• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN Nomor : 162/Pid.B/2013/PN.PMS DITINJAU DARI PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE DALAM PERKARA PIDANA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN Nomor : 162/Pid.B/2013/PN.PMS DITINJAU DARI PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE DALAM PERKARA PIDANA ANAK"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah generasi penerus bangsa yang harus dibimbing, dilindungi, dan diarahkan agar negeri ini kelak memiliki generasi penerus yang tangguh dan dapat mengabdikan dirinya pada bangsa dan negara. Sebagaimana pendapat Ridwan Mansyur official web Mahkamah Agung, yang menyatakan:

Anak adalah bagian warga Negara yang harus di lindungi karena mereka merupakan generasi bangsa yang dimasa yang akan datang akan melanjutkan pemimpinan bangsa Indonesia. Setiap anak disamping wajib mendapatkan pendidikan formal seperti sekolah, juga wajib mendapatkan pendidikan moral sehingga meraka dapat tumbuh menjadi sosok yang berguna bagi bangsa dan negara. Sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990, kemudian juga dituangkan dalam Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang kesemuanya mengemukakan prinsip-prinsip umum perlindungan anak, yaitu non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang dan menghargai partisipasi anak.1

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita jumpai beberapa kasus yang melibatkan anak dalam masalah hukum sehingga tidak menutup kemungkinan pada akhirnya mereka tersangkut dalam masalah pidana. Sebagai generasi bangsa yang harus dilindungi masa depannya, anak diposisikan secara khusus ketika

1

(2)

2 mereka bermasalah dengan ketentuan hukum yang berlaku di negara ini. salah satunya adalah dalam aspek sistem pemidanaan terhadap anak.

Sebagai bentuk kepedulian Negara terhadap generasi penerus bangsa, sampai saat ini pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui Kepres Nomor 36 Tahun 1990. Selain itu, pemerintah juga menerbitkan Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dan Undang-undang No 5 Tahun 1998 sebagai ratifikasi terhadap Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia. Kemudian, pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Selanjutnya, ditetapkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

(3)

3 Pasal 4 UU No.3/1997 tentang Pengadilan Anak menyebutkan:

(1) Batas umur Anak Nakal yang dapat diajukan ke Sidang Anak adalah sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

(2) Dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan diajukan ke sidang pengadilan setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umur tersebut, tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, tetap diajukan ke Sidang Anak.

Batas usia anak sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 4 UU No.3/1997 di atas pada akhirnya menuai kritik dari berbagai pihak pemerhati anak di Indonesia. Puncaknya adalah dengan adanya permohonan pengujian UU No.3/1997 tersebut ke Mahkamah Konstitusi (MK) yang diajukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan menghasilkan Putusan Nomor 1/PUU-VIII/2010. Inti dari putusan tersebut ialah, bahwa batas usia anak sebagaimana tercantum dalam UU No.3/1997 tentang Pengadilan Anak adalah inkonstitusional kecuali dimaknai sebagai “12 tahun”. Kutipan lengkap dalam Putusan Nomor 1/PUU-VIII/2010 adalah sebagai berikut:

 Menyatakan frasa,”... 8 (delapan) tahun...,” dalam Pasal 1 angka 1,

Pasal 4 ayat (1), dan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668), beserta penjelasan Undang-Undang tersebut khususnya

terkait dengan frasa “...8 (delapan) tahun...” adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara bersyarat (conditionally unconstitutional), artinya inkonstitusional,

kecuali dimaknai “...12 (dua belas) tahun...”;

 Menyatakan frasa,”... 8 (delapan) tahun...,” dalam Pasal 1 angka 1, Pasal 4 ayat (1), dan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668), beserta penjelasan Undang-Undang tersebut khususnya

terkait dengan frasa “...8 (delapan) tahun...” tidak mempunyai kekuatan

hukum mengikat secara bersyarat (conditionally unconstitutional),

(4)

4 Dengan demikian, apabila kita mengacu pada Putusan MK Nomor 1/PUU-VIII/2010 di atas, bahwa pengertian anak sebagaimana tercantum dalam UU No.3/1997 tentang Pengadilan Anak adalah ketika umur seseorang belum genap 12 tahun. Atau dengan kata lain, apabila seseorang yang masih berumur di bawah 12 tahun yang bermasalah dengan hukum, maka yang bersangkutan dikategorikan sebagai anak dan tidak dapat diajukan ke persidangan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani perkara anak yang bermasalah dengan hukum dimana yang bersangkutan masih dalam batas umur sebagaimana telah dijelaskan di atas (belum genap 12 tahun) adalah dengan mengambil jalan penyelesaian di luar proses peradilan. Sebagaimana dikemukakan Aniek Periani, bahwa:

Konsep Restorative Justice sebagai alternatif penyelesaian perkara pidana dengan pelaku anak. Restorative Justice sebagai suatu proses semua pihak yang berhubungan dengan tindak pidana tertentu duduk bersama-sama untuk memecahkan masalah dan memikirkan bagaimana mengatasi akibat di masa yang akan datang. Proses Restorative Justice pada dasarnya dilakukan melalui diskresi (kebijaksanaan) dan diversi, yaitu membuat peraturan dari bentuk peyimpangan penanganan anak nakal di luar jalur yustisial konvensional atau pengalihan dari proses peradilan pidana keluar dari proses formal untuk diselesaikan secara musyawarah, sebagaimana dikehendaki dalam Commentary Rule 11 Resolusi PBB 40/33.2

Bagir Manan menjelaskan bahwa: “Restorative justice adalah konsep pemidanaan, tetapi sebagai konsep pemidanaan tidak hanya terbatas pada

2

(5)

5 ketentuan hukum pidana (formal dan materil). Restorative Justice harus juga diamati dari segi kriminologi dan sistem pemasyarakatan.3

Dari kenyataan yang ada, sistem pemidanaan yang berlaku belum sepenuhnya menjamin keadilan terpadu, yaitu keadilan bagi pelaku, keadilan bagi korban, dan keadilan bagi masyarakat. Hal inilah yang mendorong kedepan konsep ”restorative

justice”. Lebih lanjut Bagir Manan dalam tulisannya menguraikan tentang substansi

”restorative justice” berisi prinsip-prinsip, antara lain:4

Membangun partisipasi bersama antara pelaku, korban, dan kelompok masyarakat menyelesaikan suatu peristiwa atau tindak pidana.

Menempatkan pelaku, korban, dan masyarakat sebagai ”stakeholders”

yang bekerja bersama dan langsung berusaha menemukan penyelesaian yang dipandang adil bagi semua pihak (win-win solutions).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan masalah anak yang bermasalah dengan hukum (ABH) adalah dengan mediasi penal. DS.Dewi dalam tulisannya menguraikan bahwa:

Di Indonesia, yang dimaksud Restorative Justice (Keadilan Restoratif) adalah suatu penyelesaian secara adil yang melibatkan pelaku, korban, keluarga mereka dan pihak lain yang terkait dalam suatu tindak pidana secara bersama-sama mencari penyelesaian terhadap tindak pidana tersebut dan implikasinya dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula....5

Lebih lanjut mengenai mediasi penal sebagai upaya restorative justice dalam menyelesaikan masalah ABH dijelaskan oleh DS. Dewi bahwa:6

3

Bagir Manan. 2008. Retorative Justice (Suatu Perkenalan), dalam Refleksi Dinamika Hukum Rangkaian Pemikiran dalam dekade Terakhir. Jakarta. Perum Percetakan Negara RI. Hal. 4.

4

Ibid, Hal.7.

5

DS.Dewi. Restorative Justice, Diversionary Schemes And Special Children’s Courts In Indonesia. http://www.kemlu.go.id, diakses tanggal 27 Maret 2015.

(6)

6 Pelaksanaan mediasi penal sebagai instrumen hukum Restorative Justice (Keadilan Restoratif) adalah diskursus baru dalam sistem hukum Indonesia yang menawarkan solusi yang komprehensif dan efektif dalam menangani permasalahan ABH, walaupun mediasi sebenarnya bukanlah metode penyelesaian sengketa yang baru dalam sistem hukum Indonesia...

...Dengan demikian apabila hakim berkeyakinan perkara anak yang diperiksanya telah memenuhi syarat-syarat /kriteria Restorative Justice dapat dilakukan mediasi penal dengan cara pendekatan Restoratif Justice di ruang mediasi yang dihadiri pihak-pihak terkait (Pelaku/Orang Tua, Korban/Orang Tua, PK BAPAS, Pembimbing Kemasyarakatan. Jaksa Anak, Hakim Anak, Perwakilan Komunitas Masyarakat/ RT/ RW/ Kepala Desa/ Guru/ Tokoh Agama).

Dengan demikian, berdasarkan beberapa pemaparan di atas, maka dalam menyelesaikan masalah ABH restorative justice benar-benar harus diupayakan untuk memberikan perlindungan terhadap anak terutama bagi masa depan mereka di tengah masyarakat. Namun dalam kenyataannya, sekalipun ada berbagai macam kaidah hukum yang telah mengatur dan menjelaskan mengenai hal tersebut, masih saja dapat kita jumpai kasus pemidanaan terhadap anak yang bermasalah dengan hukum. Salah satunya adalah kasus pemidanaan terhadap Doni Yoga Simangunsong dalam perkara pencurian tahun 2013 yang lalu.

Berdasarkan Putusan Hakim Nomor: 162/Pid.B/2013/PN.PMS, terdakwa Doni Yoga Simangunsong masih berusia 11 tahun saat melakukan tindak pidana dalam perkara aquo. Identitas terdakwa sebagaimana tercantum dalam Putusan Hakim Nomor: 162/Pid.B/2013/PN.PMS adalah sebagai berikut:

Nama Lengkap : DONI YOGA SIMANGUNSONG Tempat Lahir : Pematang Siantar

Umur/tanggal lahir : 11 tahun/18 Desember 2001 Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl.Kisaran Ujung No.61 Kec,Siantar Marimbun

(7)

7 Kasus posisi perkara aquo sebagaimana yang termuat dalam Putusan Hakim Nomor: 162/Pid.B/2013/PN.PMS adalah sebagai berikut:

Pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2013 sekitar pukul 13.30 Wib di Jl. Medan Area Kel. Proklamasi Kec. Siantar Barat Kota Pematang Siantar, Doni Yoga Simangunsong (11 tahun) bersama temannya Rinaldy Sinaga (16 tahun) terlibat dalam kasus pencurian 1 (satu) buah HP Merk Blackberry Gemini warna hitam type 8520, 1 (satu) unit Labtop Merk Acer type 4620Z4A1G16Mi warna hitam, sepasang sepatu Merk Adidas warna putih, 1 (satu) potong kaos obolong warna hijau kuning Merk Afro, 1 (satu) buah celana panjang jeans kuncup warna hitam 1 (satu) buah tas warna cokelat.

Pihak yang menjadi korban dalam perkara aquo adalah sebagai berikut: 1. Rima Novia Panjaitan

2. Retno Wulandari 3. Maringan Panjaitan 4. Hermawati Lubis

(8)

8 Doni Yoga Simangunsong (11 tahun) ditahan sejak tanggal 01 April 2013 s/d tanggal 20 April 2013 selama proses penyidikan. Dalam Putusan Hakim Nomor: 162/Pid.B/2013/PN.PMS disebutkan:

Terdakwa-terdakwa ditahan di Rumah Tahanan Negara berdasarkan Surat Perintah / Penetapan Penahanan oleh :

1. Penyidik sejak tanggal 01 April 2013 s/d tanggal 20 April 2013; 2. Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 21 April 2013 s/d tanggal

30 April 2013 ;

3. Penuntut Umum sejak tanggal 30 April 2013 s/d tanggal 09 Mai 2013; Di dalam Putusan Hakim Nomor: 162/Pid.B/2013/PN.PMS, JPU menuntut terdakwa Doni Yoga Simangunsong (11 tahun) dengan pasal 363 ayat (1) ke-4e KUHP yo Pasal 4 UURI No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa 1.Rinaldy Sinaga dan terdakwa II Doni Yoga Simangunsong telah terbukti secara sah dan menyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih

“sebagaimana dimaksud dalam dakwaan pasal 363 ayat (1) ke-4e KUHP jo Pasal 4 UURI No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak; 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa1.Rinaldy Sinaga dan terdakwa II Doni Yoga Simangunsong dengan pidana penjara masing-masing selama 3 (tiga) bulan dikurangkan dengan masa penahanan yang telah dijalani para terdakwa;

Dalam amar putusannya, tanggal 5 Juni 2013 Hakim Roziyanti yang memimpin persidangan perkara aquo memutus terdakwa Doni Yoga Simangunsong dengan penjara 2 (dua) bulan 6 (enam) hari. Kutipan lengkap dalam Putusan Hakim Nomor: 162/Pid.B/2013/PN.PMS adalah sebagai berikut:

MENGADILI :

1. Menyatakan terdakwa 1. RINALDY SINAGA dan terdakwa II.DONI YOGA SIMANGUNSONG terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian Dengan

Pemberatan yang dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau

lebih” ;

(9)

9 dengan pidana penjara masing-masing selama 2 (dua) bulan dan 6 (enam) hari dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; 3. Memerintahkan supaya terdakwa-terdakwa segera dikeluarkan dari

rumah tahanan ;

4. Menetapkan barang bukti berupa :

Sepasang sepatu Merk Adidas warna putih

1 (satu) potong kaos oblong warna hijau kuning Merk Afro. Digunakan dalam perkara lain ;

5. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa-terdakwa sebesar Rp.1.000.- (seribu rupiah);

Permasalahan hukum dalam perkara aquo adalah, bahwa terdakwa Doni Yoga Simangunsong adalah anak yang masih berusia 11 tahun. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa berdasarkan Putusan MK Nomor 1/PUU-VIII/2010, pengertian anak sebagaimana tercantum dalam UU No.3/1997 tentang Pengadilan Anak adalah ketika umur seseorang belum genap 12 tahun, atau masih di bawah 12 tahun.

Penahanan, proses peradilan, dan pemidanaan yang dijalani oleh Doni Yoga Simangunsong yang masih berusia 11 tahun nampak tidak sesuai dengan prinsip-prinsip perlindungan bagi anak sebagaimana telah diamanatkan oleh perundangan yang berlaku di Indonesia. Bahkan dalam putusan pidananya, hakim sama sekali tidak menyebutkan adanya upaya pemulihan bagi terdakwa sebagaimana yang dimaksud dalam prinsip restorative justice dalam menangani kasus anak yang bermasalah dengan hukum.

Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 23 Tahun

(10)

10 atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang

berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir” 7

Marian Liebmann dalam Manshurzikri memberikan rumusan mengenai prinsip dasar restorative justice sebagai berikut:8

1. Memprioritaskan dukungan dan penyembuhan korban.

2. Pelaku pelanggaran bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. 3. Dialog antara korban dengan pelaku untuk mencapai pemahaman. 4. Ada upaya untuk meletakkan secara benar kerugian yang ditimbulkan. 5. Pelaku pelanggar harus sadar tentang bagaimana cara menghindari

kejahatan di masa depan.

6. Masyarakat turut membantu dalam mengintegrasikan dua belah pihak, baik korban maupun pelaku.

Sedangkan proses dari restorative justice dapat dilakukan dengan cara mediasi antara pelaku dan korban, reparasi (pelaku membetulkan kembali segala hal yang dirusak), konferensi korban-pelaku (yang melibatkan keluarga dari kedua belah pihak dan tkoh pemuka dalam masyarakat), dan victim awareness work (suatu usaha dari pelaku untuk lebih peduli akan dampak dari perbuatannya).

Dalam Putusan Hakim Nomor : 162/Pid.B/2013/PN.PMS, Hakim Roziyanti yang memimpin persidangan tidak nampak melakukan upaya pemulihan bagi terdakwa Doni Yoga Simangunsong yang masih berusia 11 tahun, termasuk di dalamnya adalah upaya dalam merekonsiliasi pihak korban dan pelaku sekalipun terdakwa Doni Yoga Simangunsong telah mengaku bersalah dan menyatakan menyesali perbuatannya.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan analisis atas Putusan Hakim Nomor : 162/Pid.B/2013/PN.PMS ditinjau dari perspektif prinsip restorative justice dalam perkara pidana anak, dalam sebuah penulisan

7

Faturorahman. 2012. Pendekatan Restorative Justice Sebagai Alternatif Penanganan Masalah Kenakalan anak. Bandung. Citra Aditya Bakti. Hal.38.

8

(11)

11 hukum dengan judul: “Analisis Yuridis Normatif Terhadap Putusan Nomor : 162/Pid.B/2013/PN.PMS Ditinjau Dari Prinsip Restorative Justice Dalam

Perkara Pidana Anak”.

B. Rumusan Masalah

Apakah Putusan Hakim Nomor : 162/Pid.B/2013/PN.PMS telah sesuai dengan prinisip restorative justice dalam perkara pidana anak?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kesesuaian Putusan Hakim Nomor: 162/Pid.B/2013/PN.PMS dengan prinisip restorative justice dalam perkara pidana anak.

D. Manfaat Penelitian

D.1. Manfaat Teoritis

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan referensi penelitian hukum dalam hal putusan hakim dalam perkara pidana anak berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum pidana pada khususnya.

(12)

12 D.2. Manfaat Praktis

1. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai tinjauan yuridis normatif dalam perkara pidana anak, sehingga dapat menanamkan rasa tanggung jawab masyarakat untuk membentengi anak dari perkara pidana yang dapat mengancam masa depan mereka.

2. Untuk meningkatkan kemampuan analisa dan pola pikir yang ilmiah, serta pengujian aplikatif atas ilmu yang diperoleh penulis selama studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

E. Kegunaan Penelitian

E.1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pijakan baru di bidang ilmu hukum dalam rangka menambah pengetahuan dan wawasan tentang studi kasus yang diteliti oleh penulis, sekaligus sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 di bidang ilmu hukum.

E.2. Bagi Masyarakat

(13)

13 E.3. Bagi Aparat Penegak Hukum

Melalui penelitian ini diharapkan agar aparat penegak hukum khususnya hakim dan jaksa penuntut umum dapat menjalankan tanggungjawab dan fungsinya sesuai dengan prinsip-prinsip dan kaidah hukum yang berlaku dalam perkara pidana anak, sehingga mampu menghasilkan sebuah putusan yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.

E.4. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi para mahasiswa mengenai obyek studi yang diangkat, sehingga para mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan ilmu hukum dapat berperan dalam penegakan hukum di tengah masyarakat.

F. Metode Penelitian

F.1. Metode Pendekatan

Sebuah penelitian tidak terlepas dari metode yang digunakan, dalam kaitannya dengan permasalahan yang dikemukakan maka metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan menganalisa kasus dan penyelesaiannya dengan prosedur undang-undang, dan melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat.

F.2. Sumber Bahan Hukum

1. Bahan Hukum Primer

(14)

14 a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

b. Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak c. Putusan MK Nomor 1/PUU-VIII/2010

d. Putusan Hakim Nomor : 162/Pid.B/2013/PN.PMS 2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan pandangan tokoh, serta artikel yang berhubungan dengan obyek penelitian.

F.3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pada penelitian hukum ini, penulis mengumpulkan bahan-bahan hukum dengan metode studi kepustakaan. Studi Kepustakaan dilakukan dengan cara melakukan penelusuran atas berbagai bahan hukum seperti buku, jurnal-jurnal, majalah, artikel, surat kabar dan buletin.

F.4. Analisa Bahan Hukum

(15)

15 F.5. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini ini akan dibagi dalam 4 (empat) bab, yang mana akan dibagi menjadi sub bab didalam bab tersebut. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. Di dalam sub bab metode penelitian akan diuraikan tentang jenis penelitian dan pendekatan, sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum serta analisa bahan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka meliputi deskripsi yaitu membahas mengenai tinjauan umum tentang hakim, tinjauan umum tentang putusan hakim, tinjauan umum tentang anak, dan tinjauan umum tentang prinsip restorative justice.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(16)

16 BAB IV : PENUTUP

(17)

i

PENULISAN HUKUM

ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP

PUTUSAN Nomor : 162/Pid.B/2013/PN.PMS DITINJAU DARI PRINSIP

RESTORATIVE JUSTICE DALAM PERKARA PIDANA ANAK

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh:

FIRMAN FARUK

201110110311053

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

(18)

ii

ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP

PUTUSAN Nomor : 162/Pid.B/2013/PN.PMS DITINJAU DARI PRINSIP

RESTORATIVE JUSTICE DALAM PERKARA PIDANA ANAK

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Bidang Ilmu Hukum

PENULISAN HUKUM

Oleh:

FIRMAN FARUK

201110110311053

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

(19)
(20)
(21)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penelitian dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Yuridis Normatif Terhadap Putusan Nomor : 162/Pid.B/2013/PN.PMS Ditinjau Dari Prinsip Restorative

Justice Dalam Perkara Pidana Anak. Shalawat serta salam selalu tertuju kepada

baginda Rasuluallah Muhammad SAW Sang Revolusioner pembawa rahmat bagi umat muslim dan seluruh alam semesta.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S-1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Skripsi ini mungkin tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta kelapangan pemikiran serta rizki yang begitu melimpah dalam pembuatan tugas akhir ini. 2. Bapak Waprol dan Ibu Tutik Hidayati, selaku orang tua yang selalu

memberikan dukungan untuk menyelesaikan gelar kesarjanaan penulis. 3. Bapak Dr. Muhajir Effendy M.AP, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh gelar kesarjanaan di kampus putih tercinta ini; 4. Bapak Dr.Sulardi, SH., M.Si, selaku dekan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah memberikan fasilitas dan dukungan pada penyusunan skripsi ini;

5. Bapak Sidik Sunaryo, SH., M.Si selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memotivasi dan meluangkan waktu serta memberikan masukan-masukan dalam penyusunan skripsi ini.

(22)

vi

ide-ide segar dan sudut pandang baru dalam melihat suatu permasalahan sehubungan dengan skripsi yang di angkat penulis hingga tugas akhir ini selesai.

7. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.

8. Seluruh Staff TU Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang telah sabar melayani selama masa perkuliahan hingga akhir.

9. Teman-teman angkatan 2011 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang secara keseluruhan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah bersama-sama berjuang dalam segala hal.

10.Terimkasih untuk kakak-ku tercinta Filkia Herlina dan adik-ku Fika Rudiniyah yang selalu mmberikan support tiada henti dan memotivasi saya untuk dapat menyelesaikan studi S-1 di Fakultas Hukum UMM.

11.Untuk kekasihku tercinta Wulan Sari yang tiada henti mendorong dan memberikan semangat dalam segala hal, termasuk dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

12.Untuk kawan-kawanku Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Supremasi – Fakultas Hukum UMM, yang senantiasa memberikan dorongan moril dan semangat hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

13.Untuk abang Candra, abang Faiz, abang Ali (Boy), abang Ainur, abang Zaki, Pak Ketum IMM Supremasi - Anam, Sabda, King, Afdal-Kiwil, dan seluruh shabat serta kawan seperjuangan yang senantiasa membinmbing saya, mengarahkan saya, mendidik saya hingga saya bisa menyelesaikan studi di Fakultas Hukum UMM dengan baik dan lancar.

Semoga amal baik dari semua pihak tersebut mendapat balasan dari Allah SWT atas keikhlasan membantu penulis dalam penyususnan skripsi ini hingga selesai.

(23)

vii

membangun dari berbagai pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

(24)

viii DAFTAR ISI

JUDUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iv

ABSTRAKSI ...v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

D.1. Manfaat Teoritis ... 11

D.2. Manfaat Praktis ... 12

E. Kegunaan Penelitian... 12

E.1. Bagi Penulis ... 12

E.2. Bagi Masyarakat ... 12

E.3. Bagi Aparat Penegak Hukum ... 13

E.4. Bagi Mahasiswa ... 13

F. Metode Penelitian... 13

F.1. Metode Pendekatan ... 13

F.2. Sumber Bahan Hukum ... 13

F.3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 14

F.4. Analisa Bahan Hukum ... 14

F.5. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...17

A. Tinjauan Umum tentang Hakim ... 17

A.1. Pengertian Hakim ... 17

(25)

ix

B. Tinjauan Umum tentang Putusan Hakim ... 22

B.1. Pengertian Putusan Hakim ... 22

B.2. Macam-Macam Putusan Hakim ... 23

C. Tinjauan Umum tentang Anak ... 26

C.1. Pengertian Anak ... 26

C.2. Tinjauan Mengenai Perlindungan Anak ... 29

D. Tinjauan Umum tentang Restorative Justice... 33

D.1. Pengertian Restorative Justice... 33

D.2. Restorative Justice Dalam Sistem Hukum Indonesia ... 38

D.3. Penerapan Restorative Justice ... 44

D.4. Prinsip-prinsip Restorative Justice ... 49

E. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana ... 52

F. Tinjauan Tentang Konsep Anak Yang Bermasalah Dengan Hukum... 54

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...59

A. Identitas Objek Putusan ... 59

A.1. Peristiwa Konkrit ... 59

A.2. Pertimbangan Hakim ... 63

A.3. Putusan Hakim ... 68

A.4. Hakim yang Memutus ... 68

B. Pembahasan ... 69

B.1. Analisis Mengenai Ketepatan Hakim Dalam Mengkualifikasikan Umur/ Tanggal Lahir Terdakwa Dalam Perkara Aquo ... 72

B.2. Analisis Putusan Hakim Nomor: 162/Pid.B/2013/PN.PMS Ditinjau Dari Prinsip Restorative Justice ... 93

BAB IV PENUTUP ...101

Kesimpulan ...101

Saran...102

DAFTAR PUSTAKA ...103

INDEKS ...107

(26)

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. SURAT TUGAS

(27)

xi

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Andi Hamzah. 1990. Pengantar Hukum Acara Pidana. Jakarta. Ghalia Indonesia. Andi Hamzah. 2001. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta.

Ghalia Indonesia.

Barda Nawawi Arief. 1998. Beberapa Aspek Kebijakan dan Pengembangan Hukum Pidana. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.

Bagir Manan. 2008. Retorative Justice (Suatu Perkenalan), dalam Refleksi Dinamika Hukum Rangkaian Pemikiran dalam dekade Terakhir. Jakarta. Perum Percetakan Negara RI.

Damang. Restorative Justice. http://www.damang.web.id, diakses tanggal 8 Mei 2015.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Evi Hartanti. 2006. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika.

Faturorahman. 2012. Pendekatan Restorative Justice Sebagai Alternatif Penanganan Masalah Kenakalan anak. Bandung. Citra Aditya Bakti.

Fence M. Wantu. 2011. Idee Des Recht Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan (Implementasi Dalam Proses Peradilan Perdata. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Harkristuti Harkrisnowo. 2002. Tantangan dan Agenda Hak-Hak Anak. Jakarta. Komisi Hukum Nasional.

Kartini Kartono. 1992. Pathologi Sosial( 2), Kenakalan Remaja. Jakarta. Rajawali Pers.

Kuat Puji Prayitno. 2012. Restorative Justice Untuk Peradilan Di Indonesia. Purwokerto. Jurnal Dinamika Hukum. Vol.12 No.3. Fakultas Hukum. Universitas Jenderal Soedirman.

(28)

xii

Marlina. 2011. Hukum Penitensier. Bandung. Refika Aditama.

P. A.F Lamintang. I997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung. PT. Citra Aditya

Paulus Hadisuprapto. 2003. Pemberian Malu Reintegratif Sebagai Sarana Non Penal Penanggulangan Perilaku Delinkuensi Anak (Studi Kasus di Semarang dan Surakarta). Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro.

Rahmaeni Zebua. 2014. Analisis Diversi Dan Restorative Justice Dalam Undangundang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Medan. Jurnal Karya Ilmiah. Departemen Hukum Pidana-Fakultas Hukum. Universitas Sumatera Utara.

Ridwan Mansyur. Keadilan Restoratif Sebagai Tujuan Pelaksanaan Diversi Pada Sistem Peradilan Pidana Anak. https://www.mahkamahagung.go.id, diakses tanggal 21 Januari 2015.

Satjipto Rahardjo. 1983. Permasalahan Hukum di Indonesia. Bandung. Alumni. Simons. 1992. Leerbook van Het Nederlandsche Strafrecht, (terjemahan).

Bandung. Pioner Jaya.

Sudarsono. 1991. Kenakalan Remaja. Jakarta. Rineka Cipta.

Supramono. 2007. Hukum Acara Pengadilan Anak. Jakarta. Djambatan.

UNICEF. 2006. Perlindungan Anak – Sebuah Panduan Bagi Dewan Perwakilan Rakyat. Jakarta. Optima.

_______. Pedoman Penulisan Hukum. 2012, Fakultas Hukum UMM.

Internet:

Ali Serizawa. Apa Itu Pengertian Tindak Pidana.

http://www.hukumsumberhukum.com/, diakses tanggal 24 Mei 2015. Andy Lesmana. Definisi Anak. http://edukasi.kompasiana.com, diakses tanggal 22

Maret 2015.

(29)

xiii

Eva Achjani Zulfa. Restorative Justice Di Indonesia (Peluang dan Tantangan Penerapannya). http://evacentre.com, diakses tanggal 9 Mei 2015.

Hangama Anwari. The situation for children in conflict with the law in Afghanistan (Situasi Anak yang Berkonflik Dengan Hukum di Afganistan). www.unicef.org, diakses tanggal 23 Mei 2015.

Kontras. Konvensi Internasional Hak Anak. www.kontras.org, diakses tanggal 3 April 2015.

Manshurzikri. Restorative Justice Sebagai Mekanisme Penyelesaian Perkara Yang Mengedepankan Kepentingan Perempuan Sebagai Korban Kekerasan Seksual. https://manshurzikri.wordpress.com, diakses tanggal 27 Maret 2015.

Marlina. 2009. Peradilan Pidana Anak di Indonesia : Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice. Bandung. Refika Aditama.

Mugiman. Implementasi Undang-Undang No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. http://fh.unsoed.ac.id, diakses tanggal 27 Maret 2015.

Muhari Agus Santoso. 2002. Paradigma Baru Hukum Pidana. Malang. Averroes Press-Pustaka Pelajar

Romli Atmasasmita. 1983. Problem Kenakalan Anak-anak Remaja. Bandung. Armico.

Rusmilawati. Perlindungan Anak Berdasarkan Undang-Undang Indonesia dan Beijing Rules. www.wordpress.com /.../perlindungan-anak-berdasarkan-undang-undang-di-indonesia, diakses tanggal 25 Maret 2015.

Setyo Utomo. Sistem Pemidanaan Dalam Hukum Pidana Yang Berbasis Restorative Justice. www.merdekalaw.com, diakses tanggal 27 Maret 2015.

Yayasan Pemantau Hak Anak. Anak yang Berhadapan dengan Hukum dalam Perspektif Hukum Hak Asasi Manusia Internasional. www.ypha.or.id, diakses tanggal 23 Mei 2015.

Perundang-undangan:

(30)

xiv

Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Putusan MK Nomor 1/PUU-VIII/2010.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, adapun persyaratan yang diajukan PT Panca Kharisma Utama Pangkalan Jati Cinere dalam rekrutmen tenaga kerja

Namun pada aliran setelah titik B tekanan akan meningkat dalam arah aliran sehingga pada beberapa titik momentum aliran dari fluida didalam boundary layer tidak cukup untuk membawa

Latar Belakang : Penderita diabetes melitus tipe 2 membutuhkan makanan selingan untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi serta mengontrol kadar glukosa darah. Ubi

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin majunya perkembangan teknologi terutama dalam hal penggunaan media sosial. Media sosial di era kemajuan teknologi informasi

Hanya 5 strain mampu memfermentasi biji-biji benguk; tetapi tempe yang dihasilkannya mempunyai aroma yang tidak menyenangkan (berbau apak). Jenis jamur ini

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R yang menunjukkan korelasi berganda, yaitu faktor pola komunikasi keluarga, percaya diri, introversi, dan harga

(1) Kesimpulan dari pengujian-pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian tersebut untuk pengujian pertama bahwa pada periode 2001-2003, fenomena day of the week

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini adalah Strategi Guru pendidikan Agama Islam mengatasi Perilaku