• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA TAHUN 1946-1947

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA TAHUN 1946-1947"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA

TAHUN 1946-1947

Oleh : Dwi Ika Sari

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak dapat diterima oleh Belanda dikarenakan setelah menyerahnya Jepang kepada Sekutu, Belanda menganggap Indonesia adalah negara jajahannya, sehingga menimbulkan konflik diantara Indonesia dan Belanda. Kedua belah pihak berupaya menyelesaiakan konflik melalui jalur diplomasi, berupa Perundingan Linggarjati yang berlangsung 11-15 November 1946. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana implemetasi pengakuan de facto wilayah RI atas Jawa, Madura dan Sumatra? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui implemetasi pengakuan de facto wilayah RI atas Jawa, Madura dan Sumatra. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kepustakaan dan teknik dokumentasi yang terdapat dalam Perpustakaan Universitas Lampung, Perpustakaan Daerah Lampung. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang berdasarkan pada hubungan sebab-akibat, sehingga diperoleh suatu analisis yang berpola sinkronis yang melihat suatu peristiwa berdasarkan keterkaitan hubungan aspek dengan aspek lainnya di dalam suatu kerangka sistem yang berdasarkan hubungan yang bersifat logis.

(2)
(3)

TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN

LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA

TAHUN 1946-1947

(Skripsi)

Oleh DWI IKA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dwi Ika Sari yang dilahirkan di Teluk Betung Bandar Lampung, pada tanggal 10 Desember 1991. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, yang dibesarkan oleh ayah bernama Satiman dan ibu bernama Masitoh.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah bersekolah di SD Negeri 2 Kupang Teba Bandar Lampung pada tahun 1997 dan tamat pada tahun 2003. Melanjutkan di SMP Negeri 16 Bandar Lampung pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2006. Melanjutkan ke SMK Negeri 4 Bandar Lampung masuk pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009. Setelah lulus dari SMK kemudian penulis melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung (UNILA) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Nabung Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur, serta melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri Bumi Nabung Udik.

(8)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil.

Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.

(9)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya kecilku ini sebagai rasa sayang dan terimakasihku kepada:

1. Orang tuaku yang telah menerima, mendidik dan menyayangiku. Bapak Satiman dan Ibu Masitoh yang senantiasa berdo’a dan berjuang tak kenal lelah demi

keberhasilanku.

2. Kakakku Eko Sunjaya dan adikku Anggi Tri Fela yang telah memberikan dukungan kepadaku serta keluarga besarku.

3. Para pendidikku, dosen dan guru-guru yang telah memberikan ilmu kepadaku.

(10)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA TAHUN 1946-1947”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang senantiasa dinantikan syafaatnya di yaumil akhir kelak.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dilakukan dalam menyelesaikan studi. Dalam proses pembuatan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr.Thoha B.S. Jaya, M.S., Pembantu Dekan I FKIP Universitas

Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., Pembantu Dekan II FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan juga sebagai Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan penyelesaian skripsi.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

(11)

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan penyelesaian skripsi.

7. Bapak Muhammad Basri, S.Pd.,M.Pd., Pembimbing Akademik, serta sebagai Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan penyelesaian skripsi.

8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah: Dr. R.M.Sinaga, M.Hum., Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum., Drs. Wakidi, M.Hum., Drs. Ali Imron, M.Hum., Drs. Tontowi, M.Si., Drs. Syaiful M, M.Si., Suparman Arif, S.Pd.,M.Pd. yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.

9. Orang tua, kakak dan adik penulis yang tidak henti-hentinya berdoa serta memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam menempuh pendidikan termasuk dalam proses penyusunan skripsi.

10. Sahabat-sahabat penulis Karsini, Fadhlia Saufa Azima, Siti Marfuatun, Irwan Yudianto, Yuni Istiani, Nur Maimunah, Ferdiana Haryani, , Khatmi Fadilla, dan Iren Syahriyanti serta teman-teman angkatan 2009 yang tidak bisa dituliskan namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik moril maupun materil kepada penulis.

11. Seluruh mahasiswa Program Studi Sejarah, serta teman-teman KKN dan PPL Desa Bumi Nabung Udik Kecamatan Sukadana Lampung Timur yang selalu memberikan arahan dan dukungan kepada penulis.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Januari 2014 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka ... 9

C.Teknik Pengumpulan Data ... ... 22

1. Teknik Kepustakaan ... ... 23

2. Teknik Dokumentasi... ... 23

D.Teknik Analiss Data ... ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.HASIL 1. Gambaran Umum Perundingan Linggarjati antara Indonesia dan Belanda ... 27

1.1.Pembicaraan Pendahuluan ... 27

1.2.Gedung Perundingan Linggarjati ... 29

(13)

xii

2. Implementasi Perjanjian Linggarjati ... 35 2.1. Usaha-usaha Implementasi Pengakuan Kedaulatan RI

Atas Jawa, Madura dan Sumatra (Pasal 1)... 35 2.1.1. Usaha Implementasi pihak Belanda ... 38 2.1.2. Usaha Implementasi pihak Indonesia ... 40

B.PEMBAHASAN

Usaha-usaha Implementasi Pengakuan Kedaulatan Wilayah RI Atas Jawa, Madura Dan Sumatra (Pasal 1) ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... ... 50 B. Saran ... ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari

tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. “Bahwa

sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka

penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan

peri-kemanusiaan dan peri-keadilan” (MPR RI, 2012: 2).

Kemerdekaan harus dimiliki dan diperjuangkan oleh setiap bangsa untuk

memperoleh kedaulatan, seperti halnya Indonesia. Perjuangan rakyat Indonesia

yang tidak mengenal kata menyerah dalam melawan segala bentuk penjajahan dan

penindasan yang telah menimbulkan kekacauan serta banyak memakan korban

jiwa di berbagai daerah di Indonesia, akhirnya mampu menghantarkan Indonesia

dalam meraih kemerdekaan. “Pada pukul 10.00 (waktu Tokyo), Jumat, 17

Agustus 1945, upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diselenggarakan di

depan rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56” ( Rusdhy Hoesein,

2010: 82).

Indonesia yang muncul sebagai negara baru, harus memenuhi syarat berdirinya

suatu negara yang meliputi adanya wilayah, adanya rakyat, adanya pemerintah

(15)

2

Indonesia belum sepenuhnya mendapatkan pengakuan dari negara lain terutama

Belanda. Karena Belanda terus berupaya untuk menduduki kembali wilayah RI

dengan membonceng Sekutu. Pasukan Sekutu baru mendarat di Indonesia setelah

penandatanganan penyerahan Jepang kepada Sekutu.

Pada tanggal 29 September 1945 pada jam 10.00 Letnan Jendral Sir Philip Christison Panglima Besar AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) mendarat di Jakarta. Panglima ini membawa tiga Divisi, terdiri dari serdadu-serdadu India, satu Divisi (23rd Indian Division) ditempatkan di daerah Jakarta, satu Divisi (5th Indian Division) ditempatkan di daerah Surabaya dan satu lagi (26th Indian Division) ditempatkan di Medan dan Padang untuk daerah Sumatra (G.A.Warmansjah, dkk, 1991: 103).

Pasukan Sekutu yang bertugas untuk menangani Indonesia bernama Allied Forces

Netherland East Indies (AFNEI) di bawah pimpinan Letjen Philip Christison.

Dalam buku karangan Drs.G.Moedjanto,M.A. menerangkan bahwa tugas AFNEI

di Indonesia adalah sebagai berikut :

 Menerima penyerahan tentara Jepang tanpa syarat, melucuti dan mengembalikannya ke tanah airnya.

 Membebaskan APWI (Allied Prisoners and War Interness), tugas ini disebut RAPWI (Recovery of Allied Prisoners and War Interness).

 Menjaga keamanan dan ketertiban sehingga memungkinkan pemerintah sipil berfungsi kembali.

 Mencari keterangan dan mengadili para penjahat perang (G.Moedjanto,1988: 97).

Kecurigaan rakyat Indonesia terhadap Belanda yang ingin menduduki kembali

Indonesia semakin memuncak karena Belanda berani melakukan perbuatan yang

merendahkan pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia, yang mengakibatkan

kekacauan bahkan pertempuran. Melihat banyaknya korban yang gugur dalam

pertempuran antara pihak Indonesia, Inggris maupun Belanda, maka Inggris ingin

(16)

pertempuran, dan mengusahakan pertemuan pihak RI dan Belanda dalam sebuah

perundingan untuk menyelesaikan masalah mereka secara damai.

Perundingan awal antara Indonesia dan Belanda di Hooge Valuwe tidak membawa hasil yang baik bagi Indonesia. Delegasi RI mengadakan pertemuan 4 kali dengan delegasi Belanda pimpinan PM Schermerhorn antara tgl.14-24 April. Tetapi perundingan itu berakhir dengan kegagalan, karena Belanda hanya mau memenuhi tuntutan RI berupa pengakuan kekuasaan secara de facto RI atas Jawa dan Madura, tetapi tidak untuk Sumatera. Kegagalan itu nampaknya disengaja oleh Belanda, karena menanti perkembangan sampai sesudah pemilihan umum bulan Mei 1946 (G. Moedjanto, M.A., 1988 : 166).

Kegagalan perundingan Hooge Valuwe tidak mematikan langkah pemerintah

Inggris untuk terus berupaya menyelesaikan masalah RI dan Belanda dalam

sebuah perundingan. Oleh karena itu, pemerintah Inggris segera mengutus Lord

Killearn ke Indonesia untuk menggantikan Sir Archibald Clark Kerr untuk

menjadi penengah dalam perundingan.

