PENGARUH KEPEMILIKAN ASING, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN UTANG TERHADAP KOS KEAGENAN
SKRIPSI
Oleh :
I KADEK HERY SEPTIAWAN NIM :1215351053
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
i
PENGARUH KEPEMILIKAN ASING, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN UTANG TERHADAP KOS KEAGENAN
Oleh :
I KADEK HERY SEPTIAWAN NIM :1215351053
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal :
Tim Penguji : Tanda tangan
1. Ketua : Dr. IGAM Asri Dwija Putri, SE, M.Si ...………….
2. Sekretaris : Ni Gst Putu Wirawati, SE, M.Si ...………….
3. Anggota : Drs. I Made Mertha, M.Si, Ak ...………….
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, M.Si.,Ak. NIP. 19650323 199103 1 004
Pembimbing
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,
di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia di proses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, April 2016
Mahasiswa,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkatrahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan
Asing, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Utang terhadap Kos Keagenan” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ni Gusti Putu Wirawati, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas waktu,
bimbingan, masukan, serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Dr. IGAM Asri Dwija Putri, SE, M.Si selaku Dosen Pembahas atas masukan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. I Made Mertha, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji atas masukan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si., selaku Pembantu Dekan I
FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6. Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi,
serta Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
7. Drs. I Ketut Suardika Nata, M.Si., selaku Ketua Program Ektensi Fakultas
v
8. Dr. I Putu Sudana, SE, MSAcc., Ak., selaku Pembimbing Akademik
9. Kedua orang tua penulis I Made Susila dan Ni Nyoman Werni atas motivasi
dan masukan yang diberikan dan semua anggota keluarga yang selalu
memberikan dorongan semangat dan doa yang sangat berarti bagi penulis.
10. Teman-teman seperjuangan Ni Luh Ayu Sukrisna Dewi, A.A Putri Rahayu,
Ida Bagus Adinata, I Made Prasetia Wira Atmaja, Ida Bagus Manik
Brahmandika, dan I Gede Tri Dharma Prawira yang telah memberikan
dukungan dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.
11. Teman-teman seperjuangan FEB Unud Angkatan 2012 atas kerjasama dan
kebersamaannya.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan yang berharga.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang terkait.
Denpasar, April 2016
vi
Judul : Pengaruh Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Utang terhadap Kos Keagenan
Nama : I Kadek Hery Septiawan NIM : 1215351053
ABSTRAK
Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Perbedaan tujuan tersebut menimbulkan konflik keagenan dan juga akan menimbulkan kos yang disebut dengan kos keagenan. Hubungan keagenan ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kos keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan asing dan meningkatkan kebijakan utang perusahaan. Perusahaan dengan ukuran yang besar cenderung terjadi moral hazard yang dapat mengakibatkan meningkatnya kos kegaenan.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan kebijakan utang terhadap kos keagenan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam tahun pengamatan 2012-2014. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling dan diperoleh 74 perusahaan yang memenuhi kriteria dengan 222 pengamatan. Kos keagenan diproksikan dengan asset turnover. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda yang sebelumnya telah lulus uji asumsi klasik.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan regresi linear berganda diperoleh bahwa seluruh hipotesis diterima yaitu kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap kos keagenan, ukuran perusahaanberpengaruh positif terhadap kos keagenan, serta kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kos keagenan.
vii DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINILITAS... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
1.5 Sistematikan Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1Landasan Teori ... 11
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 11
2.1.2 Mekanisme Untuk Mengurangi Masalah Agensi .. 13
2.1.3 Kos Keagenan (Agency Cost) ... 17
2.1.4 Kepemilikan asing ... 19
2.1.5 Ukuran Perusahaan ... 20
2.1.6 Kebijakan Utang ... 20
2.2Hipotesis Penelitian ... 23
2.2.1 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Kos Keagenan ... 23
2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kos Keagenan ... 23
2.2.3 Pengaruh Kebijakan Utang terhadap Kos Keagenan ... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 25
3.2Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 25
3.3Objek Penelitian ... 26
3.4Identifikasi Variabel ... 26
3.5Definisi Operasional Variabel ... 27
3.6Jenis dan Sumber Data ... 29
3.7Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 29
3.7.1 Populasi ... 29
3.7.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 29
3.8Metode Pengumpulan Data ... 30
3.9Teknik Analisis Data ... 30
viii
3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 31
3.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 33
3.9.4 Koefisien Determinasi ... 34
3.9.5 Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 35
3.9.6 Uji t ... 35
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1Gambaran Umum Data ... 36
4.2Statistik Deskriptif ... 38
4.3Hasil Uji Asumsi Klasik ... 40
4.3.1 Hasil Uji Normalitas ... 40
4.3.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 41
4.3.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 41
4.3.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 42
4.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 43
4.4.1 Koefisien Determinasi ... 44
4.4.2 Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 45
4.5 Hasil Uji t ... 45
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 46
4.6.1 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kos Keagenan ... 46
4.6.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kos Keagenan ... 47
4.6.3 Pengaruh Kebijakan Utang Terhadap Kos Keagenan ... 47
BAB V PENUTUP 5.1Simpulan ... 48
5.2Saran ... 49
DAFTAR RUJUKAN ... 50
ix
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Seleksi Jumlah Sampel Penelitian ... 37
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 38
4.3 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 40
4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel Penelitian ... 41
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Penelitian ... 41
4.6 Hasil Uji Autokorelasi Variabel Penelitian ... 42
x
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1 Daftar Nama Perusahaan Sampel yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2012-2014 ... 54
2 Data Variabel Sampel Penelitian ... 57
3 Statistik Deskriptif Data Uji ... 66
4 Uji Normalitas ... 67
5 Uji Heteroskedastisitas ... 68
6 Uji Multikolinearitas ... 69
7 Uji Autokorelasi ... 70
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan
perusahaan go public yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas. Perusahaan
ini wajib melaporkan laporan keuangannya kepada publik serta para pemegang
sahamnya yang di-publish dalam situs resmi www.idx.co.id baik itu laporan
keuangan tri wulan, kuartal, semester, dan tahunan. Para pemegang saham adalah
pihak yang menerima langsung dampak yang diakibatkan oleh keputusan yang
dibuat manajemen. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola
perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan
tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Manajer mempunyai
kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun
disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan
kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali
menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan.
Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia seperti kasus salah saji laporan
keuangan yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Pada tahun 2002 ditemukan
penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT Kimia Farma. Direksi
lama PT Kimia Farma periode 1998-Juni 2002 diwajibkan membayar denda untuk
disetor ke kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas
laporan keuangan per 31 Desember 2001. Selain kasus itu, PT Lippo Tbk. juga
2
keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut sehingga para pemegang saham
mulai meragukan informasi berupa laporan keuangan yang disajikan manajemen
(Wiryadi dan Sebrina, 2013).
Teori agensi menjelaskan fenomena tersebut yang dipopulerkan oleh Jensen
dan Meckling (1976), mereka menyatakan bahwa tujuan yang dimiliki oleh
pemegang saham perusahaan (prinsipal) berbenturan dengan tujuan yang dimiliki
oleh manajer (agen). Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kepentingan dan
sering disebut sebagai konflik keagenan. Konflik keagenan disebabkan karena
adanya perbedaan kepentingan dan asimetri informasi di antara pemegang saham
dengan manajemen. Asimetri informasi adalah informasi yang tidak seimbang,
dimana pihak manajemen mengetahui lebih banyak informasi searta keadaan yang
terjadi di perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham.
Prinsipal lebih tertarik dengan apa yang telah dicapai oleh agen yaitu mereka
mengharapkan berita baik (good news) dari investasi yang telah mereka tanamkan
di perusahaan tersebut, di lain pihak agen akan berusaha meningkatkan
kepentingannya agar memeroleh bonus yang tinggi dengan berusaha memberikan
kesan pesan yang baik sehingga selalu dipercaya oleh pemegang saham serta
memeroleh keuntungan yang diharapkannya. Perbedaan kepentingan antara
prinsipal dan agen ini akan menimbulkan masalah keagenan. Kondisi ini terjadi
karena asimetri informasi antara manajemen dan pihak lain yang tidak memiliki
sumber dan akses yang memadai untuk memeroleh informasi yang digunakan untuk
3
Masalah keagenan terdiri dari dua kategori yaitu adverse selection dan
moral hazard. Adverse selection terjadi ketika agen gagal memberikan
kemampuannya dan cenderung mengambil keputusan yang merugikan, sedangkan
moral hazard adalah kondisi lingkungan dimana agen melalaikan tanggungjawab
atau bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri dan bertentangan dengan
kepentingan prinsipal. Agar tidak terjadi kesulitan di masa depan yang berdampak
buruk terhadap perusahaan, prinsipal harus mengendalikan konflik keagenan ini.
Konflik keagenan memicu timbulnya kos keagenan (agency cost). Abdul
Halim (2007) menyatakan kos keagenan adalah kos yang timbul agar manajer
bertindak selaras dengan tujuan pemilik. Terdapat tiga jenis kos keagenan yaitu
monitoring cost adalah biaya yang timbul untuk mengukur dan mengontrol tingkah
laku manajer, bonding cost adalah biaya untuk menjamin bahwa agen tidak akan
mengambil keputusan yang merugikan prinsipal, dan residual loss adalah biaya
yang timbul akibat dari keputusan manajemen yang seharusnya dapat
mengoptimalkan keuntungan pemegang saham. Pemegang saham menginginkan
agar kos keagenan dapat diminialisir.
Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi
konflik antara manajemen dan pemegang saham. Masalah keagenan dapat
dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan (Faizal, 2004). Kepemilikan saham
oleh asing, merupakan saham yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum,
pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri. Kepemilikan saham
oleh asing dapat menurunkan kos keagenan karena adanya monitoring untuk
4
Adanya kepemilikan asing dalam perusahaan, dianggap concern terhadap
peningkatan good corporate governance (Simerly dan Li, 2000). Banyak
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI yang memiliki kepemilikan asing
dalam daftar shareholder-nya, ini berarti bahwa di Indonesia telah mengalami
peningkatan good corporate governance dari semenjak krisis moneter tahun 1998.
Salah satu contoh perusahaan yang memiliki kepemilikan asing adalah PT Bank
Danamon Indonesia Tbk. Yang menjadikan perusahaan tersebut masuk sepuluh
besar dengan GCG terbaik di Indonesia tahun 2013 (bisnis.tempo.co). Perusahaan
yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh asing biasanya lebih sering
menghadapi masalah asimetri informasi dikarenakan hambatan geografis dan
bahasa. Oleh sebab itu perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar akan
terdorong untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela
dan luas. Adanya keterbukaan informasi dapat mengurangi agency cost yang terjadi
di perusahaan (Xiao et al. 2004 dalam Rahmadiyani, 2012).
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap kos keagenan. Dengan
ukuran perusahaan yang besar cenderung terjadi moral hazard, di mana manajer
biasanya memanfaatkan insentif yang sesuai dengan kepentingannya dan
kemungkinan hal tersebut tidak termasuk dalam kontrak kerja. Kontrak kerja
mengatur masing-masing hak kewajiban dengan tetap memperhitungkan
kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan
yang mengatur mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return,
5
baik adalah fairness, yang memerlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal
oleh agen dan pemberian insentif yang memuaskan dari prinsipal kepada agen.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) cara lain dalam mengatasi
permasalahan agensi adalah dengan meningkatkan utang. Argumen tersebut
didukung oleh pernyataan bahwa dengan meningkatnya utang akan semakin kecil
porsi saham yang akan dijual perusahaan dan semakin besar utang perusahaan maka
semakin kecil dana menganggur yang dapat dipakai perusahaan untuk
pengeluaran-pengeluaran yang kurang perlu. Semakin besar utang maka perusahaan harus
mencadangkan lebih banyak kas untuk membayar bunga serta pokok pinjaman.
Dalam hal ini adanya utang akan dapat mengendalikan penggunaan free cash flow
secara berlebihan oleh manajemen. Menurut Jansen (1986) mekanisme untuk
mengurangi free cash flow ini dikelompokan sebagai bonding, yaitu suatu
mekanisme yang dipakai manajer untuk membuktikan bahwa mereka tidak akan
menghamburkan dana perusahaan dan mereka berani mengambil risiko kehilangan
pekerjaan jika tidak bisa mengelola perusahaan dengan serius. Disisi pemegang
saham, kebijakan peningkatan utang dapat mengurangi pengawasan terhadap
manajemen karena pihak ketiga yang meminjamkan dana (bondholder) akan
melakukan pengawasan terhadap manajemen agar pinjamannya tidak
disalahgunakan.
Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti hubungan kos keagenan yang
ditimbulkan oleh konflik keagenan. Namun, penelitian-penelitian ini memberikan
hasil yang tidak konsisten, yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
6
Syafruddin (2012) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur
kepemilikan dan mekanisme corporate governance terhadap biaya keagenan. Hasil
penelitian Aga dan Syafruddin menunjukkan bahwa struktur kepemilikan yang
diproksikan dengan kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap agency cost
yang diukur dengan asset turnover. Sedangkan hasil yang berbeda diperoleh
Rahmadiyani (2012) yang meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap
kos keagenan dengan aktivitas pengawasan dewan komisaris sebagai pemoderasi
pada perusahaan manufaktur periode 2008-2010, menyimpulkan bahwa struktur
kepemilikan keluarga, struktur kepemilikan institusi, dan struktur kepemilikan
asing berpengaruh negatif terhadap kos keagenan.
Selain mengenai kepemilikan asing terhadap kos keagenan, beberapa studi
empiris juga meneliti mengenai hubungan ukuran perusahaan terhadap kos
keagenan, diantaranya Intan (2014) meneliti tentang pengaruh kepemilikan
manajerial, struktur modal, ukuran perusahaan, dan agency cost sebagai variabel
intervening terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap agency cost, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fachrudin
(2011) yang mendapatkan hasil ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
agency cost.
Selanjutnya mengenai kebijakan utang oleh Purnami (2011) meneliti
mengenai pengaruh kepemilikan manjerial, kepemilikan institusional, kebijakan
deviden, dan leverage pada kos keagenan menemukan bahwa kepemilikan
7
keagenan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widanaputra dan Ratnadi
(2008) yang meneliti tentang pengaruh kebijakan deviden, leverage dan
kepemilikan manajerial terhadap kos keagenan menyimpulkan bahwa kebijakan
utang berpengaruh negatif signifikan.
Adanya hasil yang berbeda dalam penelitian sebelumnya (research gap)
maka diperlukan penelitian lebih lanjut dari variabel-variabel tersebut. Jadi
penelitian ini bermaksud untuk meneliti pengaruh kepemilikan asing, ukuran
perusahaan, dan kebijakan utang terhadap kos keagenan pada perusahaan non
keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah.
1) Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap kos keagenan?
2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kos keagenan?
3) Apakah kebijakan utang berpengaruh terhadap kos keagenan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh kepemilikan asing
terhadap kos keagenan.
2) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh ukuran perusahaan
8
3) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh kebijakan utang terhadap
kos keagenan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut.
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam
bidang akuntansi mengenai teori keagenan khususnya mengenai kos
keagenan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendukung
temuan-temuan riset sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya.
2) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
para pelaku bisnis sebagai salah satu pertimbangan dalam menanamkan
investasinya dan kos keagenan sangat penting dipahami untuk menilai
suatu perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi bagi
9 1.5 Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab dan berkaitan erat antara satu dengan yang
lainnya. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika
penyajian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
Bab ini menjelaskan mengenai kajian pustaka yang digunakan untuk
mendukung penelitian ini dalam memecahkan permasalahan yang
ada, menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
pembahasan pada skripsi ini yaitu mengenai teori keagenan,
mekanisme untuk mengurangi masalah agensi, agency cost,
kepemilikan asing, ukuran perusahaan ,dan kebijakan utang. Bab ini
juga menguraikan tentang pembahasan penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan penelitian ini serta rumusan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Merupakan bab yang berisikan tentang metode penelitian yang
meliputi desain penelitian, lokasi penelitian obyek penelitian,
variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber
data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode
10
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Merupakan bab yang terdiri dari deskripsi variabel penelitian, hasil
pengujian atas uji asumsi klasik, dan hasil pengujian masing-masing
hipotesis yang ada dalam penelitian ini termasuk hasil pengujian atas
uji analisis regresi linear berganda.
BAB V PENUTUP
Merupakan bab yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada
bab sebelumnya, keterbatasan penelitian dan saran-saran yang
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) hubungan agensi ada ketika
salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu
jasa. Teori keagenan juga disebut teori kontraktual yang memandang suatu
perusahaan sebagai suatu perikatan kontrak antara anggota-anggota perusahaan
(Jensen dan Meckling, 1986). Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh
pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Oleh karena
itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi
kepentingan pemegang saham (diskresi manajemen), sehingga manajemen wajib
mempertanggungjawabkan semua kinerjanya kepada pemegang saham.
Teori keagenan secara umum dibahas dua hal (Mahadwartha dan Jogiyanto,
2002) yaitu: (1) positive agency memfokuskan pembahasan mengenai hubungan
antara pihak agen dengan prinsipal. (2) principal agent research membahas
cakupan yang lebih luas yaitu mengenai semua hubungan atau konflik kepentingan
antara satu pihak dengan pihak lainnya dimana pihak yang satu tidak melaksanakan
instruksi atau perintah pihak kedua.
Messier et al. (2006) menyatakan bahwa hubungan keagenan ini
menimbulkan dua permasalahan, yaitu asimetri informasi dan konflik kepentingan.
Asimetri informasi terjadi ketika manajemen mengetahui lebih banyak informasi
12
Sedangkan konflik keagenan disebabkan oleh tindakan manajemen yang tidak
selalu mementingkan kesejahteraan pemegang saham dan kedua belah pihak
memiliki tujuan yang berbeda.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) ada dua jenis permasalahan yang
ditimbulkan oleh asimetri informasi, yaitu:
1) Adverse selection, adalah keadaan dimana pemegang saham tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar
didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai
sebuah kelalaian dalam tugas.
2) Moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika manajemen tidak
melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja
dan cenderung bertindak oportunis.
Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu
mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian
imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal kepada agen. Inti dari teori
keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan
prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997 dalam
13
Teori keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi (Eisenhardt, 1989) yaitu.
1) Asumsi tentang sifat manusia
Manusia pada dasarnya memiliki karakteristik mementingkan diri sendiri
(self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan
tidak menyukai risiko (risk aversion).
2) Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi,
efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asumsi asimetris antara
prinsipal dan agen.
3) Asumsi tentang informasi
Sebuah informasi memiliki nilai yang dianggap dapat diperjualbelikan
sehingga para pihak yang membutuhkan informasi perlu melakukan
pengorbanan untuk memeroleh informasi tersebut.
Teori keagenan memberikan landasan utama dalam kaitannya dengan
penyediaan informasi mengenai aktivitas yang telah terjadi. Informasi merupakan
salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga sangat dibutuhkan pihak
yang kompeten dalam menyediakan informasi berkaitan dengan risiko dan
kemungkinan mengendalikan sifat opportunistic manajemen.
2.1.2 Mekanisme Untuk Mengurangi Masalah Agensi
Jensen dan Meckling (1976) mengidentifikasikan ada dua cara untuk
mengurangi kesempatan manajemen melakukan tindakan yang merugikan
pemegang saham, yaitu pemegang saham luar melakukan pengawasan (monitoring)
14
(bonding). Pada satu sisi, kedua kegiatan tersebut akan mengurangi kesempatan
penyimpangan oleh manajer sehingga nilai perusahaan akan meningkat sedangkan
pada sisi yang lain keduanya akan memunculkan biaya sehingga akan mengurangi
nilai perusahaan. Jensen dan Meckling juga menyatakan bahwa calon investor akan
mengantisipasi adanya kedua biaya tersebut ditambah dengan kerugian yang masih
muncul meskipun sudah ada monitoring dan bonding, yang disebut dengan residual
loss. Beberapa mekanisme kontrol yang dapat digunakan untuk mengurangi
masalah agensi, meliputi.
1) Mekanisme kontrol dengan monitoring
Ada beberapa mekanisme untuk mengurangi kos keagenan. Berikut
mekanisme-mekanisme kontrol dengan monitoring yang dapat dipakai untuk
mengurangi masalah agensi.
(1) Pembentukan dewan komisaris
Pembentukan dewan komisaris adalah salah satu mekanisme yang
banyak dipakai untuk memonitor manajer. Namun penelitian Mace
(1986) menemukan bahwa pengawasan dewan komisaris terhadap
manajemen pada umumnya tidak efektif. Ini terjadi karena proses
pemilihan dewan komisaris yang kurang demokratis dengan mana
kandidat dewan komisaris sering dipilih oleh manajemen sehingga
setelah terpilih tidak berani mengkritik manajemen. Namun jika
dewan didominasi oleh anggota dari luar (independent board of
director) maka monitoring dewan komisaris terhadap manajer
15 (2) Pasar corporate control
Manne (1965) menyatakan bahwa adanya pasar untuk corporate
control dimana perusahaan yang menurun nilainya akibat adanya
masalah agensi akan diambilalih oleh perusahaan lain, merupakan
mekanisme yang lebih bagus sehingga masalah agensi dapat
dikurangi.
(3) Pemegang saham besar
Model pengurangan masalah agensi yang dibuat Jensen dan
Meckling (1976) mengasumsikan bahwa pemegang saham terdiri
dari investor-investor kecil. Oleh karena itu biaya monitoring
terhadap manajemen oleh para investor tersebut akan sangat besar
sehingga mereka akan cenderung tidak melakukan monitoring.
(4) Kepemilikan terkonsentrasi
Mekanisme pengurangan kos keagenan yang agak mirip dengan
mekanisme pemegang saham besar adalah mekanisme lewat
kepemilikan yang lebih terkonsentrasi. Kepemilikan dikatakan lebih
terkonsentrasi jika untuk mencapai kontrol dominasi atau mayoritas
dibutuhkan penggabungan lebih sedikit investor. Dibandingkan
dengan mekanisme pemegang saham besar, kepemilikan
terkosentrasi memiliki kekuatan kontrol yang lebih rendah karena
mereka tetap harus melakukan koordinasi untuk menjalankan hak
kontrolnya. Namun pada sisi yang lain mekanisme kepemilikan
16
munculnya peluang bagi kelompok investor yang terkosentrasi untuk
mengambil tindakan yang merugikan investor lain.
(5) Pasar manajer
Fama (1980) menyatakan bahwa masalah agensi akan berkurang
dengan sendirinya karena manajer akan dicatat kinerjanya oleh pasar
manajer, baik yang ada dalam perusahaan sendiri maupun yang
berasal dari luar perusahaan. Persaingan di pasar manajer ini akan
memaksa manajer bertindak sebaik mungkin untuk kemajuan
perusahaan.
2) Mekanisme kontrol dengan peningkatan kepemilikan manajer
Ketika kepemilikan saham oleh manajer perusahaan meningkat, maka
mereka berinsentif untuk menginvestasikannya pada proyek-proyek yang
memiliki net present value yang positif dan mengurangi konsumsi untuk
kepentingan pribadinya. Insentif kepemilikan dapat memberikan manajer dan
pemegang saham untung maupun rugi secara bersama-sama.
3) Mekanisme kontrol dengan bonding
Jensen (1986) melihat masalah keagenan dari sudut keterbatasan uang
yang dapat digunakan manajer untuk kegiatan konsumtif. Jika agency cost
ingin dikurangi maka free cash flow harus dikurangi terlebih dahulu. Dengan
kata lain manajer harus menunjukkan kepada pemegang saham bahwa dia telah
17 2.1.3 Kos Keagenan (Agency Cost)
Adanya konflik kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham
(prinsipal) mendasari adanya kos keagenan. Kos keagenan adalah biaya
dikeluarkan untuk memonitor dan menjamin perilaku manajemen sesuai dengan
tujuan dari pemegang saham. Teori keagenan mengatakan bahwa sulit untuk
mempercayai bahwa manajemen akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan
pemegang saham, sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham (Copeland
dan Weston, 1992:20).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis kos
keagenan, diantaranya.
1) Biaya Pengawasan (Monitoring Cost)
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemegang saham
untuk mengawasi aktivitas dan perilaku manajer antara lain membayar
auditor untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan dan premi asuransi
untuk melindungi aset perusahaan, pembatasan anggaran, biaya untuk
menetapkan rencana kompensasi manajer, dan aturan-aturan operasi
2) Biaya Ikatan (Bonding Cost)
Biaya yang ditanggung oleh manajemen untuk menetapkan dan
mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa manajemen bertindak untuk
kepentingan pemegang saham. Contohnya biaya untuk menyediakan
laporan keuangan kepada pemegang saham. Pemegang saham hanya akan
mengijinkam bonding cost terjadi jika biaya tersebut dapat mengurangi
18
3) Residual Loss
Biaya ini juga dikeluarkan oleh manajemen yang diakibatkan oleh
pengambilan keputusan yang salah dan lolos dari pengawasan. Biaya ini
juga didefinisikan sebagai kerugian atau penurunan tingkat kesejahteraan
pemegang saham maupun manajemen setelah terjadinya hubungan
keagenan. Contohnya adalah pengeluaran untuk perjalanan dinas dan
akomodasi kelas satu (Purnami, 2011 ; Piramita, 2012).
Menurut Crutchley and Hansen (1989) untuk mengurangi kos keagenan
dapat dilakukan dengan meningkatkan penggunaan utang dalam pendanaan, karena
utang mewajibkan perusahaan untuk membayarnya kembali, maka free cash flow
yang tersedia untuk manajer dalam melakukan tindakan-tindakan yang tidak
semestinya menjadi terbatas.
Berdasarkan beberapa studi empiris, pengukuran untuk kos keagenan dapat
digunakan dengan proksi Asset turnover (Ang et al. 2000; Faizal, 2004; Wang,
2010). Asset turnover merupakan rasio antara penjualan dibagi dengan total aset
yang menunjukkan asset utilization, yaitu mengukur kemampuan manajemen
dalam menggunakan asetnya secara efisien pada investasi yang produktif. Nilai
asset turnover yang rendah menunjukkan bahwa manajemen tidak
memaksimumkan kepentingan pemegang saham, seperti poor investment decision
dan kelalaian manajemen seperti mengerahkan terlalu sedikit usaha untuk
membantu menghasilkan revenue (Ang et al, 2000) sehingga asset turnover
berbanding terbalik dengan kos keagenan. Semakin rendah nilai asset turnover
19 2.1.4 Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham biasa (common stock)
perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah, serta
bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri (Aryani, 2011). Menurut Anggraini (2011)
kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan
multinasional. Biasanya perusahaan yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh
investor asing cenderung menghadapi masalah asimetri informasi yang disebabkan
oleh hambatan geografis, budaya, dan bahasa. Investor asing menghadapi risiko
yang cukup besar dalam berinvestasi di negara yang masih berkembang, termasuk
risiko politik, risk bearing dan hukum di negara tersebut. La Porta, et al., (1999)
mengungkapkan bahwa karena investor asing menghadapi risiko yang besar maka
monitoring yang dilakukan oleh investor asing relatif lebih tinggi sehingga dapat
memberikan tekanan terhadap perusahaan agar lebih efisien memanfaatkan sumber
daya sehingga mampu mengurangi kos keagenan.
Investor asing cenderung lebih pintar dan memiliki berbagai inovasi,
sehingga perusahaan dengan kepemilikan asing akan memiliki pengetahuan lebih
baik yang berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Menurut Almilia (2008),
perusahaan yang memiliki investor asing dalam daftar shareholder-nya cenderung
melakukan pengungkapan yang lebih luas, karena perusahaan tersebut memiliki
teknologi yang cukup untuk menciptakan sistem informasi manajemen yang lebih
efisien sehingga lebih mudah memberi akses dalam sistem pengendalian intern.
20
kerjanya terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dan berdampak pada efisiensi
produktivitas perusahaan.
2.1.5 Ukuran Perusahaan
Salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam berinvestasi
adalah ukuran perusahaan (size). Menurut Ross (2010) ukuran perusahaan
menunjukan ukuran besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Untuk menentukan
ukuran perusahaan dapat dilihat dari volume produksi atau skala produksi. Ukuran
perusahaan juga dapat diamati dengan melihat perkembangkan penjualan, besarnya
nilai total aset ataupun ukuran kapitalisasi pasar.
Ukuran perusahaan adalah sebuah alat untuk menentukan besar atau
kecilnya sebuah perusahaan, perusahaan yang besar dapat dinilai dari skala
produksi atau kapasitas produksi yang mereka miliki akan tetapi dalam definisi
yang lebih khusus ukuran perusahaan (size) dapat diukur dengan menggunakan tiga
proksiyaitu total aset, total nilai penjualan dan nilai market capitalization (Sartono,
2010). Ukuran perusahaan yang dihitung dengan total aset hasilnya akan lebih
representatif dalam menunjukkan ukuran perusahaan dibanding kapitalisasi pasar
dan total nilai penjualan yang sangat dipengaruhi oleh demand and supply
(Sudarmadji dan Sularto, 2007).
2.1.6 Kebijakan Utang
Keputusan pendanaan (utang) mencakup penentuan sumber dana eksternal
dan internal. Sumber dana eksternal dapat diperoleh dari utang dan ekuitas baru,
21
terkait dengan kebijakan dividen, sehingga keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen menjadi saling terkait (Kaaro, 2003).
Pendanaan melalui kebijakan utang dapat memberikan dampak dalam
konflik dan kos keagenan. Dengan kebijakan utang, manajer akan mengoptimalkan
penggunaan dana yang ada. Perusahaan yang memiliki jumlah kebijakan utang
yang besar akan menimbulkan kesulitan keuangan serta risiko kebangkrutan.
Kebijakan utang disini dapat memberikan sinyal mengenai status kondisi keuangan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
Adapun rasio pengelolaan utang dapat dikategorikan sebagai berikut
(Sutrisno, 2001:217), yaitu:
1) Rasio utang (debt to total asset ratio) adalah rasio total utang terhadap total
aset. Rasio ini digunakan untuk menghitung persentase total dana yang
disediakan oleh kreditur.
2) Rasio utang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan rasio
yang membandingkan jumlah utang terhadap ekuitas. Rasio ini digunakan
untuk melihat seberapa besar utang perusahaan jika dibandingkan
ekuitasnya, sebaiknya besar utang tidak melebihi ekuitas.
3) Rasio kemampuan membayar bunga (time interest earned) adalah rasio laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap beban bunga. Rasio ini mengukur
kemampuan untuk membayar beban bunga tahunan.
4) Rasio kemampuan membayarkan beban tetap adalah rasio yang lebih luas
cakupannya dari pada time interest earned karena mencakup kewajiban
22
Kebijakan utangdiukur menggunakan debt to total asset ratio (DAR) yang
merefleksikan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aset untuk
membayar utangnya (Horngren et al., 1997). Semakin rendah debt maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utangnya. Rasio kebijakan
utang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, karena
perusahaan yang memiliki rasio utang yang tinggi dapat mengalami masalah
keuangan, akan tetapi selama perekonomian stabil dan suku bunga rendah maka
dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan
peningkatan risiko berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua
kewajibannya.
Menurut Darsono (2005), dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi
akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi dan pada akhirnya akan
mengurangi pembayaran dividen. Nilai DAR yang tinggi juga mengindikasikan,
semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh utang, semakin kecil jumlah aset yang
dibiayai oleh modal, semakin tinggi risiko perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka panjang, dan semakin tinggi beban bunga yang harus ditanggung
perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan kebijakan pendanaan utang tidak hanya
dapat memeroleh keuntungan namun juga dapat mengakibatkan perusahaan
mengalami kerugian, karena kebijakan utang berarti perusahaan memberikan risiko
dan beban kepada pemegang saham sehingga memengaruhi return saham
23 2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Kos Keagenan
Perusahaan yang memiliki investor asing dianggap memiliki kinerja yang
lebih baik. Investor asing juga lebih pintar dalam melakukan investasi. Menurut
Porta, et al. (1999) karena investor asing menghadapi risiko yang besar dalam
melakukan investasi lintas negara terutama pada negara berkembang menyebabkan
monitoring yang dilakukan oleh investor asing relatif lebih tinggi. Risiko yang
dihadapi adalah risiko politik, risk bearing, dan hukum yang berlaku di negara
tersebut. Perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong untuk
melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan luas. Adanya
keterbukaan informasi dapat mengurangi kos keagenan yang terjadi di perusahaan
(Xiao et al, 2004)
Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu.
H1: Kepemilikan asingberpengaruh negatif terhadap kos keagenan
2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kos Keagenan
Saputro dan Syafrudin (2012) menemukan bahwa size berpengaruh positif
signifikan terhadap agency cost, Gul et al (2011) menemukan bahwa size
berpengaruh positif signifikan terhadap agency costs. Peningkatan jumlah aset
perusahaan tentu dapat terjadi karena efektifitas pemanfaatan aset yang dilakukan
relatif kecil, kondisi tersebut mendorong adanya sejumlah aset yang menumpuk,
situasi tersebut tentu dapat dimanfaatkan oleh manajer untuk melakukan
kecurangan agar mendapatkan keuntungan pribadi salah satunya meningkatnya
24
Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu.
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kos keagenan
2.2.3 Pengaruh Kebijakan Utang terhadap Kos Keagenan
Afridian dan Yossi (2008) menyatakan bahwa dengan meningkatkan
pendanaan melalui utang dapat mengurangi konflik keagenan. Perusahaan memiliki
kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara
periodik. Manajemen harus berusaha untuk meningkatkan labanya agar dapat
memenuhi kewajibannya. Semakin besar utang yang dimiliki maka perusahaan
harus memiliki jumlah kas yang lebih besar untuk membayar bunga serta pokok
pinjaman yang menyebabkan jumlah dana menganggur di perusahaan menjadi
kecil. Seperti yang dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976) adalah untuk
menengahi konflik keagenan adalah dengan meningkatkan utang.
Studi empiris sebelumnya dari Widanaputra dan Ratnadi (2008) mengenai
pengaruh leverage terhadap kos keagenan memberikan hasil bahwa leverage
mempunyai pengaruh negatif terhadap kos keagenan (agency cost) dengan tingkat
kepercayaan 95%, dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan secara statistis
terhadap kos keagenan.
Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu.