ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF CHARACTER WORKSHEET SCIENTIFIC APPROACH BASED OF NATURAL
SCIENCE STUDY AT SEVENTH
GRADE OF JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANDAR LAMPUNG.
By Ardiyanti
This research is aimed to (1) analyze the potential and condition in natural Scicent workesheetto development, (2) describe the process of natural Scicent development (3) produce natural Scicent scientific worksheet (4) analize the effectiveness, (5) analize efficient (6) the ateractive natural worksheet ussage. This research used reached and deplopment design, which is done at junior high school in Bandar lampung. In collecting data, research used the test and quisionneries. The data was analayzed by
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG
Oleh Ardiyanti
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis potensi dan kondisi untuk
pengembangan LKS IPA, (2) mendeskripsikan proses pengembangan LKS IPA, (3) menghasilkan LKS IPA, (4) menganalisis efektifitas, (5)
menganalisis
efisiensi, dan (6) kemenarikan pengunaan LKS IPA. Penelitian menggunakan desain penelitian dan pengembangan, penelitian dilakukan di SMP Negeri di Bandar Lampung. Pengumpulan data menggunakan tes dan angket, data dianalisis secara deskriptif serta uji-t. Kesimpulan penelitian adalah: (1) SMP Negeri di Bandar Lampung yang menerapkan kurikulum KTSP berpotensi untuk pengembangan LKS, (2) proses pengembangan LKS dilakukan melalui studi teoritik dan empiris, serta divalidasi oleh ahli materi, media, dan desain yang kemudian diuji secara perorangan, kelompok kecil, dan lapangan, (3) dihasilkan LKS IPA sebagai komplemen, (4) efektifitas LKS dengan rata-rata gain 0,81 (5) efisiensi LKS dengan nilai 1,5 (6) LKS menarik untuk digunakan
dengan rata-rata persentase 80%.
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG
Oleh ARDIYANTI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG
Tesis
Oleh ARDIYANTI
PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model proses kontrol pemrosesan informasi ... 2.2 Diagram Kerangka Berpikir ...
3.1 Modifikasi Model Pengembangan Borg and Gall ... 3.2 Diagram Langkah-Langkah Pengembangan LKS IPA
Bermuatan karakter ... 81
3.3 Desain Eksperimen One-Group Pretest -Posttest Design ... 4.1 Tampilan LKS Sebelum Direvisi ...
4.2 Tampilan LKS Setelah Direvisi ... 4.3 Grafik Nilai Pretest dan Postest ... 4.4 Grafik efektifitas uji perorangan 4.5 Grafik aspek karakter siswa ...
4.6 Grafik perbandingan pretes dan pontes ... 4.7 Grafik efektifitas kelompok kecil ... 4.8 Grafik aspek karakter siswa ...
4.9 Grafik nilai pretes dan postes uji lapangan ... 4.10 Grafik efektifitas uji lapangan ...
4.11 Grafik aspek karakter siswa ... 4.12 Grafik efesiensi uji kelompok kecil ... 4.13 Grafik efesiensi uji lapangan ... 4.14 Grafik uji kemenarikan ...
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... ...xi
DAFTAR GAMBAR ... ... xiv
DAFTAR TABEL ... ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 10
1.3 Batasan Masalah ... 11
1.4 Rumusan Masalah ... 12
1.5 Tujuan Penelitian ... 13
1.6 Manfaat Penelitian ... 13
1.6.1 Teoritis ... 13
1.6.2 Praktis ... 14
1.7 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan ... 15
1.7.1 Produk Utama 1.7.2 Produk Pendukung ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran ... 17
2.1.1 Belajar Mandiri ... 25
2.1.2 Teori Pembelaj aran ... 27
2.1.3 Teori Pengembangan Piaget ... 29
2.1.5 Teori Belajar Konstruktivis ... 33
2.1.6 Teori Belajar Behaviorisme 3
2.2 Pendidikan Bermuatan Karakter ... 35
2.2.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 3 8
2.2.2 Penilaian Pendidikan Karakter ... 40
2.3 Karakteristik Pembelajaran IPA di dalam Kurikulum KTSP ... 41
2.3.1 Tujuan Mata Pelajaran IPA ... 42
2.3.2 Teori Komunikasi dalam Pembelajaran ... 45
2.4 Desain Sistem Pembelajaran ... 46
2.5 Lembar Kerja Siswa ... 56
2.5.1 Fungsi, Tujuan dan Kegunaan LKS ... 57
2.5.2 Pengembangan LKS ... 61
2.5.3 Macam-macam bentuk LKS ... 62
2.6 Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran IPA ... 65
2.7 Keterampilan Proses Sains ... 67
2.8 Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ... 71
2.8.1 Pencemaran Udara ... 71
2.8.2 Pencemaran Air ... 72
2.8.3 Pencemaran Tanah ... 73
2.9 Penelitian Relevan ... 73
2.10 Kerangka Berpikir ... 75
2.11 Hipotesis ... 78
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ... 79
3.2 Tempat danWaktu Penelitian ... 80
3.3 Langkah-langkah Pengembangan ... 80
3.3.1 Studi Pendahuluan ... 82
3.3.2 Perencanaan ... 83
3.3.3 Pengembangan Produk Awal ... 83
3.3.4 Uj i Coba Terbatas Kelas ... 84
3.3.5 Revisi ... 85
3.3.6 Uji Lapangan ... 85
3.3.7 Produk Utama ... 87
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional...
3.4.1 Variabel Penelitian ... 3.4.2 Definisi Konseptual ... 3.4.3 Definisi Operasional ... 3.5 Instrumen Penelitian ...
3.5.1 Instrumen untuk Uji Ahli Materi ... 3.5.2 Instrumen untuk Uji Ahli Media ...
3.5.3 Instrumen Uji Perorangan, Uji Kelompok Kecil, dan Uji Lapangan
3.6 Validitas dan Reliabilitas ... 3.6.1 Validitas Instrumen ... 3.6.2 Reliabilitas Instrumen ... 3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 3.8 Teknik Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...
4.1.1 Kondisi dan Potensi untuk Pengembangan LKS
... 105
4.1.2 Proses Pengembangan LKS ...
4.1.3 Efektivitas Penggunaan Panduan Praktikum ... 4.1.4 Efisiensi Penggunaan LKS ...
4.1.5 Kemenarikan LKS Panduan Praktikum ... 4.1.6 Penyempurnaan Produk Utama ...
4.2 Pembahasan
4.2.1 Efektivitas Penggunaan LKS IPA bermuatan karakter ... 13 8
4.2.2 Efisiensi Penggunaan LKS IPA bermuatan karakter ... 141
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan ...
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Observasi Sarana dan Prasarana ... 156
2. Lembar Observasi Hasil Uji Blok Siswa Kelas VII SMP Negeri 8
Bandar Lampung ... 157
3. Analisis Hasil Belajar Siswa Materi Pencemaran Lingkungan di
SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013-2014 ... 158 4. Analisis Aspek Karakter siswa (sikap/afektif) Kelas VII di SMP
Negeri 8 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2013-2014 ... 164 5. Instrumen Uji Penilaian Karakter Siswa Terhadap Pengembangan
LKS IPA ... 170
6. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 172
7. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 173
8. Format LKS Sebelum Dikembangkan ... 174
9. Instrument Uji Ahli Desaign Pembelajaran ... 175 10. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Desain Pembelajaran Pengembangan LKS.. 176
11. Instrumen Uji Ahli Materi ... 177
12. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi Pengembangan LKS ... 178
13. Instrumen Uji Ahli media ... 179
14. Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan Pengembangan LKS ... 180
15. Instrumen Uji kemenarikan ... 181
16. Silabus Pembelajaran ... 183
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 189
18. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 212
19. Soal Pretest dan Posttest ... 215
21. Uji Normalitas ...
22. Data Penelitian Uji Gain
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Rata-rata Uji Blok Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014 ... 8 2.1 Cara Pandang Belajar Menurut Piaget dan Vygotsky ... 23
2.2 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa... 39 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi ... 93
3.2 Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Media ... 94
3.3 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran udara ... 95 3.4 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran Air ... 96
3.5 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran tanah... 97
3.6 Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan ... 98
3.7 Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya ... 102
3.8 Kategori penilaian aspek afektif ... 103
3.9 Nilai Efisiensi Pembelajaran dan Klasifikasinya ... 103
3.10 Persentase dan Klasifikasi Kemenarikan dan Kemudahan Penggunaan
LKS panduan praktikum IPA ... 104
4.1 Hasil Observasi Sarana Dan Prasarana ... 106
4.2 Rata-rata uji blok semester genap tahun pelajaran 2013-2014 ... 109 4.3 Draft Produk Awal Pengembangan Panduan Praktikum LKS Materi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar magister pendidikan pada program studi pascasarjana teknologi pendidikan
Tesis ini terselesaikan dengan bimbingan dukungan, bantuan, dan doa dari orangtua, suami, para sahabat dan berbagai pihak. Pada kesempatan ini , penulis mengfucapkan terimakasih dengan tulus dan penuh hormat kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriandi Mat Akin, M.p., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. sujarwo, M.p., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung.
3. Prof. Dr. Bujang Rahman, M.Si., Selaku Dekan Universitas Lampung. 4. Dr. Riswantini Rini, M.,Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Dr. Herpratiwi, M.,Pd Selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjna Universitas Lampung.
6. Dr. Yulianti M.Pd selaku pembimbing I dalam penyusunan tesis ini 7. Dr. Undang Rosidin, M.Pd selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis
ini.
8. Bapak dan ibu staf administrasi Program Pasca Sarjana Tekonologi Pendidikan Fakultas Kegurun Dn Ilmu Pendidikan Universitas Lampung 9. Dr. adelina hasyim, M.Pd, dr. Sulton Djasmi, M.pd, Median agus pribadi,
S.Pd, M,Pd selaku penguji ahli produk yang dikembangkan dalam tesis ini.
10.Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung, Kepala SMP Negeri 19 Bandar Lampung, Kepala SMP Negeri 22 Bandar Lampung.
12.Teman-teman Pada Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakulktas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung angkatan 2013.
13.Rekan –rekan Mitra bentala yang telah mendukung dan member motifasi. 14.Semua pihak yang tealh medukukung, membantu, dan mendoakan.
Penulis mendoakan srmoga ALLAH SWT membalas budi baik semua belah pihak diats, dan semodga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bandar lampung , desember 2015 Penulis,
MOTO
"Seseorang yang memakai mahkota maka is harus
menaggung beratnya"
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Alloh SWT danjunjungan ku Nabi Muhammad SA W. Karya ini
kupersembahkan untuk :
1. Suami Ku Fredy Agusta, yang selalu mendoakan, menyayangi, memotivasi,
membantu dalam segala hal Berta memberikan
kasih sayang yang teramat
besar yang tak mungkin penulis balas dengan apapun.
2. Ayah dan Ibu ku yang selalu mendoakan, mengasihi, mendukung,
menyemangati, memotivasi, dalam segala hal untuk
keberhasilanku sehingga
aku dapat sukses dan dapat mengapai kebahagian di
dunia dan akhirat kelak.
3. Adik ku Dwi Ramadina dan Agum Muhammad Iqbal yang selalu memberi
semangat dukungan dan keceriannya.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 april 1988, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rahmat Anum dan Ibu Syamsil Nihar Suryati, S. Pd.
Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Al-azhar pada tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD 2 Rawa Laut Bandar Lampung tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 25 Gotong Royong Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) YP Unila Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006.
Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2011. Pada tahun 2013, penulis melanjutkan studi di Progam Pascasarjana Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa
ini
banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitaspelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan
tersebut didasarkan
pada
fenomenasosial
yang
berkembang, yaknimeningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, sepefii perkelahian
massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan
di
kota-kotabesar
tertentu,
gejala tersebuttelah
sampai padataraf
yang
sangatmeresahkan. Oleh karena
itu,
lembaga pendidikan formal sebagai wadahresmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya
dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas
dan kualitas pendidikan karakter.
pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
siswa meliputi kemampuan pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindak
untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pembentukan karakter seperli jujur,
tanggung jawab, berperilaku santun, dan kerja sama perlu dikembangkan agar
2
Pendidikan karakter juga sangat perlu dalam proses belajar mengajar karena
menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
pasal
3,
yang
menyebutkanbahwa
pendidikan nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan membentuk karakter sefta peradaban
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa'
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan
Yang
Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab'
Berdasarkan fungsi dan tujuan nasional
di
atas pendidikan disetiap jenjangsekolah mencagkup semua aspek yang ada dalam
uU
yaitu bukan hanyamengembangkan kemampuan kognitif atau mencerdaskan kehidupan saja
melainkan juga pada pengembangan karakter siswa. Adanya karakter siswa
yang kurang
baik yang
seringditemui
seperti manipulasi data saatmelaksanakan praktikum, tidak peduli terhadap ligkungan, kurangnya rasa
tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, kurangnya rasa hotmat tehadap
guru, dan hal lainnya yang sangat menghambat tercapainya tujuan pendidikan
nasional.
oleh
karenaitu
perlu diterapkannya pendidikan karakter dalamproses pembelajaran. Dengan demikian kegiatan pembelajaran
di
sekolahtidak hanya terbatas pada kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor agar
membentuk siswa yang mempunyai karakter. Siswa juga perlu menggunakan
3
Dari obserrrasi dilapangan sebagian siswa belum meliliki nilai karakter. Hal
tersebut terlihat dari perilaku siswa
di
sekolah yang sangat memprihatinkanseperti kejahatan terhadap teman, pencurian remqa, kebiasaan mencontek,
dan penyalahgunaan obat-obatan, pomoglafi, perampasan, dan perusakan
milik
orang lain. Secara khusus, sikap siswa pada saat proses pembelajaranmenunjukan
nilai
karakter siswa
masih
sangat rendah.Pada
saatpembelajaran, terlihat bahwa rasa ingin tahu siswa masih kurang hal tersebut
terlihat
dari
siswalaki-laki
senang bergurau dan kurang memperhatikanpenjelasan
guru,
serta siswa perempuan mengobrol dengan teman disebelahnya ataupun menulis dan mencoret-coret sesuatu pada kertas. Siswa
kurang disiplin hal
ini
telihat saat masuk jam pelajaran banyak siswa yangmasih bermain di luar kelas. Pada saat mengajukan pertanyaan kepada guru
sikap siswa cendrung kurang sopan, kurang disiplin, kurang percaya diri
untuk mengemukakan pendapatnya. Saat proses pembelajaran berlangsung
dengan mengunakan metode praktikum siswa masih belum mandiri, banyak
siswa masih saling mengandalkan tugas praktikumnya pada teman satu
kelompok. Saat istirahat berlangsung masih terlihat siswa yang kurang peduli
terhadap lingkungan
hal
tersebutterlihat
dari
masih
ada siswa yangmembuang sampah tidak pada tempatnya.
Data yang diperoleh pada observasi awal penilaian karakter siswa dengan
jumlah siswa sebanyak 162. Penilaian karakter
siswa
yangdi
nilai
yaiturelegius,
jujur,
toleransi, kerjasama, disiplin, komunikatif, kreatif, mandiri,4
proses pembelajalan menunjukan 12 siswa dengan
nilai
karakter terlinggimencapai
87.50%
sedangkan4
siswa dengannilai
terendah 60%. Nilaikarakter siswa yang masih tergolong rendah
yaitu
padanilai
karakter,disiplin, kerjasama, disiplin, mandiri, rasa ingin tahu dan peduli lingkungan
Hal
ini
menjadi sangat penting untuk lebihdi
perhatikan karena lembagapendidikan harus mempersiapkan generasi bangsa yang cerdas serta memiliki
nilai
karakter.Nilai
karakter tersebut dapatdi
lakukan melalui prosespembelajaraar- ya}g ada di lembaga pendidikan formal. Sekolah merupakan
salah satu lembaga pendidikan formal. Sekolah hendaknya menjadi tempat
pesefia
didik
dan guru
bekerjaguna
mencapaitujuan
yang
salingmenguntungkan. Untuk itu diperlukan sistem pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan siswa'
Pembelaj aran holistik (holi s t i
c
I e arning)
adalah pendekatan pembelaj aranyang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan
topik-topik
lain
sehingga terbangun kerangka pengetahuan. Pengetahuantersebut akan terbangun dengan
baik
ketika proses pembelajaran yangdilakukan dengan benar'
Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru agar terjadi proses
belajar pada
diri
siswa. Pembelajaran mencakup bagaimafla aara-cara gurudalam mengorganisasikan isi pembelaj aran, menyampaikan isi pembelaj aran,
dan
mengelola pembelajaran. Dilapangan masihterlihat
dalam proses5
perangkat pembelajaran, alat bantu pembelajaran, proses evaluasi masih
belum maksimal.
Depdiknas (2005: 12) menjelaskan bahwa ada empat hal yang terkait dengan
proses pembelajaran,
yaitu
perencanaan, pelaksanaan, penilaian, danpengawasan. Perencanaan pembelalatan merupakan acuan dalam membuat
tar get penc ap aian keberhasilan pembelaj aran. D al am perencanaan dituan gkan
kompetensi yang ingin dicapai kemudian dirancang metode, strategi, bahan
ajar, dan instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
kompetensi tersebut.
Tujuan pembelajaran dapat tercapai
jika
terjadi interaksi yang tepat antaraguru, siswa, dan sumber belajar. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu dengan pemilihan sumber belaiar
yang tepat. Dalam memilih sumber belajar, guru tentu harus menyesuaikan
dengan materi yang akan diajarkan dan metode pembelajaran yang akan
digunakan.
Metode praktikum
adalahsuatu
cara membelajarkan, dimana siswamelakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh
guru.
Metode praktikum yang digunakan dalampembelajaran IPA merupakan salah satu aplikasi Permen No. 41 Thn.2007
6
pembelajaran,
guru
memfasilitasisiswa
melakukan
percobaan dilaboratorium, memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain, untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.
Pada
pembelajarandengan metode
praktikum, siswa
memperolehpengalaman belajar secara nyata, siswa dapat terlibat sebagai subjek dalam
proses pembelajaran, siswa dapat memahami konsep-konsep
IPA
yangabstrak, siswa juga dapatmenampilkan hakekat ipa sebagai proses, sikap, dan
produk
ilmiah.
Selainitu,
berdasarkan kerucut pengalaman Dale, dalamSanjaya (2009: 166) menjelaskan bahwa dengan memberikan pengalaman
secara langsung misalnya melalui praktikum, proses belajar yang terjadi akan
memberikan pengalaman belajar yang lebih banyak dan hasil yang lebih
bermakna bila dibandingkan hanya memberikan pengalamar. yang abstrak,
misalnya hanya melalui bahasa verbal dan tidak melibatkan siswa secara
langsung.
Berkaitan dengan praktikum, Tabatabai (2009: 1) mengemukakan bahwa
untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk praktik diperlukan
Lembar Kerja Siswa
(LKS).
LKS merupakan salah satu bahan aJat yangdapat dijadikan sebagai suatu panduan yang dapat membantu siswa dalam
beberapa
hal
diantaranya penggunaanalat dan
bahan
praktikum,pengumpulan data, analisis
hasil
praktikum,dan
mengaitkan kegiatan7
Berdasarkan observasi pada pelaksanaan praktikum IPA kelas
VII
di SMP 8Negeri Bandar Lampung, guru selama
ini
menggunakan buku pedoman,belum ada LKS yang digunakan sebagai panduan praktikum siswa. Buku
pedoman yang digunakan tersebut hanya berisi tujuan, alat dan bahan, cara
kerja, tabel pengamatan, beberapa pertanyaan, dan teori yang sangat singkat
berkaitan dengan materi praktikum.
Selain
di
sMP Negeri8
Bandar Lampung, juga dilakukan observasi danwawancara terhadap pelaksanaan praktikum ipa di beberapa kelas
VII
SMPNegeri
di
Bandar Lampung, diantaranya adalah SMP Negeri 19 BandarLampung dan SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Berdasarkan wawancara
terhadap guru mata pelajaran IPA kelas
vII
di SMP tersebut, diketahui bahwatidak ada LKS yang digunakan sebagai panduan praktikum IPA siswa' LKS
yang ada hanya berisi materi-materi IPA, tugas-tugas, dan evaluasi yang
berkaitan dengan materi-materi pada semester tersebut. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa keterbatasan penyajian panduan praktikum membuat
siswa sulit mengaitkan antara teori dengan percobaan karena pemahaman
awal tidak dikonstruksi terlebih dahulu dan setelah praktikum tidak ada
pertanyaan-pefianyaan atau tugas lanjutan yang dapat lebih memperdalam
pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah dipraktikkan'
Pada pelaksanaan Praktikum
iuga tidak
adaLKS
Yangdigunakan sebagai Panduan
IPA di beberapa SMP lain di Bandar Lampung,
digunakan sebagai panduan praktikum, yang
8
dalam buku paket
IPA
pada semester tersebut. Setelah dilakukan kajian,kegiatan atau aktivitas praktikum yang terdapat dalam beberapa buku paket
hanya terbatas pada penyajian alat dan bahan percobaan, prosedur percobaan,
dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi praktikum. Hal
tersebut menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal
ini
dapatdilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa selama satu semester.
Berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) mata pelajaran IPA SMP kelas
vII
dapat dilihat bahwa rata-rata hasiluji blok siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar
71. Rata-rata nilai uji blok dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1.1 Rata-rata Uji Blok Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014
iswa kelas
VII
SMPN 8 Bandar lampungBerdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa hasil
uji
blok terendah terdapatpada materi pencemaran dan keruskan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis
uji
blok, terlihat bahwa niiai rata-rata terendah terdapat padaKD
7.4
Olehkarena
itu,
KD
7.4
merupakanKD
yang paling memungkinkan untukNo. Materi Pokok
Nilai Rata-Rata Uji Blok
Tahun Pelaiaran 2013 12014 Rata-Rata
Kelas VII A Kelas
VII
B1 Orsanisasai kehiduPan 63,45 67,16 65,31
2 Ekosistem 64,50 66,75 65,67
a
J Keanekaragaman
mahluk hidup
64,77 63,20 63,98
4 Kepadatan populasi
manusia
65,22 69,15 67,37
5 Pencemaran dan
kerusakan lingkungan
9
pengembangan LKS. Lebih lanjut, pada lampiran 3 dapat dilihat bahwa hanya
4l,36yo darr 162 siswa yang hasil belajarnya mencapai
KKM
padaKD 7.4pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jika persentase ini
dikonversi ke dalam bentuk numerik, hanya terdapat 62 siswa yang mencapai
KKM.
Rendahnya hasil belajar siswa diduga disebabkan oleh pemaharnat konsep
siswa terhadap materi pada
KD
7.4
tidak optimal. PenyajianLKS
yangdigunakan selama
ini
menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajarsiswa. Selain hasil belaj
ar
yarrg cenderung rendah, keadaan tersebut jugamenyebabkan pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang
efektif
danefisien karena setelah dilakukan praktikum, guru masih harus menjelaskan
ulang materi tersebut.
Rendahnya
hasil
belajar
siswa sebagaiakibat
dari
pengetahuan danpemahaman konsep siswa terhadap KD 7.4 yang disajikan melalui praktikum
tidak dapat berkembang secala optimal. Keterbatasan penyajian bahan ajar
yang selama
ini
digunakan sebagaiLKS
menjadi salah satu penyebabmasalah tersebut.
Berdasarkan pemaparan
di
atas, maka diperlukan LKS bermuatan karakterdengan berbasis pendekatan ilmiah yang dapat membimbing siswa untuk
melakukan praktikum yang memasukan
nilai-nilai
karakter pada siswadengan menggunakan metode ilmiah dan menyajikan pertanyaan-pertanyaan
10
kerusakan lingkungan sehingga siswa menjadi paham dan dapat mengingat
materi dengan mudah dan memiliki nilai karater.
Pemahaman untuk belajar mengenai materi pencemaran dan kerusakan
lingkungan tidak hanya mempelajari teori, maka dibutuhkan praktek untuk
menambah
dan
memperkuat pemahaman konsepyang
dimiliki
siswaterutama materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Maka, pendidik
harus tepat menggunakan model pembelajaral agff sesuai dengan kegiatan
praktikum.
Adanya LKS sebagai panduan praktikum IPA siswa pada materi pencemaran
dan kerusakan lingkungan membuat bahan ajar menjadi semakin kaya,
menarik, dan efektif dalam pembelajaran. Selain itu, keberadaan LKS ini
juga menjadi sangat bermanfaat dalam mengaitkan teori atau konsep materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan percobaan langsung yang
dilakukan oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan siswa terhadap materi
lebih
mendalamdan
tertanamtebih
\ama sehingga berdampak padapeningkatan hasil belajar siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar
belakang masalah,
maka
masalahnyadiidentifikasikan sebagai berikut:
1. LKS IPA yang digunakan belum memenuhi kriteria'
11
2. Buku pedoman atau kegiatan/aktivitas praktikum yang terdapat dalam
buku paket digunakan sebagai panduan praktikum LKS IPA siswa.
3. Penyajian
LKS
yang
biasa digunakan dapat mengakibatkan tidakter c ap ainy a tuj uan mata p elai uan IP A s e c ara m ak s im al.
4. Keterbatasan penyajian LKS yang biasa digunakan membuat siswa sulit
mengaitkan antara teori dengan percobaan.
5.
Alat
dan
bahan praktikumyang
dimiliki
sekolah terkadang tidakmendukung aktivitas/kegiatan praktikum yang terdapat dalam buku paket
6. Belum ada LKS yang bermuatan karakter serta dapat membimbing siswa
untuk bersikap
ilmiah
dan mengkonstruk pemahaman siswa terhadapmateri pencemaran dan kerusakan lingkungan.
7. Siswa yang hasil belalamyamencapai KKM pada KD 7.4hanya4l,36o .
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah pada penelitian
pengembangan ini adalah
1. Adanya kesempatan dan potensi pengembangan
LKS IPA
bermuatankarakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan'
2. Pengembangan pertanyaan -pertanyaan
terstruktur
yang
bersifatkonstruktivis
di
dalam LKS IPA bermuatan karakter materi pencemarandan kerusakan lingkungan.
3. Hasil pengembangan LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dan
12
4.
Uji
efektivitas pada LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dankerusakan lingkungan.
5.
Uji
efisiensi pada LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dankerusakan lingkungan.
6.
Uji
kemenarikanLKS
IPA bermuatan karaktermateri
pencemaran dankerusakan lingkungan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian
pengembangan
ini
adalah1. Bagaimana kondisi dan potensi pengembangan
LKS IPA
bermuatankarakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan?
2.
Bagaimana proses pengembanganLKS IPA
bermuatan karakter materipencemaran dan kerusakan lingkungan?
3. Bagaimana efektivitas penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan?
4.
Bagaimana efisiensi penggunaanLKS
IPA
bermuatan karakter materipencemaran dan kerusakan lingkungan?
5. Bagaimana kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran
13
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini
adalah
1. Menganalisi
kondisi dan
potensiuntuk
pengembanganLKS
IPAbermuatan karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
2. Mendeskripsikan proses pengembangan
LKS IPA
bermuatan karaktermateri pencemaran dan kerusakan lingkungan'
3. Menganalisis efektivitas penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan'
4. Menganalisis efisiensi penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan'
5. Menganalisis kemenarikan
LKS IPA
bermuatankarakter
materipencemaran dan kerusakan lingkungan'
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian pengembangan ini
adalah
1.6.1
Teoritis1.
Mengembangkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur teknologipendidikan, khususnya penyediaan LKS IPA bermuatan karakter
yang termasuk dalam kawasan pengembangan desain teknologi
cetak.
l4
1.6.2
Praktis1.
Produkhasil
penelitian yang dikembangkan,yaitu
LKS
IPAbermuatan karakter materi pencemalan dan kerusakan lingkungan,
dapat menjadi salah satu bahan aiat yang menarik dan bermanfaat
dalam mengaitkan antara
teori
atau konsep dengan percobaanlangsung yang dilakukan siswa sehingga hasil belajar meningkat
danpembelajaranmenjadisemakinefektifdanefisien.
2.
LKS IPA bermuatan karakter materi pencemalan dan kerusakanlingkungan yang dikembangkan memuat pefianyaan-pefianyaan
yang bersifat konstruktivis yang dapat menjadi salah satu alat ukur
yang berfungsi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa
selama melakukan Praktikum.
3.
LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dan kerusakanlingkungan yang dikembangkan dapat menjadi salah satu bahan
ajar yang menjadi pilihan guru dalam menyajikan pembelajaran
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui metode
praktikum.
4.
Meniadi dasar pertimbanganbagi
guru untuk merancang danmengembangkan panduan praktikum yang digunakan sebagai LKS
IPA bermuatan karakter pada materi-materi yang lain'
5.
Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian15
1.7
Spesifikasi Produk yang DihasilkanProduk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah
1.7.1 Produk Utama
Produk yang dihasilkan dalam pengembangan
ini
berupa LKS bermuatankarakter berbasis pendekatan ilmiah pada mata pelajaran IPA kelas
VII
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan spesifikasi sebagai
berikut:
1.
JudulLKS:
Panduan PraktikumIPA
bermuatan Karakter Materipencemaran dan kerusakan lingkungan SMP Kelas
VII
SemesterII
2.
Berbentuk bahan ajar dengan ukuran kerlas 44;3.
Bahan ajar
yang
dikembangkanini
mengacu pada
tahapanpembelajaran kurikulum KTSP;
4.
Produk yang dikembangkan berupaLKS
panduan praktikum yangmemiliki pemahaman pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata dan mencoba,
mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengafang) sesuai dengan
yang dipelajari
di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudutPandang atau teori.
t6
6.
Bagian-bagian LKS terdiri dan:a)
Coverb)
Kata pengantarc)
Petunjukpenggunaand)
Tujuan pembelajarane)
Daftar Isi0
Teori Dasarg)
Percobaanh)
Daftar Pustaka1,7.2 Produk Pendukung
Produk pendukung yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini
adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bermuatan karakter
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan metode pembelajaran
II.
KAJIAN PUSTAKA2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan ploses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur
hidup.
Kegiatanbelajar yang
dilakukan
akanmenghasilkan perubahan dalam dirinya. Banyak teori yang dikemukakan oleh
para ahli yang berusaha memberi penjelasan tentang belajar'
Anderson (2001:
35)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu prosesperubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai
hasil dari pengalaman. Sardiman (2004:21) mengemukakan bahwa belajar
adalah serangkaian kegiatan
jiwa
taga,psiko-fisik untuk
menuju keperkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur
cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan
pendapat tersebut, terlihat bahwa belajar melibatkan tiga komponen pokok,
yaitu
(1)
adanya perubahan tingkahlaku;
(2)
perubahan yang relatifpermanen; (3) perubahan dihasilkan dari pengalaman.
Berdasarkan definisi
di
atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakanperubahan tingkah laku yang terjadi atau unjuk kerja melalui serangkaian
18
pengalaman belajarnya. Perubahan pada aspek kognitif, psikomotor, dan
afektif tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi juga
belajar secara langsung melalui suatu percobaan. Pengalaman belajar tesebut
akan semakin bermakna
jika
dalam praktikum dilengkapi dengan LKSpanduan praktikum.
Berkaitan dengan pengalaman belajar, Bruner dalam Sagala (2012: 36)
mengemukakan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh dari partisipasi
aktif siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu motivasi siswa untuk
belqar. Menurutnya, pengalaman belajar yang seperti itu dapat dicontohkan
oleh pengalaman belajar penemuan yang
intuitif.
Berdasarkan pendapatBruner tersebut, pengalaman belajar penemuan yang dapat memotivasi siswa
untuk
belajar salah satunya melalui praktikumdi
mana siswa dapattermotivasi
untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan materipelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis
data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada
penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin
dimiliki
siswadengan digunakannya LKS panduan praktikum yang memiliki daya tarik,
selain penggunaan buku Paket.
Selanjutnya, Arsyad (2010: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
kompleks yang terjadi pada
diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Prosest9
lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana
saja.
Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar ditunjukkan dengan adanya
perubahan tingkah
laku
padadiri
orang tersebut yang disebabkan olehperubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Gagne
(1985:
13)
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yangkompleks,
hasil
belajar berupa kemampuan. Setelah belajar seseolangmemiliki
keterampilan, pengetahuan,sikap
dan
nilai.
Munculnyakemampuan tersebut disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan
sefta proses kognitif yang ditakukan oleh peserta
didik.
Dengan demikianbelajar adalah seperangkat ploses kognitif yang terbentuk oleh stimulasi
lingkungan, melalui pengolahan informasi menjadi kemampuan baru.
Piaget memberikan dua macam pengefiian belajar, yaitu (1) belajar dalam arti
sempit
dan
(2)
dalam
arti
luas.
Ginsburgdan
Opper(1998:
141)mendefinisikan belajar dalam arti sempit adalah belajar yang menekankan
adanya penambahan perolehan informasi baru. Belajar dijelaskan sebagai
suatu yang bersifat pasif atau hafalan. Sedangkan belajar dalam arti luas yang
disebut
juga
perkembangan adalahbelajar untuk
memperoleh danmenemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan di
berbagai situasi.
Belajar merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui proses belajar
kita
dapat meningkatkan kecakapan, pengetahuan, keterampilan, sikap,20
digunakan bagi kehidupan bermasyarakat. Belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan sesuatu yang harus
ditakukan oleh setiap manusia. Pengertian belajar yang dikaitkan dengan
tingkah
laku
diartikan
sebagai suatu perubahan sebagaiakibat
daripengalaman yang dirasakan, dijiwai dan diaktualisasikan dengan pola tingkah
laku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri tertentu.
Maksum (2000: 19), mengemukakan ciri-ciri perubahan tingkah laku sebagai
berikut:
1.
Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman yang diperoleh itudiperoleh dengan sengaja dan disadari, diperoleh bukan secara kebetulan.
2.
Perubahan bersifat positif, dalam arli sesuai dengan yang diharapkan ataukriteria keberhasilan baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari
segi pendidik.
3.
perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatiftetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan
seperti dalam pemecahan masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri
di kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Berdasarkan pendapat para
ahli
tersebut, siswa dikatakan belajar ketikaterjadi perubahan yang mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif
dalam dirinya sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Perubahan pada
ketiga aspek tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh
siswa dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi
2t
tesebut akan semakin bermakna
jika
dalam praktikum dilengkapi denganLKS.
Berkaitan dengan pengalaman belajar, Bruner (1966: 36) mengemukakan
bahwa pengalaman belajar yang diperoleh melalui partisipasi
aktif
siswadalam ploses pembelajaran merupakan salah satu motivasi siswa untuk
belajar. Menurutnya, pengalamanbelajar yang seperti itu dapat dicontohkan
oleh pengalaman belajar penemuan yang
intuitif.
Berdasarkan pendapatBruner tersebut, pengalaman belajar penemuan yang dapat memotivasi siswa
untuk belajar salah satunya menggunakan metode praktikum di mana siswa
dapat termotivasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi
pelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis
data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada
penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin
dimiliki
siswadengan digunakannya
LKS
yang memiliki dayatarik,
selain penggunaanbuku paket.
Ausubel (1968: 35) mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi sebagai
berikut:
1. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
yang
disajikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yangmenyajikan informasi
itu
dalam bentukfinal,
maupun dalam bentukbelajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
22
2. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat megaitkan
informasi
itu
pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa dapatmenghubungkan atau mengaitkan informasi
itu
pada pengetahuan yangtelah
dimilikinya maka
belajarjadi
bermakna. Tetapijika
siswamenghafalkan informasi guru
itu,
tanpa menghubungkan pada konsepyang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi hafalan.
Berdasarkan pengklasifikasian belajar menurut Ausubel tersebut, maka siswa
yang belajar melalui praktikum di laboratorium dan dilengkapi dengan LKS
dapat diklasifikasikan ke dalam belajar dimensi pertama dan kedua' Dalam
hal
ini,
siswa menerima materi pelajaran dalam bentuk belajar penemuanmelalui percobaan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan dikerjakan. Selanjutnya siswa dapat
mengaitkan materi itu pada struktur kognitif (teori atau konsep) yang telah
dimiliki
sebelumnyalalu
mengembangkannyasehingga
diperolehpengetahuan yang lebih mendalam melalui serangkaian materi, kegiatan, dan
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS.
Piaget dan Inheld er (1969:164) menjelaskan tentang penerapan model belajar
konstruktivis di mana siswa yang aktif menciptakan struktur kognitif dalam
interaksinya dengan lingkungan belajar. Dengan bantuan struktur kognitif ini,
siswa menyusun pengertian mengenai realitasnya. Siswa berpikir aktif serta
mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran dirinya. Piaget juga
23
kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa
aktif
anak berinteraksidengan lingkungannya.
Berdasarkan penjelasan Piaget dan Inhelder, pengetahuan diperoleh dari
tindakan dan ditentukan dari keaktifan siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungan belajarnya. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari tindakan
dan berinteraksi
aktif
dengan lingkungan belajarnya salah satunya denganbelajar di laboratorium menggunakan metode praktikum. Melalui praktikum
yang
dilengkapi denganLKS,
siswa secalaaktif
dapat membangunpengetahuan dan pemahaman tentang materi pelajaran berdasarkan realitas
atau kenyataan yang diperoleh langsung dari serangkaian percobaan dan
analisis yang dilakukan. Pengetahuan dan pemahamal tersebut kemudian
dapatdisajikan baik secara tulisan maupun lisan'
Berkaitan dengan aliran konstruktivis, Woolfolk (2003: 342) memaparkan
carapandang belajar menurut Piaget dan Vygotsky, yang dapat dilihat pada
Tabel 2.1 caraPandang Belajar Menurut Piaget dan vygotsky
Konstruktivitas
Piaget Vygotsky
Belajar Membangun siswa aktif berdasarkan pengetahuan
sebelumnya melalui
kesempatan-kesemPatan dan
proses untuk menghubungkan
aoa y ang sudah diketahui.
Membangun pengetahuan
kolaboratif berdasarkan
lingkungan sosial dan nilai
terbentuk melalui
kesempatan-kesemPatan sosial.
Peran guru
Fasilitator, pembimbing,
mendengarkan konseP, ide,
dan pemikiran siswa.
Fasilitator, pembimbing, dan
turut membantu membangun
pengetahuan, mendengar
konsep-konsep siswa Yang
24
Konstruktivitas
Psikolosi/ Individu Sosial
Piaget Vvsotsky
Peran teman
Tidak perlu tetapi dapat
menstimulasi pemikiran dan
menimbulkan
o ertanyaan-pertanYaan.
Bagian penting dalam proses
pembentukan pengetahuan.
Peran
siswa
Membangun secara aktif
(dengan otak), pemikir aktif,
pemberi keterangan,
penerjemah, penanya.
Aktif membangun dengan diri
sendiri dan orang lain, pemikir aktif, pemberi keterangan,
penerj emah, penafiy a, parlisiPasi
aktif sosial.
Sumber: Woolfolk (2003 : 342)
Berdasarkan Tabel2.1, siswa sebagai si belajar adalah pihak yang aktif dalam
membangun pengetahuan, guru hanya sebagai fasilitator saja. Menurut Piaget
siswa
membangun pengetahuan denganotak dan
pemikiran sendiri,sedangkan menurut Vygotsky siswa membangun pengetahuan melalui
interaksi sosial. Siswa sebagai makhluk individu tentu memiliki pengetahuan
yang tersimpan
di
dalam otaknya.Melalui
praktikum yang dilakukanberkelompok, setiap individu aktif mengolah, mencerna, dan memberi makna
terhadap rangsangan dan pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi
suatu pengetahuan. Pengetahuan yang
dimiliki
masing-masing individutersebut kemudian dapat dikembangkan dan dibangun
lagi
bersama-samadengan siswa
lain
dalam kelompoknya melalui serangkaian kegiatan danperlanyaan yang disajikan dalam panduan praktikum LKS siswa.
Belajar akan diperkuat
jika
siswa diberikan penugasan. Melalui penugasan,pengetahuan yang telah
dimiliki
siswa dapat dikembangkan sehingga siswa25
Suyanto
(2}ll:
3) mengemukakan bahwa belajar akan diperkuatjika
siswaditugaskan untuk (1) menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri,
(2)
memberikan contoh mengenai sesuatu,(3)
mengenali sesuatu dalamberbagai keadaan dan kesempatan,
(4)
melihat hubungan antata sesuatudengan fakta atau informasi lain, (5) memanfaatkan sesuatu dalam berbagai
kesempatan,
(6)
memperkirakan konsekuensinya, dan(7)
menyatakan halyang bertentangan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penugasan yang dapat memperkuat
pengetahuan siswa. Penugasan-penugasan tersebut dapat disajikan dalam
LKS.
Pengetahuan yang sudah dibangundan
dimiliki
siswa melaluipraktikum
dapat dituangkan secaralisan melalui
penugasan berupapertanyaan -pertanyaan atau langkah
kerja
yangperlu
dilakukan siswa'Dengan demikian, siswa dapat semakin memahami materi pelajaran, dan
mengingat materi tersebut dalam jangka waktu yanglama'
2.1.1 Belajar
Mandiri
Belalar mandiri bukan berarti belajar
sendiri.
Belajar mandiri merupakankegiatan atas prakarsa sendiri dalam mengintemalisasi pengetahuan, sikap,
dan keterampilan, tanpa tergantung atau tanpa mendapat bimbingan langsung
dari
oranglain
(PermendiknasNo.
22
Thn. 2006). Miarso (2007: 267)mengemukakan bahwa belajar mandiri erat hubungannya dengan belajar
menyelidik,
yaitu
berupa pengarahandan
pengontrolandiri
dalamZ6
Pendidikan dengan sistem belajar mandiri menurut Institut
for
DistanceEclucation of Maryland (Iniversity dalam Chaeruman (2008: 33) merupakan
strategi pembelajaran yang memiliki karakteristik tertentu yaitu :
1.
Membebaskan pembelajar untuk tidak harus berada pada satu tempatdalam satu waktu.
2.
Disediakan berbagai bahan termasuk panduan belajar dan silabus rincisefia akses ke semua penyelenggara pendidikan yang memberi layanan,
bimbingan menj awab pefianyaan -pertany aan yang diaj ukan pembelaj ar,
dan mengevaluasi karya-karya pembelaj ar.
3.
Komunikasi diantara pembelajar dengan instruktur atau tutor dicapaimelalui suatu kombinasi dari beberapa teknologi komunikasi seperli
telepon,
voice-mail,konferensimelalui
komputer,surat
elektronikataupun surat menyurat secara reguler'
Miarso (2007: 267) mettyatakan paling sedikit ada dua
hal
yang dapatmelaksanakan belajar mandiri yaitu, 1) digunakannya program belajar yang
mengandung petunjuk untuk belajar sendiri
oleh
pesertadidik
denganbantuan pendidik yang minimal, dan
2)
melibatkan pesertadidik
dalamperencanaan dan pelaks anaan ke giatan'
Berdasarkan urain di atas belajar mandiri merupakan belajar terprogram atau
terencana secara matang. Pada prinsipnya belajar mandiri didasarkan pada
kebutuhan pembelajar yang harus dipenuhi dengan motivasi instrinsik pada
diri peserla didik dan minimalisasi keterlibatan pendidik dalam pelaksanaan
27
dengan
LKS
sebagai panduannya merupakan salah satu contoh belajarmandiri.
