• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Gaya Magnet pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V melalui Metode Eksperimen di Sekolah Dasar Negeri 10 Keberak Kabupaten Melawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Gaya Magnet pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V melalui Metode Eksperimen di Sekolah Dasar Negeri 10 Keberak Kabupaten Melawi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG GAYA MAGNET PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

KELAS V MELALUI METODE EKSPERIMEN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 10 KEBERAK

KABUPATEN MELAWI

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH :

BUDIYARNO

NIM : F 34211458

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2013

(2)

2

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG GAYA MAGNET PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

KELAS V MELALUI METODE EKSPERIMEN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 10 KEBERAK

KABUPATEN MELAWI

Budiyarno, Sugiyono dan Kaswari

PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak email: budiyarno@yahoo.co.id

Abstract:This research aims to assess the extent to which learning outcomes increase in grade five student of SDN 10 Keberak after the application of experimental method to the study of natural science of magnetic force. The method use is the descriptive method with the research in the form of direct research. This type of research is a Classroom Action Research (CAR) in practice there are researcher and collaborator. Data collection technique in the research is the direct technique withdata collection by using a few sheets of observation and a few sheets question. Research is conducted in two cycle. The valuesobtained pre-cycle average VWXGHQW LV DQG LQ F\FOH , VWXGHQW¶V DYHUDJH YDOXH LV RU DQ increase 13,75 of compare to the average of pre-cycle. On the implementation of the cycle II students average value is 83,13 or an increase 15,63 compare to the value of average cycle I. Thus it can be concluded that the use of experimental method to the study of natural science can improve learning outcome in grade five students of SDN 10 SP 7 Keberak, SubBelimbing Hulu, Melawi.

Keywords:natural science, method of experimentation, learning outcomes.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 10 Keberak setelah penerapan metode eksperimen pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang gaya Magnet. Metode yang digunakan adalah metode deskriptifdengan bentuk penelitian berupa penelitian secara langsung. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam pelaksanaannya ada peneliti dan kolaborator. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik langsung sedangkan alat pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dan lembar soal. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Pada prasiklus diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 53,75 dan pada siklus I nilai rata-rata siswa 67,50 atau meningkat13,75 dibanding nilai rata-rata prasiklus. Pada pelaksanaan siklus IInilai rata-rata siswa adalah 83,13 ataumeningkat15,63 dibanding nilai rata-rata siklus I. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 10 Keberak Kecamatan Belimbing Hulu Kabupaten Melawi.

(3)

3 lmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra 1992:122) merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Melalui Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan Pencipta-Nya (Sumaji, 1998:35).

Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Tiarani (2012:9) terbagi dalam dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep serta penerapannya. Kerja ilmiah mencakup: penyelidikan/penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah; sedangkan pemahaman konsep dan penerapannya mencakup: makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi:cair, padat dan gas; energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tatasurya, dan benda-benda langit lainnya; serta sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.

Magnet merupakan suatu benda yang memiliki sifat dapat menarik benda-benda di sekelilingnya yang terbuat dari logam tertentu (Setyaningtyas,2009:121). Gaya magnet menurut Nurhayadi (2009:1) adalah gaya yang ditimbulkan oleh magnet. Jadi gaya magnet merupakan gaya tarik-menarik atau tolak-menolak yang timbul akibat dua benda yang bersifat magnet saling berinteraksi. Setiap benda yang mempunyai kemampuan menarik benda-benda tertentu disebut magnet. Tidak semua benda dapat ditarik oleh magnet. Benda yang dapat ditarik oleh magnet disebut benda magnetis sementara benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut benda non magnetik atau diamagnetik. Magnet memiliki beberapa sifat yaitu (1) Magnet memiliki medan magnet, (2) Gaya magnet dapat menembus benda, dan (3) Gaya magnet memiliki gaya tolak dan gaya tarik (Herlanti, dkk,2007:70).

Pemahaman siswa mengenai Ilmi Pengetahuan Alam (IPA) khususnya gaya magnet dapat ditingkatkan melalui suatu kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sekolah dasar sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses pembelajaran, dituntut dapat menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.Usman (2000:4) mengemukakan proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar IPA

I

(4)

4 meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

Berdasarkan pengamatan peneliti, hasil belajar mata pelajaran IPA kelas V di Sekolah Dasar Negeri 10 Keberakmasih rendah, yaitu53,75. Hal ini menunjukkan adanya indikasi rendahnya kinerja belajar siswa yang disebabkankurangnyakemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Selain itu, kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, sehingga guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.Untuk memperoleh solusi dari permasalahan tersebut, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran IPA. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera.

Salah satu sistem pembelajaran yang inovatif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran IPA yaitu metode eksperimen.Metode ini dirancang salah satunya untuk memberikan gambaran dan pengertian yang jelas mengenai suatu materi daripada hanya penjelasan lisan.Menurut Schoenherr (dalam Palendeng 2003:81) metode eksperimen merupakan metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan berkreativitas secara optimal. Metode eksperimen sesuai dengan karakteristik IPA, sehingga dapat memfasilitasi siswa menerapkan prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing).Jadi dengan metode eksperimen, guru dapat mengembangkan fisik dan mental serta emosional siswa. Keterlibatan fisik, mental dan emosional siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengadakan penelitian mengenai upayapeningkatan hasil belajar siswa tentang gaya magnet pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas V melalui metode eksperimendi sekolah dasar negeri 10 Keberak, Kabupaten Melawi.

Tujuan penelitian ini secara umum untuk menerapkan model pembelajaran eksperimen pada pelajaran IPA dengan kerja kelompok, sebagai suatu upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran. Secara khusus tujuan penelitian adalahmendeskripsikanperencanaaan,pelaksanaan,peningkatan hasil belajar, danbesar peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang gaya magnet pada siswa kelas V di SDN 10 Keberak Kabupaten Melawi.

Metode eksperimen menurutRoestiyah (2001:80)merupakan suatu cara pembelajaran yang menarik, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatannya disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Dengan demikian, siswa mendapat kesempatan melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang diperoleh secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Penggunaan metode eksperimen bertujuan untuk (1) memberikan gambaran dan pengertian yang jelas mengenai

(5)

5 suatu materi daripada hanya penjelasan lisan, (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan secara cermat, (3) menghindari adanya verbalisme, karena dengan metode ini siswa dapat mencoba sendiri (bereksperimen sendiri), dan (4) meningkatkan kadar CBSA dalam pembelajaran, karena dalam metode ini siswa dapat terlibat langsung.

Tahapan-tahapan yang sebaiknya ditempuh guru dalam melaksanakan metode eksperimen menurutKaesah (dalamPurnama, 2012:36) adalah (1) Tahap persiapan berupa penetapan tujuan, penyediaaan fasilitas eksperimen dan menyusun skenario pembelajaran serta perangkat pembelajaran yang menunjang materi gaya magnet pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen, (2) Tahap pelaksanaan dimana guru dan siswa mendiskusikan mengenai prosedur eksperimen, alat dan bahan yang berbahaya, serta membimbing siswa selama siswa melakukan percobaan. Bimbingan tersebut dilaksanakan selama proses pembelajaran hingga siswa menarik kesimpulan, dan terakhir, (3) Tahap lanjut berupa diskusi tentang materi gaya magnet pada pembelajaran IPA mengenai hambatan-hambatan eksperimen, penyimpanan peralatan, hingga evaluasi akhir kegiatan.

Sebagai suatu metode pembelajaran, metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan. Djamarah (2010:84-85), mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode eksperimen. Kelebihan dari metode eksperimen yaitu (1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya, (2) Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, dan (3) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Sedangkan kekurangan metode ini menurut Djamarah (2010:84-85) adalah (1) Metode ini sesuai dengan bidang sains dan teknologi, (2) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu diperoleh dan mahal, (3) Metode ini memerlukan ketelitian dan keuletan, dan (4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor tertentu yang berada diluar kemampuan.

Penerapan metode pembelajaran digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Darmansyah (2006:13) mendefinisikan hasil belajar siswa merupakan hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:79) bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi siswa dan guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan saat sebelum belajar, tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Jadi berdasarkan pendapat yang ada dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor terhadap kemampuan siswa saat terselesaikannya bahan pelajaran yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka.

Peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui bila dilakukan pengukuran hasil belajar. Menurut Syah (2005:142) pengukuran hasil belajar memiliki

(6)

6 beberapa tujuan yaitu (1) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu tertentu, (2) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompok kelasnya, (3) Untuk mengetahui tingkat usaha siswa dalam belajar. Hasil yang baik umumnya menunjukkan tingkat usaha yang efisien, (4) Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitif untuk keperluan belajar, serta (5) Untuk mengetahui tingkat dan hasil metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian pengukuran hasil belajar dalam metode eksperimen sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa tentang gaya magnet pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nawawi (1983:63) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah diselidiki dengan menggambar/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lai-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.Jenis penelitian yang digunakan berupa penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Riyanto (2001:5), Penelitian tindakan kelas bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan± perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari dua siklus, dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis dan Taggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Model penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Taggart (dalam Kasihani, 1998:113) tergambar pada bagan sebagai berikut.

Alur penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart PERENCANAAN SIKLUS I PENGAMATAN PERENCANAAN SIKLUS II PENGAMATAN DAN SETERUSNYA PELAKSANAAN PELAKSANAAN REFLEKSI REFLEKSI

(7)

7 Penelitian ini dilaksanakan di SDN 10 Keberak Kecamatan Belimbing Hulu Kabupaten Melawi pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Subjek penelitian tindakan kelas adalah semua murid kelas V sebanyak 8 murid, yang terdiri dari 4 orang murid laki-laki dan 4 orang murid perempuan serta guru yang sekaligus bertindak sebagai peneliti. Teknik pengumpulandata yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik observasi langsung dan teknik pengukuran. Observasi yang dilakukan dalam penelitian adalah observasi partisipan, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara terlibat langsung dalam interaksi dengan objek penelitiannya.Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa indikator yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh satu orang observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Teknik pengukuran berupa tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus(tes formatif). Hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Tes yang diberikan pada siswa berbentuk essay. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan logika dan meningkatkan daya ingat dalam menjawab.

Pada penelitian ini instrument yang dipakai adalah lembar observasi dan lembar soal. Lembar observasi yang digunakan peneliti yaitu memuat garis besar sejauh mana minat dan sikap positif serta partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPA. Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data sebelum tindakan, baik dari guru maupun pengamatan langsung di lapangan. Lembar soal tes digunakan untuk menguji kemampuan dan prestasi belajar siswa.

Teknik analisis data digunakanuntukmenganalisis kinerja guru dan peningkatan hasil belajar siswa. Untuk menganalisiskinerja guru dalam perencanaanpembelajarandalampenelitiandigunakanlembar instrumen penilaian kinerja guru (IPKG1), untukmengukurkemampuan guru dalammelaksanakanpembelajarandalampenelitiandigunakanlembar observasi

pelaksanaan pembelajaran (IPKG2). Sedangkan

untukmenganalisishasilbelajarsiswadigunakanrumusSugiyono (2010:54) : x =T ÃJ Keterangan : x = rata-rata n = jumlahnilai ™n = jumlahmurid Untukmenganalisispeningkatanhasilbelajarsiswadilakukandenganmemban dingkanhasilbelajarprasiklus dengan sikluske-I dan membandingkanhasilbelajarsikluske-I denganhasilsikluske-II.

HASIL PENELITIAN

Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data hasil observasi terhadap aktivitas siswa. Berikut ini disajikan tabel peningkatan aktivitas siswa berdasarkan indikator yang terpenuhi dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa seperti pada tabel 1.

(8)

8

Tabel 1. Indikator Terpenuhi dari Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa

Siklus Indikator terpenuhi Total Indikator Persentase Ketuntasan

Siklus I 10 18 55,6 %

Siklus II 17 18 94,44 %

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II tentang aktivitas siswa, diperoleh sebanyak 17 indikator terpenuhi dari 18 indikator yang ada atau sebesar 94,44%. Ini berarti ada peningkatan yang signifikan dibandingkan siklus I yang hanya sebesar 55,56% atau 10 indikator dari 18 indikator yang ada.

Selain data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa, pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Pada penelitian ini kriteria ketuntasan yang digunakan adalah 75.Berikut ini disajikan grafik peningkatanhasil belajar siswa setiap siklus seperti pada grafik 1.

Grafik 1. Peningkatan Hasil Belajar

Berdasarkan grafik peningkatan hasil belajar diperoleh kriteria ketuntasan setelah pelaksanaan siklus II. Siklus II dirancang dari hasil refleksi pada pelaksanaan siklus sebelumnya sehingga pada siklus II dihasilkan model pembelajaran dengan metode eksperimen yang handal dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Terbukti pada siklus II semua siswa mengalami peningkatan hasil belajar.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SDN 10 Keberak, Kabupaten Melawi pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang gaya magnet dengan guru kolaborator Ahmad Sungada. Penelitian ini dilakukan melalui Pelaksanaan Tindakan Kelas yang dilakukan dalam penelitian sebanyak dua siklus, yaitu siklus pertama terdiri dari 1 kali pertemuan dan silus kedua yang

Prasiklus Siklus I Siklus II Data peningkatan Hasil

Belajar 53,75 67,5 83,125 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 N il ai Rat a -ra ta

(9)

9 terdiri dari satu kali pertemuan. Setiap siklus dilaksanakan dengan materi pembelajaran satu pokok bahasan dengan sub pokok bahasan yang berbeda.

Pada siklus I, dilaksanakan pembelajaran tentang gaya magnet menggunakan metode eksperimen dengan alat peraga. Berdasarkan grafik 1. di atas diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 67,50 atau meningkatsebesar 13,75 dibanding prasiklus. Dari refleksi tindakan yang dilakukan, penerapan pembelajaran dinilai masih belum maksimal dan belum sesuai harapan, sehingga berdampak pada belum tercapainya kriteria ketuntasan yaitu nilai rata-rata sebesar 75, sehingga perlu dilaksanakan siklus II. Refleksi kekurangan pada siklus I menjadi dasar untuk perencanaan pada siklus selanjutnya.

Pada siklus II, berdasarkan grafik 1. diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 83,13. Nilai tersebut meningkat sebesar 15,63 dibanding siklus I. Hasil belajar yang dicapai pada siklus II merupakan hasil yang paling baik jika dibanding dengan hasil belajar pada siklus I dan Pra siklus hal ini disebabkan siklus II dirancang dari hasil refleksi pada pelaksanaan siklus sebelumnya sehingga pada siklus II dihasilkan model pembelajaran dengan metode eksperimen yang handal dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun refleksi yang dihasilkan yaitu: (1) Terjadi peningkatan yang signifikan pada aktivitas belajar siswa dilihat dari indikator yang telah dilakukan dibandingkan dengan siklus I, (2) Terjadi peningkatan yang signifikan pada hasil belajar dibandingkan dari prasiklus maupun siklus I, (3) Kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar dalam metode ini juga semakin meningkat sehingga proses belajar-mengajar semakin efektif, dan (4) Seluruh siswa bersemangat dan berparsitipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Selain hal tersebut diatas, berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II tentang aktivitas siswa, diperoleh sebanyak 17 indikator terpenuhi dari 18 indikator yang ada atau sebesar 94,44%. Ini berarti ada peningkatan yang signifikan dibandingkan siklus I yang hanya sebesar 55,56% atau 10 indikator dari 18 indikator yang ada. Hal tersebut menggambarkan bahwa situasi kelas lebih aktif sehingga peserta didik lebih termotivasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan dampaknya hasil belajar siswa lebih meningkat sehingga kriteria ketuntasan tercapai. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa penggunaan metode eksperimental dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang gaya magnet pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada siswa kelas V SDN 10 Keberak, Kabupaten Melawi.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkanpenelitian yang telahdilakukanpadasiswakelas V

SekolahDasarNegeri 10 keberakkabupatenmelawi,

secaraumumdapatdisimpulkanbahwaPenggunaanmetodeeksperimendalampembela

jaranilmupengetahuanalam (IPA),

terbuktidapatmeningkatkanhasilbelajarsiswa.Hal

initerlihatdarilembarobservasiaktivitassiswa, dimanapadasiklus II perolehsebanyak 17 indikatorterpenuhidari 18 indikator yang adaatausebesar

(10)

10 94,44%. Iniberartiadapeningkatan yang signifikandibandingkansiklus I yang hanyasebesar 55,56% atau 10 indikatordari 18 indikator yang ada. Selain itu,peningkatanhasil belajar siswa juga terlihat dari data hasil tesformatifsiswa. Dalamhalininilai rata-rata hasilbelajarmeningkatdari 53,75padaprasiklus, menjadi 67,50padasiklus I dan 83,13padasiklus II. Jadipadasiklus I mengalamipeningkatansebesar13,75dibandingkanprasiklusdansiklus II pengingkatansebesar15,63dibandingkandengansiklus I.

SARAN

Berdasarkanhasiltemuandankesimpulandalampenelitianini,

dapatdisarankanhal-halsebagaiberikut: (1) Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru harusdapatmelibatkanseluruhsiswasecaraaktif. Siswa yang kurangaktifdiharapkantidakmalubertanyadanmengemukakanpendapat, (2) Hasilbelajarsiswasangatdiperlukansebagai parameter keberhasilan proses

belajarmengajar, olehkarenaituhendaknya guru

dapatmengaktifkansiswadenganmenggunakanmetodeeksperimendalampembelajar

anIlmupengetahuanalam agar

pembelajaranbermaknadanmenyenangkanbagisiswasehinggasiswabersemangatber partisipasiaktidalam proses pembelajaran, dan (3) Sebaiknya guru dapatlebihmenumbuhkanaktifitasdankreatifitasbelajarsiswadenganmenggunakanm

etode-metodebarusepertipembelajarandenganmenggunakanmetodeeksperimensertamena namkannilai-nilaitentangbelajarkepadasiswa.

DAFTAR RUJUKAN

Darmansyah.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Sumatera Barat: Universitas Negeri Padang.

Dimyati dan Mudjiono.1999.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:PT Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar

Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Herlanti, Yanti.dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas 5 Sekolah Dasar Semester II. Jakarta: Yudhistira.

Kasihani, Kasbollah.1998. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: DIKTI proyek PGSD.

Nawawi, Hadari.1983. Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhayadi, Yadi., dkk.2009. Seri Evaluasi SI TEMAN: Fisika SMP Kelas VII. Jakarta: Matrix Media Literata.

Palendeng.2003. Strategi Pembelajaran Aktif.Jakarta: Rineka Cipta.

Purnama, Susam Almasya. 2012. Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan +DVLO<HODMDU ,3$ 3DGD 3RNRN<DKDVDQ 6LIDW-Sifat Cahaya. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Riyanto, Yatim.2001. Metodologi Penelitian. Surabaya: SIC.

(11)

11 Setyaningtyas, Yuliand.2009.Cerdas Sains Kelas 4-6

SD.Yogyakarta:PustakaWidyatama.

Sugiyono.2010. Statistik Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.

Sumaji,dkk.1998.Pendidikan Sains yang Humanistis.Yogyakarta:Kanisius. Syah, Muhibbin.2005.Psikologi Pendidikan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tiarani, Vinta A. 2012. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PEMBELAJARAN%20IPA% di%20SEKOLA%20DASAR.pdf. Diakses tanggal 6 Januari pukul 15.28 WIB.

Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan teori strategi komunikasi politik, gerakan sosial dan teori identitas untuk menganalisis dan mengupas temuan data mengenai gagasan dan praktek oleh

terimplementasikan tersebut belum memberikan kontribusi yang optimal dalam mewujudkan kualitas hasil belajar yang diharapkan.Salah satu kebijakan tersebut adalah

a) Adanya peningkatan motivasi belajar mahasiswa dalam pembelajaran mata kuliah aplikasi komputer menggunakan lembar praktikum terbimbing pada semester V-H IKIP PGRI

Ekstrak aseton memiliki kandungan total fenolik dan tanin yang lebih besar dari ekstrak etanol dan ekstrak metanol sedangkan untuk kandungan flavonoid yang

Investasi adalah salah satu faktor dalam rangka percepatan pembangunan bagi negara berkembang, khususnya Kal-Tim yang berusaha menarik modal asing seperti private

Im Selbststudium gibt es eine Möglichkeit der Präsenz einer Lehrperson, diese steht aber nicht in körperlicher Nähe des Schülers, so wie im schulischen Kontext ein

Input awal dalam implementasi PEMP di Kota Bengkulu tahun 2002 terdiri dari input sumberdaya manusia (SDM), yaitu masyarakat pesisir Kota Bengkulu dan input

Jika seseorang memiliki kesadaran dan kepercayaan politik yang sama-sama tinggi, maka seseorang tersebut dapat digolongkan ke dalam tipe partisipasi politik cenderung aktif dan