• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pairing pada Isotop Sn dengan Menggunakan Pemodelan Sembilan Tingkat Energi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pairing pada Isotop Sn dengan Menggunakan Pemodelan Sembilan Tingkat Energi"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PAIRING PADA ISOTOP Sn MENGGUNAKAN

PEMODELAN SEMBILAN TINGKAT ENERGI

ALPI MAHISHA NUGRAHA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pairing pada Isotop Sn dengan Menggunakan Pemodelan Sembilan Tingkat Energi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Alpi Mahisha Nugraha

(4)

ABSTRAK

ALPI MAHISHA NUGRAHA. Pengaruh Pairing pada Isotop Sn dengan Menggunakan Pemodelan Sembilan Tingkat Energi. Dibimbing oleh TONY IBNU SUMARYADA.

Pembentukan isotop Sn yang kaya dengan neutron menjadi salah satu topik yang menarik di bidang reaksi inti, terutama mengenai kestabilan pada inti berat tersebut. Perhitungan besar energi total dengan menggunakan pendekatan teori BCS dan pemodelan inti berupa lima level energi, hanya dapat menghitung besar energi total dengan efek kolektif berupa efek pairing hingga isotop 13250Sn. Di sisi lain, eksperimen terus berlanjut dan telah melebihi pembentukan isotop tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pemodelan yang dapat menampung neutron lebih banyak, dalam penelitian ini digunakan pemodelan inti berupa sembilan tingkat energi dengan potensial interaksi konstan untuk menjelaskan fenomena pairing

hingga 15450Sn. Namun dari segi akurasi diperlukan metode lain agar perbedaan dengan hasil eksperimen menjadi lebih kecil.

Kata kunci : fenomena pairing, isotop Sn, pemodelan sembilan tingkat energi, teori BCS

ABSTRACT

ALPI MAHISHA NUGRAHA. Pairing Effects in Sn Isotopes with Used Nine State Energy Models. Supervised by TONY IBNU SUMARYADA.

Formation of the neutron-rich tin isotopes (Sn isotopes) is the one of the interesting topics in the field of nuclear reaction, especially regarding the stability of the heavy nuclei. Calculations of total energy using the BCS approach using five energy levels can only calculate the total energy up to 13250Sn. On the other hand, the experiment continues and has exceeded the formation of isotopes. Therefore, there is need for a new model to accomadate more neutrons. In this research, Sn isotopes is modelled using nine energy levels and constant interaction potential to explain the pairing phenomenon up to 15450Sn. However, to obtain more accurate results, other methods to minimize the differences with the experimental results are clearly needed here.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Fisika

PENGARUH PAIRING PADA ISOTOP Sn DENGAN

MENGGUNAKAN PEMODELAN SEMBILAN TINGKAT

ENERGI

ALPI MAHISHA NUGRAHA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Pairing pada Isotop Sn dengan Menggunakan Pemodelan Sembilan Tingkat Energi

Nama : Alpi Mahisha Nugraha NIM : G74090045

Disetujui oleh

Dr Tony Ibnu Sumaryada Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Akhiruddin Maddu Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 ini ialah

Superconductivityin Nuclear System, dengan judul Pengaruh Pairing pada Isotop Sn dengan Menggunakan Pemodelan Sembilan Tingkat Energi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Tony Ibnu Sumaryada sebagai dosen yang membimbing penulis selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta teman seperjuangan di Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor terutama Fisika angkatan 46 atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2013

Alpi Mahisha Nugraha

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

Hipotesis 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Fenomena Pairing di Dalam Inti 3

Teori BCS 3

Dampak Pairing pada Isotop Sn 4

Pemodelan Sembilan Tingkat Energi 5

METODE 6

Alat 6

Prosedur Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Paramater Input dan Output pada Perhitungan 6

Output Perhitungan dengan ��� Bernilai Kecil 7 Output Perhitungan dengan ��� Bernilai Besar 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 14

(11)

