• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Tindak Pidana Penipuan Melalui Media Jejaring Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Tindak Pidana Penipuan Melalui Media Jejaring Sosial"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI MEDIA JEJARING SOSIAL

(Studi Pada Mahasiswa Pengguna Smartphone di Universitas Lampung)

(Skripsi)

Oleh

BASKARA ABRIYANTO

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

POTENTIAL FRAUD CRIME THROUGH SOCIAL MEDIA NETWORK (Smartphone User Study On Students at the University of Lampung)

BY

BASKARA ABRIYANTO

This study aims to determine the potential for criminal fraud through social media on student views of smartphone users own a smartphone and a boost to digital divide happens. The research approach used in this study is a qualitative approach to data collection methods were performed with observation and in-depth interviews. Technical analysis is done by means of data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the study show that smartphone ownership is not only based on the communication needs, but also to keep up-to-date and as a tool to raise self-esteem in the community over the ownership of a smartphone. Although the students as a part of people who are aware of the changes in technology, the digital divide persists among students. Potential or possibility of a person to be a victim of fraud through social networking media is influenced by four things: the routine accessing of social networking media, information processing, behavior using social networking media, and response. Based on the research, the overall conclusion that the possibility of fraud through social media based on the urge to have a smartphone and the digital divide is happening, and is affected by the routines to access social media, information processing, using social networking media behavior and response.

(3)

ABSTRAK

POTENSI TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI MEDIA JEJARING SOSIAL

(Studi Pada Mahasiswa Pengguna Smartphone di Universitas Lampung) OLEH

BASKARA ABRIYANTO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tindak pidana penipuan melalui media jejaring sosial pada mahasiswa pengguna smartphone dilihat dari dorongan untuk memiliki smartphone dan digital divide yang terjadi. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Teknis analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan smartphone tidak hanya didasari oleh kebutuhan komunikasi, tetapi juga agar selalu up-to-date dan sebagai alat untuk menaikkan harga diri dimasyarakat atas kepemilikan smartphone. Meskipun mahasiswa sebagai bagian masyarakat yang paham terhadap perubahan teknologi, digital divide tetap terjadi pada kalangan mahasiswa. Potensi atau kemungkinan seseorang untuk menjadi korban penipuan melalui media jejaring sosial dipengaruhi oleh 4 hal, yaitu rutinitas mengakses media jejaring sosial, pengolahan informasi, prilaku dalam menggunakan media jejaring sosial, dan respon. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka kesimpulan secara keseluruhan yaitu kemungkinan terjadinya penipuan melalui media jejaring sosial didasari oleh dorongan untuk memiliki smartphone dan digital divide yang terjadi, serta rutinitas mengakses media jejaring sosial, pengolahan informasi, prilaku menggunakan media jejaring sosial dan respon.

(4)

ABSTRACT

POTENTIAL FRAUD CRIME THROUGH SOCIAL MEDIA NETWORK (Smartphone User Study On Students at the University of Lampung)

BY

BASKARA ABRIYANTO

This study aims to determine the potential for criminal fraud through social media on student views of smartphone users own a smartphone and a boost to digital divide happens. The research approach used in this study is a qualitative approach to data collection methods were performed with observation and in-depth interviews. Technical analysis is done by means of data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the study show that smartphone ownership is not only based on the communication needs, but also to keep up-to-date and as a tool to raise self-esteem in the community over the ownership of a smartphone. Although the students as a part of people who are aware of the changes in technology, the digital divide persists among students. Potential or possibility of a person to be a victim of fraud through social networking media is influenced by four things: the routine accessing of social networking media, information processing, behavior using social networking media, and response. Based on the research, the overall conclusion that the possibility of fraud through social media based on the urge to have a smartphone and the digital divide is happening, and is affected by the routines to access social media, information processing, using social networking media behavior and response.

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Baskara Abriyanto, anak keempat dari empat bersaudara. Putra dari pasangan Bapak Sayoto. S.H. dan Ibu Yoeniar S.Pd. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 05 Oktober 1992.

(10)

MOTO

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa

bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis, dan pada kematianmu

semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.

(Mahatma Gandhi)

Life is a choise, just choose you’r way and don’t ever look back!!

(Han – Fast and Furious Tokyo Drift)

Time stays long enough for anyone who will use it

(Leonardo Da Vinci)

If someone is strong enough to bring you down,

show them you are strong enough to get up.

(11)

Persembahan

Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT dan dengan segala ketulusan

serta kerendahan hati, kupersembahkan karya kecil ini kepada orang-orang yang

kusayangi :

Ayahanda Sayoto dan Ibunda Yoeniar

yang sangat aku cintai dan sayangi, terimakasih atas doa, nasihat,

pengorbanan, dan kasih sayang yang tiada henti demi keberhasilanku

Saudara-saudara ku dan keluarga besar

Terima kasih atas doa, nasihat serta motivasinya, karena kalian aku

bisa bersemangat belajar dan bercanda ria

Para Pendidik ku

Atas bimbingan dan ajarannya hingga aku dapat melihat

dunia dengan ilmu dan mempunyai keberanian untuk

menghadapi hidup

Sahabat-sahabat ku

Menemaniku saat suka dan duka, memberikan canda dan tawa,

pengalaman serta menjadikan hari-hari yang ku lalui lebih berwarna

dengan kebersamaan

(12)

SANWACANA

Bismilahirrahmanirrohim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah dan inayah-Nya di setiap perjalanan hidup dalam menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi Tindak Pidana Penipuan Melalui Media Jejaring Sosial” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada penulis. Atas segala bantuan yang diterima, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, serta PD I, PD II dan PD III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Susetyo M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

(13)

4. Bapak Drs. Bintang Wirawan, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberi pengarahan yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. I Gede Sidemen, M.Si., selaku Pembahas Dosen yang telah memberikan banyak masukan, kritikan dan arahan yang bapak berikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Pairul Syah, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam hal akademik selama proses penyelesaian skripsi ini. 7. Terimakasih banyak kepada seluruh dosen jurusan Sosiologi yang telah

banyak memberikan ilmu dan inspirasi besar dalam hidup penulis, Pak Susetyo, Bung Pay, Pak Gede, Pak Gunawan, Pak Syani, Pak Bintang, Pak hartoyo, Pak Ikram, Pak Suwarno, Pak Fahmi, Ibu Dewi, Ibu Yuni, Ibu Paraswati, Ibu Anita, Ibu Erna, Ibu Vivit, Ibu Endry dan seluruh Staf-staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, terimakasih untuk setiap pengetahuan dan motivasi baru yang penulis peroleh setiap harinya selama kuliah.

(14)

9. Kakak-kakakku Aditia Pandu W, Dini Windiasari, dan Ridho Adi Nugroho terimakasih atas dukungan, semangat, canda tawa dan doa yang tak kunjung henti dan tak terkira hingga penulis menyelesaikan studi ini. Terimakasih atas semuanya.

10.Keponakan-keponakanku tercinta Arkan, Faiz, dan Aqila terimakasih atas keceriaan yang kalian berikan. Cepat besar dan jadilah kebanggan keluarga.

11.Seluruh keluarga besar Sayoto S.H dan Yoeniar.S.Pd. yang tidak bisa di tuliskan satu per satu. Terimakasih atas semua motivasi dan doa yang telah diberikan.

12.Teman-teman The Last Wolf, Apri, Andy, Temon, Yogi, Oka, Bulan, Alin dan Tina. Terimakasih atas dukungan, semangat, canda dan tawa yang telah banyak kalian berikan. (one for all, all for one, hell yeah!!)

13.The Special One, Dina Septiana, terimakasih untuk semua perhatian, dukungan, dan doa yang telah diberikan selama ini.

14.Sosiologi 2010, untuk wanita-wanita tangguh : Euis, Desty, Adanthi, Nonna, Bundo, Anisia, Desi, Ega, Cintia, dll. Genk Naga Hitam : Ardi, Dani, Panca, Pandu, Adi, Zaqi, Cileng, Lanang, Kiyai, Bob, Aji, Ahau, Sule, Acong, Tomi, Rezika, Adri, Wawan, Reza, Oji, Aziz dan semua teman-teman Sosiologi 2010 yang tidak disebutkan, terimakasih atas kebersamaan, motivasi, canda tawa dan kenangan indah yang kalian berikan selama ini.

(15)

16.Adik-adik tingkat Sosiologi 2012 Devi, Agnes, Rica, Safitri, Flo, Meng, dll terimakasih atas dukungan kalian.

17.Teman-teman KKN Pringsewu, Pekon Sriwungu, Chandra, Ditto, Sekar, Adot, Gita, Novita, Dina, Ricky, Karyo, Harun, Fisca dan Hana, terimakasih untuk kebersamaan dan kekompakan kita selama 40 hari. Berasa punya keluarga baru tinggal satu rumah bersama kalian.

18.Kepada para informan dalam penelitian ini, terimakasih atas waktunya dan memberikan informasi dalam penelitian ini.

19.Seluruh pihak yang berperan besar dalam perjalanan penulis mencapai semua ini, penulis ucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf dan semoga skripsi ini dapat diterima di masyarakat. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk seluruh pihak. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa menjadi orang-orang yang istiqomah berjalan di jalan-Nya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

SURAT PERNYATAAN v

RIWAYAT HIDUP vi

B. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Penipuan ... 12

1. Pengertian Penipuan ... 12

2. Dasar Hukum ... 12

C. Tinjauan Tentang Jejaring Sosial ... 14

(17)

2. Macam-macam Jejaring Sosial ... 15

D. Tinjauan Tentang Smartphone ... 17

1. Pengertian Smartphone ... 17

2. Sejarah Smartphone ... 18

3. Jenis-jenis Smartphone ... 19

E. Jejaring Sosial Sebagai Media Untuk Melakukan Tindak Pidana Penipuan ... 20

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Universitas Lampung ... 34

B. Mahasiswa Universitas Lampung ... 37

C. Mahasiswa Universitas Lampung dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Penggunaan Smartphone ... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan ... 43

B. Dorongan Untuk Memiliki Smartphone ... 50

(18)

D. Potensi Tindak Pidana Penipuan Dengan Menggunakan Media

Jejaring Sosial ... 58

1. Rutinitas Dalam Mengakses Media Jejaring Sosial ... 59

2. Pengolahan Informasi ... 61

3. Perilaku dalam Menggunakan Media Jejaring Sosial ... 66

4. Respon ... 71

E. Pembahasan ... 78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 95

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Mahasiswa Universitas Lampung Tahun 2010 sampai 2013 ... 37 2. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara Tentang Penipuan dengan

Menggunakan Media Jejaring Sosial. ... ... 84 3. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara Tentang Dorongan

Untuk Memiliki Smartphone ... 85 4. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara Tentang Digital Divide ... 86 5. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara Tentang Potensi Tindak

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi. Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya hidupnya akan sengsara apabila dikucilkan sama sekali jika ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif manusia sengaja untuk berkomunikasi karena ada maksud atau tujuan tertentu.

Pengertian komunikasi menurut Shannon & Weaver (dalam Hafied Cangara 1998) adalah interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Menurut Rogers & D. Lawrence Kincaid (dalam Deddy Mulyana 2005:62), komunikasi adalah suatu proses saat dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.

(22)

2 penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama, contoh: pager, televisi, dan radio. Sedangkan dalam komunikasi dua arah (duplex), pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama, contoh: telepon dan VOIP (Voice Over Internet Protocol).

Dengan semakin berkembangnya teknologi, banyak alat-alat teknologi yang digunakan sebagai media dalam komunikasi, mulai media komunikasi satu arah seperti TV dan radio, serta media komunikasi dua arah seperti VOIP (Voice Over Internet Protocol) dan telephone. Media-media tersebut adalah alat yang dapat membantu manusia untuk menjalin hubungan komunikasi. Sehingga komunikasi tidak harus bertatap muka secara langsung, melainkan dengan media komunikasi masyarakat sudah bisa melakukan komunikasi antara satu dengan yang lainnya.

(23)
(24)

4 dan memiliki fungsi-fungsi lain yang tidak dimiliki oleh perangkat telephone genggam sebelumnya.

Di era seperti saat ini ketika internet sudah masuk di masyarakat, semakin memudahkan manusia untuk bisa menjalin komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya media internet, pertukaran informasi di masyarakat menjadi semakin cepat, masyarakat dapat mengetahui informasi dan hal-hal yang terjadi di tempat lain dengan mengakses internet.

Dengan munculnya internet di masyarakat dan berkembangnya teknologi maka muncul jejaring sosial. Yang disebut dengan jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukkan jalan di mana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga (Ridwan Nawawi, 2008:47).

(25)

5 pengguna facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna twitter

Akses yang mudah bagi masyarakat untuk mengakses internet dan media jejaring sosial menyebabkan terus berkembangnya jumlah pengguna media jejaring sosial. Masyarakat semakin dimudahkan untuk mengakses internet dibantu oleh teknologi telephone genggam yang sudah diintegrasikan dengan layanan internet. Masyarakat dapat mengakses internet dan media jejaring sosial kapan saja dan di mana saja melalui telephone genggam.

Teknologi yang terus berkembang dengan cepat dalam hal ini teknologi komunikasi, tidak diimbangi oleh kemampuan manusia sebagai pengguna teknologi tersebut, sampai saat ini masih banyak orang yang kebingungan menerima teknologi baru yang masuk ke dalam masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadinya digital divide di masyarakat.

(26)

6 Ketika berbicara tentang digital divide, maka tidak terlepas dengan yang disebut cultural lag, hal ini dikarenakan terjadinya digital divide karena berawal dari cultural lag itu sendiri. Cultural lag sendiri adalah tertinggalnya perkembangan salah satu unsur kebudayaan dari unsur-unsur lainnya. Adanya unsur-unsur dalam masyarakat yang berubah secara cepat, tapi beberapa unsur-unsur yang berkaitan erat dengan unsur tersebut berubah dengan sangat lambat. Dalam pengertian lain yaitu, selang waktu antara saat benda itu diperkenalkan pertamakali dan saat benda itu diterima secara umum, sampai masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap benda itu (R.W. Smolens Jr : 2012).

Ketertinggalan tersebut akhirnya menghasilkan kesenjangan digital di masyarakat, hal ini karena ada masyarakat yang dapat mengejar ketertinggalan tersebut dan ada juga masyarakat yang tidak bisa mengikuti ketertinggalannya. Itulah mengapa cultural lag merupakan awal dari terjadinya digital divide di masyarakat.

(27)

7 komunikasi. Hal inilah yang mendasari mengapa banyak terjadi tindak penipuan melalui media jejaring sosial, dikarenakan adanya peluang atau kemungkinan. Individu yang kesenjangan digitalnya sedikit atau mampu menggunakan teknologi digital dan memiliki niat untuk melakukan tindak pidana penipuan memanfaatkan individu yang kesenjangan digitalnya banyak, yaitu masyarakat yang kurang siap untuk menggunakan teknologi digital. Individu yang kesenjangan digitalnya sedikit dan berusaha untuk melakukan tindak pidana penipuan memanfaatkan individu yang kesenjangan digitalnya banyak dengan cara memberikan informasi-informasi yang fiktif dan tidak benar kepada individu yang kesenjangan digitalnya banyak. Semua hal tersebut terjadi karena tidak seimbangnya perubahan yang terjadi dan teknologi komunikasi yang berkembang dengan sangat pesat tidak sebanding dengan perubahan yang terjadi pada masyarakat untuk dapat menerima perubahan yang terjadi. Hal inilah yang memberi peluang dan kesempatan kepada mereka yang kesenjangan digitalnya sedikit untuk melakukan tindak penipuan.

Media yang sering digunakan untuk melakukan penipuan adalah media jejaring sosial. Media jejaring sosial banyak digunakan untuk melaksanakan aksi penipuan karena sangat banyak masyarakat yang menggunakan media jejaring sosial, dan tidak semua pengguna tersebut adalah individu yang siap akan perubahan teknologi komunikasi serta siap untuk menyaring semua informasi yang masuk ke dalam diri mereka dan menafsirkannya dengan baik.

(28)

8 trend di masyarakat sudah jelas memiliki dampak negatif, salah satu dampak negatif tersebut adalah memunculkan berbagai motif baru dalam melakukan tindak pidana penipuan. Dengan smartphone yang sudah terintegrasikan dengan internet dan media jejaring sosial, pelaku kejahatan hanya perlu memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk melakukan tindak kejahatannya dan memanfaatkan kelengahan dari para pengguna media sosial untuk terjebak dalam tindak penipuan yang dilakukannya.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan maka yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah, potensi tindak pidana penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana potensi tindak kejahatan penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial.

C. Tujuan Penelitian

(29)

9 D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan:

1. Secara praktis, dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang potensi tindak kejahatan penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial.

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

(31)

11 hal tersebut dikarenakan mereka tidak dapat memproses informasi-informasi yang masuk ke dalam diri mereka dengan baik, dan dengan terhubungnya perangkat komunikasi antara satu dengan yang lainnya melalui internet, semakin memudahkan pelaku penipuan melakukan aksinya dengan menggunakan jejaring sosial sebagai media untuk memberikan informasi-informasi fiktif yang membuat masyarakat menjadi korban penipuan.

A. Tinjauan tentang Potensi 1. Pengertian Potensi

Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to potent yang berarti keras atau kuat. Dalam pemahaman lain, kata potensi mengandung arti kesempatan, kemampuan, dan daya, baik yang belum maupun yang sudah terwujud, tetapi belum optimal.

(32)

12 B. Tinjauan tentang Tindak Pidana Penipuan

1. Pengertian Penipuan

Penipuan berasal dari kata tipu yang berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu, dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari keuntungan. Tindakan penipuan merupakan suatu tindakan yang merugikan orang lain sehingga termasuk ke dalam tindakan yang dapat dikenakan hukuman pidana.

Pengertian penipuan di atas memberikan gambaran bahwa tindakan penipuan memiliki beberapa bentuk, baik berupa perkataan bohong atau berupa perbuatan yang dengan maksud untuk mencari keuntungan sendiri dari orang lain. Keuntungan yang dimaksud baik berupa keuntungan materil maupun keuntungan yang sifatnya abstrak, misalnya menjatuhkan sesorang dari jabatannya.

Di dalam KUHP, tepatnya pada Pasal 378 KUHP, ditetapkan kejahatan penipuan (oplichthing) dalam bentuk umum, sedangkan yang tercantum dalam Bab XXV Buku II KUHP, dijelaskan berbagai macam bentuk penipuan terhadap harta benda yang dirumuskan dalam 20 pasal, yang masing-masing pasal mempunyai nama-nama khusus (penipuan dalam bentuk khusus). Keseluruhan pasal pada Bab XXV ini dikenal dengan nama bedrog atau perbuatan curang.

2. Dasar Hukum

(33)

13 internet sebagai media untuk menjalankan aksi penipuan. Salah satu Undang-undang yang mengatur tentang tindak pidana tersebut adalah Undang-Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana penipuan. Selama ini, tindak pidana penipuan sendiri diatur dalam Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dengan rumusannya sebagai berikut:

Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan menggunakan nama palsu atau martabat (hoedaningheid) palsu; dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Walaupun UU ITE tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana penipuan, namun terkait dengan timbulnya kerugian konsumen dalam transaksi elektronik terdapat ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU ITE yang menyatakan:

Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

Terhadap pelanggaran Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar, sesuai pengaturan Pasal 45 ayat (2) UU ITE.

(34)

14 berbeda. Pasal 378 KUHP mengatur penipuan, sementara Pasal 28 ayat (1) UU ITE mengatur mengenai berita bohong yang menyebabkan kerugian dalam transaksi elektronik.

Untuk menentukan apakah pelaku tindak pidana terjerat Pasal 378 KUHP atau Pasal 28 UU ITE, hal ini disesuaikan berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam kasus yang terjadi. Meskipun begitu hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa dalam kasus penipuan dengan menggunakan internet dan media jejaring sosial dikenakan pasal berlapis apabila semua unsur dalam Pasal 378 KUHP dan Pasal 28 UU ITE terpenuhi.

C. Tinjauan tentang Jejaring Sosial 1. Pengertian Jejaring Sosial

Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

Analisis jaringan sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/ 2010/01/jejaring-sosial-social-networking-bab-4/

Layanan jejaring sosial biasanya berbasis web, dilengkapi dengan beragam fitur bagi penggunanya agar dapat saling berkomunikasi serta berinteraksi dan tentunya harus terhubung dengan internet.

(35)
(36)

16 2. Macam-macam Jejaring Sosial

Dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengakses layanan internet, maka hal ini menjadi lahan subur bagi para penyedia layanan jejaring sosial. Sampai saat ini sudah sangat banyak jejaring sosial yang ada, namun terdapat beberapa jejaring sosial cukup dikenal oleh masyarakat. Jejaring sosial tersebut adalah:

1. Facebook

Facebook adalah sebuah website yang bertemakan social networking (pencari teman di dunia maya). Facebook merupakan situs web jaringan sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg.

2. Twitter

Twitter berfokus pada layanan blogging mikro (microblogging) dan RSS (Really Simple Sindication) untuk pesebaran informasi. Twitter sering disebut-sebut sebagai “SMS-nya internet”. Twitter dibangun oleh Jack Dorsey, Noah Glass, Evan Williams, dan Biz Stone pada 15 Juli 2006. 3. LinkedIn

(37)

17 4. Myspace

MySpace adalah situs jaringan sosial populer yang menawarkan jaringan antar teman, profil pribadi, blog, grup, foto, musik dan video untuk remaja dan dewasa di seluruh dunia.

5. Google+

Google+ merupakan jejaring sosial paling baru. Google+ banyak digemari orang karena fitur barunya yaitu, circle dan hangout yang memudahkan orang mengatur komunikasi dan berinteraksi dengan video. 6. Pinterest

Pinterest adalah jejaring sosial yang bertindak seperti papan pengumuman online (online pin board). Di papan pengumuman ini, kita dapat menaruh pin pada artikel dan foto menarik yang kita suka dari berbagai belahan web. Papan pengumuman ini, disebut pinboard, bisa ditemakan dengan kategori tertentu agar mudah ditata dan diperhatikan oleh pengguna lain

D. Tinjauan Tentang Smartphone 1. Pengertian Smartphone

(38)

18 kemampuan membaca buku elektronik (e-book) atau terdapat papan ketik dan penyambung VGA. Dengan kata lain, telepon cerdas merupakan komputer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon.

2. Sejarah Smartphone

(39)

19 merek untuk memenuhi pasaran. Dari Sony Ericsson P800, Nokia Communicator 9210, BlackBerry, hingga iPhone. Seiring dengan kemajuan smartphone, berbagai jenis OS (Oprating System) mobile pun berkembang. Antara lain adalah Symbian dari Nokia, iOS dari Apple, BlackBerry OS dari RIM, Bada dari Samsung dan lain-lain

).

3. Jenis – Jenis Smartphone

Untuk memisahkan jenis-jenis dari smartprone, hal yang mendasari perbedaan tersebut biasanya terdapat pada sistem operasinya. Berdasarkan sistem operasi yang digunakan oleh smartphone, maka smartphone dapat terbagi dalam beberapa jenis:

1. Sistem Operasi Symbian.

Smartphone yang menggunakan sistem operasi symbian umumnya adalah smartphone dari merek Nokia, seperti Nokia 700, Nokia 701, dan Nokia 603.

2. Sistem Operasi iPhone.

Sistem operasi iPhone dikembangkan oleh perusahaan Apple Inc. dan khusus dipergunakan untuk peranti genggam iPhone.

3. Sistem Operasi RIM Blackberry.

(40)

20 4. Sistem Operasi Windows Mobile.

Sistem operasi windows mobile dikembangkan oleh perusahaan Microsoft. Sistem operasi ini tidak dikhususkan untuk satu jenis peranti genggam. Beberapa smartphone yang menggunakan sistem operasi windows mobile diantaranya HTC, Samsung & Nokia.

5. Sistem Operasi Android.

Sistem operasi android pada mulanya dibuat oleh perusahaan Android Inc. namun pada tahun 2005 sistem operasi tersebut dibeli oleh Google. Sistem operasi android tidak dikhususkan kepada satu jenis perangkat genggam. Jenis smartphone yang menggunakan sistem operasi android diantaranya adalah HTC, LG, Motorola, Samsung, dan Sony-Ericsson.

E. Jejaring Sosial sebagai Media untuk Melakukan Tindak Pidana Penipuan

Dengan semakin banyaknya jejaring sosial yang ada seperti saat ini maka akan membuka peluang dan modus baru dalam melakukan tindak kejahatan penipuan dengan memanfaatkan jejaring sosial sebagai medianya. Berikut beberapa bentuk-bentuk penipuan dengan menggunakan jejaring sosial sebagai medianya.

1. Phising

(41)

21 yang berisi fitnah atas nama korban. Phising biasanya berdampingan dengan SPAM, dengan artian SPAMMER melancarkan serangan ke ribuan hingga jutaan calon korban melalui e-mail maupun telepon yang mengaku sebagai pegawai asuransi, petugas bank, dan berbagai pihak yang menurut korban berhak meminta data diri korban.

2. E-Bay SCAM

E-Bay SCAM ini mencoba untuk menjual barang dengan harga yang jauh di bawah standar. Barang yang dijual biasanya adalah barang dengan harga yang tinggi seperti TV, laptop, komputer, dll. Setelah korban selesai mentransfer, biasanya barang yang dikirim adalah barang palsu/rusak, kadang cuma tumpukan kertas, atau bahkan tidak dikirim sama sekali.

3. Nigeria Letter

(42)

22 4. Online Lottery

Online Lottery dan Nigeria Letter mempunyai skema yang sama dengan trik yang sama pula, namun dengan chase yang berbeda. Untuk online lottery si korban dibuat tergiur bukan karena harta warisan, tetapi karena uang menang lotre online yang tidak pernah diikuti korban sama sekali. 5. Ponzi Scheme

Skema dari ponzi adalah menawarkan bunga investasi dengan bunga atau Return of Investment (ROI) yang sangat menggiurkan. Si korban akan mendapatkan hasil dari korban berikutnya. Ketika sudah tidak ada member baru/korban baru, maka jenis penipuan ini akan terungkap.

6. Human trafficking

Kasus penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial yang berakhir pada human trafficking merupakan salah satu tindak penipuan yang sering terjadi. Ada banyak cara yang digunakan pelaku, salah satu cara yang sering digunakan adalah menyebarkan informasi bahwa ia membutuhkan tenaga kerja untuk dipekerjakan pada suatu tempat. Informasi tersebut diperluas penyebarannya dengan menggunakan media jejaring sosial yang ada, ketika korban percaya dengan informasi yang diberikan dengan anggapan akan mendapatkan pekerjaan, maka mereka akan dikarantina pada suatu tempat yang akhirnya menjadi korban atas penipuan ini dengan dijual sebagai pekerja seks komersial lintas daerah bahkan lintas negara.

(43)

23 sehingga dibutuhkan kehati-hatian dari pengguna jejaring sosial untuk terhindar dari penipuan-penipuan yang semakin marak menyebar di jejaring sosial. Masyarakat pengguna jejaring sosial harus tetap menggunakan akal sehat dan logika agar terhindar menjadi korban penipuan melalui jejaring sosial.

F. Kerangka Pikir

Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manusia, karena manusia selalu berkomunikasi setiap harinya. Untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitar, memang sangat mudah, akan tetapi akan terjadi hambatan apabila masyarakat ingin berkomunikasi dengan orang yang berada jauh darinya.

Dahulu untuk berkomunikasi dengan orang yang jauh, masyarakat biasa menggunakan surat dan menggunakan layanan kantor pos, akan tetapi dengan berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu, semakin memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan orang yang berada jauh. Hal tersebut terwujud dengan ditemukannya telephone genggam (handphone).

Handphone pun terus berkembang dari masa ke masa, hingga saat ini handphone telah terhubung dengan internet dan memiliki fungsi-fungsi yang dapat membantu para penggunanya yang tidak dimiliki oleh handphone pada generasi sebelumnya atau yang disebut sebagai smartphone.

(44)

24 tersinkronisasi dengan internet, masyarakat bisa dengan mudah mengakses jejaring sosial melalui perangkat smartphone yang dimilikinya. Akan tetapi hal tersebut memunculkan dampak negatif berupa munculnya modus-modus baru dalam melakukan penipuan, penipuan dengan menggunakan jejaring sosial sebagai medianya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana potensi tindak pidana penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial. Untuk memenuhi tujuan tersebut kiranya akan tepat apabila dikaitkan dengan teori konsumerisme. Featherstone (dalam Alfitri: 2007) menyatakan bahwa konsumerisme adalah:

Sebuah keinginan dan tindakan seseorang mengkonsumsi suatu barang bukan dikarenakan barang tersebut dibutuhkan akan tetapi karena ada suatu bentuk kepuasan yang terpenuhi dan bertambahnya nilai seseorang di masyarakat ketika barang tersebut dikonsumsi.

Dengan demikan dapat diketahui bahwa munculnya permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berawal dari budaya konsumsi yang ada di masyarakat, jika mengkaitkan hal tersebut dengan penelitian ini, dapat diketahui bahwa pembelian smartphone yang ada pada sebagian masyarakat bukan dikarenakan masyarakat butuh akan smartphone tersebut, tetapi untuk mencapai kepuasan tertentu dan menaikkan nilai dari dirinya.

(45)

25 bukan kebutuhan untuk berkomunikasi akhirnya mengabaikan kemampuan masyarakat dalam menggunakan perangkat smartphone, dan ketika kecanggihan smartphone yang ada seperti saat ini tidak diimbangi oleh manusia sebagai pengguna perangkat smartphone tersebut maka munculah digital divide di masyarakat. Kesenjangan digital atau digital divide yang terjadi pada masyarakat inilah yang menyebabkan adanya potensi bagi seseorang yang kesenjangan digitalnya “sedikit” (dalam artian mampu mengikuti perkembangan teknologi) dan berusaha untuk melakukan tindak pidana penipuan memanfaatkan mereka yang kesenjangan digitalnya “banyak” (atau diartikan sebagai mereka yang tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi).

(46)

26 Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

Dorongan Masyarakat Untuk Memiliki

Smartphone

Digital divide

Potensi Tindak Pidana Penipuan

dengan Menggunakan Media

(47)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Lexy J. Moleong (2000:3) mendefinisikan bahwa pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010:9). Penelitian kualitaif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur, atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono, 2010:1).

(48)

28 Moleong, 2000:54). Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Moleong, tipe penelitian eksploratif menurut Irawan (2007:101) adalah penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data awal tentang sesuatu. Tipe penelitian eksploratif adalah tipe atau jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat berupa pengelompokan suatu gejala, fakta, dan fenomena sosial tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian dan eksploratif sebagai tipe penelitian, maka penelitian ini akan menghasilkan temuan-temuan baru terkait topik dan isu-isu yang ada di masyarakat dan digambarkan secara deskriptif yang hasilnya berupa kata-kata, tulisan, atau lisan dari masyarakat yang diteliti.

B. Fokus Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus penelitian. Fokus penelitian memberikan batasan dalam pengumpulan data. Sehingga dalam pembatasan ini akan lebih terarah dan fokus terhadap masalah-masalah yang ingin diteliti. Miles dan Huberman (1999:30) mengemukakan bahwa memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dipandang kemanfaatannya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini merupakan bentuk analisis yang mengesampingkan variabel-variabel yang tidak berkaitan dan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah.

(49)

29 2. Bagaimana kesenjangan digital atau digital divide yang terjadi pada

mahasiswa Universitas Lampung.

3. Seperti apa rutinitas mahasiswa dalam mengakses media jejaring sosial. 4. Bagaimana cara yang dilakukan untuk mengolah informasi yang

didapatkan melalui media jejaring sosial.

5. Bagaimana prilaku mahasiswa dalam menggunakan media jejaring sosial. 6. Respon seperti apa yang diberikan terhadap bentuk penipuan melalui

media jejaring sosial.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Universitas Lampung. Alasan peneliti memilih setting ini sebagai setting penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari masyarakat. Perkembangan teknologi, khususnya perkembangan teknologi komunikasi sangat cepat menyebar di kalangan mahasiswa. Meskipun mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang paham terhadap perkembangan teknologi, kesenjangan digital atau digital divide tetap terjadi pada pada mahasiswa, tetapi tidak semua mahasiswa memiliki kesenjangan digital yang tinggi, namun terdapat beberapa yang kesenjangan digitalnya tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya mahasiswa yang menjadi korban penipuan melalui media jejaring sosial.

(50)

30 mahasiswa memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak.

D. Penentuan Informan

Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan teknik snowball samping, yakni proses penentuan informan berdasarkan informan atau responden sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait topik penelitian yang diperlukan. Pencarian informan akan dihentikan setelah informasi penelitian dianggap sudah memadai (Sugiono, 2008:218). Dalam penelitian ini kriteria dalam pemilihan informan yang akan diteliti yaitu:

1. Informan memiliki perangkat smartphone sebagai alat untuk mengakses media jejaring sosial.

2. Informan memiliki dan menggunakan media jejaring sosial dalam kurun waktu lebih dari satu tahun.

3. Informan pernah menjadi korban tindak pidana penipuan melalui media jejaring sosial.

4. Informan memiliki lebih dari satu jenis media jejaring sosial (Facebook, Twitter, Path, Instagram, LinkedIn, MySpace, Google+, dan Pinterest).

(51)

31 lingkungan calon informan. Setelah calon informan tersebut memenuhi kriteria dan dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, barulah kemudian peneliti menjadikan calon informan tersebut sebagai informan. Informasi mengenai calon informan juga didapatkan melalui informasi yang diberikan oleh informan sebelumnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Burhan Bungin (2003:42), menjelaskan metode pengumpulan data adalah, cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable.

Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Antar alat pengumpulan data tersebut berfungsi saling melengkapi data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni: (1) wawancara mendalam (indepth interview), (2) dokumentasi.

1. Wawancara Mendalam

(52)

32 sesi perkenalan, hal ini dilakukan untuk lebih mengenal informan dan memastikan bahwa informan tersebut dapat memberikan informasi yang peneliti butuhkan. Pertemuan kedua adalah sesi wawancara, pada sesi ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan berhubungan dengan apa yang menjadi topik penelitian. Waktu yang digunakan dalam setiap sesi pertemuan antara peneliti dan informan bervariatif antara 90 menit sampai 120 menit tergantung situasi, kondisi, dan informasi yang diberikan oleh informan.

2. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:206), dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah dokumen, arsip, maupun referensi yang mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan.

F. Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir penelitian. Analisis dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

(53)

33 analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data.

2. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, atau penyederhanaan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif yang mudah dipahami.

(54)

34 IV. SETTING PENELITIAN

A. Universitas Lampung

Gambar 4.1 : Lambang Universitas Lampung

Usaha untuk mendirikan perguruan tinggi di daerah Keresidenan Lampung timbul dari dua panitia yang lahir tahun 1959, yaitu panitia pendirian dan perluasan sekolah lanjutan (P3SL) di Tanjung Karang, yang diketuai oleh Zainal Abidin Pagar Alam, sekretarisnya Tjan Djiit Soe, dan Panitia Persiapan Pembentukan Yayasan Perguruan Tinggi Lampung (P3YPTL) yang dibentuk di Jakarta pada tanggal 20 Agustus 1959 dengan Ketua Nadirsjah Zaini, M.A. dan Sekretaris Hilman Hadikusuma.

(55)

35 perguruan tinggi. Pada waktu itu P3SL dirubah namanya menjadi Panitia Pendirian Perluasan Sekolah Lanjutan Dan Fakultas (P3SLF).

Pada Tanggal 19 Juli 1960 Sekretariat Fakultas Ekonomi Hukum Sosial (FEHS) Lampung Dibuka di aula gedung sekolah bekas Hak Haw di jalan Hasanudin No.34 Teluk Betung. Pada tanggal 7 September 1960 setelah diadakan pertemuan antara P3SLF dan P3YPTL, maka kedua panitia tersebut dilebur menjadi satu Yayasan dengan nama Yayasan Pembina Perguruan Tinggi Lampung (YPPLT)

Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Universitas Sriwijaya (dr.M.Isa) Nomor D-40-7-61 tanggal 14 Februari 1961, terhitung tanggal 1 Februari 1961 ditetapkan jurusan FEHS Lampung menjadi cabang Fakultas Hukum Unsri.

Harapan masyarakat Lampung untuk memiliki sebuah Universitas negeri yang berdiri sendiri dapat terkabul. Hal ini terbukti dengan diterbitkanya Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) nomor 195 tahun 1965 yang menyatakan bahwa sejak tanggal 23 September 1965 berdiri Universitas Lampung (Unila), yang saat itu memiliki dua Fakultas yaitu Fakultas Hukum dan Ekonomi. Kemudian dikukuhkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 tahun 1966 tentang pendirian Universitas Lampung.

(56)

36 kompleks Jalan Sorong Cimeng Teluk Betung. Sejak Tahun 1973/1974 telah dibuka kampus Unila di Gedong Meneng dan saat ini semua Fakultas sudah berada di dalam kampus tersebut.

(sumber : http://twicsy.com/i/Yo5oYb)

(57)

37 B. Mahasiswa Universitas Lampung

Berikut data mengenai jumlah mahasiswa yang ada di Universitas Lampung, tahun 2011 dan 2013:

Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Universitas Lampung Tahun 2010 sampai 2013 Tahun Jumlah Mahasiswa

2010 22.663

2011 25.679

2012 29.401

2013 31.101

(Sumber: Baak.Unila.ac.id)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa peningkatan jumlah mahasiswa terbesar terjadi pada tahun 2012, yaitu meningkat 3.722 mahasiswa atau 7,89% dari tahun sebelumnya.

Sesuai dengan setting penelitian, maka penelitian dilakukan di Universitas Lampung yang beralamat di jalan Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung.

C. Mahasiswa Universitas Lampung dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Penggunaan Smartphone

(58)

38 Universitas Lampung juga dikenal dengan hasil wisudawan dan wisudawati serta alumni yang dapat bersaing di masyarakat. Dikarenakan oleh kepopuleran tersebut, minat untuk masuk ke Universitas Lampung sangat besar, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pendaftar calon mahasiswa ke Universitas Lampung.

Universitas Lampung berada di Kota Bandar lampung, meskipun berada di Kota Bandar lampung, mahasiswa Universitas Lampung tidak semuanya merupakan masyarakat Kota Bandar lampung, banyak mahasiswa Universitas Lampung yang merupakan masyarakat di luar Kota Bandar Lampung, ada mahasiswa yang merupakan masyarakat kabupaten yang merupakan bagian dari Lampung dan ada juga mahasiswa yang merupakan masyarakat diluar Lampung.

Banyaknya latar belakang geografis yang ada pada mahasiswa Universitas Lampung membuat mahasisawa Universitas Lampung menjadi heterogen, dengan mahasiswa yang heterogen, secara tidak langsung membuat mahasiswa Universitas Lampung lebih terbuka terhadap perubahan, perubahan yang dimaksud adalah perubahan teknologi, khususnya teknologi komunikasi.

(59)

39 kemungkinan terjadinya penipuan melalui media jejaring sosial bagi mahasiswa yang tidak mengetahui banyak perkembangan tentang teknologi komunikasi dan penipuan-penipuan yang ada didalamnya.

Perkembangan teknologi komunikasi sangat cepat berkembang dikalangan kampus Universitas Lampung, salah satu faktor penyebab cepatnya perkembangan teknologi komunikasi di Universitas Lampung adalah faktor pergaulan, pergaulan memiliki peran penting dalam penyebaran teknologi komunikasi dan penggunaan alat komunikasi. Pergaulan mahasiswa memberikan banyak kontribusi terhadap perangkat smartphone dan handphone yang digunakan oleh mahasiswa, apabila dalam pergaulannya banyak teman-temannya yang menggunakan perangkat smartphone maka mahasiswa tersebut akan lebih cenderung menggunakan perangkat smartphone yang harga dari smartphone tersebut juga mendapatkan pengaruh dari pergaulan yang dimiliki oleh mahasiswa, seperti, jika dalam lingkungan mahasiswa tersebut banyak yang menggunakan smartphone dengan harga yang mahal, maka mahasiswa tersebut akan cendrung menggunakan perangkat smartphone dengan harga yang mahal juga. Begitu juga dengan penggunaan handphone apabila dalam pergaulan mahasiswa itu terdapat banyak yang menggunakan perangkat handphone maka mahasiswa tersebut akan lebih cenderung menggunkan perangkat handphone.

(60)

40 sudah disebutkan diatas dapat terjadi, sedangkan apabila penggunaan alat komunikasi hanya sebagai kebutuhan untuk memperlancar komunikasi, maka hal-hal yang sudah disebutkan diatas kecil kemungkinan dapat terjadi.

Saat ini, alat komunikasi handphone, smartphone dan jejaring sosial sudah menjadi salah satu kebutuhan yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa Universitas Lampung, alat komunikasi handphone, smartphone dan media jejaring sosial dimiliki setiap mahasiswa untuk memudahkan mahasiswa untuk berkomunikasi antara mahasiswa dan orang-orang diluar dari lingkup Universitas Lampung seperti orang tua, kerabat, saudara, teman dan lain-lain.

Perbedaan yang ada pada mahasiswa Universitas Lampung tidak hanya terdapat pada latar belakang geografis mahasiswa, tetapi juga dalam hal ekonomi, mahasiswa Universitas Lampung berasal dari berbagai lapisan ekonomi, ada yang berasal dari lapisan menengah kebawah hingga lapisan menengah keatas, semua lapisan sosial tersebut bercampur di Universitas Lampung.

(61)

41 sebagai mahasiswa yang berada pada level ekonomi tingkat atas. Mahasiswa yang menggunakan kendaraan motor ke kampus, dapat dikategorikan sebagai mahasiswa yang berada pada level ekonomi tingkat menengah, dan mahasiswa yang tidak menggunakan kendaraan bermotor kekampus dapat dikategorikan sebagai mahasiswa yang berada pada level ekonomi rendah. Memang tidak semua mahasiswa yang tidak menggunakan kendaraan bermotor dapat dikategorikan sebagai mahasiswa yang berada pada level ekonomi bawah, hal ini dikarenakan ada banyak kemungkinan lain atau alasan seseorang yang berada pada level ekonomi atas, menengah dan bawah untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju kampus Universitas Lampung seperti lebih memilih untuk menggunakan angkutan kota untuk menuju kampus Universitas Lampung.

Beragamnya lapisan ekonomi yang ada pada mahasiswa Universitas Lampung menyebabkan perbedaan alat komunikasi handphone yang digunakan. Mahasiswa yang berasal dari lapisan ekonomi menengah ke bawah cendrung menggunakan handphone biasa atau smartphone dengan harga yang relatif murah, sedangkan untuk mahasiswa yang berasal dari lapisan ekonomi menengah ke atas cendrung menggunakan handphone atau smartphone dengan harga yang lebih mahal.

(62)

42 komunikasi handphone dan smartphone yang digunakan oleh mahasiswa tidak dapat dijadikan acuan untuk mengetahui seberapa besar kesenjangan digital yang terjadi pada mahasiswa tersebut, hal ini dikarenakan tidak semua mahasiswa yang menggunakan perangkat handphone dan smartphone yang mahal mengetahui fungsi dan kegunaan perangkat handphone dan smartphone yang dimiliki secara keseluruhan. Begitu juga dengan mahasiswa yang menggunakan perangkat handphone dan smartphone yang relatif murah, tidak semua mengetahui fungsi perangkat yang digunakan secara menyeluruh.

(63)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan informasi yang telah diungkapkan dalam pembahasan, maka peneliti merumuskan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Dilihat dari hasil wawancara terhadap kelima informan mengenai dorongan mereka untuk memiliki smartphone, dapat disimpulkan bahwa dorongan untuk memiliki smartphone selain sebagai alat komunikasi juga agar dapat selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu up to date dalam hal teknologi komunikasi, selain itu alasan seseorang untuk memiliki smartphone adalah sebagai alat untuk menaikkan harga diri mereka di tengah-tengah masyarakat, dengan memiliki smartphone akan membuat mereka mendapat pandangan atau penghargaan lebih dari masyarakat dikarenakan kepemilikan smartphone tersebut.

(64)

91 fungsi secara keseluruhan smartphone yang dimiliki, dan fungsi yang diketahui hanya fungsi yang sering digunakan saja.

3. Dilihat dari hasil wawancara terhadap seluruh informan dalam hal rutinitas membuka media jejaring disimpulkan bahwa potensi atau kemungkinan terjadinya penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial di kalangan mahasiswa masih tinggi, hal ini dikarenakan media jejaring sosial merupakan media yang sering diakses oleh kalangan mahasiswa. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah dengan semakin sering seseorang mengakses media jejaring sosial, maka akan semakin besar kemungkinan seseorang tersebut menjadi korban penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial. Hal ini dikarenakan semakin sering seseorang mengakses media jejaring sosial maka akan semakin banyak informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial, dan apabila pengguna tersebut tidak dapat mengolah informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial dengan baik serta merespon informasi yang merupakan bentuk penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial, maka akan membuka kemungkinan seseorang tersebut untuk menjadi korban penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial.

4. Dilihat dari hasil wawancara kepada kelima orang informan mengenai

(65)

masing-92 masing untuk mengolah informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial, pengolahan informasi yang dilakukan oleh seseorang akan sangat berpengaruh terhadap potensi atau kemungkinan seseorang menjadi korban penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial. Terdapat begitu banyak informasi yang ada di media jejaring sosial, dan tidak semua informasi tersebut merupakan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.Untuk pengolahan informasi yang berasal dari media jejaring sosial dapat dilakukan dengan cara mencaritahu sumber dari informasi tersebut dan mencaritahu apakah sumber tersebut merupakan sumber yang dapat dipercaya kebenarannya atau tidak.

Pengolahan informasi yang dilakukan oleh seseorang akan dipengaruhi oleh kesenjangan digital atau digital divide yang ada pada seseorang. Orang yang kesenjangan digitalnya tinggi, hanya akan menerima semua informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial, sedangkan seseorang yang kesenjangan digitalnya rendah lebih teliti dalam menerima informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial.

(66)

93 pertimbangan-pertimbangan tersebut diantaranya adalah siapakah yang mengirim permintaan pertemanan tersebut, apa hubungan antara orang yang mengirim permintaan dan orang yang dikirimi permintaan pertemanan tersebut, apabila tidak mengenal dan tidak memiliki hubungan dengan orang yang mengirimi permintaan pertemanan tersebut, maka permintaan pertemanan itu hanya akan dibiarkan atau tidak diperdulikan. Dengan tidak berteman di media jejaring sosial, maka pelaku penipuan tidak dapat memberikan informasi menyesatkan untuk seseorang, karena untuk dapat memberikan informasi kepada seseorang di media jejaring sosial dibutuhkan konfirmasi pertemanan terlebih dahulu oleh calon korban penipuan.

(67)

94 melakukan block pada sumber yang memberikan informasi tersebut atau membiarkan dan tidak memperdulikan informasi tersebut.

7. Media jejaring sosial yang paling berpotensi atau berpeluang untuk terjadinya penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial adalah media Facebook, Hal ini dikarenakan Facebook merupakan media jejaring sosial yang dimiliki oleh banyak orang, dan tidak semua pengguna Facebook merupakan orang yang dapat memproses dan merespon setiap informasi yang didapatkan dari media jejaring sosial tersebut dengan baik, hal ini dibuktikan dengan 3 dari 5 penipuan yang terjadi berasal dari media jejaring sosial Facebook

B. Saran

Berdasarkan informasi yang telah diungkapkan dalam pembahasan, maka peneliti merumuskan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan kepada pengguna media jejaring sosial untuk selalu memperhatikan setiap informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial, karena di jejaring sosial terdapat sangat banyak informasi, dan tidak semua informasi yang ada di jejaring sosial merupakan informasi yang benar dan sesuai dengan fakta.

(68)

95 membuat pengguna smartphone dan jejaring sosial terhindar dari penipuan melalui media jejaring sosial.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Alfitri. 2007. “Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan”, Majalah Empirika. Volume XI, No.01. Halaman 02-03.

Arikunto, S. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara.

Bungin, Burhan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers Grafindo.

Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hafied Cangara. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Hargittai, Eszter. 2003. Second-level digital divide Differences in people's online skills. San Diego CA: Academic Press.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Irawan, Prasetya. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu sosial. Jakarta: DIA FISIP UI.

Miles, M.B & A.M.Huberman, 1992. Analisa Data Kualitatif: (Penerjemah Tjetjep Rohendi R). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Ridwan Nawawi. 2008. Analisis dan Perancangan Aplikasi Jejaring Sosial Penjualan Berbasis Web. Salemba: Infotek.

R.W. Smolens Jr. 2012. Cultural Lag : Applying Time to Culture. New York: McGraw-Hill.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

(70)

Sumber Internet

Sejarah Smartphone dari Masa ke-masa.

Internet Indonesia Tertinggi Ketiga di Asia.

(71)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apakah anda pengguna smartphone? Smartphone apa yang anda gunakan? 2. Apa alasan anda memilih smartphone yang anda gunakan saat ini?

3. Sudah berapa kali anda mengganti smartphone anda?

4. Menurut anda apa alasan yang mendasari anda untuk memiliki smartphone? 5. Apakah anda selalu mengaktifkan data paket smartphone anda?

6. Apakah anda mengetahui dan menggunakan seluruh fungsi smartphone yang anda miliki?

7. Fungsi apa yang paling sering anda gunakan di smartphone?

8. Apakah anda memiliki jejaring sosial? jejaring sosial apa saja yang anda miliki dan gunakan?

9. Apakah anda mengakses jejaring sosial tersebut melalui smartphone yang anda miliki? 10.Seberapa sering anda mengakses jejaring sosial tersebut melalui smartphone anda? 11.Menurut anda informasi apa saja yang dapat anda dapatkan melalui media jejaring

(72)

12.Apakah anda selalu mempercayai semua informasi yang anda dapatkan melalui media jejaring sosial? apa yang menjadi pertimbangan anda untuk percaya atau tidak percaya terhadap informasi yang anda terima melalui media jejaring sosial?

13.Apakah media jejaring sosial yang anda gunakan membantu anda untuk memperluas lingkaran pertemanan anda? Lingkaran pertemanan seperti apa yang anda temukan melalui media jejaring sosial?

14.Apakah anda selalu menerima “Invite, Follow, Add dan Friend Request” yang ditujukan kepada anda? Apa yang menjadi pertimbangan anda untuk menerima “Invite, Follow, Add dan Friend Request” yang ditujukan kepada anda?

15.Pernahkah anda melihat atau mendapatkan informasi seperti berikut? (gambar terlampir)

16.Bardasarkan modus penipuan yang telah ditunjukan, modus mana yang pernah anda lihat atau dapatkan melalui media jejaring sosial?

17.Apa yang anda lakukan ketika anda melihat dan mendapatkan informasi seperti yang telah ditunjukan?

18.Pernahkah anda menjadi korban salah satu bentuk penipuan yang telah disebutkan tersebut? Bagaimana penipuan itu terjadi? Jelaskan.

19.Berdasarkan jenis-jenis penipuan lewat media jejaring sosial yang telah ditunjukan sebelumnya, menurut anda, jenis penipuan mana yang paling besar peluangnya untuk terjadi?

(73)
(74)
(75)
(76)
(77)

Gambar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar 4.2 : Peta Kampus Universitas Lampung
Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Universitas Lampung Tahun 2010 sampai 2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adapun refleksi yang dihasilkan yaitu: (1) Terjadi peningkatan yang signifikan pada aktivitas belajar siswa dilihat dari indikator yang telah dilakukan dibandingkan dengan siklus

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui skill penyiar radio fatwa, minat dengar mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam serta pengaruh dari skill penyiar Radio Fatwa

Namun terdapat variabel lain juga yang mempengaruh e-satisfaction yaitu variabel e-service quality, dan juga mengingat dari hasil penelitian menyatakan bahwa e-service quality

Dari hasil rapat dengan EO, desain rumah horti sudah ada dengan nuansa rumah sasak yang diisi komoditas hortikultura dibagian-bagian utama dan sekelilingnya.

Sedangkan untuk metode permukaan dimana obyek dan volume pekerjaannya jauh lebih sedikit yaitu sekitar sepertiga dari volume pekerjaan dengan volumetrik atau dengan

 Modul permintaan tagihan (invoice) : digitalisasi dokumen online yang digunakan sebagai pernyataan tagihan yang harus dibayar oleh pemohon ijin (dengan feature :

menyiapkan bahan, melaksanakan evaluasi kegiatan dan menyusun laporan kinerja pelaksanaan tugas penyusunan rencana penanggulangan bencana, fasilitas upaya pengurangan

Lingkungan kelas merupakan suatu tempat tertentu yang secara spasial menjadi lokasi proses pembelajaran. Kelas tidak hanya memiliki batasan ruang dalam sebuah gedung