• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF CHARACTER WORKSHEET SCIENTIFIC APPROACH BASED OF NATURAL

SCIENCE STUDY AT SEVENTH

GRADE OF JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANDAR LAMPUNG.

By Ardiyanti

This research is aimed to (1) analyze the potential and condition in natural Scicent workesheetto development, (2) describe the process of natural Scicent development (3) produce natural Scicent scientific worksheet (4) analize the effectiveness, (5) analize efficient (6) the ateractive natural worksheet ussage. This research used reached and deplopment design, which is done at junior high school in Bandar lampung. In collecting data, research used the test and quisionneries. The data was analayzed by

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA

PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

Oleh Ardiyanti

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis potensi dan kondisi untuk

pengembangan LKS IPA, (2) mendeskripsikan proses pengembangan LKS IPA, (3) menghasilkan LKS IPA, (4) menganalisis efektifitas, (5)

menganalisis

efisiensi, dan (6) kemenarikan pengunaan LKS IPA. Penelitian menggunakan desain penelitian dan pengembangan, penelitian dilakukan di SMP Negeri di Bandar Lampung. Pengumpulan data menggunakan tes dan angket, data dianalisis secara deskriptif serta uji-t. Kesimpulan penelitian adalah: (1) SMP Negeri di Bandar Lampung yang menerapkan kurikulum KTSP berpotensi untuk pengembangan LKS, (2) proses pengembangan LKS dilakukan melalui studi teoritik dan empiris, serta divalidasi oleh ahli materi, media, dan desain yang kemudian diuji secara perorangan, kelompok kecil, dan lapangan, (3) dihasilkan LKS IPA sebagai komplemen, (4) efektifitas LKS dengan rata-rata gain 0,81 (5) efisiensi LKS dengan nilai 1,5 (6) LKS menarik untuk digunakan

dengan rata-rata persentase 80%.

(3)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA

PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

Oleh ARDIYANTI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA

PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

Tesis

Oleh ARDIYANTI

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model proses kontrol pemrosesan informasi ... 2.2 Diagram Kerangka Berpikir ...

3.1 Modifikasi Model Pengembangan Borg and Gall ... 3.2 Diagram Langkah-Langkah Pengembangan LKS IPA

Bermuatan karakter ... 81

3.3 Desain Eksperimen One-Group Pretest -Posttest Design ... 4.1 Tampilan LKS Sebelum Direvisi ...

4.2 Tampilan LKS Setelah Direvisi ... 4.3 Grafik Nilai Pretest dan Postest ... 4.4 Grafik efektifitas uji perorangan 4.5 Grafik aspek karakter siswa ...

4.6 Grafik perbandingan pretes dan pontes ... 4.7 Grafik efektifitas kelompok kecil ... 4.8 Grafik aspek karakter siswa ...

4.9 Grafik nilai pretes dan postes uji lapangan ... 4.10 Grafik efektifitas uji lapangan ...

4.11 Grafik aspek karakter siswa ... 4.12 Grafik efesiensi uji kelompok kecil ... 4.13 Grafik efesiensi uji lapangan ... 4.14 Grafik uji kemenarikan ...

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ...xi

DAFTAR GAMBAR ... ... xiv

DAFTAR TABEL ... ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Batasan Masalah ... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 12

1.5 Tujuan Penelitian ... 13

1.6 Manfaat Penelitian ... 13

1.6.1 Teoritis ... 13

1.6.2 Praktis ... 14

1.7 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan ... 15

1.7.1 Produk Utama 1.7.2 Produk Pendukung ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran ... 17

2.1.1 Belajar Mandiri ... 25

2.1.2 Teori Pembelaj aran ... 27

2.1.3 Teori Pengembangan Piaget ... 29

(7)

2.1.5 Teori Belajar Konstruktivis ... 33

2.1.6 Teori Belajar Behaviorisme 3

2.2 Pendidikan Bermuatan Karakter ... 35

2.2.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 3 8

2.2.2 Penilaian Pendidikan Karakter ... 40

2.3 Karakteristik Pembelajaran IPA di dalam Kurikulum KTSP ... 41

2.3.1 Tujuan Mata Pelajaran IPA ... 42

2.3.2 Teori Komunikasi dalam Pembelajaran ... 45

2.4 Desain Sistem Pembelajaran ... 46

2.5 Lembar Kerja Siswa ... 56

2.5.1 Fungsi, Tujuan dan Kegunaan LKS ... 57

2.5.2 Pengembangan LKS ... 61

2.5.3 Macam-macam bentuk LKS ... 62

2.6 Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran IPA ... 65

2.7 Keterampilan Proses Sains ... 67

2.8 Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ... 71

2.8.1 Pencemaran Udara ... 71

2.8.2 Pencemaran Air ... 72

2.8.3 Pencemaran Tanah ... 73

2.9 Penelitian Relevan ... 73

2.10 Kerangka Berpikir ... 75

2.11 Hipotesis ... 78

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... 79

3.2 Tempat danWaktu Penelitian ... 80

3.3 Langkah-langkah Pengembangan ... 80

3.3.1 Studi Pendahuluan ... 82

3.3.2 Perencanaan ... 83

3.3.3 Pengembangan Produk Awal ... 83

3.3.4 Uj i Coba Terbatas Kelas ... 84

3.3.5 Revisi ... 85

3.3.6 Uji Lapangan ... 85

3.3.7 Produk Utama ... 87

(8)

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional...

3.4.1 Variabel Penelitian ... 3.4.2 Definisi Konseptual ... 3.4.3 Definisi Operasional ... 3.5 Instrumen Penelitian ...

3.5.1 Instrumen untuk Uji Ahli Materi ... 3.5.2 Instrumen untuk Uji Ahli Media ...

3.5.3 Instrumen Uji Perorangan, Uji Kelompok Kecil, dan Uji Lapangan

3.6 Validitas dan Reliabilitas ... 3.6.1 Validitas Instrumen ... 3.6.2 Reliabilitas Instrumen ... 3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 3.8 Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...

4.1.1 Kondisi dan Potensi untuk Pengembangan LKS

... 105

4.1.2 Proses Pengembangan LKS ...

4.1.3 Efektivitas Penggunaan Panduan Praktikum ... 4.1.4 Efisiensi Penggunaan LKS ...

4.1.5 Kemenarikan LKS Panduan Praktikum ... 4.1.6 Penyempurnaan Produk Utama ...

4.2 Pembahasan

4.2.1 Efektivitas Penggunaan LKS IPA bermuatan karakter ... 13 8

4.2.2 Efisiensi Penggunaan LKS IPA bermuatan karakter ... 141

(9)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan ...

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Observasi Sarana dan Prasarana ... 156

2. Lembar Observasi Hasil Uji Blok Siswa Kelas VII SMP Negeri 8

Bandar Lampung ... 157

3. Analisis Hasil Belajar Siswa Materi Pencemaran Lingkungan di

SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013-2014 ... 158 4. Analisis Aspek Karakter siswa (sikap/afektif) Kelas VII di SMP

Negeri 8 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2013-2014 ... 164 5. Instrumen Uji Penilaian Karakter Siswa Terhadap Pengembangan

LKS IPA ... 170

6. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 172

7. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 173

8. Format LKS Sebelum Dikembangkan ... 174

9. Instrument Uji Ahli Desaign Pembelajaran ... 175 10. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Desain Pembelajaran Pengembangan LKS.. 176

11. Instrumen Uji Ahli Materi ... 177

12. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi Pengembangan LKS ... 178

13. Instrumen Uji Ahli media ... 179

14. Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan Pengembangan LKS ... 180

15. Instrumen Uji kemenarikan ... 181

16. Silabus Pembelajaran ... 183

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 189

18. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 212

19. Soal Pretest dan Posttest ... 215

(11)

21. Uji Normalitas ...

22. Data Penelitian Uji Gain

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Rata-rata Uji Blok Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014 ... 8 2.1 Cara Pandang Belajar Menurut Piaget dan Vygotsky ... 23

2.2 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa... 39 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi ... 93

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Media ... 94

3.3 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran udara ... 95 3.4 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran Air ... 96

3.5 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran tanah... 97

3.6 Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan ... 98

3.7 Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya ... 102

3.8 Kategori penilaian aspek afektif ... 103

3.9 Nilai Efisiensi Pembelajaran dan Klasifikasinya ... 103

3.10 Persentase dan Klasifikasi Kemenarikan dan Kemudahan Penggunaan

LKS panduan praktikum IPA ... 104

4.1 Hasil Observasi Sarana Dan Prasarana ... 106

4.2 Rata-rata uji blok semester genap tahun pelajaran 2013-2014 ... 109 4.3 Draft Produk Awal Pengembangan Panduan Praktikum LKS Materi

(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar magister pendidikan pada program studi pascasarjana teknologi pendidikan

Tesis ini terselesaikan dengan bimbingan dukungan, bantuan, dan doa dari orangtua, suami, para sahabat dan berbagai pihak. Pada kesempatan ini , penulis mengfucapkan terimakasih dengan tulus dan penuh hormat kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriandi Mat Akin, M.p., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Prof. Dr. sujarwo, M.p., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung.

3. Prof. Dr. Bujang Rahman, M.Si., Selaku Dekan Universitas Lampung. 4. Dr. Riswantini Rini, M.,Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Dr. Herpratiwi, M.,Pd Selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjna Universitas Lampung.

6. Dr. Yulianti M.Pd selaku pembimbing I dalam penyusunan tesis ini 7. Dr. Undang Rosidin, M.Pd selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis

ini.

8. Bapak dan ibu staf administrasi Program Pasca Sarjana Tekonologi Pendidikan Fakultas Kegurun Dn Ilmu Pendidikan Universitas Lampung 9. Dr. adelina hasyim, M.Pd, dr. Sulton Djasmi, M.pd, Median agus pribadi,

S.Pd, M,Pd selaku penguji ahli produk yang dikembangkan dalam tesis ini.

10.Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung, Kepala SMP Negeri 19 Bandar Lampung, Kepala SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

(14)

12.Teman-teman Pada Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakulktas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung angkatan 2013.

13.Rekan –rekan Mitra bentala yang telah mendukung dan member motifasi. 14.Semua pihak yang tealh medukukung, membantu, dan mendoakan.

Penulis mendoakan srmoga ALLAH SWT membalas budi baik semua belah pihak diats, dan semodga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar lampung , desember 2015 Penulis,

(15)
(16)
(17)
(18)

MOTO

"Seseorang yang memakai mahkota maka is harus

menaggung beratnya"

(19)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Alloh SWT danjunjungan ku Nabi Muhammad SA W. Karya ini

kupersembahkan untuk :

1. Suami Ku Fredy Agusta, yang selalu mendoakan, menyayangi, memotivasi,

membantu dalam segala hal Berta memberikan

kasih sayang yang teramat

besar yang tak mungkin penulis balas dengan apapun.

2. Ayah dan Ibu ku yang selalu mendoakan, mengasihi, mendukung,

menyemangati, memotivasi, dalam segala hal untuk

keberhasilanku sehingga

aku dapat sukses dan dapat mengapai kebahagian di

dunia dan akhirat kelak.

3. Adik ku Dwi Ramadina dan Agum Muhammad Iqbal yang selalu memberi

semangat dukungan dan keceriannya.

(20)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 april 1988, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rahmat Anum dan Ibu Syamsil Nihar Suryati, S. Pd.

Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Al-azhar pada tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD 2 Rawa Laut Bandar Lampung tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 25 Gotong Royong Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) YP Unila Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006.

Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2011. Pada tahun 2013, penulis melanjutkan studi di Progam Pascasarjana Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa

ini

banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas

pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan

tersebut didasarkan

pada

fenomena

sosial

yang

berkembang, yakni

meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, sepefii perkelahian

massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan

di

kota-kota

besar

tertentu,

gejala tersebut

telah

sampai pada

taraf

yang

sangat

meresahkan. Oleh karena

itu,

lembaga pendidikan formal sebagai wadah

resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya

dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas

dan kualitas pendidikan karakter.

pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada

siswa meliputi kemampuan pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindak

untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pembentukan karakter seperli jujur,

tanggung jawab, berperilaku santun, dan kerja sama perlu dikembangkan agar

(22)

2

Pendidikan karakter juga sangat perlu dalam proses belajar mengajar karena

menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

pasal

3,

yang

menyebutkan

bahwa

pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter sefta peradaban

bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa'

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan

Yang

Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab'

Berdasarkan fungsi dan tujuan nasional

di

atas pendidikan disetiap jenjang

sekolah mencagkup semua aspek yang ada dalam

uU

yaitu bukan hanya

mengembangkan kemampuan kognitif atau mencerdaskan kehidupan saja

melainkan juga pada pengembangan karakter siswa. Adanya karakter siswa

yang kurang

baik yang

sering

ditemui

seperti manipulasi data saat

melaksanakan praktikum, tidak peduli terhadap ligkungan, kurangnya rasa

tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, kurangnya rasa hotmat tehadap

guru, dan hal lainnya yang sangat menghambat tercapainya tujuan pendidikan

nasional.

oleh

karena

itu

perlu diterapkannya pendidikan karakter dalam

proses pembelajaran. Dengan demikian kegiatan pembelajaran

di

sekolah

tidak hanya terbatas pada kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor agar

membentuk siswa yang mempunyai karakter. Siswa juga perlu menggunakan

(23)

3

Dari obserrrasi dilapangan sebagian siswa belum meliliki nilai karakter. Hal

tersebut terlihat dari perilaku siswa

di

sekolah yang sangat memprihatinkan

seperti kejahatan terhadap teman, pencurian remqa, kebiasaan mencontek,

dan penyalahgunaan obat-obatan, pomoglafi, perampasan, dan perusakan

milik

orang lain. Secara khusus, sikap siswa pada saat proses pembelajaran

menunjukan

nilai

karakter siswa

masih

sangat rendah.

Pada

saat

pembelajaran, terlihat bahwa rasa ingin tahu siswa masih kurang hal tersebut

terlihat

dari

siswa

laki-laki

senang bergurau dan kurang memperhatikan

penjelasan

guru,

serta siswa perempuan mengobrol dengan teman di

sebelahnya ataupun menulis dan mencoret-coret sesuatu pada kertas. Siswa

kurang disiplin hal

ini

telihat saat masuk jam pelajaran banyak siswa yang

masih bermain di luar kelas. Pada saat mengajukan pertanyaan kepada guru

sikap siswa cendrung kurang sopan, kurang disiplin, kurang percaya diri

untuk mengemukakan pendapatnya. Saat proses pembelajaran berlangsung

dengan mengunakan metode praktikum siswa masih belum mandiri, banyak

siswa masih saling mengandalkan tugas praktikumnya pada teman satu

kelompok. Saat istirahat berlangsung masih terlihat siswa yang kurang peduli

terhadap lingkungan

hal

tersebut

terlihat

dari

masih

ada siswa yang

membuang sampah tidak pada tempatnya.

Data yang diperoleh pada observasi awal penilaian karakter siswa dengan

jumlah siswa sebanyak 162. Penilaian karakter

siswa

yang

di

nilai

yaitu

relegius,

jujur,

toleransi, kerjasama, disiplin, komunikatif, kreatif, mandiri,
(24)

4

proses pembelajalan menunjukan 12 siswa dengan

nilai

karakter terlinggi

mencapai

87.50%

sedangkan

4

siswa dengan

nilai

terendah 60%. Nilai

karakter siswa yang masih tergolong rendah

yaitu

pada

nilai

karakter,

disiplin, kerjasama, disiplin, mandiri, rasa ingin tahu dan peduli lingkungan

Hal

ini

menjadi sangat penting untuk lebih

di

perhatikan karena lembaga

pendidikan harus mempersiapkan generasi bangsa yang cerdas serta memiliki

nilai

karakter.

Nilai

karakter tersebut dapat

di

lakukan melalui proses

pembelajaraar- ya}g ada di lembaga pendidikan formal. Sekolah merupakan

salah satu lembaga pendidikan formal. Sekolah hendaknya menjadi tempat

pesefia

didik

dan guru

bekerja

guna

mencapai

tujuan

yang

saling

menguntungkan. Untuk itu diperlukan sistem pembelajaran dan pendekatan

pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan siswa'

Pembelaj aran holistik (holi s t i

c

I e ar

ning)

adalah pendekatan pembelaj aran

yang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan

topik-topik

lain

sehingga terbangun kerangka pengetahuan. Pengetahuan

tersebut akan terbangun dengan

baik

ketika proses pembelajaran yang

dilakukan dengan benar'

Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru agar terjadi proses

belajar pada

diri

siswa. Pembelajaran mencakup bagaimafla aara-cara guru

dalam mengorganisasikan isi pembelaj aran, menyampaikan isi pembelaj aran,

dan

mengelola pembelajaran. Dilapangan masih

terlihat

dalam proses
(25)

5

perangkat pembelajaran, alat bantu pembelajaran, proses evaluasi masih

belum maksimal.

Depdiknas (2005: 12) menjelaskan bahwa ada empat hal yang terkait dengan

proses pembelajaran,

yaitu

perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan

pengawasan. Perencanaan pembelalatan merupakan acuan dalam membuat

tar get penc ap aian keberhasilan pembelaj aran. D al am perencanaan dituan gkan

kompetensi yang ingin dicapai kemudian dirancang metode, strategi, bahan

ajar, dan instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian

kompetensi tersebut.

Tujuan pembelajaran dapat tercapai

jika

terjadi interaksi yang tepat antara

guru, siswa, dan sumber belajar. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu dengan pemilihan sumber belaiar

yang tepat. Dalam memilih sumber belajar, guru tentu harus menyesuaikan

dengan materi yang akan diajarkan dan metode pembelajaran yang akan

digunakan.

Metode praktikum

adalah

suatu

cara membelajarkan, dimana siswa

melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta

menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan disampaikan ke

kelas dan dievaluasi oleh

guru.

Metode praktikum yang digunakan dalam

pembelajaran IPA merupakan salah satu aplikasi Permen No. 41 Thn.2007

(26)

6

pembelajaran,

guru

memfasilitasi

siswa

melakukan

percobaan di

laboratorium, memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan

lain-lain, untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

Pada

pembelajaran

dengan metode

praktikum, siswa

memperoleh

pengalaman belajar secara nyata, siswa dapat terlibat sebagai subjek dalam

proses pembelajaran, siswa dapat memahami konsep-konsep

IPA

yang

abstrak, siswa juga dapatmenampilkan hakekat ipa sebagai proses, sikap, dan

produk

ilmiah.

Selain

itu,

berdasarkan kerucut pengalaman Dale, dalam

Sanjaya (2009: 166) menjelaskan bahwa dengan memberikan pengalaman

secara langsung misalnya melalui praktikum, proses belajar yang terjadi akan

memberikan pengalaman belajar yang lebih banyak dan hasil yang lebih

bermakna bila dibandingkan hanya memberikan pengalamar. yang abstrak,

misalnya hanya melalui bahasa verbal dan tidak melibatkan siswa secara

langsung.

Berkaitan dengan praktikum, Tabatabai (2009: 1) mengemukakan bahwa

untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk praktik diperlukan

Lembar Kerja Siswa

(LKS).

LKS merupakan salah satu bahan aJat yang

dapat dijadikan sebagai suatu panduan yang dapat membantu siswa dalam

beberapa

hal

diantaranya penggunaan

alat dan

bahan

praktikum,

pengumpulan data, analisis

hasil

praktikum,

dan

mengaitkan kegiatan
(27)

7

Berdasarkan observasi pada pelaksanaan praktikum IPA kelas

VII

di SMP 8

Negeri Bandar Lampung, guru selama

ini

menggunakan buku pedoman,

belum ada LKS yang digunakan sebagai panduan praktikum siswa. Buku

pedoman yang digunakan tersebut hanya berisi tujuan, alat dan bahan, cara

kerja, tabel pengamatan, beberapa pertanyaan, dan teori yang sangat singkat

berkaitan dengan materi praktikum.

Selain

di

sMP Negeri

8

Bandar Lampung, juga dilakukan observasi dan

wawancara terhadap pelaksanaan praktikum ipa di beberapa kelas

VII

SMP

Negeri

di

Bandar Lampung, diantaranya adalah SMP Negeri 19 Bandar

Lampung dan SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Berdasarkan wawancara

terhadap guru mata pelajaran IPA kelas

vII

di SMP tersebut, diketahui bahwa

tidak ada LKS yang digunakan sebagai panduan praktikum IPA siswa' LKS

yang ada hanya berisi materi-materi IPA, tugas-tugas, dan evaluasi yang

berkaitan dengan materi-materi pada semester tersebut. Hasil wawancara

menunjukkan bahwa keterbatasan penyajian panduan praktikum membuat

siswa sulit mengaitkan antara teori dengan percobaan karena pemahaman

awal tidak dikonstruksi terlebih dahulu dan setelah praktikum tidak ada

pertanyaan-pefianyaan atau tugas lanjutan yang dapat lebih memperdalam

pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah dipraktikkan'

Pada pelaksanaan Praktikum

iuga tidak

ada

LKS

Yang

digunakan sebagai Panduan

IPA di beberapa SMP lain di Bandar Lampung,

digunakan sebagai panduan praktikum, yang

(28)

8

dalam buku paket

IPA

pada semester tersebut. Setelah dilakukan kajian,

kegiatan atau aktivitas praktikum yang terdapat dalam beberapa buku paket

hanya terbatas pada penyajian alat dan bahan percobaan, prosedur percobaan,

dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi praktikum. Hal

tersebut menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal

ini

dapat

dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa selama satu semester.

Berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) mata pelajaran IPA SMP kelas

vII

dapat dilihat bahwa rata-rata hasil

uji blok siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar

71. Rata-rata nilai uji blok dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1.1 Rata-rata Uji Blok Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014

iswa kelas

VII

SMPN 8 Bandar lampung

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa hasil

uji

blok terendah terdapat

pada materi pencemaran dan keruskan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis

uji

blok, terlihat bahwa niiai rata-rata terendah terdapat pada

KD

7.4

Oleh

karena

itu,

KD

7.4

merupakan

KD

yang paling memungkinkan untuk

No. Materi Pokok

Nilai Rata-Rata Uji Blok

Tahun Pelaiaran 2013 12014 Rata-Rata

Kelas VII A Kelas

VII

B

1 Orsanisasai kehiduPan 63,45 67,16 65,31

2 Ekosistem 64,50 66,75 65,67

a

J Keanekaragaman

mahluk hidup

64,77 63,20 63,98

4 Kepadatan populasi

manusia

65,22 69,15 67,37

5 Pencemaran dan

kerusakan lingkungan

(29)

9

pengembangan LKS. Lebih lanjut, pada lampiran 3 dapat dilihat bahwa hanya

4l,36yo darr 162 siswa yang hasil belajarnya mencapai

KKM

padaKD 7.4

pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jika persentase ini

dikonversi ke dalam bentuk numerik, hanya terdapat 62 siswa yang mencapai

KKM.

Rendahnya hasil belajar siswa diduga disebabkan oleh pemaharnat konsep

siswa terhadap materi pada

KD

7.4

tidak optimal. Penyajian

LKS

yang

digunakan selama

ini

menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar

siswa. Selain hasil belaj

ar

yarrg cenderung rendah, keadaan tersebut juga

menyebabkan pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang

efektif

dan

efisien karena setelah dilakukan praktikum, guru masih harus menjelaskan

ulang materi tersebut.

Rendahnya

hasil

belajar

siswa sebagai

akibat

dari

pengetahuan dan

pemahaman konsep siswa terhadap KD 7.4 yang disajikan melalui praktikum

tidak dapat berkembang secala optimal. Keterbatasan penyajian bahan ajar

yang selama

ini

digunakan sebagai

LKS

menjadi salah satu penyebab

masalah tersebut.

Berdasarkan pemaparan

di

atas, maka diperlukan LKS bermuatan karakter

dengan berbasis pendekatan ilmiah yang dapat membimbing siswa untuk

melakukan praktikum yang memasukan

nilai-nilai

karakter pada siswa

dengan menggunakan metode ilmiah dan menyajikan pertanyaan-pertanyaan

(30)

10

kerusakan lingkungan sehingga siswa menjadi paham dan dapat mengingat

materi dengan mudah dan memiliki nilai karater.

Pemahaman untuk belajar mengenai materi pencemaran dan kerusakan

lingkungan tidak hanya mempelajari teori, maka dibutuhkan praktek untuk

menambah

dan

memperkuat pemahaman konsep

yang

dimiliki

siswa

terutama materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Maka, pendidik

harus tepat menggunakan model pembelajaral agff sesuai dengan kegiatan

praktikum.

Adanya LKS sebagai panduan praktikum IPA siswa pada materi pencemaran

dan kerusakan lingkungan membuat bahan ajar menjadi semakin kaya,

menarik, dan efektif dalam pembelajaran. Selain itu, keberadaan LKS ini

juga menjadi sangat bermanfaat dalam mengaitkan teori atau konsep materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan percobaan langsung yang

dilakukan oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan siswa terhadap materi

lebih

mendalam

dan

tertanam

tebih

\ama sehingga berdampak pada

peningkatan hasil belajar siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan

latar

belakang masalah,

maka

masalahnya

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. LKS IPA yang digunakan belum memenuhi kriteria'

(31)

11

2. Buku pedoman atau kegiatan/aktivitas praktikum yang terdapat dalam

buku paket digunakan sebagai panduan praktikum LKS IPA siswa.

3. Penyajian

LKS

yang

biasa digunakan dapat mengakibatkan tidak

ter c ap ainy a tuj uan mata p elai uan IP A s e c ara m ak s im al.

4. Keterbatasan penyajian LKS yang biasa digunakan membuat siswa sulit

mengaitkan antara teori dengan percobaan.

5.

Alat

dan

bahan praktikum

yang

dimiliki

sekolah terkadang tidak

mendukung aktivitas/kegiatan praktikum yang terdapat dalam buku paket

6. Belum ada LKS yang bermuatan karakter serta dapat membimbing siswa

untuk bersikap

ilmiah

dan mengkonstruk pemahaman siswa terhadap

materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

7. Siswa yang hasil belalamyamencapai KKM pada KD 7.4hanya4l,36o .

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah pada penelitian

pengembangan ini adalah

1. Adanya kesempatan dan potensi pengembangan

LKS IPA

bermuatan

karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan'

2. Pengembangan pertanyaan -pertanyaan

terstruktur

yang

bersifat

konstruktivis

di

dalam LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran

dan kerusakan lingkungan.

3. Hasil pengembangan LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dan

(32)

12

4.

Uji

efektivitas pada LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dan

kerusakan lingkungan.

5.

Uji

efisiensi pada LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dan

kerusakan lingkungan.

6.

Uji

kemenarikan

LKS

IPA bermuatan karakter

materi

pencemaran dan

kerusakan lingkungan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian

pengembangan

ini

adalah

1. Bagaimana kondisi dan potensi pengembangan

LKS IPA

bermuatan

karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan?

2.

Bagaimana proses pengembangan

LKS IPA

bermuatan karakter materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan?

3. Bagaimana efektivitas penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan?

4.

Bagaimana efisiensi penggunaan

LKS

IPA

bermuatan karakter materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan?

5. Bagaimana kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran

(33)

13

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini

adalah

1. Menganalisi

kondisi dan

potensi

untuk

pengembangan

LKS

IPA

bermuatan karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. Mendeskripsikan proses pengembangan

LKS IPA

bermuatan karakter

materi pencemaran dan kerusakan lingkungan'

3. Menganalisis efektivitas penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan'

4. Menganalisis efisiensi penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan'

5. Menganalisis kemenarikan

LKS IPA

bermuatan

karakter

materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan'

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian pengembangan ini

adalah

1.6.1

Teoritis

1.

Mengembangkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur teknologi

pendidikan, khususnya penyediaan LKS IPA bermuatan karakter

yang termasuk dalam kawasan pengembangan desain teknologi

cetak.

(34)

l4

1.6.2

Praktis

1.

Produk

hasil

penelitian yang dikembangkan,

yaitu

LKS

IPA

bermuatan karakter materi pencemalan dan kerusakan lingkungan,

dapat menjadi salah satu bahan aiat yang menarik dan bermanfaat

dalam mengaitkan antara

teori

atau konsep dengan percobaan

langsung yang dilakukan siswa sehingga hasil belajar meningkat

danpembelajaranmenjadisemakinefektifdanefisien.

2.

LKS IPA bermuatan karakter materi pencemalan dan kerusakan

lingkungan yang dikembangkan memuat pefianyaan-pefianyaan

yang bersifat konstruktivis yang dapat menjadi salah satu alat ukur

yang berfungsi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa

selama melakukan Praktikum.

3.

LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dan kerusakan

lingkungan yang dikembangkan dapat menjadi salah satu bahan

ajar yang menjadi pilihan guru dalam menyajikan pembelajaran

materi pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui metode

praktikum.

4.

Meniadi dasar pertimbangan

bagi

guru untuk merancang dan

mengembangkan panduan praktikum yang digunakan sebagai LKS

IPA bermuatan karakter pada materi-materi yang lain'

5.

Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian
(35)

15

1.7

Spesifikasi Produk yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah

1.7.1 Produk Utama

Produk yang dihasilkan dalam pengembangan

ini

berupa LKS bermuatan

karakter berbasis pendekatan ilmiah pada mata pelajaran IPA kelas

VII

materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan spesifikasi sebagai

berikut:

1.

Judul

LKS:

Panduan Praktikum

IPA

bermuatan Karakter Materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan SMP Kelas

VII

Semester

II

2.

Berbentuk bahan ajar dengan ukuran kerlas 44;

3.

Bahan ajar

yang

dikembangkan

ini

mengacu pada

tahapan

pembelajaran kurikulum KTSP;

4.

Produk yang dikembangkan berupa

LKS

panduan praktikum yang

memiliki pemahaman pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata dan mencoba,

mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,

merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,

membaca, menghitung, menggambar, dan mengafang) sesuai dengan

yang dipelajari

di

sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut

Pandang atau teori.

(36)

t6

6.

Bagian-bagian LKS terdiri dan:

a)

Cover

b)

Kata pengantar

c)

Petunjukpenggunaan

d)

Tujuan pembelajaran

e)

Daftar Isi

0

Teori Dasar

g)

Percobaan

h)

Daftar Pustaka

1,7.2 Produk Pendukung

Produk pendukung yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini

adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bermuatan karakter

materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan metode pembelajaran

(37)

II.

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan ploses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan

berlangsung seumur

hidup.

Kegiatan

belajar yang

dilakukan

akan

menghasilkan perubahan dalam dirinya. Banyak teori yang dikemukakan oleh

para ahli yang berusaha memberi penjelasan tentang belajar'

Anderson (2001:

35)

mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai

hasil dari pengalaman. Sardiman (2004:21) mengemukakan bahwa belajar

adalah serangkaian kegiatan

jiwa

taga,

psiko-fisik untuk

menuju ke

perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur

cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan

pendapat tersebut, terlihat bahwa belajar melibatkan tiga komponen pokok,

yaitu

(1)

adanya perubahan tingkah

laku;

(2)

perubahan yang relatif

permanen; (3) perubahan dihasilkan dari pengalaman.

Berdasarkan definisi

di

atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

perubahan tingkah laku yang terjadi atau unjuk kerja melalui serangkaian

(38)

18

pengalaman belajarnya. Perubahan pada aspek kognitif, psikomotor, dan

afektif tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh siswa

dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi juga

belajar secara langsung melalui suatu percobaan. Pengalaman belajar tesebut

akan semakin bermakna

jika

dalam praktikum dilengkapi dengan LKS

panduan praktikum.

Berkaitan dengan pengalaman belajar, Bruner dalam Sagala (2012: 36)

mengemukakan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh dari partisipasi

aktif siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu motivasi siswa untuk

belqar. Menurutnya, pengalaman belajar yang seperti itu dapat dicontohkan

oleh pengalaman belajar penemuan yang

intuitif.

Berdasarkan pendapat

Bruner tersebut, pengalaman belajar penemuan yang dapat memotivasi siswa

untuk

belajar salah satunya melalui praktikum

di

mana siswa dapat

termotivasi

untuk

memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi

pelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis

data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada

penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin

dimiliki

siswa

dengan digunakannya LKS panduan praktikum yang memiliki daya tarik,

selain penggunaan buku Paket.

Selanjutnya, Arsyad (2010: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses

kompleks yang terjadi pada

diri

setiap orang sepanjang hidupnya. Proses
(39)

t9

lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana

saja.

Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar ditunjukkan dengan adanya

perubahan tingkah

laku

pada

diri

orang tersebut yang disebabkan oleh

perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Gagne

(1985:

13)

menyatakan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang

kompleks,

hasil

belajar berupa kemampuan. Setelah belajar seseolang

memiliki

keterampilan, pengetahuan,

sikap

dan

nilai.

Munculnya

kemampuan tersebut disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan

sefta proses kognitif yang ditakukan oleh peserta

didik.

Dengan demikian

belajar adalah seperangkat ploses kognitif yang terbentuk oleh stimulasi

lingkungan, melalui pengolahan informasi menjadi kemampuan baru.

Piaget memberikan dua macam pengefiian belajar, yaitu (1) belajar dalam arti

sempit

dan

(2)

dalam

arti

luas.

Ginsburg

dan

Opper

(1998:

141)

mendefinisikan belajar dalam arti sempit adalah belajar yang menekankan

adanya penambahan perolehan informasi baru. Belajar dijelaskan sebagai

suatu yang bersifat pasif atau hafalan. Sedangkan belajar dalam arti luas yang

disebut

juga

perkembangan adalah

belajar untuk

memperoleh dan

menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan di

berbagai situasi.

Belajar merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui proses belajar

kita

dapat meningkatkan kecakapan, pengetahuan, keterampilan, sikap,
(40)

20

digunakan bagi kehidupan bermasyarakat. Belajar adalah suatu kegiatan yang

dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan sesuatu yang harus

ditakukan oleh setiap manusia. Pengertian belajar yang dikaitkan dengan

tingkah

laku

diartikan

sebagai suatu perubahan sebagai

akibat

dari

pengalaman yang dirasakan, dijiwai dan diaktualisasikan dengan pola tingkah

laku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri tertentu.

Maksum (2000: 19), mengemukakan ciri-ciri perubahan tingkah laku sebagai

berikut:

1.

Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman yang diperoleh itu

diperoleh dengan sengaja dan disadari, diperoleh bukan secara kebetulan.

2.

Perubahan bersifat positif, dalam arli sesuai dengan yang diharapkan atau

kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari

segi pendidik.

3.

perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif

tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan

seperti dalam pemecahan masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri

di kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Berdasarkan pendapat para

ahli

tersebut, siswa dikatakan belajar ketika

terjadi perubahan yang mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif

dalam dirinya sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Perubahan pada

ketiga aspek tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh

siswa dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi

(41)

2t

tesebut akan semakin bermakna

jika

dalam praktikum dilengkapi dengan

LKS.

Berkaitan dengan pengalaman belajar, Bruner (1966: 36) mengemukakan

bahwa pengalaman belajar yang diperoleh melalui partisipasi

aktif

siswa

dalam ploses pembelajaran merupakan salah satu motivasi siswa untuk

belajar. Menurutnya, pengalamanbelajar yang seperti itu dapat dicontohkan

oleh pengalaman belajar penemuan yang

intuitif.

Berdasarkan pendapat

Bruner tersebut, pengalaman belajar penemuan yang dapat memotivasi siswa

untuk belajar salah satunya menggunakan metode praktikum di mana siswa

dapat termotivasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi

pelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis

data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada

penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin

dimiliki

siswa

dengan digunakannya

LKS

yang memiliki daya

tarik,

selain penggunaan

buku paket.

Ausubel (1968: 35) mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi sebagai

berikut:

1. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran

yang

disajikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang

menyajikan informasi

itu

dalam bentuk

final,

maupun dalam bentuk

belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri

(42)

22

2. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat megaitkan

informasi

itu

pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa dapat

menghubungkan atau mengaitkan informasi

itu

pada pengetahuan yang

telah

dimilikinya maka

belajar

jadi

bermakna. Tetapi

jika

siswa

menghafalkan informasi guru

itu,

tanpa menghubungkan pada konsep

yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi hafalan.

Berdasarkan pengklasifikasian belajar menurut Ausubel tersebut, maka siswa

yang belajar melalui praktikum di laboratorium dan dilengkapi dengan LKS

dapat diklasifikasikan ke dalam belajar dimensi pertama dan kedua' Dalam

hal

ini,

siswa menerima materi pelajaran dalam bentuk belajar penemuan

melalui percobaan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri

sebagian atau seluruh materi yang akan dikerjakan. Selanjutnya siswa dapat

mengaitkan materi itu pada struktur kognitif (teori atau konsep) yang telah

dimiliki

sebelumnya

lalu

mengembangkannya

sehingga

diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam melalui serangkaian materi, kegiatan, dan

pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS.

Piaget dan Inheld er (1969:164) menjelaskan tentang penerapan model belajar

konstruktivis di mana siswa yang aktif menciptakan struktur kognitif dalam

interaksinya dengan lingkungan belajar. Dengan bantuan struktur kognitif ini,

siswa menyusun pengertian mengenai realitasnya. Siswa berpikir aktif serta

mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran dirinya. Piaget juga

(43)

23

kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa

aktif

anak berinteraksi

dengan lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan Piaget dan Inhelder, pengetahuan diperoleh dari

tindakan dan ditentukan dari keaktifan siswa dalam berinteraksi dengan

lingkungan belajarnya. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari tindakan

dan berinteraksi

aktif

dengan lingkungan belajarnya salah satunya dengan

belajar di laboratorium menggunakan metode praktikum. Melalui praktikum

yang

dilengkapi dengan

LKS,

siswa secala

aktif

dapat membangun

pengetahuan dan pemahaman tentang materi pelajaran berdasarkan realitas

atau kenyataan yang diperoleh langsung dari serangkaian percobaan dan

analisis yang dilakukan. Pengetahuan dan pemahamal tersebut kemudian

dapatdisajikan baik secara tulisan maupun lisan'

Berkaitan dengan aliran konstruktivis, Woolfolk (2003: 342) memaparkan

carapandang belajar menurut Piaget dan Vygotsky, yang dapat dilihat pada

Tabel 2.1 caraPandang Belajar Menurut Piaget dan vygotsky

Konstruktivitas

Piaget Vygotsky

Belajar Membangun siswa aktif berdasarkan pengetahuan

sebelumnya melalui

kesempatan-kesemPatan dan

proses untuk menghubungkan

aoa y ang sudah diketahui.

Membangun pengetahuan

kolaboratif berdasarkan

lingkungan sosial dan nilai

terbentuk melalui

kesempatan-kesemPatan sosial.

Peran guru

Fasilitator, pembimbing,

mendengarkan konseP, ide,

dan pemikiran siswa.

Fasilitator, pembimbing, dan

turut membantu membangun

pengetahuan, mendengar

konsep-konsep siswa Yang

(44)

24

Konstruktivitas

Psikolosi/ Individu Sosial

Piaget Vvsotsky

Peran teman

Tidak perlu tetapi dapat

menstimulasi pemikiran dan

menimbulkan

o ertanyaan-pertanYaan.

Bagian penting dalam proses

pembentukan pengetahuan.

Peran

siswa

Membangun secara aktif

(dengan otak), pemikir aktif,

pemberi keterangan,

penerjemah, penanya.

Aktif membangun dengan diri

sendiri dan orang lain, pemikir aktif, pemberi keterangan,

penerj emah, penafiy a, parlisiPasi

aktif sosial.

Sumber: Woolfolk (2003 : 342)

Berdasarkan Tabel2.1, siswa sebagai si belajar adalah pihak yang aktif dalam

membangun pengetahuan, guru hanya sebagai fasilitator saja. Menurut Piaget

siswa

membangun pengetahuan dengan

otak dan

pemikiran sendiri,

sedangkan menurut Vygotsky siswa membangun pengetahuan melalui

interaksi sosial. Siswa sebagai makhluk individu tentu memiliki pengetahuan

yang tersimpan

di

dalam otaknya.

Melalui

praktikum yang dilakukan

berkelompok, setiap individu aktif mengolah, mencerna, dan memberi makna

terhadap rangsangan dan pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi

suatu pengetahuan. Pengetahuan yang

dimiliki

masing-masing individu

tersebut kemudian dapat dikembangkan dan dibangun

lagi

bersama-sama

dengan siswa

lain

dalam kelompoknya melalui serangkaian kegiatan dan

perlanyaan yang disajikan dalam panduan praktikum LKS siswa.

Belajar akan diperkuat

jika

siswa diberikan penugasan. Melalui penugasan,

pengetahuan yang telah

dimiliki

siswa dapat dikembangkan sehingga siswa
(45)

25

Suyanto

(2}ll:

3) mengemukakan bahwa belajar akan diperkuat

jika

siswa

ditugaskan untuk (1) menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri,

(2)

memberikan contoh mengenai sesuatu,

(3)

mengenali sesuatu dalam

berbagai keadaan dan kesempatan,

(4)

melihat hubungan antata sesuatu

dengan fakta atau informasi lain, (5) memanfaatkan sesuatu dalam berbagai

kesempatan,

(6)

memperkirakan konsekuensinya, dan

(7)

menyatakan hal

yang bertentangan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penugasan yang dapat memperkuat

pengetahuan siswa. Penugasan-penugasan tersebut dapat disajikan dalam

LKS.

Pengetahuan yang sudah dibangun

dan

dimiliki

siswa melalui

praktikum

dapat dituangkan secara

lisan melalui

penugasan berupa

pertanyaan -pertanyaan atau langkah

kerja

yang

perlu

dilakukan siswa'

Dengan demikian, siswa dapat semakin memahami materi pelajaran, dan

mengingat materi tersebut dalam jangka waktu yanglama'

2.1.1 Belajar

Mandiri

Belalar mandiri bukan berarti belajar

sendiri.

Belajar mandiri merupakan

kegiatan atas prakarsa sendiri dalam mengintemalisasi pengetahuan, sikap,

dan keterampilan, tanpa tergantung atau tanpa mendapat bimbingan langsung

dari

orang

lain

(Permendiknas

No.

22

Thn. 2006). Miarso (2007: 267)

mengemukakan bahwa belajar mandiri erat hubungannya dengan belajar

menyelidik,

yaitu

berupa pengarahan

dan

pengontrolan

diri

dalam
(46)

Z6

Pendidikan dengan sistem belajar mandiri menurut Institut

for

Distance

Eclucation of Maryland (Iniversity dalam Chaeruman (2008: 33) merupakan

strategi pembelajaran yang memiliki karakteristik tertentu yaitu :

1.

Membebaskan pembelajar untuk tidak harus berada pada satu tempat

dalam satu waktu.

2.

Disediakan berbagai bahan termasuk panduan belajar dan silabus rinci

sefia akses ke semua penyelenggara pendidikan yang memberi layanan,

bimbingan menj awab pefianyaan -pertany aan yang diaj ukan pembelaj ar,

dan mengevaluasi karya-karya pembelaj ar.

3.

Komunikasi diantara pembelajar dengan instruktur atau tutor dicapai

melalui suatu kombinasi dari beberapa teknologi komunikasi seperli

telepon,

voice-mail,konferensi

melalui

komputer,

surat

elektronik

ataupun surat menyurat secara reguler'

Miarso (2007: 267) mettyatakan paling sedikit ada dua

hal

yang dapat

melaksanakan belajar mandiri yaitu, 1) digunakannya program belajar yang

mengandung petunjuk untuk belajar sendiri

oleh

peserta

didik

dengan

bantuan pendidik yang minimal, dan

2)

melibatkan peserta

didik

dalam

perencanaan dan pelaks anaan ke giatan'

Berdasarkan urain di atas belajar mandiri merupakan belajar terprogram atau

terencana secara matang. Pada prinsipnya belajar mandiri didasarkan pada

kebutuhan pembelajar yang harus dipenuhi dengan motivasi instrinsik pada

diri peserla didik dan minimalisasi keterlibatan pendidik dalam pelaksanaan

(47)

27

dengan

LKS

sebagai panduannya merupakan salah satu contoh belajar

mandiri.

Melalui

praktikum siswa dapat belajar secara mandiri untuk

memperoleh pengetahuan melalui serangkaian percobaan yang dilakukan dan

dari materi serta pertanyaan-perta ny aan yang terdap at pada

LI(S.

Guru hanya

sebagai fasilitator yang membimbing siswa menginternalisasi pengetahuan,

sikap, dan keterampilannYa.

2.L.2 T eori pembelajaraan

Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Suparno (2004:

3) mengemukakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses transaksional

akademis bertujuan bagaimana peserta didik mengerti dan paham tentang apa

yang

mereka pelajari.

Undang-Undang

Sistem

Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Berkaitan dengan dua definisi tersebut, pembelajaran

dapat dikatakan sebagai proses interaksi antata siswa, guru, dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaranyang dirancang

oleh guru harus dikondisikan secala tepat dengan memanfaatkan

sumber-sumber belaiar sehingga tercipta lingkungan belajar yang mendukung untuk

membantu siswa mengerti

dan

memahami apa

yang

mereka pelajari'

Praktikum

yang

dilengkapi dengan

LKS

sangat memungkinkan guru

memfasilitasi siswa untuk mengerti dan memahami apa yang dipelajari'

Adanya interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar yang beragam di

(48)

28

Sutikno (2007 : 50) mengemukakan

Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar

terjadi proses belajar pada

diri

siswa. Pembelajaran lebih menekankan

pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana

cara

mengorganisasikan

isi

pembelajaran, menyampaikan isi

pembelaj aran, dan mengelola pembelaj aran.

Suatu

pembelajaran

akan

berjalan dengan

baik

jika

guru

mampu

mengidentifikasi kondisi pembelajaran, menentukan metode pembelalatan

yang Sesuai, dan mengevaluasi hasil pembelajaran dengan tepat. Kemampuan

guru mengidentifikasi kondisi pembelajaran bergantung pada kemampuan

guru mengelompokkan kondisi pembelajaran. Metode pembelaj aran dapat

dibedakan menjadi

tiga

kategori, yaitu

(1)

strategi pengelolaan kegiatan

pembelajaran,

(2)

strategi pengorganisasian pelajaran,

dan

(3)

strategi

penyaj ian pembelaj aran.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, pembelajaran merupakan usaha yang

dilakukan guru dalam mengelola kegiatan belajar untuk menciptakan proses

belajar yang terarah dan terkendali yang akan berdampak pada hasil belajar

siswa. Proses pengelolaan kegiatan belajar

terdiri

dari proses pemilihan,

penetapan, dan pengembangan metode pembelajaran. Metode pembelajaran

yang

digunakan

tentu

disesuaikan dengan

materi

pelajaran. Dalam

pembelajaran

IPA,

ada materi-materi yang perlu untuk disajikan dengan

metode

eksperimen

atau

praktikum.Penyajian pembelajaran melalui

praktikum tentu harus dikelola dengan baik agar efektif dan efisien serta

berdampak pada hasil belajar siswa yang baik juga. Salah satunya dengan

(49)

29

2.1.3 Teori Perkembangan Piaget

Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia

memahami dunianya dengan mengumpulkan

dan

mengorganisasikan

informasi.

Menurut Piaget seperti yang

dikutip

Woolfolk

(2009)

perkembangan

kognitif

dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas

dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan

biologis

yang terprogram secara genetik.

Aktivitas

berkaitan dengan

kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi

sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang

di

sekitar dan belajar

darinya.

Tahap

-

Tahap Perkembangan

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke

berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring

1. Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)

2. Periode praoperasional (usia 2-7 tahut)

3. Periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun)

Tahapan operasional

konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat

enam sampai duabelas tahun dan mempunyai

logika yang memadai.

dalam 4 periode utama yang

pertambahan usia :

tahapan. Muncul antara usia

ciri berupa penggunaan

Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah :

P engur ut an-kemampuan untuk mengurutan obj ek menurut ukuran,

bentuk, atau ciri lainnYa. .

Kt a s

ifi

ka s i-kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifi kas i
(50)

30

lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat

menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.

Decentering-anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suattt

permasalahan untuk bisa memecahkannya.

R e v e r s i b i I i ty-anak mulai memahami b ahwa j umlah atau b enda-benda

dapatdiubah, kemudian kembali ke keadaan awal.

KonservasT'-61sp3[46i bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah

benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari

objek atau benda-benda tersebut.

P e n ghi I an gan s ifu t E g o s e nt r i s 7n s-ftsnatrrpuan untuk melihat s e suatu dari

sudut pandang olang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara

yang salah).

4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

2,1.4 T eori Pembelajaran Pemerosesan Informasi Gagne

Gagne (1885: 66), menyatakat bahwa learning

is

a

change

in

human

disposition or capacity, which persists over a period time, and which is not

simply

ascribable

to

process

of

growth.

Belajar merupakan adanya

perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah dilakukan dalam

jangka waktu tertentu, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan

saja. Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang

bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan

yang

berasal

dari

peristiwa eksternal

di

lingkungan

individu

yang
(51)

31

Berdasarkan

kondisi internal

dan

eksternal

ini,

Gagne menjelaskan

bagaimana proses

belajar

itu

terjadi. Model

proses

belajar

yang

dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemerosesan informasi,

yaitu sebagai berikut :

1.

Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf

dan diproses sebagai informasi.

2.

Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan

dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori

jangka panjang.

3.

Memori-memori

ini

tercampur dengan

memoli yang telah

ada

sebelumny a, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.

Model proses kontrol pemrosesan informasi dapat dilihat pada gambar di

bawah ini

Informasi ----l Sensory ----l Perception ----+ Il o r kin g ----+ L ong-t erm ---> S t or a ge

Memory

MemorY retrieval

Gambar 2.1 Model proses kontrol pemrosesan informasi

a. Short-Term Sensory Stote

Sistem

ini

berfungsi untuk menyimpan sejumlah besar informasi yang

diterima dalam waktu yang singkat. Kompartemen

dari

sistem ini

memerima tanpa mencatatnya,

dat

dalam waktu yang singkat akan

hilang karena penembahan informasi baru. Hal ini dapat kita analogikan

sebuah setrika

yang

sudah agak panas

yang

kemudian panasnya
(52)

32

berbagai bentuk, seperli stimulus-penglihatan,petabaan, pendengaran,

kinestetik, dan seterusnya. Terdapat kemungkinan, berbagai langsang

sensoris yang berasal dari luar itu diterima secara simultan dan masing

masing rangsang tersimpan dalam waktu yang singkat.

b. Sltort-Term MemorY

Informasi yang diterima sistem penyimpangan jangka pendek tidak

semua diproses pada tahap berikutnya, karena adu"rya penyaringan

terhadap informasi yang relefan dan tidak relefan. Proses seleksi ini

ditentukan

oleh

kondisi tugas yang dilakukan seseorang (misalnya

mengamati perjalanan shuttlecock dalam permainan bulu tangkis) atau

oleh

momen tertentu dalam suatu tugas (mula-mula penglihatan,

kemudian

pendengaran

seperti

kerasnya suafa"cocok" dipukul).

Informasi yang akan diproses ketahap berikutnya ialah karena kesesuaian

dengan suatu situasi untuk diproses kedalam sistem memori jangka

pendek (STM). Memori

ini

merupakan tempat penyimpanan informasi,

bagi yang berasal dari Short-Term Sensory Store (STSS) maupun yang

berasal dari Long-term Memory (LTM).

e. Long-term MemotY

Kompartemen memori jangka pendek jangka panjang adalah jumlah

waktu

dari

informasi

yang

dapat disimpan

selain

kemempuan

menyimpan informasi. Bedasarkan teori kotak memori dapat dijelaskan

(53)

JJ

jangka pendek ke penyimpanan jangka panjang, dimana informasi akan

tersimpan secara permanen supaya tidak hilang (Budiningsih, 2005: 82)

2.1.5 Teori Belajar Konstruktivis

Teori belajar konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang

bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang

sudah

dipelajari.

Siswa menemukan

sendiri

dan

mentrasformasikan

informasi kompleks, mengecek informasi baru dan merevisinya apabrla

aturan-aturan itu tidak sesuai. Filsafat konstruktivisme menjadi landasan

strategi pembelajaran yang dikenal dengan student-centered learning'

Pembelajaran ini mengutamakan keaktifan siswa sedangkan guru berperan

sebagai fasilitator dan memberi arahan (scaffiolding)'

Ada tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme menurut Tasker

(1992:

25-34),

yaitu:

1)

peran

aktif

siswa dalam

mengkonstruksi

pengetahuan secara bermakna,

2)

pentingya membuat

kaitan

antara

gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna, 3) mengaitkan antara

gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Pembelajaran dengan menggunakan LKS yang berbasis pendekaan ilmiah,

memungkinkan siswa lebih aktif dalam menggali informasi, memecahkan

masalah dan menarik kesimpulan dari yang mereka pelajari. LKS dalam

fungsinya sebagai pendampingan belajar menjadi pijakan bagi siswa untuk

mengeksplorasi

dan

mengelaborasi informasi-informasi

yang

sedang
(54)

34

2.1.6 T eori Belaj ar Behaviorisme

Menurut

teori

ini

belajar merupakan

akibat

adanya interaksi antata

stimulus dan respon. Respon yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya

stimulus

yang

dikondisikan (conditioned stimulus)

atar yang

tidak

dikondisikan (unconditioned stimulus). Teori behaviorisme memandang

bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamatidan dapat

diukur, diprediksi dan dikontrol. tidak menjelaskan perubahan internal

pada

diri

siswa. Prases belajar dapat terjadi dengan bantuan media (alat).

Pendapat Thorndikemengatakan

bahwa

untuk

memperoleh suatu

perubahan

tingkah

laku

harus mengikuti hukum-hukum:

1)

hukum

kesiapan

(taw

of

readiness)

yaitu

semakin

siap

suatu

organisme

memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah

laku

tersebut akan menimbulkan kepuasan

individu

sehingga asosiasi

cenderung diperkuat; (2) hukum latihan (law of exercise) yaitu semakin

sering suatu tingkah laku diulang, dilatih, dan digunakan maka asosiasi

tersebut semakin

kuat; dan

(3)

hukum

akibat

(law

of

effict)

yaitu

hubungan

stimulus lespon

cenderung

diperkuat

bila

akibatnya

menyenangkan dan cenderung diperlemah jika tidak memuaskan.

Dalam pembelajaran IPA, stimulus muncul dengan tersedianya alal dan

bahan praktikum sehingga siswa dapat merespon dengan cara melakukan

percobaan yang difasilitasi dengan umpan balik. Adanya kegiatan belajar

yang

menarik

dapat menimbulican

motivasi siswa

sehingga aspek
(55)

35

Beberapa prinsip belajar menurut Skinner, yaitu: 1) belajar harus segera

diberitahukan pada siswa dan diberi penguatan,

2)

proses ajar harus

mengikuti irama dari yang belajar,

3)

materi belajar digunakan sistem

modul,

3)

pembelajaran lebih mementingkan aktivitas mandiri.

Prinsip-prinsip

ini

sesuai dengan menggunakan panduan praktikum berbentuk

LKS yang dapat memfasilitasi perbedaan pebelajar, adanya respon

benar-salah, adanyapenskoran dan unsur belajar mandiri.

2.2

Pendidikan Bermuatan Karakter

Secara etimologis, kata pendidikan berasal dari bahasa latin educare, yang

memiliki

konotasi

melatih

atau

menjinakan,

menyuburkan,

dan educare yang bisa pula berarti suatu kegiatan untuk menarik keluar atau

membawa

keluar.

Jadi

pendidikan merupakan sebuah proses yang

membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat

teratur, dan pembimbingan (Doni Koesoema, 2010:53)'

pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan

didik. Pendidikan adalahjuga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam

mempersiapkan

generasi mudanya

bagi

kelangsungan kehidupan

masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan ini

ditandai oleh pewarisan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa.

Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan karakter bangsa untuk

meningkatkan

kualitas

kehidupan masyarakat

dan

bangsa

di

masa
(56)

36

Said hamid Hasan,dkk dalam naskah akademik pengembangan pendidikan

budaya dan karakter bangsa Kementerian Pendidikan Nasional (2010:3)

merumuskan karakter adalah

watak,

tabiat, akhlak, atau kepribadian

seseorang

yang

terbentuk

dari hasil

internalisasi

berbagai

kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk

cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan

terdiri

atas

sejumlah

nilai,

moral, dan norma, seperti

jujur,

berani bertindak, dapat

dipercaya,

dan

hormat kepada oranglain. Interaksi seseorang dengan

oranglain dapat menumbuhkan karakter individu tersebut'

Lickona (1991: 21) mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat

alami

Seseorang

dalam

merespon

situasi

Secara

bermoral,

yang

dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,

jujur,

bertanggung jawab, mengholmati orang

lain

serta karakter mulia

lainnya.

Pengertian pendidikan karakter selalu mengacu pada bagaimana pribadi

yafig

baik,

memperlihatkan kualitas perseorangan yang dapat melihat

dengan pertimbangan kondisi sosial

untuk

mendapatkan karakter dan

mengembangkan pribadi yang berkualitas sering

kali

dengan meninjau

tujuan dari pendidikan, rasa melalui penekanan pada kualitas (nilai-nilai

positif) seperti jujur, rasa hormat, dan bertanggung jawab.

Dalam Grand Desain Pendidikan Karakter, pendidikan karakter merupakan

proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan

(57)

3t

masyarakat. Nilai-nilai luhur

ini

berasal dari teori pendidikan, psikologi

pendidikan, dan nilai-nitai sosial budaya, ajatan agarna, Pancasila, UUD

1945, dan

UU

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

serla pengalaman terbaik dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur

ini

juga perlu

didukung oleh komitmen dan kebijakan pemangku kepentingan sefia

pihak-pihak terkait

lainnya termasuk dukungan safana

dan

prasarana yang

diperlukan (Zubaedi, 201 | : l7).

Pendidikan karakter secara akademik dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan

budi

pekerti, pendidikan

moral,

pendidikan watak, yang

tujuannya mengembangkan kemampuan pesefta

didik

untuk memberkan

keputusan baik- buruk, memelihara apa yang baik

itu,

dan mewujudkan

kebaikan

itu

dalam

kehidupan sehari-hari

dengan

sepenuh hati

(Kementerian Pendidikan Nasio nal, 20 I 0 : 2).

Lickona

(Elkind

&

Sweet, 2004:1) mendefinisikan pendidikan karakter

sebagai: "character education

is

the

deliberate

effort

to

help people

understand, care about, and oct upon ethical values. When we think about

the kind of character we want

for

our children, it is clear that we want them

to be able to judge what is right, care deeply about that is right, and then do

what they believe to be right. Even in the foce of pressure from without and

temptation fr om w ithin ".

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter

adalah

merupakan

suatu

proses

yang

membantu menumbuhkan,

mengembangkan, mendewasakan, membentuk kepribadian seseorang yang

(58)

38

dilakukan secara sadar dan sistematis, sehingga terbentuk kepribadian yang

digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan

bertindak.

2.2.1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Satuan pendidikan sebenarnya selama

ini

sudah mengembangkan dan

melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional

satuan

pendidikan masing-masing.

Hal ini

merupakan prakondisi

pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada

saat

ini

diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum.

Nilai

prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa,

bersih, rapih, nyaman, dan santun.

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah

teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan

tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2)

jujur,

(3) toleransi, (4)

disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri,

Gambar

Tabel  1.1  Rata-rata  Uji Blok  Semester  Genap  Tahun  Pelajaran  2013-2014
Tabel  2.1  caraPandang  Belajar  Menurut  Piaget  dan  vygotsky Konstruktivitas
Tabel  2.2  Nilai  dan  Deskripsi  Nilai  Pendidikan  Budaya  dan  Karakter  Bangsa
Gambar 2.2 Diagram  Kerangka  Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artinya WPS dengan keyakinan kurang baik mengenai VCT akan mempunyai kemungkinan tidak melakukan VCT ulang sebesar 7 kali lebih tinggi dibandingkan WPS dengan keyakinan yang

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang demam berdarah dengue dan pemetaan wilayah penderita demam berdarah dengue diantaranya: Lizda Iswari (2008),

Untuk membatasi permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini, maka penulis hanya membatasi permasalahan pada proses transaksi penjualan mulai dari pemesanan,

Penanganan autis secara linguistik klinis akan memberikan pemahaman baru bagi para pengajar di lembaga pendidikan khusus autis tentang bagaimana seharusnya

The research aimed to investigate the blue prints of the progress test items for the first year students of SMAN 1 Pamulang and the English test type of the progress test items

Dukungan atau kontribusi uraian jabatan (X1) dan spesifikasi jabatan (X2) terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Daerah Kabupaten Malang adalah sebesar 58%,

Hasil dari penelitian di atas yaitu Hasil analisa univariat menunjukkan lebih banyak (51,1%) responden memiliki dukungan keluarga yang kurang, dan lebih dari

2 2016/1437 Dalam arti lain Pendidikan adalah usaha membina dan membentuk pribadi siswa agar bertakwa kepada Allah SWT cinta kasih kepada orang tua dan sesamanya ,