Sejak tanggal 11-15 November 1946 telah dilaksanakan perundingan yang

dihadiri oleh delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sutan Syahrir dan delegasi

Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn. Perundingan yang dipimpin oleh

diplomat Inggris bernama Lord Killearn ini memuat 17 pasal dan diberi nama

Naskah Persetujuan Linggarjati. Meskipun Naskah Persetujuan Linggarjati telah

diparaf oleh kedua delegasi namun keputusan tertinggi tetap berada pada

(17)

4

Kedua delegasi kembali ke negaranya untuk membahas dan mengulas kembali

hasil perundingan yang telah diparaf. Persetujuan Linggarjati tersebut

menimbulkan pro dan kontra tidak hanya di pihak Indonesia tetapi juga di pihak

Belanda. Di Indonesia, pihak yang mendukung perundingan tersebut beranggapan

bahwa cara damai merupakan jalan terbaik dan sesuai dengan suasana politik yang

sedang terjadi di Indonesia. Namun, tidak halnya dengan pihak oposisi Indonesia

yang menganggap Perundingan Linggarjati sebagai sebuah kekalahan.

Pihak Belanda juga merasa tidak puas terhadap pasal-pasal yang terdapat dalam

Naskah Pesetujuan Linggarjati, terutama kaum kapitalis yang pernah kaya-raya

karena usahanya di bumi Indonesia dan menganganggap Persetujuan Linggarjati

merupakan sesuatu yang merugikan. Sehingga Belanda ingin kembali berkuasa di

Indonesia. Setelah di masing-masing pihak mampu membendung pro dan kontra

di negaranya masing-masing akhirnya Naskah Persetujuan Linggarjati itu

disepakati kedua belah pihak dan syah ditandatangani pada tanggal 25 Maret

1947.

Hasil Pokok Perjanjian Linggarjati antara lain meliputi:

1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi: Sumatra, Jawa, dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949.

2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia.

(18)

Setelah penandatanganan Perjanjian Linggarjati, pasukan militer kedua belah

pihak saling menghentikkan tembak-menembak dan menarik mundur pasukan

militernya. Namum implementasi dari Naskah Persetujuan Linggarjati tidak

semua berjalan sesuai dengan keadaan yang diharapkan, hal ini dikarenakan

adanya pelanggaran-pelanggaran yang terus dilakukan Belanda untuk

menggagalkan Perjanjian Linggarjati.

Tindakan-tindakan yang dilancarkan Belanda jelas telah mengingkari Perjanjian

Linggarjati. Sehingga timbul sikap saling mencurigai akan kesungguhan

masing-masing pihak melaksanakan perjanjian tersebut.

Keadaan semakin kacau ketika Belanda memutuskan tidak terikat lagi terhadap

Perjanjian Linggarjati dengan melakukan Agresi Militer Belanda I pada tanggal

21 Juli 1947. Aksi tersebut jelas melanggar perjanjian yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak dan merupakan salah satu bentuk kegagalan terhadap

implementasi perjanjian linggarjati.

B. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan oleh penulis di atas, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Implementasi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa,

Madura dan Sumatra.

2. Implementasi Pembentukkan Negara Indonesia Serikat.

(19)

6

2. Pembatasan Masalah

Masalah yang akan diangkat pada penelitian ini dibatasi pada :

“Implementasi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa,

Madura dan Sumatra”

3. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :

Apa saja usaha-usaha untuk mengimplementasikan pengakuan de facto Belanda

terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

“Apa saja usaha-usaha untuk mengimplementasikan pengakuan de facto Belanda

terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra”

D. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya akan dapat memeberiikan berbagai manfaat bagi semua

orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun

(20)

1. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi setiap

pembaca dalam peningkatan pemahaman mengenai Implementasi Perjanjian

Linggarjati antara Indonesia dan Belanda yang meliputi pengakuan de facto

Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra.

2. Menambah wawasan penulis khususnya dalam bidang kesejarahan yakni

mengenai Implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda

yang meliputi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa,

Madura dan Sumatra.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam sebuah penelitian, maka penulis berikan

batasan ruang lingkup yang akan mempermudah pembaca memahami isi karya

tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah :

3.1. Objek Penelitian : Implementasin Isi Perjanjian Linggarjati

3.2. Subjek Penelitian : Indonesia dan Belanda Tahun 1946-1947.

3.3. Tempat Penelitian : Perpustakaan Universitas Lampung

Perpustakaan Daerah Lampung

3.4. Waktu Penelitian : 2013

(21)

8

REFERENSI

MPR RI. 2012. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Jakarta: Sekjen MPR RI. Halaman 2.

Rushdy Hoesin. 2010. Terobosan Soekarno Dalam Perundingan Linggarjati.

Jakarta : Buku Kompas. Halaman 82.

G.A.Warmansjah, dkk. 1991. Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 DKI Jakarta. Jakarta : Proyek IDSN Halaman 103.

G.Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke-20 I. Yogyakarta : Kanisius. Halaman 97

Ibid. Halaman 166.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Tinjauan Historis

Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

historis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta,

Tinjauan berasal dari kata tinjau yang artinya melihat-melihat, menengok,

memeriksa dan meneliti. Sedangkan tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan,

pendapat, (sesudah menyelidiki, memperlajari, dsb). Dan “kata Historis berasal

dari bahasa Yunani ‘Istoria’ yang berarti ilmu yang biasanya diperuntukkan bagi

penelaahan mengenai gejala-gejala terutama hal-ihwal manusia secara kronologis”

(H.Rustam E Tamburaka, 1999: 2).

Pada perkembangan selanjutnya kata istoria juga diadopsi oleh bahasa Inggris

dengan perubahan fonem menjadi history atau histori yang dipergunakan sebagai

istilah untuk menyebut cerita tentang peristiwa dan kejadian yang dialami

manusia pada masa lampau. Selain itu juga dalam bahasa Indonesia kata histori

(23)

10

Roeslan Abdulgani berpendapat :

Sejarah ialah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau, beserta kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan (Hugiono dan P.K.Poerwantana, 1987: 4).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sejarah

adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada

masa lampau yang dialami manusia dan disusun secara sistematis sehingga

hasilnya dijadikan sebagai pedoman hidup untuk masa sekarang dan masa yang

akan datang.

Dengan demikian tinjauan historis dapat diartikan sebagai suatu bentuk

penyelidikan atau penelitian terhadap gejala peristiwa masa lalu, baik manusia

individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis secara ilmiah,

kritis dan sistesmatis meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah

berlalu itu (kronologis) dengan penjelasan yang mendukung serta memberi

pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut.

2. Konsep Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti

mengimplementasikan, yang dapat diartikan sebagai sebuah penerapan dari suatu

rencana. Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya implementation and public

(24)

Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan-keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya (Gunawan Haruna, 2012: 1).

Pengertian implementasi selain menurut Mazmanian dan Paul Sabatier di atas

dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn bahwa : “Implementasi adalah

tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat

atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Van

Meter dan Van Horn dalam Wahab, 2001:65).

Jadi Implementasi Naskah Persetujuan adalah pelaksanaan atau penerapan

kebijakan dalam bentuk suatu naskah (teks) yang merupakan hasil dari sebuah

perundingan yang dilaksanakan oleh beberapa pihak seperti Indonesia dan

Belanda.

3. Konsep Naskah

Perundingan antara Indonesia dan Belanda menghasilkan sebuah teks yang

berisikan 17 pasal dan 1 pasal penutup yang diberi nama Naskah Persetujuan

Linggarjati. Menurut arti kata, naskah merupakan karangan yang ditulis dengan

tangan. Pernyataan ini senada dengan pendapat bahwa “naskah adalah karangan

tulis tangan baik yang asli maupun salinannya” (Poerwadarminta dalam Eny

(25)

12

Pada saat proses penandatanganan (ratifikasi) muncul 2 versi Naskah Persetujuan

Linggarjati yaitu Naskah Persetujuan Linggarjati yang asli, atau yang sesuai

dengan Naskah yang telah diparaf oleh kedua delegasi pada tanggal 15 November

1946 dan Naskah Persetujuan Linggarjati yang telah diberi tafsiran atau diberi

baju. Belanda hanya mau menandatangani Naskah Persetujuan Linggarjati yang

telah diberi tafsiran dan penjelasan dari Komisi Jendreal dan Menteri seberang

laut Jonkman pada tanggal 10 dan 19 Desember 1946 yang tidak dapat diterima

oleh pihak Indonesia. Sehingga Belanda meminta Indonesia untuk memberikan

tafsirannya terhadap Naskah Persetujuan Linggarjati.

Pemberian penafsiran terhadap Naskah Persetujuan Linggarjati dianggap

Indonesia memperpanjang upaya penyelesaian masalah, sehingga Indonesia tetap

berpegang pada Naskah Persetujuan Linggarjati yang telah diparaf oleh kedua

delegasi pada tangggal 15 November 1946.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa naskah persetujuan Linggarjati

adalah teks atau dokumen tertulis hasil perundingan antara Indonesia dan Belanda

yang berlangsung di Linggarjati.

4. Konsep Perjanjian

Perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati menghasilkan sebuah

Naskah Persetujuan Linggarjati yang kemudian diratifikasi oleh masing-masing

parlemen dari kedua negara pada tanggal 25 Maret 1947. “Setiap persetujuan

(26)

perjanjian (treaty) yang mengingat setiap negara yang menanda-tanganinya”

(Joesoef Soe’yb, 1987:33).

Pada pasal 1313 KUHP merumuskan pengertian perjanjian, adalah : suatu perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Namun para ahli hukum mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian perjanjian, Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan (Owie, 2010: 1).

Suatu perjanjian dapat berakhir dikarenakan beberapa hal, di bawah ini merupakan

sebab-sebab punahnya atau berakhirnya suatu perjanjian:

a. Karena telah tercapainya tujuan dari perjanjian b. Karena habis berlakunya waktu perjanjian itu

c. Karena punahnya salah satu pihak peserta perjanjian atau punahya objek perjanjian itu.

d. Karena adanya persetujuan dari peserta-peserta untuk mengakhiri perjanjian itu

e. Karena diadakannya perjanjian antara para peserta kemudian yang meniadakan perjanjian yang terdahulu

f. Karena dipenuhinya syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai dengan ketentuan-ketentuan perjanjian itu sendiri

g. Diakhirinya perjanjian secara sepihak oleh salah satu peserta dan diterimanya pengakhiran itu oleh pihak lain (Aprianie Pujie, 2012:1).

Jadi perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih untuk

melaksanakan sesuatu hal atau tujuan.

Perjanjian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Perjanjian Linggarjati antara

Indonesia dan Belanda yang dipimpin oleh diplomat Inggris. Perjanjian

Linggarjati yang berisikan 17 pasal dan 1 pasal penutup ditandatangani pada

(27)

14

5. Konsep Pengakuan

Pengakuan merupakan pernyataan dari suatu negara yang mengakui negara

tersebut besedia berhubungan dengan pemerintah yang baru. Berdasarkan teori

deklaratif : pengakuan hanyalah merupakan penerimaan suatu negara baru oleh

negara-negara lainnya. (D.P.O’Connel, Pasal 3 Konvensi Montevideo). Dengan

adanya pengakuan dari negara lain, memberikan temapat yang sepantasnya

kepada suatu negara atau pemerintah baru sebagai angggota masyarakat

internasional.

Pengakuan merupakan suatu langkah awal bagi Republik Indonesia sebagai suatu

negara baru untuk dapat mengadakan hubungan dalam berbagai bidang dengan

negara-negara lainnya, baik politik, ekonomi, sosial budaya dan sebagainya.

Pengakuan dari negara lain bukan merupakan unsur pembentuk negara, namun

hanya sebagai unsur deklaratif yang sifatnya hanya menerangkan saja tentang

adanya negara.

Pengakuan menurut bentuknya

PENGAKUAN DE JURE, adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah suatu negara kepada negara lain karena menurut negara yang mengakui, negara yang diakui secara formal telah memenuhi syarat dalam hukum internasional. Pengakuan de jure biasanya diawali dengan pengakuan de facto dan sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali.

(28)

PENGAKUAN KUASI, adalah pengakuan suatu negara terhadap negara lain yang terwujud di dalam praktik hubungan, namun di dalam pernyataan mengingkari akan adanya pengakuan. Misal : sampai tahun 1979 AS belum mengakui rezim Beijing karena sengketa dengan Formusa, tetapi diantaranya telah terjalin hubungan diplomatik. Pengakuan bersyarat. Pengakuan prematur (Jalrahman Djawas, 2012: 1).

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang penulis coba kembangkan dalam penelitian ini adalah

mengenai implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda

tahun 1946-1947. Salah satu pasal berbunyi tentang pengakuan de facto Belanda

terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra, seperti yang tercantum

dalam Naskah Perjanjian Linggarjati, pasal 1. Perjanjian Linggarjati merupakan

hasil dari sebuah perundingan antara Indonesia dan Belanda yang bertujuan untuk

menyelesesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda.

Implementasi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa,

Madura dan Sumatra dapat dilihat dari usaha-usaha yang dilakukan oleh

pemerintah masing-masing negara, dalam hal ini antara Indonesia dan Belanda.

Upaya yang dilakukan masing-masing negara dalam mengimplementasikan isi

Perjanjian Linggarjati terutama mengenai pengakuan de facto Belanda terhadap

wilayah RI atas Jawa, Madura dan Sumatra dijalani dengan cara yang berbeda

antara masing-masing negara, namun keduanya mengawali dengan melakukan

penghentian tembak menembak dan pengurangan jumlah tentara di

(29)

16

terus menjalin kerjasama dengan negara-negara lain untuk memperoleh

pengakuan kedaulatan.

C.Paradigma

: Garis Aktivitas

Implementasi pengakuan kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra

(Pasal 1)

Pihak Indonesia Pihak Belanda

(30)

REFERENSI

Rustam E. Tamburaka 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filasat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman : 2.

Hugiono dan P.K.Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara. Halaman 4.

Gunawan Haruna. id.scribd.com/doc/101109464/Rimaru-web-Id-Pengertian-Implementasi-Menurut-Beberapa-Ahli diakses pada 25/05/2013 pukul 19.00 WIB.

Kusuma Damayanti. www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-naskah-menurut-para-ahli.html. diakses pada 25/05/2013 pukul 12.35 WIB.

Joesoef Sou’yb. 1987.Hubungan Antar Bangsa.Medan: Rimbow.

(31)

18

III. METODE PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan

Keberhasilan suatu penelitian banyak dipengaruhi oleh pemakaian metode, maka

dari itu seorang peneliti harus dapat memilih metode yang tepat dan sesuai.

“Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja

untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang besangkutan”

(Husin Sayuti, 1989 : 32). Maka dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara

atau sarana yang harus digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang jelas

terhadap suatu obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis

(sejarah), dengan berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta dan

peristiwa yang sebenarnya mengenai implementasi isi Perjanjian Linggarjati

antara Indonesia dan Belanda tahun 1946-1947. Metode sejarah bertujuan

memastikan dan mengatakan kembali fakta masa lampau. Adapun langkah yang

dipakai dalam penelitian ini adalah langkah-langkah penelitian historis. Oleh

karena itu perlu penulis kemukakan beberapa definisi tentang metode historis.

(32)

Metode histories menurut Abdurrahman Suryomiharjo adalah “Suatu proses yang

telah dilaksanakan oleh sejarawan dalam usaha mencari, mengumpulkan, menguji,

memilih, memisah, dan menyajikan fakta sejarah serta tafsirannya dalam

susunannya yang teratur” (Abdurrahman Suryomiharjo, 1979 : 133).

Berbeda dengan pernyataan di atas, Nugroho Notosusanto mempunyai pendapat

bahwa metode sejarah adalah “Sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis

yang digunakan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam mengumpulkan

bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu

sintesse daripada hasil-hasilnya (biasanya dalam bentuk tertulis)” (Nugroho

Notosusanto, 1984 : 10-11).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode historis adalah suatu cara di

dalam proses pengujian dan analisis data mengenai fakta yang benar terjadi dalam

sebuah penelitian masa lalu untuk kemudian dijadikan bahan sejarah yang tertulis.

Adapun langkah-langkah dalam penulisan historis yaitu :

 Heuristik : Kegiatan menghimpun jejak masa lampau

 Kritik : Penyelidikan tentang kesejatian jejak, baik bentuk maupun isinya

 Interpretasi :Menetapkan makna yang saling berhubungan dan fakta-fakta yang diperoleh

 Historiografi : Menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk kisah

(33)

20

Dalam penulisan sejarah, cara kerja bertumpu kepada empat kegiatan pokok,

seperti:

1. Heuristik

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah mengumpulkan sumber

data-data sejarah. Dalam rangka mengadakan penelitian tentang suatu

masalah, hendaklah mencari atau mengumpulkan sumber-sumber yang

berkaitan dengan masalah tersebut. Dari sumber yang telah ada maka

terdapat perbedaan pada masing-masing sumber. Langkah selanjutnya

dibantu dengan teknik pengumpulan data yaitu teknik perpustakaan dan

dokumentasi. Perpustakaan atau tempat-tempat lain seperti toko buku dan

koleksi milik pribadi.

2. Kritik

Suatu sumber sejarah haruslah original atau asli, sehingga diperlukan

adanya kritik sumber untuk mengetahui tingkat kevalidan sumber, baik

dari sisi luar maupun dari sisi dalam. Pendapat ini seperti yang dikemukan

oleh Sidi Gizalda, yaitu:

Kritik luar berusaha memastikan kesejatian hubungan antara bahan-bahan itu, dari siapa, dan untuk apa dibuat. Apakah bahan-bahan tersebut mengeni dokumen, diteliti pula apakah itu asli atau turunan. Kritik dalam berusaha memastikan peristiwa yang dinyatakan dalam bahan. Apakah hubungannya, misalnya antara dokumen dan fakta atau peristiwa yang diterangkan dapat memeberii keterangan dokumen yang ada (Gazalda, 1981; 115).

Dalam tahap ini dilakukan suatu pengujian terhadap literatur, kemudian

(34)

yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya serta dapat

digunakan dalam penulisan ini. Oleh karena itu sumber-sumber yang

digunakan dalam penulisan adalah literatur yang berkaitan dengan

Perjanjian Linggarjati yang menjadi obyek penelitian ini.

3. Interpretasi

Interpretasi maksudnya adalah menafsirkan data-data yang telah lolos dari

kritik sumber kedalam bentuk konsep generalisasi sejarah yang logis dan

mudah dipahami.

4. Historiografi

Tahap terakhir dalam metode historis adalah historiografi. Ketika

sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan seluruh daya

pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan

dan catatan-catatan, tetapi yang terutama adalah penggunaan

pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena pada akhirnya ia harus menghasilkan

suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam

suatu penulisan utuh dan sistematis sebagai sebuah hasil laporan

(35)

22

B. Variabel Penelitian

Menurut Mohammad Nasir, “variabel adalah konsep yang memiliki berbagai

macam nilai” (Mohammad Nasir, 1983 : 149). Menurut Sumardi Suryabrata yang

dimaksud dengan “variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek

pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau

gejala yang diteliti” (Sumardi Suryabrata, 2000; 72).

Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan

bahwasannya variable diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek

pengamatan dalam penelitian dan disamping itu variabel penelitian sering juga

dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala

yang akan diteliti.

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan Variabel Tunggal, dengan

fokus penelitian pada implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan

Belanda.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian memerlukan data karena itu dilakukanlah kegiatan pengumpulan

data untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian yang akan

diteliti. Adapun dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan

(36)

1. Teknik Kepustakaan

Tentang teknik kepustakaan, Koentjaningrat berpendapat sebagai berikut “Teknik

kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan

bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan misalnya koran,

majalah-majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen dan sebagainya

yang relevan dengan penelitian” (Koentjaraningrat, 1983 : 81).

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwasannya dengan teknik

kepustakaan, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah buku-buku untuk

memperoleh data-data dan informasi berupa teori-teori atau argument-argument

yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan masalah-masalah yang

akan diteliti berupa implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan

Belanda tahun 1946-1947.

2. Teknik Dokumentasi

“Teknik dokumentasi adalah suatu teknik mencari data-data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, buku, transkrip, surat kabar, majalah, notulen,

legger, agenda dan sebagainya” (Suharsini Arikunto, 1986 : 188). Sedangkan

Hadari Nawawi menyatakan bahwa “Teknik dokumentasi merupakan caa

mengumpulkan data peninggalan-peninggalan tertulis yang berupa arsip-arsip dan

juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum lain yang berhubungan

dengan masalah penelitian” (Hadari Nawawi, 1993 : 133).

Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data masa

(37)

24

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

histories. Data-datanya berasal dari sumber-sumber informasi berupa buku-buku

referensi, majalah dan foto-foto yang berhubungan dengan masalah yang akan

dibahas oleh peneliti, yang dalam hal ini yaitu implementasi isi Perjanjian

Linggarjati antara Indonesia dan Belanda.

D. Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data

dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam menjawab permasalahan

penelitian yang telah diajukan. Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif,

maka data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan

demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data kualitatif. Menurut Hadari Nawawi, “Analisis data kualitatif

merupakan bentuk penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa

datanya dinyatakan dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya”

(Hadari Nawawi, 1993 : 174).

Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik analisis data kualitatif adalah teknik analisis

data yang penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, berupa peristiwa

yang tersedia melalui laporan dan juga karangan atau opini sejarawan yang

kemudian diteliti untuk menyelesaikan permasalahan penelitian.

Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan hal yang sangat penting karena

data yang sudah diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah dianalisis. Pada

(38)

Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan dalam proses

analisis data kualitatif menurut Mohammad Ali meliputi :

1. Penyusunan Data

Penyusunan data ini digunakan untuk mempermudah dalam penelitian, hal

ini menyangkut apakah data yang dibutuhkan telah memadai atau tidak perlu

melakukan seleksi.

2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan usaha penggolongan data berdasarkan kategori

tertentu yang dibuat oleh peneliti.

3. Pengolahan Data

Data-data yang telah diseleksi kemudian diolah dengan menggunakan analisi

data kualitatif, dengan tujuan adalah untuk menyederhanakan data tersebut

dan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat dipergunakan dalam

penelitian atau tidak.

4. Penyimpulan Data

Setelah dilakukan pengolahan data, maka untuk mengetahui langkah

selanjutnya adalah menarik kesmpulan untuk kemudian disajikan dalam

(39)

26

REFERENSI

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta : Fajar agung. halaman 21-22.

Winarno Surakhmad. 1982. Ilmiah Dasar, Metode Pengantar Penelitian dan Teknik. Bandung : Tarsito. Halaman 132.

Nugroho Notosusanto. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta : Yayasan Penerbit UI. halaman 10-11.

Ibid. Halaman 36.

Sidi Gazalda. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakata : Bhatara Karya Aksara.Halaman 115.

Mohammad Nasir. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, halaman 149.

Sumardi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : RajaGrafindo Persada. halaman 72.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta : Gramedia. halaman 81.

Hadari Nawawi. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta :Indayu Press, halaman 133.

Ibid.Halaman 174.

(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan pada hasil dan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwasannya agar Implementasi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan

Belanda dapat berjalan dengan baik, terutama mengenai pengakuann de facto

Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra, maka perlu

adanya upaya dari kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang telah

dibuat bersama.

1. Upaya pihak Belanda

Upaya yang dilakukan Belanda setalah ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati

antara Indonesia dan Belanda adalah dengan menghentikan aksi

tembak-menembak yang sebelumnya marak terjadi di wilayah RI yang tentunya

menimbulkan keresahan dan kekacauan. Sebelum berlangsungnya perundingan,

pihak Indonesia dan Belanda juga telah menyetujui perjanjian gencatan senjata

(41)

51

2. Pihak Indonesia

Perjanjian Linggarjati merupakan jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan

pengakuan dari dunia internasional. Sehingga Indonesia sangat antusias dalam

upaya implementasi terhadap isi perjanjian linggarjati terutama yang membahas

mengenai pengakuan kedaulatan RI. Selain menginstruksikan pasukan militer

untuk menghentikan aksi tembak menembak, para pejuang Indonesia terus

berupaya untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara lain hingga

diperolehnya pengakuan de facto RI.

B. SARAN

Gambaran mengenai upaya implementasi terhadap pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra menunjukkan kepada kita

bahwa perjuangan adalah awal dari kemenangan. Seseorang yang berjuang tak

pernah diam, karena perjuangan adalah pergerakan. Untuk kepentingan penelitian,

maka penulis menyarankan agar lebih selektif dalam memilih sumber referensi

(42)

Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur, dan Strategi. Angkas. 156 Halaman.

Bandoro, Bantarto.dkk. 1995. Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia.

Jakarta: Center for Strategic and International Studies (CSIS). 1223 Halaman.

Gizalda, Sidi. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara Karya Aksara. 115 Halaman.

Hoesin, Rushdy. 2010. Terobosan Soekarno Dalam Perundingan Linggarjati.

Jakarta: Buku Kompas. 318 halaman

Hugiono dan P.K.Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara.

Ibrahim, Muhammad dkk. 1991. Sejarah Daerah Provinsi DI Aceh. Jakarta: CV Tumaritis. 277 Halaman.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia.215 Halaman.

Lapian, A.B & P.J.Drooglever. 1992. Menelusuri Jalur Linggarjati. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 318 Halaman

Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke-20 I. Yogyakarta: Kanisius. 201 halaman.

MPR RI. 2012. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Jakarta: Sekjen MPR RI. Halaman.

Nasir, Mohammad. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. 344 halaman

(43)

Nawawi, Hadari. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Indayu Press.

Notosusanto, Nugroho. 1986.Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.

O’Hare, Martin dan Anthony Ferd. 1995. Australia dan Perjuangan Kemerdekaan

Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pusaka. 98 Halaman.

Roem, Mohamad.1977.Bunga Rampai.Jakarta:Bulan Bintang. 303 halaman.

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.

Sou’yb, Joesoef. 1987.Hubungan Antar Bangsa.Medan: Rimbow. 389 halaman

Surakhmad, Winarno. 1982. Ilmiah Dasar, Metode Pengantar Penelitian dan

Teknik. Bandung : Tarsito.

Suryabrata, Sumardi. 2000.Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filasat Sejarah,

Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta.

Thoyeb, M.T dkk. 2004. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke

Masa.Jakarta: PT. Upakara Sentosa Sejahtera. 566 halaman

.Warmansjah, G.A., dkk. 1991. Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 DKI

Jakarta. Jakarta : Proyek IDSN

Sumber lain:

Binhakim. http://binhakim.blogspot.com/2011/07/kronologi-singkat-sejarah-indonesia.html. diakses pada 26/05/2013 pukul 14.00 WIB.

Damayanti, Kusuma. www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-naskah-menurut-para-ahli.html. diakses pada 25/05/2013 pukul 12.35 WIB.

Djawas, Jalrahman. http://jalrahmandj.blogspot.com/2012/06/hukum-internasional-pengakuan-negara.html, diakses pada 12 Februari 2014 pukul 15.00.

(44)

Kaaro, Andita. Refreshingblog.blogspot.com/2011/08/syarat-terbentuknya-negara.html. diakses pada 12 Februari 2014 pukul 16.30.

Referensi

Dokumen terkait

Isi naskah perjanjian tersebut adalah mengenai hak dan kewajiban masing- masing pihak yang melakukan perjanjian terdapat dalam pasal (4 dan 5) naskah kesepakatan bersama,

Perjanjian waralaba yang dikecualikan adalah perjanjian waralaba yang memiliki kriteria yaitu: memiliki ciri khas usaha, terbukti telah memberikan keuntungan,

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil, Pertama : Akibat hukum dari suatu perjanjian sewa menyewa rumah yang diubah sepihak isi perjanjiannya oleh penyewa dapat menjadi

Dalam KUHPerdata terdapat Pasal-Pasal yang mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan tetapi hanya sedikit. KUHPerdata menjelaskan

Tanpa mengurangi ketentuan dalam Pasal 3 Ayat (4) Perjanjian ini, suatu tindak pidana dapat diekstradisikan, tanpa mempertimbangkan · apakah perbuatan yang

dalam Perjanjian Kontrak Karya mengenai adanya divestasi saham 15 untuk pemerintah Indonesia secara bertahap inilah yang tidak berjalan semestinya, dimana perusahaan

Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan dan menganalisis permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini yaitu untuk mengetahui bagaimanakah bentuk perjanjian kerjasama,

“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: