• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 05 januari 2011 sampai 14 januari 2011. Penelitian ini melibatkan sejumlah 16 orang responden. Seluruh responden merupakan kelompok intervensi yang diberikan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri selama 15-30 menit setiap strategi pelaksanaan komunikasi. Dimulai dari pre test pada hari pertama, pada hari kedua dan ketiga dengan pemberian intervensi SP 1 (perawatan diri mandi dan hygiene mulut), pada hari keempat dan kelima dilanjutkan dengan pemberian intervensi SP 2 (berhias dan berdandan), pada hari keenam dan ketujuh dilanjutkan dengan pemberian intervensi SP 3 (makan) dan pada hari kedelapan dan kesembilan dilanjutkan dengan pemberian intervensi SP 4 (toileting) dan pada hari kesepuluh diakhiri dengan post test. Waktu penelitian ini dimulai pukul 10.00 sampai pukul 14.00. Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden dan perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri.

1.1. Karakteristik Demgrafi Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah responden yang mengalami defisit perawatan diri di ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Mayoritas responden berusia 30-39 tahun (50,00%), berpendidikan SMP 7 orang (43,80 %), agama Kristen 8 orang (50,00%), berstatus belum kawin 9 orang (56,30 %) dan lama rawat < 6 bulan 8 orang (50,00 %). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Defisit Perawatan

Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan (n = 16).

Karakteristik f % 1. Usia 30-39 tahun 40-49 tahun 50-59 tahun 2. Agama Islam Kristen Budha 3. Status Perkawinan Kawin Belum Kawin 4. Pendidikan Terakhir SD SMP SMA 8 6 2 4 8 4 7 9 5 7 4 50,00 37,50 12,50 25,00 50,00 25,00 43,80 56,30 31,30 43,80 25,00

5. Lama Rawat < 6 bulan > 6 bulan 8 8 50,00 50,00

1.2. Kemampuan Perawatan Diri Pre Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri pre strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan kamboja RSJ daerah Provsu Medan memperlihatkan bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri mandi berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 11 orang (68,75%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri hygiene mulut berada dalam kategori membutuhkan pertolongan (bantuan, pengawasan dan pendidikan) sebanyak 8 orang (50,00%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri berpakaian/berhias berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 10 orang (62,50%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri makan berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 11 orang (68,75%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri toileting berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 15 orang (93,75%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Pre Test Kemampuan Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan (n = 16).

Kemampuan Perawatan Diri f %

1. Kemampuan Perawatan Diri Mandi. a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri

Kemampuan Perawatan Diri Hygiene Mulut a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 5 11 0 0 0 8 8 0 00,00 00,00 31,25 68,75 00,00 00,00 00,00 50,00 50,00 00,00

2.Kemampuan Perawatan Diri Berpakaian/Berhias a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 6 10 0 00,00 00,00 37,50 62,50 00,00 3. Kemampuan Perawatan Diri Makan

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) 0 0 5 00,00 00,00 31,25

d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 11 0 68,75 00,00

4. Kemampuan Perawatan Diri Toileting a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 0 15 1 00,00 00,00 00,00 93,75 6,25

1.3. Kemampuan Perawatan Diri Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan memperlihatkan bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri mandi sesudah strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri (Post Test) berada dalam kategori kategori mandiri sebanyak 14 orang (87,50%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri hygiene mulut berada dalam kategori mandiri sebanyak 14 orang (87,50%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri berpakaian/berhias berada dalam kategori mandiri sebanyak 8 orang (50,00%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri makan berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 14 orang (87,50%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri toileting berada dalam

kategori mandiri sebanyak 12 orang (75,00%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Post Test Kemampuan Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan (n = 16).

Kemampuan Perawatan Diri f %

1. Kemampuan Perawatan Diri Mandi. a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri

Kemampuan Perawatan Diri Hygiene Mulut a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 0 2 14 0 0 0 2 14 00,00 00,00 00,00 12,50 87,50 00,00 00,00 00,00 12,50 87,50 2.Kemampuan Perawatan Diri Berpakaian/Berhias

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 0 8 8 00,00 00,00 00,00 50,00 50,00

3.Kemampuan Perawatan Diri Makan a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 0 14 2 00,00 00,00 00,00 87,50 12,50 4.Kemampuan Perawatan Diri Toileting

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 0 4 12 00,00 00,00 00,00 25,00 75,00

1.4. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja

RSJD Provsu Medan.

Uji statisitik Wilcoxon Signed Ranks Test digunakan untuk membandingkan data pre dan post dan diperoleh perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Pedoman dalam menerima hipotesis, jika nilai uji statistik (p) < α (α = 0,05)

Tabel 4. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan

Kamboja RSJD Provsu Medan (Mean Rank).

N Mean Rank

Sum Of Ranks

Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan diri Negative Ranks Positive Ranks Ties Total 0 16 0 16 .00 8.50 .00 136.00

Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri dimana kemampuan perawatan diri seluruh klien meningkat setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Ini dilihat dari nilai Mean Rank pada saat pre 0,00 dan saat post didapat hasil 8,50.

Tabel 5. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan

Kamboja RSJD Provsu Medan (Nilai Significancy).

Post SP DPD – Pre SP DPD Z

P

-3.530a .000

Hasil uji wilcoxon menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post srategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Ditunjukkan dengan nilai p = 0.000 (p < 0,05).

2. Pembahasan

2.1. Kemampuan Perawatan Diri Pre Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri pre strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan memperlihatkan bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri mandi, hygiene mulut, berpakaian/berhias, makan dan toileting hampir keseluruhan berada dalam kategori membutuhkan peralatan.

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri merupakan kemampuan fungsional klien di lingkungan rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi aktivitas makan, berpakaian, perawatan diri dan berdandan. Berdasarkan hasil observasi peneliti di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan kemampuan responden rata-rata berada dalam katagori membutuhkan peralatan. Ini terlihat dari hasil penelitian pre test strategi pelaksanaan defisit perawatan diri. Salah satu faktor yang mempengaruhi praktik personal hygiene adalah status sosial ekonomi.

kebersihan yang digunakan. Status ekonomi juga mempengaruhi kemampuan klien dalam menyediakan peralatan untuk perawatan diri. Peralatan dalam perawatan diri klien ini meliputi deodorant, shampo, pasta gigi dan kosmetik. (Potter & Perry, 2005)

Berdasarkan observasi peneliti di ruangan kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan mayoritas klien defisit perawatan diri berstatus Jamkesmas dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) sehingga mempengaruhi perawatan diri yang klien lakukan. Selain status ekonomi, motivasi klien dalam perawatan diri ini juga kurang. Padahal perlengkapan perawatan diri di sediakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Hanya klien tidak ada motivasi untuk meminta ke kepala ruangan.

Menurut Setiawati (2008) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang adalah motivasi. Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan akan melakukan sesuatu. Didalam perubahan perilaku motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri seseorang yang akan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kegiatan.

2.2. Kemampuan Perawatan Diri Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan memperlihatkan bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri makan hampir keseluruhan berada dalam kategori membutuhkan peralatan, sedangkan untuk kemampuan perawatan diri mandi, hygiene mulut, berpakaian/berhias dan toileting hampir keseluruhan berada dalam kategori mandiri.

Berdasarkan hasil post test strategi pelaksanaan defisit perawatan diri ini terlihat perubahan perilaku klien meningkat dalam kategori mandiri penuh. Ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang didapat oleh klien setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri merupakan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani dengan memberikan pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan kepada klien.

Pengetahuan merupakan dasar dari perilaku. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hal ini penting untuk memberikan pengetahuan terlebih dahulu kepada klien defisit perawatan diri tentang masalah perawatan diri yang dialaminya dan bagaimana cara mengatasinya. Sehingga berdasarkan hal tersebut klien melakukan suatu perilaku atau tindakan psikomotor

Menurut Setiawati (2008), pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan individu tersebut akan melakukan perubahan perilaku dengan mengadopsi perilaku. Perilaku yang baru diadopsi oleh individu akan bisa bertahan lama dan langgeng jika individu menerima perilaku tersebut dengan penuh kesadaran, didasari atas pengetahuan yang jelas dan keyakinan. Untuk mencapai perubahan prilaku sesuai dengan yang diharapkan dan tidak membutuhkan waktu yang cukup lama dibutuhkan strategi perubahan prilaku. Beberapa strategi perubahan prilaku menurut WHO adalah dengan memberikan informasi dan diskusi. Perilaku akan berubah dengan terlebih dahulu diberikan sebuah penguatan berupa informasi-informasi tentang sesuatu hal. Perubahan perilaku akan lebih cepat selain dengan pemberian informasi tetapi ada keinginan kuat dari individu untuk berubah. Diskusi akan menuntut individu terus berpikir, dengan diskusi pengetahuan akan bertambah. Semakin banyak informasi baru yang diyakini kebenarannya, maka semakin cepat pula perubahan perilaku terjadi.

Setelah seseorang mengetahui masalah kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dari pengetahuan yang telah didapatkannya. Selanjutnya seseorang akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut dengan praktik. (Notoatmodjo, 2007)

2.3. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja

RSJD Provsu Medan.

Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di analisa secara bivariat dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test yang menunjukkan adanya perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0.000 (p < 0,05).

Sebelum diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri kemampuan perawatan diri klien berada dalam kategori membutuhkan peralatan. Ini disebabkan karena kurangnya motivasi dan status ekonomi klien. Menurut Potter & Perry (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi praktik personal hygiene adalah status ekonomi klien dalam menyediakan peralatan untuk perawatan diri (deodorant, shampoo, pasta gigi dan kosmetik). Setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri kemampuan klien berada dalam kategori mandiri, karena dengan memberikan pengetahuan berupa informasi, diskusi (tanya jawab) dan praktik dalam strategi pelaksanaan komunikasi menunjukan perubahan kemampuan perawatan diri klien menjadi lebih baik dimana klien mampu melakukan perawatan diri (Notoatmodjo, 2007).

Kemampuan dalam penelitian ini dimaknai dengan keterampilan motorik yang merupakan salah satu domain dari prilaku. Domain keterampilan ini dikenal juga sebagai domain psikomotor. Domain keterampilan mudah didentifikasi dan

Pembelajaran pada domain ini meliputi penguasaan motorik halus dan kasar dengan tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular semakin meningkat untuk melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis, memegang alat-alat, atau melaksanakan suatu prosedur (Bastable, 2002).

Ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Carolina (2008) tentang pengaruh penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta bahwa ada perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor klien mengontrol halusinasi sebelum dan setelah mendapatkan strategi pelaksanaan komunikasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa intervensi keperawatan halusinasi dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor klien.

BAB 6

Dokumen terkait