DAFTAR GAMBAR

1 Pemodelan sembilan tingkat energi 5

2 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan energi total inti pada Vss’ bernilai kecil dari 10250Sn sampai dengan 15450Sn 7 3 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan energi total

inti pada Vss’ bernilai kecil 10650Sn sampai dengan13650Sn 8

4 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan potensial

kimia pada ���′ kecil 8

5 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan celah pairing

pada ���′ kecil 9

6 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan energi total inti pada Vss’ bernilai besar dari 10250Sn sampai dengan 15450Sn 10 7 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan energi total

inti pada Vss’ bernilai besar 10650Sn sampai dengan 13650Sn 10 8 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan potensial

kimia pada ���′ besar 11

9 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan celah pairing

pada ���′ besar 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil perhitungan pada pemodelan sembilan tingkat energi dengan ���

= 0.05 MeV (��� bernilai kecil) 14

2 Hasil perhitungan pada pemodelan sembilan tingkat energi dengan ���′

= 1.00 MeV (���′ bernilai besar) 15

3 Perbedaan antara pemodelan sembilan tingkat energi, lima tingkat energi,

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang reaksi inti menjadi topik eksperimen yang menarik saat ini. Reaksi yang mencakup interaksi antara proton-neutron di dalam inti sering kali memperlihatkan fenomena yang sulit dijelaskan dengan teori yang sudah ada sebelumnya. Sejauh ini, perilaku proton-neutron di dalam inti dimodelkan seperti halnya elektron yang mengorbit inti atom dengan tingkatan energi yang berbeda. Teori ini dikenal dengan model inti kulit.1 Salah satu reaksi inti yang menarik adalah reaksi yang melibatkan perubahan jumlah neutron dengan mempertahankan jumlah proton di dalam inti yang disebut dengan isotop.2 Sesuai dengan model inti kulit, neutron yang ditambahkan ke dalam inti akan menempati tingkat energi tertentu. Keadaan ini akan mempengaruhi besar energi total inti dari isotop tersebut.

Salah satu institusi yang saat ini masih melakukan eksperimen mengenai reaksi tersebut adalah adalah Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI).3 Institusi tersebut melakukan eksperimen mengenai isotop dengan berbagai macam isotop, terutama pada isotop yang memiliki kestabilan inti yang tinggi seperti

Sn

50

100 (Tin). Kestabilan yang tinggi ini diakibatkan karena jumlah proton dan

neutron pada 10050Sn sama dan keduanya merupakan bilangan ajaib atau magic number. Isotop Sn yang telah dibuat manusia saat ini telah mencapai isotop 13650Sn dan akan terus bertambah di tahun-tahun mendatang. Interaksi diantara neutron yang ditambahkan tersebut akan menimbulkan fenomena pasangan atau pairing. Pasangan dari dua buah partikel fermion bermuatan disebut superkonduktivitas, sedangkan pasangan dari partikel tak bermuatan disebut superfluiditas. Pasangan antara neutron dalam hal ini dapat dikatakan sebagai superfluiditas neutron. Pengaruh yang diakibatkan oleh terbentuknya pasangan adalah berkurangnya energi total dari sistem yang akan menciptakan keadaan isotop yang lebih stabil.

Dalam melakukan eksperimen pembentukan suatu isotop, para peneliti terlebih dahulu memperkirakan besar energi total berdasarkan model-model inti yang ada. Perkiraan energi total dapat menggambarkan energi yang dibutuhkan dalam pembentukan isotop yang dimaksud. Untuk menyelesaikan masalah berupa perhitungan energi total diperlukan suatu teori yang dapat menjelaskan interaksi yang melibatkan banyak partikel dan efek kolektifitas, seperti fenomena pairing

(14)

2

Latar Belakang

Penggunaan pemodelan lima tingkat energi yang telah ada sebelumnya5,6,7 hanya dapat menjelaskan hasil eksperimen hingga isotop 13250Sn, sedangkan percobaan mengenai isotop Sn saat ini telah mencapai isotop13650Sn, dan tidak menutup kemungkinan akan terus berlanjut. Untuk menjelaskan besar energi total pada isotop Sn yang lebih berat diperlukan pemodelan baru yang dapat menampung kelebihan neutron tersebut.

Perumusan Masalah

Untuk dapat menjelaskan isotop Sn yang melebihi 13250Sn diperlukan model lain yang dapat menampung kelebihan neutron pada isotop yang lebih berat. Terinspirasi oleh pemodelan sembilan tingkat energi yang dilakukan peneliti sebelumnya8, maka kami mencoba untuk menyelesaikan masalah pengaruh pasangan pada kestabilan isotop Sn menggunakan pemodelan Sembilan tingkat energy. Adapun perumusan masalah yang kami ajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Matrik potensial interaksi apakah yang sesuai untuk isotop Sn dalam pemodelan sembilan tingkat energi ?

2. Seberapa akuratkah hasil pemodelan sembilan tingkat energi lebih mendekati hasil percobaan dibanding dengan pemodelan lima tingkat energi ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini :

1. Menghitung energi ikat pada isotop Sn hingga 15450Sn.

2. Mempelajari perbedaan antara menggunakan pemodelan lima tingkat energi dan sembilan tingkat energi pada isotop Sn.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memprediksi besar energi total hingga isotop 15450Sn, Nilai perhitungan energi total ini dapat dijadikan sebagai nilai perkiraan untuk para peneliti dalam melakukan eksperimen terhadap pembentukan isotop Sn, terlebih lagi jika para peneliti ingin mengetahui seberapa besar dampak

(15)

3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada perhitungan besar energi total pada berbagai isotop Sn hingga 15450Sn yang menggunakan pendekatan teori BCS dengan menggangap potensial interaksi bernilai konstan.

Hipotesis

Pemodelan sembilan tingkat energi diprediksi dapat menjelaskan fenomena kestabilan pada berbagai isotop Sn hingga 15450Sn yang kelak dapat dibandingkan dengan hasil percobaan di masa mendatang.

TINJAUAN PUSTAKA

Fenomena Pairing di Dalam Inti

Keberadaan pasangan dua partikel fermion seperti neutron dan proton pada tingkat energi yang sama di dalam inti mengakibatkan energi total sistemnya menjadi lebih rendah, fenomena inilah yang disebut dengan fenomena pairing di dalam inti.8 Pairing merupakan fenomena kolektif berupa interaksi yang melibatkan banyak partikel yang berada pada berbagai tingkat energi.

Tidak semua interaksi inti merupakan fenomena pairing, karena fenomena

pairing memiliki syarat tertentu. Pairing terjadi jika terdapat harmonisasi dua partikel, dua partikel yang dimaksud adalah partikel yang memiliki spin tengahan atau partikel fermion. Momentum angular total dari dua buah fermion yang berpasangan akan bernilai nol dan berperilaku seperti partikel boson. Karena hal inilah fenomena pairing memperlihatkan gejala-gejala unik di dalam inti seperti superkonduktifitas dan superfluiditas di dalam inti.4 Fenomena pairing terjadi pada sistem dengan kerapatan massa atau keadaan yang sangat tinggi. Contoh ekstrimnya berupa bintang neutron, bintang neutron dapat digambarkan sebagai sebuah objek yang memiliki massa yang sama dengan matahari namun diameternya hanya 10 km9.

Teori BCS

Teori fenomena kolektif yang melibatkan sejumlah partikel di dalam inti antara lain dipelopori oleh Bardeen, Cooper, dan Schrieffer pada tahun 1957 silam, teori ini dikenal dengan teori BCS.4 Teori BCS mempersentasikan bagaimana fungsi gelombang dan tingkat energi tertentu dalam pemodelan kulit inti dengan memperhitungkan dampak fenomena pairing, sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan energi total sistem menjadi lebih kecil. Teori BCS menggambarkan fenomena interaksi pairing yang muncul akibat adanya interaksi antara dua partikel pada keadaan waktu yang saling konjugat (s, s′). Hubungan antara partikel yang satu dengan partikel lain digambarkan oleh matriks interaksi

(16)

4 pemusnahan partikel. Berdasarkan penurunan persamaan energi gap menurut teori BCS diperoleh celah pairing tiap level ∆10, yaitu :

Dampak Pairing pada Isotop Sn

Isotop suatu unsur dapat terjadi secara alamiah ataupun buatan sebagai hasil reaksi yang terjadi pada inti, isotop Sn telah lama menjadi subjek eksperimen di dalam reaksi nuklir.6 Hal ini ditunjang karena Sn dapat menyediakan keadaan dengan pengisian atau penambahan neutron yang banyak. Sampai saat ini isotop Sn telah mencapai isotop 13650Sn dengan kondisi state closing mass-nya adalah

Sn

50

100 , artinya 36 neutron telah berhasil ditambahkan pada isotop Sn 50

100 dan tidak

menutup kemungkinan jumlah neutron yang ditambahakan berhenti pada jumlah tersebut, mengingat eksperimen mengenai isotop Sn masih dilakukan.

Pembentukan isotop Sn yang terjadi mengakibatkan inti isotop Sn kaya akan partikel neutron.7 Penambahan neutron pada isotop Sn akan menimbulkan keadaan-keadaan baru pada bagian permukaan inti isotop. Keadaan-keadaan ini dimodelkan dengan pemodelan lima tingkat energi dengan orbit

�1 2,�5 2,�3 2,�1 2, dan ℎ11 2 . Dengan pemodelan ini dan aproksimasi

menggunakan teori BCS akan menunjukkan pengaruh fenomena pairing terhadap isotop Sn dengan penambahan jumlah neutron tertentu. Pada pemodelan lima tingkat energi, orbit tingkat energi adalah g, d, s, dan h sedangkan nilai 1/2, 5/2, 3/2, dan 11/2 adalah j, jumlah maksimal neutron yang dapat ditambahkan pada orbit adalah 2j + 1.

(17)

5

V��′ =

−1.4738 −0.6955 −0.6713 −0.3162 1.3052 −0.6955 −0.8843 −1.0428 −0.4368 1.0027 −0.6713 −1.0428 −0.5160 −0.4503 0.5128 −0.3162 −0.4368 −0.4503 −0.8466 0.3700 1.3052 1.0027 0.5128 0.3700 −1.2305

Matriks ���′ diatas digunakan dalam perhitungan energi total inti pada pemodelan lima tingkat energi yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya.7

Pemodelan Sembilan Tingkat Energi

Pemodelan isotop Sn yang melebihi dari 13250Sn tidak dimungkinkan dalam pemodelan lima tingkat energi, sehingga diperlukan pemodelan lain yang dapat menampung kelebihan neutron yang diberikan. Pada penelitian ini digunakan pemodelan sembilan tingkat energi yang terinspirasi dari pemodelan tingkat energi berbasis potensial Saxon-woods8 yang mampu menampung hingga 54 neutron (15450Sn), sembilan tingkat energi tersebut berupa orbit 2p1/2, 1g9/2, 2d5/2, 1g7/2, 3s1/2, 1h11/2, 2d3/2, 2f7/2, dan 3p1/2.

(18)

6

METODE

Berdasarkan tujuan yang diinginkan, metode penelitian berupa simulasi mengenai perhitungan energi total isotop Sn dengan menggunakan teori BCS. Pada penelitian ini digunakan pemodelan sembilan tingkat energi yang telah disesuaikan dengan perhitungan BCS. Penyesuain yang dimaksud adalah parameter-parameter yang dibutuhkan dalam perhitungan menggunakan teori BCS telah disesuaikan dengan pemodelan sembilan tingkat energi.

Alat

Penelitian ini menggunakan peralatan berupa alat tulis (kertas/ buku tulis, pena, pensil), laptop/komputer dengan memori 3 GB dan menggunakan Windows 7. Profesional. Komputer tersebut dilengkapi dengan Microsoft Office dan software Matlab.

Prosedur Analisis Data

Prosedur analisa data selama penelitian ini berupa perhitungan mengenai energi ikat pada isotop Sn hingga 15450Sn , kemudian hasil perhitungan dibandingkan dengan data-data standar hasil eksperimen yang tersedia online di KAERI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Paramater Input dan Output pada Perhitungan

Selama perhitungan besar energi total diperlukan parameter input berupa jumlah neutron yang akan ditambahkan ke dalam isotop Sn, jelas pada pemodelan sembilan tingkat energi ini jumlah neutron yang ditambahkan hanya bernilai 2 sampai 54 partikel. Energi pembentukan satu partikel dari vakum atau yang disebut dengan potensial kimia merupakan salah satu parameter input yang dibutuhkan dalam perhitungan, potensial kimia pada perhitungan berupa rentang nilai energi. Dalam perhitungan penggunaan asumsi berupa ���′ bernilai konstan, hal ini berarti bahwa interaksi yang terjadi antara tingkat energi yang satu dengan tingkat energi bernilai sama. Besar nilai ���′ digolongkan menjadi dua bagian, bagian ���′ yang bernilai kecil, yaitu ���′ = 0.05 MeV, 0.10 MeV, dan 0.50 MeV. Serta bagian ���′ yang bernilai besar, yaitu ���′ = 1.00 MeV, 2.00 MeV, dan 5.00 MeV.

(19)

7 pada output perhitungan. Output lainnya berupa besar potensial kimia yang digunakan pada perhitungan dan occupation number atau kemungkinan keberadaan partikel neutron di masing-masing tingkat energi. Pada output perhitungan besar energi total berupa nilai energi relatif terhadap 12450Sn, hal ini dikarenakan energi total 12450Sn dari hasil eksperimen memiliki nilai kesalahan yang paling kecil.

Output Perhitungan dengan �� Bernilai Kecil

Variasi pada perhitungan ini adalah penggunaan matriks���′ yang bernilai kecil, hasil energi total dapat dilihat dari Gambar 2. Nilai Vij yang dimaksud dalam gambar adalah nilai���′. Semakin besar jumlah neutron yang ditambahkan ke dalam inti Sn, energi total sistem semakin besar juga. Namun perbedaan antara hasil perhitungan energi total dengan energi partikel tunggal dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 2 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan energi total inti pada Vss’ bernilai kecil dari 10250Sn sampai dengan 15450Sn

(20)

8

Gambar 3 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan energi total inti pada Vss’ bernilai kecil 10650Sn sampai dengan 13650Sn

Penggunaan variasi ���′ yang bernilai kecil tidak terlalu memperlihatkan perbedaan yang signifikan terhadap perhitungan besar energi total. Namun hasil yang berbeda pada output potensial kimia. Perbedaan tersebut cukup terlihat pada Gambar 4 antara output potensial kimia dengan perhitungan menggunakan ���′ bernilai 0.50 MeV dengan ���′ yang bernilai 0.10 MeV ataupun 0.05 MeV.

Gambar 4 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan potensial kimia pada ���′ kecil

(21)

9 sepanjang kurva hanya tiga buah. Tangga-tangga ini mempersentasikan perilaku-perilaku partikel pada tiap tingkat energi, misalnya enam buah tangga yang terbentuk mengartikan bahwa partikel berkumpul seolah-olah hanya membentuk enam tingkat energi saja dikarenakan perbedaan energi antara satu tingkat dengan tingkat yang lain tidak terlalu besar. Begitu juga pada penggunaan Vss′ bernilai 0.50 MeV, karena besar interaksi akibat pairing cukup besar sehingga partikel seolah-olah hanya membentuk tiga tingkat energi saja, hal ini terlihat jelas pada Gambar 1 dimana pemodelan sembilan tingkat energi dapat dianggap menjadi tiga tingkat energi saja.

Gambar 5 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan celah pairing pada

���′ kecil

Pembentukan enam atau pun tiga tingkat energi juga terlihat pada output celah pairing. Puncak-puncak pada Gambar 5 mempresentasikan perilaku yang sama yang ditunjukkan oleh Gambar 4, jumlah puncak pada Gambar 5 ini lah yang memperlihatkan secara jelas bahwa pada perhitungan dengan penggunaan���′ yang bernilai 0.50 MeV akan terbentuk seolah tingkat energinya hanya ada tiga. Sedangkan pada ���′ kecil lainnya tingkat energi yang terbentuk berupa enam tingkat energi saja.

Output Perhitungan dengan �� Bernilai Besar

Penggunaan ���′ bernilai besar menganggap bahwa interaksi yang terjadi akibat pairing cukup besar, akibatnya output dari perhitungan menunjukkan perbedaan. Hasil perhitungan besar energi total dapat dilihat pada Gambar 6. Pada

���′ = 5.00 MeV memperlihatkan adanya perubahan kelungkungan dari kurva,

(22)

10

pada inti Sn, maka dampak pairing terhadap perubahan energi total inti menjadi melemah (Lampiran 2).

Gambar 6 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan energi total inti pada Vss’ bernilai besar dari 10250Sn sampai dengan 15450Sn

Gambar 7 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan energi total inti pada Vss’ bernilai besar 10650Sn sampai dengan 13650Sn

(23)

11 yang kecil dengan eksperimen pada daerah isotop 10650Sn sampai dengan 13250Sn. Namun pada isotop 13450Sn dan 13650Sn , Vss’ bernilai 5.00 MeV lah yang menghasilkan perbedaan yang paling kecil terhadap eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa pada 10650Sn sampai dengan 13250Sn, potensial interaksi dengan nilai kecil lebih cocok untuk menjelaskan fenomena pairing pada keadaan jumlah neutron yang ditambahkan sampai 32 partikel. Sedangkan potensial interaksi dengan nilai besar lah yang lebih cocok jika neutron yang ditambahkan lebih besar dari 32.

Penggunaan Vss’ bernilai besar membuat partikel yang seharusnya terlihat sembilan tingkat energi seolah-olah menjadi satu kesatuan. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk kurva potensial kimia yang linear dan kurva celah pairing yang hanya memiliki satu puncak saja seperti yang terlihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Gambar 8 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan potensial kimia pada ���′ besar

Gambar 9 Hubungan antara jumlah neutron yang ditambahkan dengan celah pairing

(24)

12

Besar potensial kimia pada umumnya bernilai negatif, namun pada perhitungan dengan ���′ bernilai 2.00 MeV dan 5.00 MeV terdapat potensial kimia yang bernilai positif. Hal ini berarti sistem tidak perlu lagi mengambil energi dari vakum untuk menciptakan satu partikel, melainkan melepas energi yang dimiliki sistem untuk menstabilkan jumlah partikel yang sesuai.

Dari keseluruhan variasi ���′ yang paling mendekati hasil eksperimen adalah ���′ yang bernilai konstan 0.05 MeV. Sayangnya, hasil perhitungan ini tidak lebih baik dari penggunaan pemodelan lima tingkat energi (Lampiran 3). Oleh karena itu, untuk meningkatkan akurasi diperlukan metode lain dalam menentukan ���′.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Fenomena pairing di dalam inti mengakibatkan energi total inti semakin kecil dibanding dengan keadaan normalnya, dampak pairing ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan pada inti berat. Penggunaan pemodelan sembilan tingkat energi dengan asumsi interaksi antar tingkat energi benilai sama dapat menghasilkan perhitungan besar energi total hingga isotop 15450Sn, meskipun output yang dihasilkan masih berbeda dengan eksperimen. Dengan memvariasikan besar ���′ dan melihat perbedaan hasil perhitungan tiap variasi

���′ tersebut, ternyata untuk rentang jumlah neutron yang ditambahkan kurang

dari 32 potensial interaksi yang cocok adalah ���′ yang bernilai kecil. Sebaliknya untuk jumlah neutron yang ditambahkan melebihi 32 partikel, maka potensial interaksi yang cocok justru yang bernilai besar.

Saran

(25)

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Beiser, Arthur. 1982. Konsep Fisika Modern. The Houw Liong. penerjemah; Carol Manik. editor. Jakarta:Erlangga. Terjemahan dari: Concepts of Modern Physics, 3rd Edition.

2. S. Krane, Kenneth. 1982. Fisika Modern. Hans JW .penerjemah; Sofia Niksolihin. editor. Jakarta : UI Press. Terjemahan dari: Modern Physics. Hlm : 4.

3. [KAERI] Korea Atomic Energy Research Institute. 2012. Table of Nuclides Sn Isotopes. (terhubung berkala) atom.kaeri.re.kr/ (diunduh pada tanggal 12 Agustus 2012).

4. J. Bardeen, L. N. Cooper, and J. R. Schrieffer. 1957. Microscopic Theory of Superconductivity. Phys. Rev. 106 : 162-164.

5. F. Andreozzi, L. Coraggio, A. Covello, A. Gorgano, dan A. Porrino.1996.

Pairing efefects in Sn Isotopes, Z. Phys. A 354, 253-260

6. L. Aissaoui, F. Berrachi, dan D. Boumala.2009. Pairing Gap Energy Correction in Shell Model for the Neutron-Rich Tin Isotopes. Brazilizn Journal of physics (4) : 39.

7. Sumaryada, Tony Ibnu. 2007. Pairing Correlations and Phase Transitions in Mesoscopic Systems. [disertasi]. Florida, USA : The Florida State University.

8. Brink DM, Broglia RA. 2005. Nuclear Superfluidity Pairing in Finite Systems. New York: Cambridge University Press. Hlm : 14-15.

9. Mattson, Barbara. 2010. Neutron Star. (terhubung berkala) http://imagine.gsfc.nasa.gov/docs/science/know_l1/neutron_stars.html (diunduh pada tanggal 1 Maret 2013).

(26)

14

Lampiran 1 Hasil perhitungan pada pemodelan sembilan tingkat energi dengan

(27)

15 Lampiran 2 Hasil perhitungan pada pemodelan sembilan tingkat energi dengan

(28)

16

Lampiran 3 Perbedaan antara pemodelan sembilan tingkat energi, lima tingkat energi, dan eksperimen

* Penelitian yang dilakukan oleh Tony Sumaryada tahun 2007

** Penelitian yang dilakukan oleh Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI)

Isotop Pemodelan Sembilan Level

Pemodelan

Lima Level* Eksperimen**

106 234.1109 154.171266 156.0946

108 200.1009 134.435754 135.3735

110 166.1093 115.384909 115.4000

112 132.1450 97.024265 96.4331

114 108.0868 79.33385 78.3912

116 84.0700 62.298584 61.2820

118 60.0899 45.883583 45.0109

120 40.0255 30.043045 29.4181

122 19.9962 14.758904 14.4338

124 0.0000 0.0000 0.0000

126 -19.9621 -14.246653 -13.9263

128 -39.2124 -27.998979 -27.3853

130 -57.6796 -41.256811 -40.4380

132 -76.1234 -54.023377 -52.9550

134 -94.5433 --- -59.112867

(29)

17

RIWAYAT HIDUP

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BEBAN PANAS PADA KOTAK PENDINGIN YANG MENGGUNAKAN ELEMEN PENDINGIN TERMOELEKTRIK DENGAN SUMBER ENERGI

Pemodelan Data Fuzzy Time Series dengan Menggunakan Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya pada Perkiraan Tingkat Inflasi di Indonesia (Agus Maman Abadi). inflation

PERHITUNGAN RUGI ENERGI LISTRIK PADA SISTEM DISTRIBUSI SEKUNDER DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB..

Sedangkan hasil perhitungan respon total pada setiap kecepatan arus untuk Model IV, sesuai dengan persamaan yang telah dijelaskan sebelumnya, ditunjukkan dengan

Cylinder chart konsumsi bahan bakar pada semua kondisi di pemodelan GateCycle Dengan menjadikan kondisi bypass sebagai parameter acuan, maka dari cylinder chart diatas

Setelah dilakukan penelitian mengenai perhitungan faktor perlipatan neutron pada kondisi subkritik untuk studi parameter reaktor HTGR dengan menggunakan program WIMSD-5B

Berdasarkan perhitungan dengan metode PROMETHEE, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 13.Nilai tertinggi untuk penghematan energi pada sumber air (dengan nilai 0,06)

Dengan menggunakan nilai k-points dan nilai energi cut-off yang sudah ditentukan pada perhitungan sebelumnya, untuk hasil perhitungan ini menggunakan Self- Consistent Field yang akan