ABSTRAK
TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA
TAHUN 1946-1947
Oleh : Dwi Ika Sari
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak dapat diterima oleh Belanda dikarenakan setelah menyerahnya Jepang kepada Sekutu, Belanda menganggap Indonesia adalah negara jajahannya, sehingga menimbulkan konflik diantara Indonesia dan Belanda. Kedua belah pihak berupaya menyelesaiakan konflik melalui jalur diplomasi, berupa Perundingan Linggarjati yang berlangsung 11-15 November 1946. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana implemetasi pengakuan de facto wilayah RI atas Jawa, Madura dan Sumatra? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui implemetasi pengakuan de facto wilayah RI atas Jawa, Madura dan Sumatra. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kepustakaan dan teknik dokumentasi yang terdapat dalam Perpustakaan Universitas Lampung, Perpustakaan Daerah Lampung. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang berdasarkan pada hubungan sebab-akibat, sehingga diperoleh suatu analisis yang berpola sinkronis yang melihat suatu peristiwa berdasarkan keterkaitan hubungan aspek dengan aspek lainnya di dalam suatu kerangka sistem yang berdasarkan hubungan yang bersifat logis.
TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN
LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA
TAHUN 1946-1947
(Skripsi)
Oleh DWI IKA SARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dwi Ika Sari yang dilahirkan di Teluk Betung Bandar Lampung, pada tanggal 10 Desember 1991. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, yang dibesarkan oleh ayah bernama Satiman dan ibu bernama Masitoh.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah bersekolah di SD Negeri 2 Kupang Teba Bandar Lampung pada tahun 1997 dan tamat pada tahun 2003. Melanjutkan di SMP Negeri 16 Bandar Lampung pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2006. Melanjutkan ke SMK Negeri 4 Bandar Lampung masuk pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009. Setelah lulus dari SMK kemudian penulis melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung (UNILA) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Nabung Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur, serta melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri Bumi Nabung Udik.
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil.
Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.
PERSEMBAHAN
Teriring do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya kecilku ini sebagai rasa sayang dan terimakasihku kepada:
1. Orang tuaku yang telah menerima, mendidik dan menyayangiku. Bapak Satiman dan Ibu Masitoh yang senantiasa berdo’a dan berjuang tak kenal lelah demi
keberhasilanku.
2. Kakakku Eko Sunjaya dan adikku Anggi Tri Fela yang telah memberikan dukungan kepadaku serta keluarga besarku.
3. Para pendidikku, dosen dan guru-guru yang telah memberikan ilmu kepadaku.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA TAHUN 1946-1947”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang senantiasa dinantikan syafaatnya di yaumil akhir kelak.
Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dilakukan dalam menyelesaikan studi. Dalam proses pembuatan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr.Thoha B.S. Jaya, M.S., Pembantu Dekan I FKIP Universitas
Lampung.
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., Pembantu Dekan II FKIP Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan juga sebagai Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan penyelesaian skripsi.
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan penyelesaian skripsi.
7. Bapak Muhammad Basri, S.Pd.,M.Pd., Pembimbing Akademik, serta sebagai Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan penyelesaian skripsi.
8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah: Dr. R.M.Sinaga, M.Hum., Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum., Drs. Wakidi, M.Hum., Drs. Ali Imron, M.Hum., Drs. Tontowi, M.Si., Drs. Syaiful M, M.Si., Suparman Arif, S.Pd.,M.Pd. yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.
9. Orang tua, kakak dan adik penulis yang tidak henti-hentinya berdoa serta memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam menempuh pendidikan termasuk dalam proses penyusunan skripsi.
10. Sahabat-sahabat penulis Karsini, Fadhlia Saufa Azima, Siti Marfuatun, Irwan Yudianto, Yuni Istiani, Nur Maimunah, Ferdiana Haryani, , Khatmi Fadilla, dan Iren Syahriyanti serta teman-teman angkatan 2009 yang tidak bisa dituliskan namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik moril maupun materil kepada penulis.
11. Seluruh mahasiswa Program Studi Sejarah, serta teman-teman KKN dan PPL Desa Bumi Nabung Udik Kecamatan Sukadana Lampung Timur yang selalu memberikan arahan dan dukungan kepada penulis.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Januari 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Analisis Masalah... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka ... 9
C.Teknik Pengumpulan Data ... ... 22
1. Teknik Kepustakaan ... ... 23
2. Teknik Dokumentasi... ... 23
D.Teknik Analiss Data ... ... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.HASIL 1. Gambaran Umum Perundingan Linggarjati antara Indonesia dan Belanda ... 27
1.1.Pembicaraan Pendahuluan ... 27
1.2.Gedung Perundingan Linggarjati ... 29
xii
2. Implementasi Perjanjian Linggarjati ... 35 2.1. Usaha-usaha Implementasi Pengakuan Kedaulatan RI
Atas Jawa, Madura dan Sumatra (Pasal 1)... 35 2.1.1. Usaha Implementasi pihak Belanda ... 38 2.1.2. Usaha Implementasi pihak Indonesia ... 40
B.PEMBAHASAN
Usaha-usaha Implementasi Pengakuan Kedaulatan Wilayah RI Atas Jawa, Madura Dan Sumatra (Pasal 1) ... 45
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... ... 50 B. Saran ... ... 51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari
tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. “Bahwa
sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
peri-kemanusiaan dan peri-keadilan” (MPR RI, 2012: 2).
Kemerdekaan harus dimiliki dan diperjuangkan oleh setiap bangsa untuk
memperoleh kedaulatan, seperti halnya Indonesia. Perjuangan rakyat Indonesia
yang tidak mengenal kata menyerah dalam melawan segala bentuk penjajahan dan
penindasan yang telah menimbulkan kekacauan serta banyak memakan korban
jiwa di berbagai daerah di Indonesia, akhirnya mampu menghantarkan Indonesia
dalam meraih kemerdekaan. “Pada pukul 10.00 (waktu Tokyo), Jumat, 17
Agustus 1945, upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diselenggarakan di
depan rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56” ( Rusdhy Hoesein,
2010: 82).
Indonesia yang muncul sebagai negara baru, harus memenuhi syarat berdirinya
suatu negara yang meliputi adanya wilayah, adanya rakyat, adanya pemerintah
2
Indonesia belum sepenuhnya mendapatkan pengakuan dari negara lain terutama
Belanda. Karena Belanda terus berupaya untuk menduduki kembali wilayah RI
dengan membonceng Sekutu. Pasukan Sekutu baru mendarat di Indonesia setelah
penandatanganan penyerahan Jepang kepada Sekutu.
Pada tanggal 29 September 1945 pada jam 10.00 Letnan Jendral Sir Philip Christison Panglima Besar AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) mendarat di Jakarta. Panglima ini membawa tiga Divisi, terdiri dari serdadu-serdadu India, satu Divisi (23rd Indian Division) ditempatkan di daerah Jakarta, satu Divisi (5th Indian Division) ditempatkan di daerah Surabaya dan satu lagi (26th Indian Division) ditempatkan di Medan dan Padang untuk daerah Sumatra (G.A.Warmansjah, dkk, 1991: 103).
Pasukan Sekutu yang bertugas untuk menangani Indonesia bernama Allied Forces
Netherland East Indies (AFNEI) di bawah pimpinan Letjen Philip Christison.
Dalam buku karangan Drs.G.Moedjanto,M.A. menerangkan bahwa tugas AFNEI
di Indonesia adalah sebagai berikut :
Menerima penyerahan tentara Jepang tanpa syarat, melucuti dan mengembalikannya ke tanah airnya.
Membebaskan APWI (Allied Prisoners and War Interness), tugas ini disebut RAPWI (Recovery of Allied Prisoners and War Interness).
Menjaga keamanan dan ketertiban sehingga memungkinkan pemerintah sipil berfungsi kembali.
Mencari keterangan dan mengadili para penjahat perang (G.Moedjanto,1988: 97).
Kecurigaan rakyat Indonesia terhadap Belanda yang ingin menduduki kembali
Indonesia semakin memuncak karena Belanda berani melakukan perbuatan yang
merendahkan pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia, yang mengakibatkan
kekacauan bahkan pertempuran. Melihat banyaknya korban yang gugur dalam
pertempuran antara pihak Indonesia, Inggris maupun Belanda, maka Inggris ingin
pertempuran, dan mengusahakan pertemuan pihak RI dan Belanda dalam sebuah
perundingan untuk menyelesaikan masalah mereka secara damai.
Perundingan awal antara Indonesia dan Belanda di Hooge Valuwe tidak membawa hasil yang baik bagi Indonesia. Delegasi RI mengadakan pertemuan 4 kali dengan delegasi Belanda pimpinan PM Schermerhorn antara tgl.14-24 April. Tetapi perundingan itu berakhir dengan kegagalan, karena Belanda hanya mau memenuhi tuntutan RI berupa pengakuan kekuasaan secara de facto RI atas Jawa dan Madura, tetapi tidak untuk Sumatera. Kegagalan itu nampaknya disengaja oleh Belanda, karena menanti perkembangan sampai sesudah pemilihan umum bulan Mei 1946 (G. Moedjanto, M.A., 1988 : 166).
Kegagalan perundingan Hooge Valuwe tidak mematikan langkah pemerintah
Inggris untuk terus berupaya menyelesaikan masalah RI dan Belanda dalam
sebuah perundingan. Oleh karena itu, pemerintah Inggris segera mengutus Lord
Killearn ke Indonesia untuk menggantikan Sir Archibald Clark Kerr untuk
menjadi penengah dalam perundingan.
Sejak tanggal 11-15 November 1946 telah dilaksanakan perundingan yang
dihadiri oleh delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sutan Syahrir dan delegasi
Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn. Perundingan yang dipimpin oleh
diplomat Inggris bernama Lord Killearn ini memuat 17 pasal dan diberi nama
Naskah Persetujuan Linggarjati. Meskipun Naskah Persetujuan Linggarjati telah
diparaf oleh kedua delegasi namun keputusan tertinggi tetap berada pada
4
Kedua delegasi kembali ke negaranya untuk membahas dan mengulas kembali
hasil perundingan yang telah diparaf. Persetujuan Linggarjati tersebut
menimbulkan pro dan kontra tidak hanya di pihak Indonesia tetapi juga di pihak
Belanda. Di Indonesia, pihak yang mendukung perundingan tersebut beranggapan
bahwa cara damai merupakan jalan terbaik dan sesuai dengan suasana politik yang
sedang terjadi di Indonesia. Namun, tidak halnya dengan pihak oposisi Indonesia
yang menganggap Perundingan Linggarjati sebagai sebuah kekalahan.
Pihak Belanda juga merasa tidak puas terhadap pasal-pasal yang terdapat dalam
Naskah Pesetujuan Linggarjati, terutama kaum kapitalis yang pernah kaya-raya
karena usahanya di bumi Indonesia dan menganganggap Persetujuan Linggarjati
merupakan sesuatu yang merugikan. Sehingga Belanda ingin kembali berkuasa di
Indonesia. Setelah di masing-masing pihak mampu membendung pro dan kontra
di negaranya masing-masing akhirnya Naskah Persetujuan Linggarjati itu
disepakati kedua belah pihak dan syah ditandatangani pada tanggal 25 Maret
1947.
Hasil Pokok Perjanjian Linggarjati antara lain meliputi:
1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi: Sumatra, Jawa, dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949.
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia.
Setelah penandatanganan Perjanjian Linggarjati, pasukan militer kedua belah
pihak saling menghentikkan tembak-menembak dan menarik mundur pasukan
militernya. Namum implementasi dari Naskah Persetujuan Linggarjati tidak
semua berjalan sesuai dengan keadaan yang diharapkan, hal ini dikarenakan
adanya pelanggaran-pelanggaran yang terus dilakukan Belanda untuk
menggagalkan Perjanjian Linggarjati.
Tindakan-tindakan yang dilancarkan Belanda jelas telah mengingkari Perjanjian
Linggarjati. Sehingga timbul sikap saling mencurigai akan kesungguhan
masing-masing pihak melaksanakan perjanjian tersebut.
Keadaan semakin kacau ketika Belanda memutuskan tidak terikat lagi terhadap
Perjanjian Linggarjati dengan melakukan Agresi Militer Belanda I pada tanggal
21 Juli 1947. Aksi tersebut jelas melanggar perjanjian yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak dan merupakan salah satu bentuk kegagalan terhadap
implementasi perjanjian linggarjati.
B. Analisis Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan oleh penulis di atas, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Implementasi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa,
Madura dan Sumatra.
2. Implementasi Pembentukkan Negara Indonesia Serikat.
6
2. Pembatasan Masalah
Masalah yang akan diangkat pada penelitian ini dibatasi pada :
“Implementasi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa,
Madura dan Sumatra”
3. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :
Apa saja usaha-usaha untuk mengimplementasikan pengakuan de facto Belanda
terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
“Apa saja usaha-usaha untuk mengimplementasikan pengakuan de facto Belanda
terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra”
D. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian tentunya akan dapat memeberiikan berbagai manfaat bagi semua
orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun
1. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi setiap
pembaca dalam peningkatan pemahaman mengenai Implementasi Perjanjian
Linggarjati antara Indonesia dan Belanda yang meliputi pengakuan de facto
Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra.
2. Menambah wawasan penulis khususnya dalam bidang kesejarahan yakni
mengenai Implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda
yang meliputi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa,
Madura dan Sumatra.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam sebuah penelitian, maka penulis berikan
batasan ruang lingkup yang akan mempermudah pembaca memahami isi karya
tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah :
3.1. Objek Penelitian : Implementasin Isi Perjanjian Linggarjati
3.2. Subjek Penelitian : Indonesia dan Belanda Tahun 1946-1947.
3.3. Tempat Penelitian : Perpustakaan Universitas Lampung
Perpustakaan Daerah Lampung
3.4. Waktu Penelitian : 2013
8
REFERENSI
MPR RI. 2012. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Jakarta: Sekjen MPR RI. Halaman 2.
Rushdy Hoesin. 2010. Terobosan Soekarno Dalam Perundingan Linggarjati.
Jakarta : Buku Kompas. Halaman 82.
G.A.Warmansjah, dkk. 1991. Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 DKI Jakarta. Jakarta : Proyek IDSN Halaman 103.
G.Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke-20 I. Yogyakarta : Kanisius. Halaman 97
Ibid. Halaman 166.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Tinjauan Historis
Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan
historis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta,
Tinjauan berasal dari kata tinjau yang artinya melihat-melihat, menengok,
memeriksa dan meneliti. Sedangkan tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan,
pendapat, (sesudah menyelidiki, memperlajari, dsb). Dan “kata Historis berasal
dari bahasa Yunani ‘Istoria’ yang berarti ilmu yang biasanya diperuntukkan bagi
penelaahan mengenai gejala-gejala terutama hal-ihwal manusia secara kronologis”
(H.Rustam E Tamburaka, 1999: 2).
Pada perkembangan selanjutnya kata istoria juga diadopsi oleh bahasa Inggris
dengan perubahan fonem menjadi history atau histori yang dipergunakan sebagai
istilah untuk menyebut cerita tentang peristiwa dan kejadian yang dialami
manusia pada masa lampau. Selain itu juga dalam bahasa Indonesia kata histori
10
Roeslan Abdulgani berpendapat :
Sejarah ialah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau, beserta kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan (Hugiono dan P.K.Poerwantana, 1987: 4).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sejarah
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
masa lampau yang dialami manusia dan disusun secara sistematis sehingga
hasilnya dijadikan sebagai pedoman hidup untuk masa sekarang dan masa yang
akan datang.
Dengan demikian tinjauan historis dapat diartikan sebagai suatu bentuk
penyelidikan atau penelitian terhadap gejala peristiwa masa lalu, baik manusia
individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis secara ilmiah,
kritis dan sistesmatis meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah
berlalu itu (kronologis) dengan penjelasan yang mendukung serta memberi
pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut.
2. Konsep Implementasi
Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti
mengimplementasikan, yang dapat diartikan sebagai sebuah penerapan dari suatu
rencana. Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya implementation and public
Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan-keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya (Gunawan Haruna, 2012: 1).
Pengertian implementasi selain menurut Mazmanian dan Paul Sabatier di atas
dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn bahwa : “Implementasi adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat
atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Van
Meter dan Van Horn dalam Wahab, 2001:65).
Jadi Implementasi Naskah Persetujuan adalah pelaksanaan atau penerapan
kebijakan dalam bentuk suatu naskah (teks) yang merupakan hasil dari sebuah
perundingan yang dilaksanakan oleh beberapa pihak seperti Indonesia dan
Belanda.
3. Konsep Naskah
Perundingan antara Indonesia dan Belanda menghasilkan sebuah teks yang
berisikan 17 pasal dan 1 pasal penutup yang diberi nama Naskah Persetujuan
Linggarjati. Menurut arti kata, naskah merupakan karangan yang ditulis dengan
tangan. Pernyataan ini senada dengan pendapat bahwa “naskah adalah karangan
tulis tangan baik yang asli maupun salinannya” (Poerwadarminta dalam Eny
12
Pada saat proses penandatanganan (ratifikasi) muncul 2 versi Naskah Persetujuan
Linggarjati yaitu Naskah Persetujuan Linggarjati yang asli, atau yang sesuai
dengan Naskah yang telah diparaf oleh kedua delegasi pada tanggal 15 November
1946 dan Naskah Persetujuan Linggarjati yang telah diberi tafsiran atau diberi
baju. Belanda hanya mau menandatangani Naskah Persetujuan Linggarjati yang
telah diberi tafsiran dan penjelasan dari Komisi Jendreal dan Menteri seberang
laut Jonkman pada tanggal 10 dan 19 Desember 1946 yang tidak dapat diterima
oleh pihak Indonesia. Sehingga Belanda meminta Indonesia untuk memberikan
tafsirannya terhadap Naskah Persetujuan Linggarjati.
Pemberian penafsiran terhadap Naskah Persetujuan Linggarjati dianggap
Indonesia memperpanjang upaya penyelesaian masalah, sehingga Indonesia tetap
berpegang pada Naskah Persetujuan Linggarjati yang telah diparaf oleh kedua
delegasi pada tangggal 15 November 1946.
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa naskah persetujuan Linggarjati
adalah teks atau dokumen tertulis hasil perundingan antara Indonesia dan Belanda
yang berlangsung di Linggarjati.
4. Konsep Perjanjian
Perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati menghasilkan sebuah
Naskah Persetujuan Linggarjati yang kemudian diratifikasi oleh masing-masing
parlemen dari kedua negara pada tanggal 25 Maret 1947. “Setiap persetujuan
perjanjian (treaty) yang mengingat setiap negara yang menanda-tanganinya”
(Joesoef Soe’yb, 1987:33).
Pada pasal 1313 KUHP merumuskan pengertian perjanjian, adalah : suatu perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Namun para ahli hukum mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian perjanjian, Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan (Owie, 2010: 1).
Suatu perjanjian dapat berakhir dikarenakan beberapa hal, di bawah ini merupakan
sebab-sebab punahnya atau berakhirnya suatu perjanjian:
a. Karena telah tercapainya tujuan dari perjanjian b. Karena habis berlakunya waktu perjanjian itu
c. Karena punahnya salah satu pihak peserta perjanjian atau punahya objek perjanjian itu.
d. Karena adanya persetujuan dari peserta-peserta untuk mengakhiri perjanjian itu
e. Karena diadakannya perjanjian antara para peserta kemudian yang meniadakan perjanjian yang terdahulu
f. Karena dipenuhinya syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai dengan ketentuan-ketentuan perjanjian itu sendiri
g. Diakhirinya perjanjian secara sepihak oleh salah satu peserta dan diterimanya pengakhiran itu oleh pihak lain (Aprianie Pujie, 2012:1).
Jadi perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih untuk
melaksanakan sesuatu hal atau tujuan.
Perjanjian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Perjanjian Linggarjati antara
Indonesia dan Belanda yang dipimpin oleh diplomat Inggris. Perjanjian
Linggarjati yang berisikan 17 pasal dan 1 pasal penutup ditandatangani pada
14
5. Konsep Pengakuan
Pengakuan merupakan pernyataan dari suatu negara yang mengakui negara
tersebut besedia berhubungan dengan pemerintah yang baru. Berdasarkan teori
deklaratif : pengakuan hanyalah merupakan penerimaan suatu negara baru oleh
negara-negara lainnya. (D.P.O’Connel, Pasal 3 Konvensi Montevideo). Dengan
adanya pengakuan dari negara lain, memberikan temapat yang sepantasnya
kepada suatu negara atau pemerintah baru sebagai angggota masyarakat
internasional.
Pengakuan merupakan suatu langkah awal bagi Republik Indonesia sebagai suatu
negara baru untuk dapat mengadakan hubungan dalam berbagai bidang dengan
negara-negara lainnya, baik politik, ekonomi, sosial budaya dan sebagainya.
Pengakuan dari negara lain bukan merupakan unsur pembentuk negara, namun
hanya sebagai unsur deklaratif yang sifatnya hanya menerangkan saja tentang
adanya negara.
Pengakuan menurut bentuknya
PENGAKUAN DE JURE, adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah suatu negara kepada negara lain karena menurut negara yang mengakui, negara yang diakui secara formal telah memenuhi syarat dalam hukum internasional. Pengakuan de jure biasanya diawali dengan pengakuan de facto dan sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali.
PENGAKUAN KUASI, adalah pengakuan suatu negara terhadap negara lain yang terwujud di dalam praktik hubungan, namun di dalam pernyataan mengingkari akan adanya pengakuan. Misal : sampai tahun 1979 AS belum mengakui rezim Beijing karena sengketa dengan Formusa, tetapi diantaranya telah terjalin hubungan diplomatik. Pengakuan bersyarat. Pengakuan prematur (Jalrahman Djawas, 2012: 1).
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang penulis coba kembangkan dalam penelitian ini adalah
mengenai implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda
tahun 1946-1947. Salah satu pasal berbunyi tentang pengakuan de facto Belanda
terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra, seperti yang tercantum
dalam Naskah Perjanjian Linggarjati, pasal 1. Perjanjian Linggarjati merupakan
hasil dari sebuah perundingan antara Indonesia dan Belanda yang bertujuan untuk
menyelesesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda.
Implementasi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa,
Madura dan Sumatra dapat dilihat dari usaha-usaha yang dilakukan oleh
pemerintah masing-masing negara, dalam hal ini antara Indonesia dan Belanda.
Upaya yang dilakukan masing-masing negara dalam mengimplementasikan isi
Perjanjian Linggarjati terutama mengenai pengakuan de facto Belanda terhadap
wilayah RI atas Jawa, Madura dan Sumatra dijalani dengan cara yang berbeda
antara masing-masing negara, namun keduanya mengawali dengan melakukan
penghentian tembak menembak dan pengurangan jumlah tentara di
16
terus menjalin kerjasama dengan negara-negara lain untuk memperoleh
pengakuan kedaulatan.
C.Paradigma
: Garis Aktivitas
Implementasi pengakuan kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra
(Pasal 1)
Pihak Indonesia Pihak Belanda
REFERENSI
Rustam E. Tamburaka 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filasat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman : 2.
Hugiono dan P.K.Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara. Halaman 4.
Gunawan Haruna. id.scribd.com/doc/101109464/Rimaru-web-Id-Pengertian-Implementasi-Menurut-Beberapa-Ahli diakses pada 25/05/2013 pukul 19.00 WIB.
Kusuma Damayanti. www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-naskah-menurut-para-ahli.html. diakses pada 25/05/2013 pukul 12.35 WIB.
Joesoef Sou’yb. 1987.Hubungan Antar Bangsa.Medan: Rimbow.
18
III. METODE PENELITIAN
A. Metode yang Digunakan
Keberhasilan suatu penelitian banyak dipengaruhi oleh pemakaian metode, maka
dari itu seorang peneliti harus dapat memilih metode yang tepat dan sesuai.
“Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja
untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang besangkutan”
(Husin Sayuti, 1989 : 32). Maka dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara
atau sarana yang harus digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang jelas
terhadap suatu obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis
(sejarah), dengan berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta dan
peristiwa yang sebenarnya mengenai implementasi isi Perjanjian Linggarjati
antara Indonesia dan Belanda tahun 1946-1947. Metode sejarah bertujuan
memastikan dan mengatakan kembali fakta masa lampau. Adapun langkah yang
dipakai dalam penelitian ini adalah langkah-langkah penelitian historis. Oleh
karena itu perlu penulis kemukakan beberapa definisi tentang metode historis.
Metode histories menurut Abdurrahman Suryomiharjo adalah “Suatu proses yang
telah dilaksanakan oleh sejarawan dalam usaha mencari, mengumpulkan, menguji,
memilih, memisah, dan menyajikan fakta sejarah serta tafsirannya dalam
susunannya yang teratur” (Abdurrahman Suryomiharjo, 1979 : 133).
Berbeda dengan pernyataan di atas, Nugroho Notosusanto mempunyai pendapat
bahwa metode sejarah adalah “Sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis
yang digunakan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam mengumpulkan
bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu
sintesse daripada hasil-hasilnya (biasanya dalam bentuk tertulis)” (Nugroho
Notosusanto, 1984 : 10-11).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode historis adalah suatu cara di
dalam proses pengujian dan analisis data mengenai fakta yang benar terjadi dalam
sebuah penelitian masa lalu untuk kemudian dijadikan bahan sejarah yang tertulis.
Adapun langkah-langkah dalam penulisan historis yaitu :
Heuristik : Kegiatan menghimpun jejak masa lampau
Kritik : Penyelidikan tentang kesejatian jejak, baik bentuk maupun isinya
Interpretasi :Menetapkan makna yang saling berhubungan dan fakta-fakta yang diperoleh
Historiografi : Menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk kisah
20
Dalam penulisan sejarah, cara kerja bertumpu kepada empat kegiatan pokok,
seperti:
1. Heuristik
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah mengumpulkan sumber
data-data sejarah. Dalam rangka mengadakan penelitian tentang suatu
masalah, hendaklah mencari atau mengumpulkan sumber-sumber yang
berkaitan dengan masalah tersebut. Dari sumber yang telah ada maka
terdapat perbedaan pada masing-masing sumber. Langkah selanjutnya
dibantu dengan teknik pengumpulan data yaitu teknik perpustakaan dan
dokumentasi. Perpustakaan atau tempat-tempat lain seperti toko buku dan
koleksi milik pribadi.
2. Kritik
Suatu sumber sejarah haruslah original atau asli, sehingga diperlukan
adanya kritik sumber untuk mengetahui tingkat kevalidan sumber, baik
dari sisi luar maupun dari sisi dalam. Pendapat ini seperti yang dikemukan
oleh Sidi Gizalda, yaitu:
Kritik luar berusaha memastikan kesejatian hubungan antara bahan-bahan itu, dari siapa, dan untuk apa dibuat. Apakah bahan-bahan tersebut mengeni dokumen, diteliti pula apakah itu asli atau turunan. Kritik dalam berusaha memastikan peristiwa yang dinyatakan dalam bahan. Apakah hubungannya, misalnya antara dokumen dan fakta atau peristiwa yang diterangkan dapat memeberii keterangan dokumen yang ada (Gazalda, 1981; 115).
Dalam tahap ini dilakukan suatu pengujian terhadap literatur, kemudian
yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya serta dapat
digunakan dalam penulisan ini. Oleh karena itu sumber-sumber yang
digunakan dalam penulisan adalah literatur yang berkaitan dengan
Perjanjian Linggarjati yang menjadi obyek penelitian ini.
3. Interpretasi
Interpretasi maksudnya adalah menafsirkan data-data yang telah lolos dari
kritik sumber kedalam bentuk konsep generalisasi sejarah yang logis dan
mudah dipahami.
4. Historiografi
Tahap terakhir dalam metode historis adalah historiografi. Ketika
sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan seluruh daya
pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan
dan catatan-catatan, tetapi yang terutama adalah penggunaan
pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena pada akhirnya ia harus menghasilkan
suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam
suatu penulisan utuh dan sistematis sebagai sebuah hasil laporan
22
B. Variabel Penelitian
Menurut Mohammad Nasir, “variabel adalah konsep yang memiliki berbagai
macam nilai” (Mohammad Nasir, 1983 : 149). Menurut Sumardi Suryabrata yang
dimaksud dengan “variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek
pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang diteliti” (Sumardi Suryabrata, 2000; 72).
Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan
bahwasannya variable diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan dalam penelitian dan disamping itu variabel penelitian sering juga
dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala
yang akan diteliti.
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan Variabel Tunggal, dengan
fokus penelitian pada implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan
Belanda.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian memerlukan data karena itu dilakukanlah kegiatan pengumpulan
data untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian yang akan
diteliti. Adapun dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
1. Teknik Kepustakaan
Tentang teknik kepustakaan, Koentjaningrat berpendapat sebagai berikut “Teknik
kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan
bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan misalnya koran,
majalah-majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen dan sebagainya
yang relevan dengan penelitian” (Koentjaraningrat, 1983 : 81).
Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwasannya dengan teknik
kepustakaan, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah buku-buku untuk
memperoleh data-data dan informasi berupa teori-teori atau argument-argument
yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan masalah-masalah yang
akan diteliti berupa implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan
Belanda tahun 1946-1947.
2. Teknik Dokumentasi
“Teknik dokumentasi adalah suatu teknik mencari data-data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, buku, transkrip, surat kabar, majalah, notulen,
legger, agenda dan sebagainya” (Suharsini Arikunto, 1986 : 188). Sedangkan
Hadari Nawawi menyatakan bahwa “Teknik dokumentasi merupakan caa
mengumpulkan data peninggalan-peninggalan tertulis yang berupa arsip-arsip dan
juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian” (Hadari Nawawi, 1993 : 133).
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data masa
24
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
histories. Data-datanya berasal dari sumber-sumber informasi berupa buku-buku
referensi, majalah dan foto-foto yang berhubungan dengan masalah yang akan
dibahas oleh peneliti, yang dalam hal ini yaitu implementasi isi Perjanjian
Linggarjati antara Indonesia dan Belanda.
D. Teknik Analisis Data
Setelah data penelitian diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data
dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam menjawab permasalahan
penelitian yang telah diajukan. Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
maka data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan
demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif. Menurut Hadari Nawawi, “Analisis data kualitatif
merupakan bentuk penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa
datanya dinyatakan dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya”
(Hadari Nawawi, 1993 : 174).
Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik analisis data kualitatif adalah teknik analisis
data yang penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, berupa peristiwa
yang tersedia melalui laporan dan juga karangan atau opini sejarawan yang
kemudian diteliti untuk menyelesaikan permasalahan penelitian.
Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan hal yang sangat penting karena
data yang sudah diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah dianalisis. Pada
Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan dalam proses
analisis data kualitatif menurut Mohammad Ali meliputi :
1. Penyusunan Data
Penyusunan data ini digunakan untuk mempermudah dalam penelitian, hal
ini menyangkut apakah data yang dibutuhkan telah memadai atau tidak perlu
melakukan seleksi.
2. Klasifikasi Data
Klasifikasi data merupakan usaha penggolongan data berdasarkan kategori
tertentu yang dibuat oleh peneliti.
3. Pengolahan Data
Data-data yang telah diseleksi kemudian diolah dengan menggunakan analisi
data kualitatif, dengan tujuan adalah untuk menyederhanakan data tersebut
dan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat dipergunakan dalam
penelitian atau tidak.
4. Penyimpulan Data
Setelah dilakukan pengolahan data, maka untuk mengetahui langkah
selanjutnya adalah menarik kesmpulan untuk kemudian disajikan dalam
26
REFERENSI
Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta : Fajar agung. halaman 21-22.
Winarno Surakhmad. 1982. Ilmiah Dasar, Metode Pengantar Penelitian dan Teknik. Bandung : Tarsito. Halaman 132.
Nugroho Notosusanto. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta : Yayasan Penerbit UI. halaman 10-11.
Ibid. Halaman 36.
Sidi Gazalda. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakata : Bhatara Karya Aksara.Halaman 115.
Mohammad Nasir. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, halaman 149.
Sumardi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : RajaGrafindo Persada. halaman 72.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta : Gramedia. halaman 81.
Hadari Nawawi. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta :Indayu Press, halaman 133.
Ibid.Halaman 174.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan pada hasil dan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwasannya agar Implementasi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan
Belanda dapat berjalan dengan baik, terutama mengenai pengakuann de facto
Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra, maka perlu
adanya upaya dari kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang telah
dibuat bersama.
1. Upaya pihak Belanda
Upaya yang dilakukan Belanda setalah ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati
antara Indonesia dan Belanda adalah dengan menghentikan aksi
tembak-menembak yang sebelumnya marak terjadi di wilayah RI yang tentunya
menimbulkan keresahan dan kekacauan. Sebelum berlangsungnya perundingan,
pihak Indonesia dan Belanda juga telah menyetujui perjanjian gencatan senjata
51
2. Pihak Indonesia
Perjanjian Linggarjati merupakan jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan
pengakuan dari dunia internasional. Sehingga Indonesia sangat antusias dalam
upaya implementasi terhadap isi perjanjian linggarjati terutama yang membahas
mengenai pengakuan kedaulatan RI. Selain menginstruksikan pasukan militer
untuk menghentikan aksi tembak menembak, para pejuang Indonesia terus
berupaya untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara lain hingga
diperolehnya pengakuan de facto RI.
B. SARAN
Gambaran mengenai upaya implementasi terhadap pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra menunjukkan kepada kita
bahwa perjuangan adalah awal dari kemenangan. Seseorang yang berjuang tak
pernah diam, karena perjuangan adalah pergerakan. Untuk kepentingan penelitian,
maka penulis menyarankan agar lebih selektif dalam memilih sumber referensi
Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur, dan Strategi. Angkas. 156 Halaman.
Bandoro, Bantarto.dkk. 1995. Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia.
Jakarta: Center for Strategic and International Studies (CSIS). 1223 Halaman.
Gizalda, Sidi. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara Karya Aksara. 115 Halaman.
Hoesin, Rushdy. 2010. Terobosan Soekarno Dalam Perundingan Linggarjati.
Jakarta: Buku Kompas. 318 halaman
Hugiono dan P.K.Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara.
Ibrahim, Muhammad dkk. 1991. Sejarah Daerah Provinsi DI Aceh. Jakarta: CV Tumaritis. 277 Halaman.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia.215 Halaman.
Lapian, A.B & P.J.Drooglever. 1992. Menelusuri Jalur Linggarjati. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 318 Halaman
Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke-20 I. Yogyakarta: Kanisius. 201 halaman.
MPR RI. 2012. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Jakarta: Sekjen MPR RI. Halaman.
Nasir, Mohammad. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. 344 halaman
Nawawi, Hadari. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Indayu Press.
Notosusanto, Nugroho. 1986.Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.
O’Hare, Martin dan Anthony Ferd. 1995. Australia dan Perjuangan Kemerdekaan
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pusaka. 98 Halaman.
Roem, Mohamad.1977.Bunga Rampai.Jakarta:Bulan Bintang. 303 halaman.
Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.
Sou’yb, Joesoef. 1987.Hubungan Antar Bangsa.Medan: Rimbow. 389 halaman
Surakhmad, Winarno. 1982. Ilmiah Dasar, Metode Pengantar Penelitian dan
Teknik. Bandung : Tarsito.
Suryabrata, Sumardi. 2000.Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filasat Sejarah,
Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta.
Thoyeb, M.T dkk. 2004. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke
Masa.Jakarta: PT. Upakara Sentosa Sejahtera. 566 halaman
.Warmansjah, G.A., dkk. 1991. Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 DKI
Jakarta. Jakarta : Proyek IDSN
Sumber lain:
Binhakim. http://binhakim.blogspot.com/2011/07/kronologi-singkat-sejarah-indonesia.html. diakses pada 26/05/2013 pukul 14.00 WIB.
Damayanti, Kusuma. www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-naskah-menurut-para-ahli.html. diakses pada 25/05/2013 pukul 12.35 WIB.
Djawas, Jalrahman. http://jalrahmandj.blogspot.com/2012/06/hukum-internasional-pengakuan-negara.html, diakses pada 12 Februari 2014 pukul 15.00.
Kaaro, Andita. Refreshingblog.blogspot.com/2011/08/syarat-terbentuknya-negara.html. diakses pada 12 Februari 2014 pukul 16.30.