• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri di RSJ Pemprovsu Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri di RSJ Pemprovsu Medan"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA

PEMPROVSU MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

NIM 111121123

ANITA ROSANNA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena oleh rahmat

dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Gambaran Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien

Gangguan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri di RSJ Pemprovsu Medan”. Skripsi

ini disusum sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk dapat melakukan

penelitian guna untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2. Pimpinan Rumah Sakit Jiwa Pemprovsu yang telah memberikan izin

kepada penulis agar dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Pemprovsu Medan.

3. Ibu Erniyati, S.Kp MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing

skripsi penulis yang telah menyediakan waktu serta dengan penuh

keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu

(4)

5. Ibu Siti Zahara Nasution, SKp, MNS dan Ibu Mahnum Lailan Nasution,

S.kep, NS, M.Kep selaku penguji 1 dan penguji 2 yang banyak

memberikan saran pada penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan

staf non akademik yang membantu memfasilitasi secara administratif. 7. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan

staf non akademik yang membantu memfasilitasi secara administratif. 8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Bapak Armen Dame

Harahap, SH, MM dan Ibu Rosmawati Siregar yang telah memberikan

dukungan baik moril maupun materil, doa, bimbingan dan memotivasi

bagi penulis, kepada abang-abang dan adek-adek ku tercinta, yang sudah

memberikan semangat, doa dan bimbingan selama ini.

9. Teman-teman mahasiswa Ekstensi pagi Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, khususnya stambuk 2011 yang telah memberikan

semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini dan orang-orang

yang kusayangi dan kucintai yang senantiasa menemani, memberikan

semangat, motivasi, dukungan, penghiburan bagi penulis.

10.Teman-teman mahasiswa Ekstensi pagi Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, khususnya stambuk 2011 yang telah memberikan

(5)

yang kusayangi dan kucintai yang senantiasa menemani, memberikan

semangat, motivasi, dukungan, penghiburan bagi penulis.

11.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian

Skripsi ini di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya

kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis

semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu

pengetahuan, terkhususnya ilmu keperawatan.

Medan, Februari 2013

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……….. 1

1.2Rumusan Masalah ……… 6

1.3Tujuan Penelitian ………. 6

1.4Manfaat Penelitian ……… 6

1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan ……… 6

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan ……….. 7

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan ……….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Kebutuhan Dasar Manusia ………. 8

2.2Defisit Perawatan Diri ……… 16

2.2.1 Pengertian ……….... 16

2.2.2 Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri ……… 19

(7)

2.3Peran Perawat ………. 22

2.3.1 Defenisi Peran Perawat ……… 22

2.3.2 Peran-peran Perawat ……… 23

2.3.3 Perawat Jiwa ……… 26

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1Kerangka Penelitian ………. 30

3.2Defenisi Operasional ……… 31

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian ……… 32

4.2Populasi dan Sampel ……….. 32

4.2.1 Populasi ……… 32

4.2.2 Sampel ………. 32

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 33

4.4Pertimbangan Etik ……….. 33

4.5Instrumen Penelitian ……….. 34

4.6Validitas Instrumen ……… 35

4.7Realibilitas Instrumen ……… 36

4.8Pengumpulan Data ………. 36

(8)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian……… 38

5.1.1 Karakteristik Demografi Responden……….. 38

5.1.2 Peran Perawat Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar……… 39

5.2 Pembahasan………. 41

5.2.1 Karakteristik Demografi Responden……… 41

5.2.2 Gambaran Peran Perawat……….. 42

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1Kesimpulan………... 46

6.2Rekomendasi ………... 46

6.2.1 Bagi Praktek Keperawatan……….. 46

6.2.2 Bagi Pendidikan……….. 47

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya……… 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Taksasi Dana

4. Jadwal Tentative Penelitian

5. Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi

6. Lembar Surat pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan

7. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data dari Rumah Sakit Jiwa Daerah

Pemprovsu Medan

8. Lembar Pemberian Izin Selesai Penelitian dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemprovsu Medan

9. Lembar Uji Validitas

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional……… 31

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan karakteristik responden

berdasarkanumur (n=20)………... 39

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi berdasarkan karakteristik responden berdasarkan

Jenis Kelamin, Pendidikan dan Masa Kerja (n=20)………. 39

Tabel 5.3.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Di RSJ Pemprovsu Medan (n = 20)………... 40

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Peran Perawat Dalam Pemenuhan Klasifikasi

(11)

Judul : Gambaran Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit Perawatan Diri Di RSJ Pemprovsu Medan

Peneliti : Anita Rosanna

NIM : 111121123

Fakultas : Fakultas Keperawatan

Tahun Ajaran : 2012/2013

Abstrak

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankkan kehidupan dan kesehatan (Potter dan Patricia, 1997). Begitu juga pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan eliminasi(Fitria, 2009). Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk mengidentifikasi peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di RSJ Pemprovsu Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, populasi yang dipakai adalah perawat pelaksana ruang inap RSJ Pemprovsu Medan, dengan sampel sebanyak 20 responden, menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian dalam menunjukkan bahwa 90% (18 orang) perawat berperan baik dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien gangguan jiiwa dengan defisit perawatan diri, dan hanya 10% (2 orang) yang berperan cukup dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien. Pada klasifikasi kebutuhan dasar pasien, dalam kebersihan diri 100% (20 orang) berperan baik, pada kebutuhan makan dan minum 80% (18 orang) perawat berperan baik untuk memenuhinya, pada kebutuhan berdandan pasien 85% (17 orang) berperan baik dalam pemenuhannya dan 80% (16 orang) berperan baik dan 5% (1 orang) berperan buruk dalam pemenuhannya. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan peran perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri dalam rangka mempercepat proses penyembuhan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kemajuan profesi keperawatan pada umumnya.