Melalui
praktikum siswa dapat belajar secara mandiri untukmemperoleh pengetahuan melalui serangkaian percobaan yang dilakukan dan
dari materi serta pertanyaan-perta ny aan yang terdap at pada
LI(S.
Guru hanyasebagai fasilitator yang membimbing siswa menginternalisasi pengetahuan,
sikap, dan keterampilannYa.
2.L.2 T eori pembelajaraan
Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Suparno (2004:
3) mengemukakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses transaksional
akademis bertujuan bagaimana peserta didik mengerti dan paham tentang apa
yang
mereka pelajari.
Undang-UndangSistem
Pendidikan Nasional(Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Berkaitan dengan dua definisi tersebut, pembelajaran
dapat dikatakan sebagai proses interaksi antata siswa, guru, dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaranyang dirancang
oleh guru harus dikondisikan secala tepat dengan memanfaatkan
sumber-sumber belaiar sehingga tercipta lingkungan belajar yang mendukung untuk
membantu siswa mengerti
dan
memahami apayang
mereka pelajari'Praktikum
yang
dilengkapi denganLKS
sangat memungkinkan gurumemfasilitasi siswa untuk mengerti dan memahami apa yang dipelajari'
Adanya interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar yang beragam di
28
Sutikno (2007 : 50) mengemukakan
Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar
terjadi proses belajar pada
diri
siswa. Pembelajaran lebih menekankanpada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana
cara
mengorganisasikanisi
pembelajaran, menyampaikan isipembelaj aran, dan mengelola pembelaj aran.
Suatu
pembelajaranakan
berjalan denganbaik
jika
guru
mampumengidentifikasi kondisi pembelajaran, menentukan metode pembelalatan
yang Sesuai, dan mengevaluasi hasil pembelajaran dengan tepat. Kemampuan
guru mengidentifikasi kondisi pembelajaran bergantung pada kemampuan
guru mengelompokkan kondisi pembelajaran. Metode pembelaj aran dapat
dibedakan menjadi
tiga
kategori, yaitu(1)
strategi pengelolaan kegiatanpembelajaran,
(2)
strategi pengorganisasian pelajaran,dan
(3)
strategipenyaj ian pembelaj aran.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, pembelajaran merupakan usaha yang
dilakukan guru dalam mengelola kegiatan belajar untuk menciptakan proses
belajar yang terarah dan terkendali yang akan berdampak pada hasil belajar
siswa. Proses pengelolaan kegiatan belajar
terdiri
dari proses pemilihan,penetapan, dan pengembangan metode pembelajaran. Metode pembelajaran
yang
digunakantentu
disesuaikan denganmateri
pelajaran. Dalampembelajaran
IPA,
ada materi-materi yang perlu untuk disajikan denganmetode
eksperimenatau
praktikum.Penyajian pembelajaran melaluipraktikum tentu harus dikelola dengan baik agar efektif dan efisien serta
berdampak pada hasil belajar siswa yang baik juga. Salah satunya dengan
29
2.1.3 Teori Perkembangan Piaget
Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia
memahami dunianya dengan mengumpulkan
dan
mengorganisasikaninformasi.
Menurut Piaget seperti yang
dikutip
Woolfolk
(2009)perkembangan
kognitif
dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitasdan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan
biologis
yang terprogram secara genetik.Aktivitas
berkaitan dengankemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi
sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang
di
sekitar dan belajardarinya.
Tahap
-
Tahap PerkembanganPiaget membagi perkembangan kognitif anak ke
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
1. Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2-7 tahut)
3. Periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun)
Tahapan operasional
konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai
logika yang memadai.
dalam 4 periode utama yang
pertambahan usia :
tahapan. Muncul antara usia
ciri berupa penggunaan
Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah :
P engur ut an-kemampuan untuk mengurutan obj ek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnYa. .
Kt a s
ifi
ka s i-kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifi kas i30
lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
Decentering-anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suattt
permasalahan untuk bisa memecahkannya.
R e v e r s i b i I i ty-anak mulai memahami b ahwa j umlah atau b enda-benda
dapatdiubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
KonservasT'-61sp3[46i bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah
benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari
objek atau benda-benda tersebut.
P e n ghi I an gan s ifu t E g o s e nt r i s 7n s-ftsnatrrpuan untuk melihat s e suatu dari
sudut pandang olang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara
yang salah).
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
2,1.4 T eori Pembelajaran Pemerosesan Informasi Gagne
Gagne (1885: 66), menyatakat bahwa learning
is
a
changein
humandisposition or capacity, which persists over a period time, and which is not
simply
ascribableto
processof
growth.
Belajar merupakan adanyaperubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah dilakukan dalam
jangka waktu tertentu, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan
saja. Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang
bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan
yang
berasaldari
peristiwa eksternaldi
lingkunganindividu
yang31
Berdasarkan
kondisi internal
dan
eksternalini,
Gagne menjelaskanbagaimana proses
belajar
itu
terjadi. Model
prosesbelajar
yangdikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemerosesan informasi,
yaitu sebagai berikut :
1.
Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syarafdan diproses sebagai informasi.
2.
Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpandalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori
jangka panjang.
3.
Memori-memoriini
tercampur denganmemoli yang telah
adasebelumny a, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Model proses kontrol pemrosesan informasi dapat dilihat pada gambar di
bawah ini
Informasi ----l Sensory ----l Perception ----+ Il o r kin g ----+ L ong-t erm ---> S t or a ge
Memory
MemorY retrievalGambar 2.1 Model proses kontrol pemrosesan informasi
a. Short-Term Sensory Stote
Sistem
ini
berfungsi untuk menyimpan sejumlah besar informasi yangditerima dalam waktu yang singkat. Kompartemen
dari
sistem inimemerima tanpa mencatatnya,
dat
dalam waktu yang singkat akanhilang karena penembahan informasi baru. Hal ini dapat kita analogikan
sebuah setrika
yang
sudah agak panasyang
kemudian panasnya32
berbagai bentuk, seperli stimulus-penglihatan,petabaan, pendengaran,
kinestetik, dan seterusnya. Terdapat kemungkinan, berbagai langsang
sensoris yang berasal dari luar itu diterima secara simultan dan masing
masing rangsang tersimpan dalam waktu yang singkat.
b. Sltort-Term MemorY
Informasi yang diterima sistem penyimpangan jangka pendek tidak
semua diproses pada tahap berikutnya, karena adu"rya penyaringan
terhadap informasi yang relefan dan tidak relefan. Proses seleksi ini
ditentukan
oleh
kondisi tugas yang dilakukan seseorang (misalnyamengamati perjalanan shuttlecock dalam permainan bulu tangkis) atau
oleh
momen tertentu dalam suatu tugas (mula-mula penglihatan,kemudian
pendengaranseperti
kerasnya suafa"cocok" dipukul).Informasi yang akan diproses ketahap berikutnya ialah karena kesesuaian
dengan suatu situasi untuk diproses kedalam sistem memori jangka
pendek (STM). Memori
ini
merupakan tempat penyimpanan informasi,bagi yang berasal dari Short-Term Sensory Store (STSS) maupun yang
berasal dari Long-term Memory (LTM).
e. Long-term MemotY
Kompartemen memori jangka pendek jangka panjang adalah jumlah
waktu
dari
informasi
yang
dapat disimpan
selain
kemempuanmenyimpan informasi. Bedasarkan teori kotak memori dapat dijelaskan
JJ
jangka pendek ke penyimpanan jangka panjang, dimana informasi akan
tersimpan secara permanen supaya tidak hilang (Budiningsih, 2005: 82)
2.1.5 Teori Belajar Konstruktivis
Teori belajar konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
sudah
dipelajari.
