di Desa Suka Banjar, Kecamatan
Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit mentimun hibrida F1 Harmony, pupuk
organik cair (Mastofol Tristar) 0,29 % nitrogen, 225 ppm P2O5, 4,68% K2O 1,42
% Na + ( Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, Vitamin A, B1, B2, Vitamin C, Vitamin D,
Vitamin E, Vitamin K, Riboflaovin, Choline, Niacin, dan Carotein, pupuk
kandang, tissue, batang bambu, dan air. Alat yang digunakan adalah
bajak/cangkul, sabit, timbangan, alat ukur dan alat tulis, kamera digital, piring, rol
meter, tali rapiah, oven, jangka sorong, dan sprayer.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian disusun dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari lima
taraf frekuensi pemupukan. Setiap taraf frekuensi pemupukan diulang sebanyak
15 empat tanaman. Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlett dan aditivitas data di
uji dengan uji Tukey jika asumsi anara terpenuhi dilanjutkan pemisahan nilai
tengah faktor yang di uji dengan Polinomial Ortogonal pada taraf 5%.
Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan terhadap selang waktu
pemupukan lanjutan dengan menggunakan pupuk cair Mastofol Trisrar dengan
jadwal pemupukan sebagai berikut:
F0 = Tidak diberikan POC; F4 = 4 hari sekali; F8 = 8 hari sekali;
F12 = 12 hari sekali; F16 = 16 hari sekali.
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Keterangan : 1 = Tanaman ke satu 2 = Tanaman ke dua 3 = Tanaman ke tiga 4 = Tanaman ke empat
1 2
F8
3 4
1 2
F4
3 4
1 2
F12
3 4
1 2
F0
3 4
1 2
F16
3 4
1 2
F0
3 4
1 2
F8
3 4
1 2
F16
3 4
1 2
F12
3 4
1 2
F4
3 4
1 2
F4
3 4
1 2
F16
3 4
1 2
F0
3 4
1 2
F8
3 4
1 2
F12
[image:33.595.293.352.347.638.2]3 4
16 3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Lahan (Pengolahan Tanah)
Lahan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sisa-tanaman
untuk menekan serangan penyakit yang terbawa tanah. Kemudian tanah
dicangkul hingga gembur, lalu olah tanah untuk kedua kalinya, yakni membentuk
guludan-guludan dengan jarak antarguludan 100 cm, lalu pada guludan diberi
pupuk dengan pupuk kandang 1 kg/lubang tanam, pupuk kandang tersebut
dicampurkan merata dengan tanah. Kemudian, guludan-guludan diratakan
kembali untuk ditanami benih mentimun.
3.4.2 Penanaman
Bibit yang akan ditanam dipilih yang baik, yaitu tidak terserang hama dan
penyakit, serta pertumbuhan tanaman seragam. Sebelum benih ditanam di lahan,
benih terlebih dahulu dilakukan penyemaian mengunakan tisu yang diletakan di
piring lalu di tutup dengan plastik hitam. Hal ini bertujuan untuk melihat daya
kecambah dari benih tersebut selama tiga hari kemudian benih tersebut ditanam di
lahan.
Cara penanaman: a. lubang tanam dibuat dengan pada jarak 50 cm antarbarisan
dan 50 cm dalam barisan; b. benih mentimun ditanam sebanyak satu-dua butir/
lubang tanam, kemudian ditutup dengan tanah tipis; c. lalu benih yang telah di
17 3.4.3 Pemupukan
Pemupukan menggunakan pupuk organik cair yang disemprotkan secara langsung
ke tanaman yaitu tiga minggu setelah tanam. Penyemprotan dilakukan pukul
08.00–09.00 wib, konsentrasi pupuk yang digunakan adalah 2 ml yang
dicampurkan satuliter air. Penyemprotan atau spray dilakukan dengan selang
waktu yang berbeda yaitu 4, 8, 12, dan 16 hari sekali, penyemprotan pupuk cair
organik disesuaikan dengan usia tanaman/ tinggi tanaman/ banyak daun, semakin
banyak daun pada tanaman timun maka semakin banyak juga volume pupuk cair
yang disemprotkan. Dalam pengaplikasiannya untuk mencegah terjadi
kontaminasi pemupukan dilakukannya penghalang seperti kardus agar pupuk tepat
sasaran pada tanaman yang diinginkan dan dosis pemupukan per tanaman yang
digunakan sesuai dengan usia tanaman.
3.4.4 Pemeliharaan
Pada penelitian ini kondisi di lahan yaitu musim hujan sehingga tidak dilakukan
penyiraman secara rutin. Setelah tanaman berumur 12 hari dilakukan pengajiran,
agar tidak menganggu atau merusak perakaran tanaman mentimun. Fungsi ajir
adalah merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan, dan tempat menopang
buah yang letaknya bergelantungan. Setiap tanaman dipasangi satu ajir yang
posisinya tegak, atau menggabungkan empat buah turus yang diikat menjadi satu
pada bagian ujung-ujung atasnya.
Pengendalian gulma, rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman disiang dengan
18 kompetisi atau perebutan hara oleh gulma terhadap tanaman. Setelah mentimun
berumur dua bulan setelah tanam, buah mentimun sudah dapat di panen. Panen
berikutnya dilakukan setiap dua hari sekali, pemanenan dilakukan dengan cara
memotong tangkai buah dengan menggunakan alat bantu pisau tajam agar tidak
merusak tanaman.
3.5 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang dilakukan adalah:
a. Panjang Batang
Pengukuran panjang batang utama, diukur mulai dari buku pertama pada
tanaman sampai dengan titik tumbuh, pengukuran menggunakan meteran
penjahit pakaian.
b. Jumlah Daun
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun pada setiap
tanaman sampel.
c. Jumlah Bunga Betina
Menghitung jumlah bunga betina dalam satu tanaman mentimun. Bunga
betina dicirikan dengan adanya bakal buah pada pangkal bunga. Tujuan dari
variabel pengamatan jumlah bunga betina yaitu untuk memprediksi hasil
19 d. Jumlah Buah
Jumlah buah dihitung dari jumlah buah yang dihasilkan pada satu
tanaman pada satu kali masa tanam.
e. Bobot Buah
Menghitung berat total buah yang dihasilkan dalam satu tanaman dari
awal panen hingga panen terakhir.
f. Bobot Brangkasan Kering
Berat brangkasan kering diperoleh dari berat brangkasan segar yang telah
dioven hingga kering. Pengovenan dilakukan menggunakan oven listrik
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan:
1. Pemberian POC mastofol tristar mampu meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman mentimun dibandingkan dengan tanpa pemberian POC
mastofol tristar. Hal ini ditunjukkan oleh variabel panjang batang, jumlah buah, bobot buah, dan bobot kering berangkasan.
2. Potensi produksi tanaman yang diaplikasikan POC dengan selang waktu 4
hari sekali mencapai 30,8 ton/ hektar ± 1,04 ton/hektar, sementara produksi
tanaman tanpa POC hanya mencapai 11,6 ton/hektar ± 4,9 ton/hektar.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan agar perlu dilakukan penelitian
lanjutan pengaruh selang waktu POC terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman mentimun yaitu dengan frekuensi 4 hari sekali pemberian POC dan juga
dengan perlakuan beda dosis. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan
selang waktu tersebut dengan dosis yang dibedakan dapat mempengaruhi tanaman
32
PUSTAKA ACUAN
Ameriana, M. 2008. Perilaku Petani Sayuran dalam Menggunakan Pestisida Kimia. J. Hort. 18(10) : 95 -106
Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Tanaman Mentimun Di Indonesia 2011-2012. Sebuah artikel. http://bps.go.id. Diakses pada tanggal 18 Desember 2013 pukul 12.30 WIB.
Capah, R. L. 2006. Kandungan nitrogen dan fosfor pupuk organik cair dari sludge instalasi biogas dengan penambahan tepung tulang ayam dan tepung darah sapi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Cahyono, B. 2006. Timun. Penerbit CV Aneka Ilmu, Semarang.
Gardner, F.P., R.H. Pearce dan R.L. Michell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. U.I. Press. Jakarta
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hakim, N. et al.. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 hlm.
Hameimi, R. 1987. Pengaruh Pemupukan N, NP, NPK pada Saat Tanam dan Pupuk Daun Spesial B pada Fase Generatif terhadap pertumbuhan dan Hasil Kedelai ( Gylcine max [L.] Merrill). Skripsi Sarjana Fakultas Pertanian Unviersitas Lampung. Bandar Lampung. 57 hlm.
Hardjowigeno, S., 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Harjadi, S.S. 1996. Penghantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
33 Indriyani, Y. H. 1999. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Supartha, N. Y. ; Wijana, G. ; dan Adriyana, M. G. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian. Jurnal Agroteknologi Tropika. 1(2) : 98 – 106.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Cetakan I PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Lingga, P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Linggaa, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Linggab, P. dan Marsono.2007. Petujuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi Penebar Swadaya. Jakarta.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press. London. 674 pp.
Mulyani, S. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Mc Vicker, M.H., G.L. Bridger, and L.B. Nelson. 1963. Fertilizer Technology and Usage. Proceedings of Short Course Sponsored by Soild Science Society of America and Held at Purdue University, Lafayette, Indiana, February 12 – 13, 1962. Soil Science Society of America. USA. 464 pp.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT. AgroMedia Pustaka. Depok
Palimbungan N., R. Labatar, dan F. Hamzah F., 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Lamtoro sebagai Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi. J. Agrisistem 2 (2) : 96 -101
Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap
Tertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal Anatomi dan Fisiologi 15 (2) : 24-45.
Parnata, A. S. 2005. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agro Media Pustaka. Jakarta
34 Purwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung.
Rao, S. 1994. Mikroorganisme dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia. Jakarta.
Rizqiani, F., Erlina, A dan Nasih, W, Y,. 2007. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah Dan
Lingkungan. 7 (1): 43-45.
Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Ketimun. Kanisius. Yogyakarta.
Schroth, G dan F. C. Sinclair. 2003. Tress, Crops and Soil FERLILITY: Concepts and Research Methods. CABI. 464 P.
Sumpenaa. 2002. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal: 1-42.
Sumpenab. 2005. Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 17-19.
Sumpena. 2002. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal: 1-42.
Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipata. Jakarta.