(12)

Judul : Gambaran Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit Perawatan Diri Di RSJ Pemprovsu Medan

Peneliti : Anita Rosanna

NIM : 111121123

Fakultas : Fakultas Keperawatan

Tahun Ajaran : 2012/2013

Abstrak

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankkan kehidupan dan kesehatan (Potter dan Patricia, 1997). Begitu juga pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan eliminasi(Fitria, 2009). Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk mengidentifikasi peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di RSJ Pemprovsu Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, populasi yang dipakai adalah perawat pelaksana ruang inap RSJ Pemprovsu Medan, dengan sampel sebanyak 20 responden, menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian dalam menunjukkan bahwa 90% (18 orang) perawat berperan baik dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien gangguan jiiwa dengan defisit perawatan diri, dan hanya 10% (2 orang) yang berperan cukup dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien. Pada klasifikasi kebutuhan dasar pasien, dalam kebersihan diri 100% (20 orang) berperan baik, pada kebutuhan makan dan minum 80% (18 orang) perawat berperan baik untuk memenuhinya, pada kebutuhan berdandan pasien 85% (17 orang) berperan baik dalam pemenuhannya dan 80% (16 orang) berperan baik dan 5% (1 orang) berperan buruk dalam pemenuhannya. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan peran perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri dalam rangka mempercepat proses penyembuhan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kemajuan profesi keperawatan pada umumnya.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak permasalahan sosial yang

muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

budaya serta krisis ekonomi yang tidak kunjung usai. Hal ini akan semakin

memicu atau meningkatkan berbagai gangguan kejiwaan di masyarakat, dari

gangguan jiwa yang ringan hingga gangguan jiwa yang tergolong berat

(Puslitbang Depkes, 2007).

Salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang memiliki tingkat keparahan

yang tinggi adalah skizofrenia, dimana hingga saat ini penanganannya belum

memuaskan. Hal ini terutama terjadi di negara-negara yang sedang

berkembang karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis

gangguan jiwa ini (Hawari, 2003).

American Psychiatric Association (1995), menyebutkan bahwa 1 %

populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. Berdasarkan data kesehatan

jiwa Puslitbang Depkes RI tahun 2007, sebanyak 0,46% masyarakat Indonesia

mengalami gangguan jiwa berat.

Penderita Skizofrenia di Indonesia biasanya timbul pada usia sekitar 18-45

tahun namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita

(14)

sebesar 2-4 juta jiwa menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia

sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita

Skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di RS jiwa di Indonesia adalah

penderita Skizofrenia. Gejala-gejala Skizofrenia mengalami penurunan

fungsi/ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terlambat

produktifitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain ( Arif, 2006).

Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini, menurut data

Departemen Kesehatan tahun 2007 mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan

kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dari populasi dan 0.46 persen

menderita gangguan jiwa berat (Purba, 2011).

Masalah keperawatan yang paling sering ditemukan di RS Jiwa adalah

perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, harga diri rendah, waham, bunuh

diri, ketergantungan napza, dan defisit perawatan diri. Dari delapan masalah

keperawatan diatas akan mempunyai manifestasi yang berbeda, proses

terjadinya masalah yang berbeda dan sehingga dibutuhkan penanganan yang

berbeda pula. Kedelapan masalah itu dipandang sama pentingnya, antara

masalah satu dengan lainnya. (Depkes, 2006). Namun, pada setiap masalah

keperawatan jiwa diatas, yang selalu dan bahkan dapat terjadi pada tiap

pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah defisit perawatan diri. Defisit

perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

perawatan diri secara mandiri seperti mandi, berpakaian, makan, BAK/BAB

(15)

Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang

cukup berat dan sulit ditangani oleh pasien, sehingga dirinya tidak mau

mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,

berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh

perawat (Fitria, 2009). Keterbatasan tersebut akan terus berlanjut dalam

pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.

Setiap makhluk hidup mempunyai kebutuhan, tidak terkecuali manusia.

Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Namun, pada hakikatnya

setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan tersebut

bersifat manusiawi dan menjadi syarat untuk keberlangsungan hidup manusia.

Siapapun orangnya pasti memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar (Asmadi,

2008).

Kegagalan pemenuhan kebutuhan dasar menimbulkan kondisi yang tidak

seimbang, sehingga diperlukan bantuan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar

tersebut. Disinilah pentingnya peranan perawat sebagai profesi kesehatan

dimana salah satu tujuan pelayananan keperawatan adalah membantu pasien

dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Jenis-jenis kebutuhan dasar manusia

yang menjadi lingkup pelayanan keperawatan bersifat holistik yang mencakup

kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Asmadi, 2008).

Dalam keadaan sakitpun, kebutuhan dasar harus terpenuhi, pasien dengan

kondisi gangguan jiwa, terutama defisit perawatan diri, akan sangat tidak

(16)

fisiologis seperti makan dan minum, tetapi dalam pemenuhan kebutuhan

makan dan minum tersebut, pasien tidak peduli apa dan bagaimana jenis

makanan dan minum tersebut, dan juga tidak peduli bagaimana cara makan

dan minum yang benar.

Berdasarkan pantauan peneliti langsung di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara, sebagian pasien dapat dikategorikan defisit

perawatan diri, karena peneliti melihat bahwa pasien-pasien tersebut defisit

perawatan diri dalam hal kebersihan diri, untuk hal makan dan minum

terpenuhi tetapi cara makan pasien tersebut kurang baik karena makan masih

berantakan dan tidak pada tempatnya, untuk eliminasi pasien disediakan

kamar mandi, tetapi ada juga pasien yang mengalami gangguan dalam

eliminasi, serta gangguan dalam pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.

Pasien yang mengalami defisit perawatan diri, harus didukung dan dibantu

agar pasien tersebut dapat memenuhi kebutuhan dirinya secara mandiri tanpa

ketergantungan oleh orang lain. Di rumah sakit jiwa yang sangat berperan

dalam memberikan asuhan adalah perawat, khususnya perawat jiwa.

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan

dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang

terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat

melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjalankan tugasnya sehari-hari

(17)

Peran perawat kesehatan jiwa menurut Weiss (1947) yang dikutip Stuart &

Sundeen dalam Principles and Practice of Psychiatric Nursing Care (1995)

dalam (Kusumawati, 2010) bahwa peran perawat adalah sebagai Attitude

Therapy, yaitu mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap

yang terjadi pada pasien, mendemonstrasikan penerimaan, respek, memahami

pasien dan mempromosikan ketertarikan pasien dan berpartisipasi dalam

interaksi. Sedangkan menurut Clinton dan Nelson perawat jiwa harus berusaha

menemukan dan memenuhi kebutuhan dasar klien yang terganggu seperti

kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mencintai dan disayangi,

kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.

Pasien defisit perawatan diri umumnya terjadi gangguan dalam

pemenuhan kebutuhan dasarnya terutama kebutuhan fisiologis pasien,

kebutuhan fisiologis akan mempengaruhi kebutuhan dasar lainnya, jika

kebutuhan fisiologis pasien terganggu, selanjutnya seluruh kebutuhan menjadi

terganggu sebagai dampak terganggunya kebutuhan psikologis. Oleh karena

itu, perawat harus berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan

menjalin rasa percaya dan berusaha memahami apa yang dirasakan oleh

pasien.

Dengan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul

“Gambaran Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien

Gangguan Jiwa Dengan Defisit Perawatan Diri di RSJ Pemprovsu

(18)

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit Keperawatan Diri di RSJ Pemprovsu

Medan.

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Gambaran Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan

Dasar Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit Keperawatan Diri di RSJ

Pemprovsu Medan.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Dalam praktek keperawatan, hasil penelitian ini bermanfaat

untuk meningkatkan pengetahuan perawat yang adekuat dalam

pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien defisit perawatan diri dan

dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan terutama pada tahap intervensi

pemenuhan kebutuhan pada pasien jiwa dengan defisit perawatan diri

dalam rangka mempercepat proses penyembuhan sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kemajuan profesi

(19)

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Dalam bidang pendidikan keperawatan, hasil penelitian ini dapat

digunakan oleh perawat pendidik untuk mengembangkan metode

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa

dalam memahami pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien defisit

perawatan diri dan mempersiapkan mahasiswa untuk menerapkannya

dalam pemberian asuhan keperawatan.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang

berharga bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan pengetahuan ilmiah

yang diperoleh untuk penelitian yang akan datang mengenai gambaran

perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien jiwa dengan defisit

(20)
(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kebutuhan Dasar Manusia

Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi

kebutuhan perawatan diri pasien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan

yang optimal. Salah satu teori orem ialah self care deficit, Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan-

keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya. Perawatan yang diberikan

didasarkan kepada tingkat ketergantungan; yaitu ketergantungan total atau

parsial. Defisit perawatan diri menjelaskan hubungan antara kemampuan

seseorang dalam bertindak/beraktivitas dengan tuntutan kebutuhan tentang

perawatan diri. Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia

akan mengalami penurunan/defisit perawatan diri.

Setiap makhluk hidup mempunyai kebutuhan, tidak terkecuali

manusia. Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Namun, pada

hakikatnya setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama.

Kebutuhan tersebut bersifat manusiawi dan menjadi syarat untuk

keberlangsungan hidup manusia. Siapapun orangnya pasti memerlukan

(22)

Kegagalan pemenuhan kebutuhan dasar menimbulkan kondisi yang

tidak seimbang, sehingga diperlukan bantuan terhadap pemenuhannya

kebutuhan dasar tersebut. Disinilah pentingnya peranan perawat sebagai

profesi kesehatan dimana salah satu tujuan pelayananan keperawatan adalah

membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Jenis-jenis kebutuhan

dasar manusia yang menjadi lingkup pelayanan keperawatan bersifat holistik

yang mencakup kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Asmadi ,

2008).

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap

orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena

terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam

memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang

ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih

keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya (Hidayat, 2000).

Dalam pemenuhan kebutuhan dasar, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang terjadi pada seseorang sehingga kebutuhan dasarnya terpenuhi atau tidak

terpenuhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan dasar

adalah sebagai berikut :

1. Penyakit. adanya penyakit didalam tubuh dapat menyebabkan

perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secra fisiologis maupun

psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan

(23)

2. Hubungan Keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat

meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling

percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-

lain.

3. Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan

kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan

keutuhan(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif

terhadap dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan

dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah

memenuhi kebutuhan dasarnya.

4. Tahap Perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia

mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut

memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis,

psikologis, sosial, maupun spiritual mengingat berbagai fungsi organ

tubuh juga mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang

berbeda.

Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Walaupun setiap individu

mempunyai karakteristik yang unik, kebutuhan dasarnya sama. Perbedaannya

hanya dalam pemenuhan kebutuhan dasar tersebut.

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

(24)

psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankkan kehidupan dan

kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori

hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima

kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan,

cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter & Patricia, 1997).

Menurut Maslow pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut didorong

oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurangan (deficiency

motivation) dan motivasi pertumbuhan atau perkembangan (growth

motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah

ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Misalnya, lapar

akan mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi; haus untuk

memenuhi kekurangan cairan dan elektrolit tubuh; sesak nafas untuk

memenuhi kekurangan memenuhi oksigen di tubuh; takut dan cemas

merupakan kebutuhan untuk memenuhi kekurangan rasa aman; dan

sebagainya. (Asmadi, 2008).

Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting

dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat

merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan

yang berada pada tingkat di bawahnya.

Lima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, diambil dari Asmadi

(25)

1. Kebutuhan Fisiologi (Phisiological Needs)

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer dan

mutlak harus dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan

kelangsungan kehidupan bagi tiap manusia. Kebutuhan ini

merupakan syarat dasar apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka

dapat mempengaruhi kebutuhan lainnya.

Perawat membantu pasien pada setiap tingkat umur untuk

memenuhi kebutuhan fisiologis mereka. Pemenuhan kebutuhan

fisiologis bersifat lebih mendesak untuk didahulukan daripada

kebutuhan-kebutuhan lain yang ada pada tingkat yang lebih tinggi.

Kebutuhan fisiologis meliputi : oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi,

istirahat, tidur, terbebas dari rasa nyeri, pengaturan suhu tubuh,

seksual, dan lain sebagainya. Apabila kebutuhan fisiologis ini

sudah terpenuhi, maka seseorang akan berusaha untuk memenuhi

kebutuhan lain yang lebih tinggi dan begitu seterusnya. Dominasi

kebutuhan fisiologi ini relatif lebih tinggi dibanding dengan

kebutuhan lain dan dengan demikian muncul kebutuhan-kebutuhan

lain.

2. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan (Self Security Needs)

Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah

kebutuhan untuk melindungi diri dari berbagai bahaya yang

mengancam, baik terhadap fisik maupun psikososial. Ancaman

(26)

dikategorikan ke dalam ancaman mekanik, kimia, termal dan

bakteri.

Kebutuhan keselamatan dan keamanaan berkenaan dengan

konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keselamatan dan

keamanan dalam konteks secara fisiologis berhubungan dengan

sesuatu yang mengancam tubuh seseorang dan kehidupannya.

Ancaman bisa nyata atau hanya imajinasi, misalnya penyakit,

nyeri, cemas, dan lain sebagainya.

3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai (Love ad Belongingness Needs) Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang

menggambarkan emosi seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu

dorongan dimana seseorang berkeinginan untuk menjalin

hubungan yang bermakna secara efektif atau hubungan emosional

dengan orang lain. Dorongan ini akan makin menekan seseorang

sedemikian rupa, sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin

untuk mendorongkan pemenuhan kebutuhan akan cinta kasih dan

perasaan memiliki.

4. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem Needs)

Harga diri adalah penilaian individu mengenai nilai

personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik

perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri (Stuart & Sundeen,

(27)

mencapai kebutuhan harga diri bila kebutuhan terhadap mencinta

dan dicintai telah terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan harga diri

seseorang tampak dari sikap penghargaan diri.

5. Kebutuhan Aktualisasi diri (Self Actualization Needs)

Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang

paling tinggi menurut Maslow dan Kalish. Oleh karenanya untuk

mencapai tingkat kebutuhan aktualisasi diri ini banyak hambatan

yang menghalanginya. Secara umum hambatan tersebut terbagi dua

yakni internal dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan

yang berasal dari dalam diri seseorang. Seperti ketidaktahuan akan

potensi diri serta perasaan ragu dan takut mengungkapkan

potensial diri, sehingga potensinya terus terpendam. Berdasarkan

teori maslow mengenai aktualisasi diri, terdapat asumsi dasar

bahwa manusia pada hakikatnya memiliki nilai intrinstik berupa

kebaikan. Dari sinilah manusia memiliki peluang untuk

mengembangkan dirinya.

Apabila dikaji berdasarkan konsep manusia dalam perspektif

keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk holistik, maka

hierarki kebutuhan dasar manusia tidak cukup ada lima, tetapi enam. Dalam

perspektif keperawatan tersebut, kebutuhan dasar yang keenam ini dapat

(28)

kebutuhan dasar yang keenam adalah kebutuhan akan transendental diri

dimana seseorang memerlukan adanya kedekatan dengan Tuhan. Kebutuhan

transendental diri ini merupakan puncak kesadaran eksistensi manusia dimana

secara fitrah manusia menyadari akan adanya tuhan dan memerlukan

pertolongan-Nya. Dengan demikian, individu yang telah mencapai level ini

mengalami keseimbangan hidup dimana hidup bukan hanya sekedar

pemenuhan jasmani semata, tetapi unsur rohanipun terpenuhi (Asmadi, 2008).

Beberapa ahli lain sepertin viriginia Henderson dan Watson memiliki

penjelasan lain mengenai kebutuhan dasar manusia. Virginia handerson

(Potter & Perry) membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen

berikut :

1. Bernapas dengan normal.

2. Makan dan minum yang cukup.

3. Eliminasi.

4. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan.

5. Tidur dan istirahat.

6. Memilih pakaian yang tepat.

7. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan

menyesuaikan pakaian yang dikenankan dan memodifikasi

lingkungan.

8. Menjaga kebersihan dari dan penampilan.

(29)

10.Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,

kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.

11.Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan.

12.Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan

hidup.

13.Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai untuk rekreasi.

14.Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang

mengarahkan pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan

penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.

2.2Defisit Perawatan Diri

2.2.1 Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya,

kesehatan dan kesejahteraan sesuai

pasien, dinyatakan terga

melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri

adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan

diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang

yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau

(30)

(hygiene), berpakaian/ berhias,makan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

Carpenito (2000) mendefenisikan defisit perawatan diri adalah

keadaan dimana individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau

kognitif, menyebabkan penurunan kemampuan dalam melakukan

setiap kelima perawatan diri.

Klasifikasi kurang perawatan diri menurut Carpenito (2000)

sebagai berikut :

a) Kurang perawatan diri, makan

Keadaan individu yang mengalami gangguan kemampuan

untuk melakukan aktivitas makan untuk dirinya sendiri,

dengan karakteristik : tidak dapat memotong makanan atau

membuka bungkusan makanan, tidak dapat menyuap sendiri ke

mulut.

b) Kurang perawatan diri, mandi/hygenie

Keadaan dimana individu mengalami gangguan untuk

melakukan sebagian atau keseluruhan aktivitas mandi/hygiene

untuk diri sendiri, dengan karakteristik : tidak dapat atau tidak

ingin mandi, tidak dapat mengambil air, tidak dapat mengatur

suhu aliran air, tidak mampu merasakan kebutuhan kebersihan.

c) Kurang perawatan diri, berpakaian/berdandan

Keadaan dimana individu mengalami gangguan

(31)

aktivitas berpakaian untuk dirinya, dengan karakteristik : tidak

mampu meletakkan atau mengambil baju, tidak dapat memakai

baju dengan cepat, tidak dapat memakai baju dengan

bagus/memuaskan, tidak dapat memasang atau melepaskan

asesoris yang menempel di tubuh.

d) Kurang perawatan diri, toileting

Suatu keadaan dimana individu mengalami gangguan

dalam kemampuannya untuk melakukan aktivitas toileting

dengan lengkap, dengan karakteristik : tidak dapat atau tidak

ingin menuju ke toilet, tidak dapat atau tidak ingin melakukan

hyigine yang benar, tidak dapat pindah dari atau ke toilet, tidak dapat memegang baju untuk melakukan toileting, tidak dapat

menyiram toilet.

e) Kurang perawatn diri, instrumentasi

Keadaan dimana individu mengalami gangguan dalam

kemampuan melakukan aktifitas tertentu atau akses pelayanan

kesehatan tertentu untuk memperoleh pelayanan esensial

tertentu, dengan karakteristik : mencuci, menyetrika,

menyiapkan makanan, memperoleh transportasi.

2.2.2 Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Adapun tanda gejala defisit perawatan menurut Fitria (2009)

(32)

a. Mandi/ hygiene

Pasien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan

badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur

suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi,

mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/ berhias

Pasien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau

mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta

memperoleh atau menukar pakaian. Pasien juga tidak memiliki

ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih

pakaian menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing

tarik melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,

mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan,

mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

c. Makan

Pasien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan

makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas,

mengunyah makanan, menggunakkan alat tambahan,

mengambil makanan, mengunyah makanan dalam mulut,

(33)

diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta

mencerna cukup makanan dengan aman.

d. BAB/BAK

Pasien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam

mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari

jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau

kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala pasien dengan defisit

perawatan diri adalah:

a. Fisik

1) Badan bau, pakaian kotor; 2) Rambut dan kulit kotor; 3)

Kuku panjang dan kotor ; 4) Gigi kotor disertai mulut bau; 5)

Penampilan tidak rapi.

b. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif; 2) Menarik diri, isolasi diri; 3)

Merasa tak berdaya dan merasa hina.

c. Sosial

1) Interaksi kurang; 2) Kegiatan kurang; 3) Tidak mampu

berperilaku sesuai norma; 3) Cara makan tidak teratur

BAK/BAB disembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak

(34)

2.2.3 Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang

perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.

Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:

a. Faktor predeposisi

1. Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan

memanjakan Pasien sehingga perkembangan inisiatif

terganggu.

2. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan pasien tidak

mampu melakukan perawatan diri.

b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri

adalah kurang penurun motivasi, kerusakan kognisi atau

perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga

menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan

(35)

2.3Peran Perawat

2.3.1 Defenisi peran perawat

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu

sistem (Indrawati, 2009). Peran perawat menurut Hidayat (2000)

merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari

luar profesi keperawatan yang konstan.

Sedangkan menurut Ali (2001), peran perawat adalah tingkah laku

yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (dalam hal ini

adalah perawat) untuk berproses dalam sistem sebagai berikut :

a. Pemberian asuhan keperawatan

b. Pembela pasien

c. Pendidikan tenaga keperawatan dan masyarakat

d. Koordinator dalam pelayanan pasien

e. Kolaborator dalam membina kerja sama dengan profesi lain

sejawat

f. Konsultan/ penasihat pada tenaga kerja dan pasien

g. Pembaharu sistem, metodologi, dan sikap

peran perawat menurut Lokakarya Nasional 1983 dalam Ali

(36)

a. Pelaksana pelayanan keperawatan

b. Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan

c. Pendidikan dalam keperawatan

d. Peneliti dan pengembangan keperawatan

2.3.2 Peran-peran perawat

Menurut weiss ( 1947) yang dikutip oleh Stuart & Sundeen dalam

Principles and Practice of Psychiatric Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai attitude therapy, yakni :

a. Mengobservasi perubahan, baik kecil atau menetap yang terjadi

pada pasien

b. Mendemonstrasikan penerimaan

c. Respek

d. Memahami pasien

e. Mempromosikan ketertarikan dan berpartisipasi dalam

interaksi

Sedangkan menurut Peplau, peran perawat meliputi :

a. Sebagai pendidik

Perawat jiwa memberikan pendidikan kesehatan jiwa

kepada individu, keluarga, komunitas agar mampu melakukan

(37)

lainnya sehingga setiap anggota masyarakat bertanggung jawab

atas kesehatan jiwa (Sulistiawati, 2005)

b. Sebagai pemimpin

Peran kepemimpinan diri perawat mencakup

tindakan-tindakan yang dilaksanakkan oleh perawat saat ia mengemban

tanggung jawab untuk mempengaruhi tindakan orang lain yang

ditunjukkan untuk menentukan dan mencapai tujuan (Smeltzer

& Bare, 2005 ).

Menurut Sulistiawati (2005), perawat kesehatan jiwa harus

menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab

dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa.

c. Sebagai konselor

Perawat sebagai konselor mempunyai tujuan membantu

klien dalam memilih keputusan yang akan diambil terhadap

penyakit yang dideritanya. Untuk mempermudah didalam

mengambil keputusan klien wajib mempertanyakan langkah-

langkah yang akan diambil terhadap dirinya (kusnanto, 2004).

Dan sebagai tambahan dari peran perawat adalah :

a. Penyuluh

Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada pasien

konsep dan data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan

prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah pasien

(38)

dalam pembelajaran. Perawat menggunakkan metode

pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan

pasien serta melibatkan sumber-sumber lain misalnya keluarga

dalam pengajaran yang direncankkannya (Potter & Perry 2005).

b. Peneliti

Penelitian keperawatan bertujuan untuk memberikan

konstribusi pada dasar ilmiah praktik keperawatan. Kajian

dibutuhkan untuk menentukan keefektifan intervensi dan asuhan

keperawatan. Dengan demikian ilmu keperawatan akan

berkembang dan rasional yang didasarkan secara ilmiah untuk

membuat perubahan dalam praktik keperawatan akan tercipta

(Smeltzer & Bare, 2001 ).

Perawat psikiatri berperan dalam bidang keperawatan jiwa

dalam mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan

jiwa dan menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan jiwa (Sulistiawati, 2005).

c. Manajer kasus

Sebagai manejer kasus, perawat mengkordinasikan aktivitas

anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi

fisik dalam perawatan kepada pasien. Selain itu, perawat dapat

mengatur waktu kerja dan sumber kerja ditempat kerjanya

(39)

d. Rehabilitator

Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali

ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan atau

kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Pasien

dapat mengalami gangguan yang mengubah kehidupan mereka

dan perawat membantu mereka beradaptasi semaksimal

mungkin dengan keadaan tersebut ( Potter & Perry, 2005).

2.3.3 Perawat jiwa

Defenisi keperawatan jiwa menurut American Nurses’

Association: “suatu bentuk spesialisasi praktik keperawatan yang

menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan

diri yang bermanfaat sebagai kiatnya.

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya

meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan

pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri

secara wajar dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup

menjalankan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya (Sulistiawati,

2005).

Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan

lingkungan. Peran keperawatan jiwa profesional kini mencakup

(40)

fiskal, kolaborasi antar disiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter

legal-etik.

Center for Mental Health Service secara resmi mengakui

keperawatan kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin

kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan ilmu

psikososial, biofisik, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk

mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktik

keperawatan.

Ada 4 faktor yang membantu menentukan tingkat fungsi dan jenis

aktivitas yang dilakukan oleh perawat jiwa:

a. Legislasi perawat jiwa.

b. Kualifikasi perawat, termasuk pendidikan, pengalaman

kerja, dan status sertifikasi.

c. Tatanan praktik perawat.

d. Tingkat kompetensi personal dan inisiatif perawat.

Menurut (Stuart dan Sundeen, 1995) perawat jiwa harus memliki

kemampuan yang khusus yaitu : kesadaran/tilik diri, mengobservasi

dengan akurat, berkomunikasi secara teraupetik, berespon secara

efektif.

Yosep (2007) mengemukakan bahwa perawat harus mempunyai

(41)

a. Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.

b. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk

pasien dan keluarga.

c. Peran serta dalam pengelolaan kasus : mengorganisasikan,

mengkaji, negoisasi, koordinasi pelayanan bagi individu

dan keluarga.

d. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga,

kelompok, untuk menggunakan sumber yang tersedia di

komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait,

teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.

e. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta

mengatasi pengaruh penyakit mental melalui penyuluhan

dan konseling.

f. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami

masalah psikologis dan penyakit jiwa dan masalah fisik.

g. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang

mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga, staf, dan

pembuat kebijakan.

Menurut Orem (2001), perawatan merupakan fokus khusus pada

manusia yang membedakan keperawatan dari pelayanan masyarakat

lainnya. Dari sudut pandang ini, peran keperawatan untuk

memampukan individu dalam mengembangkan dan melatih

(42)

kebutuhanperawatan yang berkualitas dan memadai pada diri mereka

sendiri.

Dari uraian diatas, diketahui bahwa pada pasien defisit perawatan

diri akan sangat terganggu akan pemenuhan kebutuhan dasar terutama

kebutuhan fisiologis, itu akan menjadi masalah utama yang jika tidak

di intervensi, segala kebutuhan lainnya tidak akan tercapai. Peran

perawat memengang andil penting dalam memberikan asuhan yang

sesuai agar kebutuhan dasar, terutama fisiologis terpenuhi pada pasien

defisit perawatan diri, sehingga dapat meningkatkan kesehatan mental

(43)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1Kerangka Penelitian

Kerangka dalam penelitian ini menggunakan konsep berdasarkan

proses sistem tentang peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar

pada pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Peran adalah tingkah laku yang

diharapkan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Peran

perawat tentu sangat mempengaruh terhadap terpenuhnya kebutuhan dasar

pada pasien defisit perawatan diri. Proses penelitian dalam hal ini dapat

dilihat bagaimana peran perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien

defisit perawatan diri yang sesuai dengan standart, guna meningkatkan

kualitas kesehatan jiwa pada pasien defisit perawatan diri di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Adapun kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai

berikut :

Skema 1. Kerangka Penelitian

Peran Perawat Dalam Pemenuhan kebutuhan dasar pasien defisit

perawatan diri

1. Makan dan minum 2. Mandi/personal hygiene

3. berpakaian/ berdandan

4. BAK / BAB

Baik

cukup

(44)

3.2Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil

Ukur

Perawatan yang

dilakukan dalam

memenuhi kebutuhan

dasar pada pasien

defisit perawatan diri,

kebutuhan yang harus

terpenuhi adalah

(45)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi peran perawat dalam

pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien gangguan jiwa dengan defisit

perawatan diri di RSJ Pemprovsu Medan.

4.2Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek dari penelitian, populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Jumlah populasi dalam

penelitian ini adalah 146 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Berdasarkan Arikunto (2005) jika jumlah populasi lebih dari 100,

maka dapat diambil 10%-15% atau 20-25% atau lebih.

Karena populasi berjumlah 146 orang, maka peneliti mengambil

sampel 14% dari populasi, sehingga sampel yang didapat adalah 20

orang dan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Sampel yang diambil sesuai dengan kriteria seperti berikut :

 Pendidikan minimal DIII Keperawatan

 Masa kerja lebih dari 3 (Tiga) tahun

(46)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa

Pemprovsu Medan. Alasan pemilihan Rumah Sakit Jiwa Pemprovsu

sebagai tempat penelitian dikarenakan rumah sakit tersebut merupakan

rumah sakit pendidikan dan juga merupakan rumah sakit rujukan dengan

jumlah perawat yang memadai untuk melakukan penelitian ini sehingga

memungkinkan peneliti untuk memperoleh sampel sesuai dengan jumlah

dan waktu yang ditentukan. Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan,

yaitu dari bulan November-Desember 2012.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin kepada

institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan

mengajukan permohonan izin kepada direktur Rumah Sakit Jiwa

Pemprovsu, tempat penelitian dilakukan. Setelah mendapatkan izin

persetujuan kemudian melakukan penelitian dengan menekankan

pertimbangan etik yang meliputi:

a. Informed consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang diisi dan

disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila responden menolak

maka peneliti tidak bisa memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

(47)

b. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden

pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberi kode pada

masing- masing lembaran tersebut.

c. Confidentiality

Kerahasiaan responden akan dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data

tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil dari penelitian

(Hidayat, 2007).

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti

menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibuat oleh

peneliti dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka dan kerangka

konsep. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu data demografi dan kedua

adalah kuesioner mengukur peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan

dasar pasien defisit perawatan diri dengan 20 pernyataan. Setiap jawaban

atas pernyataan diberikan skor dengan ketentuan sebagai berikut : selalu

diberi nilai 4, sering diberi nilai 3, jarang diberi nilai 2, dan tidak pernah

diberi nilai 1. Skor terendah yang akan didapatkan adalah 20, sedangkan

skor tertinggi yang akan didapatkan adalah 80. Berdasarkan rumus

statistika menurut Hidayat (2007) :

(48)

dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 60 (selisih

nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas 3 (baik, cukup, kurang)

maka didapatkan panjang kelas sebesar 20. Dengan menggunakan p = 20

dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas Ordinal pertama, maka

peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien defisit

adalah :

20 – 40 = Kategori Kurang

41 – 60 = Kategori Cukup

61 – 80 = Kategori Baik

4.6 Validitas Instrumen

Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti sehingga perlu dilakukan

uji validitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat

ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji

validitas kuesioner penelitian ini dilakukan dengan validitas isi. Validitas

isi sebuah instrumen adalah validitas yang merujuk sejauh mana

instrumen penelitian tersebut memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi

yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007). Kuesioner

divalidasi oleh pakar dari bagian keperawatan jiwa Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Dari hasil konsultasi, ada beberapa item

(49)

4.7 Realibilitas Instrumen

Uji Realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Saryono,

2008). Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang

digunakan adalah alat ukur yang baik. Dimana alat ukur yang baik adalah

adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang

yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji yang

dilakukan untuk instrumen penelitian ini adalah uji Cronbach’s Alpha. Uji reliabilitas penelitian ini dilakukan kepada 10 perawat yang sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan peneliti yaitu perawat yang bekerja di RSJ

Pemprovsu Medan. Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner peran

perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien jiwa dengan defisit

perawatan diri adalah 0.803, hasil uji dikatakan reliabel apabila nilai p

>0,7. Oleh karena itu disimpulkan bahwa kuesioner pada penelitian ini

reliabel.

4.8 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin

dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara kemudian mengirimkan permohonan izin ketempat penelitian yaitu

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Setelah mendapat izin

(50)

penelitian dan meminta kesediaan untuk menjadi responden. Kemudian

peneliti meminta responden untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan.

4.9 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali

dengan memeriksa semua kuesioner apakah data dan jawaban sudah

lengkap dan benar (editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data

serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan ke dalam bentuk

tabel. Entry data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua

data yang telah dimasukkan kedalam program komputer guna menghindari

(51)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan hasil dari penelitian yang dilakukan

mengenai gambaran peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar

pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di RSJ Pemprovsu

Medan, pada bulan November sampai Desember 2012 dengan responden 20

orang. Hasil dapat dilihat dibawah ini :

5.1.1 Karakterisitik Demografi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di RSJ

Pemprovsu Medan, karakteristik responden terdiri dari umur, jenis

kelamin, pendidikan dan masa kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden rata-rata 42.35,

mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebesar 90% (18 orang).

Tingkat pendidikan responden mayoritas S1 sebesar 80% (16 orang), dan

masa kerja responden mayoritas diatas 5 tahun sebesar 85% (17 orang)

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi berdasarkan karakteristik responden berdasarkan

umur (n=20)

Minimum Maximum Mean SD

(52)

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi berdasarkan karakteristik responden berdasarkan

Jenis Kelamin, Pendidikan dan Masa Kerja (n=20)

Karakteristik Jumlah

F %

5.1.2 Peran Perawat Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Pasien Di RSJ

Pemprovsu Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat dalam memenuhi

seluruh kebutuhan dasar pasien dengan defisit perawat diri mayoritas

perawat di RSJ Pemprovsu Medan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

pasien dengan gangguan defisit perawatan diri memiliki peran baik sebesar

90.0% (18 orang), dan sedikit perawat di RSJ Pemprovsu Medan yang

(53)

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peran Perawat

dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Di RSJ Pemprovsu Medan (n = 20)

Peran Perawat Jumlah

F %

Baik 18 90.0

Cukup 2 10.0

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Peran Perawat Dalam Pemenuhan Klasifikasi Kebutuhan Dasar Pasien

Kebutuhan Dasar Jumlah

F %

1. Kebersihan Diri

(54)

5.2Pembahasan

Pembahasan ini lebih lanjut dalam penelitian gambaran peran perawat

dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien jiwa dengan defisit perawatan diri

di RSJ Pemprovsu Medan.

5.2.1 Karakteristik Demografi Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia perawat rata-rata 42.35,

pada usia dewasa ini merupakan usia yang sudah matang dalam bekerja,

sudah sangat mengetahui komponen-komponen pekerjaan yang harus

dilakukan. Pada penelitian lain mengenai kinerja perawat pada tahun 2004,

dikatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kinerja perawat

dalam pemberian pelayanan (Syah, 2004).

Hasil penelitian didapat bahwa mayoritas jenis kelamin perawat

adalah perempuan sebesar 90% (18 orang) dibandingkan laki-laki yang

hanya sebesar 10% (2 orang), hal ini karena dalam Rumah Sakit Jiwa

Pemprovsu Medan tidak banyak perawat laki-laki yang memenuhi syarat

menjadi responden, seperti perawat laki-laki banyak yang belum mencapai

masa kerja minimal 3-5 tahun.

Dalam penelitian ini didapati bahwa tingkat pendidikan perawat

mayoritas S1 80% (16 Orang), sedangkan tingkat pendidikan DIII sebesar

20% (4 orang) dengan hasil penelitian yang mengungkapkan peran

(55)

sudah bekerja lebih dari 5 tahun sebesar 85% (17 orang), diikuti masa

kerja 3-5 tahun 15% (3 orang), dengan tingkat pengalaman seperti itu,

perawat lebih memahami kebutuhan pasien dan asuhan yang harus

diberikan kepada pasien khususnya pasien gangguan jiwa dengan defisiti

perawatan diri di RSJ Pemprovsu Medan. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Syah (2004) dengan judul faktor-faktor yang

berhubungan dengan kinerja perawat dalam pemberian pelayanan diruang

rawat inap rumah sakit jiwa Pekanbaru, hasilnya menunjukkan bahwa ada

hubungan antara pendidikan dengan kinerja perawat (p=0.001) dan juga

ada hubungan antara masa kerja dengan kinerja perawat (p=0.005).

5.2.3 Gambaran Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit Perawatan Diri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat dalam

pemenuhan kebutuhan dasar pasien dengan defisit perawatan diri di RSJ

Pemprovsu Medan dalam kategori baik 90% (18 Orang), dan dalam

kategori cukup 10% (2 orang), artinya bahwa perawat di RSJ Pemprovsu

Medan sangat berperan dalam membantu memenuhi segala kebutuhan

dasar pasien defisit perawatan diri, hal ini sesuai dengan konsep yang

dikemukakan oleh Orem yaitu perawat harus berperan dalam memenuhi

kebutuhan perawatan dari pasien untuk menerapkan kemandirian dan

(56)

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang

yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau

melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi

(hygiene), berpakaian/berhias, makan dan eliminasi (Fitria, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa seluruh responden

berperan dalam kebersihan diri pasien sebesar 100% (20 orang).

Kebersihan diri dalam hal ini meliputi mandi, keramas, sikat gigi. Hasil

diatas merupakan hasil dari perhitungan kuesioner, tetapi pada observasi

didapat bahwa, kegiatan mandi pasien dilakukan bersama-sama

menggunakan air yang disediakan oleh perawat dan menggunakan

peralatan mandi seperti sabun, sikat gigi dan sampo secara bersamaan,

sehingga terdapat pasien yang tidak menggunakan sabun, odol dan sampo

karena sudah dipakai oleh pasien lain.

Pada pemenuhan kebutuhan dasar makan dan minum mayoritas

perawat 90% (19 orang) berperan baik dan perawat berperan cukup

sebesar 10% (1 orang), hal ini karena makan dan minum merupakan

kebutuhan mutlak untuk kelangsungan hidup seseorang (Fitria, 2009). Di

RSJ Pemprovsu Medan kegiatan makan dan minum sudah diatur sesuai

jadwal, tetapi jadwal makan tidak sesuai dengan kebutuhan fisiologis

seperti makan malam diberikan pada jam 17.00 sore, hal ini tidak sesuai

dengan fisiologi pencernaan makanan sehingga mengakibatkan

(57)

dan minum serta mengawasi pasien makan agar makan dengan teratur dan

makan dengan benar.

Berdandan merupakan aspek sosialisasi yang penting bagi

perkembangan psikologis (Wong, 2009). Pasien defisit perawatan diri

mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan

pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.

Pasien juga tidak memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian

dalam, memilih pakaian menggunakan alat tambahan, menggunakan

kancing tarik melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,

mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan. Berdasarkan

hasil penelitian pada kebutuhan berdandan, sebesar 85% (17 orang)

perawat berperan baik dan perawat berperan cukup sebesar 15% (3 orang).

Pada observasi dilihat bahwa pakaian yang digunakan pasien di bangsal

dilihat pakaian yang dipakai pasien adalah pakaian yang diberikan oleh

pihak rumah sakit, tetapi dalam penggunaannya pakaian tersebut

digunakan secara bergantian bersama-sama. Dan observasi dilihat dari

pasien laki-laki ditemukan kebersihan kuku pasien sangat tidak bersih

karena kuku pasien panjang-panjang dan kotor serta ujung jari bercak

hitam karena bekas rokok pasien, seharusnya bercak hitam itu sangat

mudah dihilangkan dengan membersihkan menggunakan sabun .

Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial,

pasien defisit perawatan diri memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan

(58)

jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa 80% (16 orang) perawat berperan baik dalam memenuhi kebutuhan

eliminasi, dan 15% (3 orang) berperan baik dan juga terdapat 5% (1 orang)

yang kurang berperan dalam memenuhi kebutuhan diri, hal ini dikarenakan

kebutuhan eliminasi berkaitan dengan sistem pencernaan dan pembuangan

(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Gambaran

Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa

Dengan Defisit Perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemprovsu Medan

dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di RSJ Pemprovsu Medan didapat bahwa

90% (18 orang) perawat berperan baik dalam memenuhi kebutuhan dasar

pasien defisit perawatan diri dan 10% (2 orang) berperan cukup dalam

memenuhi kebutuhan dasar pasien defisit perawatan diri.

Rata-rata umur responden 42.35, mayoritas responden berjenis kelamin

perempuan sebesar 90% (18 orang). Tingkat pendidikan responden mayoritas

S1 sebesar 80% (16 orang), dan masa kerja responden mayoritas diatas 5

tahun sebesar 85% (17 orang).

6.2Rekomendasi

6.2.1 Bagi praktek keperawatan

Diharapkan perawat memiliki keterampilan dan skill untuk memenuhi

(60)

6.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan agar lebih meningkatkan mutu pembelajaran dan

pelatihan untuk keterampilan dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien

gangguan jiwa secara umum dan secara khusus bagi pasien defisit

perawatan diri.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat

menjadi refrensi data mengenai peran perawat dalam memenuhi

kebutuhan dasar pasien ganguan jiwa dengan defisit perawatan diri.

Dan sebaiknya waktu penelitian diperpanjang dan jumlah responden

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2001). Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan :Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Carpenito, L. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Diakses pada tanggal 10 April 2012

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika

Hawari, D. (2003). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.

Jakarta: FK UI

Hidayat, A. (2000). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi pertama.

Jakarta: Salemba Medika

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.

Jakarta: EGC

(62)

Puslitbang Depkes. (2007). Gangguan Jiwa. Diakses pada tanggal 04 Juli 2012 da

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Smeltzer dan Bare, (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah volume 1.

Jakarta: EGC

Stuart, G.W. (1995). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book

Sulistiawati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

Syah, Nasrul (2004) Skirpsi , faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja

perawat dalam pemberian pelayanan diruang rawat inap rumah sakit jiwa

pekanbaru.

Tarwoto & Wartonah (2000). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

(63)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN

Gambaran Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan dasar

Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit Perawatan Diri di RSJ

Pemprovsu

OLEH

Anita Rosanna

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini

untuk gambaran peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien

gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di RSJ Pemprovsu.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan saudara/i untuk

menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan

Saudara untuk mengisi lembar kuesioner saya dengan jujur apa adanya. Partisipasi

Saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian atau

menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian

ini, silahkan Saudara menandatangani formulir ini.

Medan, Desember 2012

Peneliti Responden

Anita Rosanna

(64)

Instrumen penelitian

Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan

Jiwa Dengan Defisit Perawatan Diri

Kode Responden :

A. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list ( √ ) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Anda.

Keterangan :

Selalu (SL) = bila dilakukan sepenuhnya Sering (SR) = bila dilakukan sebagian Jarang (JR) = bila dilakukan hanya sedikit Tidak pernah (TP) = bila tidak pernah dilakukan

1. Usia :

2. Jenis Kelamin : Laki- laki

Perempuan

3. Pendidikan : D3

Sarjana

4. Masa Kerja : 3 – 5 tahun

(65)

B. Kuesioner

No PERNYATAAN SL SR JR TP

KEBERSIHAN DIRI

1 Perawat mengevaluasi pasien mengenai

pengetahuan pasien terhadap kebersihan diri

2 Perawat menjelaskan pentingnya kebersihan diri seperti mandi, sikat gigi dan keramas

3 Perawat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri seperti mandi, sikat gigi, dan keramas

4 Perawat membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri serta melatihnya

5 Perawat menganjurkan pasien memasukkan

kegiatan kebersihan diri ke jadwal kegiatan harian pasien

MAKAN DAN MINUM

6 Perawat mengevaluasi pasien mengenai

pengetahuan pasien terhadap cara makan dan minum yang baik dan benar

7 Perawat menjelaskan manfaat makan dan minum yang baik dan benar

8 Perawat menjelaskan cara makan dan minum sesuai prosedur/aturan yang baik dan benar

9 Perawat membantu pasien mempraktekkan cara makan dan minum yang baik dan benar serta melatihnya

10 Perawat menganjurkan pasien memasukkan

Gambar

Tabel.1  Defenisi Operasional
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual -.. Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi

PADA BUAH DARI GENUS Piper ( Piper betle L, Piper cubeba L, dan Piper retrofractum Vahl) Menggunakan Analisis GC-MS..

Selama perhitungan besar energi total diperlukan parameter input berupa jumlah neutron yang akan ditambahkan ke dalam isotop Sn, jelas pada pemodelan sembilan tingkat

MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT TIDAK MEMENUHI SYARAT TIDAK MEMENUHI SYARAT.. 2017 POLDA SUMBAR NOMOR : PENG/ Xセ@ N/2017 TANGGAL : 10 MEl 2017.. TIDAK M]:MENUHI SYARAT

Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Dan Kegiatan Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 9 Rehabilitasi Sarana Irigasi DI Kedungbiru Ds

[r]

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan teknik korelasi dan regresi linier juga berganda. Hasil

Kata kunci : perencanaan jalan perkerasan lentur, metode AASHTO, perencanaan geometrik alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, perencanaan