• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan Mengenai Penggunaan Antibiotika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan Mengenai Penggunaan Antibiotika"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RS UMUM DAERAH PIRNGADI MEDAN MENGENAI

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

OLEH: JESSLYN FELIX

110100148

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan Mengenai Penggunaan Antibiotika Nama : Jesslyn Felix

NIM : 110100148

Dosen Pembimbing Dosen Penguji I

dr. Zulkarnain Rangkuty, M.Si dr. Sufitni, M.Kes, Sp.PA NIP. 19520917 198112 1 001 NIP. 19720404 200112 2 001

DosenPenguji II

dr. Deryne A. P, M.Ked(KK), Sp.KK

NIP. 19831111 200912 2 003

Medan, 12 Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(3)

ABSTRAK

Antibiotika merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri. Penggunaan antibiotika yang tepat penting untuk diperhatikan dikarenakan efek sampingnya yang cukup membahayakan bagi pasien dan dapat menyebabkan resistensi antibiotika. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan antibiotika pada masyarakat. Salah satu faktor yang penting adalah tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika itu sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tersebut, seperti tingkat pendidikan dari masyarakat, penjelasan oleh dokter, serta anggapan-anggapan lain yang menimbulkan adanya kesalahan saat mengonsumsi antibiotika.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien poliklinik penyakit dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Kota Medan mengenai penggunaan antibiotika. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan teknik pengumpulan sampel digunakan adalah teknik purposive sampling. Total 100 responden dalam penelitian ini adalah pasien yang datang berobat ke poliklinik penyakit dalam di RSUD Pirngadi Kota Medan. Penelitian ini menggunakan data primer dalam pengumpulan data. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari data kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien poliklinik penyakit dalam di RSUD Pirngadi Kota Medan terhadap penggunaan antibiotika sebagian besar tergolong baik, sebab dari 100 orang terdapat 78 responden (78%) yang menjawab pertanyaan pengetahuan dengan benar, responden yang berpengetahuan sedang sebanyak 14 orang (14%) dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 8 orang (8%).

Saran dari penelitian ini adalah agar masyarakat lebih meningkatkan pengetahuan terhadap penggunaan antibiotika yang benar dan mengimplementasikannya menjadi sikap yang benar terhadap penggunaan antibiotika di kehidupan sehari-hari dan bagi dokter pelayanan kesehatan primer untuk menerapkan edukasi pada pasien tentang penggunaan antibiotika yang benar.

(4)

ABSTRACT

Antibiotics are important drugs used in the treatment of infections caused by bacteria. Appropriate use of antibiotics is important because the side effects are quite dangerous for the patient and can lead to antibiotic resistance. There are several factors that affect the use of antibiotics in the community. One important factor is the level of community knowledge about the antibiotic itself. Some of the factors that affect the level of knowledge, such as the level of education of the community, adequate education by the physicians, as well as other assumptions which give rise to an error when taking antibiotics.

The purpose of research is to see the level of patient’s knowledge in Internal Medicine Polyclinic Pirngadi Regional General Hospital on the use of antibiotics. This study design is a descriptive study with cross-sectional approach and sample collection techniques used is purposive sampling technique. Total of 100 respondents in this study are patients in Internal Medicine Polyclinic Pirngadi Regional General Hospital. Primary data is used during data processing.

The result shows that the level of knowledge of the patients in Internal Medicine Polyclinic Pirngadi Regional General Hospital on the use of antibiotics is good, based on the result showing that 78 people out of 100 respondents (78%) answered the question correctly, respondents who are knowledgeable are 14 respondents ( 14% ) and less knowledgeable respondents are 8 respondents (8%).

Suggestion from this study for community is to increase their knowledge about proper usage of antibiotics and implementing it into the right attitude towards the proper use of antibiotics in daily life and for physicians in primary health care to provide counseling and education to the community about the proper use of antibiotics.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul ”Tingkat Pengetahuan Pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan Mengenai Penggunaan Antibiotika”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan rasa hormat setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Zulkarnain Rangkuty, M.Si, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak membantu dan memberikan saran-saran selama penyusunan karya tulis ilmiah, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Ibu dr. Sufitni, M.Kes, Sp.PA & Ibu dr. Deryne A. P, M.Ked.(KK), Sp.KK,

selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Para dosen dan staf pegawai di Lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Tjia Soei Koen dan Ibunda Hastaty Husin, serta saudara-saudara saya atas doa, dukungan, dan nasehat yang telah diberikan kepada saya.

(6)

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2014 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN...i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR SINGKATAN...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...3

1.3. Tujuan Penelitian...3

1.4. Manfaat Penelitian...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1. Antibiotika...5

2.1.1. Definisi…………...5

2.1.2. Klasifikasi …………...5

2.1.3. Golongan Antibiotika...7

2.1.4. Resistensi Antibiotika...10

2.1.4.1. Definisi...10

2.1.4.2. Penyebab Terjadinya Resistensi...10

2.1.4.3. Mekanisme Terjadinya Resistensi...11

2.1.5. Prinsip Penggunaan Antibiotik...13

(8)

2.2.1. Definisi...15

2.2.2. Tingkat Pengetahuan...15

2.2.3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan...17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL………....18

3.1. Kerangka Konsep ...18

3.2. Definisi Operasional ...18

3.2.1. Pengetahuan ...18

3.2.2.Umur...19

3.2.3.Tingkat Pendidikan...19

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN...20

4.1. Rancangan Penelitian ...20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...20

4.3.1. Populasi...20

4.3.2. Sampel...21

4.3.2.1. Besar Sampel...21

4.3.2.2. Metode Pengambilan Sampel...22

4.4. Metode Pengumpulan Data...22

4.4.1. Data Primer...22

4.5. Metode Analisis Data...22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN...23

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...23

5.2. Karakteristik Responden...23

5.2.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin…………....23

5.2.2. Distribusi Responden berdasarkan Umur………..24

(9)

5.3. Tingkat Pengetahuan Responden...25

5.3.1. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...26

5.3.2. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur…..……26

5.3.3. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….……...27

5.4. Pembahasan……...28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...31

6.1. Kesimpulan...31

6.2. Saran...31

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Gen yang Terkait dengan Resistensi terhadap Antibiotika 12 5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin 24 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur 24 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat 25

Pendidikan

5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 25 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 26

Berdasarkan Jenis Kelamin

5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 27

Berdasarkan Umur

5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR SINGKATAN

CSS Cairan Serebrospinal

DNA Deoxyribonucleic Acid

JAMA The Journal of the American Medical Association

RNA Ribonucleic Acid

RS Rumah Sakit

RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

SD Sekolah Dasar

SMA Sekolah Menengah Atas

SMP Sekolah Menengah Pertama

USU Universitas Sumatera Utara

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN II Kueisioner Penelitian

LAMPIRAN III Informed Consent

LAMPIRAN IV Surat Izin Penelitian

(14)

ABSTRAK

Antibiotika merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri. Penggunaan antibiotika yang tepat penting untuk diperhatikan dikarenakan efek sampingnya yang cukup membahayakan bagi pasien dan dapat menyebabkan resistensi antibiotika. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan antibiotika pada masyarakat. Salah satu faktor yang penting adalah tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika itu sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tersebut, seperti tingkat pendidikan dari masyarakat, penjelasan oleh dokter, serta anggapan-anggapan lain yang menimbulkan adanya kesalahan saat mengonsumsi antibiotika.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien poliklinik penyakit dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Kota Medan mengenai penggunaan antibiotika. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan teknik pengumpulan sampel digunakan adalah teknik purposive sampling. Total 100 responden dalam penelitian ini adalah pasien yang datang berobat ke poliklinik penyakit dalam di RSUD Pirngadi Kota Medan. Penelitian ini menggunakan data primer dalam pengumpulan data. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari data kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien poliklinik penyakit dalam di RSUD Pirngadi Kota Medan terhadap penggunaan antibiotika sebagian besar tergolong baik, sebab dari 100 orang terdapat 78 responden (78%) yang menjawab pertanyaan pengetahuan dengan benar, responden yang berpengetahuan sedang sebanyak 14 orang (14%) dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 8 orang (8%).

Saran dari penelitian ini adalah agar masyarakat lebih meningkatkan pengetahuan terhadap penggunaan antibiotika yang benar dan mengimplementasikannya menjadi sikap yang benar terhadap penggunaan antibiotika di kehidupan sehari-hari dan bagi dokter pelayanan kesehatan primer untuk menerapkan edukasi pada pasien tentang penggunaan antibiotika yang benar.

(15)

ABSTRACT

Antibiotics are important drugs used in the treatment of infections caused by bacteria. Appropriate use of antibiotics is important because the side effects are quite dangerous for the patient and can lead to antibiotic resistance. There are several factors that affect the use of antibiotics in the community. One important factor is the level of community knowledge about the antibiotic itself. Some of the factors that affect the level of knowledge, such as the level of education of the community, adequate education by the physicians, as well as other assumptions which give rise to an error when taking antibiotics.

The purpose of research is to see the level of patient’s knowledge in Internal Medicine Polyclinic Pirngadi Regional General Hospital on the use of antibiotics. This study design is a descriptive study with cross-sectional approach and sample collection techniques used is purposive sampling technique. Total of 100 respondents in this study are patients in Internal Medicine Polyclinic Pirngadi Regional General Hospital. Primary data is used during data processing.

The result shows that the level of knowledge of the patients in Internal Medicine Polyclinic Pirngadi Regional General Hospital on the use of antibiotics is good, based on the result showing that 78 people out of 100 respondents (78%) answered the question correctly, respondents who are knowledgeable are 14 respondents ( 14% ) and less knowledgeable respondents are 8 respondents (8%).

Suggestion from this study for community is to increase their knowledge about proper usage of antibiotics and implementing it into the right attitude towards the proper use of antibiotics in daily life and for physicians in primary health care to provide counseling and education to the community about the proper use of antibiotics.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Melihat kembali sejarah timbulnya berbagai macam penyakit pada manusia, penyakit infeksi memegang proporsi yang sangat besar di antara penyakit-penyakit lainnya. Pada pertengahan abad ke-19, ditemukan bahwa mikroorganisme merupakan penyebab berbagai jenis penyakit infeksi yang telah mewabah kehidupan manusia sejak dulu (Saga dan Yamaguchi, 2009).

Banyak pasien di seluruh dunia menderita penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, fungi, protozoa, atau helminth yang tidak lagi rentan terhadap obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati mereka (Chauhan et al, 2013).

Antibiotika adalah sebuah agen yang bekerja menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri secara langsung. Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap pertumbuhan bakteri dalam pengenceran tinggi (Rajabi, 2013).

Kurang dari 20 tahun setelah penemuan penicillin pada tahun 1928, Alexander Fleming mulai meneliti resistensi bakteri terhadap antibiotika. Fleming mencatat adanya strain bakteri yang resisten pada eksperimentalnya di cawan petri, walaupun adanya kehadiran penicillin. Ini merupakan awal pengetahuan tentang penggunaan antibiotik dimana pada awal berhasil dalam mengobati infeksi bakteri, sementara di lain sisi juga menyebabkan tumbuhnya strain bakteri yang resisten (Kreisberg, 2009).

(17)

morbiditas dan mortalitas serta menjadi beban ekonomi dalam pemeliharaan kesehatan (Tunger et al, 2009).

Antibiotika sering sekali disalahgunakan dan dilebihgunakan. Di Eropa, beberapa negara menggunakan antibiotik dengan dosis tiga kali lebih banyak dari yang dianjurkan dibandingkan negara lainnya pada kasus penyakit yang sama, sementara hanya 70% kasus pneumonia mendapat antibiotik yang tepat, dan sekitar setengah dari infeksi saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh virus dan diare yang disebabkan virus mendapatkan antibiotika secara tidak tepat (WHO, 2011).

Kepatuhan pasien dalam berobat adalah sekitar 50% di seluruh dunia dan lebih rendah pada negara berkembang, dimana di atas 50% dari setiap kasus disebabkan kurangnya instruksi atau edukasi pasien dan pemberian label obat yang dibagikan (WHO, 2011).

Perkembangan resistensi antibiotika diperburuk dengan resep antibiotik yang berlebihan. Lebih dari 50% antibiotika di seluruh dunia dibeli tanpa resep dokter. Keadaan lebih serius di negara berkembang karena penggunaan antibiotika tanpa pedoman dan kurangnya aturan penggunaan antibiotika. Faktor penyebab

self-antibiotic prescription di negara dengan pendapatan kurang yaitu tingginya biaya konsultasi medis dan ketidakpuasan terhadap praktisi medis (Abera et al, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian tentang profil pengetahuan masyarakat Manado mengenai antibiotik amoksisilin yang dilakukan melalui wawancara dengan kueisioner diperoleh data responden yakni masyarakat Kota Manado sebagian besar memiliki pengetahuan sedang mengenai antibiotik amoksisilin yakni 49,3 %. Kelompok tenaga kesehatan sebagian besar responden memiliki pengetahuan tinggi yakni 70 %, mahasiswa kesehatan memiliki pengetahuan sedang yakni 68 % dan masyarakat non kesehatan juga memiliki pengetahuan sedang yakni 52 % mengenai antibiotika amoksisilin (Pandean et al, 2013).

(18)

kegunaan antibiotika, 69,8% tidak mengetahui resistensi antibiotika dan 69,8% juga tidak mengetahui cara mencegah resistensi antibiotika. Hal tersebut menunjukkan tingkat pengetahuan responden buruk. Sebanyak 59,1% responden membeli antibiotika tanpa resep dokter. Selanjutnya pada aspek perilaku penggunaan antibiotika didapatkan 66,8% minum antibiotika secara tidak tuntas. Didapatkan 67,4% berperilaku selalu menginginkan antibiotika saat batuk pilek. Pada saat batuk pilek dan tidak diberikan (Swastinitya et al, 2013).

Penelitian yang dilakukan di kota Medan mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang antibiotika dan penggunaannya di kalangan mahasiswa non medis Universitas Sumatera Utara mendapatkan bahwa 77% mahasiswa non medis USU memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap antibiotik, 18% persen memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan hanya hampir 5% memiliki pengetahuan yang rendah terhadap antibiotik (Pulungan, 2010).

Penelitian lainnya yang dilakukan di kota Medan mengenai tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju medapatkan bahwa dari 336 jumlah keseluruhan responden, didapati 79,5% memiliki tingkat pengetahuan baik, 14,3% memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 6,3% memiliki tingkat pengetahuan rendah (Pratama, 2013).

(19)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan pasien poliklinik penyakit dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan mengenai penggunaan antibiotika?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien poliklinik penyakit dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan mengenai penggunaan antibiotika.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien poliklinik penyakit dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan mengenai penggunaan antibiotika berdasarkan jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien poliklinik penyakit dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan mengenai penggunaan antibiotika berdasarkan umur.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien poliklinik penyakit dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan mengenai penggunaan antibiotika berdasarkan tingkat pendidikan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi kepada masyarakat tentang penggunaan antibiotika yang tepat.

2. Sebagai pertimbangan bagi dokter pelayanan kesehatan primer dalam mengedukasi pasien mengenai penggunaan antibiotika.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antibiotika 2.1.1. Definisi

Antimikroba adalah istilah umum yang ditujukan untuk senyawa mencakup antibiotika, agen antimikroba pada makanan, sanitizer, desinfektan, dan senyawa lainnya yang bekerja melawan mikroorganisme. Antibiotika adalah agen antimikroba yang dihasilkan oleh bakteri, fungi, atau secara sintetis (Mal. J. Microbiol., 2009).

Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dapat membunuh mikroorganisme lainnya, ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928. Antibiotika efektif dalam pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri (Derderian, 2007).

Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan secara alami oleh mikroorganisme atau secara sintetis oleh ahli kimia di laboratorium. Antibiotika memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri (JAMA, 2009).

2.1.2. Klasifikasi

Antibiotika diklasifikasikan atas beberapa kelompok antara lain:

1. Berdasarkan spektrum kerjanya yaitu luas aktivitas, artinya aktif terhadap banyak atau sedikit jenis bakteri, terdiri atas:

a. Spektrum luas (aktivitas luas)

Bersifat aktif melawan bakteri gram positif dan gram negatif.

Contohnya : tetrasiklin, fenikol, fluorokuinolon, sefalosporin generasi tiga dan generasi empat.

b. Spektrum sempit (aktivitas sempit)

(21)

Contohnya : glikopeptida dan basitrasin hanya efektif melawan bakteri gram positif, sedangkan polimiksin biasanya efektif melawan bakteri gram negatif. Aminoglikosida dan sulfonamida hanya efektif melawan organisme aerobik, sedangkan nitroimidazol secara umum efektif terhadap organisme anaerob (Michigan State University, 2011).

2. Berdasarkan efeknya terhadap bakteri yaitu daya kerja dalam menginaktivasi atau membunuh bakteri, terdiri atas :

a. Bakteriosid

Bekerja dengan cara membunuh organisme target.

Contohnya : aminoglikosida, sefalosporin, penisilin, dan kuinolon. b. Bakteriostatik

Bekerja degan cara menghambat pertumbuhan dan replikasi bakteri.

Contohnya : tetrasiklin, sulfonamide, dan makrolida (Michigan State University, 2011).

3. Berdasarkan cara atau mekanisme kerjanya yaitu sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya, terdiri atas:

a. Inhibitor sintesis dinding sel

Bekerja menghambat pertumbuhan dinding sel bakteri sehingga membunuh atau menghambat bakteri secara selektif.

Contohnya : penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin. b. Inhibitor fungsi membran sel

Bekerja merusak membran sel yang mengakibatkan kebocoran solut yang penting untuk kehidupan sel.

Contohnya : polimiksin B dan kolistin. c. Inhibitor sintesis protein

Bekerja menghambat sisntesis protein yang penting untuk produksi enzim, struktur seluler, metabolisme sel, multiplikasi sel sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan atau matinya bakteri tersebut.

(22)

d. Inhibitor sintesis asam nukleat

Bekerja mengikat komponen yang berperan dalam sintesis DNA dan RNA, yang mengakibatkan terganggunya proses seluler normal sehingga terhambatnya multiplikasi bakteri.

Contohnya : kuinolon, metronidazol, dan rifampin. e. Inhibitor proses metabolisme

Bekerja menghambat proses seluler yang penting untuk kehidupan bakteri. Contohnya : sulfonamida dan trimetoprim mengganggu folic acid pathway

yang diperlukan bakteri untuk memproduksi prekursor yang penting dalam sintesis DNA (Michigan State University, 2011).

2.1.3. Golongan Antibiotik

Ada beberapa golongan – golongan besar antibiotik, yaitu: 1. Golongan Penisilin

Penisilin diklasifikasikan sebagai obat β-laktam karena cincin laktam mereka yang unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja, farmakologi, efek klinis, dan karakteristik imunologi yang mirip dengan sefalosporin,

monobactam, carbapenem, dan β-laktamase inhibitor, yang juga merupakan

senyawa β-laktam.

Penisilin dapat terbagi menjadi beberapa golongan : - Penisilin natural (misalnya, penisilin G)

Golongan ini sangat poten terhadap organisme gram-positif, coccus gram negatif, dan bakteri anaerob penghasil non-β-laktamase. Namun, mereka memiliki potensi yang rendah terhadap batang gram negatif.

- Penisilin antistafilokokal (misalnya, nafsilin)

Penisilin jenis ini resisten terhadap stafilokokal β-laktamase. Golongan ini aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus tetapi tidak aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan batang gram negatif.

(23)

Obat ini mempertahankan spektrum antibakterial penisilin dan mengalami peningkatan aktivitas terhadap bakteri gram negatif (Katzung, 2007).

2. Golongan Sefalosporin dan Sefamisin

Sefalosporin mirip dengan penisilin secara kimiawi, cara kerja, dan toksisitas. Hanya saja sefalosporin lebih stabil terhadap banyak beta-laktamase bakteri sehingga memiliki spektrum yang lebih lebar. Sefalosporin tidak aktif terhadap bakteri enterokokus dan L.monocytogenes. Sefalosporin terbagi dalam beberapa generasi, yaitu:

a. Sefalosporin generasi pertama

Sefalosporin generasi pertama termasuk di dalamnya sefadroxil, sefazolin, sefalexin, sefalotin, sefafirin, dan sefradin. Obat - obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif seperti pneumokokus, streptokokus, dan stafilokokus.

b. Sefalosporin generasi kedua

Anggota dari sefalosporin generasi kedua, antara lain: sefaklor, sefamandol, sefanisid, sefuroxim, sefprozil, loracarbef, dan seforanid. Secara umum, obat – obat generasi kedua memiliki spektrum antibiotik yang sama dengan generasi pertama. Hanya saja obat generasi kedua mempunyai spektrum yang diperluas kepada bakteri gram negatif.

c. Sefalosporin generasi ketiga

Obat–obat sefalosporin generasi ketiga adalah sefeperazone, sefotaxime, seftazidime, seftizoxime, seftriaxone, sefixime, seftibuten, moxalactam, dll. Obat generasi ketiga memiliki spektrum yang lebih diperluas kepada bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah otak.

d. Sefalosporin generasi keempat

Sefepime merupakan contoh dari sefalosporin generasi keempat dan memiliki spektrum yang luas. Sefepime sangat aktif terhadap haemofilus

dan neisseria dan dapat dengan mudah menembus CSS (Katzung, 2007). 3. Golongan Kloramfenikol

(24)

aktif terhadap masing – masing bakteri gram positif dan negatif baik yang aerob maupun anaerob (Katzung, 2007).

4. Golongan Tetrasiklin

Golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama untuk mengobati infeksi dari M.pneumonia, klamidia, riketsia, dan beberapa infeksi dari spirokaeta. Tetrasiklin juga digunakan untuk mengobati ulkus peptikum yang disebabkan oleh H.pylori. Tetrasiklin menembus plasenta dan juga diekskresi melalui ASI dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang dan gigi pada anak akibat ikatan tetrasiklin dengan kalsium. Tetrasiklin diekskresi melalui urin dan cairan empedu (Katzung, 2007).

5. Golongan Makrolida

Eritromisin merupakan bentuk prototipe dari obat golongan makrolida yang disintesis dari S.erythreus. Eritromisin efektif terhadap bakteri gram positif terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan korinebakterium. Aktifitas antibakterial eritromisin bersifat bakterisidal dan meningkat pada pH basa (Katzung, 2007).

6. Golongan Aminoglikosida

Yang termasuk golongan aminoglikosida, antara lain: streptomisin, neomisin, kanamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, dan lain – lain. Golongan aminoglikosida pada umumnya digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri gram negatif enterik, terutama pada bakteremia dan sepsis, dalam kombinasi dengan vankomisin atau penisilin untuk mengobati endokarditis, dan pengobatan tuberkulosis (Katzung, 2007).

7. Golongan Sulfonamida dan Trimetoprim

(25)

8. Golongan Fluorokuinolon

Golongan fluorokuinolon termasuk di dalamnya asam nalidixat, siprofloxasin, norfloxasin, ofloxasin, levofloxasin, dan lain–lain. Golongan fluorokuinolon aktif terhadap bakteri gram negatif. Golongan fluorokuinolon efektif mengobati infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh pseudomonas.

Golongan ini juga aktif mengobati diare yang disebabkan oleh shigella, salmonella, E.coli, dan Campilobacter (Katzung, 2007).

2.1.4. Resistensi Antibiotika 2.1.4.1. Definisi

Resistensi terhadap antibiotika adalah perubahan kemampuan bakteri hingga menjadi kebal terhadap antibiotika. Resistensi terhadap antibiotika terjadi akibat berubahnya sifat bakteri sehingga tidak lagi dapat dimatikan atau dibunuh. Keampuhan obat menjadi melemah atau malah hilang. Bakteri yang resisten terhadap antibiotika tidak akan terbunuh oleh antibiotika,lalu berkembang biak dan menjadi lebih berbahaya (WHO, 2011).

2.1.4.2. Penyebab Terjadinya Resistensi

(26)

Penggunaan antibiotika yang tidak tepat meningkatkan jumlah dan jenis bakteri yang kebal terhadap antibiotika. Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotika, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh, tetapi bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang biak. Penggunaan antibiotika yang berulang-ulang dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bakteri yang kebal terhadap obat. Penggunaan antibiotika secara cerdas, tepat, adalah kunci pengendalian penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotika (WHO, 2011).

2.1.4.3. Mekanisme Terjadinya Resistensi

Beberapa bakteri mampu menetralkan antibiotik sebelum membunuhnya, bakteri lain mampu dengan cepat mengeluarkan antibiotika dari sel mereka dan bakteri lainnya mampu mengubah titik serang antibiotika sehingga tidak menggangu fungsi hidupnya. Antibiotika membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang peka. Tetapi, terkadang, salah satu bakteri dapat bertahan hidup karena mampu menetralisir atau menghindar dari efek antibiotika. Bakteri semacam ini akan berkembang biak dan menggantikan tempat bakteri-bakteri yang terbunuh. Bakteri yang semula peka terhadap suatu antibiotika pun dapat menjadi kebal melalui perubahan genetik di dalam selnya, atau dengan menerima DNA yang sudah resisten dari bakteri lain. Artinya bakteri dapat menjadi resisten terhadap beberapa antibiotika sekaligus. Ini tentu menyulitkan para dokter memilih antibiotika yang tepat untuk pengobatan (WHO, 2011).

(27)

Tabel 2.1. Gen yang Terkait dengan Resistensi terhadap Antibiotika

No. Bakteri Antibiotik Gen terkait

1. Staphylococcus Metisilin MecA 2. Enterococcus Vankomisin VanC 3. Mycobacterium Isoniazid KatG 4. Mycobacterium Rifampisin RpoB 5. Mycobacterium Etambutol EmbB 6. Mycobacterium Pirazinamid PncA 7. Mycobacterium Fluorokuinolon GyrA

Pembicaraan mengenai resistensi bakteri terhadap antibiotika akan menyangkut dua jenis bakteri:

1. Bakteri yang secara alamiah resisten terhadap antibiotik tertentu (resistensi intrinsik). Faktor genetik yang melandasinya bersifat kromosomal.

2. Bakteri yang berubah sifatnya dari peka menjadi resisten. Perubahan fenotip ini dapat terjadi karena mutasi kromosomal dan/atau didapatnya materi genetik dari luar. Telah lama diketahui bahwa galur bakteri resisten dapat timbul lewat pemaparan bakteri dengan antibiotik dalam konsentrasi tinggi untuk waktu yang lama (Sjahrurachman, 2011).

Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotika. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu (Drlica & Perlin, 2011):

1. Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi. 2. Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.

3. Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.

4. Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel bakteri.

(28)

2.1.5. Prinsip Penggunaan Antibiotika

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan pada penggunaan antibiotika: (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/ Menkes/ PER/ XII/ 2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika)

1. Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika 2. Faktor farmakokinetik dan farmakodinamik 3. Faktor interaksi dan efek samping obat 4. Faktor biaya

Penggunaan antibiotika secara bijak(prudent) yaitu: (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/ Menkes/ PER/ XII/ 2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika)

1. Penggunaan antibiotika bijak yaitu penggunaan antibiotika dengan spektrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.

2. Kebijakan penggunaan antibiotika (antibiotic policy) ditandai dengan pembatasan penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotika lini pertama.

3. Pembatasan penggunaan antibiotika dapat dilakukan dengan menerapkan pedoman penggunaan antibiotika, penerapan penggunaan antibiotik secara terbatas (restricted), dan penerapan kewenangan dalam penggunaan antibiotika tertentu (reserved antibiotics).

4. Indikasi ketat penggunaan antibiotika dimulai dengan menegakkan diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang lainnya. Antibiotika tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limited).

5. Pemilihan jenis antibiotika harus berdasar pada:

a. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan kuman terhadap antibiotika.

(29)

d. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.

e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan aman. Prinsip penggunaan antibiotika terbagi dua, yakni: (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/ Menkes/ PER/ XII/ 2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika)

1. Antibiotika terapi empiris

a. Penggunaan antibiotika untuk terapi empiris adalah penggunaan antibiotika pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya.

b. Tujuan pemberian antibiotika untuk terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi.

c. Indikasi: ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi.

d. Rute pemberian: antibiotika oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotika parenteral (Cunha, BA., 2010).

e. Lama pemberian: antibiotika empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72 jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya(IFIC., 2010; Tim PPRA Kemenkes RI., 2010).

2. Antibiotika untuk terapi definitif

a. Penggunaan antibiotika untuk terapi definitif adalah penggunaan antibiotika pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya (Lloyd W., 2010).

b. Tujuan pemberian antibiotika untuk terapi definitif adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi.

c. Indikasi: sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi. d. Rute pemberian: antibiotika oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk

(30)

menggunakan antibiotika parenteral (Cunha, BA., 2010). Jika kondisi pasien memungkinkan, pemberian antibiotika parenteral harus segera diganti dengan antibiotika per oral.

e. Lama pemberian antibiotika definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang telah dikonfirmasi. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya (IFIC., 2010; Tim PPRA Kemenkes RI., 2010).

2.2. Pengetahuan 2.2.1. Definisi

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1979) pengetahuan adalah hal hal yang mengenai sesuatu, segala apa yang diketahui, kepandaian.

2.2.2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni :

a.Tahu (know)

(31)

b.Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c.Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.

d.Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e.Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f.Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian terhadap satu materi atau objek.

Menurut Notoatmodjo (2007), belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menghubungkan tanggapan-tanggapan-tanggapan-tanggapan dengan mengulang-ulang. Tanggapan-tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan - rangsangan. Makin banyak dan sering diberikan stimulus maka memperkaya tanggapan pada subjek belajar.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. 2. Tingkat Pendidikan

(32)

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengethuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku-buku. 5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2.3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

[image:33.595.108.515.302.434.2]

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini mengenai tingkat pengetahuan pasien mengenai penggunaan antibiotika adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan pengetahuan dari responden mengenai penggunaan antibiotika yang meliputi definisi antibiotika, cara mendapatkan antibiotika, cara penggunaan antibiotika, risiko penggunasalahan antibiotika, dan efek samping antibiotika. Alat ukur adalah kuesioner dan cara ukur menggunakan metode angket serta skala ukur adalah ordinal.

Pengetahuan responden dikelompokkan menjadi tingkatan baik, sedang, dan rendah. Pengukuran skor menggunakan skala berikut :

a. Baik, apabila jawaban responden benar >75% dari nilai tertinggi

b. Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40-74% dari nilai tertinggi c. Kurang, apabila jawaban responden benar kurang 40% dari nilai tertinggi

Pengetahuan Mengenai Penggunaan

Antibiotika

Umur

Jenis Kelamin

(34)

3.2.2. Umur

Umur merupakan rentang waktu antara lahir sampai responden mengisi kuesioner yang dihitung sampai ulang tahun terakhir. Dikelompokkan menjadi 15-19 tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun,30-34 tahun, 35-39 tahun, 40-44 tahun dan >45 tahun.

3.2.3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan sekolah formal responden berdasarkan ijazah terakhir yang responden peroleh.

Dikelompokkan menjadi :

1. Pendidikan Dasar : SD, SMP/Sederajat 2. Pendidikan Menengah : SMA/Sederajat

(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi cross sectional study. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif, dimana pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat pengetahuan pasien poliklinik penyakit dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan mengenai penggunaan antibiotika.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poliklinik penyakit dalam RS Umum Daerah Pirngadi, Medan pada bulan September - Oktober 2014. Lokasi ini diambil karena merupakan lingkungan rumah penulis sendiri dan memudahkan akses penulis dalam meneliti.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien poliklinik penyakit dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan.

Kriteria Inklusi :

1. Pasien yang berobat di poliklinik penyakit dalam di RS Umum Daerah Pirngadi Medan pada periode penelitian yaitu September – Oktober 2014

2. Berusia antara 18-65 tahun

3. Bersedia untuk menjawab kuisioner Kriteria Eksklusi :

1. Penderita Tunanetra dan Tunarungu 2. Penderita cacat mental

(36)

4.3.2. Sampel Penelitian 4.3.2.1. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel minimal untuk penelitian ini menggunakan rumus berikut:

n = d2 Za2 P Q

Keterangan :

n : besar sampel minimal

Za : nilai distribusi normal baku (table Z) P : proporsi di populasi

d : kesalahan (absolut) yang dapat di tolerir

Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut:

n : besar sampel minimal Za : 1,960

P : 0,5

Q : 1 – P = 0,5 d : 0,1

n =

(0.1)2

(1,960)2 (0,5) (0,5)

n = 0,01

0,9604

(37)

Dengan demikian besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 96,04 orang dan dibulatkan menjadi 97 orang.

4.3.2.2. Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel secara purposive sampling, dimana sampel diambil tidak secara acak melainkandengan mengambil responden yang dipilih secara sengaja oleh peneliti dan memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi yang sesuai dengan penelitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner pada responden, dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.5. Metode Analisis Data

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Kota Medan adalah suatu unit pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kota Medan yang letaknya sangat strategis, merupakan ”segitiga emas” di tengah kota Medan yang dibatasi oleh Jalan Prof. HM Yamin SH, Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan HM Thamrin. Rumah sakit ini tepatnya bertempat di Jalan Prof. H.M. Yamin No.47 Medan. Letaknya yang unik ini menjadikan rumah sakit yang sarat dengan sejarah dan ilmu kedokteran ini menjadi potensi yang sangat besar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kota Medan khususnya, dan Provinsi Sumatera Utara pada umumnya.

5.2. Karakteristik Responden

Sampel penelitian yang ikut serta dalam penelitian ini terdiri dari 100 orang yang semuanya merupakan pasien poliklinik penyakit dalam RSUD Pirngadi Medan. Data penelitian yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang berasal dari hasil isian kuesioner yang diisi oleh responden yang berisi data identitas responden dan jawaban pertanyaan mengenai pengetahuan responden terhadap penggunaan antibiotika. Untuk data karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan responden. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

5.2.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

(39)
[image:39.595.109.517.155.241.2]

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 47 47 Perempuan 53 53

Total 100 100

Berdasarkan Tabel 5.1, diketahui bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 53 orang (53%) sedangkan laki-laki sebanyak 47 orang (47%).

5.2.2. Distribusi Responden berdasarkan Umur

Jika ditinjau berdasarkan umur dari 100 responden penelitian dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan umur yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentase

15-19 9 9 20-24 11 11 25-29 9 9 30-34 15 15 35-39 17 17 40-44 18 18 >45 21 21

Total 100 100

[image:39.595.108.522.470.661.2]
(40)

5.2.3. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

[image:40.595.109.518.259.365.2]

Jika ditinjau dari pendidikan terakhir responden, responden penelitian dapat dibagi menjadi 3 kelompok tingkat pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Rendah 25 25 Menengah 49 49 Tinggi 26 26

Total 100 100

Tabel 5.3. menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui bahwa 49 orang responden (49%) berpendidikan menengah, diikuti dengan 26 orang responden (26%) berpendidikan tinggi, dan 25 orang responden (25%) berpendidikan rendah.

5.3. Tingkat Pengetahuan Responden

[image:40.595.110.517.635.741.2]

Dari hasil jawaban responden untuk pertanyaan mengenai pengetahuan responden mengenai antibiotika, dapat disimpulkan tingkat pengetahuan tersebut berdasarkan tiga tingkatan, pengetahuan baik, pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase

Baik

Sedang Kurang

78 14 8

78 14 8

(41)

Berdasarkan tabel 5.4., sebanyak 78 orang responden (78%) memiliki tingkat pengetahuan baik.

5.3.1. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

[image:41.595.101.515.301.430.2]

Hasil crosstabulation tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.5. di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan Baik Sedang Kurang

n % n % n %

Total

Jenis Laki-laki 34 43.6 9 64.3 4 50 47 Kelamin Perempuan 44 56.4 5 35.7 4 50 53

Total 78 14 8 100

Berdasarkan tabel 5.5., diketahui bahwa tingkat pengetahuan paling banyak di kategori baik terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 44 orang (56.4%).

5.3.2. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

(42)
[image:42.595.110.514.177.405.2]

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % Umur `15-19

20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 >45

6 8 6 13 13 13 19

7.7 2 14.3 1 12.5 9 10.3 1 7.1 2 25 11 7.7 2 14.3 1 12.5 9 16.7 1 7.1 1 12.5 15 16.7

16.7 24.4

3 21.4 1 12.5 17 4 28.6 1 12.5 18 1 7.1 1 12.5 21

Total 78 14 8 100

Berdasarkan tabel 5.6., tingkat pengetahuan baik paling banyak adalah responden yang termasuk dalam kelompok umur >45 tahun yaitu sebanyak 19 orang (24.4%).

5.3.3. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(43)
[image:43.595.109.519.176.325.2]

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % Tingkat Rendah

Pendidikan Menengah Tinggi

14 17.9 7 50 4 50 25 37.5 49 12.5 26 42 53.8 4 28.6 3

22 28.2 3 21.4 1

Total 78 14 8 100

Berdasarkan tabel 5.7., tingkat pengetahuan baik paling banyak adalah responden yang mempunyai tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 42 orang (53.8%).

5.4. Pembahasan

Secara keselurahan, tingkat pengetahuan pada pasien poliklinik penyakit dalam di RSUD Pirngadi Kota Medan termasuk dalam kategori baik karena dari 100 jumlah keseluruhan responden, didapati 78% memiliki tingkat pengetahuan baik, 14% memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 8% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Pulungan (2011) di Medan yang mendapati 77% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 18% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 5% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Selain itu, hasil yang sesuai juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2013) di Medan yang mendapati bahwa 79,5% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 14,3% memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 6,3% memiliki tingkat pengetahuan rendah.

(44)

Berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa tingkat pengetahuan paling banyak di kategori baik terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 56,4% dibanding jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 43,6%, pengetahuan di kategori sedang paling banyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 64,3% dibanding jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 35,7% , dan pengetahuan di kategori rendah sama banyaknya pada jenis kelamin perempuan dan laki-laki yaitu masing-masing 50%. Hal ini sesuai dengan penelitian Mohamed et al. (2014) dimana penelitiannya menunjukkan perempuan mempunyai tingkat pengetahuan yang secara signifikan lebih tinggi daripada laki-laki. Penelitian lain yang dilakukan Jamshidi et al. (2014) menunjukkan jenis kelamin tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Alzoubi et al. (2013) dalam penelitiannya yang menunjukkan tingkat pengetahuan rata-rata perempuan adalah sebesar 39,7% dan laki-laki sebesar 39,5%.

Selain itu, berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang dengan tingkat pendidikan menengah (SMA/Sederajat) memiliki tingkat pengetahuan baik paling banyak (53,8%), diikuti responden dengan tingkat pendidikan tinggi (28,2%), dan tingkat pendidikan rendah (17,9%). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan rendah memiliki tingkat pengetahuan rendah terbanyak (50%), diikuti tingkat pendidikan menengah (37,5%), dan tingkat pendidikan tinggi (12,5%). Pola pikir seseorang akan sesuai dengan tingkat pendidikannya, karena pendidikan dapat berdampak pada kemampuan seseorang untuk menerima informasi dan informasi ini dapat berpengaruh pada pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010). Menurut pendapat Baumann dan Koos yag dikutip oleh Friedman (1998) bahwa semakin terdidiknya seseorang maka semakin baik pengetahuannya tentang kesehatan dan sebaliknya.

(45)

pada kelas responden yang berumur 20-24 (25%), diikuti responden pada kelompok umur sisanya yaitu masing-masing 12.5%. Menurut Nursalam (2011), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Usia seseorang mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan pasien pada poliklinik penyakit dalam RSUD Pirngadi Kota Medan terhadap penggunaan antibiotika adalah baik yaitu sebanyak 78 orang (78%).

2. Tingkat pengetahuan baik terhadap penggunaan antibiotika berdasarkan jenis kelamin paling banyak terdapat pada jenis kelamin perempuan (56,4%).

3. Tingkat pengetahuan baik terhadap penggunaan antibiotika berdasarkan umur paling banyak berada pada usia >45 tahun (24,4%).

4. Tingkat pengetahuan baik terhadap penggunaan antibiotika berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak berada pada tingkat pendidikan menengah (53,8%).

6.2. Saran

1. Kepada dokter pelayanan kesehatan primer di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Medan untuk tetap menerapkan edukasi pada setiap pasien yang berobat mengenai penggunaan antibiotika yang baik dan benar.

2. Untuk pasien dan masyarakat, agar lebih meningkatkan pengetahuan terhadap penggunaan antibiotika yang baik dan mengimplementasikan menjadi sikap yang benar terhadap penggunaan antibiotika di kehidupan sehari-hari.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abera B., Kibret M., Mulu W., 2014. Knowledge and Beliefs on Antimicrobial Resistance among Physicians and Nurses in Hospitals in Amhara Region, Ethiopia. BMC Pharmacology and Toxicology, 15:26.

Alzoubi K., Al-Azzam S., Alhusban A., Mukattash T., Al-Zubaidy S., Alomari N., Khader Y., 2013. An audit on the knowledge, beliefs and attitudes about the uses and side-effects of antibiotics among outpatients attending 2 teaching hospitals in Jordan. EMHJ,Vol. 19 No. 5.

Chauhan A., Mittu B., Chauhan P., 2013. Noscocomial Infections: A brief Review.

Int. J. Fundamental Applied Sci. Vol. 2, No. 3 50-55.

Derderian S. L., 2007. Alexander Fleming’s Miraculous Discovery of Penicillin.

Rivier Academic Journal, Vol. 3, No. 2.

Harniza Y., 2009. Pola Resistensi Bakteri yang Diisolasi dari Bangsal Bedah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Tahun 2003-2006. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hashemi S., Nasrollah A., Rajabi M., 2013. Irrational Antibiotic Prescribing: A Local Issue or Global Concern?. EXCLI Journal;12:384-395 – ISSN 1611-2156.

Hildreth C. J., 2009. Inappropriate Use of Antibiotics. JAMA,Vol 302, No. 7.

Holloway K., Dijk L. V., 2011. The World Medicines Situation 2011 Rational Use Of Medicines. WHO/EMP/MIE/2.2.

(48)

Katzung B.G., Masters S.B., Trevor A.J., 2007. Basic & Clinical Pharmacology, 10th Ed. New York:McGraw-Hill.

Kreisberg J., 2009. Bacterial Resistance and Antibiotic Overuse. Integrative Medicine Vol. 8, No. 2.

Liasi S. A., Azmi T. I., Hassan M. D., Shuhaimi M., Rosfarizan M., Ariff A. B., 2009. Antimicrobial activity and antibiotic sensitivity of three isolates of lactic acid bacteria from fermented fish product, Budu. Malaysian Journal of Microbiology, Vol 5(1), pp. 33-37.

Michigan State University, 2011. Antimicrobial Resistance Learning Site Pharmacology.

Available from [Accessed 7 April 2014]

Mohamed H. F., Alanizy N., Almutairi S., Alshamari E., Akelly H., 2014. Patterns, Knowledge and Attitudes of Irrational Antibiotic Use in the Saudi Community. Journal of Biology, Agriculture and Healthcare Vol.4, No.4.

Notoatmodjo S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

__________. 2005a. Promosi Kesehatan Teori dan aplikasinya. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

__________. 2005b. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: P.T Rineka Cipta. Pandean F., Tjitrosantoso H., Goenawi L. R., 2013. Profil Pengetahuan

Masyarakat Kota Manado Mengenai Antibiotika Amoksisilin. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 02.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/ Menkes/ Per/ XII/ 2011, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.

Available from Permenkes

(49)

Pratama M. A., 2013. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Suka Maju terhadap Penggunaan Antibiotik. USU Institutional Repository.

Pulungan S., 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotika dan Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa Non Medis Universitas Sumatera Utara. USU Institutional Repository.

Saga T., Yamaguchi K., 2009. History of Antimicrobial Agents and Resistant Bacteria.JMAJ 52(2): 103–108.

Sjahrurachman A., 2011. Cara Genetis untuk Menentukan Kepekaan Bakteri terhadap Antibiotik. CDK 188 / vol. 38 no. 7.

Swastinitya A., Kurniasari D., Amalia F., Huraiby L. S. A., Saily S., Herqutanto, 2013. Pengetahuan dan Perilaku Pengunjung Puskesmas dan Tenaga Kesehatan terhadap Penggunaan Antibiotik pada ISPA. eJKI Vol. 1, No.

2.

Tunger O., Karakaya Y., Cetin C. B., Dinc G., Borand H., 2009. Rational Antibiotic Use. J Infect Developing Countries; 3(2):88-93.

World Health Organization, 2011. 60 Years Collaborating for A Healthy Indonesia Gunakan Antibiotik untuk Mencegah Kekebalan Kuman.

Available from

(50)

LAMPIRAN I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jesslyn Felix

Tempat/ tanggal lahir : Medan/ 10 September 1993

Agama : Buddha

Alamat : Jl. Kalimantan dalam no. 49 Riwayat Pendidikan : SD Sutomo 1 Medan (1999-2005)

SMP Sutomo 1 Medan (2005-2008) SMA Sutomo 1 Medan (2008-2011)

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2011-sekarang)

(51)

LAMPIRAN II

KUESIONER

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RS UMUM DAERAH PIRNGADI MEDAN MENGENAI

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama : Usia :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan :

Penghasilan per Bulan :

II. PERTANYAAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

Petunjuk: Jawablah pertanyaan sesuai dengan apa yang anda ketahui.

1. Antibiotika merupakan obat yang digunakan untuk mengobati... a. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri

b. Infeksi yang disebabkan oleh virus c. Tidak tahu

2. Menurut Anda, penyakit di bawah ini yang pengobatannya memerlukan antibiotika adalah...

a. Influenza (Flu)

(52)

3. Tujuan pemberian antibiotika pada infeksi adalah...

a. Untuk mengurangi rasa sakit yang diakibatkan oleh infeksi tersebut

b. Untuk membunuh atau menghentikan perkembangan kuman penyebab infeksi tersebut

c. Tidak tahu

4. Bagaimana anda mendapatkan obat antibiotika ? AB dapat diperoleh dengan cara :

a. Antibiotika diresepkan oleh dokter

b. Menggunakan resep yang lama tanpa pergi ke dokter lagi c. Tidak tahu

5. Kapan Anda menghentikan penggunaan antibiotika? a. Ketika sudah merasa sembuh/ pulih

b. Sesuai dengan petunjuk dokter c. Tidak tahu

6. Menurut Anda, haruskah penggunaan antibiotika sesuai dengan petunjuk dokter? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

7. Apakah bahaya dari penggunaan obat antibiotika yang tidak tepat?

a. Kuman penyebab infeksi akan menjadi kebal terhadap antibiotika tersebut b. Kuman penyebab infeksi akan menjadi lemah terhadap antibiotika tersebut c. Tidak tahu

8. Apakah efek samping dari penggunaan obat antibiotika? a. Reaksi alergi dan keracunan obat antibiotik

(53)

9. Antibiotika tidak sepenuhnya aman untuk diberikan dan harus berhati-hati pada pasien…

a. Ibu hamil,bayi,balita,dan anak-anak b. Pasien dengan infeksi jamur atau parasit c. Tidak tahu

10. Cara penyimpanan obat antibiotika yang tepat adalah... a. Jauhkan dari sinar matahari

b. Dijemur pada matahari pagi untuk meningkatkan efek antibiotika tersebut c. Tidak tahu

11. Yang merupakan contoh obat antibiotika adalah… a. Ciprofloxacin dan Penisilin

(54)

LAMPIRAN III

INFORMED CONSENT

Saya telah mendapat informasi yang jelas tentang tujuan, prosedur dan pemanfaatan penelitian yang dilakukan oleh Jesslyn Felix, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011. Oleh karena itu, dengan rasa penuh kesadaran dan keikhlasan saya bersedia berpartisipasi untuk mengisi kuesioner ini. Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan seperlunya.

Nama : ... Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan

Usia : ...

Peneliti Responden

(55)

LAMPIRAN V

DATA INDUK

Correlations

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11

Total Skor

p1 Pearson Correlation

1 .375 .470* .911** .184 .199 .203 .724** .247 .222 .571** .716**

Sig. (2-tailed)

.103 .036 .000 .437 .400 .390 .000 .293 .347 .009 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p2 Pearson Correlation

.375 1 .368 .464* .397 .299 .348 .230 .402 -.016 .174 .572**

Sig. (2-tailed)

.103 .111 .039 .083 .201 .132 .329 .079 .947 .462 .008

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p3 Pearson Correlation

.470* .368 1 .470* .105 .171 .137 .132 .296 .535* .009 .515*

Sig. (2-tailed)

.036 .111 .036 .658 .471 .564 .580 .205 .015 .970 .020

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p4 Pearson Correlation

.911** .464* .470* 1 .255 .299 .276 .642** .325 .301 .492* .716**

Sig. (2-tailed)

.000 .039 .036 .278 .201 .239 .002 .163 .197 .028 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p5 Pearson Correlation

.184 .397 .105 .255 1 .553* .973** .418 .742** .340 .352 .771**

Sig. (2-tailed)

(56)

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p6 Pearson

Correlation

.199 .299 .171 .299 .553* 1 .526* .092 .302 .442 .177 .512*

Sig. (2-tailed)

.400 .201 .471 .201 .011 .017 .700 .196 .051 .456 .021

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p7 Pearson Correlation

.203 .348 .137 .276 .973** .526* 1 .481* .757** .303 .277 .768**

Sig. (2-tailed)

.390 .132 .564 .239 .000 .017 .032 .000 .194 .237 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p8 Pearson Correlation

.724** .230 .132 .642** .418 .092 .481* 1 .413 .161 .570** .681**

Sig. (2-tailed)

.000 .329 .580 .002 .067 .700 .032 .070 .499 .009 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p9 Pearson Correlation

.247 .402 .296 .325 .742** .302 .757** .413 1 .295 .185 .710**

Sig. (2-tailed)

.293 .079 .205 .163 .000 .196 .000 .070 .207 .434 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p1 0

Pearson Correlation

.222 -.016 .535* .301 .340 .442 .303 .161 .295 1 .056 .450*

Sig. (2-tailed)

.347 .947 .015 .197 .143 .051 .194 .499 .207 .813 .046

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p1 1

Pearson Correlation

.571** .174 .009 .492* .352 .177 .277 .570** .185 .056 1 .545*

Sig. (2-tailed)

.009 .462 .970 .028 .128 .456 .237 .009 .434 .813 .013

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

To tal

Pearson Correlation

(57)

Uji Reabilitas Pertanyaan

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.861 11

Distribusi Karakteristik Responden

Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 47 47.0 47.0 47.0

perempuan 53 53.0 53.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sk or

Sig. (2-tailed)

.000 .008 .020 .000 .000 .021 .000 .001 .000 .046 .013

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

(58)

Karakteristik Berdasarkan Tingkat Umur

umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 15-19 9 9.0 9.0 9.0

20-24 11 11.0 11.0 20.0

25-29 9 9.0 9.0 29.0

30-34 15 15.0 15.0 44.0

35-39 17 17.0 17.0 61.0

40-44 18 18.0 18.0 79.0

>45 21 21.0 21.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

tingkatpendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pendidikan dasar 25 25.0 25.0 25.0

pendidikan menengah 49 49.0 49.0 74.0

pendidikan tinggi 26 26.0 26.0 100.0

(59)

Tingkat Pengetahuan

tingkatpengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 78 78.0 78.0 78.0

sedang 14 14.0 14.0 92.0

kurang 8 8.0 8.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kategori Hasil Penelitian

Jenis Kelamin * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

jeniskelamin * t.pengetahuan Crosstabulation

t.pengetahuan

Total

baik sedang kurang

jeniskelamin laki-laki Count 34 9 4 47

% within jeniskelamin 72.3% 19.1% 8.5% 100.0%

% within t.pengetahuan 43.6% 64.3% 50.0% 47.0%

% of Total 34.0% 9.0% 4.0% 47.0%

perempuan Count 44 5 4 53

% within jeniskelamin 83.0% 9.4% 7.5% 100.0%

% within t.pengetahuan 56.4% 35.7% 50.0% 53.0%

% of Total 44.0% 5.0% 4.0% 53.0%

Total Count 78 14 8 100

% within jeniskelamin 78.0% 14.0% 8.0% 100.0%

% within t.pengetahuan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

(60)

Umur * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

umur * t.pengetahuan Crosstabulation

t.pengetahuan

Total

baik sedang kurang

umur 15-19 Count 6 2 1 9

% within umur 66.7% 22.2% 11.1% 100.0%

% within t.pengetahuan 7.7% 14.3% 12.5% 9.0%

% of Total 6.0% 2.0% 1.0% 9.0%

20-24 Count 8 1 2 11

% within umur 72.7% 9.1% 18.2% 100.0%

% within t.pengetahuan 10.3% 7.1% 25.0% 11.0%

% of Total 8.0% 1.0% 2.0% 11.0%

25-29 Count 6 2 1 9

% within umur 66.7% 22.2% 11.1% 100.0%

% within t.pengetahuan 7.7% 14.3% 12.5% 9.0%

% of Total 6.0% 2.0% 1.0% 9.0%

30-34 Count 13 1 1 15

% within umur 86.7% 6.7% 6.7% 100.0%

% within t.pengetahuan 16.7% 7.1% 12.5% 15.0%

% of Total 13.0% 1.0% 1.0% 15.0%

35-39 Count 13 3 1 17

% within umur 76.5% 17.6% 5.9% 100.0%

% within t.pengetahuan 16.7% 21.4% 12.5% 17.0%

% of Total 13.0% 3.0% 1.0% 17.0%

40-44 Count 13 4 1 18

% within umur 72.2% 22.2% 5.6% 100.0%

% within t.pengetahuan 16.7% 28.6% 12.5% 18.0%

% of Total 13.0% 4.0% 1.0% 18.0%

>45 Count 19 1 1 21

(61)

% within t.pengetahuan 24.4% 7.1% 12.5% 21.0%

% of Total 19.0% 1.0% 1.0% 21.0%

Total Count 78 14 8 100

% within umur 78.0% 14.0% 8.0% 100.0%

% within t.pengetahuan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 78.0% 14.0% 8.0% 100.0%

Tingkat Pendidikan * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

t.pendidikan * t.pengetahuan Crosstabulation

t.pengetahuan

Total

baik sedang kurang

t.pendidikan p.dasar Count 14 7 4 25

% within t.pendidikan 56.0% 28.0% 16.0% 100.0%

% within t.pengetahuan 17.9% 50.0% 50.0% 25.0%

% of Total 14.0% 7.0% 4.0% 25.0%

p.menengah Count 42 4 3 49

% within t.pendidikan 85.7% 8.2% 6.1% 100.0%

% within t.pengetahuan 53.8% 28.6% 37.5% 49.0%

% of Total 42.0% 4.0% 3.0% 49.0%

p.tinggi Count 22 3 1 26

% within t.pendidikan 84.6% 11.5% 3.8% 100.0%

% within t.pengetahuan 28.2% 21.4% 12.5% 26.0%

% of Total 22.0% 3.0% 1.0% 26.0%

Total Count 78 14 8 100

% within t.pendidikan 78.0% 14.0% 8.0% 100.0%

% within t.pengetahuan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Gambar

Tabel 2.1. Gen yang Terkait dengan Resistensi terhadap Antibiotika
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pendidikan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa Indonesia mempunyai bentuk dasar gabungan kata yang unsur- unsumya merniliki pertalian yang erat dalam mengungkapkan satu konsep gagasan. Unsur pembentuk gabungan

Hak itu didasarkan pada pemikiran dan Pengalaman empirik bahwa: (1) Publik yang lebih banyak mendapat informasi dapat berpartisipasi lebih baik dalam proses demokrasi; (2)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh waktu pemasakan dan konsentrasi sodium hidroksida terhadap penurunan kadar lignin pulp dari sekam padi

Banyak mitos tentang seks dan kehamilan yang berkembang di masyarakat dan dianggap sebagai suatu kebenaran sehingga perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti

Global Nursing Challenges in The Free Trade Era 74.. public has given participation in the form of the fruit of the mind, it can be seen from the participation

Discussion: Summary of the research was maternal dominant communication to fetus was stroking the belly when the fetus moving and kicking and reciting verses from the Holy

Akar berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman, Batang berfungsi sebagai penerus unsur hara yang diserap oleh akar tanaman dan disebarkan keseluruh bagian

Bab IV Analisis Data, bab ini akan menjelaskan mengenai peran Badan Wakaf Indonesia Jawa Timur dalam memberikan literasi terkait wakaf pada masyarakat, serta