• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penyebaran Litologi Batupasir Menggunakan Inversi Extended Elastic Impedance (EEI) di Lapangan Penobscot, Kanada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Penyebaran Litologi Batupasir Menggunakan Inversi Extended Elastic Impedance (EEI) di Lapangan Penobscot, Kanada"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Penyebaran Litologi Batupasir Menggunakan Inversi Extended Elastic Impedance (EEI) di Lapangan Penobscot, Kanada

Analysis of Sandstone Lithology Distribution Using Extended Elastic Impedance (EEI) Inversion in Penobscot Field, Canada

Mahardika Aji Kurniawan1*, Ruhul Firdaus 2, Mokhammad Puput Erlangga 3

1Teknik Geofisika,Jurusan Teknik Manufaktur dan Kebumian, Institut Teknologi Sumatera, Jalan

Terusan Ryacudu, Way Huwi, Lampung Selatan, 35365 *Corresponding E-mail: dikaaji100@gmail.com

ABSTRAK

Metode inversi Extended Elastic Impedance (EEI) telah digunakan untuk mengetahui penyebaran litologi batupasir pada Formasi Missisauga di Lapangan Penobscot, Kanada. Properti fisik yang ingin disebarkan dengan metode tersebut adalah log gamma ray karena sensitif terhadap pemisahan litologi batupasir dan shale. Meskipun terdapat keterbatasan dari segi kualitas data seismik yang belum dilakukan preconditioning dan ketiadaan log Vs, hasil crossplot memberikan korelasi

tertinggi untuk gamma ray sebesar 0,50758 yang ekuivalen dengan EEI sudut 30o. Nilai cut off EEI

( 𝜒 =30o) yang digunakan adalah 9500 ((m/s)*(g/cc)). Hasil pemetaan atribut gamma ray ini

menunjukan bahwa interval reservoir dari Sand 2 hingga Sand 7 di dominasi oleh litologi batupasir. Litologi shale dijumpai hampir pada semua interval tetapi kemunculannya dominan pada interval Sand 4-Sand 5.

Kata kunci: Extended Elastic Impedance, atribut gamma ray, Penobscot

ABSTRACT

An Extended Elastic Impedance (EEI) inversion method has been used to identify lithology distribution of sandstone in the Mississauga Formation in Penobscot Field, Canada. The physical property that wants to be propagated using this method is the gamma-ray log because it is sensitive to distinguish between sandstone and shale lithology. Although there are limitations in terms of seismic data quality that have not been preconditioned and the absence of log Vs, the crossplot results give the highest correlation for gamma rays of 0.50758 which is equivalent to an EEI angle of 30o. The cut off value for EEI (χ = 30o) used is 9500 ((m / s) * (g / cc)). The results of this

gamma-ray attribute mapping show that the reservoir interval from Sand 2 to Sand 7 is dominated by sandstone lithology. Shale lithology was found in almost all intervals but its dominant appearance was in the Sand 4 - Sand 5 interval.

(2)

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan minyak dan gas bumi semakin meningkat, sehingga perlu dilakukan adanya peningkatan eksplorasi hidrokarbon untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Eksplorasi hidrokarbon adalah serangkaian kegiatan untuk menemukan cadangan hidrokarbon yang ekonomis untuk di eksploitasi serta untuk mengetahui penyebaran hidrokarbon pada reservoir. Karakterisasi reservoir adalah tahapan yang penting dalam ekplorasi hidrokarbon untuk mengetahui distribusi parameter fisis reservoir dan dapat membantu dalam menentukan lokasi pengeboran.

Salah satu tantangan di dunia eksplorasi hidrokarbon adalah ambiguitas bawah permukaan. Hal tersebut mondorong para geoscientist untuk melakukan studi lebih jauh untuk mengenal reservoir. Saat ini terus dilakukan pengembangan teknologi yang dapat memberikan citra bawah permukaan terbaik untuk mengurangi resiko pengeboran dan informasi yang lebih akurat mengenai prospek hidrokarbon (Shahri, 2013). Seismik refleksi adalah salah satu metode utama dalam eksplorasi hidrokarbon. Metode ini dapat menggambarkan keadaan geologi bawah permukaan bumi dengan baik, sehingga berguna untuk identifikasi struktur geologi yang dapat bertindak sebagai

perangkap-perangkap hidrokarbon dan reservoir

hidrokarbon (Russell dkk., 2005)..

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk pengembangan dan optimalisasi ekplorasi hidrokarbon. Pengembangan berbagai metode digunakan untuk secara langsung memprediksi penyebaran litologi dan kandungan fluida reservoir tanpa melakukan banyak pengeboran. Salah satu metode yang mengalami pengembangan pada interpretasi metode seismik adalah inversi seismik. Dalam interpretasi seismik kuantitatif, inversi seismik adalah metode yang cukup baik dalam memprediksi litologi dan kandungan fluida dengan menggunakan data seismik dan data sumur sebagai pengontrolnya (J.Hilterman, 2001). Selain metode inversi, dalam interpretasi seismik terdapat metode lain yang dapat digunakan yaitu seismik stratigrafi, seismik atribut, inversi Acoustic Impedance (AI), Amplitude Variation with Offset (AVO), inversi Lambda Mu Rho, inversi

Elastic Impedance (EI) dan inversi Extended Elastic Impedance (EEI).

Metode inversi Extended Elastic Impedance (EEI) dapat digunakan ketika metode inversi Acoustic Impedance (AI), dan inversi Elastic Impedance (EI) tidak dapat membedakan litologi maupun fluida dengan baik akibat adanya ambiguitas nilai impedansi (Harun dkk., 2013). Metode

Elastic Impedance (EI) hanya dapat bekerja dengan optimal

pada sudut (incident angle) yang terbatas yakni 0-30o (Hicks

danFrancis, 2006). Pada sudut lebih tinggi dari 30o, metode

Elastic Impedance (EI) tidak dapat diterapkan untuk data pre-stack (Whitcombe, 2002) .

Secara umum Extended Elastic Impedance (EEI) didefinisikan sebagai rentang antara Acoustic

Impedance (AI) dan Gradient Impedance (GI) yang

dikontrol oleh sudut χ, sebagai fungsi θ yang merupakan sudut datang dari target horizon. Sudut χ merupakan sudut rotasi dari crossplot tersebut (Woelandari, 2010). Hasil simulasi inversi Extended

Elastic Impedance (EEI) memiliki nilai sudut yang

mewakili parameter density, rigidity,

incompressibility, poisson’s ratio dan Vp/Vs pada

sumur dan dapat digunakan untuk melihat penyebaran parameter tersebut secara lateral (Connoly, 1999).

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis penyebaran litologi batupasir dengan zona target pada Formasi Missisauga di lapangan Penobscot, Kanada. Pada zona target terdapat beberapa perselingan litologi sandstone dan shale sehingga untuk memiliki kompleksitas yang tinggi. Dalam menganalisis lapisan zona target yang memiliki kompleksitas litologi yang tinggi diperlukan metode khusus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode inversi Extended Elastic Impedance (EEI) karena dapat menggambarkan penyebaran bawah permukaan lebih baik dibandingkan dengan metode lain. Metode inversi Extended Elastic

Impedance (EEI) merupakan metode yang efektif

untuk memisahkan litologi dan mengidentifikasi kandungan fluida.

II. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengidentifikasi parameter log yang sensitif

untuk diaplikasikan inversi Extended Elastic

Impedance (EEI) dalam mengidentifkasi penyebaran litologi batupasir di daerah penelitian;

2. Pemetaan dan analisis persebaran litologi batupasir menggunakan inversi Extended

Elastic Impedance (EEI) di daerah penelitian. III. BATASAN MASALAH

1. Daerah penelitian dibatasi pada litologi batupasir Formasi Missisauga di Lapangan Penobscot, Kanada;

2. Data seismik yang digunakan adalah Seismik 3D Pre-Stack Time Migration dalam bentuk data CDP Gather yang sudah di processing dan dianggap baik;

3. Penelitian ini difokuskan pada Sumur L-30 di Lapangan Penobscot, Kanada. Data log yang digunakan adalah log Gamma Ray, Density, NPHI, Vp, Resistivity dan parameter log lainnya. Serta log Vs yang sudah ada

(3)

didapatkan dengan cara predict log menggunakan metode fisika batuan; dan

4. Hasil penelitian ini difokuskan hanya di pembuatan model pernyebaran litologi batupasir menggunakan inversi Extended Elastic Impedance (EEI).

IV. TEORI DASAR

Konsep Gelombang Seismik

Metode seismik didasarkan pada respon bumi terhadap gelombang seismik yang berasal dari gangguan mekanis yang dialami oleh bumi. Sumber gelombang pada permukaan bumi dalam bentuk energi akustik yang kemudian diteruskan ke segala arah dari sumber gangguan tersebut. Ketika mencapai batas antar 2 medium yang memiliki perbedaan kontras impedansi akustik, maka sebagian energi akan dipantulkan kembali ke permukaan dan sebagian di transmisikan (Shearer, 2009).

Amplitude Versus Offset (AVO)

Amplitude Variation with Offset (AVO) digunakan untuk menganalisis variasi amplitudo sinyal yang disebabkan oleh adanya variasi offset antara source dan receiver. Metode AVO adalah salah satu teknik dalam menganalisis data seismik sebagai direct hydrocarbon indicator (DHI) (Russell, 2001).

Gambar 1 Partisi energi gelombang seismik pada bidang

reflektor (Bacon, 2014)

Amplitudo dari energi gelombang seismik akan terefleksikan dan tertransmisikan ketika gelombang seismik datang ke batas lapisan dengan sudut tidak sama dengan nol maka konversi gelombang P menjadi gelombang S. Konsekuensinya, koefisien refleksi menjadi fungsi dari kecepatan gelombang (Vp), kecepatan gelombang S (Vs), densitas (ρ) dari setiap lapisan, serta sudut datang (𝜃) sinar seismik.

Extended Elastic Impedance (EEI)

Secara umum Extended Elastic Impedance (EEI)

didefinisikan sebagai rentang antara Acoustic Impedance (AI) dan Gradient Impedance (GI) yang dikontrol oleh sudut

χ, sebagai fungsi θ yang merupakan sudut datang

dari target horizon. Sudut χ merupakan sudut rotasi dari crossplot tersebut (Woelandari, 2010). Hasil simulasi inversi Extended Elastic Impedance (EEI) memiliki nilai sudut yang mewakili parameter

density ( 𝜌 ), rigidity ( 𝜇 ), incompressibility ( 𝜆 ), poisson’s ratio (𝜎) dan Vp/Vs pada sumur dan dapat

digunakan untuk melihat penyebaran parameter tersebut secara lateral.

𝐸𝐸𝐼(𝜒) = 𝛼𝑜, 𝜌𝑜[( 𝛼 𝛼𝑜 ) 𝑝(𝛽 𝛽𝑜) 𝑞(𝜌 𝜌𝑜) 𝑟] (1) 𝑝 = 𝑐𝑜𝑠𝜒 + 𝑡𝑎𝑛𝜒 (2) 𝑞 = −8𝐾𝑠𝑖𝑛𝜒 (3) 𝑟 = 𝑐𝑜𝑠𝜒 − 4𝐾𝑠𝑖𝑛𝜒 (4)

𝛼𝑜, 𝜌𝑜, 𝛽𝑜 = nilai referensi dari Vp, Vs dan densitas

pada zona target.

Persamaan diatas disebut sebagai Extended Elastic

Impedance (EEI). Besaran reflektivitas memiliki

range nilai A ( 𝜒 = 0°) dan B( 𝜒 = 90°). Ekuivalen EEI dari 𝜒 = 0° adalah impedansi akustik (AI) dan pada

𝐸𝐸𝐼 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝜒 = 90° disebut dengan

Gradient Impedance (GI).

V. LOKASI DAN TINJAUAN GEOLOGI Geologi Regional

Lapangan Penobscot terletak pada sebelah Tenggara Provinsi Nova Scotia, sebelah Utara Pulau Sable, Kanada. Daerah prospek lapangan ini berada di subbasin Sable pada Missisauga Ridge. Cekungan Scotia terbentuk pada daerah passive continental

margin dan terdiri dari Pembentukan cekungan

Scotia terdiri dari periode syn-rift, awal post-rift, dan akhir post-rift. Periode syn-rift mengakibatkan terbentuknya cekungan dengan sedimen fluvial dan lakustrin serta batuan vulkanik. Pada akhir triassic terjadi pergerakan tektonik sehingga menyebabkan air laut masuk ke dalam cekungan dan pada awal

jurasic, bagian tengah rift basin mengalami patahan

kompleks sehingga menyebabkan terbentuknya patahan besar, graben kompleks, dan basement yang tinggi di sepanjang cekungan Scotia. Pada periode awal post-rift, terjadi transgesi air laut yang menutupi cekungan dan karbonat tumbuh dengan pesat hingga pada cretaceous awal karbonat tersebut mati karena tertutupi oleh shale. Pada periode akhir post-rift di awal cretaceous terjadi pengangkatan cekungan di

(4)

bagian barat sehingga sedimen klastik masuk ke dalam cekungan. Dominasi dari pengendapan akhir post-rift ditandai dengan adanya pasir tebal tipe delta, strandplain,

carbonate shoals, dan suksesi shallow marine shelf. Pada

akhir cretaceous terjadi kenaikan air laut dan penurunan cekungan yang mengakibatkan adanya endapan marls laut dan mudstones.

Stratigrafi

Gambar 2 Stratigrafi Regional

Cekungan Scotia.

Penelitian ini berfokus pada formasi Missisauga pada masa

cretacious awal dengan 3 anggota sand (berasal dari marker

geologi) yaitu sand 2, sand 4, dan sand 7. Formasi Missisauga menyebar luas pada basin Scotia dan memiliki

variasi facies dan ketebalan. Pada platform

LaHave,platform urin, dan Cando Ridge ketebalannya mencapai 1000 m dan tersusun atas sandstone sekitar 60 hingga 80 persen dengan beberapa facies limestone lokal di bagian Barat Daya. Pada subbasin Sable, ketebalan formasi ini sekitar 3 km dengan 30 hingga 50 persen tersusun atas sandstone dan siltstone.

Lingkungan pengendapan diperoleh dari karakter data sumur, deskripsi sampel, dan apparent degree of continuity termasuk ke dalam paparan dangkal, pantai, distributary

channel mouth bar dan barier island sehingga lingkungan

pengendapannya merupakan bagian tepi delta yang berasosiasi dengan sistem delta Sable.

Petroleum System

Source rock diperkirakan berada pada daerah Verril

Canyon dan Misaine Member yang diduga dekat dengan bagian atas oil window. Kemudian hidrokarbon bermigrasi ke arah utara dan selatan melalui struktur Penobscot karena adanya Missisauga Ridge. Reservoir diduga berada pada formasi Missisauga Tengah dan bagian Baccaro pada formasi Abenaki. Formasi Missisauga Tengah terdiri dari lapisan pasir yang tebal dibagian tengah dan menipis kepinggir dengan porositas rata-rata sekitar 20% dan permeabilitas rata- rata 120mD.

VI. METODOLOGI PENELITIAN Diagram Alir Penelitian

Gambar 3 Diagram alir penelitian Data Seismik

Data seismik yang digunakan pada penelitian ini terletak pada Lapangan Penobscot yang merupakan data seismik 3D post stack time migration (PSTM). Data ini memili inline sebanyak 481 (1000-1481) dan

xline sebanyak 600 (1000-1600) dengan sampling rate sebesar 4 ms.

Data Sumur

Data sumur yang digunakan pada penelitian ini hanya satu sumur yaituPenobscot L-30. Data log yang tersedia pada sumur Penobscot L-30 antara lain log Gamma Ray, Spontaneous Potensial, Bulk

Density, Neutron Porosity, Sonic, Resistivity, dan

(5)

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Zona Target

Pada penelitian ini dilakukan analisa determinasi zona

permeable dan impermeable yaitu melihat persebaran

batupasir yang terdapat pada formasi Missisauga. Untuk membedakan litologi batupasir dan litologi lempung pada zona target dilakukan analisis terhadap data log berupa kurva log gamma ray log SP, log Porosity dan crossover antara log RHOB yang ditunjukan pada gambar 4.

Gambar 4 Analisis zona target

Data log yang digunakan untuk mengidentifikasi zona

permeable (batupasir) dan impermeable adalah data log gamma ray dan data log SP. Litologi batupasir memiliki

permeabiltas yang ditunjukkan dengan adanya defleksi pada kurva log SP dan pada kurva log gamma ray menunjukkan respon yang rendah. Log gamma ray dapat digunakan untuk mengidentifikasi zona permeable karena menunjukan besaran intensitas radiokatif dari batuan. Pada target zona penelitian (Sand 2 - Sand 7) didominasi pengendapan sedimen klastik. Pada batuan sedimen besar kecilnya intensitas radioaktif akan menunjukkan ada tidaknya mineral-mineral lempung dikarenakan unsur radioaktif banyak terkonsentrasi dalam serpih dan lempung. Pada kurva log gamma ray litologi yang memiliki kandungan lempung tinggi akan terdapat defleksi kurva ke kanan dikarenakan nilai gamma ray tinggi. Sedangkan untuk litologi batupasir akan menunjukan defleksi ke kiri dikarenakan intensitas kandungan mineral radioaktif yang rendah sehingga memiliki nilai gamma ray yang rendah. Log SP dapat digunakan untuk memisahkan zona

permeable dengan menentukan shale baseline. Shale baseline adalah lapisan serpih yang tidak dapat dialiri listrik

sehingga potensialnya konstan sehingga pada kurva log SP-nya rata tidak terdapat defleksi. Lapisan permeable (batupasir) dapat di identifikasi dengan adanya defleksi ke arah dari shale baseline. Besarnya defleksi kurva log SP dari shale baseline dipengaruhi oleh kadar garam air formasi dan filtrasi lumpur.

Dengan melakukan analisis kualitatif terhadap log porosity, log density dan log neutron porosity dapat digunakan

untuk memisahkan zona permeable dan

impermeable serta adanya kandungan fluida. Dari

kurva log porosity zona permeable memiliki porositas sekitar 10% yang menunjukan zona tersebut dapat menjadi reservoir dan menyimpan fluida.

Setelah dapat memisahkan zona permeable dan

impermeable menggunakan log gamma ray, log SP

dan log porosity dilakukan identifikasi terhadap log

density dan log neutron porosity untuk melihat

adanya kandungan fluida pada zona target. Kandungan fluida pada batuan ditunjukan oleh kurva log density cenderung terdefleksi ke kiri (makin kecing nilai 𝜌𝑏) sedangkan pada log neutron

porosity ditunjukan dengan harga 𝜑𝑁 makin kecil

yang membuat defleksi kurva cenderung ke kanan). Pada lapisan impermeable (lempung) akan menunjukan kurva yang sebaliknya. Dengan demikian lapisan yang mengandung fluida dapat dilihat dengan adanya separasi positif antara kedua kurva sedangkan terjadi separasi negatif pada lapisan impermeable (lempung). Secara kualitatif untuk mengetahui jenis fluida yang terkandung pada zona target dapat dilihat dari besarnya separasi positif, secara umum separasi fluida gas lebih besar dibanding minyak dikarenakan

hydrogen index pada gas lebih kecil.

Dari gambar 4 daerah berwarna kuning di interpretasi secara kualitatif sebagai zona

permeable (batupasir), sedangkan daerah berwarna hijau sebagai zona impermeable (lempung). Berdasarkan log gamma ray litologi batupasir memiliki nilai lebih kecil dari cut off

gamma ray (55 GAPI). Sand 2 terdapat lapisan

batupasir tebal yang diselingi oleh lapisan lempung. Lapisan batupasir terindikasi terisi oleh fluida dikarenakan adanya separasi positif antara log

density dengan log neutron porosity. Untuk masing

masing marker dibawah sand 2 terlihat dominasi batupasir yang di selingi oleh lempung yang lebih tipis. Namun terdapat lapisan lempung yang terbal berada di bawah sand 4. Perselingan yang terdapat di zona target diduga pengaruh eustasy dikarenakan zona target berada pada lingkungan pengendapan fluvio-deltaic. Litologi batupasir terbentuk saat regresi karena sediment supply yang berasal dari landward lebih besar dibandingkan dengan tempat akomodasi. Sedangkan lapisan lempung terbentuk saat terjadinya transgresi.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan melakukan

crossplot yang bertujuan untuk memisahkan litologi

batupasir. Secara kualitatif penentuan litologi berdasarkan posisi distribusi nilai parameter yang

(6)

digunakan dalam crossplot dan juga dengan menentukan nilai cut off parameter yang digunakan dalam crossplot. Analisis crossplot dijadikan acuan pada analisis dan interpretasi selanjutnya.

Gambar 6 Crossplot density dengan P-wave

Gambar 7 Crossplot density dengan Vp/Vs

Gambar 8 Crossplot Mu-rho dengan porosity

Gambar 9 Crossplot Lamda-rho dengan porosity

Berdasarkan analilis sumur gamma ray dapat digunakan untk memisahkan litologi, sehingga dapat digunakan untuk

color key crossplot pada penelitian ini. Crossplot dilakukan

pada daerah sekitar zona target sand 2-7. Hasil crossplot mengunjukan nilai gamma ray rendah diindikasikan sebagai zona dengan litologi batupasir, dan nilai gamma

ray rendah diindikasikan sebagai zona litologi

lempung. Litologi batupasir ditandai dengan zona berwarna kuning yang memiliki nilai gamma ray 20-55 GAPI sedangkan zona berwarna hijau merupakan litologi lempung dengan nilai gamma

ray diatas 55 GAPI.

Gambar 6 dan gambar 7 memperlihatkan density sensitif untuk memisahkan litologi batupasir dan

shale. Dominasi batupasir memiliki nilai density

dibawah 2.4 (g/cc) dan dominasi shale diatas 2.4 (g/cc). Dari gambar 6 menunjukan Pwave kurang sensitif dalam pemisahan litologi hal ini dapat dilihat pada nilai Pwave diatas 3600 (m/s). Gambar 7 menunjukan Vp/Vs lebih sensitif dibandingkan

Pwave.

Gambar 8 dan gambar 9 crossplot porosity terhadap

Mu-rho dan Lamda-rho. Porosity dapat

memisahkan litologi batupasir, nilai porosity litologi batupasir berkisar 10-15 %. Dari hasil crossplot parameter Mu-rho dan lamda-rho kurang sensitif dikarenakan litologi batupasir dan shale dalam rentang nilai yang sama.

Analisis Inversi EEI

Persebaran litologi batupasir dapat diketahui melalui hasil inversi EEI sudut 30o yang memiliki korelasi dengan log gamma ray. Hasil inversi

Extended Elastic Impedance (EEI) merupakan

persebaran secara lateral dari log EEI dengan penampang seismik berupa model awal inversi. Fungsi dari log EEI adalah sebagai pengontrol dari hasil inversi EEI yang dihasilkan. Hasil inversi EEI menggunakan parameter gamma ray dengan EEI 30o. Dari analisis gambar 10 dapat dilihat nilai cut

off log EEI (30o) berkisar pada 9500 (m/s*g/cc), dimana nilai yang berada dibawah cut off

diinterpretasikan sebagai litologi batupasir

sedangkan nilai log EEI diatas cut off EEI adalah litologi lempung.

(7)

Gambar 11 Hasil Invesi EEI sudut 30o menggunakan cut off

Gambar 10 menunjukan pernyebaran nilai EEI sudut 30o

secara vertikal ataupun lateral yang tidak menerus berbeda dengan model yang menerus. Ke tidak menerusan

persebaran nilai impedansi ini mengindikasikan

persebaran fasies berada pada kondisi lingkungan pengendapan dengan proses pengendapannya sangat dinamis. Missisauga bagian tengah mengandung batupasir yang lebih tebal dibandingkan dengan missisauga bagian bawah. Bagian tengah sampai kebawah dari missisauga tidak terdapat korelasi antara log B-41 dengan L-30, hal itu tampaknya distributary channel, mouth bar dan barrier

beach sand pada delta margin menuju delta plain setting.

Korelasi sumur B-41 dan L-30 menunjukan lingkungan pengendapan dari zona penelitian berupa shallow shelf,

beach, ditributary channel, mouth bar dan barrier island,

semuanya konsisten dengan delta margin setting (Clack W.J dkk.,1992)

Hal ini sesuai dengan informasi lingkungan pengendapan zona target yang berada pada lingkungan pengendapan

fluvio-deltaic. Pengendapan di daerah fluvio-deltaic di

kontrol oleh interaksi rumit antara berbagai faktor yang berasal dari fluvial dan proses laut seperti pasang surut, arus, angin, luas shelf. Dikarenakan pengendapan

dipengaruhi oleh banyak faktor menyebabkan

pendistribusikan sedimen tidak bisa terus menerus. Persebaran fasies pada gambar 10 dipengaruhi oleh pasokan sedimen, tingkat energi gelombang dan tingkat energi pasang surut.

Untuk memfokuskan pada persebaran litologi batupasir

color key pada hasil inversi EEI sudut 30o di bagi menjadi warna kuning dan hijau dengan menggunakan cut off 9500 ((m/s)*(g/cc)). Log EEI sudut 30o di sandingkan dengan hasil

inversi EEI sudut 30o yang berfunsi sebagai pengontrol hasil

inversi. Lebar jendela inversi dibatasi dengan 20 ms dari horizon Sand 2 sampai +20 ms horizon Sand 7, sehingga daerah yang berada diluar zona jendela bernilai 0.

Untuk memperlihatkan pola penyebaran litologi batupasir perlu dilakukan ekstraksi amplitudo dari hasil inversi EEI

sudut 30o pada peta struktur kedalaman yang telah dibuat.

Ekstraksi amplitudo dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, tetapi yang kemudian dipilih adalah yang paling sesuai terhadap strukturnya. Pada penelitian ini digunakan ekstraksi amplitudo menggunakan extract RMS.

Ekstraksi amplitudo menggunakan RMS dilakukan antara 2 horizon dengan tujuan melihat daerah dominan persebaran batupasir

Gambar 12 Extract value RMS Sand 2 – Sand 3

Gambar 12 menampilkan rata rata nilai EEI(30o)

diantara Sand 2-Sand 3, dapat dilihat bahwa pada interval ini didominasi batupasir. Terdapat pola stuktur tinggian dan rendahan yang dapat dilihat dari peta struktur kedalaman. Hal ini disebabkan aktivitas tektonik pada daerah tersebut dan juga aktivitas sedimentasi pada masa Cretaceous awal. Pola penyebaran litologi batupasir yang tidak terlalu merata memperlihatkan suatu kondisi lingkungan pengendapan dengan proses sedimentasi yang sangat dinamis sehingga batupasir tidak diendapkan secara menerus hal ini sesuai dengan referensi yang ada bahwa zona target berada pada lingkungan delta

margin setting.

Gambar 13 Extract value RMS Sand 3 – Sand 4

Gambar 12 menunjukan dominasi litologi batupasir pada interval Sand 3 - Sand 4. Zona yang terisi litologi lempung hanya berada di sekitar daerah utara. Dari gambar 5 interval lapisan Sand 3 – Sand 4 memiliki litologi batupasir yang tidak terlalu tebal dan diselingi litologi lempung dengan total ketebalan interval ini 40 ms.

(8)

Gambar 14 Extract value RMS Sand 4 – Sand 5

Gambar 14 menunjukan hasil ekstraksi amplitudo dengan metode RMS pada interval lapisan Sand 4 – Sand 5. Pada lapisan interval ini didominasi litologi lempung dan hanya terdapat sedikit litologi batupasir di daerah utara. Dari gambar 5 terlihat bahwa terdapat lapisan litologi lempung yang sangat tebal pada awal pengendapan interval Sand 4 – Sand 5 kemudian pada tahap akhir sedimentasi terjadi pengendapan litologi batupasir. Pada awal pengendapan terjadi proses transgresi sehingga menghasilkan sedimen litologi lempung yang tebal.

Gambar 15 Extract value RMS Sand 5 – Sand 6

Pada gambar 14 menunjukan amplitudo RMS dari lapisan sand 5 - sand 6 dimana pada interval ini didominasi litologi batupasir. Interval ini didominasi oleh litologi batupasir karena diawal pengendapan sedimen berbutir kasar terendapkan terlebih dahulu sebelum terselingi endapan yang lebih halus. Kemudian pada akhir pengendapan sedimen berbutir kasar kembali terendapakan (Gambar 5). Pada akhir proses sedimentasi terbebentuk lapisan litologi

batupasir secara progradasi kemudian terjadinya

penurunan eustacy sehingga terjadi proses retrogradasi. Penurunan muka air laut pada masa akhir pengendapan interval ini terus berlanjut hingga membentuk litologi lempung pada interval sand 4 – sand 5.

Gambar 16 Extract value RMS Sand 6 – Sand 7

Lapisan interval Sand 6 – Sand 7 merupakan lapisan tipis yang tersusun atas perselingan litologi batupasir dan lempung. Dikarenakan lapisan pada interval ini tipis, hanya dilakukan slice map pada lapisan Sand 6. Pada gambar 16 menunjukan litologi batupasir tersebar merata pada seluruh map yang di selingi oleh litologi lempung. Proses awal sedimentasi pada interval ini diduga terdapat lapisan litologi batupasir kemudian tertutupi oleh sedimen berbutir halus akibat naiknya muka air laut yang terjadi di tidal channel. Daerah berwarna merah memiliki kemungkinan untuk menjadi reservoir dikarenakan didominasi batupasir.

VIII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Inversi Extended Elastic Impedance sudut 30o

sebagai pendekatan dari log Gamma Ray merupakan parameter sensitif yang dapat digunakan dalam membedakan litologi dan

menggambarkan persebaran litologi

batupasir. Litologi batupasir memiliki nilai EEI (30) di bawah 9500 ms-1gcc-1; dan

2. Peta sebaran litologi batupasir di dapatkan dari ekstraksi amplitudo hasil inversi EEI (30o). Lapisan sand 2 di dominasi batupasir pada daerah barat daya sampai dengan utara. Lapisan sand 3 terdapat dominasi batupasir dan sedikit shale pada daerah utara. Lapisan sand 4 menunjukan dominasi litologi lempung. Lapisan sand 5 di dominasi litologi batupasir dengan sedikit litologi lempung. Lapisan sand 6 dan sand 7 merupakan lapisan tipis yang tersusun oleh perselingan antara batupasir dan lempung.

Saran

1. Pembuatan EEI spektrum membutuhkan parameter kecepatan gelombang S, sedangkan tidak semua data sumur memiliki data kecepatan gelombang S. Maka saran untuk penelitian ke depan untuk data sumur yang tidak memiliki parameter kecepatan gelombang S dapat lebih baik lagi menentukan metode yang tepat dalam prediksi nilai kecepatan gelombang S.

2. Pendekatan EEI dapat menjadi alat yang sangat berguna interpretasi dalam menentukan karakterisasi reservoir. Dalam penelitian ini

(9)

hanya terbatas dalam mengidentifikasi persebaran litologi batupasir. Saran untuk penelitan lebih lanjut agar dapat menggunakan parameter sensitif reservoir dalam mengkarakteristik penyebaran fluida yang ada di reservoir.

REFERENSI

[1] Bacon, M., dan Rob, S., Seismic Amplitude,

Cambridge University Press, 2014.

[2] Castagna, J., dan Swam, H., Principal of AVO

Crossploting, The Leading Edge, 16(4),

337-342, 1997.

[3] Chiburis, E.F., Analysis of Amplitude Versus

Offset to detect gas oil contact in Arabic Gulf,

54th, Ann, internat. Mtg., Soc. Expl., Geophys., Expanded Abstract, 669-670, 1984.

[4] Connoly, P., Elastic Impedance, The Leading

Edge, 18(4), 438-452, 1999.

[5] Hilterman, J., Seismic amplitude

interpretation: distinguished instructor short course, The Leading Edge, 18(4), 438-452,

1999.

[6] Hampson, D.P., Russell, B.H. dan Bankhead, B.,

Simultaneous inversion of pre-stack seismic data, Houston, Tex: Geophysical Development

Corporation, 2001.

[7] Ostrander, W.J., Plane-wave reflection

coefficients for gas sands at nonnormal angles of incidence, Cambridge University Press,

2009.

[8] P. Avseth, T. Mukerji dan G. Mavko.,

Quantitative Seismic Interpretation Applying Rock Physics ToolsTo Reduce Interpretational Risk. Cambridge, 2009.

[9] Rutherford, S.R. dan Williams, R.H.,

Amplitude-versus-Offset Variations in Gas Sands. Geophysics, 54, 680-688, 1989.

[10] Shearer, M.P., Intoduction to Seismology,

Geophysics, Vol. 49(10), 1984.

[11] Simm, R., dkk., The anatomy of AVO

crossplots: The Leading Edge, 19(2), 150-155,

2000.

[12] Whitcombe, D.N., Elastic Impedance

Normalization, Geophysics, 67,60-62, 2002.

[13] Whitcombe, D. N., dkk., Extended

Elastic Impedance for Fluid and Lithology Prediction: Geophysics Vol.

67(1), 63-6, 2002.

[14] Sukmono, S., Seismik Inversi untuk

Karakterisasi Reservoir, Jurusan Teknik

Geofisika, Institut Teknologi Bandung, 2000.

(10)

Gambar

Gambar 2 Stratigrafi Regional  Cekungan Scotia.
Gambar 4   Analisis zona target
Gambar 11 Hasil Invesi EEI sudut 30 o  menggunakan cut  off
Gambar 14 Extract value RMS Sand 4 – Sand 5  Gambar  14  menunjukan  hasil  ekstraksi  amplitudo dengan  metode  RMS pada  interval lapisan Sand 4  – Sand 5

Referensi

Dokumen terkait

MeIalui hasil survei ini, diharapkan menjadi motivasi dalam peningkatan kualitas pelayanan publik pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dalam mewujudkan

Menjelang pemilu presiden dan wakil presiden yang akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014, para kaum terpelajar atau pemilih pemula di tuntut lebih kritis dalam memilih

Pada paper ini akan dibahas mengenai waktu yang diperlukan seluruh penghuni untuk melakukan evakuasi beserta tingkat risiko jalur evakuasi yang tersedia di gedung akomodasi..

melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Permukiman dan Tata Bangunan sesuai dengan bidang tugasnya..  Seksi Pelaksana dan

Namun lagi- lagi ibu mengajariku, ibu mengajariku untuk tidak pernah membenci siapapun bahkan orang yang menyakiti kita.. Ibu selalu mengatakan sudah nok sbar aja, pasti

beneficiaries pengadaan pemerintah dalam memantau kegiatan pengadaan barang pemerintah, akan dapat menjamin proses pengadaan yang tepat waktu, tepat. mutu, tepat target dan

Jika sua tu industri mempunyai skala ekonomis yang besar, biaya dan harga akan tinggi ketika industri ini masih kecil dan akan menurun dengan membesarnya industri .... Keuntungan

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang Varietas Granola untuk Bibit.. Keanekaragaman Jenis Gulma Pada Ekosistem Sawah