ii
PRAMUKA CABANG RAJABASA
(Studi Kasus di Kwartir Cabang Lampung Selatan)Oleh Karsiti
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang: (1) Implementasi manajemen diklat, (2) Ketercapaian penyelenggaraan diklat, dan (3) Dukungan stakeholders dalam pelaksanaan diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sumber data terdiri dari Staff Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan, Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka cabang Raja basa, Pelatih pembina, peserta diklat, masyarakat, dan Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Lampung Selatan.
Hasil Penelitian: (1) Implementasi kegiatan manajemen diklat di Pusat Pendidikan dan latihan Gerakan Pramuka Rajabasa Kwartir Cabang Lampung Selatan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan diklat. Kemudian dilakukan kegiatan mendisain kegiatan diklat yang sesuai dengan diklat yang dilaksanakan. Disain kegiatan diklat Pusdiklatcab Raja Basa juga dikembangkan materi diklat yang sudah ada sesuai dengan perkembangan di lapangan. Pelaksanaan kegiatan diklat di Pusdiklatcab Rajabasa berdasarkan hasil rapat kerja dan program kerja yang sudah ditentukan oleh Pusdikaltcab Rajabasa, (2) Tujuan yang dicapai dalam penyelenggaraan diklat di Pusdiklatcab Rajabasa adalah untuk menghasilkan peserta Diklat yang mampu menerapkan kode etik dan kode kehormatan serta prinsip dasar Kepramukaan di lingkungan pengabdiannya, (3) Dukungan Stakeholders dalam pelaksanaan diklat di Pusdiklatcab Rajabasa Kwarcab Lampung Selatan mendapatkan dukungan baik moril maupun materiil dari seluruh komponen stake holders.
iii
(CASE STUDY AT KWARTIR CABANG OF THE SCOUT SOUTH LAMPUNG
By
KARSITI
The aims of research are to find out and to describe (1) implementation of education and training management, (2) achievement of helding education and training at, (3)Supporting by stakeholders in implementation of education and training at Rajabasa kwartir’s scout training and education center in south Lampung.
This research used qualitative approach by case study design. To collecting the data, it used dialogue, documentation and observation. Subject of research
consists of staf at kwartir’s scout training in South Lampung, leader of kwartir’s
scout training Rajabasa, trainer, participants of education and training, society, and the head of Youth and Sport Department.
The result of research are: (1) implementation of management activity education and training at Rajabasa kwartir’s scout training and education center in South Lampung is started from analyzing of education and training activity needs through evaluation assesment, it analyze last activity until present activity. Then had done activity to design education and training activity which is suitable for the implementation. Activity design result at Rajabasa kwartir’s scout training and education center also develop valid material which is suitable for development. Implementation of education and training activity at Rajabasa training and education center belong to dicuss result and program in Rajabasa training and education center. Purpose of education and training implementation at Rajabasa training and education center is to produce education and training participants which are able to apply ethic code, regardness code and scout basic principally in environmental, (3) supporting from Stakeholders in implementing of education and training at Rajbasa training and education in south Lampung get good support, by moril and material from all of stakeholdres component.
v
Penulis dilahirkan di Sidomulyo pada tanggal 7 Oktober 1972 dari pasangan
suami istri Sukarta dan Karsem. Pada tahun 1985 penulis menyelesai- kan
pendidikan di SDN 2 Sidorejo. Tahun 1988 penulis menyelesaikan pendidikan di
SMP N 1 Sidomulyo dan pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan di
SMA Wijaya Bandar Lampung. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan
pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta dan tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program
Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Lampung.
Pengalaman kerja yang pernah dilalui oleh penulis antara lain: Tahun 1999
sampai dengan sekarang penulis menjadi staf pengajar di SMP Dharma Bhina
x III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 3.1.1 Desain Penelitian ... 3.7 Pengecekan Keabsahan Data ... 3.8 Tahapan Penelitian ...
IV PAPARAN DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
xii 4.4.1 Implementasi Manajemen Diklat di Pusat Pendidikan
xiii
V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 5.2 Implikasi ... 5.3 Saran ...
127 128 129
vii
SANWACANA
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah S. W. T atas rahmat dan karunia
dan sholawat salam dilimpahkan bagi Rasulullah Muhammad S.A.W dengan
cahaya ketauladan telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis dengan judul Manajemen Pendidikan Dan Latihan Gerakan Pramuka
Cabang Rajabasa (Studi Kasus di Kwartir Cabang Lampung Selatan) ini ditulis
sebagai sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Magister
Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung.
Penyelesaian tesis ini disempurnakan dengan masukan-masukan dari para dosen,
rekan sejawat, dan pihak taris Program studi Malainnya, maka dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. Rektor Universitas Lampung atas
bimbingan dan pengarahannya
2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. Direktur Pascasarjana Universitas Lampung atas
bimbingan dan pengarahannya
3. Dr. Bujang Rahman, M.Si Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung atas segala saran, masukan dan motivasinya.
4. Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku ketua program Studi Magister Manajemen
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Lampung juga sebagai dosen pembimbing kedua penulis dalam pembuatan
tesis ini.
5. Dr. Sumadi, M.S selaku dosen pembimbing pertama dalam penulisan tesis
ini.
6. Bapak/Ibu dosen lainnya sebagai staf pengajar pada program Studi
Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama ini
kepada penulis sehingga dengan penambahan wawasan dan ilmu
viii
8. Kepala Pusdiklatcab Raja Basa dan pengurus Pusdiklatcab Raja Basa serta
staff Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung atas
kesediannya menjadi informan dalam penelitian ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2012 mahasiswa Program Studi
Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung yang selalu memberikan motivasi kepada penulis
sehingga dapat diselesaikannya tesis ini.
10.Sahabatku Sukma Elyna, S.E, M.Pd yang sudah memberikan motivasi
kepada penulis sehingga dapat diselesaikannya tesis ini.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas sumbang dan sarannya.
Tesis ini masih sangat jauh dari sempurna maka diperlukan kritik dan
saran membangun dalam penyempurnaan tesis ini dari semua pihak.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pendidikan,
khususnya manajemen pendidikan. Akhirnya atas segala perhatian, penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
Karsiti
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan hal yang amat penting untuk peningkatan kualitas generasi
muda. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan
keluarga. Oleh karena itu pendidikan di Indonesia memiliki tiga jalur yaitu
pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang
jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan
tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Gerakan Pramuka
berfungsi sebagai organisasi pendidikan nonformal di luar sistem pendidikan
sekolah (formal) dan di luar sistem pendidikan keluarga (informal) dalam
pelaksanaannya saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah
jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Semenjak dicanangkan revitalisasi Gerakan Pramuka oleh Presiden Susilo
Bambang Yudoyono pada tahun 2006, Gerakan Pramuka semakin diperhatikan
oleh masyarakat, serta lembaga - lembaga baik swasta maupun pemerintahan.
Gerakan Pramuka dipandang mampu memperkuat karakter bangsa, saat ini
masyarakat sudah risau dengan lunturnya nilai - nilai karakter bangsa yang ada
pada masyarakat Indonesia.
Terbukti telah lahirnya beberapa Saka diantaranya Saka Wira Kartika yang
terbentuk tahun 2007 yang pembentukannya berdasarkan Peraturan Bersama
Kepala Staf Angkatan Darat dengan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Nomor 182/X/2007 dan 199/X/2007 tanggal 28 Oktober 2007 tentang kerjasama
dalam usaha pembinaan dan pengembangan pendidikan bela negara dan
kepramukaan. Petunjuk Penyelenggaraan Saka Wira Kartika ada pada Keputusan
Kwarnas Nomor. 205 Tahun 2009.
Pemantapan Gerakan Pramuka dalam memperkuat karakter bangsa dapat
dilakukan melalui empat konsensus bangsa Indonesia, yakni Pancasila, UUD
1945, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), dan Bhinneka Tunggal Ika
mampu mempertahankan cita-cita generasi muda untuk menjadi generasi, yang
Peran serta Gerakan Pramuka di Tanah Air dalam pemantapan karakter bangsa
terus berkembang. Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Azrul Azwar sebelumnya
menyampaikan mengenai keberhasilan gerakan Pramuka selama kurun waktu
tujuh tahun terakhir dari tahun 2006 sampai tahun 2013. Keberhasilan ini dibagi
menjadi tiga tahapan. Pertama, pencanangan program Revitalisasi Pramuka oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2006. Kedua, terbitnya
Undang-Undang No.12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Guna mewujudkan hal tersebut di atas diperlukan pembina Pramuka yang handal
dan tangguh. Sebab untuk mewujudkan peserta didik yang tangguh dan
berkarakter serta berkepribadian luhur juga diperlukan pembina yang tangguh.
Hal ini menjadikan pekerjaan atau tantangan bagi gerakan Pramuka untuk
menciptakan generasi atau peserta didik yang tangguh dan berkarakter melalui
tangan pembina yang handal dan tangguh.
Pusat Pendidikan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Lampung Selatan yang lebih
di kenal dengan Pusdiklatcab Raja Basa, sesuai dengan Undang - Undang
Gerakan Pramuka Nomor 12 Tahun 2010, bertanggung jawab dan melaksanakan
tugas penyelenggaraan Diklat di tingkat Kwartir Cabang Lampung Selatan. Tugas
- tugas itu bagian yang tidak terpisahkan apa yang ada dalam revitalisasi gerakan
Pramuka yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan bahwa pelaksanaan diklat di
Pusdiklatcab Raja Basa diawali dengan kegiatan rapat merencanakan program
kegiatan selama setahun dalam bentuk Rencana Kerja (Renja), yang disesuaikan
dengan kebutuhan pada saat itu, kemudian menyusun jadwal pelaksanaan
kegiatan diklat, dan melaksanakan apa yang tertulis dalam jadwal kegiatan.
Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan dan diakhir masa
periode rencana kerja.
Evaluasi kegiatan di akhir masa periode rencana kerja dilakukan sebagai bahan
pertimbangan untuk membuat rencana kerja tahun berikutnya. Sedangkan
Evaluasi Kegiatan yang dilakukan setiap kegiatan diklat dilakukan setiap hari
untuk bahan pertimbangan melakukan penyempurnaan kegiatan hari berikutnya.
Anggota Pusdiklatcab Raja Basa terdiri para pelatih yang telah melakukan jenjang
pendidikan dari Kursus Mahir Dasar (KMD), Kursus Mahir Lanjutan (KML) dan
kemudian dikukuhkan menjadi Pembina Mahir melalui kegiatan pengembangan
nara karya satu dan narakarya dua, dan sudah melaksanakan minimal Kursus
Pelatih Dasar (KPD) dan sebagian sudah melaksanakan Kursus Pelatih Lanjutan
(KPL). Mereka tergabung dalam korps pelatih Pusdiklatcab Raja Basa yang
bertugas mengisi materi Diklat dalam pelaksanaan Diklat yang diselenggarakan
oleh Pusdiklatcab Raja Basa.
Penyelenggaraan Diklat yang ada di Kwartir Cabang Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa. Penyelenggaraan Diklat di Pusat
Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa bertujuan untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia baik dari anggota Dewasa yang
terdiri dari Majelis Pembimbing (Mabi) baik Gugus Depan maupun Kwartir
Ranting dan Pembina Pramuka yang berada di pangkalan Gugus Depan , Pamong
Saka, maupun Anggota Muda gerakan Pramuka yang terdiri dari anggota Siaga
(S) berusia antara tujuh sampai sepuluh tahun, Penggalang (G) berusia antara
sebelas sampai dengan limabelas tahun, Penegak (T) berusia antara enambelas
dan duapuluh tahun dan Pandega (D) berusia antara duapuluh satu sampai dengan
duapuluh lima tahun. Dari Hasil kegiatan diklat yang diselenggarakan oleh Pusat
Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa bisa terlihat baik secara
kwantitas dan kwalitas yang dirasakan oleh Kwartir Ranting yang ada di Kwartir
Cabang Lampung Selatan.
Dengan motto ”satyaku kudarmakan darmaku kubaktikan”, dan berpedoman
kepada prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, Pusdiklatcab Raja
Basa, bekerja untuk menciptakan generasi - generasi yang handal yang
berkarakter dan berakhlak mulia. Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung
Selatan, setiap tahun mendapatkan predikat Kwartir Cabang Tergiat wilayah
Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung dari Ketua Kwartir Daerah Gerakan
Pramuka Lampung. Kegiatan pemberian anugrah Kwartir Cabang tergiat di
Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung berdasarkan frekwensi kegiatan baik
diselenggarakan oleh masing - masing Kwartir Cabang Gerakan Pramuka di
Wilayah Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung, ini merupakan salah satu
indikator baiknya kinerja Pusdiklatcab Raja Basa. Prestasi yang diraih oleh
Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung Selatan merupakan kerja
keras yang dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi Gerakan Pramuka Kwartir
Cabang Lampung Selatan. Kerja keras ini dalam bentuk merealisasikan kegiatan -
kegiatan yang sudah direncanakan dalam program kerja yang sudah di buat oleh
Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kabupaten Lampung
Selatan.
Penyelenggaraan diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja
Basa Kabupaten Lampung Selatan lima puluh persen pendanaan dibiayai oleh
APBN melalui Dinas Pemuda dan Olah Raga Lampung Selatan, dan sisanya dana
dibebankan kepada peserta diklat. Dari uraian di atas bahwa ada sebagian diklat
yang dananya diadakan secara mandiri oleh peserta diklat. Biasanya diklat yang
dananya secara mandiri diadakan karena adanya permintaan dari kwartir ranting
untuk menyelenggarakan diklat misalkan penyelenggaraan kursus pembina mahir
dasar (KMD), Kursus Orientasi Pembina dan sebagainya atas permintaan kwartir
ranting tertentu dilingkungan Kwartir Cabang Lampung Selatan, dan Kwartir
Ranting Gerakan Pramuka mengajukan permohonan kepada Pusdiklatcab
kemudian Pusdiklatcab merekomendasikan untuk melaksanakan kegiatan di
Predikat Kwartir Cabang tergiat yang diraih oleh Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka Kabupaten Lampung Selatan selama ini tidak terlepas dari dukungan
seluruh stakeholders di lingkungan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung
Selatan baik berupa dukungan moril berupa pemberian ijin kegiatan dan motivasi
yang diberikan dalam penyelenggaraan kegiatan diklat dan dukungan materiil
berupa pemberian dana untuk pelaksanaan kegiatan.
1.2Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka fokus penelitian Pola
pengembangan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja
Basa Lampung Selatan terdiri fokus sebagai berikut :
1.2.1 Implementasi manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan
Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.
1.2.2 Ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan
Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.
1.2.3 Dukungan dari stakeholders dalam pelaksanaan Diklat di Pusat
Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang
Lampung Selatan.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah dalam penelitian, maka pertanyaan- pertanyaan yang
1.3.1 Bagaimana implementasi manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan
Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.
1.3.2 Bagaimana ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan
Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.
1.3.3 Bagaimana dukungan dari stakeholders dalam pelaksanaan Diklat di Pusat
Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang
Lampung Selatan.
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan dan menganalisis:
1.4.1 Implementasi manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan
Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.
1.4.2 Ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan
Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.
1.4.3 Dukungan dari stakeholders dalam pelaksanaan Diklat di Pusat
Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang
1.5 Manfaat Penelitian
Dari kegiatan penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1.5.1 Secara Teoritis:
1.5.1.1Untuk menambah khasanah teori-teori yang berkaitan dengan
manajemen diklat yang berkaitan dengan manajemen sumber daya
manusia.
1.5.1.2 Memberikan konstribusi pemikiran berupa analisis kritis tentang
pengembangan diklat dilingkungan Gerakan Pramuka pada khususnya dan di
luar lingkungan Gerakan Pramuka pada umumnya.
1.5.2 Secara Praktik
1.5.2.1Memberikan kontribusi pemikiran implementasi manajemen Diklat di
Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa
1.5.2.2Memberikan masukan kepada Kwartir Cabang Lampung Selatan untuk
memberikan dukungan kegiatan penyelenggaraan Diklat di Pusat
Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang
Lampung Selatan dengan lebih optimal guna lebih meningkatkan
prestasinya sebagai Kwartir Cabang Tergiat.
1.5.2.3Memberikan masukan kepada stakeholders Untuk mewujudkan visi dan
pelaksanaan Pendidikan dan Latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan
Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa.
1.5.2.4Memberikan masukan kepada Dinas Pemuda dan Olah Raga dalam
mengambil kebijakan untuk mendukung kegiatan Kepramukaan di
Kwartir Cabang Lampung Selatan.
1.5.2.5Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar magister
manajemen pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
1.6. Definisi Istilah
Guna memberikan kejelasan pengertian yang digunakan dalam penelitian ini,
maka dikemukakan beberapa pengertian istilah yang terkandung dalam kalimat
judul. Adapun beberapa istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1.6.1 Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang adalah lembaga
pendidikan dan latihan yang merupakan bagian integral dari Kwartir,
sebagai wadah dan satuan pelaksana pendidikan dan pelatihan
kepramukaan tingkat Kwartir Cabang. Pusdiklatcab bertugas melatih dan
mendidik anggota dewasa dan anggota muda sesuai dengan kode etik
gerakan Pramuka dan Prinsip Dasar Kepramukan. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Gerakan Pramuka juga dapat memberikan pelayanan pendidikan
1.6.2 Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di
luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan
Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran
akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan
adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan,
kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
1.6.3 Pendidikan dan Pelatihan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan
lain sebagainya untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa
yang akan datang. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pelatihan adalah bagian dari kegiatan pendidikan.
1.6.4 Manajemen Pendidikan dan Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang
mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
evaluasi program pendidikan dan pelatihan. Kegiatan-kegiatan dalam
manajemen pendidikan dan pelatihan meliputi:, perencanaan,
pengorganisasian pelaksanaan, pengecekan/pengawasan Perencanaan
adalah menentukan kebutuhan pendidikan dan pelatihan berikut
rekomendasinya. Menyusun pola dan program pendidikan latihan sesuai
rekomendasi berikut metode dan sarana diklat. Pengorganisasian adalah
kegiatan menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pendidikan dan latihan. Pengecekan/pengawasan adalah
menilai hasil-hasil dari pelaksanaan pendidikan dan latihan yang telah
dilakukan serta mengetahui apa-apa yang masih perlu disempurnakan.
1.6.5 Stakeholders adalah pihak - pihak yang berkepentingan dalam
penyelenggaraan pendidikan dan latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan
Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan, untuk ikut
serta bertanggung jawab dalam memajukan lembaganya, yaitu Kepala
Dinas Pendidikan Lampung Selatan, Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga,
Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Mabicab) yang dijabat oleh Bupati
Lampung Selatan, Ketua Kwartir Cabang Gerakan Lampung Selatan,
Ketua Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar magister
manajemen pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses pembinaan pengertian dan pengetahuan
terhadap kelompok fakta, aturan serta metode yang terorganisasikan dengan
megutamakan pembinaan, kejujuran dan ketrampilan.Pendidikan dan pelatihan
merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling
berkaitan, untuk lebih memahami pengertian Pendidikan dan Pelatihan dapat
dijelaskan di bawah ini.
2.1.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
Pengelolaan program pendidikan pelatihan tidak jauh berbeda dengan
pengelolaan sebuah proyek atau program tertentu. Akan tetapi, seringkali
pengelolaan program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu yang
sederhana hingga banyak dikesampingkan. Hal ini ditengarai dengan "tingkat
keseriusan dan komitmen" berbagai pihak. Banyak pihak lebih
memperhatikan dan lebih menguntungkan "mengelola proyek fisik" daripada
"proyek pengembangan sumberdaya manusia melalui program pendidikan
dana" yang relatif kecil untuk komponen pendidikan pelatihan, baik
pendidikan dan pelatihan bagi staf maupun pendidikan dan pelatihan bagi
kelompok sasaran.
Secara yuridis pengertian pendidikan dan pelatihan dapat dilihat pada dua
sumber yaitu, yang pertama Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Tentang Sistem Pendidikan
Nasioanal pasal 1, dinyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar untuk
mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Berdasarkan
pengertian tersebut di atas dapat kita pahami bahwa pendidikan adalah usaha
sadar yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara (instansi pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat, dan lain sebagainya untuk mempersiapkan
generasi yang lebih baik di masa yang akan datang. Dari pengertian di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah bagian dari kegiatan
pendidikan.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (4) dinyatakan bahwa lembaga pelatihan
merupakan satuan pendidikan nonformal, di samping satuan pendidikan
lainnya yaitu kursus, kelompok belajar, majelis ta’lim, kelompok bermain,
taman penitipan anak, pusat kegiatan belajar masyarakat serta satuan
penyuluhan, magang, bimbingan belajar, Kepramukaan, pondok pesantren
tradisional (salafiyah), padepokan dan sanggar. Pelatihan dapat dilakukan
alam jenis dan ruang lingkup pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan
kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan.
Menurut Gomes dalam Soekidjo (2003:197), pelatihan adalah setiap usaha
untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya
dengan pekerjaannya
2.1.2 Prinsip - Prinsip Manajemen Pendidikan dan Pelatihan
Pengelolaan manajemen pelatihan tidak berlangsung begitu saja melainkan
melalui serangkaian proses kegiatan berupa pengetahuan, pemahaman, sikap
dan keterampilan, hal ini dikemukakan oleh beberapa ahli di bawah ini.
Belajar merupakan proses psikologis yang mengubah tingkah laku individu,
yang berupa kemampuan aktual dan potensial, yang berlaku dalam waktu yang
relatif lama, dan diperoleh dengan usaha sadar Sudjana ( 2007:37)
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali digunakan istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan mengacu kepada komunikasi yang terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan belajar; pembinaan mengacu kepada usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik; sedangkan pelatihan mengacu kepada usaha, proses, atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai keterampilan. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni konsistensi, konvergensi, dan kontinuitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan pendidikan harus serasi dan ajeg dalam mengembangkan potensi peserta didik. Konvergensi berarti pendidikan bertolak dari suatu landasan yang jelas. Kontinuitas berarti bahwa pendidikan harus ditempuh dan berkelanjutan Sudjana( 2004:29).
2.2 Manajemen Pendidikan dan Pelatihan
Sebagai suatu proses, istilah manajemen atau pengelolaan pendidikan dan
pelatihan berkaitan dengan trisula aktivitas, yakni (a) perencanaan, (b)
pelaksanaan, dan (c) evaluasi.
Menurut Notoatmodjo (2009: 18) Siklus pelatihan ini secara garis besar adalah
sebagai berikut:
a. Analisis Kebutuhan Pelatihan (Training Need Assesment)
Tujuan analisis kebutuhan pelatihan ini antara lain untuk mencari atau mengidentifikasi kemampuan – kemampuan yang diperlukan oleh karyawan dalam rangka menunjang kebutuhan organisasi.
b. Menetapkan Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan pada hakekatnya ialah perumusan kemampuan yang diharapkan dari pelatihan tersebut yaitu adanya perubahan kemampuan. c. Pengembangan Kurikulum
d. Persiapan Pelaksanaan Diklat
Sebelum pendidikan dan pelatihan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan yang pada umumnya mencakup kegiatan – kegiatan administrasi.
e. Pelaksanaan Diklat
Adalah hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Diklat, antara lain adanya penanggung jawab harian, adanya monitoring pelaksanaan pelatihan melalui evaluasi harian.
f. Evaluasi
Setelah berakhirnya pelatihan, seyogyanya dilakukan evaluasi yang mencakup: (1) Evaluasi terhadap proses kegiatan Diklat, dan (2) evaluasi terhadap hasil dari kegiatan diklat.
Pada dasarnya Mengelola Pelatihan (Managing Training) tidak ada bedanya
dengan Mengelola Proyek yang sudah kita kenal selama ini. Pada umumnya
Daur Manajemen Pendidikan dan Pelatihan dapat dibagankan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Prosedur Pengelolaan Pendidikan dan Pelatihan Sumber: Notoatmodjo (2009: 18)
ANALISIS
UMPAN
BALIK DAN
REVISI
DISAIN
EVALUASI
Menurut Notoatmodjo (2009: 20) Daur manajemen pendidikan dan pelatihan
tersebut merupakan “Pendekatan Pendidikan dan Pelatihan Sistematis”
(Sistematic Training Approach). Pendekatan ini berkaitan dengan prosedur
mengelola pendidikan dan pelatihan, yang diawali dari adanya permasalahan
yang dihadapi yang dapat mengganggu pencapaian tujuan yang diharapkan,
sampai dengan evaluasi dan tindak lanjut yang sesuai dengan upaya pemecahan
masalah melalui pendidikan dan pelatihan.
Prosedur pengelolaan pendidikan dan pelatihan secara hierarkis dapat diuraikan
sebagai berikut. Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan
Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas Langkah 3: Klasifikasi dan
Menentukan dan Peserta Pelatihan Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan
Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan Langkah 6:
Perencanaan Program Pelatihan Langkah 7: Penyusunan dan Pengembangan
Kerangka Acuan (TOR) Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah 9:
Evaluasi Program Pelatihan Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan Sebagai
langkah awal, mengelola program pelatihan.
Mengelola program pelatihan adalah penjajagan dan analisis kebutuhan
pelatihan, baik kebutuhan pelatihan yang bersifat kelembagaan, kesatuan unit
dalam lembaga atau kebutuhan pelatihan yang bersifat individual. Kebutuhan
pelatihan ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu kebutuhan yang ada saat
ini maupun kebutuhan pelatihan di masa yang akan datang, sebagai akibat
identifikasi sumber daya yang dimiliki sehingga memungkinkan permasalahan
tersebut dapat dipecahkan.
Mengingat adanya berbagai keterbatasan, baik keterbatasan dana maupun
keterbatasan lain, perlu pula ditempuh berbagai langkah untuk menetapkan
skala prioritas, dengan menguji “bagian atau unit manakah atau siapa saja dan
posisi apa saja” yang perlu diprioritaskan dengan jalan melakukan analisis
jabatan atau analisis posisi melalui analisis tugas, uraian tugas, dan analisis
spesifikasi tugas, kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap pengetahuan,
ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi “standar” yang diharapkan
dalam uraian tugas yang ada. Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya
menetapkan “siapa” atau “calon peserta” yang potensial untuk mengikuti
program pelatihan.
Dari rangkaian kegiatan tersebut, secara garis besar sudah dapat teridentifikasi
“isi” atau “materi” pelatihan yang diharapkan untuk dapat memenuhi
persyaratan berdasarkan dalam “uraian tugas” dan “tujuan lembaga”. Kemudian
langkah terperinci dan spesifik dapat disusun dalam tahapan-tahapan
perencanaan pelatihan.
Dalam mendasain kurikulum dan merencanakan program pelatihan, hendaknya
dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan berbagai pihak terkait, terutama
pihak manajemen untuk memperoleh komitmen lebih jauh guna “menciptakan
Keterlibatan dan komitmen semua pihak, terutama pihak manajemen, akan
menjadi kunci keberhasilan program pendidikan pelatihan. Pepatah mengatakan
bahwa “perencanaan yang baik berarti setengah pekerjaan telah terselesaikan”.
Pada umumnya, perencanaan pendidikan dan pelatihan lebih banyak
membutuhkan waktu daripada pelaksanaannya.
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan program pendidikan dan
pelatihan, antara lain: (1) latar belakang kegiatan, (2) tujuan pelatihan; (3)
peserta pendidikan dan pelatihan; (4) biaya/sumber dana; (5) waktu dan tempat
pelatihan, (6) jadwal pelatihan (waktu, materi, dan pemateri); (7) susunan
panitia pelaksana; (8) tata tertib; dan (9) nara sumber.
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
penyelenggara pendidikan dan pelatihan yang menyangkut komunikasi,
fasilitator, peserta dan prasarana pendukung lainnya. Terakhir adalah evaluasi
pelatihan dan tindak lanjut. Banyak pelatihan yang dilakukan hanya
menyelenggarakannya saja, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Evaluasi
pendidikan dan pelatihan dan tindak lanjut sangat penting untuk mengetahui
berbagai kekurangan, kelemahan, dan kelebihan, baik penyelenggaraan
pelatihan maupun proses yang terjadi.
Stufflebeam & Shinkfield dalam Krisna (2007). Dalam melakukan penilaian
terdapat kegiatan menentukan nilai suatu program (judgement). Objek evaluasi
kemampuan, kreativitas, sikap, minat, dan keterampilan. Melalui evaluasi dan
tindak lanjut, pelatihan dapat diketahui manfaat dan dampaknya.
Belajar diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, yang diperoleh pembelajar melalui interaksi dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku dalam belajar memiliki enam karakteristik, yakni (1) terjadi secara sadar, (2) bersifat kontinu dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif, (4) besifat permanen, bukan sementara, (5) bertujuan atau terarah, dan (6) mencakup seluruh aspek tingkah laku. Surya M (2004: 24).
Dengan demikian, belajar merupakan proses psikologis yang mengubah tingkah
laku individu, yang berupa kemampuan aktual dan potensial, yang berlaku
dalam waktu yang relatif lama, dan diperoleh dengan usaha sadar Sudjana
(2007: 56).
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali
digunakan istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan mengacu
kepada komunikasi yang terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan
kegiatan belajar; pembinaan mengacu kepada usaha, tindakan, dan kegiatan
yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
yang lebih baik; sedangkan pelatihan mengacu kepada usaha, proses, atau
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai keterampilan. Keberhasilan
pembelajaran dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni konsistensi,
konvergensi, dan kontinuitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan pendidikan
berarti pendidikan bertolak dari suatu landasan yang jelas. Kontinuitas berarti
bahwa pendidikan harus ditempuh dan berkelanjutan Sudjana (2007: 65).
Sebelum suatu program pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh perusahaan
atau organisasi , perlu dilakukan suatu analisis yang jelas tentang pendidikan
dan pelatihan untuk kebutuhan perusahaan. Setelah melihat adanya kebutuhan
perusahaan perlu dibuat program yang sesuai dan benar-benar mencapai sasaran
kebutuhan perusahaan.
Organizational maintenance (pemeliharaan organisasi) bertujuan untuk
menjamin kestabilan/kelancaran di dalam tersedianya keterampilan pegawai
yang tidak memadai. Kurangnya pengetahuan pegawai apabila akan dialih
tugaskan akan menimbulkan adanya kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan.
dapat meningkatkan mutu/ keterampilan tenaga kerja.
Organizational culture (budaya organisasi), merefleksikan sistem nilai atau
filosofi organisasi. Dilakukan dengan melihat budaya kerja yang mendukung
tercapainya tujuan organisasi. Menurut Dessler (2006: 76) mengemukakan :
“Budaya organisasi dapat diartikan sebagai sikap dan persepsi yang dimiliki
pegawai pada umumnya dalam suatu perusahaan tempat mereka bekerja.”
Dengan perkataan lain, para pegawai menangkap isyarat tentang perusahaan mereka dan dari syarat-syarat ini mereka membentuk suatu gambaran yang padu tentang jenis organisasi tempat mereka bekerja.
program akan sesuai dengan tingkat pendidikan khusus mereka, pengalaman, dan keterampilan juga sikap dan motivasi pribadi mereka, c) Menggunakan penelitian untuk mengembangkan sasaran pengetahuan dan kinerja yang dapat diukur.
2.2.1 Langkah – Langkah Analisis Diklat
Analisis harus dilakukan dengan seksama agar hasilnya benar - benar
bermanfaat dalam penyelenggaraan Diklat.
Menurut Pusdiklat Pegawai Depdiknas (2003: 24) ada empat langkah dalam melakukan analisis kebutuhan diklat. Keempat langkah itu adalah: (1) melakukan analisis kesenjangan yaitu memeriksa kinerja aktual organisasi dan anggotanya dibandingkan dengan standar yang ada atau standar baru yang ditetapkan dalam rangka pertumbuhan dan pengembangan; (2) mengidentifikasi prioritas yaitu mengkaji prioritas dalam kaitannya dengan kadar pentingnya bagi tujuan, realitas, dan kendala organisasi ; (3) mengidentifikasi penyebab masalah kinerja dan atau peluang yaitu perlu untuk mengetahui kinerja yang seharusnya untuk dapat menerapkan solusi yang tepat; serta, (4) mengidentifikasi solusi dan atau peluang pertumbuhan yaitu menentukan pelatihan jika masalahnya adalah kemampuan, kegiatan pengembangan organissai jika masalahnya tidak terletak pada kemampuan. Analisis kebutuhan perlu dilakukan jika, ada masalah atau disefisiensi kinerja, peralatan atau prosedur baru, peluang pengembangan atau permintaan perubahan dalam pelatihan yang sekarang, atau perlunya pelatihan baru karena adanya kebijakan baru, atau untuk mengantisipasi adanya perubahan di masa depan.
Analisis kebutuhan Diklat diperlukan untuk menentukan langkah pelaksanaan
Diklat supaya Diklat berjalan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam
penyelenggaraan Diklat.
kesenjangan antara kinerja yang terjadi dan yang diharapkan serta faktor - faktor yang menghambat terwujudnya kinerja yang diinginkan; (2) Analisis fungsi adalah apabila yang dianalisis adalah suatu posisi yang melaksanakan sejumlah besar tugas; (3) Analisis pekerjaan adalah proses untuk menyusun daftar semua tugas bagi pekerjaan atau posisi tertentu; (4) Analisis tugas adalah upaya menganalisis pekerjaan dan menguraikan semua tugas yang tercakup dalam pelaksanaannya.
2.2.2 Desain Pendidikan dan Pelatihan
Tujuan tahap desain pelatihan adalah dihasilkannya rencana pengembangan
pelatihan yang menjadi pedoman pengadaan materi strategi pelatihan. Tahap ini
adalah tahapan untuk melakukan pengembangkan program pelatihan secara
sitematis. Apabila tahapan analisis kebutuhan dilakukan dengan cermat maka
akan menghasilkan model program pelatihan. Meliputi kegiatan – kegiatan
seperti di bawah ini:
Teknik untuk menentukan isi, urutan, media, dan metode pelatihan dapat
bervariasi, dari yang sangat formal sampai yang kurang formal. Penggunaan
kombinasi teknik tradisional, table-top, verifikasi, anailsis dokumen, dan
identifikasi pola biasanya akan paling efisien.
Evaluasi, penilaian dan pertimbangan atas kualitas bukti untuk menyimpulkan apakah peserta mencapai tujuan pembelajaran atau tidak.
2.2.3 Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan
Dalam tahap ini semua program pelatihan, dokumen, dan bahan evaluasi
direvisi, ditulis, atau diproduksi ulang. Pada saat mengadakan manual
pelatihan, bahan dan alat bantu pelatihan, perlu dilakukan evaluasi untuk
menentukan efektivitas, efisiensi biaya, dan kelayakterapanya terhadap
kebutuhan pelatihan.
Pengembangan dapat berarti menggunakan bahan atau merevisi bahan lain
yang sudah ada, atau membuat bahan baru. Bahan dari organisasi atau fasilitas
lain yang memiliki tugas dan fungsi serupa seringkali dapat membuat tugas
pengembangan relatif mudah dan lebih efisien. Kadar formalitas dan kerumitan
bahan pelatihan dipengaruhi oleh kadar kerumitan dan resiko pekerjaan atau
tugas.
Unsur - unsur pengembangan Diklat adalah sebagai berikut:
a. Bahan pelatihan dikembangkan atau dimodifikasikan dengan menggunakan
tujuan pembelajaran yang disusun dari analisis informasi yang
mencerminkan persyaratan kinerja.
b. Persyaratan review dan persetujuan ditetapkan dan dilaksanakan sebelum
c. Bahan pelatihan dikembangkan dengan pedoman dan struktur yang
menjamin adanya konsistensi presentasi dan evaluasi
d. Pengembangan bahan pelatihan dilakukan dengan memperhatikan prinsip -
prinsip pembelajaran yang lazim ditetapkan bagi orang dewasa.
Produk tahap pengembangan setidaknya mencakup yang berikut: (1) Manual
administrative pelatihan (mikro); (2) Pedoman dan bahan evaluasi, (3) Alat
bantu pembelajaran, (4) Bahan bagi peserta; (5) Bahan pelatihan dalam
pekerjaan; (6) Jadwal pelatihan; (7) Soal ujian; (8) Bahan evaluasi program;
dan (9) Sistem dokumentasi pelatihan.
2.2.4 Pelaksanaan Diklat
Selama pelaksanaan, proses pembelajaran dikelola dengan baik dan kadar
prestasi peserta dalam mencapai tujuan pelatihan/pembelajaran dinilai. Hasil
akhir pelaksanaan pelatihan adalah sejumlah peserta yang terlatih. Peserta yang
memenuhi persyaratan selama proses pelatihan telah memiliki seperangkat
kompetensi yang akan ditetapkan di tempat kerja mereka. Mereka telah siap
Unsur - unsur pelaksanaan mencakup hal berikut:
a. Pelatihan dilaksanakan sesuai dengan bahan dan prosedur pelatihan yang
disetujui.
b. Kegiatan pelatihan mendorong partisipasi peserta secara langsung dalam
proses pembelajaran.
c. Instruktur menggunakan metode fasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan
isi dan tujuan pelatihan.
d. Penguasaan peserta atas tujuan pelatihan dievaluasi dengan menggunakan
sarana yang sesuai. Sarana itu dapat berupa ujian, baik berbentuk tertulis
atau lisan, ujian performa, kuis, permaianan peran, studi kasus, dan atau
latihan kelompok.
Produk pelaksanaan diklat dapat mencakup hal berikut:
a. Jadwal Pelatihan
b. Dokumen peserta
c. Catatan evaluasi dalam pelatihan: program, penyelenggaraan, instruktur,
dan peserta (hasil belajar).
d. Daftar peserta yang terlatih
2.2.5 Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan
Kegiatan pelatihan pada dasarnya untuk menyiapkan sumber daya yang
kompeten supaya dapat bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan standar
berkala untuk menentukan efektivitasnya. Perubahan yang terjadi sebagai hasil
dari proses evaluasi itu harus terdokumentasi dengan baik.
Agar program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan efektif maka
program tersebut harus merupakan suatu solusi yang tepat bagi permasalahan
perusahaan, yaitu bahwa pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk
memperbaiki kekurangan. Peningkatkan usaha belajar, para pegawai harus
menyadari perlunya memperoleh informasi yang baru atau memperoleh
ketrampilan baru dan berkeinginan untuk belajar hendaknya tetap dapat
dipertahankan.
Dessler (2006: 85) mengemukakan mengenai evaluasi sebagai berikut: Terdapat dua masalah dasar yang harus dikemukakan bila mengevaluasi sebuah program pendidikan dan pelatihan. Pertama adalah rancangan dari telaah evaluasi dan terutama apakah eksperimentasi terkendali yang akan digunakan. Kedua adalah efek latihan yang dapat diukur. Eksperimen terkendali adalah metode terbaik untuk digunakan dalam mengevaluasi sebuah program pelatihan untuk menguji efektivitas sebuah program pelatihan, yang lebih disukai adalah dengan tes sebelum dan sesudahnya.
2.2.5.1 Metode Evaluasi Diklat
Ada sejumlah kegiatan evaluasi yang menyediakan informasi tentang
efektivitas program pelatihan. Kegiatan yang umum digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Evaluasi dalam pelatihan
b. Evaluasi fasilitasi pelatihan
d. Tindakan perubahan
e. Evaluasi komprehensif program pelatihan.
2.2.5.2 Produk Evaluasi
Menurut Produk yang umumnya dihasilkan dari evaluasi pelatihan adalah
sebagai berikut:
a. Dokumen hasil evaluasi
b. Dokumen tindakan perbaikan
c. Data analisis yang dimuktahirkan
d. Bahan pelatihan yang akurat dan mutakhir.
Sumber Pusdiklat Pegawai Depdiknas (2003: 45)
2.3 Strategi Pendidikan dan Pelatihan
Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program
pendidikan dan pelatihan adalah ketepatan penggunaan strategi atau teknik
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Akan tetapi, pemilihan strategi bukan
pekerjaan yang mudah karena tidak ada strategi yang tepat untuk berbagai situasi.
Penggunaan strategi pendidikan dan pelatihan bergantung waktu, tempat, bahan,
dan peserta pendidikan dan pelatihan.
proaktif menunjukkan pelatih lebih berinisiatif, dan hubungan reaktif menunjukkan peserta lebih responsif.
2.4 Pendidikan Kepramukaan
Kepramukaan merupakan organisasi pendidikan non formal yang keanggotannya bersifat sukarela, yang dilakukan di luar lingkungan rumah.
Menurut Nugraha (2009: 116) Pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan yang praktis, di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik,menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah dengan menerapkan Prinsip Dasar kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak kepribadian dan akhlak mulia.
Gerakan Pramuka mendidik kaum muda Indonesia dengan Prinsip Dasar
Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan
dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat
Indonesia agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik, dan anggota
masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.
2.5. Prinsip Dasar Kepramukaan
Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup anggota gerakan Pramuka.
Prinsip dasar kepramukaan menjadi dasar filosofipelaksanaan kode kehormatan
Pramuka dalam kehidupan sehari – hari seorang Pramuka, sebagai mahluk Tuhan
Menurut Nugraha (2009: 132) Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup sebagai anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kepada setiap peserta didik melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi dengan bantuan para Pembina, sehingga pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi.
Prinsip Dasar Kepramukaan meliputi:
a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya.
c. Peduli terhadap diri pribadi.
d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.
Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup sebagai anggota Gerakan
Pramuka, ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kepada setiap peserta didik
melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi dengan bantuan para
Pembina, sehingga pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan
inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta
keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
Pada hakekatnya anggota Gerakan Pramuka wajib menerima Prisip Dasar
Kepramukaan, dalam arti:
a. Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi laranganNya serta
beribadah sesuai tata cara dari agama yang dipeluknya.
b. Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial,
memperkokoh persatuan, serta menerima kebinekaan dalam Negara Kesatuan
c. Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang
dan memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidup dan karenanya setiap
anggota Gerakan Pramuka wajib peduli terhadap lingkungan hidup dengan
cara menjaga, memelihara dan menciptakan kondisi yang lebih baik.
d. Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama
berdasarkan prinsip peri-kemanusiaan yang adil dan beradab dengan makhluk
lain ciptaan Tuhan, khususnya dengan sesama manusia.
e. Memahami prinsip diri pribadi untuk dikembangkan dengan cerdas guna
kepentingan masa depan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2.6 Metode Kepramukaan
Metode Kepramukaan merupakan suatu sistem, yang tiap unsurnya mempunyai fungsi pendidikan yang spesifik dan saling memperkuat serta menunjang
tercapainya tujuan pendidikan Gerakan Pramuka.
Menurut Nugraha (2009: 126) Adalah suatu cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik bagi individu maupun sebagai anggota masyarakat maka dibutuhkan suatu Metoda /ketentuan khusus yang kita sebut Metoda Kepramukaan.
Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip
Dasar Kepramukaan yang keterkaitanya keduanya terletak pada pelaksanaan
(Metode Kepramukaan ) harus dilaksanakan secara terpadu, keduanya harus
berjalan seimbang dan saling melengkapi. Setiap unsur pada Metode
Kepramukaan merupakan subsistem tersendiri yang memiliki fungsi pendidikan
spesifik, yang secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan
menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan.
Metode kepramukaan merupakan salah satu cara belajar interaktif progresif
melalui:
a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka.
b. Belajar sambil melakukan.
c. Sistem beregu.
d. Kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda.
e. Kegiatan di alam terbuka.
f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan.
g. Sistem tanda kecakapan.
h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri.
i. Kiasan dasar.
Pasal 21 Undang - Undang Gerakan Pramuka Tahun 2010
Ayat 1 Pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan, merupakan bagian integral
pendidikan dan pelatihan anggota gerakan pramuka, melakukan evaluasi
kurikulum pendidikan kepramukaan, sertifikasi kompetensi tenaga pendidik.
Ayat 2 Pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan berada di tingkat cabang,
daerah, dan nasional.
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu
Menurut Nurhalis (2007) Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja
Pegawai Badan Diklat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, hasil analisis
deskriptif jawaban responden menunjukan manfaat pendidikan dan pelatihan
yang telah diikuti sangat bermanfaat bagi pegawai, hendaknya pendidikan dan
pelatihan yang bersifat teknis lebih sering lagi dilakukan untuk meningkatkan
kinerja pegawai Badan Diklat Provinsi Nanngroe Aceh Darussalam.
Menurut Eko Agus Alfianto, Bambang Swasto, H. Achmad Sudiro, (2004)
Pengaruh Kompensasi dan Pelatihan Terhadap Motivasi Kemampuan dan
Kinerja Studi pada Karyawan Bagian Pemimpin Perjalanan Kereta Api PT
Kereta Api (Persero) Daerah Operasi VIII Surabaya, hasil analisis deskriptif
jawaban responden menunjukan adanya pengaruh pelatihan karyawan terhadap
kinerja karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adanya pelatihan
akan meningkatkan kemampuan karyawan. Semakin karyawan dilatih, maka
2.8 Kerangka Pikir
Fokus pada penelitian ini adalah pada manajemen Pendidikan dan Latihan
Gerakan Pramuka di Pusat Pendidikan Dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa.
Implementasi Manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan
Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Kabupaten Lampung Selatan, dilihat dari
sisi manajemen diklat untuk mencapai tujuan penyelenggaraan Diklat di Pusat
Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Kabupaten
Lampung Selatan adalah mendidik dan melatih anggota dewasa dan anggota
Muda dengan metode Kepramukaan merupakan input dari kegiatan Pendidikan
dan Pelatihan melalui. Sementara proses kegiatan manajemen Pendidikan dan
Pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklatcab Raja Basa berupa rangkaian
kegiatan Diklat yang terdiri dari kegiatan menganalisis kebutuhan Diklat,
Mendisain kegiatan Diklat, mengembangkan kegiatan Diklat, pelaksanaan
kegiatan Diklat dan diakhiri dengan kegiatan mengevaluasi kegiatan Diklat.
Pembina Pramuka, Majelis Pembimbing (anggota Dewasa) dan Peserta Didik
yang terdiri dari Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega ( Anggota Muda) yang
akan diproses untuk mencapai tujuan Diklat yaitu anggota dewasa dan anggota
muda yang mampu menerapkan kode etik Pramuka dan Prinsip Dasar
Kepramukaan dilingkungan pengabdiannya. Undang Undang Gerakan Pramuka
Tahun 2010 pasal 21 merupakan payung hukum pelaksanaan Diklat yang
Raja Basa. Stake Holder yang terdiri dari Ketua Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka Lampung Selatan, Ketua Majelis Pembimbing Cabang, Ranting dan
Gugus Depan di Wilayah Kwarcab Lampung Selatan, Masyarakat luas, Kepala
Dinas Pendidikan, dan Kepala Dinas Pemuda Dan Olah Raga Kabupaten
Lampung Selatan mendukung pelaksanaan kegiatan Diklat yang dilaksanakan di
Pusdiklatcab Raja Basa. Dukungan Stakeholder dalam pelaksanaan Diklat berupa
dukungan moril dan materiil.
BAB III
METODE PENELITIAN
Berbagai hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian
3.1.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teori
fenomenologi, karena ingin mengetahui gambaran yang lengkap tentang manajemen
dan latihan Gerakan Pramuka di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka
Cabang Raja Basa.
Pendekatan penelitian kualitatif dipilih karena dalam pendekatan kualitatif diperlukan
pengamatan yang mendalam dengan latar belakang yang alami (natural setting).
Sebagaimana diungkapkan Sugiyono (2010:15) bahwa metode penelitian kualitatif
sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitian dilakukan pada kondisi
yang alami (natural setting).Penelitian kualitatif memandang realitas sosial sebagai
sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala
Data yang diungkap dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-kalimat,
paragraf-paragraf, dokumen-dokumen dan bukan berupa angka-angka. Obyek penelitian tidak
diperlakukan khusus atau dimanipulasi sehingga data yang diperoleh tetap berada
pada kondisi alami sebagai salah satu karakteristik penelitian kualitatif.
Moleong (2005:15) lebih luas mengungkapkan tentang penelitian kualitatif
fenomenologis dengan rancangan studi kasus menekankan bahwa penelitian kualitatif
berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan dan sesuai dengan konteks (holistik
kontekstual) serta peneliti berusaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitannya
terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu.
Prosedur yang bersifat deskriptif dan induktif akan digunakan dalam rangka
mendeskripsikan fenomena secara alami dengan menghadirkan peneliti sebagai
instrumen utama pengumpul data dan merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif.
Jika dikaitkan dengan tujuan penelitian kualitatif kini ingin mencari sekaligus
mengungkap makna di balik suatu peristiwa dengan memberikan dasar-dasar
pengertian atau pemahaman berdasar alasan-alasan berfikir yang dapat diterima oleh
akal sehat.
Berdasarkan berbagai pendapat mengenai pendekatan penelitian, maka dalam rangka
memberikan gambaran yang lengkap tentang Manajemen Pendidikan dan Latihan di
Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa Kwartir Cabang
Lampung Selatan, peneliti akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
3.1.2 Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian itu untuk memberikan gambaran tentang
pengembangan sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan ditinjau dari awal
perekrutan sumberdaya pendidik maupun tenaga kependidikan sampai pada tahap
pengembangannya. Atas dasar tujuan penelitian yang telah diungkap, maka peneliti
akan memilih jenis rancangan yang sesuai yaitu menggunakan rancangan studi kasus.
Rancangan studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi kasus
tunggal (single-case studies), yang dilihat dari studi cross sectional yakni berupaya
mempersingkat waktu observasinya dengan cara mengobservasi pada beberapa tahap
atau tingkatan perkembangan tertentu, dengan harapan dari beberapa tahap atau
tingkatan akan diperoleh dan dibuat suatu kesimpulan.
Pemilihan rancangan penelitian menggunakan studi kasus memiliki tujuan untuk
memperoleh jawaban atas pertanyaan how dan why dalam mengetahui Manajemen
Pendidikan dan Latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang
Raja Basa Kwartir Cabang Lampung. Selaras dengan pendapat Yin (2011:1) bahwa
studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang merupakan
strategi yang cocok jika pertanyaan suatu penelitian adalah bagaimana (how) dan
mengapa (why), dan bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol
peristiwa-peristiwa yang akan diteliti, serta bila penelitiannya hanya berfokus pada
Selain hal yang dikemukakan di atas, pemilihan rancangan penelitian studi kasus juga
memiliki tujuan agar dapat menyajikan berbagai data dan temuan yang sangat
berguna sebagai dasar dalam menentukan latar permasalahan yang akan dijadikan
bahan perencanaan, pengelolaan dan penyelenggaraan program secara mendalam,
serta dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Moleong (2005:27) menekankan
bahwa penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan. Penelitian
kualitatif mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode
kualitatif, analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha
menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif dan lebih mementingkan proses
daripada hasil.
3.2 Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah kerja Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka Lampung Selatan.
3.3 Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti menjadi tolak ukur keberhasilan terhadap beberapa kasus.
Peneliti bertindak sebagai instrumen terutama dalam pengumpulan data. Pada
penelitian ini peneliti hadir langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan
data baik berupa data wawancara dan observasi langsung terhadap objek yang
Pertama peneliti mengadakan observasi awal dengan melakukan wawancara
terhadap Kapusdiklatcab Raja Basa Kak Sri Wiyatmi, S.Pd di kantor Kwarcab
Gerakan Pramuka Lampung Selatan pada tanggal 2 Juli 2013 untuk meminta
keterangan berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan Diklat di Pusdiklatcab
Raja Basa.
Dari hasil observasi awal peneliti menyusun proposal penelitian dan mengadakan
konsultasi dengan pembimbing 1 dan pembimbing 2 secara intensif mulai bulan
Agustus 2013, dan tanggal 18 Oktober 2013 peneliti mengadakan seminar
proposal.
Wawancara mendalam dengan para nara sumber peneliti lakukan mulai tanggal
17 Maret sampai tanggal 21 Maret 2014. Observasi lapangan peneliti lakukan
pada kegiatan Kursus Mahir Dasar Pembina Pramuka yang diselenggarakan oleh
Yayasan Michael De Roslem PT Astra TDR di SMP N 1 Tanjung Sari pada
tanggal 1 April sampai 4 April 2014.
Di samping itu peneliti juga melakukan penelitian ke salah satu Gugus Depan
dengan mengadakan observasi kegiatan latihan Pramuka di SD N 5 Sidorejo pada
tanggal 19 Maret 2014 sekaligus mengadakan wawancara mendalam dengan para
pembina Pramuka di Gugus Depan SD N 5 Sidorejo, output peserta Diklat untuk
mengumpulkan data data pendukung berkaitan dengan pelaksanaan Diklat di
Setelah data terkumpul penulis mulai menyusun laporan hasil penelitian dan terus
berkonsultasi dengan pembimbing 1 dan pembimbing 2, setelah disetujui untuk
seminar hasil, peneliti melakukan seminar hasil pada tanggal 2 Oktober 2014. Hal
tersebut di atas sesuai apa yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:307) bahwa
instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, akan tetapi
ketika fokus penelitian menjadi lebih jelas, maka akan dikembangkan instrumen
penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan
dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, melakukan pengumpulan data, analisis
dan membuat kesimpulan. Linchon and Guba dalam Sugiyono (2010:110)
menyatakan bahwa :
“The instrument of choice in naturalistic inqury is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instruments has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human intruments has product”.
Instrumen dari pilihan yang natural adalah manusia. Kita harus melihat bahwa
bentuk lain dari instrumen mungkin dipergunakan di tahap yang berikutnya dari
suatu pemeriksaan, tetapi manusia adalah arus utama awal dan lanjutan. Tetapi
kalau instrumen manusia telah dipergunakan secara ekstensif di langkah lebih
awal dari pemeriksaan, maka satu instrumen dapat dihaluskan pada data
Kehadiran peneliti di lapangan dapat bekerja sama dengan subyek penelitian.
Peneliti mampu berinteraksi dengan subyek secara wajar di lapangan,
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Hubungan baik antara
peneliti dengan subyek sebelum dan selama di lapangan merupakan kunci utama
keberhasilan dalam pengumpulan data.
Suharsimi Arikunto dalam Sugiono (2010:112), menyatakan bahwa keuntungan
peneliti sebagai instrumen adalah sebagai berikut :
1 Peneliti memiliki daya responsive yang tinggi, mampu merespon sambil memberikan interpretasi terus menerus pada gejala yang dihadapi.
2 Memiliki sifat adaptable, yaitu mampu menyesuaikan diri mengubah taktik atau strategi mengikuti kondisi lapangan yang ada.
3 Memiliki kemampuan untuk memandang objek penelitiannya secara holistik, mengaitkan gejala dengan konteks saat itu, mengaitkan dengan masa lalu dan dengan gejala kondisi yang relevan.
4 Sanggup terus menerus menambah pengetahuan untuk bekal dalam melakukan interpretasi terhadap gejala.
5 Memiliki kemampuan melakukan klarifikasi agar dengan cepat memiliki kemampuan menarik kesimpulan mengarah pada perolehan hasil.
Pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti memperhatikan beberapa hal seperti :
(1) peneliti berusaha untuk berperilaku luwes, sederhana dan ramah serta
senantiasa berusaha tampil sebaik-baiknya dengan memperhatikan sikap dan
perilaku, serta tidak menonjolkan diri, (2) peneliti menghormati etika pergaulan
yang sudah terbangun, mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku serta
berusaha menyesuaikan diri dengan kebiasaan subyek penelitian, (3) peneliti
berusaha meleburkan diri ke dalam situasi subyek dengan bergaul sewajar
mungkin agar informan dapat terbuka dalam memberikan informasi maupun