• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI

PRE DAN POST STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANGAN KAMBOJA

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Rahmi Surilesmana

071101009

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan kemampuan

perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri

di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,

dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang

sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan pengetahuan, bimbingan, masukan, arahan, dukungan

serta telah bersedia meluangkan waktunya yang sangat membantu penulis

sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Salbiah S.Kp, M.Kep selaku penguji skripsi I.

4. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku penguji skripsi II dan sekaligus Pembantu

Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Pak Ikhsanuddin Harahap S.Kp, MNS Selaku dosen pembimbing

akademik dan Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademik Fakultas

(4)

perkuliahan. Semoga Allah membalas ilmu yang telah kalian berikan

dengan keberkahan.

7. Ibu Lince Herawati S.Pd, S.Kep, Ns selaku kepala bidang keperawatan

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

8. Ibu Mesti selaku kepala ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provsu Medan.

9. Kepada klien di Ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

yang telah bersedia menjadi responden.

10.Teristimewa buat Ayahanda Khairil Daud dan Ibunda Suriati tercinta yang

selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan baik moril

maupun materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis.

11. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada adik-adikku tercinta: Ruzaiqi

Hidayat, Rudi Juniusman dan Ratih Al-Khair yang senantiasa memberikan

doa dan dukungan untuk penulis.

12.Kepada sahabat-sahabat terbaikku Maya Indriyani dan Silvia Fithriyani

yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih

atas saran, kritik dan segala canda tawa selama ini.

13. Teman-teman stambuk 2007, Dewi, Melati, Amel dan juga yang lainnya

yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, terimakasih atas

kebersamaan dan kerja samanya selama empat tahun ini.

14.Teman-teman dari Akper Haji Medan, Resti, Leni dan Sito yang telah

memberikan bantuan selama proses penelitian di RSJD Provsu Medan.

15.Teman-teman satu kost: Ika, Nunu, Rina, Iin, Putri, Kiki, Kipa dan Kak

(5)

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan bagi pihak-pihak

yang membutuhkan serta penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat

membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Juni 2011

(6)

DAFTAR ISI

Judul. ... i

Lembar Persetujuan Skripsi... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi. ... vi

Daftar Skema ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

Abstrak ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

3.1.Tujuan Umum ... 4

3.2.Tujuan Khusus ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Defisit Perawatan Diri ... 6

1.1.Pengertian ... 6

1.2.Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri ... 6

1.3.Etiologi.. ... 8

2. Strategi Pelaksanaan ... 9

2.1.Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi ... 9

2.2.Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri ... 10

2.3.Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri ... 10

2.4.Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri 14 3. Kemampuan Dalam Perawatan Diri ... 14

3.1.Pengertian Kemampuan ... 14

3.2.Kemampuan Perawatan diri ... 15

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 18

2. Definisi Operasional ... 19

3. Hipotesa Penelitian ... 21

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 22

2. Populasi dan Sampel ... 23

2.1. Populasi. ... 23

2.2. Sampel. ... 23

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4. Pertimbangan Etik ... 24

5. Instrumen Penelitian ... 25

6. Validitas dan Reliabilitas ... 26

7. Pengumpulan Data ... 28

(7)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

1.1. Karakteristik Demografi Responden. ... 32

1.2. Kemampuan Perawatan Diri Pre Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan ... 33

1.3. Kemampuan Perawatan Diri Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan. ... 35

1.4. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi PelaksanaanKomunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.. ... 37

2. Pembahasan 2.1.Kemampuan Perawatan Diri Pre Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan ... 39

2.2.Kemampuan Perawatan Diri Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan ... 41

2.3.Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJDProvsu Medan……… ... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 45

2. Rekomendasi ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Definisi Operasional ... 20

Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 32

Tabel Distribusi Frekuensi Responden Pre Test ... 34

Tabel Distribusi Frekuensi Responden Post Test ... 36

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Permohonan menjadi responden ... 50

2. Instrument penelitian ... 52

3. Jadwal aktivitas harian ... 57

4. Satuan acara pengajaran ... 58

5. Jadwal proses penelitian ... 64

6. Data penelitian ... 65

7. Hasil reliabel ... 67

8. Uji normalitas data ... 69

9. Data demografi klien defisit perawatan diri ... 76

10.Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post ... 79

11.Uji Wilcoxon Signed Ranks Test ... 81

12.Jadwal Penelitian ... 82

13.Curriculum vitae... 83

14.Surat survey awal dari Fakultas Keperawatan ... 84

15.Surat izin survey awal dari RSJ Provsu Medan ... 86

16.Surat pengambilan data ... 87

17.Surat izin telah selesai penelitian ... 89

18.Surat uji validitas ... 90

19.Undangan ujian proposal skripsi ... 91

(11)

Judul : Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Nama Mahasiswa : Rahmi Surilesmana

N I M : 071101009

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2010/2011

__________________________________________________________________

Abstrak

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan dengan menggunakan desain quasi eksperimen jenis non equivalent control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling yaitu semua klien dengan masalah utama defisit perawatan diri yang berjumlah 16 orang. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Perbedaan ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Strategi pelaksanaan komunikasi direkomendasikan untuk dilakukan di Rumah Sakit Jiwa lebih optimal dan untuk lebih meningkatkan kemampuan perawatan klien defisit perawatan diri sebaiknya perawat membuat jadwal agar kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri terus meningkat.

__________________________________________________________________

(12)

Title : The differences of ability in care pre and post implementation communication strategy for self-care deficit patients in kamboja room psychiatric hospital North Sumatra

Student Name : Rahmi Surilesmana N I M : 071101009

Faculty : Nursing USU Academic Year : 2010/2011

Abstract

Self-care deficit is a condition to someone who is experiencing weakness in the ability to perform or complete self-care activities. This study aims to determine differences in the ability of self-care pre and post implementation of the communication strategy of self-care deficits in the Mental Hospital Cambodia space Medan, North Sumatra by using quasi-experimental design types of non-equivalent control group design. Sampling was conducted with a total sample of all clients with major issues of self-care deficit, amounting to 16 people. Test Wilcoxon Signed Ranked Test result statistics show that there are differences in the ability of self-care pre and post implementation of communication strategy of self-care deficits. This difference is indicated by the value p = 0.000 (p <0.05). Implementation of communication strategies recommended to be done in the Mental Hospital more optimal and to further enhance the ability of self-care deficit nursing care the client must make a schedule so that the client's ability in performing self-care continues to rise.

__________________________________________________________________

(13)

Judul : Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Nama Mahasiswa : Rahmi Surilesmana

N I M : 071101009

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2010/2011

__________________________________________________________________

Abstrak

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan dengan menggunakan desain quasi eksperimen jenis non equivalent control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling yaitu semua klien dengan masalah utama defisit perawatan diri yang berjumlah 16 orang. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Perbedaan ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Strategi pelaksanaan komunikasi direkomendasikan untuk dilakukan di Rumah Sakit Jiwa lebih optimal dan untuk lebih meningkatkan kemampuan perawatan klien defisit perawatan diri sebaiknya perawat membuat jadwal agar kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri terus meningkat.

__________________________________________________________________

(14)

Title : The differences of ability in care pre and post implementation communication strategy for self-care deficit patients in kamboja room psychiatric hospital North Sumatra

Student Name : Rahmi Surilesmana N I M : 071101009

Faculty : Nursing USU Academic Year : 2010/2011

Abstract

Self-care deficit is a condition to someone who is experiencing weakness in the ability to perform or complete self-care activities. This study aims to determine differences in the ability of self-care pre and post implementation of the communication strategy of self-care deficits in the Mental Hospital Cambodia space Medan, North Sumatra by using quasi-experimental design types of non-equivalent control group design. Sampling was conducted with a total sample of all clients with major issues of self-care deficit, amounting to 16 people. Test Wilcoxon Signed Ranked Test result statistics show that there are differences in the ability of self-care pre and post implementation of communication strategy of self-care deficits. This difference is indicated by the value p = 0.000 (p <0.05). Implementation of communication strategies recommended to be done in the Mental Hospital more optimal and to further enhance the ability of self-care deficit nursing care the client must make a schedule so that the client's ability in performing self-care continues to rise.

__________________________________________________________________

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak permasalahan sosial yang

muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

budaya serta krisis ekonomi yang tidak kunjung usai. Hal ini akan semakin

memicu atau meningkatkan berbagai gangguan kejiwaan di masyarakat, dari

gangguan jiwa yang ringan hingga gangguan jiwa yang tergolong berat (Balitbang

Depkes, 2001).

Berdasarkan data WHO (2001), 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang

terganggu jiwanya. Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO

di berbagai negara menunjukkan sebesar 20-30 %, pasien yang datang ke

pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of

Health and Human Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika

dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6,5 juta

mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa yang berat dan 4 juta diantaranya

adalah anak-anak dan remaja (Videbeck, 2008).

Salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang memiliki tingkat keparahan

yang tinggi adalah skizofrenia, dimana hingga saat ini penanganannya belum

memuaskan. Hal ini terutama terjadi di negara-negara yang sedang berkembang

karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

ini (Hawari, 2003).

(16)

Indonesia, terdapat sekitar 1-2 % atau sebesar 2-4 juta jiwa menderita skizofrenia

dan dari jumlah tersebut diperkirakan penderita skizofrenia aktif 700.000-1,4 juta

jiwa. Menurut pendapat Irmansyah (2006), bahwa penderita yang dirawat di

rumah sakit jiwa di Indonesia hampir 70 % karena skizofrenia. Berdasarkan data

yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera

Utara tahun 2009, klien yang dirawat jalan dengan penderita skizofrenia adalah

9.532 orang, sedangkan klien yang dirawat inap dengan penderita skizofrenia

adalah 1.581 orang.

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh

dan terganggu (Videbeck, 2008). Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala klien

suka berbicara sendiri, mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir,

sering tersenyum sendiri, sering mendengar suara-suara dan sering mengabaikan

hygiene atau perawatan dirinya (defisit perawatan diri). Defisit perawatan diri

merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan

dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti

mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria,

2009).

Berdasarkan hasil survey awal peneliti di ruangan Kamboja Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, Dari 48 klien yang dirawat inap di

ruangan Kamboja, 26 klien (54%) diantaranya mengalami defisit perawatan diri.

Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang

cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri

(17)

dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak

dilakuan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami

masalah risiko tinggi isolasi sosial (Fitria, 2009).

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerja sama antar perawat dengan klien, keluarga dan

masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses keperawatan

yaitu terlaksananya asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah

klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Salah satu yang

dapat dilakukan oleh keperawatan jiwa adalah dengan menerapkan strategi

pelaksanaan komunikasi dalam tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan

komunikasi tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai

panduan oleh seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria,

2009).

Sebelumnya belum pernah ada penelitian yang dilakukan tentang strategi

pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provsu Medan. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul

“Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan

komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah

(18)

2. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi

pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan ?

3. Tujuan Penelitian

3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan

Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien defisit perawatan diri di ruangan

Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan.

b. Mengetahui kemampuan perawatan diri pre strategi pelaksanaan

komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah

Provsu Medan.

c. Mengetahui kemampuan perawatan diri post strategi pelaksanaan

komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah

Provsu Medan.

d. Mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan

(19)

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu klien defisit perawatan diri

dalam meningkatkan personal hygiene dengan memberikan pendidikan

kesehatan mengenai pengetahuan yang terkait tentang defisit perawatan

diri dan perawatannya.

4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi ilmu keperawatan

jiwa tentang penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terhadap

kemampuan perawatan diri klien defisit perawatan diri dan dapat

dijadikan sebagai bukti dasar yang dipergunakan dalam pembelajaran

keperawatan jiwa.

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data awal dan dapat

dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.

4.4. Bagi Rumah Sakit Jiwa

Dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

strategi pelaksanaan komunikasi pada klien yang mengalami defisit

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defisit Perawatan Diri

1.1. Pengertian

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan

dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

1.2. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)

adalah sebagai berikut:

a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air

mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta

masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan

pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.

(21)

memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing

tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan

penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan

mengenakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,

memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu

memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan

menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,

serta mencerna cukup makanan dengan aman.

d. BAB/BAK (toileting)

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan

jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi

pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan

(22)

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan

diri adalah:

a. Fisik

1) Badan bau, pakaian kotor; 2) Rambut dan kulit kotor; 3) Kuku panjang

dan kotor; 4) Gigi kotor disertai mulut bau; 5) penampilan tidak rapi.

b. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif; 2) Menarik diri, isolasi diri; 3) Merasa tak

berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. Sosial

1) Interaksi kurang; 2) Kegiatan kurang; 3). Tidak mampu berperilaku

sesuai norma; 4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang

tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

1.3. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri

adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),

penyebab kurang perawatan diri adalah:

a. Faktor prediposisi

1. Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

(23)

2. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu

melakukan perawatan diri.

3. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan

kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian

dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4. Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan

kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,

lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu

kurang mampu melakukan perawatan diri.

2. Strategi Pelaksanaan Komunikasi

2.1. Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan standar asuhan keperawatan

terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga klien yang bertujuan untuk

mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan

tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh

(24)

2.2. Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tujuan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut

Purba (2009) adalah sebagai berikut:

a. Pada Klien

1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.

2. Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.

3. Klien mampu melakukan makan dengan baik.

4. Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.

b. Pada Keluarga

Keluarga mampu merawat anggota keluarga ysng mengalami masalah

kurang perawatan diri.

2.3. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Pembagian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut

Purba (2009) adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan Merawat Klien

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)

a) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

b) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

c) Menbantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan

diri.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

(25)

Untuk melatih klien dalam menjaga kebersihan diri dapat

melakukan tahapan tindakan yang meliputi:

a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.

c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.

d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara berdandan.

c) Membantu klien mempraktekkan cara berdandan.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian.

Tindakan melatih klien berdandan/berhias:

Klien laki-laki harus dibedakan dengan wanita. Untuk klien

laki-laki latihan meliputi: Berpakaian, menyisir rambut,

bercukur. Untuk klien wanita latihan meliputi: Berpakaian,

menyisir rambut, berhias.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara makan yang baik.

c) Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik.

(26)

Untuk melatih klien dapat melakukan tahapan sebagai berikut:

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.

b) Menjelaskan cara makan yang tertib.

c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah

makan.

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.

4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP4)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara eliminasi yang baik.

c) Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang baik

dan memasukkan dalam jadwal.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian.

Melatih klien BAB dan BAK secara mandiri sesuai tahapan

berikut:

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK.

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan

BAK.

(27)

b. Kemampuan Merawat Keluarga

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat klien.

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan

diri dan jenis defisit perawatan diri yang dialami klien

beserta proses terjadinya.

c) Menjelaskan cara-cara merawat klien defisit perawatan diri.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)

a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien

dengan defisit perawatan diri.

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada

klien defisit perawatan diri.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah

termasuk minum obat.

(28)

2.4. Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tanda- tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan kepada klien

kurang perawatan diri berhasil menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:

a. Klien dapat menyebutkan:

1. Penyebab tidak merawat diri.

2. Manfaat menjaga perawatan diri.

3. Tanda-tanda bersih dan rapi.

4. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.

b. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:

1. Kebersihan diri

2. Berdandan

3. Makan

4. BAB/BAK

c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:

1. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri.

2. Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan diri.

3. Kemampuan Dalam Perawatan Diri

3.1. Pengertian Kemampuan

Kemampuan merupakan suatu ide generalitas dari satu ciri yang dimiliki

peserta didik dan dipengaruhi oleh pembelajaran yang berasal dari praktek atau

pengalaman sebelumnya yang disimpan dalam memori untuk mengigat suatu

(29)

keterampilan motorik yang merupakan salah satu domain dari prilaku. Domain

keterampilan ini dikenal juga sebagai domain psikomotor. Domain keterampilan

mudah didentifikasi dan diukur karena mencakup kegiatan berorientasi pada

gerakan yang mudah diamati. Pembelajaran pada domain ini meliputi penguasaan

motorik halus dan kasar dengan tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular

semakin meningkat untuk melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis,

memegang alat-alat, atau melaksanakan suatu prosedur (Bastable, 2002).

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan

kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk

melakukan perawatan diri: Perawat mengkaji kemampuan fungsional klien di

lingkungan rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi aktivitas

makan, berpakaian, perawatan diri dan berdandan (Potter & Perry, 2005).

3.2. Kemampuan Perawatan Diri

Adapun kemampuan perawatan diri berdasarkan kriteria hasil Nursing

Outcomes Classification dan intervensi Nursing Interventions Classification

menurut Wilkinson (2006) adalah sebagai berikut:

a. Mandi/Hygiene

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan

(30)

pribadi. Mandi (kemampuan untuk membersihkan tubuhnya sendiri),

hygiene (kemampuan untuk mempertahankan hygiene dirinya).

Intervensi prioritas NIC:

Mandi (membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi,

kebersihan dan penyembuhan). Bantuan perawatan diri

mandi/hygiene (membantu klien untuk memenuhi hygiene pribadi).

b. Berpakaian/Berhias

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan

untuk melakukan tugas fisik yang paling mendasar dan aktivitas

perawatan pribadi. Berpakaian (kemampuan untuk mengenakan

pakaian sendiri), berdandan (kemampuan untuk mempertahankan

penampilan yang rapi), hygiene (kemampuan untuk mempertahankan

higienenya).

Intervensi prioritas NIC:

Berpakaian (memilih, mengenakan dan melepas pakaian untuk orang

yang tidak dapat melakukan hal itu sendiri), perawatan rambut

(adanya peningkatan penampilan rambut yang bersih, rapi dan

menarik). Bantuan perawatan diri berpakaian/berhias (membantu

klien dalam berpakaian dan mengunakan tata rias).

c. Makan

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan

(31)

perawatan diri. Makan (kemampuan untuk menyiapkan dan

memakan makanan).

Intervensi prioritas NIC:

Makan (memberi asupan nutrisi untuk klien yang tidak mampu

makan sendiri). Bantuan perawatan diri makan (membantu klien

untuk makan).

d. Toileting

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan

untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi paling dasar.

Eliminasi (kemampuan untuk melakukan aktivitas eliminasi sendiri).

Intervensi prioritas NIC:

Pengelolaan lingkungan (memanipulasi lingkungan sekitar klien

untuk keperluan terapeutik). Bantuan perawatan diri toileting

(32)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan

komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Medan.

Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan alat yang dijadikan sebagai

panduan oleh seorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien. Strategi

pelaksanaan komunikasi yang diberikan berupa informasi, tata cara perawatan diri

(mandi, berpakaian/berhias, makan, BAB/BAK) disertai dengan adanya praktik

atau latihan, umpan balik, pembelajaran ulang dan ingatan sehingga akan

membentuk suatu ciri dari pembelajaran psikomotorik.

Umpan balik ini bertujuan untuk memberitahukan kemampuan klien

tentang perawatan diri, sehingga mekanisme internal dari seorang klien dapat

mengendalikan kesalahan dan berusaha untuk merubah prilaku perawatan diri

yang lebih baik lagi serta perkembangan keterampilan dapat terjadi.

Perkembangan keterampilan perawatan diri dapat diukur setelah diterapkan

strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengevaluasi keefektifan dari strategi

(33)

Skema Kerangka Konseptual Penelitian

Variabel Independen

(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Variabel Dependen Variabel Dependen

2. Definisi Operasional

Variabel independen dalam penelitian ini adalah strategi pelaksanaan

komunikasi defisit perawatan diri yang merupakan standar asuhan keperawatan

terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga klien yang bertujuan untuk

mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan perawatan diri

yaitu kemampuan dalam memenuhi kebutuhan klien yang bertujuan

mempertahankan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi

kesehatannya yang terdiri dari: kemampuan perawatan diri mandi/hygiene

mulut, kemampuan perawatan diri berpakaian/berhias, kemampuan makan, dan

kemampuan toileting.

Kemampuan perawatan diri Pre Test : 3. Kemampuan makan. 4. Kemampuan toileting.

Kemampuan perawatan diri Post Test : 3. Kemampuan makan. 4. Kemampuan toileting. Strategi Pelaksanaan

(34)

Tabel Definisi Operasional

diterapkan pada klien

defisit perawatan diri

di ruangan Kamboja

Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu

Lembar Observasi Interval Mandiri

(35)

b. Kemampuan

perawatan diri

berpakaian/ber

hias.

c. Kemampuan

makan.

d. Kemampuan

toileting.

3. Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian ini, hipotesa penelitian (Ha) yaitu adanya perbedaan

kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit

perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan. Dari hasil uji

statisitik didapat nilai p = 0.000 (p < 0,05) dimana hasil perhitungan uji statistik

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain quasi

eksperimen jenis non equivalent control group design yaitu dilakukan observasi

terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan, kemudian setelah diberikan perlakuan

diobservasi kembali (Alimul, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk melihat

perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan

komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Medan.

Skema Desain Penelitian

Kelompok 1

Keterangan :

O : Observasi sebelum strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan

diri.

1 : Intervensi (Strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri).

O1 : Observasi sesudah strategi pelaksanaan defisit perawatan diri.

(37)

2. Populasi dan sampel

2.1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja

(Alimul, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien defisit

perawatan diri. Dari data yang diperoleh terdapat 16 klien defisit perawatan diri di

ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2003). Cara pengambilan

sampel penelitian dengan menggunakan Total sampling, yaitu semua klien dengan

masalah utama defisit perawatan diri yang berada di ruangan Kamboja Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu Medan. Pemilihan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provsu Medan merupakan pusat pelayanan gangguan jiwa di Provinsi Sumatera

Utara, selain itu Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan juga merupakan rumah

sakit jiwa pendidikan yang merupakan lahan praktek tenaga kesehatan dan

(38)

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan

peneliti mendapatkan rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara. Selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan

surat izin dari institusi dan rekomendasi dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu

Medan. Setelah mendapat izin dari Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu

Medan, peneliti memulai pengumpulan data. Sebelum mengumpulkan data,

peneliti menjelaskan kepada kepala perawat di Ruang Kamboja sebagai wakil dari

responden mengenai maksud, tujuan, dan proses penelitian strategi pelaksanaan

komunikasi defisit perawatan diri yang dilaksanakan.

Setelah itu peneliti menanyakan kesediaan kepala perawat ruangan

tersebut untuk mengikutsertakan klien dan berpatisipasi dalam penelitian dengan

menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Apabila perawat

menolak untuk mengikutsertakan klien berpatisipasi dalam penelitian, maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak perawat sebagai wakil

responden. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden (anonimity), tetapi hanya mencantumkan inisial nama (nomor

responden). Kerahasiaan informasi responden (confidentiality) dijamin oleh

peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil

(39)

5. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3

bagian, yaitu: data demografi, satuan acara pengajaran strategi pelaksanaan

komunikasi dan lembar observasi kemampuan perawatan diri.

5.1. Data Deomgrafi

Data demografi terdiri dari inisial nama (nomor responden), usia, agama,

status perkawinan, pendidikan terakhir dan lama rawat.

5.2. Satuan Acara Pengajaran Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Satuan acara pengajaran ini merupakan pedoman yang dijadikan peneliti

saat melaksanakan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Satuan

acara pengajaran ini terdiri dari 4 bagian yaitu bagian pertama tentang cara

perawatan kebersihan diri, bagian kedua tentang melatih berdandan/berhias,

bagian ketiga tentang cara makan secara mandiri dan bagian keempat tentang

BAB/BAK secara mandiri. Di satuan acara pengajaran ini terdiri dari 3 tahap yaitu

tahap orientasi (salam terapeutik, perkenalan, kontrak pertemuan dan tujuan

tindakan). Tahap kedua kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan) dan yang

terakhir tahap terminasi (evaluasi, tindak lanjut klien dan kontrak yang akan

datang)

5.3. Lembar Observasi Kemampuan Perawatan Diri

Terdiri dari 5 pertanyaan kemampuan perawatan diri. Pertanyaan 1 tentang

kemampuan perawatan diri mandi, pertanyaan 2 tentang kemampuan perawatan

hygiene mulut, pertanyaan 3 tentang kemampuan berpakaian/berhias, pertanyaan

(40)

Association (buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria

hasil NOC edisi 7 oleh Wilkinson, 2006).

Penilaian hasil observasi kemampuan perawatan diri mengunakan skala

berikut: 4 (Mandiri Penuh), 3 (Membutuhkan peralatan atau alat bantu), 2

(Membutuhkan pertolongan orang lain untuk bantuan, pengawasan, pendidikan),

1 (Membutuhkan pertolongan orang lain dan peralatan atau alat bantu), 0

(Ketergantungan, tidak dapat berpatisipasi dalam aktivitas). Jadi masing-masing

pertanyaan pada masing-masing item mempunyai skor. Skor maksimal adalah 20.

Data demografi dan lembar observasi diisi oleh perawat/peneliti,

dikarenakan kondisi klien masih diliputi oleh simptom-simptom psikologis

negatif, sehingga tidak memungkinkan untuk klien menjawab secara tepat.

6. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahian suatu

instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat

(Arikunto, 2005).

Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yakni

sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi

yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007). Uji validitas penelitian

ini dilakukan oleh Ibu Wardiyah Daulay S.Kep, Ns, M.Kep seorang dosen

keperawatan jiwa dan didapatkan hasil bahwa instrumen penelitian yang

(41)

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat (Nursalam, 2003).

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen maka dilakukan uji

reliabilitas. Uji reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran

dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi,

2007). Uji realibilitas instrumen ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan alat ukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan

hasil yang relative sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang

sama (Azwar, 2003). Uji reabilitas ini diujikan pada klien yang memiliki

karakteristik dan kriteria yang sama dengan responden penelitian. Uji reliabilitas

yang digunakan dengan formula cronbach’s alpha. Bila diperoleh nilai

cronbach’s alpha besar atau sama dengan 0,70 maka insrumen dinyatakan reliable

(Polit & Hungler, 1999).

Setelah data di uji reliabelnya maka didapat hasil reliabel secara

keseluruhan 0,878 dengan rincian pertanyaan pertama tentang kemampuan

perawatan diri mandi didapat hasil reliabel 0,781. Pertanyaan kedua tentang

kemampuan hygiene mulut didapat hasil reliabel 0,909. Pertanyaan ketiga tentang

kemampuan perawatan diri berpakaian/berhias didapat hasil reliabel 0,781.

Pertanyaan keempat tentang kemampuan makan didapat hasil reliabel 0,781 dan

pertanyaan kelima tentang kemampuan toileting didapat hasil reliabel 0,930. Ini

menunjukkan bahwa istrumen penelitian reliabel dan bisa dipakai untuk penelitian

(42)

7. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Peneliti mendapat izin penelitian dari institusi pendidikan (Fakultas

Keperawatan USU).

b. Kemudian mengirimkan permohonan izin yang diperoleh dari institusi

pendidikan ke tempat penelitian (Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu

Medan).

c. Setelah mendapat izin dari RSJD Provsu Medan, peneliti melaksanakan

pengumpulan data penelitian.

d. Sebelum mengumpulkan data, peneliti menjelaskan kepada kepala perawat

sebagai wakil dari responden mengenai maksud, tujuan, dan proses

penelitian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri yang

akan dilaksanakan.

e. Setelah itu peneliti akan menanyakan kesediaan kepala perawat ruangan

tersebut untuk mengikutsertakan klien dan berpatisipasi dalam penelitian.

f. Mekanisme penelitian yaitu pertama sekali diukur kemampuan perawatan

diri awal (pre test), kemudian dilanjutkan dengan penerapan strategi

pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri dengan mengunakan SAP.

Setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi dilakukan post test

dengan mengunakan lembar observasi kemampuan perawatan diri yang

sama pada pre test.

g. Kemudian dilihatlah apakah ada perbedaan kemampuan perawatan diri pre

dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri.

(43)

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data dengan memeriksa

kembali semua data satu persatu yakni berupa data demografi yang merupakan

hasil wawancara dan hasil observasi kemampuan klien defisit perawatan diri pre

dan post. Hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan menguji hipotesa

penelitian sehingga diketahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri.

Analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dari editing untuk memeriksa

kelengkapan data, kemudian coding dengan memberi kode untuk memudahkan

melakukan tabulasi, selanjutnya entry dengan memasukkan data ke komputer dan

dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi analisis

statistik.

8.1. Analisa Univariat

Untuk mengetahui karakteristik klien defisit perawatan diri di ruang

Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan digunakan tabel distribusi

frekuensi karakteristik responden dan persentase data-data demografi yang

meliputi inisial nama (nomor responden), usia, agama, status perkawinan,

pendidikan terakhir dan lama rawat.

8.2. Analisa Bivariat

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di Ruangan Kamboja

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Apabila data yang

(44)

t-test, tapi apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, data akan

(45)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan

komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 05 januari 2011

sampai 14 januari 2011. Penelitian ini melibatkan sejumlah 16 orang responden.

Seluruh responden merupakan kelompok intervensi yang diberikan strategi

pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri selama 15-30 menit setiap strategi

pelaksanaan komunikasi. Dimulai dari pre test pada hari pertama, pada hari kedua

dan ketiga dengan pemberian intervensi SP 1 (perawatan diri mandi dan hygiene

mulut), pada hari keempat dan kelima dilanjutkan dengan pemberian intervensi SP

2 (berhias dan berdandan), pada hari keenam dan ketujuh dilanjutkan dengan

pemberian intervensi SP 3 (makan) dan pada hari kedelapan dan kesembilan

dilanjutkan dengan pemberian intervensi SP 4 (toileting) dan pada hari kesepuluh

diakhiri dengan post test. Waktu penelitian ini dimulai pukul 10.00 sampai pukul

14.00. Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden dan

perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan

(46)

1.1. Karakteristik Demgrafi Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah responden yang

mengalami defisit perawatan diri di ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Medan. Mayoritas responden berusia 30-39 tahun

(50,00%), berpendidikan SMP 7 orang (43,80 %), agama Kristen 8 orang

(50,00%), berstatus belum kawin 9 orang (56,30 %) dan lama rawat < 6 bulan 8

orang (50,00 %). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Defisit Perawatan

Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan (n = 16).

Karakteristik f %

3. Status Perkawinan

Kawin

Belum Kawin

4. Pendidikan Terakhir

(47)

5. Lama Rawat

< 6 bulan

> 6 bulan

8

8

50,00

50,00

1.2. Kemampuan Perawatan Diri Pre Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri pre strategi pelaksanaan komunikasi defisit

perawatan diri di ruangan kamboja RSJ daerah Provsu Medan memperlihatkan

bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri mandi berada

dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 11 orang (68,75%).

Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri hygiene mulut berada

dalam kategori membutuhkan pertolongan (bantuan, pengawasan dan pendidikan)

sebanyak 8 orang (50,00%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan

diri berpakaian/berhias berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan

sebanyak 10 orang (62,50%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan

diri makan berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 11

orang (68,75%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri toileting

berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 15 orang

(48)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Pre Test Kemampuan Perawatan

Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan (n = 16).

Kemampuan Perawatan Diri f %

1. Kemampuan Perawatan Diri Mandi.

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu

c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan)

d. Membutuhkan alat bantu

e. Mandiri

Kemampuan Perawatan Diri Hygiene Mulut

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu

c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan)

d. Membutuhkan alat bantu

e. Mandiri

2.Kemampuan Perawatan Diri Berpakaian/Berhias

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu

c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan)

d. Membutuhkan alat bantu

e. Mandiri

3. Kemampuan Perawatan Diri Makan

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu

c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

(49)

d. Membutuhkan alat bantu

4. Kemampuan Perawatan Diri Toileting

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu

c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan)

d. Membutuhkan alat bantu

e. Mandiri

1.3. Kemampuan Perawatan Diri Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri post strategi pelaksanaan komunikasi defisit

perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan memperlihatkan

bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri mandi sesudah

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri (Post Test) berada dalam

kategori kategori mandiri sebanyak 14 orang (87,50%). Kemampuan responden

untuk melakukan perawatan diri hygiene mulut berada dalam kategori mandiri

sebanyak 14 orang (87,50%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan

diri berpakaian/berhias berada dalam kategori mandiri sebanyak 8 orang

(50,00%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri makan berada

dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 14 orang (87,50%).

(50)

kategori mandiri sebanyak 12 orang (75,00%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Post Test Kemampuan Perawatan

Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan (n = 16).

Kemampuan Perawatan Diri f %

1. Kemampuan Perawatan Diri Mandi.

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu

c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan)

d. Membutuhkan alat bantu

e. Mandiri

Kemampuan Perawatan Diri Hygiene Mulut

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu

c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan)

d. Membutuhkan alat bantu

e. Mandiri

2.Kemampuan Perawatan Diri Berpakaian/Berhias

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu

c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan)

d. Membutuhkan alat bantu

(51)

3.Kemampuan Perawatan Diri Makan

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu

c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan)

d. Membutuhkan alat bantu

e. Mandiri

4.Kemampuan Perawatan Diri Toileting

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu

c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan)

d. Membutuhkan alat bantu

e. Mandiri

1.4. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi

Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja

RSJD Provsu Medan.

Uji statisitik Wilcoxon Signed Ranks Test digunakan untuk

membandingkan data pre dan post dan diperoleh perbedaan kemampuan

perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan

diri. Pedoman dalam menerima hipotesis, jika nilai uji statistik (p) < α (α = 0,05)

(52)

Tabel 4. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi

Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan

Kamboja RSJD Provsu Medan (Mean Rank).

N Mean

Rank

Sum Of Ranks

Pre dan Post Strategi

Pelaksanaan

Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan perawatan diri

pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri dimana

kemampuan perawatan diri seluruh klien meningkat setelah diterapkan strategi

pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Ini dilihat dari nilai Mean Rank

pada saat pre 0,00 dan saat post didapat hasil 8,50.

Tabel 5. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi

Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan

Kamboja RSJD Provsu Medan (Nilai Significancy).

Post SP DPD – Pre SP DPD

Z

P

-3.530a

(53)

Hasil uji wilcoxon menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan

perawatan diri pre dan post srategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri.

Ditunjukkan dengan nilai p = 0.000 (p < 0,05).

2. Pembahasan

2.1. Kemampuan Perawatan Diri Pre Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri pre strategi pelaksanaan komunikasi defisit

perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan memperlihatkan

bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri mandi, hygiene

mulut, berpakaian/berhias, makan dan toileting hampir keseluruhan berada dalam

kategori membutuhkan peralatan.

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan

kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk

melakukan perawatan diri merupakan kemampuan fungsional klien di lingkungan

rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi aktivitas makan,

berpakaian, perawatan diri dan berdandan. Berdasarkan hasil observasi peneliti di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan kemampuan responden

rata-rata berada dalam katagori membutuhkan peralatan. Ini terlihat dari hasil

penelitian pre test strategi pelaksanaan defisit perawatan diri. Salah satu faktor

(54)

kebersihan yang digunakan. Status ekonomi juga mempengaruhi kemampuan

klien dalam menyediakan peralatan untuk perawatan diri. Peralatan dalam

perawatan diri klien ini meliputi deodorant, shampo, pasta gigi dan kosmetik.

(Potter & Perry, 2005)

Berdasarkan observasi peneliti di ruangan kamboja Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu Medan mayoritas klien defisit perawatan diri berstatus Jamkesmas

dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) sehingga mempengaruhi perawatan

diri yang klien lakukan. Selain status ekonomi, motivasi klien dalam perawatan

diri ini juga kurang. Padahal perlengkapan perawatan diri di sediakan di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Hanya klien tidak ada motivasi untuk meminta

ke kepala ruangan.

Menurut Setiawati (2008) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

perubahan perilaku seseorang adalah motivasi. Motivasi merupakan serangkaian

usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan

akan melakukan sesuatu. Didalam perubahan perilaku motivasi dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak didalam diri seseorang yang akan diwujudkan dalam

(55)

2.2. Kemampuan Perawatan Diri Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri post strategi pelaksanaan komunikasi defisit

perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan memperlihatkan

bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri makan hampir

keseluruhan berada dalam kategori membutuhkan peralatan, sedangkan untuk

kemampuan perawatan diri mandi, hygiene mulut, berpakaian/berhias dan

toileting hampir keseluruhan berada dalam kategori mandiri.

Berdasarkan hasil post test strategi pelaksanaan defisit perawatan diri ini

terlihat perubahan perilaku klien meningkat dalam kategori mandiri penuh. Ini

dipengaruhi oleh pengetahuan yang didapat oleh klien setelah diterapkan strategi

pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Strategi pelaksanaan komunikasi

defisit perawatan diri merupakan standar asuhan keperawatan terjadwal yang

diterapkan pada klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan

jiwa yang ditangani dengan memberikan pengetahuan, sikap dan praktik atau

tindakan kepada klien.

Pengetahuan merupakan dasar dari perilaku. Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hal ini penting untuk memberikan

pengetahuan terlebih dahulu kepada klien defisit perawatan diri tentang masalah

perawatan diri yang dialaminya dan bagaimana cara mengatasinya. Sehingga

(56)

Menurut Setiawati (2008), pengetahuan akan memberikan penguatan

terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan individu tersebut akan

melakukan perubahan perilaku dengan mengadopsi perilaku. Perilaku yang baru

diadopsi oleh individu akan bisa bertahan lama dan langgeng jika individu

menerima perilaku tersebut dengan penuh kesadaran, didasari atas pengetahuan

yang jelas dan keyakinan. Untuk mencapai perubahan prilaku sesuai dengan yang

diharapkan dan tidak membutuhkan waktu yang cukup lama dibutuhkan strategi

perubahan prilaku. Beberapa strategi perubahan prilaku menurut WHO adalah

dengan memberikan informasi dan diskusi. Perilaku akan berubah dengan terlebih

dahulu diberikan sebuah penguatan berupa informasi-informasi tentang sesuatu

hal. Perubahan perilaku akan lebih cepat selain dengan pemberian informasi tetapi

ada keinginan kuat dari individu untuk berubah. Diskusi akan menuntut individu

terus berpikir, dengan diskusi pengetahuan akan bertambah. Semakin banyak

informasi baru yang diyakini kebenarannya, maka semakin cepat pula perubahan

perilaku terjadi.

Setelah seseorang mengetahui masalah kesehatan, kemudian mengadakan

penilaian terhadap apa yang diketahui dari pengetahuan yang telah didapatkannya.

Selanjutnya seseorang akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut dengan praktik.

(57)

2.3. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi

Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja

RSJD Provsu Medan.

Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan

komunikasi defisit perawatan diri di analisa secara bivariat dengan menggunakan

Wilcoxon Signed Rank Test yang menunjukkan adanya perbedaan kemampuan

perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan

diri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0.000 (p < 0,05).

Sebelum diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri

kemampuan perawatan diri klien berada dalam kategori membutuhkan peralatan.

Ini disebabkan karena kurangnya motivasi dan status ekonomi klien. Menurut

Potter & Perry (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi praktik personal

hygiene adalah status ekonomi klien dalam menyediakan peralatan untuk

perawatan diri (deodorant, shampoo, pasta gigi dan kosmetik). Setelah diterapkan

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri kemampuan klien berada

dalam kategori mandiri, karena dengan memberikan pengetahuan berupa

informasi, diskusi (tanya jawab) dan praktik dalam strategi pelaksanaan

komunikasi menunjukan perubahan kemampuan perawatan diri klien menjadi

lebih baik dimana klien mampu melakukan perawatan diri (Notoatmodjo, 2007).

Kemampuan dalam penelitian ini dimaknai dengan keterampilan motorik

yang merupakan salah satu domain dari prilaku. Domain keterampilan ini dikenal

(58)

Pembelajaran pada domain ini meliputi penguasaan motorik halus dan kasar

dengan tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular semakin meningkat untuk

melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis, memegang alat-alat, atau

melaksanakan suatu prosedur (Bastable, 2002).

Ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Carolina

(2008) tentang pengaruh penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi

terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi di RS Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan Jakarta bahwa ada perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor klien

mengontrol halusinasi sebelum dan setelah mendapatkan strategi pelaksanaan

komunikasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa intervensi keperawatan

(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 16 responden pre dan post

srategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu Medan pada bulan Januari 2011 maka disimpulkan :

a. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah responden yang

mengalami defisit perawatan diri di ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

b. Kemampuan perawatan diri pre strategi pelaksanaan komunikasi

defisit perawatan diri memperlihatkan bahwa kemampuan responden

untuk melakukan perawatan diri rata-rata berada dalam kategori hanya

membutuhkan peralatan/alat bantu.

c. Kemampuan perawatan diri post strategi pelaksanaan komunikasi

defisit perawatan diri memperlihatkan bahwa kemampuan responden

untuk melakukan perawatan diri rata-rata berada dalam kategori

mandiri.

d. Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi

pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri ditunjukan dari hasil

uji wilcoxon nilai p = 0.000 (p < 0,05) dimana jika hasil perhitungan

uji statistik (p) lebih kecil dari nilai α maka Ha diterima yaitu adanya

perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post srategi pelaksanaan

(60)

2. Rekomendasi

Adapun rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah :

a. Pendidikan Keperawatan

Diharapkan perawat memiliki keterampilan komunikasi terapeutik yang

bermanfaat dalam membina hubungan saling percaya dengan klien dan perawat

telah memahami dan mengerti tujuan dari strategi pelaksanaan komunikasi defisit

perawatan diri.

b. Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya waktu penelitian diperpanjang dan

jumlah sampel ditambah agar hasilnya lebih baik, tetapi tetap perhatikan jumlah

responden efektif untuk dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi defisit

perawatan diri. Untuk menilai post test strategi pelaksanaan komunikasi defisit

perawatan diri sebaiknya diberikan rentang waktu beberapa hari dan diharapkan

memperhatikan obat anti psikotik yang dikonsumsi klien.

c. Rumah Sakit Jiwa

Strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri memang sudah

dilakukan di Rumah Sakit Jiwa tetapi belum optimal. Untuk lebih meningkatkan

kemampuan perawatan klien defisit perawatan diri sebaiknya perawat membuat

jadwal agar kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri terus meningkat

dan selalu mengevaluasi setiap dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi defisit

perawatan diri. Diharapkan untuk Rumah Sakit Jiwa agar menyediakan alat-alat

yang dibutuhkan dan lebih memperhatikan kebutuhan klien untuk melakukan

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2003). Riset Keperawatan dan Teknil Penulisan Ilmiah. Jakarta:

Salemba Medika.

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2003). Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Balitbang Depkes. (2001). Gangguan Jiwa. Diakses pada tanggal 19 September

2010 dari

Bastable, B. Susan. (2002). Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: EGC.

Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Diakses pada tanggal 19

September 2010.

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:

Salemba Medika.

Hamid S. Achir Yani. (2007). Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika &

Instrumen. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Hawari, D. (2003). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.

Jakarta: FK UI.

Irmansyah. (2006). Faktor Genetika pada Skizofrenia. Diakses pada tanggal 19

September 2010 dari http://www.schizophrenia.web.id.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

___________________. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

(62)

Perry, Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Polit, D.F & Hungler, B.P. (1995). Nursing Research Principles and Methods

Fifth Edition. Philadhelphia: J.B. Lippincot Company.

Purba, Jenny Marlindawani. dkk (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien

Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Purwanto, Heri. (1998). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan.

Jakarta: EGC.

Reilly, E. Dorothy. (2002). Pengajaran Klinis Dalam Pendidikan Keperawatan.

Jakarta: EGC.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Setiawati, S. (2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta:

Trans Info Media.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan

(63)

Gambar

Tabel  Definisi Operasional
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Defisit Perawatan
Tabel 2.  Distribusi Frekuensi Responden Pre Test Kemampuan Perawatan
Tabel 3.  Distribusi Frekuensi Responden Post Test Kemampuan Perawatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan peran perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri dalam rangka

rinci tentang Asuhan Keperawatan dengan gangguan Defisit Perawatan Diri di. ruang Sadewa, Rumah Sakit Jiwa

keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri :. kebersihan diri

J dengan Defisit Perawatan Diri : Kebersihan Diri dan Pakaian/Berhias yang telah penulis lakukan, dapat disumpulkan bahwa klien dapat membina hubungan saling

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami.. kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi

keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar Defisit Perawatan Diri:.

Pengaruh Penerapan Standar Komunikasi Defisit Perawatan Diri terhadap Kemandirian Merawat Diri pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Delta Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi..

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa dimana seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan