• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT ) DAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE MIND MAPPING DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP MA TA PELAJARAN IPS TERPADU (Studi P ada S iswa K elas VIII SMP N eg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT ) DAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE MIND MAPPING DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP MA TA PELAJARAN IPS TERPADU (Studi P ada S iswa K elas VIII SMP N eg"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE MIND MAPPING DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPS TERPADU

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh: Esa Norita

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Number Head Togeteher (NHT) dan Mind Mapping dalam mata pelajaran IPS Terpadu. Kedua model pembelajaran kooperatif diterapkan di kelas yang berbeda. Model NHT pada kelas Eksperimen dan model Mind Mapping pada kelas kontrol. Kedua kelas tersebut mempunyai rata-rata kemampuan akademis yang sama.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian berjumlah 339 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Bandar Lampung pada semester genap tahun pelajaran

2012/2013, dengan jumlah sampel sebanyak 74 siswa. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Teknik pengambilan data yaitu dengan observasi, dokumentasi, angket, dan tes. Pengujian hipotesis

menggunakan rumus analisis varians dua jalan dan t-test dua sampel independen.

(2)

model kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan model kooperatif tipe Mind Mapping. Hal ini ditunjukkan dengan pengujian hipotesis ketiga diperoleh Thitung 1,606 < Ttabel 2,06 menunjukkan bahwa Thitung < Ttabel maka hipotesis ditolak. (4) Tidak terdapat interaksi anatara model pembelajaran dan sikap siswa terhadap mata pelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan pengujian hipotesis keempat diperoleh Fhitung 2,694 < Ftabel 4,085 menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel maka hipotesis ditolak.

(3)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

DAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE MIND MAPPING DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP

MATA PELAJARAN IPS TERPADU

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh :

ESA NORITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi : STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEAD

TOGETHER (NHT) DAN MODEL

PEMBELAJARANTIPE MIND MAPPING

DENGAN MEMPERHATIKANSIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARANIPS

TERPADU PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama : Esa Norita

Nomor Pokok Mahasiswa : 0913031042

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Hi. Eddy Purnomo, M.Pd. Drs. Yon Rizal, M.Si.

NIP. 19530330 198303 1 001 NIP. 19600818 198603 1 005

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua ProgramStudi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, PendidikanEkonomi,

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Hi. Eddy Purnomo, M. Pd ...

Sekretaris : Drs. Yon Rizal, M.Si ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Hi. Nurdin, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP: 19600315 198503 1 003

(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Esa Norita

NPM : 0913031042

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPS/ Pendidikan Ekonomi

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan di dalam daftar

pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2013

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Januari

1992 dengan nama lengkap Esa Norita. Penulis merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara. Putri dari pasangan Bapak Ujang

Supriadi dan Ibu Endang Sulamsih.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. TK Aisyiah Bustanul Athfal Bandar Lampung diselesaikan pada tahun

1997.

2. SD Negeri 6 Sukajawa diselesaikan pada tahun 2003

3. SMP Negeri 18 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006

4. SMA Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2009

5. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi

Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(8)

MOTTO

“...Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Ada Kemudahan”

(Q.S. Alam Nasyrah: 6)

“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar...”

(Q.S. Ath Thalaq: 2)

Mempercayai diri sendiri adalah rahasia pertama untuk berhasil. Jadi, yakinlah kepada diri Anda dan percaya

dirilah Anda (Thoreau)

Menerima nasihat yang baik berarti juga meningkatkan kemampuan yang dimiliki seseorang

(Johan Wolfgang Goethe)

Kerja keras yang baik insyaallah mendapatkan hasil yang baik pula, jangan mengeluh dan jangan berputus asa, Allah

bersama hamba-Nya yang berusaha (esa)

Tak ada hasil tanpa usaha dan do’a, maka berusahalah dan

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya,

Ku persembahkan karya kecilku ini teruntuk:

 Mamak dan Bapakku, yang sangat menyayangiku, mendoakan keberhasilanku dan memberikan segalanya yang terbaik untukku.

 Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk keberhasilanku sampai saat ini.

 Para pendidik yang selama ini membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat

 Seluruh Sahabat ku dan Rekan-rekan Pendidikan Ekonomi 2009

(10)

DAFTAR ISI

F. Kegunaan Penelitian………... 14

G. Ruang Lingkup Penelitian……….. 15

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ………... 17

2. Model Pembelajaran Kooperatif………. 28

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT…...……… 34

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping………. 40

5. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Mata Pelajaran IPS Terpadu……… 45

6. Hakikat Mata Pelajaran Ekonomi dalam IPS Terpadu... 48

7. Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran... 51

B. Penelitian yang Relevan……… 57

D. Definisi Operasional Variabel... 72

E. Teknik Pengumpulan Data………... 77

F. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas………... 78

(11)

Halaman

3. Taraf Kesukaran………... 80

4. Daya Beda………. 81

G. Uji Persyaratan Analisis Data

1. Uji Normalitas……… 82

2. Uji Homogenitas……… 82

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Varian Dua Jalan... ……… 83

2. T-test Dua Sampel Independen………...…… 85

3. Rumusan Hipotesis……… 87

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 18 Bandar

Lampung ... 91 b. Visi dan Misi SMP Negeri 18 Bandar

Lampung …...……….... 91

c. Situasi dan Kondisi SMP Negeri 18 Bandar Lampung... 92 d. Proses Belajar Mengaajar SMP Negeri 18 Bandar Lampung.. 93 e. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 18 Bandar Lampung... 94 f. Kegiatan Ekstrakulikuler... 95 g. Situasi Pengolahan Kelas... 96 B. Deskripsi Data

1. Data Skala Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS

Terpadu... 97 2. Data Tes Skala Sikap Siswa Yang Memiliki Sikap

Positif dan Negatif Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

di Kelas Eksperimen dan Kontrol... 101 3. Data Hasil Post Test... 110 4. Data Tes Hasil Belajar Siswa Yang Memiliki Sikap

Positif dan Negatif di Kelas Eksperimen dan Kontrol... 114 C. Pengujian Persyaratan Analisis Data

1. Uji Normalitas……… 123

2. Uji Homogenitas……… 124

D. Hasil Belajar Ekonomi di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 125 E. Dekripsi Data Sikap Siswa... 130

F. Pengujian Hipotesis……….. 133

G. Pembahasan

1. Perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan model pembelajaran tipeMind Mapping.... 135 2. Perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa

yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi dibandingkan yang diajar menggunakan model

(12)

3. Perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi dibandingkan yang diajar menggunakan model

pembelajaran tipe Mind Mapping... 139 4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan

Sikap siswa terhadap mata pelajaran... 141 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………... 143

B. Saran………. 144

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Hasil MID Semester Genap IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 18 Bandar Lampung... ... 6

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 18 Bandar Lampung.... ... 50

3. Daftar Definisi Operasional Variabel... 75

4. Tingkat Besarnya Reliabilitas.. ... 80

5. Rumus Unsur Tabel Anava Dua Jalur... ... 83

6. Daftar Keadaan Siswa SMP Negeri 18 Bandar Lampung.. ... 93

7. Daftar Sarana dan Prasarana SMP Negeri 18 Bandar Lampung... 94

8. Distribusi Frekuensi Hasil Sikap Siswa Terhadap Mata pelajaran IPS Terpadu Kelas Eksperimen... ... 98

9. Distribusi Frekuensi Hasil Sikap Siswa Terhadap Mata pelajaran IPS Terpadu Kelas Kontrol... ... 100

10.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Sikap Positif Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas Eksperimen... 103

11.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Sikap Negatif Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas Eksperimen... 105

12.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Sikap Positif Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas Kontrol... ... 107

13.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Sikap Negatif Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas Eksperimen... 109

14.Distribusi Frekuensi Hasil Post Test Kelas Eksperimen... ... 111

15.Distribusi Frekuensi Hasil Post Test Kelas Kontrol... ... 113

16.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Siswa yang Positif pada Kelas Eksperimen.. ... 115

17.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Siswa yang Negatif pada Kelas Eksperimen.. ... 117

18.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Siswa yang Positif pada Kelas Kontrol.. ... ... 119

19.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Siswa yang Negatif pada Kelas Kontrol.. ... ... 121

20.Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas Eksperimen Dan Kontrol... 123

(14)

Kontrol. ... ... 125 23.Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Yang Memiliki Sikap

Positif Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... ... 128 24.Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Yang Memiliki Sikap

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(16)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Hasil Skala Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu pada Kelas

Eksperimen... ... ... 99

2. Hasil Skala Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu pada Kelas Kontrol... ... 101

3. Hasil Tes Sikap Positif Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu pada Kelas Eksperimen... .. ... 103

4. Hasil Tes Sikap Negatif Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu pada Kelas Eksperimen... .. ... 105

5. Hasil Tes Sikap Positif Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu pada Kelas Kontrol... ... ... 107

6. Hasil Tes Sikap Negatif Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu pada Kelas Kontrol... ... ... 109

7. Hasil Post Test Kelas Eksperimen... ... 111

8. Hasil Post Test Kelas Kontrol... ... 113

9. Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Sikap Positif Kelas Eksperimen... ... 115

10. Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Sikap Negatif Kelas Eksperimen... ... 117

11. Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Sikap Positif Kelas Kontrol... ... 119

12. Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Sikap Negatif Kelas Kontrol... ... 121

13.Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen... 126

14.Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas Kontrol... 126

15.Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 127

16.Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Pada Siswa Yang Memiliki Sikap Positif Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 128

17.Peningkatan Hasil Belajar Ips Terpadu Pada Siswa Yang Memiliki Sikap Negatif Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 130

18.Data Sikap Siswa Kelas Eksperimen... 131

(17)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis,

perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi

tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

pembelajaran dan pendidikan di Indonesia tidak dirubah, bangsa Indonesia

akan ketinggalan oleh negara-negara lain.

Upaya mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan

zaman yang berkembang di era globalisasi dengan perkembangan yang

cukup pesat di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah

mendorong perubahan yang ada di berbagai aspek kehidupan masyarakat,

sehingga sangat diperlukan sumber daya manusia yang berdaya saing,

yang mampu memberikan sumbangan terhadap keharmonisan dan

kemakmuran dalam mencapai kesejahteraan dalam lingkup keluarga,

masyarakat maupun negara.

Langkah pembaharuan proses pembelajaran terletak pada tanggung jawab

guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh

anak didik secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran dapat

ditentukan sampai sejauh mana guru dapat mengembangkan kreativitas

(18)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), memuat beberapa

paradigma baru yang perlu diperhatikan guru dewasa ini antara lain yaitu

(1) Seorang guru tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu

berusaha untuk mengembangkan dan memberdayakan diri secara terus

menerus untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya baik melalui

pendidikan formal maupun pelatihan. (2) Guru mampu menyusun dan

melaksanakan strategi dan model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), yang dapat menggairahkan

motivasi belajar peserta didik, sehingga proses belajar mengajar

berlangsung dalam suasana yang kondusif, dan menyenangkan. (3)

Dominasi guru dalam pembelajaran perlu dikurangi, sehingga peserta

didik lebih berani, mandiri dan kreatif dalam proses belajar mengajar.

(Kunandar, 2007 : 41-43).

Salah satu disiplin ilmu yang sangat perlu dikembangkan dalam

pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama adalah Ilmu Pengetahuan

Sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai

cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,

politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas

dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan

interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi,

sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Mata pelajaran

ekonomi termasuk ke dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Fungsi mata pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah

mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, rasionalitas, jujur,

dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah sosial yang terjadi di

(19)

3

mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial

yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap

perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap

masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri

maupun yang menimpa masyarakat.

Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah pertama (SMP) menuntut

penguasaan konsep-konsep yang berkesinambungan karena merupakan

gabungan dari beberapa disiplin ilmu. Salah satunya adalah ekonomi.

Pembelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada siswa

kelas VIII adalah mengenai angkatan kerja (tenaga kerja serta

pelaku-pelaku ekonomi). Tujuan pembelajaran ekonomi ini adalah untuk

menuntut siswa secara aktif agar dapat mengklasifikasikan dan

menguraikan macam-macam tenaga kerja dari yang berusia belum

produktif, produktif, maupun yang telah produktif. Ketiga macam

angkatan kerja ini tidak boleh terbolak-balik, harus berdasarkan urutan

usia. Jadi, untuk dapat memahami tenaga kerja yang berusia berbeda-beda

tersebut, siswa diharapkan dapat mengklasifikasikannya secara benar.

Sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam menempuh

suatu proses pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar yang diraihnya,

yang diantaranya berupa ketuntasan hasil belajar yang berada diatas KKM.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya agar siswa memperoleh hasil belajar

yang optimal, yaitu diduga dengan adanya sikap yang positif dari siswa

(20)

Namun, tidak jarang dijumpai siswa yang bersikap negatif terhadap materi

pelajaran yang disampaikan guru yang tercermin dari sikap tidak senang

dan malah membenci terhadap materi pelajaran, hal ini dapat

mengakibatkan siswa tersebut memperoleh hasil belajar rendah pada mata

pelajaran yang dipelajarinya itu.

Berdasarkan observasi penelitian pendahuluan di SMP Negeri 18 Bandar

Lampung menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata pelajaran IPS

Terpadu khususnya ekonomi cenderung masih bersifat text book, guru melakukan pembelajaran yang sifatnya teacher centered, kemudian dilanjutkan dengan latihan soal atau tugas. Penggunaan model

konvensional dalam pembelajaran masih sangat dominan. Dalam hal ini,

guru berperan lebih aktif dibandingkan murid, karena metode

pembelajaran berpusat pada guru dengan model ceramah, sehingga dapat

dilihat jika siswa yang memiliki ketertarikan yang tinggi dengan mata

pelajaran tersebut akan memperhatikan gurunya, sedangkan yang tidak

memiliki ketertarikan yang cukup tinggi bisa dipastikan tidak

mendengarkan apa yang guru sampaikan. Padahal, dalam diri siswa

terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak di

samping menerima informasi dari guru. Penggunaan model konvensional

ini juga menghambat daya kritis siswa karena segala informasi yang

disampaikan guru biasanya diterima secara mentah tanpa dibedakan

apakah informasi itu salah atau benar, dipahami atau tidak. Dengan

demikian, sulit bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas ranah

(21)

5

dan penugasan tugas langsung, namun model ini kurang efektif bagi siswa

terbukti dengan masih banyaknya siswa yang pasif dan kurang

bersemangat ketika diskusi berlangsung.

Demikian juga seorang pengajar yang tidak menguasai berbagai cara

penyampaian, tidak memperhatikan kemampuan dan kesiapan peserta

didik akan mengakibatkan rendahnya mutu pengajaran dan dapat

menimbulkan kesulitan peserta didik dalam memahami pelajaran sehingga

menimbulkan keengganan belajar bahkan mungkin menjadi frustasi dalam

diri peserta didik, demikian juga halnya dengan motivasi belajar peserta

didik. Seorang guru atau pendidik harus mempunyai suatu cara atau

strategi tersendiri untuk dapat meningkatkan motivasi belajar peserta

didiknya karena tanpa adanya motivasi maka akan sulit tercapainya

keberhasilan suatu pembelajaran.

Situasi dan kondisi pembelajaran tersebut berpengaruh pada tingkat

pencapaian hasil belajar siswa yang masih rendah, seperti ditunjukkan

dalam daftar nilai Mid Semester pada siswa kelas VIII yang menjadi fokus

(22)

Tabel I. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran IPS siswa SMP Negeri 18 Bandar Lampung Kelas VIII Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa

0-64 >64-100

Sumber: Guru bidang studi mata pelajaran IPS

SMP Negeri 18 Bandar Lampung menetapkan Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) sebesar 64. Berdasarkan data yang ada pada Tabel di

atas, terlihat bahwa hasil belajar IPS yang diperoleh siswa dalam hasil mid

semester masih kurang optimal. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang

memperoleh nilai yang memenuhi kriteria KKM atau >64 berjumlah 168

siswa atau sekitar 49,56%, sedangkan yang masih belum memenuhi

kriteria KKM yakni 171 siswa atau sekitar 50,44%, yang artinya masih

banyak siswa yang belum mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Masih banyaknya siswa yang belum mencapai KKM menunjukkan bahwa

proses pembelajaran di SMP Negeri 18 Bandar Lampung belum berjalan

secara efektif. Mengajar dilukiskan sebagai suatu proses interaksi antara

guru dan peserta didik, di mana guru mengharapkan peserta didiknya dapat

menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan

(23)

7

Murid yang menjadi sasaran didik memiliki kemampuan dasar atau bakat

yang berbeda, baik dalam perkembangan kognitif, afektif maupun

psikomotornya. Oleh karena itu guru perlu mempersiapkan secara

sistematis, berencana dan berkesinambungan, untuk mengantarkan siswa

agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek dan melibatkan

berbagai aspek yang saling berkaitan. Pembelajaran yang baik dan efektif

adalah pembelajaran yang mampu memberikan kemudahan belajar kepada

peserta didik secara adil dan merata sehingga mereka dapat

mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu untuk

menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan

berbagai ketrampilan demi tercapainya keberhasilan pembelajaran.

Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam

membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru

dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran.

Salah satu upaya pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif adalah

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dimana siswa diajak

untuk menuangkan ide atau gagasan yang dimilikinya dan dapat berdiskusi

dengan temannya untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi,

saling bertukar pendapat dengan demikian siswa menjadi lebih aktif dan

mengurangi tingkat kebosanan yang selama ini dialami selama proses

pembelajaran sehingga dapat menimbulkan motivasi dalam belajar

(24)

Oleh karena itu, sebagai alternatif pembelajaran inovatif yang dapat

meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan penguasaan materi dan mutu

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka

pembelajaran kooperatif dapat diterapkan. Pembelajaran kooperatif

merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada

pendekatan konstruktivis artinya siswa aktif dalam memperoleh

pengetahuan dan mereka membangun sendiri pengetahuan tersebut. Model

pembelajaran kooperatif ini memanfaatkan kecenderungan siswa untuk

berinteraksi dengan orang lain. Selain unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk

membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis,

dan kemampuan membantu teman.

Terdapat beberapa jenis dari model pembelajaran kooperatif, yaitu:

Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok (IK), Numbered-Head-Together (NHT), Think-Pair-Share (TPS) serta Mind Mapping. Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk saling membantu antar anggota dalam memahami pelajaran ataupun dalam

menyelesaikan tugas belajar. Siswa yang lemah akan mendapat bantuan

dari temannya yang lebih pandai. Sebaliknya, siswa yang pandai dapat

mengembangkan kemampuannya dengan materi pelajaran yang telah

dikuasainya kepada temannya yang berkemampuan rendah, sehingga

pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda

(25)

9

lain atas tugas-tugas bersama serta saling belajar untuk saling menghargai

satu sama lain.

Sebagai salah satu upaya dalam membantu siswa yang mengalami

kesulitan dalam proses pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran

ekonomi, peneliti memilih pendekatan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dan Mind Mapping karena diduga dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berfikir dan berinteraksi serta dapat menciptakan proses pembelajaran

yang lebih menyenangkan.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan tipe pembelajaran yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan

untuk meningkatkan penguasaan akademik. Menurut Lie (2003: 59) tipe

ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan melibatkan para siswa

dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggungjawab

terhadap tugas yang diberikan karena dalam tipe pembelajaran ini siswa

dalam kelompok diberi nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa

hanya satu murid yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Setiap

kelompok melakukan diskusi untuk berbagi informasi antar anggota

(26)

Mind mapping atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau

hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta pikiran juga

digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta

mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar,

berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam

menulis.

Lebih lanjut Buzan (2007: 4) berpendapat bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta

pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun

sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta pikiran membuat

otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri.

Dalam peta pikiran, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya

masing-masing. Kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan

hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan

cabang-cabang melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga

infomasi dari mind mapping mudah untuk diingat.

Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara

aktif dalam proses pembelajaran sehngga siswa lebih mudah untuk

memahami materi yang diajarkan oleh guru dan meningkatkan sikap siswa

untuk berpikir positif pada mata pelajaran yang hendak diajarkan. Oleh

(27)

11

siswa dikelas dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan,

penulis berkeinginan untuk menerapkan dua model pembelajaran tersebut

dikelas penelitian.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Studi Perbandingan Hasil Belajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Number Head Together (NHT) Dan Model Pembelajaran Tipe Mind Mapping Dengan

Memperhatikan Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu”

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan

masalahnya sebagai berikut:

1. Mutu dan hasil belajar mata pelajaran IPS masih tergolong rendah. Hal

ini terlihat dari jumlah siswa yang masih cukup belum mencapai

ketuntasan belajar.

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

3. Selama ini pembelajaran IPS di sekolah masih menggunakan metode

konvensional.

4. Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru

bagi guru, namun guru masih jarang dan belum terbiasa

(28)

5. Masih sangat rendahnya sebagian siswa yang berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran.

6. Sikap sebagian siswa yang mengacuhkan mata pelajaran apalagi jika

mengetahui bahwa pembelajaran yang diterapkan membosankan.

7. Peran guru yang lebih besar dalam proses pembelajaran terhadap

partisipasi sebagian siswa yang belum berperan aktif dalam proses

pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu

untuk membatasi permasalahan penelitian ini pada perbandingan hasil

belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII antara siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Mind Mapping pada mata pelajaran IPS terpadu dengan memperhatikan variabel moderator yaitu sikap siswa terhadap mata

pelajaran IPS Terpadu khususnya ekonomi dengan pokok bahasan

angkatan kerja (tenaga kerja serta pelaku-pelaku ekonomi dan sistem

(29)

13

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa

yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran tipe Mind Mapping?

2. Apakah rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki

sikap positif terhadap mata pelajaran siswa yang diajar menggunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan

siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Mind Mapping?

3. Apakah rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki

sikap negatif terhadap mata pelajaran siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih rendah dibandingkan

siswa yang diajar menggunakan model kooperatif tipe Mind Mapping? 4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan

(30)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang

dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Mind Mapping.

2. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada

siswa yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif tipe NHT

dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping pada siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran IPS

Terpadu.

3. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada

siswa yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif tipe NHT

dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping pada siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran IPS

Terpadu.

4. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran kooperatif

dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.

F. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori

(31)

15

b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar

siswa

c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi

peneliti lain.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai acuan bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru

Ekonomi tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif yang

tepat pada mata pelajaran Ekonomi.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang akan

melakukan penelitian yang relevan.

c. Dapat membantu siswa dalam penguasaan materi, dan dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

d. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dalam bidang

pembelajaran.

G. Ruang Lingkup Pembelajaran

Ruang lingkup penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Subjek penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII

SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar ekonomi siswa kelas VIII

yang akan diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

(32)

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 18 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Waktu Penelitian

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Hasil Belajar

Belajar akan membawa perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan tersebut meliputi pengetahuan, sikap, kecakapan, dan

lain-lain. Seseorang yang telah mengalami proses belajar tidak sama

keadaannya bila dibandingkan dengan keadaan pada saat belum

belajar. Individu akan lebih sanggup menghadapi kesulitan,

memecahkan masalah atau menyelesuaikan diri dengan situasi dan

kondisi yang dihadapinya.

A. Teori Belajar Konstruktivisme

Belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses

mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran

yang dipelajari dengan pngertian yang sudah dimilikinya, sehingga

pengetahuannya dapat dikembangkan. Teori Konstruktivisme

(34)

tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda

dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar

sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,

konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia

membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi

makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.

Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru,

apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan

himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini

menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi

lebih dinamis.

Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak

hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga

harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam

memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan

untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk

menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan

mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan

(35)

18

siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat pemahaman

yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis

dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan

dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan

mental Piaget yang merupakan bagian dari teori kognitif juga.

Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau

teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan

dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap

perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap

perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan

ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya,

pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau

perbuatan.

Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama

(Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa penekanan teori

konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau

pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru

(36)

fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan

konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori

belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan

dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi

dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya.

Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak

diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.

Belajar merupakan proses untuk membangun penghayatan

terhadap suatu materi yang disampaikan. Bahkan, perkembangan

kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif

memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan,

perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses

berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan

keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61). Dari pandangan

Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami

bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak

mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan

(37)

20

Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala

Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky

adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan

lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam

belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya

seseorang (Poedjiadi, 1999: 62).

Konstruktivisme menurut pandangan Vygotsky menekankan

pada pengaruh budaya. Vygotsky berpendapat fungsi mental yang

lebih tinggi bergerak antara inter-psikologi (interpsychological)

melalui interaksi sosial dan intrapsikologi (intrapsychological)

dalam benaknya. Internalisasi dipandang sebagai transformasi dari

kegiatan eksternal ke internal. Ini terjadi pada individu

bergerak antara inter-psikologi (antar orang) dan intra-psikologi

(dalam diri individu).

Menurut Slavin (Ratumanan, 2004:49) ada dua implikasi utama

teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya

setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatifantar

kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa

(38)

saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang

efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal

masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran

menekankan perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding,

semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggung jawab

untuk pembelajarannya sendiri.

Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek

internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada

lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi

kognitif manusia berasal dariinteraksi sosial masing-masing

individu dalam konteks budaya. Vygotsky jugayakin bahwa

pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas

yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam

jangkauankemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona

of proximal developmentmereka.

B. Teori Belajar Kognitif

John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada

(39)

22

seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai

kaitan satu sama lain (Sugihartono dkk, 2007:108). Apabila belajar

siswa tergantung pada pengalaman dan minat siswa maka suasana

belajar siswa akan menjadi lebih menyenangkan dan hal ini akan

mendorong siswa untuk berfikir proaktif dan mampu mencari

pemecahan masalah, di samping itu kurikulum yang diajarkan

harus saling terintegrasi agar pembelajaran dapat berjalan dengan

baik dan memiliki hasil maksimal.

John Dewey dalam bukunya Democracy and Education (1950:

89-90, dalam Dwi Siswoyo dkk, 2011), pendidikan adalah

rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna

pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan

pengalaman selanjutnya. Seperti telah diuraikan di muka bahwa

dalam teori konstruktivisme disebutkan bahwa permasalahan

muncul dibangun dari rekonstruksi yang dilakukan oleh siswa

sendiri, hal ini dapat dikatakan bahwa dalam pendidikan ada

keterkaitan antara siswa dengan permasalahan yang dihadapi dan

siswa tersebut yang merekonstruksi lewat pengetahuan yang

(40)

Teori kognitif John Dewey dapat diaplikasikan dalam

pembelajaran siswa khususnya pada pembelajaran kognitif.

Pembelajaran kognitif menekankan pada keaktifan siswa dalam

berpikir untuk memecahkan masalah dengan cara merekonstruksi

masalah dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat.

Hal ini tentunya akan melatih siswa untuk berpikir secara rasional

dalam memecahkan masalah. Proses pembelajaran kognitif harus

dilakukan secara berkelanjutan agar ada perkembangan dalam

kemampuan berpikir siswa.

C. Teori Belajar Behavioristik

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para

pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang

paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar

behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan

stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar

(41)

24

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih

mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu

menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih

komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan

respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang

kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah

sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.

Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu,

karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi

dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang

dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki

konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya

mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu

dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus

memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya,

serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai

konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran

tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat

materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas

pembelajaran yang tersedia. Pengetahuan telah terstruktur dengan

rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan

(42)

Menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri

dalam interaksi dengan lingkunganya. Ahmadi (2004: 128)

mengatakan “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungan”. Menurut Hamalik (2004: 30) bukti

bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku

pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Djamarah (2002:13) belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab

masuknya kesan-kesan yang baru. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya (Hamalik, 2002: 155).

Latif (2005: 23) mengatakan untuk mengukur belajar, kita

(43)

26

Para pengajar hendaknya dapat menyelesaikan masalah

pembelajarannya melalui kegiatan nyata dikelasnya. Kegiatan nyata

ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya

yang dilaksanakan secara professional, terarah dan terencana dengan

baik agar tujuan dari pembelajaran itu dapat tercapai, dan hasil belajar

siswa mengalami peningkatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Kesulitan belajar yang di alami siswa bisa berasal dari dalam diri siwa (faktor intern) dan dari luar diri siswa (faktor ekstern). Faktor dari siswa yaitu : karena sakit, karena kurang sehat, intelegensi, bakat, minat,

motivasi, faktor kesehatan mental, tipe khusus seorang pelajar. Faktor dari luar diri siswa yaitu : faktor orang tua, faktor sekolah dan faktor

lingkungan masyarakat. (Ahmadi dan Supriyono, 204:79-93).

1. Faktor Internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri antara lain.

a. Kelemahan mental, kecerdasan, intelegensi/kecakapan dan bakat khusus.

b. Kelemahan fisik, panca indra, syaraf, cacat/karena sakit. c. Gangguan yang bersifat emosional.

d. Sikap dan kebiasaan yang salah dalam belajar.

2. Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar antara lain.

a. Situasi belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif.

b. Kurikulum yang kurang fleksibel / terlalu kaku. c. Beban studi yang terlalu berat.

d. Model mengajar yang monoton/membosankan.

e. Situasi rumah yang tidak memotivasi anak untuk melakukan belajar.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003), yaitu.

(44)

dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

b. Faktor yang bersumber dari luar manusia (ekstern)

Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Sardiman (2001: 49) mengemukakan bahwa hasil pengajaran itu dapat

dikatakan baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa

b. Hasil belajar itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.

Agar hasil belajar dapat tercapai secara optimal maka proses

pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan terorganisir. Sardiman

(2001: 19) mengungkapkan bahwa agar memperoleh hasil belajar yang

optimal, maka proses belajar dan pembelajaran harus dilakukan dengan

sadar dan sengaja serta terorganisir dengan baik.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu proses

pembelajaran yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dan

ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang diinginkan melalui proses

pembelajaran yang dikategorikan sukses apabila siswa tersebut telah

mengikuti proses pembelajaran yang ada dengan melihat hasil yang

akan diperoleh dengan melihat perubahan dalam tingkat pengetahuan,

(45)

28

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini

menunjukkan efektifitas untuk berfikir secara kritis, pemecahan

masalah dan komunikasi antar pribadi. Model pembelajaran ini

memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam

satu kelompok kecil untuk memecahkan masalah, serta menyelesaikan

tugas-tugas terstruktur demi mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar

(Komalasari, 2011: 62). Senada dengan itu Huda (2011: 32)

mengatakan bahwa cooperative learning dapat didefinisikan sebagai small groups of learners working togetheras a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common goal (kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk

mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai

satu tujuan bersama).

Selanjutnya, Etin dan Raharjo (2007: 4) mengatakan bahwa

cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam suatu kelompok kecil secara

(46)

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

 untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama

 kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

 jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.

 penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif

 Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

 Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.  Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan

keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.

Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :

Fase Indikator Aktivitas Guru

1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien

4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

(47)

30

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

6 Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok. (MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF -- MODEL PEMBELAJARAN-BSE DOWNLOAD.htm)

Huda (2011: 59) mengatakan pembelajaran kooperatif dapat

menciptakan suasana ruang kelas yang terbuka (inclusive). Hal ini disebabkan pembelajaran ini mampu membangun keberagaman dan

mendorong koneksi antarsiswa. Huda (2011: 29) menyatakan

pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok

yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus

didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara

kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung

jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan

pembelajaran anggota-anggota lain.

Sejalan dengan itu, Huda (2011: 32) menyatakan pembelajaran

kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja

sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Lie

(2005: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok biasa

dianggap cooperative learning.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus

(48)

(1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap

anggotanya. Siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder

karena juga memberikan sumbangan dan akan merasa terpacu untuk

meningkatkan usaha mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai

tidak akan dirugikan karena rekannya yang kurang mampu telah

memberikan bagian sumbangan mereka.

(2) Tanggung jawab perseorangan

Setiap siswa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

Akan ada tuntutan dari masing-masing anggota kelompok untuk

dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga tidak menghambat

anggota lainnya.

(3) Tatap muka

Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberi

kesempatan untuk bertatap muka atau berdiskusi. Kegiatan ini akan

menguntungkan baik bagi anggota maupun kelopmpoknya. Hasil

pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada pemikiran satu

orang saja.

(4) Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan

berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok

sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling

mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat

(49)

32

(5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar menjadwalkan waktu khusus untuk mengevaluasi proses

kerja kelompok dan hassil kerja sama agar selanjutnya siswa bias

bekerja sama dengan lebih efektif.

Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.

2. Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi setelahnya.

3. Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama pembelajaran.

4. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok. (Nico: 2011)

Ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif

lebih produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan

individual. Elemen-elemen tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Interpedensi positif (positive interpedence) 2. Interaksi promotif (promotive interaction)

3. Akuntabilitas individu (individual accountability)

4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and small-group skill)

5. Pemrosesan kelompok (group processing). (Huda, 2011: 46)

Huda (2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran

kooperatif. Menurut mereka, selain meningkatkan keterampilan

kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan

manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.

(50)

2. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.

3. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli dengan teman-temannya, dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif untuk proses belajar mereka nanti. 4. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa

terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.

Aspek-aspek pembelajaran kooperatif menurut Huda (2011: 78) adalah

sebagai berikut.

1. Tujuan

2. Level kooperasi 3. Pola interaksi 4. Evaluasi

Ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif

lebih produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan

individual. Elemen-elemen tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Interpedensi positif (positive interpedence) b. Interaksi promotif (promotive interaction)

c. Akuntabilitas individu (individual accountability)

d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and small-group skill)

e. Pemrosesan kelompok (group processing) (Huda, 2011: 46).

Mengenai kelebihan dari metode pembelajaran kooperatif, Solihatin

(2007: 5) menyatakan bahwa “Cooperative Learning is more effective

in increasing motive and performance students”. Model ini mendorong peningkatan kemampuan peserta didik untuk memecahkan berbagai

(51)

34

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu

model yang berupa strategi dalam proses pembelajaran yang

didalamnya memiliki kerja sama dalam hal tanggung jawab, interaksi,

maupun komunikasi yang baik antar anggota kelompok yang bisa

dilakukan antar 2-5 orang per kelompok dengan sistem heterogen

(kemampuan kognitif, suku, agama, ras) untuk memecahkan suatu

permasalahan secara bersama-sama dengan melihat aktivitas dan

kemampuan individu serta keberhasilannya dapat terlihat dari

kemampuan memaparkan dan memahami, baik secara individu

maupun secara berkelompok.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT)

Teknik ini dikembangkan oleh Russ Frank. Pada dasarnya, NHT

merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaannya

hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama guru meminta

siswa untuk duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota

diberi nomor. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang

dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok

mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai, guru memanggil salah

satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan

(52)

semua nomor terpanggil, lalu guru dan siswa bersama-sama

menyimpulkan materi. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan

semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut.

Dengan penerapan metode NHT ini dapat memberikan kesempatan

kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Metode ini juga dapat meningkatkan

semangat kerja sama siswa dan dapat digunakan untuk semua mata

pelajaran dan tingkatan kelas. Menurut Huda (2011: 157) pembelajaran

kooperatif tipe NHT berfungsi untuk mereview, mengecek tingkat

pemahaman dan pengetahuan siswa.

Langkah-langkah pembelajaran tipe NHT:

1. Guru mempersiapkan bahan diskusi untuk tiap-tiap kelompok

berupa lembar kerja siswa.

2. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok berempat atau lebih.

Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran dari latar

belakang sosial, ras, suku, jeis kelamin, dan kemampuan belajar.

3. Setelah itu masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.

4. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

5. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota kelompok

(53)

36

6. Guru memanggil salah satu nomor secara acak. Siswa dengan

nomor yang dipanggil dan paling cepat mengangkat tangan

mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka atau

semua siswa yang nomornya dipanggil menuliskan jawabannya di

papan tulis secara bersamaan atau bergantian.

7. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi.

8. Kemudian guru memberikan kuis /evaluasi, dengan memberikan

waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan kuis tersebut.

Siswa tidak diizinkan untuk bekerja sama. Pemberian kuis/

evaluasi ini dapat dilakukan pada akhir pokok bahasan atau

tahapan.

Langkah-langkah kegiatan dalam NHT :

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

6. Kesimpulan. (Indrawati, 2007)

Penjelasan tipe ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan

setiap anggota kelompok diberi nomor kepala. Selanjutnya di setiap

kelompok dilakukan diskusi untuk menjawab permasalahan atau untuk

melakukan suatu kegiatan. Dari hasil kegiatan tersebut guru mengundi

(54)

pertanyaan atau mempresentasikan kegiatan. Berkaitan dengan hal ini,

maka setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerja sama karena

jawaban atau presentasi dari perwakilan anggota kelompok akan

menjadi generalisasi kemampuan atau nilai kelompok.

Menurut Anita Lie (2002) prosedur teknik number head together adalah saat pemanggilan siswa untuk menjawab atau melakukan

sesuatu yang dipanggil adalah nomor kepala dari salah satu kelompok

secara acak. Hal ini akan menyebabkan semua siswa harus siap. Dan

penghargaan diberikan jika jawaban benar untuk nilai kelompok.

Teknik ini memberikan kesempatan kepada semua siswa dalam

kelompok untuk saling memberikan ide dan mempertimbangkan

jawaban yang paling tepat, mendorong siswa untuk meningkatkan

semangat kerja sama mereka.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep

Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) untuk melibatkan lebih

banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu

pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi

pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada

seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a)

penomoran, (b) pengajuan pertanyaan, (c) berpikir bersama, (d)

(55)

38

Menurut Nurhadi (2004: 121) pembelajaran kooperatif tipe NHT

dikembangkan dengan melibatkan siswa dalam melihat kembali bahan

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa

pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Tahapan

pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT diungkapkan oleh

Nurhadi (2004: 121) dalam empat langkah sebagai berikut.

1. Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang

berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam satu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa da-lam kelompok itu. 2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. 3. Berpikir Bersama (HeadsTogether)

Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. 4. Pemberian Jawaban (Answering)

Guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih

bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam tipe

pembelajaran ini siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda dan

tiap anggota tahu bahwa hanya satu murid yang dipanggil untuk

mempresentasikan jawaban. Setiap kelompok melakukan diskusi untuk

berbagi informasi antar anggota sehingga tiap anggota mengetahui

(56)

Adapun manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi siswa

adalah.

1. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. 2. Perselisihan antar pribadi berkurang.

3. Sikap apatis berkurang. 4. Pemahaman lebih mendalam. 5. Motivasi lebih besar.

6. Hasil belajar lebih baik.

7. Meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan Ibrahim

(2000: 18), antara lain sebagai berikut.

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi (Herdian, 2009).

Dari manfaat di atas diketahui bahwa siswa akan lebih percaya diri,

menghargai individu, termotivasi, dan hasil belajar akan menjadi lebih

baik.

Pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) mempunyai kelebihan dan kekurangan.

a. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif NHT diantaranya: 1. Kelas menjadi benar-benar hidup dan dinamis.

2. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapatnya.

(57)

40

4. Waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa, lebih efektif dan efisien.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif NHT diantaranya: 1. Adanya alokasi waktu yang panjang.

2. Ketidakbiasaan siswa melakukan pembelajaran kooperatif, sehingga menimbulkan siswa cepat bosan dalam pembelajaran. (Shvoong.com, 2012)

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping

Model Pembelajaran Mind Mapping adalah suatu tipe Model pembelajaran kooperatif. Model Pembelajaran ini pertama kali

dikenalkan oleh Toni Buzan. Inti dari Model pembelajaran ini

menggunakan tekhnik penyusunan catatan untuk membantu murid

menggunakan seluruh potensi otak agar optimum.

Busan (1993) dalam Djohan (2008) mengemukakan, bahwa A Mind Map is powerful graphic technique which provides a universal key to unlock the potential of the brain. It harnesses the full range of cortical skills – word, image, number, logic, rhythm, colour and spatial

awareness – in a single, uniquely powerful manner. In so doing, it give you a freedom to roam the infinite expanses of your brain. Dari

pengertian tersebut, Djohan (2008) menyimpulkan bahwa Peta Pikiran merupakan suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk membuka potensi dari seluruh otak, karena menggunakan seluruh keterampilan yang terdapat pada bagian neo-korteks dari otak atau yang lebih dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Mind Mapping di kemukakan

oleh Amri dan Ahmadi sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai. 2. Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan

ditanggapi oleh murid.

3. Membuat kelompok yang anggotanya 2-3 orang

Gambar

Tabel I. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran IPS siswa SMP Negeri  18 Bandar Lampung Kelas VIII Tahun Pelajaran 2012/2013
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar mata pelajaran
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar  2. Desain Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap siswa. Penilaian yang dilakukan disini adalah penilaian aktivitas dan hasil belajar. Untuk aktivitas, penilaian yang

is one of the four extant genera of Pandanaceae. scabrosa Pasaribu &amp; Widjaja Twelve species are climbers, wheqeas two8. 5 8 @scrambling shrubs. The resuhs of

This research aims at finding out and describing the learning strategies used by twelfth year students to upgrade their English for facing national examination

Untuk pencapaian tujuan tersebut maka perlu diberikan pedoman, pelatihan, dan acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai rujukan para pendidik

Asam asetat adalah golongan asam lemah yang dapat terionisasi sebagian yang dapat menghanntarkan listrik dengan lemah, sedangkan asam asetat glasial

Telah disusun rancangan sistem kendali karakteristik CPO selama pengaliran yaitu (A) kendali pengaliran pada kondisi isotermal pada suhu tertentu (dipilih di antara suhu

Pada penulisan ilmiah ini yang berjudul â Sistem penerimaan calon siswa pada SMUN 4 Depok dengan menggunakan Microsoft Access 2000 â menjelaskan bagaimana bagian pendaftaran