• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Hasil Produksi Beberapa Galur Tanaman Mentimun Hibrida (Cucumis sativus L.) Dengan Varietas Hercules & Wulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbandingan Hasil Produksi Beberapa Galur Tanaman Mentimun Hibrida (Cucumis sativus L.) Dengan Varietas Hercules & Wulan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Swasembada Pangan

Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 619-626

Perbandingan Hasil Produksi Beberapa Galur Tanaman

Mentimun Hibrida (Cucumis sativus L.) Dengan Varietas

Hercules & Wulan

Astiti Rahayu dan U. Sumpena

Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Jln Tangkuban Perahu 517, Lembang, Bandung, Jawa Barat, 40391

Telp. 022-2786245, email :

nagez_classic@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan beberapa galur mentimun hibrida dengan varietas Hercules dan Wulan yang mempunyai potensi hasil tertinggi.Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Desa Palasari Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang dengan ketinggian 500 m dpl pada bulan Juni sampai September 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial yang diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan terdiri dari empat galur hibrida yang diuji dan dua varietas control, yaitu Galur Hibrida 1 (Asal Filipina dan Thailand LV 2908 X LV 2902), Galur Hibrida 2 (Asal Filipina dan Thailand LV 2908 X LV 2904), Galur Hibrida 3 (Asal Filipina dan Thailand LV 2908 X LV 1043), Galur 4 (Asal Filipina dan Thailand LV 2908 X LV 1042), varietas kontrol Hercules dan Wulan. Hasil analisis menunjukan bahwa umur berbunga Galur Hibrida 4 (29.50 HST) lebih lama dibandingkan dengan varietas Hercules (24.39 HST). Diameter buah Galur Hibrida 2 (3.86 cm) lebih panjang dari Galur Hibrida 3 (3.20 cm), dan bobot buah Galur Hibrida 2 (7658.71 g) lebih berat dibandingkan dengan varietas Wulan (7250.31 g).

Kata Kunci : Galur, Mentimun, Produksi dan Hibrida

Diterima: 20 April 2015, disetujui 28 April 2015

PENDAHULUAN

Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) yang banyak dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat. Mentimun merupakan tanaman sayuran utama yang dibudidayakan oleh petani di Indonesia (Anwar et al., 2005). Prospek budidaya mentimun (Cucumis sativus L) di Indonesia sangat baik karena mentimun banyak digemari oleh masyarakat. Permintaan terhadap komoditas ini dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Kebutuhan buah mentimun ini akan meningkat terus sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan taraf hidup masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat dan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi (Wijoyo, 2012).

Produksi mentimun pada tiga tahun terakhir di Indonesia berfluktuasi dari 583,139 ton pada tahun 2009 menjadi 547,141 ton pada tahun 2010, menurun sebesar 6.17% (BPS, 2013). Pada tahun 2011 mengalami penurunan produksi, menjadi 521,535 ton, menurun sebesar 4.67% (BPS, 2013). Produksi mentimun di Indonesia masih rendah padahal potensinya cukup tinggi. Kebanyakan para petani mentimun di

(2)

Indonesia masih menganggap bertanam mentimun adalah usaha sampingan, sehingga penanganannya pun masih belum optimal. Salah satu faktor penyebab rendahnya daya hasil tanaman sayuran di Indonesia antara lain penggunaan benih sayuran yang mutu genetik dan fisiologisnya kurang baik (Anwar et al.,2005).

Salah satu upaya untuk mendukung peningkatan produksi dan produktivitas adalah melalui penggunaan benih hibrida. Benih hibrida adalah benih generasi F1yang dijual untuk produksi komersial. Secara genetik potensi hasil hibrida lebih tinggi daripada jenis bersari bebas karena fenomena heterosis, misalnya di India kultivar hibrida dipilih karena efek heterosisnya yang dapat meningkatkan hasil disukai petani (Rai et al, 2008). Balitsa melalui pemuliaanya telah melakukan perakitan varietas melalui pembentukan hibrida. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang perbandingan hasil produksi mentimun hibrida dengan varietas pembanding yang sudah dilepas di pasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan beberapa galur mentimun hibrida dengan varietas Hercules dan Wulan yang mempunyai potensi hasil tertinggi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Desa Palangsari, Subang selama 4 bulan dimulai dari bulan Juli sampai dengan bulan September 2013. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih mentimun Galur Hibrida 1, Galur Hibrida 2, Galur Hibrida 3, Galur Hibrida 4, Varietas Hercules dan Varietas Wulan, sedangkan alat-alat yang digunakan adalah kored, cangkul, hand sprayer 18 liter, tugal, mulsa plastik hitam perak, mistar, alat-alat tulis, stik, tali raffia, label plot, ember, timbangan tigital, gelas plastik, meteran dan kamera.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik/analisis ragam. Hasil yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5 %. Masing-masing perlakuan terdiri dari 6 perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan, yaitu :

M1 = Galur hibrida 1 (LV 2908 X LV 2902) M2 = Galur hibrida 2 (LV 2908 X LV 2904) M3 = Galur hibrida 3 ( LV 2908 X LV 1043) M4 = Galur hibrida 4 (LV 2908 X LV 1402) M5 = Varietas Hercules M6 = Varietas Wulan

Satuan percobaan yang digunakan adalah petak percobaan dengan luas 4 m2. Jumlah tanaman per petak adalah 20 tanaman, sampel yang diamati adalah 4 tanaman yang dipilih secara acak sehingga jumlah total tanaman yang diamati adalah 96 sampel tanaman.

Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman (cm), dimana tanaman diukur pada batang utama dari mulai permukaan tanah sampai titik pertumbuhan, pengamatan tinggi tanaman dilakukan mulai dari 10 hari setelah tanam (HST) sampai umur 40 hari setelah tanam (HST) dengan interval 10 hari sekali. Jumlah daun per tanaman (helai) yang dihitung adalah daun yang telah tumbuh sempurna, membuka penuh dan belum menguning, pengamatan ini dilakukan mulai dari 10 hari setelah tanam (HST) sampai umur 40 hari setelah tanam (HST) dengan interval 10 hari sekali. Umur berbunga (HST) diamati mulai 3 minggu setelah tanam hingga jumlah bunga per petak 50% sudah berbunga. Jumlah buah per tanaman dilakukan dengan menghitung banyaknya buah panen mulai panen ke 1 sampai panen ke 10 dengan interval 3 hari sekali. Bobot buah per tanaman dilakukan saat panen pertama sampai sepuluh kali panen. Panjang buah (cm) dihitung mulai panen pertama sampai sepuluh kali panen. Diameter buah (cm) diukur pada bagian ujung, tengah dan pangkal buah.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekapitulasi hasil sidik ragam terhadap perbandingan hasil produksi beberapa galur tanaman mentimun hibrida (Cucumis sativus l.) dengan varietas hercules & wulan pada berbagai tolak ukur yang dapat dilihat pada tabel 1 yaitu : tinggi tanaman (HST), jumlah daun (helai), umur berbunga (HST), jumlah buah per tanaman (buah), bobot buah per tanaman (g), panjang buah per tanaman (cm), diameter buah (cm) dan bobot buah per petak (tabel 1).

Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan tanaman mentimun

Parameter Perlakuan (varietas/galur)

Tinggi Tanaman (HST)

a. 10 tn

b. 20 tn

c. 30 *

d. 40 tn

Jumlah Daun per Tanaman (HST)

a. 10 tn

b. 20 tn

c. 30 **

d. 40 tn

Umur Berbunga **

Jumlah Buah per Tanaman tn

Bobot Buah per Tanaman tn

Panjang Buah tn

Diameter Buah **

Ket : ** = Berpengaruh sangat nyata berdasarkan uji taraf 5% * = Berpengaruh nyata berdasarkan uji taraf 5% n = Tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji taraf 5%

Tinggi Tanaman (cm)

Hasil sidik ragam pada variabel tinggi tanaman pada beberapa galur mentimun hibrida, varietas hercules dan wulan menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada umur 30 HST (tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman (cm) beberapa galur mentimun

Perlakuan Rata-rata tinggi tanaman pada umur (HST)

10 20 30 40 Hibrida 1 (M1) 2.46 6.00 26. 13 bc 97.98 Hibrida 2 (M2) 3.00 7.56 48.38 a 124.38 Hibrida 3 (M3) 2.37 5.53 23.94 bc 88.35 Hibrida 4 (M4) 2.00 6.16 35.38 ab 109.44 Hercules (M5) 2.97 7.56 34.56 ab 108.88 Wulan (M6) 2.17 5.47 16.00 c 90.73

Ket : angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %

(4)

Hasil uji DMRT pada umur 30 HST menunjukkan bahwa galur M2 memiliki tinggi tanaman tertinggi sedangkan tinggi tanaman terendah yaitu pada varietas wulan. Hal ini menunjukkan bahwa galur hasil perakitan Balitsa lebih baik daripada varietas Wulan. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) bahwa panjang batang atau tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang dapat digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan. Perbedaan tinggi tanaman dapat disebabkan oleh faktor genetik antar varietas. Selain perbedaan tinggi tanaman disebabkan oleh sifat setiap galur mempunyai daya adaptasi berbeda-beda.

Jumlah Daun per Tanaman (helai)

Hasil sidik ragam pada variabel jumlah daun per tanaman beberapa galur mentimun hibrida, varietas hercules dan wulan menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada umur 30 HST (tabel 3).

Tabel 3. Rata-rata jumlah daun per tanaman beberapa galur mentimun

Perlakuan Rata-rata jumlah daun pada umur (HST)

10 20 30 40 Hibrida 1 (M1) 2.00 3.00 6.42 b 15.42 Hibrida 2 (M2) 1.00 3.75 14.94 a 20.25 Hibrida 3 (M3) 1.00 3.25 8.79 b 15.48 Hibrida 4 (M4) 1.13 3.29 8.81 b 16.13 Hercules (M5) 1.00 3.37 10.25 b 15.44 Wulan (M6) 1.00 3.31 7.06 b 15.50

Ket : angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %

Hasil uji lanjut DMRT pada umur 30 HST menunjukkan perbedaan jumlah daun antar perlakuan. Galur M2 memiliki jumlah daun lebih banyak dibandingkan M1, M3, M4 maupun varietas kontrol. Hal ini berbanding lurus dengan parameter tinggi tanaman. Daun merupakan organ fotosintat utama.Jumlah daun dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh serta ketersediaan unsur hara (Yadi et al, 2012). Tanaman yang lebih tinggi akan menghasilkan daun yang lebih banyak sehingga hasil fotosintesis yang berfungsi bagi pembentukan buah akan semakin banyak (Wiguna et al, 2009). Perbedaan jumlah daunpun disebabkan oleh faktor gen dan lingkungan. Nurmayulis et al (2014), menyatakan bahwa faktor lingkungan yang menghambat laju pertumbuhan daun yaitu lingkungan yang kurang mendukung seperti cahaya matahari, kondisi penyinaran yang kurang optimum dan serangan hama penyakit akan berakibat pada jumlah daun pada tanaman.

Umur Berbunga

Hasil sidik ragam terhadap umur berbunga (HST) beberapa galur mentimun hibrida, varietas Hercules dan varietas Wulan menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata (tabel 4).

Hasil uji lanjut DMRT pada tabel 4 menunjukkan bahwa galur M1, M2, M3 dan M4 memiliki nilai tertinggi sedangkan nilai terendah dimiliki oleh varietas kontrol (Hercules). Perbedaan umur berbunga disebabkan oleh ketersediaan hara. Kekurangan hara makro dapat menghambat pertumbuhan sehingga tanaman lambat untuk mencapai berbunga (Waseem et al, 2008). Masa keluar bunga jantan dan bunga bentina mentimun berkisar antara 25 sampai 33 HST dan 34 sampai 41 HST (Kusandriani et al, 2005). Dilihat dari data di atas dapat disimpulkan bahwa umur berbunga semua galur mentimun hibrida, varietas Hercules dan varietas Wulan sudah memasuki waktu pembungaan sesuai dengan fasenya.

(5)

Tabel 4. Rata-rata umur berbunga galur mentimun

Perlakuan Rata-rata Umur Berbunga (HST)

Hibrida 1 (M1) 29.38 a Hibrida 2 (M2) 29.25 a Hibrida 3 (M3) 29.12 a Hibrida 4 (M4) 29.50 a Hercules (M5) 24.37 c Wulan (M6) 27.09 b

Ket : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Jumlah buah per tanaman (buah)

Hasil sidik ragam terhadap jumlah buah per tanaman beberapa galur mentimun hibrida, varietas Hercules dan varietas Wulan menunjukkan pengaruh tidak nyata (tabel 5).

Tabel 5. Rata-rata jumlah buah galur mentimun

Perlakuan Rata-rata Jumlah Buah

Hibrida 1 (M1) 3.12 Hibrida 2 (M2) 3.08 Hibrida 3 (M3) 3.08 Hibrida 4 (M4) 3.63 Hercules (M5) 4.31 Wulan (M6) 2.75

Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa pada semua galur hibrida dan varietas kontrol tidak menunjukkan perbedaan pada jumlah buah. Jumlah buah dipengaruhi oleh jumlah pertanaman dan kemampuan varietas itu sendiri dalam menghasilkan bungan. Semakin tinggi kemampuan tanaman berbunga maka buah yang dihasilkan semakin banyak (Ijoyah and Valder, 2008). Tetapi kemampuan berbunga beberapa galur mentimun dengan varietas pembanding berbeda-beda. Bunga yang dihasilkan mengalami kerontokan tetapi terdapat beberapa bunga yang tahan dari cuaca buruk misalnya hujan dan hembusan angin kencang sehingga tidak menjamin jumlah bunga yang banyak akan menghasilkan jumlah buah yang banyak pula.

Bobot buah per tanaman (g)

Hasil sidik ragam terhadap bobot buah per tanaman beberapa galur mentimun hibrida, varietas Hercules dan varietas Wulan menunjukkan pengaruh tidak nyata (tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata bobot buah per tanaman (g)

Perlakuan Rata-rata Bobot Buah per Tanaman (g)

Hibrida 1 (M1) 495.4 Hibrida 2 (M2) 424.71 Hibrida 3 (M3) 378.56 Hibrida 4 (M4) 505.88 Hercules (M5) 554.44 Wulan (M6) 359.56

(6)

Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot buah diperoleh hasil yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Galur yang memiliki bobot buah terberat yaitu varietas Hercules sedangkan bobot buah terendah yaitu varietas Wulan. Bobot buah merupakan karakter yang digunakan untuk memilih hibrida terbaik, karena dapat menggambarkan produktivitas per hektar (Firdaus, 2006).

Bobot buah dapat dipengaruhi oleh tinggi tanaman, tanaman yang lebih tinggi akan menghasilkan daun yang yang lebih banyak sehingga kemungkinan akan menghasilkan bobot buah yang tinggi. Selain itu rendahnya produksi mentimun dikarenakan oleh faktor lingkungan misalnya ketinggian tempat yang berkaitan erat dengan suhu dan teknik budidaya (Sutapradja, 1991).

Panjang buah (cm)

Hasil sidik ragam terhadap panjang buah beberapa galur mentimun dengan varietas Hercules dan varietas Wulan menunjukkan pengaruh tidak nyata (tabel 7).

Tabel 7. Rata-rata panjang buah (cm)

Perlakuan Rata-rata Panjang Buah (cm)

Hibrida 1 (M1) 18.18 Hibrida 2 (M2) 17.66 Hibrida 3 (M3) 17.56 Hibrida 4 (M4) 17.54 Hercules (M5) 17.28 Wulan (M6) 15.82

Hasil uji lanjut DMRT pada tabel 7 menunjukkan bahwa semua galur mentimun hibrida tidak menunjukkan perbedaan. Galur P1 memiliki panjang buah terpanjang dibandingkan semua galur dan varietas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di lokasi penelitian sangat mendukung pertumbuhan tanaman sehingga menghasilkan buah yang optimal. Menurut Idris (2004), panjang buah mentimun dipengaruhi juga oleh letak tumbuh buah, jika langsung tumbuh di ketiak daun dan buah itu tunggal maka umumya memiliki buah yang relatif lebih panjang dan mulus.

Diameter buah (cm)

Hasil sidik ragam terhadap diameter buah beberapa galur mentimun hibrida, varietas Hercules dan varietas Wulan menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata (tabel 8).

Tabel 8. Rata-rata diameter buah (cm)

Perlakuan Rata-rata Diameter Buah (cm)

Hibrida 1 (M1) 3.59 b Hibrida 2 (M2) 3.86 a Hibrida 3 (M3) 3.20 c Hibrida 4 (M4) 3.78 ab Hercules (M5) 3.70 ab Wulan (M6) 3.55 b

Hasil uji DMRT pada tabel 8 menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan. Galur M2 memiliki diameter buah tertinggi, sedangkan diameter buah terendah yaitu galur M3. Perbedaan diameter buah mentimun diduga oleh faktor genetik dan lingkungan. Hal ini didukung oleh pernyataan Panupesi (2012)

(7)

bahwa diameter buah mentimun diduga oleh faktor genetik (sifat genetik tanaman) lebih besar pengaruhnya terhadap penampilan buah (jumlah dan diameter buah) dari pada perlakuan yang diberikan.

KESIMPULAN

Galur Hibrida (P2) menunjukkan pengaruh berbeda nyata dan memiliki nilai tertinggi pada parameter tinggi tanaman umur 30 HST (48.38 cm), Jumlah daun per tanaman (14.94), umur berbunga (29 HST) dan diameter buah (3.86 cm).

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A., Sudarsono and S. Ilyas. 2005. Perbenihan Sayuran di Indonesia: Kondisi Terkini dan Prospek Bisnis Benih Sayuran. Bul. Agron. 33(1) : 38–47.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Sayuran di Indonesia 1997-2010.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php? tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&nota b=20. [21 Januari 2014].

Firdaus,Y. 2006. Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Hibrida Cabai (C. Annuum L.) di Kebun Percobaan

Tajur. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 65 hal.

Idris. 2004. Respon Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Akibat Pemangkasan dan Pemberian Pupuk ZA. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian 2 (1) : 17-24

Ijoyah M. O and Valder, L. B. 2008. Evaluation of yield performance of muskmelon (cucumis melo N.) varieties under open field conditions in Seychelles. J. App. Biosci. (5) : 110-114

Kusandriani, Y., P. Soedomo., E. Purwti., U. Sumpena., and A. H Permadi. 2005. Final Report Germplasm Evaluation of ucumber,Germplasm.

Nurmayulis, A. A. Fatmawaty dan D. Andini. 2014. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.) Akibat Pemberian Pupuk Kotoran Hewan dan Beberapa Pupuk Organik Cair.

Agrologia (3) : 91-96

Panupesi, H. 2012. Respon Tanaman Mentimun (cucumis sativus L.) Terhadap Pemupukan NPK Mutiara danPupuk Kandang Ayam pada Tanah Gambut. Anterior Jurnal 1 (12) : 13-20

Rai, M., S. Pandey, and S. Kumar. 2008. Cucurbit Research in India: a Retrospect. Proc. Of the IXth EUCARPIA Meeting On Genetics and Breeding of Cucurbitaceae Pitrat M (ed.), INRA, Avignon

(France), P : 285-294

Sitompul, S. M. dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sutapradja, H. 2008. Pengaruh Pemangkasan Pucuk Terhadap Hasil dan Kualitas Benih Lima Kultivar Mentimun. J. Hort. 18 (1) : 16-20

Waseem, K., Q. M. Kamran and M. S. Jilani. 2008. Effect of diferrent nitrogen levels on growth and yield of cucumber (cucumis sativus L.) J. Agric. Res., 46 (3) : 259-266

Wiguna, G., C. Azmi dan U Sumpena. 2009. Uji Daya Hasil Beberapa Galur Mentimun F1 Hibrida. J.

(8)

Wijoyo, P.M. 2012. Budi Daya Mentimun Yang Lebih Menguntungkan. Pustaka Agro Indonesia. Jakarta. Yadi, S., L. Karimuna dan L. Sabaruddin. 2012. Pengaruh Pemangkasan Dan Pemberian Pupuk Organik

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan nilai F hitung < F tabel yang menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian obat dan variasi dosis ekstrak etanol daun pakis sayur terhadap

Dokumen yang dikumpulkan merupakan dokumentasi berupa foto, selain itu penelitian ini juga menggunakan dokumen hasil belajar siswa yakni ulangan tengah semester pada mata

Bab II adalah tinjauan pustaka, dalam bab Ini dibahas secara generalls tentang instalasi daya listrik untuk motor-motor listrik, jenis actor listrik, starting motor-motor

Cakupan pelayanan teknis ATB selama 19 tahun menjadi perusahaan air minum di Pulau Batam mengalami peningkatan yang baik seiring dengan pertumbuhan penduduk di

Mendefinisikan Ruang Lingkup Masalah Pada tahap ini akan didefinisikan ruang lingkup permasalahan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti dan batasan masalah yang akan diteliti

Perlakuan dengan dosis 200 mg/kg BB/ hari ekstrak jahe merah yang mampu memberikan pengaruh yang sama dengan kontrol negatif terhadap kadar SGPT hepar tikus yang terpapar

Kemampuan penguasaan konteks aplikasi sains pada konteks minuman memiliki peningkatan terbesar dengan nilai N-gain sebesar 0,70, sedangkan yang terendah adalah pada konteks