ABSTRACT
DEVELOPMENT PLANNING OF
PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LEMPASING By
Fernando Nainggolan
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing is a kind of semi-natural port which is protected by some small islands so it does not need Breakwater to save the port from deep sea waves. PPP is usually built around fisherman village area, around river or seaside.
In this planning, data collected by observation to research area. Data collecting started from development of the number of ships from year to year and port capacity requirement. The conclusion of the research is current port capacity requirement is not enough for the ships activities, therefore it needs port development by increase the quay width.
Development planning includes quay type, foundation, floor sheet and quay beam, fender and bolder. The planning of quay type is jetty type with the dimension 70 x 5 m2, for the foundation use pile cap foundation with the profile diameter 50 cm2. For floor sheet and beam use reinforced concrete with concrete quality 30 MPa. Floor sheet thickness is 15 cm and beam dimension is 30 x 40 cm2. Fender made of elastic material i.e. HA 150H x 1000L (CV4) and bolder made of reinforced concrete with concrete quality 30 MPa and profile diameter 20 cm and height 25 cm.
ABSTRAK
PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LEMPASING
Oleh
FERNANDO NAINGGOLAN
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing merupakan salah satu jenis pelabuhan semi alami yang terlindung oleh beberapa pulau kecil, sehingga tidak memerlukan Breakwater untuk melindungi pelabuhan dari gelombang laut dalam. PPP biasanya dibangun di sekitar daerah perkampungan nelayan, bisa di sungai atau di tepi laut (pantai).
Pada perencanan ini proses pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi ke lokasi penelitian. pengumpulan data dimulai dari perkembangan jumlah kapal dari tahun-ketahun dan kebutuhan kapasitas pelabuhan . Hasil pengamatan mendapatkan kesimpulan bahwa kapasitas pelabuhan saat ini tidak mencukupi aktivitas kapal-kapal yang ada, sehingga perlu dilakukan pengembangan pelabuhan, dengan cara penambahan luas dermaga.
PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN
PERIKANAN PANTAI (PPP) LEMPASING
(Skripsi)
Oleh :
FERNANDO NAINGGOLAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Fernando Nainggolan lahir di Pringsewu, Lampung, pada tanggal 20 Juni 1991, merupakan anak pertama dari pasangan Antonius Nainggolan dan Rismawati Situmorang.
Penulis memiliki satu orang saudara laki-laki yaitu Francisco Nainggolan dan satu adik perempuan yaitu Marcella Lorencia Nainggolan.
Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang diselesaikan di SDN 1 Sukamenanti pada tahun 2003, kemudian Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SLTPN 3 Bukit Kemuning pada tahun 2006 dan selanjutnya Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 1 Bukit Kemuning pada tahun 2009.
MOTTO
Matius 21 : 22
“Dan apa saja yang kau minta dalam Doa dan Kepercayaan,
kamu akan menerimanya “
Efesus 3 : 20
“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari
pada yang kita Doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari
kuasa yang bekerja di dalam kita”
“
Setiap orang punya jatah gagal, habiskan jatah gagalmu ketika
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan berkat dan anugrah-Nya, kupersembahkan karya sederhana ini kepada:
1. Ayah dan Ibu tersayang yang tak pernah berhenti memberikan Doa yang senantiasa mengiringi setiap langkahku untuk kebahagiaan dan kesusksesanku.
2. Adik-adiku tersayang, Francisco Nainggolan dan Marcella Lorencia Nainggolan.
3. Christina Natalia Dabukke Amd., terkasih yang telah mendukung dalam keadaan suka dan duka.
SANWACANA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan berkat dan anugrah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan berjudul “PERENCANAAN
PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN (PPP) PANTAI
LEMPASING” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Sipil di Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph. D., selaku Pembimbing Utama terima kasih atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Geleng Perangin-Angin, S.T., M.T., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terima kasih untuk masukan dan saran untuk penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..
4. Ir. Idharmahadi, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
5. Prof. Drs. Suharno. M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung
6. Hadi Ali, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik, yang selalu memberi masukan dan saran terhadap mata kuliah yang harus di selesaikan.
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat.
8. Yang tersayang dan yang tercinta Ayah dan Ibu yang telah menyayangi, mencintai dan mendukung penulis secara menyeluruh semenjak penulis di
dalam kandungan sampai dengan tumbuh dewasa dengan tubuh yang sehat
dan jiwa yang kuat seperti saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
jenjang pendidikan perguruan tinggi tanpa kekurangan sesuatu apapun.
9. Adik-adiku Francisco Nainggolan dan Marcella lorencia Nainggolan yang tersayang.
10.Keluarga besar oppung, bapatua, mamatua, tulang, nantulang, Bapauda, inanguda, tante dan semua sepupu yang membantu memberi semangat.
11.Special and romantic sayings to Christina Natalia Dabukke Amd., yang telah mendukung dalam keadaan suka maupun duka. I Love You.
13.Seluruh teman seperjuangan Teknik Sipil 2010 dan Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Unila (Himateks Unila).
14.Teman-teman UKM Judo Unila, Sensei Sri Rezaki, Brigpol. Bayu Ogara, Bripda. Sigit Haryo Kuncoro, Angga Hardiansyah, S.Pd., Brigpol Dimas W.P. dll.
15.Semua pihak terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis,
i
D
DAAFFTTAARRIISSII
Halaman
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
1.6 Metode Penelitian ... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum ... 6
2.2 Pengertian pelabuhan Perikanan ... 6
2.3 Dasar-Dasar Perencanaan Pelabuhan Perikanan ... 15
2.4 Perencanaan fasilitas Dasar ... 19
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahap Persiapan ... 31
3.2 Lokasi Penelitian ... 31
3.3 Pengumpulan Data ... 32
ii
3.5 Perencanaan Lay Out ... 34
3.6 Perencanaan Bangunan ... 35
3.7 Gambar Konstruksi ... 35
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinjauan Umum ... 37
4.2.Faktor-Faktor perencanaan ... 38
4.2.1. Kondisi Lapangan ... 38
4.2.2. Kondisi kapal ... 38
4.3.Perencanaan pelabuhan ... 39
4.3.1. Data Kapal ... 39
4.3.2. Kedalaman Alur Pelayaran ... 40
4.3.3. Lebar Alur Pelayaran ... 40
4.3.4. Kolam Pelabuhan ... 41
4.4.Perhitungan konstruksi Dermaga ... 41
4.4.1. Perencanaan Elevasi Dermaga... 41
4.4.2. Panjang Dermaga ... 43
4.4.3. Lebar Dermaga ... 43
4.4.4. Perhitungan Plat Lantai ... 43
4.4.5. Perhitungan Balok ... 54
4.4.6. Pondasi tiang Pancang ... 71
4.4.7. Fender ... 76
iii
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan ... 82 5.2.Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA
iii
D
DAAFFTTAARRTTAABBEELL
Tabel Halaman
v
D
DAAFFTTAARRGGAAMMBBAARR
Gambar Halaman
2.1 Kedalaman Alur Pelayaran ... 20
2.2 Grafik Nilai r... 30
3.1 Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian ... 36
4.1 Kapal Nelayan Ukuran 30 GT ... 39
4.2 Dimensi Alur Pelayaran ... 40
4.3 Rencana Elevasi Dermaga ... 42
4.4 Kondisi Kapal Berlabuh Saat Keadaan Pasang ... 42
4.5 Kondisi Kapal Berlabuh Saat Keadaan Surut ... 42
4.6 Denah Pelat Lantai ... 44
4.7 Skema Tumpuan Plat ... 44
4.8 Skema Tumpuan Plat A ... 46
4.9 Skema Tumpuan Plat B ... 47
4.10 Skema Tumpuan Plat C ... 47
4.11 Tinggi Plat Efektif ... 48
4.12 Perencanaan Penulangan Plat A ... 54
4.13 Distribusi Beban Pada Balok ... 55
4.14 Wilayah Gempa Indonesia Periode 500 tahun... 61
4.15 Respon Spektrum Gempa Wilayah 5 ... 61
vi
4.17 Analisis Beban Segitiga ... 65
4.18 Skema Tumpuan Balok... 66
4.19 Gambar penulangan Balok ... 69
4.20 Potongan Melintang Penulangan Balok... 71
4.21 Sampel Data Tanah ... 72
4.22 Gaya Yang Bekerja Pada Fender ... 79
4.23 Gaya Yang bekerja pada Bolder ... 80
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya. Berbeda dengan pelabuhan niaga umumnya. Pelabuhan perikanan memiliki ciri-ciri kusus selain memiliki fasilitas pada umumnya pelabuhan, pelabuhan ikan haruslah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mutlak dibutuhkan untuk kelancaran aktivitas usaha perikanan seperti misalnya tempat pelelangan ikan, pabrik es, cold storage dan lain sebagainya.
Keberadaan pelabuhan perikanan sangat menunjang usaha nelayan, pengelola hasil perikanan dan pedagang ikan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi dan menghemat biaya usaha, selain itu juga pelabuhan ikan juga dapat menjadi sebagai tempat beristirahat para nelayan.
2
nelayan (SPBN), gudang es, bengkel (docking) dan fasilitas-fasilitas lainnya, meskipun kapasitas dan intensitasnya belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa masalah yang terjadi di pelabuhan seperti ; antrian kapal-kapal nelayan yang kerap kali terjadi di sepanjang dermaga dalam melaksanakan bongkar muat hasil tangkapan, antrian ini terjadi dikarnakan kapasitas atau panjang dermaga yang telah tersedia di pelabuhan tidak dapat melayani seluruh kapal yang beroprasi selain itu juga antrian kapal nelayan terjadi pada saat pengisian bahan bakar kapal nelayan, penyebabnya adalah kapasitas dan jumlah SPBN yang telah tersedia di pelabuhan tidak dapat melayani aktivitas pengisian bahan bakar kapal yang beroprasi di pelabuhan, dan minimnya pencahayaan di daerah sekitar pelabuhan pada malam hari sangat menggangu aktivitas nelayan, sedangkan seperti yang diketahui aktivitas pendaratan hasil tangkapan nelayan sebagian besar terjadi pada malam hari yaitu sekitar pukul 01.00 - 05.00 WIB. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan pelabuhan untuk mengoptimalkan produksi hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing ini, seperti penambahan panjang dermaga dengan cara pembangunan konstruksi jetty, hal ini dilakukan karena sudah tidak tersedia lagi areal pelabuhan untuk memperpanjang ke arah samping dermaga.
1.2.Rumusan Masalah
3
1. Terjadinya antrian dari kapal-kapal nelayan saat aktivitas pengisian bahan bakar kapal dan saat hendak mendaratkan hasil tangkapannya ke darat. 2. Sistem pencahayaan pada waktu malam hari yang tidak baik, sehingga
perlu penambahan lampu dengan ukuran yang lebih besar.
3. Tata letak bangunan-bangunan seperti ruko dan lapak-lapak pedangang di sekitar pelabuhan masih sangat kurang baik.
1.3.Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang ada di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Merencanakan jenis konstruksi jetty dan menghitung kebutuhan total
penambahan panjang dermaganya.
2. Menghitung dan merencanakan struktur dermaga jetty sesuai dengan SKSNI 03-2847-2002.
3. Untuk menghitung tinggi elevasi lantai dermaga dan juga lebar dermaga yang akan direncanakan.
1.4.Batasan Masalah
Pada kajian ini batasan masalah menitikberatkan pada segi perencanaan konstruksi dermaga, antara lain adalah :
1. Menghitung dan menganalisis perencanaan struktur dermaga. 2. Membuat gambar konstruksi struktur dermaga.
3. Membuat lay out pelabuhan setelah terjadi pengembangan. 4. Perencanaan jumlah Fender dan Bolder.
4
1.5.Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan pelabuhan perikanan pantai Lempasing dimasa mendatang.
2. Menanggulangi antrian-antrian kapal nelayan saat hendak melaksanakan aktivitas bongkar muat di pelabuhan.
3. Dapat memberikan alternatif bagi kapal-kapal nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya dan memperlancar proses pendaratannya.
4. Mengembangkan potensi nelayan untuk meningkatkan taraf ekonomi di masyarakat daerah setempat.
1.6.Metode Penelitian
Metode penelitian adalah studi kasus di pelabuhan perikanan Pantai (PPP) Lempasing. Pengamatan dan penelitian terhadap pelabuhan perikanan Lempasing dilakukan dengan cara :
a. Pengamatan langsung terhadap lokasi pelabuhan dengan melihat peta lokasi pelabuhan, denah pelabuhan, keadaan fasilitas pelabuhan beserta aktifitas di pelabuhan ikan.
5
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Pada bagian ini yang akan dibahas adalah gambaran perencanaan suatu pekerjaan konstruksi yang dibutuhkan untuk dasar-dasar perencanaan. Pada perencanaan tersebut digunakan beberapa metode dan perhitungan bersumber dari beberapa referensi yang terkait dengan jenis proyek ini dan didasarkan pada kondisi riil di lapangan.
Dasar-dasar perencanaan dibutuhkan juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan tersebut, masalah-masalah yang akan dihadapi dan cara penyelesaiannya. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dituntut adanya perencanaan yang matang dengan dasar-dasar perencanaan yang baik.
2.2 Pelabuhan Perikanan
2.2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan
7
perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya.
b) Menurut Departemem Pertanian dan Departemen Perhubungan (1996) Pelabuhan Perikanan adalah sebagai tempat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan usaha perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan kegiatan ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh, bertambat, mendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan.
c) Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan kusus yang merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan, baik dilihat dari aspek peroduksi maupun aspek pemasarannya (Ayodhyoa, 1975)
2.2.2 Klasifikasi Pelabuhan
Menurut Bambang Murdiyanto (2004), klasifikasi besar-kecil usahanya pelabuhan perikanan dibedakan menjadi tiga tipe pelabuhan, yaitu :
a) Pelabuhan Perikanan Tipe A (Pelabuhan Perikanan Samudera)
8
perikanan yang beroperasi di perairan samudera yang lazim digolongkan ke dalam armada perikanan jarak jauh sampai ke perairan ZEEI (Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia) dan perairan internasional, mempunyai perlengkapan untuk menangani (handling) dan mengolah sumber daya ikan sesuai dengan kapasitasnya yaitu jumlah hasil ikan yang didaratkan. Adapun jumlah ikan yang didaratkan minimum sebanyak 200 ton/hari atau 73.000 ton/tahun baik untuk pemasaran di dalam maupun di luar negeri (ekspor). Pelabuhan perikanan tipe A ini dirancang untuk bisa menampung kapal berukuran lebih besar daripada 60 GT (Gross Tonage) sebanyak sampai dengan 100 unit kapal sekaligus. Mempunyai cadangan lahan untuk pengembangan seluas 30 Ha.
b) Pelabuhan Perikanan tipe B (Pelabuhan Perikanan Nusantara)
9
pemasaan di dalam negeri. Pelabuhan perikanan tipe B ini dirancang untuk bisa menampung kapal berukuran sampai dengan 60 GT (Gross Tonage) sebanyak sampai dengan 50 unit kapal sekaligus. Mempunyai cadangan lahan untuk pengembangan seluas 10 Ha.
c) Pelabuhan Perikanan Tipe C (Pelabuhan Perikanan Pantai) Pelabuhan perikanan tipe ini adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal-kapal nelayan yang berukuran 15 GT (Gross Tonage) sebanyak 25 unit sekaligus, dengan produksi ikan sebanyak 20 ton/hari dan mempunyai perlengkapan untuk mengolah hasil tangkapan. Untuk pembangunan PPP di rencanakan cadangan lahan pengembangan seluas 5 Ha.
d) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dimaksudkan sebagai prasarana pendaratan ikan yang dapat menangani produksi ikan sampai dengan 5 ton/hari, dapat menampung kapal perikanan sampai dengan ukuran 5 GT sejumlah 15 unit sekaligus. Untuk pembangunan PPI ini diberikan lahan darat untuk pengembangan seluas 1 Ha.
2.2.3 Fungsi Pelabuhan perikanan
10
pula pada pelabuhan lain (pelabuhan umum atau pelabuhan niaga). Yang dimaksud fungsi kusus adalah fungsi yang berkaitan dengan masalah perikanan yang memerlukan pelayanan kusus pula yang belum terlayani oeh adanya berbagai fasilitas fungsi umum (Bambang Murdiyanto, 2004).
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1995), bahwa fungsi pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut :
a) Pusat pengembangan masyarakat nelayan;
Sebagai sentra kegiatan masyarakat nelayan, pelabuhan perikanan diarahkan dapat mengkomodir kegiatan nelayan baik nelayan berdomisili maupun nelayan pendatang.
b) Tempat berlabuh kapal perikanan;
11
c) Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan;
Sebagai tempat pendaratan ikan hasil tangkap (unloading activities) pelabuhan perikanan selain memiliki fasilitas dermaga bongkar dan lantai dermaga (apron) yang baik dan bersih didukung pula oleh sarana/fasilitas sanitasi dan wadah pengikat ikan.
d) Tempat memperlancar kegiatan kapal perikanan;
Pelabuhan perikanan dipersiapkan untuk mengakomodir kegiatan kapal perikanan, baik kapal perikanan tradisional maupun kapal motor besar untuk kepentingan pengurusan administrasi persiapan ke laut dan bongkar ikan, pemasaran/pelelangan dan pengolahan ikan hasil tangkap. e) Pusat penanganan dan pengolahan mutu hasil perikanan;
Prinsip penaganan dan pengolahan produk hasil perikanan adalah bersih, cepat dan dingin (clean, quick and cold). Untuk memenuhi prinsip tersebut setiap pelabuhan perikanan harus memiliki fasilitas-fasilitas seperti fasilitas penyimpanan (cold storage) dan sarana/fasilitas sanitasi dan hygien, yang berada di di kawasan industri dan lingkungan kerja pelabuhan perikanan.
f) Pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan;
12
penangkapan baik yang dibawa melalui laut maupun jalan darat.
g) Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan;
Pengendalian mutu hasil perikanan dimulai pada saat penangkapan sampai kedatanagn konsumen. Pelabuhan perikanan sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap selayaknya dilengkapi unit pengawasan mutu hasil perikanan seperti laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan (LPPMHP) dan perangkat pendukungnya, agar nelayan dalam melaksanakan kegiatannya lebih terarah dan terkontrol mutu produk yang dihasilkan.
h) Pusat penyuluhan dan pengumpulan data;
13
2.2.4 Fasilitas Pelabuhan
Dalam perencanaan pelabuhan perikanan harus diperhatikan pengadaan beberapa fasilitas sebagai berikut :
a) Fasilitas dasar
Fasilitas dasar merupakan fasilitas pokok yang harus ada dan berfungsi untuk melindungi pelabuhan perikanan dari gangguan alam, tempat bongkar ikan hasil tangkapan, dan memuat perbekalan serta tempat labuh kapal-kapal penangkap ikan. Fasilitas dasar ini meliputi :
Pemecah gelombang dan kolam pelabuhan perikanan Dermaga bongkar, dermaga muat, dan dermaga tambat Areal daratan pelabuhan perikanan
Jaringan jalan Jaringan drainase
b) Fasilitas fungsional
Fasilitas ini berfungsi untuk memberikan pelayanan yang diperlukan untuk kegiatan operasional pelabuhan perikanan, yang meliputi fasilitas-fasilitas sebagai berikut ini :
14
Pelataran perbaikan dan penjemuran tangkap (jaring)
Fasilitas pengolahan
Cold storage
Balai pengolahan ikan Kantor administrasi pelabuhan perikanan Instalasi listrik
Sarana komunikasi
Fasilitas pendukung yang meliputi
Rumah jaga
Gudang perlengkapan Gudang genset
Pagar keliling c) Fasilitas penunjang
Merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan untuk
mendukung kegiatan pelabuhan perikanan. Fasilitas ini terdiri dari :
Perumahan untuk kepala pelabuhan perikanan,
15
Penginapan nelayan Tempat ibadah Kantin
Pertokoan Pasar
Sarana kebersihan Laboratorium bina mutu Pusat pelatihan nelayan
d) Lahan pengembangan industri perikanan
Berupa lahan yang disediakan untuk investor yang akan membangun industri perikanan seperti cold storage, pabrik es, pengalengan, pembekuan, pengasapan, dan sebagainya. e) Lahan pengembangan
Berupa lahan yang disediakan untuk para nelayan, pengusaha kecil yang akan mendirikan industri kecil/tradisional seperti pemindangan, penggaraman, pengasapan, dan sebagainya.
2.3 Dasar-Dasar Perencanaan Pelabuhan Perikanan
Dalam perencanaan pembangunan pelabuhan ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan kondisi lapangan yang ada, antara lain :
2.3.1 Topografi dan situasi
16
pengembangan di masa datang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industri. Apabila daerah daratan sempit maka pantai harus cukup luas dan dangkal untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakuka penimbunan pantai tersebut. Daerah yang akan digunakan untuk perairan pelabuhan harus mempunyai kedalaman yang cukup sehingga kapal-kapal dapat masuk ke pelabuhan.
2.3.2 Angin
Angin adalah sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi. Gerkan udara ini disebabkan oleh perubahan temperatur atmosfer.
Dalam perencanaan pelabuhan angin sangat berpengaruh karena : a) Memberikan Pergerakan tambahan kapal saat hendak
merapat ke dermaga.
b) Memberikan gaya horizontal terhadap bangunan pelabuhan c) Mengakibatkan terjadinya gelombang laut yang
menimbulkan gaya pada bagunan pelabuhan.
d) Mempengaruhi kecepatan arus, di mana kecepatan arus yang rendah dapat menimbulkan sendimentasi.
2.3.3 Pasang Surut
17
bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari. pengetahuan tentang pasang surut sangat penting dalam perencanaan pelabuhan. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan-bangunan pelabuhan. Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan pemecah gelombang, dernaga, dsb. Ditentukan oleh elevasi muka air pasang, sementara kedalaman alur pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air surut. 2.3.4 Gelombang
Gelombang merupakan faktor terpenting dalam perencanaan pelabuhan. Gelombang di laur bisa dibangkitkan oleh angin (gelombang angin), gaya tarik matahari dan bulan (pasang surut), letusan gunung berapi atau gempa di laut (tsunami) kapal bergeran dan sebagainya.
Gelombang digunakan untuk merencanakan bagunan-bangunan pelabuhan sperti pemecah gelombang, studi ketenangan di pelabuhan dan fasilita-fasilitas pelabuhan lainnya.
Gelombang tersebut akan menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada banguna pelabuhan. Selain itu gelombang juga bias menimbulkan arus dan transport sendimentasi di daerah pantai. 2.3.5 Kondisi Tanah
18
dalam perencanaan pembangunan pelabuhan berdasarkan daya dukung tanah di sekitar lokasi pembangunan.
2.3.6 Karakterisrik kapal
Karakteristik kapal yang dimaksud adalah ukuran-ukuran kapal dan jumlah kapal yang sangat mempengaruhi ukuran dermaga, kedalaman kolam pelabuhan dan gelombang yang ditimbulkan dari kapal tersebut.
Luas minimum pelabuhan adalah ruang yang diperlukan untuk dermaga ditambah dengan kolam putar (turning basin) yang terletak di depannya. Ukuran kolam putar tergantung pada pada ukuran kapal dan kemudahan gerak berputar kapal yang dapat dibedakan dalam empat macam :
a) Ukuran ruang optimum untuk dapat berputar dengan mudah memerlukan diameter empat kali panjang kapal.
b) Ruang putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari dua kali panjang kapal.
c) Ukuran menengah ruang putar dengan sedikit kesulitan dalam berputar mempunyai diameter dua kali panjang kapal. d) Ukuran minimum ruang putaran harus mempunyai diameter
19
2.4 Perencanaan Fasilitas Dasar
Yang dimaksud dengan fasiltas dasar dalam perencanaan pelabuhan peikanan pantai adalah bangunan-bangunan utama yang harus dimiliki sebagai pendukung pangkalan pendaratan ikan sehingga dapat digunakan sebgai tempat bersandarnya kapal dari pengaruh gelombang dan angin.
2.4.1 Alur Pelayaran
Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk dan merapat ke dermaga. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang dan arus. Perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan ditentukan oleh kapal terbesar yang akan masuk ke dalam pelabuhan dan kondisi meteorologi dan oseanografi.
Dalam perjalanan masuk ke pelabuhan melalui alur pelayaran, kapal mengarungi kecepatannya samapi kemudian berhenti di dermaga.
a) Kedalaman alur
Untuk mendapatkan kondisi oprasi yang ideal kedalaman air di alur masuk harus cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan kapal bermuatan penuh. Kedalaman air ini ditentukan oleh perhitungan dengan formula (Triadmodjo,1996):
+ G + R + P + S + K (1) Dengan :
20
G : gerak vertical kapal karena gelombang dan squat. R : ruang kebebasan bersih
P : ketelitian pengukuran
S : pengendapan sendimen antara dua pengerukan K : toleransi pengerukan
Gambar 2.1 kedalaman Alur Pelayaran b) Lebar alur pelayaran
Lebar alur biasanya diukur pada kaki-kaki sisi-sisi miring saluran atau pada kedalaman yang direncanakan. Lebar alur tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
Lebar, kecepatan dan gerkan kapal.
Trafik kapal, apakah alur direncakan untuk satu atau
dua jalur
Kedalaman alur.
21
Lebar alur menurut OCDI :
Tabel 2.1 lebar alur menurut OCDI (Triadmodjo, 1996)
Panjang alur Kondisi pelayaran Lebar
Relatif panjang
Kapal sering bersimpangan 2Loa Kapal tidak sering bersimpangan 1,5Loa
Selain dari alur di atas
Kapal sering bersimpangan 1,5Loa
Kapal tidak sering bersimpangan
Loa
c) Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan merupakan daerah peraiaran di mana kapal berlabuh untuk melakukan bongkar muat, melakukan gerkan memutar (di dalam kolam), dsb. Kolam pelabuhan harus terlindung dari gangguan gelombang mempunyai kedalaman yang cukup. Di laut yang dangkal diperlukan pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang direncanakan.
Pada umumnya kedalaman kolam dasar pelabuhan di tetapkan berdasarkan syarat maksimum (max. draft) kapal yang bertambat ditambah dengan jarak aman (clearance) sebesar (0.8-1.0) m di bawah lunas kapal. (Soedjono Krambadibrata, 2002).
2.4.2 Dermaga
22
Dalam merencanakan dermaga pelabuhan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Letak kedalaman perairan yang direncanakan.
Beban muatan yang harus dipikul dermaga, baik beban merata
maupun beban terpusat.
Karakteristik tanah, terutama yang bersangkutan dengan daya
dukung tanah, stabilitas bangunan dan lingkungan maupun kemungkinan penurunan bangunan sebagai akibat dari konsolidasi tanah.
Sistem angkutan dan sistem penanganan muatan.
Dalam merencanakan sebuah dermaga pelabuhan perikanan harusnya dilakukan perhitungan terhadap beberapa ukuran arau dimensi dermaga, perhitungan ukuran atau dimensi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Panjang Dermaga.
23
W = waktu atau periode penggunaan dermaga B = lebar kapal.
b) Lebar Dermaga.
Lebar dermaga yang disediakan untuk bongkar muat barang disesuaikan dengan kebutuhan ruang dengan perhitungan yang cukup untuk penggunaan alat-alat yang digunakan Lalu lintas alat angkut ikan di dermaga direncanakan dengan gerobak dan dipikul dari kapal. Kemudian diangkut kealat angkut yang lebih besar (mobil/truck).
c) Konstruksi Dermaga
Perhitungan konstruksi dermaga meliputi perhitungan plat dan balok dermaga. Pembebanan yang terjadi pada plat dan balok meliputi beban mati (dead load) berupa beban sendiri, beban hidup (life load) berupa beban orang dan barang, beban tarikan kapal, beban akibat benturan kapal dan beban akibat gaya horizontal gempa. Perencanaan beban berdasarkan pada peraturan pembebanan yang berlaku pada peraturan perencanaan beton bertulang menggunakan SKSNI 03-2847-2002.
d) Pondasi Dermaga.
24
pancang yang baik, maka sangat perlu mengetahui beban-beban yang bekerja pada konstruksi di atas bangunan tersebut.
I. Perhitungan daya dukung tiang pancang i. Terhadap kekuatan bahan
(3) Dimana :
σb = 0,33 (f’c)
Di mana :
Pall = Kekuatan tiang yang diizinkan. σb = Tegangan tiang terhadap permukaan.
A tiang = Luas penampang tiang pancang f’c = Mutu beton (N/mm2)
ii. Terhadap pemancangan
Dengan rumus pancang A. Hiley dengan tipe single acting drop hammer.
(4)
Dimana :
Ef = efesiaensi alat pancang Wp = Berat sendiri tiang pancang W = Berat hammer
25
δ = Penurunan tiang akibat pukulan terakhir
C1 = Tekanan izin sementara pada kepala tiang dan penutup
C2 = simpangan tiang akibat tekanan izin sementara
C3 = Tekanan izin semntara Ru = Batas maksimal beban (ton) Maka Pa = 1/n x Ru
Pa = batas beban izin yang di terima tiang n = Angka keamanan
iii. Terhadap kekuatan tanah
Dengan rumus daya dukung pondasi tiang pancang Mayerhoff (1956) :
(5) Dimana :
Pult = daya dukung batas pondasi tiang pancang (ton)
Nb = Nilai N-SPT pada elevasi tiang dasar Ab = Luas penampang tiang dasar (m2) N = Nilai SPT rata-rata
As = Luas selimut tiang (m2)
26
II. Perhitungan Efesiensi Tiang
Formula efesiensi grup tiang pancang menurut Sardjono pada buku rekayasa pondasi adalah :
(6)
Dimana :
m = jumlah baris
n = jumlah tiang dalam satu baris θ = arc tan (d/s)
d = diameter tiang
s = jarak antar tinag (as ke as).
Dengan memperhitungkan efesiensi, maka daya dukung tiang pancang tunggal menjadi :
Pall = Eff x P tiang
III. Perhitungan tekanan pada kelompok tiang (Vertikal)
Menurut Buku yang ditulis dalam buku rekayasa Pondasi milik Sardjono, perhitungan tekanan kelompok tiang dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
(7)
Dimana :
n = banyaknya tiang pancang
27
Y max = jarak terjau ditinjau dari sumbu y Ʃ (x2) = jumlah kuadrat absis tiang pancang Ʃ (y2) = jumlah kuadrat ordinat tiang pancang
nx = jumlah tiang pancang tiap baris pada arah x ny = jumlah tiang pancang tiap baris pada arah y
2.4.3 Fender
Fender adalah salah satu konstruksi bangunan dermaga yang berfungsi untuk meredam benturan kapal dengan dermaga sehingga kerusakan pada pinggir dermaga dapat dihindari.
Gaya yang dapat diserap oleh fernder adalah (0,5E) dan sisanya ditahan oleh dermaga.
Besarnya energi yang terjadi akibat benturan kapal dapat dihitung dengan Formula yang ditulis dalam buku Pelabuhan Bambang Triadmodjo, yaitu sebagai berikut :
(8)
Dimana :
E = energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal (ton meter) W = berat kapal (ton/m/detik2)
V = kecepatan kapal saat merapat (m/d) g = Percepatan gravitasi bumi
28
Cs = koefisien kekerasan Cc = koefisien dari tambatan
untuk kecepatan kapal dapat ditentukan pada table dibawah ini : Tabel 2.2 Kecepatan merapat kapal pada dermaga
Ukuran Kapal (DWT) Kecepatan Merapat (m/det) Pelabuhan Laut terbuka
Sampai 500 0,25 0,30
500-10.000 0,15 0,20
10.000-30.000 0,15 0,15
Lebih dari 30.000 0,12 0,15
Sumber : Pelabuhan,1996
Koefisien massa tergantung dari gerakan air di sekeliling kapal yang ada, dan persamaan yang digunakan adalah persamaan yang didapat pada buku Pelabuhan Bambang Triadmodjo sebagai berikut:
(9)
Dimana :
d = Draft Kapal (m) Cb = koefisien blok kapal B = Lebar kapal (m)
Sementara itu nilai Cb didapat dari buku Pelabuhan Bambang Triadmodjo, persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
29
Dimana :
W = bobot kapal Lpp = Panjang garis air
γ0 = berat jenis air (1000 Kg/m2 ).
Sedangkan koefisien eksentrisitas adalah perbandingan antara energi sisa dengan energi kapal dan dihitung dengan persamaan yang didapat pula dari buku Pelabuhan Bambang Triadmodjo :
(11)
Dimana :
l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal sampai titik sandar kapal ¼ Loa.
Loa = panjang kapal yang di tambat.
r = jari-jari putaran di sekeliling pusat gerak kapal pada permukaan air
untuk nilai r diperoleh dari grafik yang didapat dilihat pada buku Pelabuhan Bambang Triadmodjo, grafik tersebut dapat dilihat pada gambar di berikut ini ini :
30
2.4.4 Bolder
Fungsi bolder / penambat adalah untuk menambatkan kapal agar tidak mengalami pergerakan yang dapat mengganggu baik pada aktivitas bongkar maupun lalu lintas kapal yang lainnya.
31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan kita sebelum memulai tahapan pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan pekerjaan. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Perumusan dan identifikasi masalah
2. Observasi dan peninjauan langsung di lokasi masalah
3. Penentuan kebutuhan data, sumber data dan pengadaan administrasi perencanaan data dilanjutkan pengumpulan data.
4. Perencanaan jadwal rencana desain perencanaan.
Persiapan diatas harus dilakukan secara cermat untuk menghindari pekerjaan yang berulang. Sehingga tahap pengumpulan data menjadi optimal.
3.2Lokasi Penelitian
32
3.3Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan sarana pokok untuk menemukan penyelesaian masalah secara ilmiah. Dalam pengumpulan data, peranan instansi yang terkait sangat diperlukan sebagai pendukung dalam memperoleh data-data yang diperlukan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data adalah :
1. Jenis-jenis datanya. 2. Tempat diperolehnya.
3. Jumlah data yang harus dikumpulkan agar diperoleh data yang memadai (cukup, seimbang dan tepat atau akurat).
Dalam perencanaan pengembangan PPP lempasing ini metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melalui cara-cara sebagai berikut :
a. Metode literatur
Yaitu mengumpulkan, mengidentifikasi dengan mengolah data tertulis dan metode kerja yang dilakukan.
b. Metode observasi
Yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara survey langsung ke lapangan agar diketahui kondisi riil di lapangan secara garis besar, dan juga dengan cara pencarian data melalui internet untuk mengetahui kondisi lokasi yang sebenarnya.
c. Metode wawancara
33
Berdasarkan beberapa metode pengumpulan data di atas makan data yang diperoleh adalah data sekunder yaitu data yang diproleh dari instansi yang terkait dalam perencanaan pengembangan PPP lempasing.
Data sekunder yang yang diperlukan adalah sebagai berikut : Data peta topografi dan peta situasi.
Data angin, pasang surut dan gelombang.
Data jumlah dan jenis kapal yang berlabuh serta volume ikan di PPP
Lempasing.
3.4Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan proses pengolahan data-data yang telah diperoleh. Analisis data ini meliputi :
1. Data Oceanografi
Terdiri dari data pasang surut, angin dan gelombang serta data sedimentasi digunakan untuk menentukan elevasi muka air tertinggi / banjir yang dipakai sebagai acuan dalam menetapkan tinggi elevasi dermaga dan untuk merencanakan elevasi alur pelayaran, elevasi bangunan/fasilitas pelabuhan pendaratan ikan dan perhitungan kontruksi bangunan fasilitas pelabuhan.
2. Data tanah
34
3. Data jumlah kapal
Analisis ini dipakai untuk menentukan panjang dermaga dan kebutuhan perencanaan ke depan, sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan pemakaian dermaga.
4. Data jumlah produksi ikan
Analisis ini diperlukan untuk menghitung perencanaan ke depan luas ruang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga dapat menampung keseluruhan hasil produksi ikan. Jika data-data di atas yang sudah dianalisa sudah cukup maka dapat dilakukan langkah selanjutnya, tetapi jika masih kurang maka harus kembali melakukan metode pengumpulan data.
3.5Perencanaan Lay Out
35
3.6Perencanaan Bangunan
Perencanaan bangunan pada Pelabuhan ikan ini adalah perencanaan dermaga. Pada perencanaan dermaga Pelabuhan ikan Lempasing ini, perencanaan meliputi perencanaan tipe dermaga, panjang dan lebar dermaga, plat lantai dan balok dermaga, pondasi, serta fender dan bolder.
3.7Gambar Konstruksi
36
1
Flowchart Proses Analisis Penelitian ini :
- Data pasang surut, angin dan gelombang - Data kapal dan produksi ikan
- Peta lokasi, topografi dan situasi
Perencanaan Dermaga, fender&Bolder, tata letak bangunan di pelabuhan
83
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1KESIMPULAN
Dari hasil perencanaan pelabuhan perikanan pantai Lempasing yang meliputi analisis data, perhitungan struktur dermaga, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelabuhan perikanan Pantai Lempasing ini direncanakan sebagai pelabuhan perikanan Pantai dengan bobot kapal maksimum 30 GT. 2. Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing ini tidak memerlukan
Breakwater karna memanfaatkan pulau-pulau kecil di daerah sekitar pelabuhan yang berfungsi memecah gelambang dalut dalam sebelum memasuki kolam pelabuhan.
3. Untuk struktur-struktur dermaga sebagai berikut : a. Pelabuhan
Kedalaman alur layar = 4,5 meter Lebar alur pelayaran = 36 meter
b. Dermaga
Elevasi dermaga = + 2.00 m dari ± 0.00 Panjang dermaga = 70 meter
84
Plat lantai :
Tebal = 150 mm
Tulangan lapangan = Ø10-200 Tulangan tumpuan = Ø10-150 Balok :
Lebar = 300 mm
Tinggi = 400 mm
Tulangan lapangan = 5 Ø 16, sengkang Ø8-100
Tulangan tumpuan =5 Ø 16, sengkang Ø8-100
Tiang pancang :
Panjang
Kedalaman Pemancangan = 25 meter Tinggi elevasi lantai
dermaga ke permukaan laut = 5 meter + = 30 meter
Dimensi penampang = 50 cm (diameter) Bahan = Beton mutu 60 MPa Fender :
Bahan = 1 unit fender soemitomo Type HA 150 H x 1000 L (CV 4)
85
Bolder :
Bahan = beton mutu 30 MPa Dimensi penampang = diameter 20 cm Tulangan = 5 Ø 10
4. Bangunan yang harus dibangun di sekitar pelabuhan adalah Pasar Ikan Higienis (PIH), untuk mengatasi adanya lapak-lapak liar di sekitar TPI yang menghambat proses ditribusi hasil tangkapan ke beberapa daerah.
5.2SARAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing ini antara lain :
1. Untuk menghindari pendangkalan di depan dermaga maka perlu dilakukan pengerukan secara berkala, minimal 5 Tahun Sekali.
2. Untuk meningkatkan rasa memiliki pada masyarakat maka dianjurkan memakai material dan tenaga kerja setempat disamping supaya bisa menyediakan lapangan kerja.
3. Perlu juga dikembangkan akses jalan masuk ke lokasi dermaga agar proses bongkar muat bisa berjalan lancar.
4.Perlu dilakukan penataan kawasan pemukiman agar lebih memudahkan untuk pengembangan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa. 1975. Lokasi dan fasilitas pelabuhan perikanan. Bagian penangkapan ikan. Fakultas perikanan Institut pertanian Bogor. Bogor.
Bowles, Joseph. E. 1993. Analisis dan Desain Pondasi, Erlangga, Jakarta.
Dyah, Sulistyani. 2005. Modul Pengembangan Manajemen Pelabuhan Perikanan. Undip. Semarang.
Departemen Pekerjaan Umum. 2002. SK-SNI-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung.
Hadihardaja, Joetata. 1997. Rekayasa Fundasi II. Gunadarma. Jakarta. Kramadibrata, Soedjono. 2002. Perencanaan Pelabuhan. ITB, Bandung. Lubis, Ernani. 2000. Pengantar Pelabuhan Perikanan. IPB, Bogor. Murdiyanto, Bambang. 2004. Pelabuhan Perikanan. IPB. Bogor. Sardjono, H. S, 1988, Pondasi Tiang Pancang Jilid 1, Sinar Wijaya, Surabaya.
Triadmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Beta Offset Perum FT-UGM, Yogyakarta.
Triadmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. FT-UGM. Yogyakarta.
Triadmodjo, Bambang. 2009. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta.