• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN LATIHAN GERAKAN PRAMUKA (Studi Kasus di Kwartir Cabang Lampung Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN LATIHAN GERAKAN PRAMUKA (Studi Kasus di Kwartir Cabang Lampung Selatan)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PRAMUKA CABANG RAJABASA

(Studi Kasus di Kwartir Cabang Lampung Selatan)

Oleh Karsiti

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang: (1) Implementasi manajemen diklat, (2) Ketercapaian penyelenggaraan diklat, dan (3) Dukungan stakeholders dalam pelaksanaan diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sumber data terdiri dari Staff Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan, Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka cabang Raja basa, Pelatih pembina, peserta diklat, masyarakat, dan Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Lampung Selatan.

Hasil Penelitian: (1) Implementasi kegiatan manajemen diklat di Pusat Pendidikan dan latihan Gerakan Pramuka Rajabasa Kwartir Cabang Lampung Selatan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan diklat. Kemudian dilakukan kegiatan mendisain kegiatan diklat yang sesuai dengan diklat yang dilaksanakan. Disain kegiatan diklat Pusdiklatcab Raja Basa juga dikembangkan materi diklat yang sudah ada sesuai dengan perkembangan di lapangan. Pelaksanaan kegiatan diklat di Pusdiklatcab Rajabasa berdasarkan hasil rapat kerja dan program kerja yang sudah ditentukan oleh Pusdikaltcab Rajabasa, (2) Tujuan yang dicapai dalam penyelenggaraan diklat di Pusdiklatcab Rajabasa adalah untuk menghasilkan peserta Diklat yang mampu menerapkan kode etik dan kode kehormatan serta prinsip dasar Kepramukaan di lingkungan pengabdiannya, (3) Dukungan Stakeholders dalam pelaksanaan diklat di Pusdiklatcab Rajabasa Kwarcab Lampung Selatan mendapatkan dukungan baik moril maupun materiil dari seluruh komponen stake holders.

(2)

iii

(CASE STUDY AT KWARTIR CABANG OF THE SCOUT SOUTH LAMPUNG

By

KARSITI

The aims of research are to find out and to describe (1) implementation of education and training management, (2) achievement of helding education and training at, (3)Supporting by stakeholders in implementation of education and training at Rajabasa kwartir’s scout training and education center in south Lampung.

This research used qualitative approach by case study design. To collecting the data, it used dialogue, documentation and observation. Subject of research

consists of staf at kwartir’s scout training in South Lampung, leader of kwartir’s

scout training Rajabasa, trainer, participants of education and training, society, and the head of Youth and Sport Department.

The result of research are: (1) implementation of management activity education and training at Rajabasa kwartir’s scout training and education center in South Lampung is started from analyzing of education and training activity needs through evaluation assesment, it analyze last activity until present activity. Then had done activity to design education and training activity which is suitable for the implementation. Activity design result at Rajabasa kwartir’s scout training and education center also develop valid material which is suitable for development. Implementation of education and training activity at Rajabasa training and education center belong to dicuss result and program in Rajabasa training and education center. Purpose of education and training implementation at Rajabasa training and education center is to produce education and training participants which are able to apply ethic code, regardness code and scout basic principally in environmental, (3) supporting from Stakeholders in implementing of education and training at Rajbasa training and education in south Lampung get good support, by moril and material from all of stakeholdres component.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

v

Penulis dilahirkan di Sidomulyo pada tanggal 7 Oktober 1972 dari pasangan

suami istri Sukarta dan Karsem. Pada tahun 1985 penulis menyelesai- kan

pendidikan di SDN 2 Sidorejo. Tahun 1988 penulis menyelesaikan pendidikan di

SMP N 1 Sidomulyo dan pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan di

SMA Wijaya Bandar Lampung. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan

pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta dan tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program

Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Lampung.

Pengalaman kerja yang pernah dilalui oleh penulis antara lain: Tahun 1999

sampai dengan sekarang penulis menjadi staf pengajar di SMP Dharma Bhina

(8)
(9)

x III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 3.1.1 Desain Penelitian ... 3.7 Pengecekan Keabsahan Data ... 3.8 Tahapan Penelitian ...

IV PAPARAN DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

(10)
(11)

xii 4.4.1 Implementasi Manajemen Diklat di Pusat Pendidikan

(12)

xiii

V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Implikasi ... 5.3 Saran ...

127 128 129

(13)

vii

SANWACANA

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah S. W. T atas rahmat dan karunia

dan sholawat salam dilimpahkan bagi Rasulullah Muhammad S.A.W dengan

cahaya ketauladan telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis dengan judul Manajemen Pendidikan Dan Latihan Gerakan Pramuka

Cabang Rajabasa (Studi Kasus di Kwartir Cabang Lampung Selatan) ini ditulis

sebagai sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Magister

Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung.

Penyelesaian tesis ini disempurnakan dengan masukan-masukan dari para dosen,

rekan sejawat, dan pihak taris Program studi Malainnya, maka dalam kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. Rektor Universitas Lampung atas

bimbingan dan pengarahannya

2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. Direktur Pascasarjana Universitas Lampung atas

bimbingan dan pengarahannya

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung atas segala saran, masukan dan motivasinya.

4. Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku ketua program Studi Magister Manajemen

Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Lampung juga sebagai dosen pembimbing kedua penulis dalam pembuatan

tesis ini.

5. Dr. Sumadi, M.S selaku dosen pembimbing pertama dalam penulisan tesis

ini.

6. Bapak/Ibu dosen lainnya sebagai staf pengajar pada program Studi

Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama ini

kepada penulis sehingga dengan penambahan wawasan dan ilmu

(14)

viii

8. Kepala Pusdiklatcab Raja Basa dan pengurus Pusdiklatcab Raja Basa serta

staff Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung atas

kesediannya menjadi informan dalam penelitian ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2012 mahasiswa Program Studi

Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Lampung yang selalu memberikan motivasi kepada penulis

sehingga dapat diselesaikannya tesis ini.

10.Sahabatku Sukma Elyna, S.E, M.Pd yang sudah memberikan motivasi

kepada penulis sehingga dapat diselesaikannya tesis ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas sumbang dan sarannya.

Tesis ini masih sangat jauh dari sempurna maka diperlukan kritik dan

saran membangun dalam penyempurnaan tesis ini dari semua pihak.

Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pendidikan,

khususnya manajemen pendidikan. Akhirnya atas segala perhatian, penulis

mengucapkan terima kasih.

Penulis

Karsiti

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hal yang amat penting untuk peningkatan kualitas generasi

muda. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan

keluarga. Oleh karena itu pendidikan di Indonesia memiliki tiga jalur yaitu

pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal.

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang

jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan

tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Gerakan Pramuka

berfungsi sebagai organisasi pendidikan nonformal di luar sistem pendidikan

sekolah (formal) dan di luar sistem pendidikan keluarga (informal) dalam

pelaksanaannya saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah

jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara

(16)

informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta

didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Semenjak dicanangkan revitalisasi Gerakan Pramuka oleh Presiden Susilo

Bambang Yudoyono pada tahun 2006, Gerakan Pramuka semakin diperhatikan

oleh masyarakat, serta lembaga - lembaga baik swasta maupun pemerintahan.

Gerakan Pramuka dipandang mampu memperkuat karakter bangsa, saat ini

masyarakat sudah risau dengan lunturnya nilai - nilai karakter bangsa yang ada

pada masyarakat Indonesia.

Terbukti telah lahirnya beberapa Saka diantaranya Saka Wira Kartika yang

terbentuk tahun 2007 yang pembentukannya berdasarkan Peraturan Bersama

Kepala Staf Angkatan Darat dengan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Nomor 182/X/2007 dan 199/X/2007 tanggal 28 Oktober 2007 tentang kerjasama

dalam usaha pembinaan dan pengembangan pendidikan bela negara dan

kepramukaan. Petunjuk Penyelenggaraan Saka Wira Kartika ada pada Keputusan

Kwarnas Nomor. 205 Tahun 2009.

Pemantapan Gerakan Pramuka dalam memperkuat karakter bangsa dapat

dilakukan melalui empat konsensus bangsa Indonesia, yakni Pancasila, UUD

1945, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), dan Bhinneka Tunggal Ika

mampu mempertahankan cita-cita generasi muda untuk menjadi generasi, yang

(17)

Peran serta Gerakan Pramuka di Tanah Air dalam pemantapan karakter bangsa

terus berkembang. Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Azrul Azwar sebelumnya

menyampaikan mengenai keberhasilan gerakan Pramuka selama kurun waktu

tujuh tahun terakhir dari tahun 2006 sampai tahun 2013. Keberhasilan ini dibagi

menjadi tiga tahapan. Pertama, pencanangan program Revitalisasi Pramuka oleh

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2006. Kedua, terbitnya

Undang-Undang No.12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

Guna mewujudkan hal tersebut di atas diperlukan pembina Pramuka yang handal

dan tangguh. Sebab untuk mewujudkan peserta didik yang tangguh dan

berkarakter serta berkepribadian luhur juga diperlukan pembina yang tangguh.

Hal ini menjadikan pekerjaan atau tantangan bagi gerakan Pramuka untuk

menciptakan generasi atau peserta didik yang tangguh dan berkarakter melalui

tangan pembina yang handal dan tangguh.

Pusat Pendidikan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Lampung Selatan yang lebih

di kenal dengan Pusdiklatcab Raja Basa, sesuai dengan Undang - Undang

Gerakan Pramuka Nomor 12 Tahun 2010, bertanggung jawab dan melaksanakan

tugas penyelenggaraan Diklat di tingkat Kwartir Cabang Lampung Selatan. Tugas

- tugas itu bagian yang tidak terpisahkan apa yang ada dalam revitalisasi gerakan

Pramuka yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada

(18)

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan bahwa pelaksanaan diklat di

Pusdiklatcab Raja Basa diawali dengan kegiatan rapat merencanakan program

kegiatan selama setahun dalam bentuk Rencana Kerja (Renja), yang disesuaikan

dengan kebutuhan pada saat itu, kemudian menyusun jadwal pelaksanaan

kegiatan diklat, dan melaksanakan apa yang tertulis dalam jadwal kegiatan.

Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan dan diakhir masa

periode rencana kerja.

Evaluasi kegiatan di akhir masa periode rencana kerja dilakukan sebagai bahan

pertimbangan untuk membuat rencana kerja tahun berikutnya. Sedangkan

Evaluasi Kegiatan yang dilakukan setiap kegiatan diklat dilakukan setiap hari

untuk bahan pertimbangan melakukan penyempurnaan kegiatan hari berikutnya.

Anggota Pusdiklatcab Raja Basa terdiri para pelatih yang telah melakukan jenjang

pendidikan dari Kursus Mahir Dasar (KMD), Kursus Mahir Lanjutan (KML) dan

kemudian dikukuhkan menjadi Pembina Mahir melalui kegiatan pengembangan

nara karya satu dan narakarya dua, dan sudah melaksanakan minimal Kursus

Pelatih Dasar (KPD) dan sebagian sudah melaksanakan Kursus Pelatih Lanjutan

(KPL). Mereka tergabung dalam korps pelatih Pusdiklatcab Raja Basa yang

bertugas mengisi materi Diklat dalam pelaksanaan Diklat yang diselenggarakan

oleh Pusdiklatcab Raja Basa.

Penyelenggaraan Diklat yang ada di Kwartir Cabang Gerakan Pramuka

(19)

Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa. Penyelenggaraan Diklat di Pusat

Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa bertujuan untuk

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia baik dari anggota Dewasa yang

terdiri dari Majelis Pembimbing (Mabi) baik Gugus Depan maupun Kwartir

Ranting dan Pembina Pramuka yang berada di pangkalan Gugus Depan , Pamong

Saka, maupun Anggota Muda gerakan Pramuka yang terdiri dari anggota Siaga

(S) berusia antara tujuh sampai sepuluh tahun, Penggalang (G) berusia antara

sebelas sampai dengan limabelas tahun, Penegak (T) berusia antara enambelas

dan duapuluh tahun dan Pandega (D) berusia antara duapuluh satu sampai dengan

duapuluh lima tahun. Dari Hasil kegiatan diklat yang diselenggarakan oleh Pusat

Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa bisa terlihat baik secara

kwantitas dan kwalitas yang dirasakan oleh Kwartir Ranting yang ada di Kwartir

Cabang Lampung Selatan.

Dengan motto ”satyaku kudarmakan darmaku kubaktikan”, dan berpedoman

kepada prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, Pusdiklatcab Raja

Basa, bekerja untuk menciptakan generasi - generasi yang handal yang

berkarakter dan berakhlak mulia. Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung

Selatan, setiap tahun mendapatkan predikat Kwartir Cabang Tergiat wilayah

Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung dari Ketua Kwartir Daerah Gerakan

Pramuka Lampung. Kegiatan pemberian anugrah Kwartir Cabang tergiat di

Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung berdasarkan frekwensi kegiatan baik

(20)

diselenggarakan oleh masing - masing Kwartir Cabang Gerakan Pramuka di

Wilayah Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung, ini merupakan salah satu

indikator baiknya kinerja Pusdiklatcab Raja Basa. Prestasi yang diraih oleh

Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung Selatan merupakan kerja

keras yang dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi Gerakan Pramuka Kwartir

Cabang Lampung Selatan. Kerja keras ini dalam bentuk merealisasikan kegiatan -

kegiatan yang sudah direncanakan dalam program kerja yang sudah di buat oleh

Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kabupaten Lampung

Selatan.

Penyelenggaraan diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja

Basa Kabupaten Lampung Selatan lima puluh persen pendanaan dibiayai oleh

APBN melalui Dinas Pemuda dan Olah Raga Lampung Selatan, dan sisanya dana

dibebankan kepada peserta diklat. Dari uraian di atas bahwa ada sebagian diklat

yang dananya diadakan secara mandiri oleh peserta diklat. Biasanya diklat yang

dananya secara mandiri diadakan karena adanya permintaan dari kwartir ranting

untuk menyelenggarakan diklat misalkan penyelenggaraan kursus pembina mahir

dasar (KMD), Kursus Orientasi Pembina dan sebagainya atas permintaan kwartir

ranting tertentu dilingkungan Kwartir Cabang Lampung Selatan, dan Kwartir

Ranting Gerakan Pramuka mengajukan permohonan kepada Pusdiklatcab

kemudian Pusdiklatcab merekomendasikan untuk melaksanakan kegiatan di

(21)

Predikat Kwartir Cabang tergiat yang diraih oleh Kwartir Cabang Gerakan

Pramuka Kabupaten Lampung Selatan selama ini tidak terlepas dari dukungan

seluruh stakeholders di lingkungan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung

Selatan baik berupa dukungan moril berupa pemberian ijin kegiatan dan motivasi

yang diberikan dalam penyelenggaraan kegiatan diklat dan dukungan materiil

berupa pemberian dana untuk pelaksanaan kegiatan.

1.2Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka fokus penelitian Pola

pengembangan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja

Basa Lampung Selatan terdiri fokus sebagai berikut :

1.2.1 Implementasi manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan

Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.2.2 Ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan

Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.2.3 Dukungan dari stakeholders dalam pelaksanaan Diklat di Pusat

Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang

Lampung Selatan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah dalam penelitian, maka pertanyaan- pertanyaan yang

(22)

1.3.1 Bagaimana implementasi manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan

Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.3.2 Bagaimana ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan

Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.3.3 Bagaimana dukungan dari stakeholders dalam pelaksanaan Diklat di Pusat

Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang

Lampung Selatan.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan dan menganalisis:

1.4.1 Implementasi manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan

Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.4.2 Ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan

Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.4.3 Dukungan dari stakeholders dalam pelaksanaan Diklat di Pusat

Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang

(23)

1.5 Manfaat Penelitian

Dari kegiatan penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1.5.1 Secara Teoritis:

1.5.1.1Untuk menambah khasanah teori-teori yang berkaitan dengan

manajemen diklat yang berkaitan dengan manajemen sumber daya

manusia.

1.5.1.2 Memberikan konstribusi pemikiran berupa analisis kritis tentang

pengembangan diklat dilingkungan Gerakan Pramuka pada khususnya dan di

luar lingkungan Gerakan Pramuka pada umumnya.

1.5.2 Secara Praktik

1.5.2.1Memberikan kontribusi pemikiran implementasi manajemen Diklat di

Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa

1.5.2.2Memberikan masukan kepada Kwartir Cabang Lampung Selatan untuk

memberikan dukungan kegiatan penyelenggaraan Diklat di Pusat

Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang

Lampung Selatan dengan lebih optimal guna lebih meningkatkan

prestasinya sebagai Kwartir Cabang Tergiat.

1.5.2.3Memberikan masukan kepada stakeholders Untuk mewujudkan visi dan

(24)

pelaksanaan Pendidikan dan Latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan

Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa.

1.5.2.4Memberikan masukan kepada Dinas Pemuda dan Olah Raga dalam

mengambil kebijakan untuk mendukung kegiatan Kepramukaan di

Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.5.2.5Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar magister

manajemen pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

1.6. Definisi Istilah

Guna memberikan kejelasan pengertian yang digunakan dalam penelitian ini,

maka dikemukakan beberapa pengertian istilah yang terkandung dalam kalimat

judul. Adapun beberapa istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1.6.1 Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang adalah lembaga

pendidikan dan latihan yang merupakan bagian integral dari Kwartir,

sebagai wadah dan satuan pelaksana pendidikan dan pelatihan

kepramukaan tingkat Kwartir Cabang. Pusdiklatcab bertugas melatih dan

mendidik anggota dewasa dan anggota muda sesuai dengan kode etik

gerakan Pramuka dan Prinsip Dasar Kepramukan. Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Gerakan Pramuka juga dapat memberikan pelayanan pendidikan

(25)

1.6.2 Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di

luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan,

sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan

Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran

akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan

adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan,

kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.

1.6.3 Pendidikan dan Pelatihan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh lembaga

penyelenggara (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan

lain sebagainya untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa

yang akan datang. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pelatihan adalah bagian dari kegiatan pendidikan.

1.6.4 Manajemen Pendidikan dan Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang

mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

evaluasi program pendidikan dan pelatihan. Kegiatan-kegiatan dalam

manajemen pendidikan dan pelatihan meliputi:, perencanaan,

pengorganisasian pelaksanaan, pengecekan/pengawasan Perencanaan

adalah menentukan kebutuhan pendidikan dan pelatihan berikut

rekomendasinya. Menyusun pola dan program pendidikan latihan sesuai

rekomendasi berikut metode dan sarana diklat. Pengorganisasian adalah

kegiatan menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk

(26)

melaksanakan pendidikan dan latihan. Pengecekan/pengawasan adalah

menilai hasil-hasil dari pelaksanaan pendidikan dan latihan yang telah

dilakukan serta mengetahui apa-apa yang masih perlu disempurnakan.

1.6.5 Stakeholders adalah pihak - pihak yang berkepentingan dalam

penyelenggaraan pendidikan dan latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan

Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan, untuk ikut

serta bertanggung jawab dalam memajukan lembaganya, yaitu Kepala

Dinas Pendidikan Lampung Selatan, Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga,

Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Mabicab) yang dijabat oleh Bupati

Lampung Selatan, Ketua Kwartir Cabang Gerakan Lampung Selatan,

Ketua Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar magister

manajemen pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses pembinaan pengertian dan pengetahuan

terhadap kelompok fakta, aturan serta metode yang terorganisasikan dengan

megutamakan pembinaan, kejujuran dan ketrampilan.Pendidikan dan pelatihan

merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling

berkaitan, untuk lebih memahami pengertian Pendidikan dan Pelatihan dapat

dijelaskan di bawah ini.

2.1.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pengelolaan program pendidikan pelatihan tidak jauh berbeda dengan

pengelolaan sebuah proyek atau program tertentu. Akan tetapi, seringkali

pengelolaan program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu yang

sederhana hingga banyak dikesampingkan. Hal ini ditengarai dengan "tingkat

keseriusan dan komitmen" berbagai pihak. Banyak pihak lebih

memperhatikan dan lebih menguntungkan "mengelola proyek fisik" daripada

"proyek pengembangan sumberdaya manusia melalui program pendidikan

(28)

dana" yang relatif kecil untuk komponen pendidikan pelatihan, baik

pendidikan dan pelatihan bagi staf maupun pendidikan dan pelatihan bagi

kelompok sasaran.

Secara yuridis pengertian pendidikan dan pelatihan dapat dilihat pada dua

sumber yaitu, yang pertama Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Tentang Sistem Pendidikan

Nasioanal pasal 1, dinyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar untuk

mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Berdasarkan

pengertian tersebut di atas dapat kita pahami bahwa pendidikan adalah usaha

sadar yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara (instansi pemerintah,

lembaga swadaya masyarakat, dan lain sebagainya untuk mempersiapkan

generasi yang lebih baik di masa yang akan datang. Dari pengertian di atas

dapat diambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah bagian dari kegiatan

pendidikan.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (4) dinyatakan bahwa lembaga pelatihan

merupakan satuan pendidikan nonformal, di samping satuan pendidikan

lainnya yaitu kursus, kelompok belajar, majelis ta’lim, kelompok bermain,

taman penitipan anak, pusat kegiatan belajar masyarakat serta satuan

(29)

penyuluhan, magang, bimbingan belajar, Kepramukaan, pondok pesantren

tradisional (salafiyah), padepokan dan sanggar. Pelatihan dapat dilakukan

alam jenis dan ruang lingkup pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan

kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan.

Menurut Gomes dalam Soekidjo (2003:197), pelatihan adalah setiap usaha

untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang

sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya

dengan pekerjaannya

2.1.2 Prinsip - Prinsip Manajemen Pendidikan dan Pelatihan

Pengelolaan manajemen pelatihan tidak berlangsung begitu saja melainkan

melalui serangkaian proses kegiatan berupa pengetahuan, pemahaman, sikap

dan keterampilan, hal ini dikemukakan oleh beberapa ahli di bawah ini.

(30)

Belajar merupakan proses psikologis yang mengubah tingkah laku individu,

yang berupa kemampuan aktual dan potensial, yang berlaku dalam waktu yang

relatif lama, dan diperoleh dengan usaha sadar Sudjana ( 2007:37)

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali digunakan istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan mengacu kepada komunikasi yang terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan belajar; pembinaan mengacu kepada usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik; sedangkan pelatihan mengacu kepada usaha, proses, atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai keterampilan. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni konsistensi, konvergensi, dan kontinuitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan pendidikan harus serasi dan ajeg dalam mengembangkan potensi peserta didik. Konvergensi berarti pendidikan bertolak dari suatu landasan yang jelas. Kontinuitas berarti bahwa pendidikan harus ditempuh dan berkelanjutan Sudjana( 2004:29).

2.2 Manajemen Pendidikan dan Pelatihan

Sebagai suatu proses, istilah manajemen atau pengelolaan pendidikan dan

pelatihan berkaitan dengan trisula aktivitas, yakni (a) perencanaan, (b)

pelaksanaan, dan (c) evaluasi.

Menurut Notoatmodjo (2009: 18) Siklus pelatihan ini secara garis besar adalah

sebagai berikut:

a. Analisis Kebutuhan Pelatihan (Training Need Assesment)

Tujuan analisis kebutuhan pelatihan ini antara lain untuk mencari atau mengidentifikasi kemampuan – kemampuan yang diperlukan oleh karyawan dalam rangka menunjang kebutuhan organisasi.

b. Menetapkan Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan pada hakekatnya ialah perumusan kemampuan yang diharapkan dari pelatihan tersebut yaitu adanya perubahan kemampuan. c. Pengembangan Kurikulum

(31)

d. Persiapan Pelaksanaan Diklat

Sebelum pendidikan dan pelatihan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan yang pada umumnya mencakup kegiatan – kegiatan administrasi.

e. Pelaksanaan Diklat

Adalah hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Diklat, antara lain adanya penanggung jawab harian, adanya monitoring pelaksanaan pelatihan melalui evaluasi harian.

f. Evaluasi

Setelah berakhirnya pelatihan, seyogyanya dilakukan evaluasi yang mencakup: (1) Evaluasi terhadap proses kegiatan Diklat, dan (2) evaluasi terhadap hasil dari kegiatan diklat.

Pada dasarnya Mengelola Pelatihan (Managing Training) tidak ada bedanya

dengan Mengelola Proyek yang sudah kita kenal selama ini. Pada umumnya

Daur Manajemen Pendidikan dan Pelatihan dapat dibagankan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Prosedur Pengelolaan Pendidikan dan Pelatihan Sumber: Notoatmodjo (2009: 18)

ANALISIS

UMPAN

BALIK DAN

REVISI

DISAIN

EVALUASI

(32)

Menurut Notoatmodjo (2009: 20) Daur manajemen pendidikan dan pelatihan

tersebut merupakan “Pendekatan Pendidikan dan Pelatihan Sistematis”

(Sistematic Training Approach). Pendekatan ini berkaitan dengan prosedur

mengelola pendidikan dan pelatihan, yang diawali dari adanya permasalahan

yang dihadapi yang dapat mengganggu pencapaian tujuan yang diharapkan,

sampai dengan evaluasi dan tindak lanjut yang sesuai dengan upaya pemecahan

masalah melalui pendidikan dan pelatihan.

Prosedur pengelolaan pendidikan dan pelatihan secara hierarkis dapat diuraikan

sebagai berikut. Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan

Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas Langkah 3: Klasifikasi dan

Menentukan dan Peserta Pelatihan Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan

Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan Langkah 6:

Perencanaan Program Pelatihan Langkah 7: Penyusunan dan Pengembangan

Kerangka Acuan (TOR) Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah 9:

Evaluasi Program Pelatihan Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan Sebagai

langkah awal, mengelola program pelatihan.

Mengelola program pelatihan adalah penjajagan dan analisis kebutuhan

pelatihan, baik kebutuhan pelatihan yang bersifat kelembagaan, kesatuan unit

dalam lembaga atau kebutuhan pelatihan yang bersifat individual. Kebutuhan

pelatihan ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu kebutuhan yang ada saat

ini maupun kebutuhan pelatihan di masa yang akan datang, sebagai akibat

(33)

identifikasi sumber daya yang dimiliki sehingga memungkinkan permasalahan

tersebut dapat dipecahkan.

Mengingat adanya berbagai keterbatasan, baik keterbatasan dana maupun

keterbatasan lain, perlu pula ditempuh berbagai langkah untuk menetapkan

skala prioritas, dengan menguji “bagian atau unit manakah atau siapa saja dan

posisi apa saja” yang perlu diprioritaskan dengan jalan melakukan analisis

jabatan atau analisis posisi melalui analisis tugas, uraian tugas, dan analisis

spesifikasi tugas, kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap pengetahuan,

ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi “standar” yang diharapkan

dalam uraian tugas yang ada. Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya

menetapkan “siapa” atau “calon peserta” yang potensial untuk mengikuti

program pelatihan.

Dari rangkaian kegiatan tersebut, secara garis besar sudah dapat teridentifikasi

“isi” atau “materi” pelatihan yang diharapkan untuk dapat memenuhi

persyaratan berdasarkan dalam “uraian tugas” dan “tujuan lembaga”. Kemudian

langkah terperinci dan spesifik dapat disusun dalam tahapan-tahapan

perencanaan pelatihan.

Dalam mendasain kurikulum dan merencanakan program pelatihan, hendaknya

dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan berbagai pihak terkait, terutama

pihak manajemen untuk memperoleh komitmen lebih jauh guna “menciptakan

(34)

Keterlibatan dan komitmen semua pihak, terutama pihak manajemen, akan

menjadi kunci keberhasilan program pendidikan pelatihan. Pepatah mengatakan

bahwa “perencanaan yang baik berarti setengah pekerjaan telah terselesaikan”.

Pada umumnya, perencanaan pendidikan dan pelatihan lebih banyak

membutuhkan waktu daripada pelaksanaannya.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan program pendidikan dan

pelatihan, antara lain: (1) latar belakang kegiatan, (2) tujuan pelatihan; (3)

peserta pendidikan dan pelatihan; (4) biaya/sumber dana; (5) waktu dan tempat

pelatihan, (6) jadwal pelatihan (waktu, materi, dan pemateri); (7) susunan

panitia pelaksana; (8) tata tertib; dan (9) nara sumber.

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

penyelenggara pendidikan dan pelatihan yang menyangkut komunikasi,

fasilitator, peserta dan prasarana pendukung lainnya. Terakhir adalah evaluasi

pelatihan dan tindak lanjut. Banyak pelatihan yang dilakukan hanya

menyelenggarakannya saja, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Evaluasi

pendidikan dan pelatihan dan tindak lanjut sangat penting untuk mengetahui

berbagai kekurangan, kelemahan, dan kelebihan, baik penyelenggaraan

pelatihan maupun proses yang terjadi.

Stufflebeam & Shinkfield dalam Krisna (2007). Dalam melakukan penilaian

terdapat kegiatan menentukan nilai suatu program (judgement). Objek evaluasi

(35)

kemampuan, kreativitas, sikap, minat, dan keterampilan. Melalui evaluasi dan

tindak lanjut, pelatihan dapat diketahui manfaat dan dampaknya.

Belajar diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, yang diperoleh pembelajar melalui interaksi dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku dalam belajar memiliki enam karakteristik, yakni (1) terjadi secara sadar, (2) bersifat kontinu dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif, (4) besifat permanen, bukan sementara, (5) bertujuan atau terarah, dan (6) mencakup seluruh aspek tingkah laku. Surya M (2004: 24).

Dengan demikian, belajar merupakan proses psikologis yang mengubah tingkah

laku individu, yang berupa kemampuan aktual dan potensial, yang berlaku

dalam waktu yang relatif lama, dan diperoleh dengan usaha sadar Sudjana

(2007: 56).

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali

digunakan istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan mengacu

kepada komunikasi yang terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan

kegiatan belajar; pembinaan mengacu kepada usaha, tindakan, dan kegiatan

yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil

yang lebih baik; sedangkan pelatihan mengacu kepada usaha, proses, atau

kegiatan yang dilakukan untuk mencapai keterampilan. Keberhasilan

pembelajaran dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni konsistensi,

konvergensi, dan kontinuitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan pendidikan

(36)

berarti pendidikan bertolak dari suatu landasan yang jelas. Kontinuitas berarti

bahwa pendidikan harus ditempuh dan berkelanjutan Sudjana (2007: 65).

Sebelum suatu program pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh perusahaan

atau organisasi , perlu dilakukan suatu analisis yang jelas tentang pendidikan

dan pelatihan untuk kebutuhan perusahaan. Setelah melihat adanya kebutuhan

perusahaan perlu dibuat program yang sesuai dan benar-benar mencapai sasaran

kebutuhan perusahaan.

Organizational maintenance (pemeliharaan organisasi) bertujuan untuk

menjamin kestabilan/kelancaran di dalam tersedianya keterampilan pegawai

yang tidak memadai. Kurangnya pengetahuan pegawai apabila akan dialih

tugaskan akan menimbulkan adanya kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan.

dapat meningkatkan mutu/ keterampilan tenaga kerja.

Organizational culture (budaya organisasi), merefleksikan sistem nilai atau

filosofi organisasi. Dilakukan dengan melihat budaya kerja yang mendukung

tercapainya tujuan organisasi. Menurut Dessler (2006: 76) mengemukakan :

“Budaya organisasi dapat diartikan sebagai sikap dan persepsi yang dimiliki

pegawai pada umumnya dalam suatu perusahaan tempat mereka bekerja.”

Dengan perkataan lain, para pegawai menangkap isyarat tentang perusahaan mereka dan dari syarat-syarat ini mereka membentuk suatu gambaran yang padu tentang jenis organisasi tempat mereka bekerja.

(37)

program akan sesuai dengan tingkat pendidikan khusus mereka, pengalaman, dan keterampilan juga sikap dan motivasi pribadi mereka, c) Menggunakan penelitian untuk mengembangkan sasaran pengetahuan dan kinerja yang dapat diukur.

2.2.1 Langkah – Langkah Analisis Diklat

Analisis harus dilakukan dengan seksama agar hasilnya benar - benar

bermanfaat dalam penyelenggaraan Diklat.

Menurut Pusdiklat Pegawai Depdiknas (2003: 24) ada empat langkah dalam melakukan analisis kebutuhan diklat. Keempat langkah itu adalah: (1) melakukan analisis kesenjangan yaitu memeriksa kinerja aktual organisasi dan anggotanya dibandingkan dengan standar yang ada atau standar baru yang ditetapkan dalam rangka pertumbuhan dan pengembangan; (2) mengidentifikasi prioritas yaitu mengkaji prioritas dalam kaitannya dengan kadar pentingnya bagi tujuan, realitas, dan kendala organisasi ; (3) mengidentifikasi penyebab masalah kinerja dan atau peluang yaitu perlu untuk mengetahui kinerja yang seharusnya untuk dapat menerapkan solusi yang tepat; serta, (4) mengidentifikasi solusi dan atau peluang pertumbuhan yaitu menentukan pelatihan jika masalahnya adalah kemampuan, kegiatan pengembangan organissai jika masalahnya tidak terletak pada kemampuan. Analisis kebutuhan perlu dilakukan jika, ada masalah atau disefisiensi kinerja, peralatan atau prosedur baru, peluang pengembangan atau permintaan perubahan dalam pelatihan yang sekarang, atau perlunya pelatihan baru karena adanya kebijakan baru, atau untuk mengantisipasi adanya perubahan di masa depan.

Analisis kebutuhan Diklat diperlukan untuk menentukan langkah pelaksanaan

Diklat supaya Diklat berjalan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam

penyelenggaraan Diklat.

(38)

kesenjangan antara kinerja yang terjadi dan yang diharapkan serta faktor - faktor yang menghambat terwujudnya kinerja yang diinginkan; (2) Analisis fungsi adalah apabila yang dianalisis adalah suatu posisi yang melaksanakan sejumlah besar tugas; (3) Analisis pekerjaan adalah proses untuk menyusun daftar semua tugas bagi pekerjaan atau posisi tertentu; (4) Analisis tugas adalah upaya menganalisis pekerjaan dan menguraikan semua tugas yang tercakup dalam pelaksanaannya.

2.2.2 Desain Pendidikan dan Pelatihan

Tujuan tahap desain pelatihan adalah dihasilkannya rencana pengembangan

pelatihan yang menjadi pedoman pengadaan materi strategi pelatihan. Tahap ini

adalah tahapan untuk melakukan pengembangkan program pelatihan secara

sitematis. Apabila tahapan analisis kebutuhan dilakukan dengan cermat maka

akan menghasilkan model program pelatihan. Meliputi kegiatan – kegiatan

seperti di bawah ini:

Teknik untuk menentukan isi, urutan, media, dan metode pelatihan dapat

bervariasi, dari yang sangat formal sampai yang kurang formal. Penggunaan

kombinasi teknik tradisional, table-top, verifikasi, anailsis dokumen, dan

identifikasi pola biasanya akan paling efisien.

(39)

Evaluasi, penilaian dan pertimbangan atas kualitas bukti untuk menyimpulkan apakah peserta mencapai tujuan pembelajaran atau tidak.

2.2.3 Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

Dalam tahap ini semua program pelatihan, dokumen, dan bahan evaluasi

direvisi, ditulis, atau diproduksi ulang. Pada saat mengadakan manual

pelatihan, bahan dan alat bantu pelatihan, perlu dilakukan evaluasi untuk

menentukan efektivitas, efisiensi biaya, dan kelayakterapanya terhadap

kebutuhan pelatihan.

Pengembangan dapat berarti menggunakan bahan atau merevisi bahan lain

yang sudah ada, atau membuat bahan baru. Bahan dari organisasi atau fasilitas

lain yang memiliki tugas dan fungsi serupa seringkali dapat membuat tugas

pengembangan relatif mudah dan lebih efisien. Kadar formalitas dan kerumitan

bahan pelatihan dipengaruhi oleh kadar kerumitan dan resiko pekerjaan atau

tugas.

Unsur - unsur pengembangan Diklat adalah sebagai berikut:

a. Bahan pelatihan dikembangkan atau dimodifikasikan dengan menggunakan

tujuan pembelajaran yang disusun dari analisis informasi yang

mencerminkan persyaratan kinerja.

b. Persyaratan review dan persetujuan ditetapkan dan dilaksanakan sebelum

(40)

c. Bahan pelatihan dikembangkan dengan pedoman dan struktur yang

menjamin adanya konsistensi presentasi dan evaluasi

d. Pengembangan bahan pelatihan dilakukan dengan memperhatikan prinsip -

prinsip pembelajaran yang lazim ditetapkan bagi orang dewasa.

Produk tahap pengembangan setidaknya mencakup yang berikut: (1) Manual

administrative pelatihan (mikro); (2) Pedoman dan bahan evaluasi, (3) Alat

bantu pembelajaran, (4) Bahan bagi peserta; (5) Bahan pelatihan dalam

pekerjaan; (6) Jadwal pelatihan; (7) Soal ujian; (8) Bahan evaluasi program;

dan (9) Sistem dokumentasi pelatihan.

2.2.4 Pelaksanaan Diklat

Selama pelaksanaan, proses pembelajaran dikelola dengan baik dan kadar

prestasi peserta dalam mencapai tujuan pelatihan/pembelajaran dinilai. Hasil

akhir pelaksanaan pelatihan adalah sejumlah peserta yang terlatih. Peserta yang

memenuhi persyaratan selama proses pelatihan telah memiliki seperangkat

kompetensi yang akan ditetapkan di tempat kerja mereka. Mereka telah siap

(41)

Unsur - unsur pelaksanaan mencakup hal berikut:

a. Pelatihan dilaksanakan sesuai dengan bahan dan prosedur pelatihan yang

disetujui.

b. Kegiatan pelatihan mendorong partisipasi peserta secara langsung dalam

proses pembelajaran.

c. Instruktur menggunakan metode fasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan

isi dan tujuan pelatihan.

d. Penguasaan peserta atas tujuan pelatihan dievaluasi dengan menggunakan

sarana yang sesuai. Sarana itu dapat berupa ujian, baik berbentuk tertulis

atau lisan, ujian performa, kuis, permaianan peran, studi kasus, dan atau

latihan kelompok.

Produk pelaksanaan diklat dapat mencakup hal berikut:

a. Jadwal Pelatihan

b. Dokumen peserta

c. Catatan evaluasi dalam pelatihan: program, penyelenggaraan, instruktur,

dan peserta (hasil belajar).

d. Daftar peserta yang terlatih

2.2.5 Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan

Kegiatan pelatihan pada dasarnya untuk menyiapkan sumber daya yang

kompeten supaya dapat bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan standar

(42)

berkala untuk menentukan efektivitasnya. Perubahan yang terjadi sebagai hasil

dari proses evaluasi itu harus terdokumentasi dengan baik.

Agar program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan efektif maka

program tersebut harus merupakan suatu solusi yang tepat bagi permasalahan

perusahaan, yaitu bahwa pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk

memperbaiki kekurangan. Peningkatkan usaha belajar, para pegawai harus

menyadari perlunya memperoleh informasi yang baru atau memperoleh

ketrampilan baru dan berkeinginan untuk belajar hendaknya tetap dapat

dipertahankan.

Dessler (2006: 85) mengemukakan mengenai evaluasi sebagai berikut: Terdapat dua masalah dasar yang harus dikemukakan bila mengevaluasi sebuah program pendidikan dan pelatihan. Pertama adalah rancangan dari telaah evaluasi dan terutama apakah eksperimentasi terkendali yang akan digunakan. Kedua adalah efek latihan yang dapat diukur. Eksperimen terkendali adalah metode terbaik untuk digunakan dalam mengevaluasi sebuah program pelatihan untuk menguji efektivitas sebuah program pelatihan, yang lebih disukai adalah dengan tes sebelum dan sesudahnya.

2.2.5.1 Metode Evaluasi Diklat

Ada sejumlah kegiatan evaluasi yang menyediakan informasi tentang

efektivitas program pelatihan. Kegiatan yang umum digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Evaluasi dalam pelatihan

b. Evaluasi fasilitasi pelatihan

(43)

d. Tindakan perubahan

e. Evaluasi komprehensif program pelatihan.

2.2.5.2 Produk Evaluasi

Menurut Produk yang umumnya dihasilkan dari evaluasi pelatihan adalah

sebagai berikut:

a. Dokumen hasil evaluasi

b. Dokumen tindakan perbaikan

c. Data analisis yang dimuktahirkan

d. Bahan pelatihan yang akurat dan mutakhir.

Sumber Pusdiklat Pegawai Depdiknas (2003: 45)

2.3 Strategi Pendidikan dan Pelatihan

Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program

pendidikan dan pelatihan adalah ketepatan penggunaan strategi atau teknik

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Akan tetapi, pemilihan strategi bukan

pekerjaan yang mudah karena tidak ada strategi yang tepat untuk berbagai situasi.

Penggunaan strategi pendidikan dan pelatihan bergantung waktu, tempat, bahan,

dan peserta pendidikan dan pelatihan.

(44)

proaktif menunjukkan pelatih lebih berinisiatif, dan hubungan reaktif menunjukkan peserta lebih responsif.

2.4 Pendidikan Kepramukaan

Kepramukaan merupakan organisasi pendidikan non formal yang keanggotannya bersifat sukarela, yang dilakukan di luar lingkungan rumah.

Menurut Nugraha (2009: 116) Pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan yang praktis, di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik,menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah dengan menerapkan Prinsip Dasar kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak kepribadian dan akhlak mulia.

Gerakan Pramuka mendidik kaum muda Indonesia dengan Prinsip Dasar

Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan

dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat

Indonesia agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik, dan anggota

masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.

2.5. Prinsip Dasar Kepramukaan

Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup anggota gerakan Pramuka.

Prinsip dasar kepramukaan menjadi dasar filosofipelaksanaan kode kehormatan

Pramuka dalam kehidupan sehari – hari seorang Pramuka, sebagai mahluk Tuhan

(45)

Menurut Nugraha (2009: 132) Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup sebagai anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kepada setiap peserta didik melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi dengan bantuan para Pembina, sehingga pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi.

Prinsip Dasar Kepramukaan meliputi:

a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya.

c. Peduli terhadap diri pribadi.

d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.

Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup sebagai anggota Gerakan

Pramuka, ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kepada setiap peserta didik

melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi dengan bantuan para

Pembina, sehingga pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan

inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta

keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

Pada hakekatnya anggota Gerakan Pramuka wajib menerima Prisip Dasar

Kepramukaan, dalam arti:

a. Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi laranganNya serta

beribadah sesuai tata cara dari agama yang dipeluknya.

b. Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial,

memperkokoh persatuan, serta menerima kebinekaan dalam Negara Kesatuan

(46)

c. Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang

dan memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidup dan karenanya setiap

anggota Gerakan Pramuka wajib peduli terhadap lingkungan hidup dengan

cara menjaga, memelihara dan menciptakan kondisi yang lebih baik.

d. Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama

berdasarkan prinsip peri-kemanusiaan yang adil dan beradab dengan makhluk

lain ciptaan Tuhan, khususnya dengan sesama manusia.

e. Memahami prinsip diri pribadi untuk dikembangkan dengan cerdas guna

kepentingan masa depan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.6 Metode Kepramukaan

Metode Kepramukaan merupakan suatu sistem, yang tiap unsurnya mempunyai fungsi pendidikan yang spesifik dan saling memperkuat serta menunjang

tercapainya tujuan pendidikan Gerakan Pramuka.

Menurut Nugraha (2009: 126) Adalah suatu cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik bagi individu maupun sebagai anggota masyarakat maka dibutuhkan suatu Metoda /ketentuan khusus yang kita sebut Metoda Kepramukaan.

Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip

Dasar Kepramukaan yang keterkaitanya keduanya terletak pada pelaksanaan

(47)

(Metode Kepramukaan ) harus dilaksanakan secara terpadu, keduanya harus

berjalan seimbang dan saling melengkapi. Setiap unsur pada Metode

Kepramukaan merupakan subsistem tersendiri yang memiliki fungsi pendidikan

spesifik, yang secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan

menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan.

Metode kepramukaan merupakan salah satu cara belajar interaktif progresif

melalui:

a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka.

b. Belajar sambil melakukan.

c. Sistem beregu.

d. Kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang

sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda.

e. Kegiatan di alam terbuka.

f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan.

g. Sistem tanda kecakapan.

h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri.

i. Kiasan dasar.

Pasal 21 Undang - Undang Gerakan Pramuka Tahun 2010

Ayat 1 Pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan, merupakan bagian integral

(48)

pendidikan dan pelatihan anggota gerakan pramuka, melakukan evaluasi

kurikulum pendidikan kepramukaan, sertifikasi kompetensi tenaga pendidik.

Ayat 2 Pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan berada di tingkat cabang,

daerah, dan nasional.

2.7 Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut Nurhalis (2007) Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja

Pegawai Badan Diklat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, hasil analisis

deskriptif jawaban responden menunjukan manfaat pendidikan dan pelatihan

yang telah diikuti sangat bermanfaat bagi pegawai, hendaknya pendidikan dan

pelatihan yang bersifat teknis lebih sering lagi dilakukan untuk meningkatkan

kinerja pegawai Badan Diklat Provinsi Nanngroe Aceh Darussalam.

Menurut Eko Agus Alfianto, Bambang Swasto, H. Achmad Sudiro, (2004)

Pengaruh Kompensasi dan Pelatihan Terhadap Motivasi Kemampuan dan

Kinerja Studi pada Karyawan Bagian Pemimpin Perjalanan Kereta Api PT

Kereta Api (Persero) Daerah Operasi VIII Surabaya, hasil analisis deskriptif

jawaban responden menunjukan adanya pengaruh pelatihan karyawan terhadap

kinerja karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adanya pelatihan

akan meningkatkan kemampuan karyawan. Semakin karyawan dilatih, maka

(49)

2.8 Kerangka Pikir

Fokus pada penelitian ini adalah pada manajemen Pendidikan dan Latihan

Gerakan Pramuka di Pusat Pendidikan Dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa.

Implementasi Manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan

Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Kabupaten Lampung Selatan, dilihat dari

sisi manajemen diklat untuk mencapai tujuan penyelenggaraan Diklat di Pusat

Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Kabupaten

Lampung Selatan adalah mendidik dan melatih anggota dewasa dan anggota

Muda dengan metode Kepramukaan merupakan input dari kegiatan Pendidikan

dan Pelatihan melalui. Sementara proses kegiatan manajemen Pendidikan dan

Pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklatcab Raja Basa berupa rangkaian

kegiatan Diklat yang terdiri dari kegiatan menganalisis kebutuhan Diklat,

Mendisain kegiatan Diklat, mengembangkan kegiatan Diklat, pelaksanaan

kegiatan Diklat dan diakhiri dengan kegiatan mengevaluasi kegiatan Diklat.

Pembina Pramuka, Majelis Pembimbing (anggota Dewasa) dan Peserta Didik

yang terdiri dari Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega ( Anggota Muda) yang

akan diproses untuk mencapai tujuan Diklat yaitu anggota dewasa dan anggota

muda yang mampu menerapkan kode etik Pramuka dan Prinsip Dasar

Kepramukaan dilingkungan pengabdiannya. Undang Undang Gerakan Pramuka

Tahun 2010 pasal 21 merupakan payung hukum pelaksanaan Diklat yang

(50)

Raja Basa. Stake Holder yang terdiri dari Ketua Kwartir Cabang Gerakan

Pramuka Lampung Selatan, Ketua Majelis Pembimbing Cabang, Ranting dan

Gugus Depan di Wilayah Kwarcab Lampung Selatan, Masyarakat luas, Kepala

Dinas Pendidikan, dan Kepala Dinas Pemuda Dan Olah Raga Kabupaten

Lampung Selatan mendukung pelaksanaan kegiatan Diklat yang dilaksanakan di

Pusdiklatcab Raja Basa. Dukungan Stakeholder dalam pelaksanaan Diklat berupa

dukungan moril dan materiil.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Berbagai hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian

3.1.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teori

fenomenologi, karena ingin mengetahui gambaran yang lengkap tentang manajemen

dan latihan Gerakan Pramuka di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka

Cabang Raja Basa.

Pendekatan penelitian kualitatif dipilih karena dalam pendekatan kualitatif diperlukan

pengamatan yang mendalam dengan latar belakang yang alami (natural setting).

Sebagaimana diungkapkan Sugiyono (2010:15) bahwa metode penelitian kualitatif

sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitian dilakukan pada kondisi

yang alami (natural setting).Penelitian kualitatif memandang realitas sosial sebagai

sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala

(52)

Data yang diungkap dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-kalimat,

paragraf-paragraf, dokumen-dokumen dan bukan berupa angka-angka. Obyek penelitian tidak

diperlakukan khusus atau dimanipulasi sehingga data yang diperoleh tetap berada

pada kondisi alami sebagai salah satu karakteristik penelitian kualitatif.

Moleong (2005:15) lebih luas mengungkapkan tentang penelitian kualitatif

fenomenologis dengan rancangan studi kasus menekankan bahwa penelitian kualitatif

berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan dan sesuai dengan konteks (holistik

kontekstual) serta peneliti berusaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitannya

terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu.

Prosedur yang bersifat deskriptif dan induktif akan digunakan dalam rangka

mendeskripsikan fenomena secara alami dengan menghadirkan peneliti sebagai

instrumen utama pengumpul data dan merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif.

Jika dikaitkan dengan tujuan penelitian kualitatif kini ingin mencari sekaligus

mengungkap makna di balik suatu peristiwa dengan memberikan dasar-dasar

pengertian atau pemahaman berdasar alasan-alasan berfikir yang dapat diterima oleh

akal sehat.

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai pendekatan penelitian, maka dalam rangka

memberikan gambaran yang lengkap tentang Manajemen Pendidikan dan Latihan di

Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa Kwartir Cabang

Lampung Selatan, peneliti akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

(53)

3.1.2 Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian itu untuk memberikan gambaran tentang

pengembangan sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan ditinjau dari awal

perekrutan sumberdaya pendidik maupun tenaga kependidikan sampai pada tahap

pengembangannya. Atas dasar tujuan penelitian yang telah diungkap, maka peneliti

akan memilih jenis rancangan yang sesuai yaitu menggunakan rancangan studi kasus.

Rancangan studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi kasus

tunggal (single-case studies), yang dilihat dari studi cross sectional yakni berupaya

mempersingkat waktu observasinya dengan cara mengobservasi pada beberapa tahap

atau tingkatan perkembangan tertentu, dengan harapan dari beberapa tahap atau

tingkatan akan diperoleh dan dibuat suatu kesimpulan.

Pemilihan rancangan penelitian menggunakan studi kasus memiliki tujuan untuk

memperoleh jawaban atas pertanyaan how dan why dalam mengetahui Manajemen

Pendidikan dan Latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang

Raja Basa Kwartir Cabang Lampung. Selaras dengan pendapat Yin (2011:1) bahwa

studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang merupakan

strategi yang cocok jika pertanyaan suatu penelitian adalah bagaimana (how) dan

mengapa (why), dan bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol

peristiwa-peristiwa yang akan diteliti, serta bila penelitiannya hanya berfokus pada

(54)

Selain hal yang dikemukakan di atas, pemilihan rancangan penelitian studi kasus juga

memiliki tujuan agar dapat menyajikan berbagai data dan temuan yang sangat

berguna sebagai dasar dalam menentukan latar permasalahan yang akan dijadikan

bahan perencanaan, pengelolaan dan penyelenggaraan program secara mendalam,

serta dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Moleong (2005:27) menekankan

bahwa penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan. Penelitian

kualitatif mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode

kualitatif, analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha

menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif dan lebih mementingkan proses

daripada hasil.

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah kerja Kwartir Cabang Gerakan

Pramuka Lampung Selatan.

3.3 Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti menjadi tolak ukur keberhasilan terhadap beberapa kasus.

Peneliti bertindak sebagai instrumen terutama dalam pengumpulan data. Pada

penelitian ini peneliti hadir langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan

data baik berupa data wawancara dan observasi langsung terhadap objek yang

(55)

Pertama peneliti mengadakan observasi awal dengan melakukan wawancara

terhadap Kapusdiklatcab Raja Basa Kak Sri Wiyatmi, S.Pd di kantor Kwarcab

Gerakan Pramuka Lampung Selatan pada tanggal 2 Juli 2013 untuk meminta

keterangan berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan Diklat di Pusdiklatcab

Raja Basa.

Dari hasil observasi awal peneliti menyusun proposal penelitian dan mengadakan

konsultasi dengan pembimbing 1 dan pembimbing 2 secara intensif mulai bulan

Agustus 2013, dan tanggal 18 Oktober 2013 peneliti mengadakan seminar

proposal.

Wawancara mendalam dengan para nara sumber peneliti lakukan mulai tanggal

17 Maret sampai tanggal 21 Maret 2014. Observasi lapangan peneliti lakukan

pada kegiatan Kursus Mahir Dasar Pembina Pramuka yang diselenggarakan oleh

Yayasan Michael De Roslem PT Astra TDR di SMP N 1 Tanjung Sari pada

tanggal 1 April sampai 4 April 2014.

Di samping itu peneliti juga melakukan penelitian ke salah satu Gugus Depan

dengan mengadakan observasi kegiatan latihan Pramuka di SD N 5 Sidorejo pada

tanggal 19 Maret 2014 sekaligus mengadakan wawancara mendalam dengan para

pembina Pramuka di Gugus Depan SD N 5 Sidorejo, output peserta Diklat untuk

mengumpulkan data data pendukung berkaitan dengan pelaksanaan Diklat di

(56)

Setelah data terkumpul penulis mulai menyusun laporan hasil penelitian dan terus

berkonsultasi dengan pembimbing 1 dan pembimbing 2, setelah disetujui untuk

seminar hasil, peneliti melakukan seminar hasil pada tanggal 2 Oktober 2014. Hal

tersebut di atas sesuai apa yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:307) bahwa

instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, akan tetapi

ketika fokus penelitian menjadi lebih jelas, maka akan dikembangkan instrumen

penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan

dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, melakukan pengumpulan data, analisis

dan membuat kesimpulan. Linchon and Guba dalam Sugiyono (2010:110)

menyatakan bahwa :

“The instrument of choice in naturalistic inqury is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instruments has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human intruments has product”.

Instrumen dari pilihan yang natural adalah manusia. Kita harus melihat bahwa

bentuk lain dari instrumen mungkin dipergunakan di tahap yang berikutnya dari

suatu pemeriksaan, tetapi manusia adalah arus utama awal dan lanjutan. Tetapi

kalau instrumen manusia telah dipergunakan secara ekstensif di langkah lebih

awal dari pemeriksaan, maka satu instrumen dapat dihaluskan pada data

(57)

Kehadiran peneliti di lapangan dapat bekerja sama dengan subyek penelitian.

Peneliti mampu berinteraksi dengan subyek secara wajar di lapangan,

menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Hubungan baik antara

peneliti dengan subyek sebelum dan selama di lapangan merupakan kunci utama

keberhasilan dalam pengumpulan data.

Suharsimi Arikunto dalam Sugiono (2010:112), menyatakan bahwa keuntungan

peneliti sebagai instrumen adalah sebagai berikut :

1 Peneliti memiliki daya responsive yang tinggi, mampu merespon sambil memberikan interpretasi terus menerus pada gejala yang dihadapi.

2 Memiliki sifat adaptable, yaitu mampu menyesuaikan diri mengubah taktik atau strategi mengikuti kondisi lapangan yang ada.

3 Memiliki kemampuan untuk memandang objek penelitiannya secara holistik, mengaitkan gejala dengan konteks saat itu, mengaitkan dengan masa lalu dan dengan gejala kondisi yang relevan.

4 Sanggup terus menerus menambah pengetahuan untuk bekal dalam melakukan interpretasi terhadap gejala.

5 Memiliki kemampuan melakukan klarifikasi agar dengan cepat memiliki kemampuan menarik kesimpulan mengarah pada perolehan hasil.

Pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti memperhatikan beberapa hal seperti :

(1) peneliti berusaha untuk berperilaku luwes, sederhana dan ramah serta

senantiasa berusaha tampil sebaik-baiknya dengan memperhatikan sikap dan

perilaku, serta tidak menonjolkan diri, (2) peneliti menghormati etika pergaulan

yang sudah terbangun, mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku serta

berusaha menyesuaikan diri dengan kebiasaan subyek penelitian, (3) peneliti

berusaha meleburkan diri ke dalam situasi subyek dengan bergaul sewajar

mungkin agar informan dapat terbuka dalam memberikan informasi maupun

Gambar

Gambar 2.1 Prosedur Pengelolaan Pendidikan dan Pelatihan Sumber: Notoatmodjo (2009: 18)
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Pusat          Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa          Kwartir Cabang Kabupaten Lampung Selatan
gambar berikut :

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam mengukur komponen-komponen fanatisme terhadap klub sepak bola Eropa, digunakan skala yang disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan beberapa aspek

Penguatan kelembagaan dimaksudkan agar kelompok sasaran memiliki kemampuan dalam hal: (1) mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) menaati keputusan yang

Manajer Marketing membuat usulan anggaran penjualan berdasarkan realisasi anggaran tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan kebutuhan di tahun mendatang ditambah

Bekantan (Nasalis larvatus) adalah maskot fauna Provinsi Kalimantan Selatan.Sebaran dan kondisinya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah belum didata.Penelitian bertujuan

Apabila kartu yang dibaca dan password yang dimasukkan tidak terdaftar maka relay 1 dan relay 2 akan terbuka, sehingga sistem pengapian sepeda motor tidak terhubung dan tidak dapat

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa modul praktikum kimia bahan alam tentang isolasi senyawa dari minyak kayu manis yang dikembangkan dengan model