Siswa menemukansendiri
dan
mentrasformasikaninformasi kompleks, mengecek informasi baru dan merevisinya apabrla
aturan-aturan itu tidak sesuai. Filsafat konstruktivisme menjadi landasan
strategi pembelajaran yang dikenal dengan student-centered learning'
Pembelajaran ini mengutamakan keaktifan siswa sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan memberi arahan (scaffiolding)'
Ada tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme menurut Tasker
(1992:
25-34),yaitu:
1)
peran
aktif
siswa dalam
mengkonstruksipengetahuan secara bermakna,
2)
pentingya membuatkaitan
antaragagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna, 3) mengaitkan antara
gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Pembelajaran dengan menggunakan LKS yang berbasis pendekaan ilmiah,
memungkinkan siswa lebih aktif dalam menggali informasi, memecahkan
masalah dan menarik kesimpulan dari yang mereka pelajari. LKS dalam
fungsinya sebagai pendampingan belajar menjadi pijakan bagi siswa untuk
mengeksplorasi
dan
mengelaborasi informasi-informasiyang
sedang34
2.1.6 T eori Belaj ar Behaviorisme
Menurut
teori
ini
belajar merupakanakibat
adanya interaksi antatastimulus dan respon. Respon yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya
stimulus
yang
dikondisikan (conditioned stimulus)atar yang
tidakdikondisikan (unconditioned stimulus). Teori behaviorisme memandang
bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamatidan dapat
diukur, diprediksi dan dikontrol. tidak menjelaskan perubahan internal
pada
diri
siswa. Prases belajar dapat terjadi dengan bantuan media (alat).Pendapat Thorndikemengatakan
bahwa
untuk
memperoleh suatuperubahan
tingkah
laku
harus mengikuti hukum-hukum:1)
hukumkesiapan
(taw
of
readiness)yaitu
semakinsiap
suatu
organismememperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah
laku
tersebut akan menimbulkan kepuasanindividu
sehingga asosiasicenderung diperkuat; (2) hukum latihan (law of exercise) yaitu semakin
sering suatu tingkah laku diulang, dilatih, dan digunakan maka asosiasi
tersebut semakin
kuat; dan
(3)
hukumakibat
(law
of
effict)
yaituhubungan
stimulus lespon
cenderungdiperkuat
bila
akibatnyamenyenangkan dan cenderung diperlemah jika tidak memuaskan.
Dalam pembelajaran IPA, stimulus muncul dengan tersedianya alal dan
bahan praktikum sehingga siswa dapat merespon dengan cara melakukan
percobaan yang difasilitasi dengan umpan balik. Adanya kegiatan belajar
yang
menarik
dapat menimbulicanmotivasi siswa
sehingga aspek35
Beberapa prinsip belajar menurut Skinner, yaitu: 1) belajar harus segera
diberitahukan pada siswa dan diberi penguatan,
2)
proses ajar harusmengikuti irama dari yang belajar,
3)
materi belajar digunakan sistemmodul,
3)
pembelajaran lebih mementingkan aktivitas mandiri.Prinsip-prinsip
ini
sesuai dengan menggunakan panduan praktikum berbentukLKS yang dapat memfasilitasi perbedaan pebelajar, adanya respon
benar-salah, adanyapenskoran dan unsur belajar mandiri.
2.2
Pendidikan Bermuatan KarakterSecara etimologis, kata pendidikan berasal dari bahasa latin educare, yang
memiliki
konotasi
melatih
atau
menjinakan,
menyuburkan,dan educare yang bisa pula berarti suatu kegiatan untuk menarik keluar atau
membawa
keluar.
Jadi
pendidikan merupakan sebuah proses yangmembantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat
teratur, dan pembimbingan (Doni Koesoema, 2010:53)'
pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan
didik. Pendidikan adalahjuga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam
mempersiapkan
generasi mudanya
bagi
kelangsungan kehidupanmasyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan ini
ditandai oleh pewarisan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa.
Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan karakter bangsa untuk
meningkatkan
kualitas
kehidupan masyarakatdan
bangsadi
masa36
Said hamid Hasan,dkk dalam naskah akademik pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa Kementerian Pendidikan Nasional (2010:3)
merumuskan karakter adalah
watak,
tabiat, akhlak, atau kepribadianseseorang
yang
terbentuk
dari hasil
internalisasi
berbagaikebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk
cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan
terdiri
atassejumlah
nilai,
moral, dan norma, sepertijujur,
berani bertindak, dapatdipercaya,
dan
hormat kepada oranglain. Interaksi seseorang denganoranglain dapat menumbuhkan karakter individu tersebut'
Lickona (1991: 21) mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat
alami
Seseorangdalam
meresponsituasi
Secarabermoral,
yangdimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,
jujur,
bertanggung jawab, mengholmati oranglain
serta karakter mulialainnya.
Pengertian pendidikan karakter selalu mengacu pada bagaimana pribadi
yafig
baik,
memperlihatkan kualitas perseorangan yang dapat melihatdengan pertimbangan kondisi sosial
untuk
mendapatkan karakter danmengembangkan pribadi yang berkualitas sering
kali
dengan meninjautujuan dari pendidikan, rasa melalui penekanan pada kualitas (nilai-nilai
positif) seperti jujur, rasa hormat, dan bertanggung jawab.
Dalam Grand Desain Pendidikan Karakter, pendidikan karakter merupakan
proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan
3t
masyarakat. Nilai-nilai luhur
ini
berasal dari teori pendidikan, psikologipendidikan, dan nilai-nitai sosial budaya, ajatan agarna, Pancasila, UUD
1945, dan
UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,serla pengalaman terbaik dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur
ini
juga perludidukung oleh komitmen dan kebijakan pemangku kepentingan sefia
pihak-pihak terkait
lainnya termasuk dukungan safanadan
prasarana yangdiperlukan (Zubaedi, 201 | : l7).
Pendidikan karakter secara akademik dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan
budi
pekerti, pendidikanmoral,
pendidikan watak, yangtujuannya mengembangkan kemampuan pesefta
didik
untuk memberkankeputusan baik- buruk, memelihara apa yang baik
itu,
dan mewujudkankebaikan
itu
dalam
kehidupan sehari-haridengan
sepenuh hati(Kementerian Pendidikan Nasio nal, 20 I 0 : 2).
Lickona
(Elkind
&
Sweet, 2004:1) mendefinisikan pendidikan karaktersebagai: "character education
is
the
deliberateeffort
to
help peopleunderstand, care about, and oct upon ethical values. When we think about
the kind of character we want
for
our children, it is clear that we want themto be able to judge what is right, care deeply about that is right, and then do
what they believe to be right. Even in the foce of pressure from without and
temptation fr om w ithin ".
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
adalah
merupakansuatu
proses
yang
membantu menumbuhkan,mengembangkan, mendewasakan, membentuk kepribadian seseorang yang
38
dilakukan secara sadar dan sistematis, sehingga terbentuk kepribadian yang
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak.
2.2.1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Satuan pendidikan sebenarnya selama
ini
sudah mengembangkan danmelaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional
satuan
pendidikan masing-masing.Hal ini
merupakan prakondisipendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada
saat
ini
diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum.Nilai
prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa,bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan
tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2)
jujur,
(3) toleransi, (4)disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri,