• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara demokrasi. Josep Schumpeter, mengartikan demokrasi sebagai kompetisi memperoleh suara rakyat. Pengertian pada esensi itu merupakan pengertian ‘minimalis’ dan disebut “demokrasi electoral” atau “demokrasi formal”. Demokrasi merupakan sebuah metode politik, sebuah mekanisme untuk memilih pemimpin politik (Cholisin, 2007: 80). Oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak yang sama untuk terjun ke ranah politik dan menduduki suatu jabatan di pemerintahan baik itu pemerintahan daerah, pemerintahan pusat ataupun menjadi orang nomor satu di suatu Negara/menjadi pemimpin sebuah Negara. Mereka yang sudah membekali diri dengan pendidikan politik yang dirasa cukup dan memadai berlomba-lomba untuk ikut menjadi bagian dalam pemerintahan.

Menurut Miriam Budihardjo (2008: 106) demokrasi yang dianut Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan pancasila, masih dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan cirri-cirinya terdapat pelbagai tafsiran serta pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusional cukup jelas tersirat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang belum di amandemen. Selain itu Undang-Undang Dasar kita menyebut secara eksplisit dua prisip yang menjiwai naskah itu, dan yang dicantumkan dalam penjelasan

(2)

Undang-Undang Dasar 1945 mengenai Sitem Pemerintahan Negara yaitu: pertama Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat). Tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machsstaat). Kedua pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar), tidak bersifat Absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Indonesia telah menetapkan cara pemilihan langsung umum ( pemilu ) sebagai cara menentukan para wakil rakyat yaitu DPR, MPR dan Presiden serta Wakil Presiden. Sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 19 ayat (1) bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui Pemilihan Umum, kemudian pada pasal 2 ayat (1) menjelaskan bahwa MPR, terdiri dari DPR, dan anggota DPD yang juga dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum. Untuk Presiden dan Wakil Presiden juga dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan Presiden hal itu dijelaskan dalam Pasal 6A ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat”. Dalam pemilihan langsung seperti ini semua masyarakat memilih langsung para wakilnya yang akan menduduki jabatan di pemerintahan baik itu pemerintahan daerah maupun pemerintahan pusat.

Sementara itu, penggunaan sistem multi partai mempunyai banyak partai peserta pemilu, mengakibatkan perspektif pemilih terhadap para aktor atau pelaku politik menjadi sangat berbeda-beda termasuk para calon presiden yang akan maju dalam pilpres 2014 itu semua didukung dengan cara yang digunakan para calon presiden untuk memikat hati para pemilih

(3)

yang tentu saja berbeda antara satu capres dengan capres lainya. Pilpres 2014 yang tinggal menghitung bulan ini sudah banyak tokoh yang mengakui akan mencalonkan diri menjadi presiden dan wakil presiden tentu dengan cara promosi yang berbeda satu dengan lainnya sebagai langkah awal memikat hati para pemilih.

Pemilih yang sudah pernah memilih dalam pilpres tahun 2004 dan 2009 pasti sedikit banyak sudah tahu dan berpengalaman untuk memilih calon presiden dan wakil presiden yang dirasa ideal untuk memimpin Negara Indonesia berdasarkan kampanye yang disampaikan para capres dan cawapres. Akan tetapi untuk para pemilih pemula yang baru pertama kali ikut dalam hajatan terbesar di Indonesia yaitu pemilu dan mereka rata-rata masih duduk di bangku sekolah menjadi awam dan kurang begitu paham dengan profil calon presiden ideal untuk memimpin negara yang saling bersaing untuk memikat hati para pemilih tidak lain juga mereka. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui orang yang mencalonkan diri dari media masa saja ataupun tokoh yang sering tampil di media masa, hal itu menjadikan para siswa pemilih pemula yang masih perlu banyak bimbingan dan pengarahan itu menjadi mudah terpengaruh akan janji-janji para calon presiden dan wakil presiden tanpa didasari pengetahuan yang cukup tentang latar belakang tokoh tersebut serta keaktifanya dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Survey yang dilakukan oleh LSN (Lembaga Survey Nasional) terhadap pemilih pemula pada rentang usia antara 16-20 tahun atau mereka yang baru pertama kali memilih dalam pemilu tahun

(4)

2014 ini dengan jumlah sampel sebanyak 1230 responden yang dipilih secara acak di 33 Provinsi di Indonesia didapatkan data sebagai berikut :

Dengan pertanyaan, dalam menentukan pilihan saat pemilihan presiden 2014 nanti, apakah anda akan memilih sesuai pilihan dan hati nurani sendiri, atau anda terlebih dahulu akan meminta pendapat, saran dan masukan dari orang lain?

Tabel 1. Hasil Survey LSN terhadap Pemilih Pemula

Sumber : LSN ( Lembaga Survey Nasional ) 2013.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa ada 1164 responden atau (94,6%) dari 1230 responden menyatakan bahwa mereka akan memilih sesuai pikiran dan hati nurani sendiri. Hal ini bisa menjadikan mereka hanya akan memilih calon yang mereka kenali saja dan rentan sekali dengan adanya pengaruh dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab jika para pemilih pemula ini tidak mendapatkan pendidikan dan pengetahuan politik yang cukup.

(5)

Kemudian apakah perspektif atau pandangan mereka sebagai pemilih pemula kepada calon presiden yang akan maju menjadi presiden itu sesuai dengan calon presiden ideal yang sesungguhnya?. Dalam era globalisasi dewasa ini menyebabkan para remaja yang kurang mempunyai bekal pendidikan politik berpandangan sinis terhadap dunia politik, baik itu politisi, partai politik dan proses demokrasi di Indonesia sehingga kegiatan politik kurang diminati oleh para generasi muda. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemilih pemula di Indonesia (usia SMA), namun memiliki tingkat pengetahuan, kesadaran, dan partisipasi politik yang sangat kecil. Sekolah merupakan tempat yang potensial dalam melakukan pendidikan politik bila dilakukan dan diimplementasikan dengan benar.

Pilpres tahun 2009 di Kota Yogyakarta masih banyak pemilih termasuk pemilih pemula yang sudah masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) tetapi tidak menggunakan hak pilihnya yaitu sebanyak 107172 dari 341935 hal ini membuktikan masih banyak para pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya. Hal ini dibuktikan dengan data dari KPU tentang partisipasi pemilih di tiap kecamatan di Kota Yogyakarta pada pilpres tahun 2009, berikut ini data pemilih tersebut :

(6)

Tabel 2. Data Partisipasi Pemilih di Tiap Kecamatan di Kota Yogyakarta pada Pilpres Tahun 2009

No. Kecamatan Pemilih Terdaftar Pemilih Yang Menggunakan Hak pilihnya Pemilih Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya 1. MANTRIJERON 28.461 20.360 8.217 2. KRATON 18.428 12.512 6.014 3. MERGANGSAN 26.952 18.724 8.321 4. PAKUALAMAN 9.934 6.566 3.466 5. GONDOMANAN 12.988 9.145 3.887 6. NGAMPILAN 15.659 10.717 4.989 7. WIROBRAJAN 21.225 15.408 5.916 8. GEDONGTENGEN 17.120 11.977 5.834 9. JETIS 21.728 16.215 5.715 10. TEGALREJO 29.846 21.118 8.908 11. DANUREJAN 17.425 12.216 5.314 12. GONDOKUSUMAN 42.371 25.321 17.366 13. UMBULHARJO 54.759 38.058 17.010 14. KOTAGEDE 24.435 18.332 6.215 Jumlah Total 341.935 236.669 107.172 Sumber : KPU Kota Yogyakarta 2009

Oleh karena itu pentingnya pendidikan politik untuk meningkatkan kesadaran berpolitik akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan politik mengupayakan penghayatan siswa terhadap nilai-nilai yang terwujud dalam tingkah laku sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan politik menginginkan siswa berpartisipasi dalam usaha-usaha pembangunan sesuai dengan fungsi masing-masing dan sadar akan hak-hak dan kewajibannya. Kegiatan politik selain di pelajari di sekolah, juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi, dan sosial. Dengan

(7)

demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan pengambilan keputusan dari masyarakat.

Dengan kata lain belajar politik di lingkup sekolah dapat meningkatkan kemampuan siswa melalui kurikulum pengajaran formal, kegiatan sekolah dan kegiatan-kegiatan guru sebagai agen sosialisasi. Sekolah juga memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap terhadap aturan dunia politik. Pemahaman mengenai budaya politik setelah dipelajari di sekolah yang bertujuan agar siswa yang kritis dan paham politik membaur akan memperkuat partisipasi politik dalam proses jalannya demokrasi, sehingga diharapkan dengan adanya pembelajaran pendidikan politik di sekolah para pemilih pemula ini menjadi tahu apa dan bagaimana seharusnya seorang presiden itu bekerja dalam memimpin rakyatnya. Salah satu profil contoh presiden ideal adalah presiden yang melaksanakan tugasnya sebagai presiden sesuai dengan pasal 10 sampai pasal 16 Undang Undang Dasar 1945 dan menepati sumpah dan janji presiden seperti yang tercantum dalam pasal 9 Undang Undang Dasar 1945 serta mampu menganyomi serta menjadi contoh yang baik untuk masyarakatnya.

Materi pendidikan politik di sekolah tentu saja di dalamnya memuat sejarah tentang para presiden-presiden terdahulu yang memiliki profil dan karakteristik yang beragam dan tentu saja berbeda antara satu dengan yang lainya. Hal tersebut jika disampaikan dengan benar oleh guru maka akan ditangkap siswa pemilih pemula sebagai masukan dan bisa

(8)

dijadikan acuan dalam memilih para calon presiden yang menurut mereka ideal untuk menjadi presiden.

Peran guru dalam mendorong siswa pemilih pemula menjadi pemilih yang berkualitas juga sangat besar. Partisipasi politik itu sendiri merupakan kegiatan seseorang, kelompok, atau organisasi untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik. Partisipasi mempunyai kesamaan dengan tindakan politik. Melalui pendidikan politik, para pelajar sebagai bagian dari warga negara dapat berpartisipasi politik dengan kesadaran politik yang kritis dan rasional, sehingga tidak mudah terpengaruh dan dimanfaatkan oleh kelompok orang dengan kepentingan tertentu. Melihat kenyataan yang terjadi, Pendidikan Kewarganegaraan memegang peranan penting dalam membentuk kesadaran politik yang salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan politik di sekolah dan juga dalam masyarakat secara keseluruhan.

Kota Yogyakarta merupakan kota yang berada dalam suatu daerah istimewa yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta dan diakui keistimewaannya oleh pemerintah, di kota ini terdapat banyak sekali sekolah-sekolah maupun universitas-universitas baik itu swasta maupun Negeri yang tentu saja proses pendidikanya bisa dibilang lebih lancar dan efektif daripada dikota-kota kecil ataupun bahkan di daerah-daerah, hal itu dikarenakan letak kota ini yang masih berada di Pulau Jawa yang berpenduduk sangat padat dan merupakan ibu kota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(9)

menjadikan infrastruktur maupun suprastruktur kota Yogyakarta sendiri bisa dibilang baik untuk proses pendidikan.

Dengan proses pendidikan yang baik dan berjalan lancar diharapkan para pelajar juga semakin baik dalam menangkap ilmu/pengetahuan yang disampaikan guru sebagai salah satu bekal untuk bisa terjun di masyarakat dan berperan menjadi warga negara yang baik dan aktif dalam proses penyeleranggaran negara termasuk dalam memilih calon pemimpin/presiden yang ideal memimpin Negara, karena hal itu sangat penting untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Menjelang pemilu presiden dan wakil presiden yang akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014, para kaum terpelajar atau pemilih pemula di tuntut lebih kritis dalam memilih calon pemimpin terbaik dari yang terbaik, mengetahui profil calon presiden ideal yang nantinya bisa memajukan Negeri dan tentu saja perspektif mereka berbeda dengan para pemilih tetap yang sudah mempunyai banyak bekal pengalaman dari pilpres sebelumnya untuk diaplikasikan ke pilpres berikutnya. Pada Pemilu tahun 2014 ini ada sebanyak 25.740 pemilih Usia 17 s/d 20 tahun yang tersebar di berbagai kecamatan di Kota Yogyakarta, berikut rekapitulasi datanya :

(10)

Tabel 3. Rekap Pemilih Usia 17 S/D 20 Pemilu Legislatif Tahun 2014 Kota Yogyakarta.

No. Kecamatan Pemilih

Terdaftar 1. MANTRIJERON 2.136 2. KRATON 1.324 3. MERGANGSAN 2.188 4. PAKUALAMAN 635 5. GONDOMANAN 919 6. NGAMPILAN 1.156 7. WIROBRAJAN 1.678 8. GEDONGTENGEN 1.171 9. JETIS 1.670 10. TEGALREJO 2.111 11. DANUREJAN 1.471 12. GONDOKUSUMAN 2.856 13. UMBULHARJO 4.432 14. KOTAGEDE 1.993 Jumlah Total 25.740

Sumber : KPU Kota Yogyakarta 2014

Diharapkan pada pemilu tahun 2014 ini bisa lebih sedikit lagi angka golput atau bahkan tidak ada lagi golput. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Profil calon Presiden ideal menurut perspektif siswa pemilih pemula di SMA Negeri se-Kota Yogyakarta Menjelang Pilpres 2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang muncul. Adapun masalah-masalah yang muncul antara lain :

(11)

1. Kurangnya minat siswa pemilih pemula untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu termasuk dalam pilpres.

2. Kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap pemilihan umum terutama pemilihan presiden

3. Kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap profil calon presiden yang ideal.

4. Kecenderungan siswa pemilih pemula memilih Calon Presiden dan wakil presiden berdasarkan pemikiran dan pilihan hati sendiri sehingga cenderung sulit untuk menerima masukan dan saran dari orang lain.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut diatas maka masalah yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini yaitu dibatasi pada, Profil calon Presiden ideal menurut perspektif siswa pemilih pemula di SMA Negeri se-Kota Yogyakarta menjelang pilpres 2014 dan Cara guru PKn memberikan pemahaman kepada siswa pemilih pemula tentang pemilu presiden.

(12)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, yakni :

1. Bagaimana profil calon presiden ideal menurut perspektif siswa pemilih pemula di SMA Negeri se-Kota Yogyakarta?

2. Bagaimana cara mengajar guru PKn dalam memberikan pemahaman kepada siswa tentang pemilihan presiden?

E. Tujuan Penelitian

Dari beberapa rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui profil calon presiden ideal menurut perspektif siswa

pemilih pemula di SMA Negeri se-Kota Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui cara guru PKn dalam memberikan pemahaman kepada siswa tentang pemilihan presiden.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

a. Pengembangan khasanah keilmuan dalam ilmu politik khususnya mengenai profil calon presiden ideal, perilaku politik dan psikologi politik.

b. Pengembangan diskursus ilmiah tentang profil calon presiden ideal menurut perspektif siswa pemilih pemula dalam konteks teoritis dan praktis.

(13)

a. Para akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam memberikan gambaran secara komperehensif tentang profil calon presiden ideal menurut perspektif siswa pemilih pemula menjelang pilpres 2014.

b. Siswa pemilih pemula, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan mengenai profil calon presiden ideal menurut perspektif mereka sebagai pemilih pemula dalam memilih calon presiden yang ideal pada pilpres 2014.

c. Peneliti, dapat digunakan sebagai pijakan untuk melakukan kajian atau penelitian lebih lanjut tentang profil calon presiden ideal menurut perspektif siswa pemilih pemula menjelang pilpres 2014. G. Batasan Pengertian

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang diteliti, maka peneliti akan memberikan gambaran tentang maksud dari judul penelitian untuk itu perlu diberikan definisi beberapa istilah yang terdapat dalam judul penelitian, sebagai berikut :

1. Calon Presiden

Pengertian Calon Presiden yang dikutip dari glosarium.org yaitu: orang-orang yang memenuhi syarat sebagai calon presiden dan namanya terdaftar di Komisi Pemilihan Umum sebagai peserta Pemilihan Presiden. Adapun syarat-syarat seseorang bisa mencalonkan diri menjadi calon presiden di jelaskan dalam kajian teori.

(14)

2. Pemilihan Presiden (Pilpres)

Pengertian Pemilihan Presiden (Pilpres) termuat dalam Undang Undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang “Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden” serta dimuat dalam Pasal 1 Ayat 1 yang menyatakan bahwa Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, selanjutnya disebut Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, adalah pemilihan umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang “Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden” juga dijelaskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat serta menjelaskan bahwa Komisi Pemilihan Umum sebagai pelaksana pemungutan suara dalam pemilihan presiden. 3. Pemilih Pemula

Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan hak pilihnya. Pemilih pemula terdiri dari masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk memilih. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan seseorang dapat memilih adalah:

1.) Umur sudah 17 tahun; 2.) Sudah / pernah kawin; dan

(15)

3.) Purnawirawan / Sudah tidak lagi menjadi anggota TNI/Kepolisian. (KPU, 2010 : 48).

Menurut Pasal 1 nomor 22 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang “Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”, Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Kemudian Pasal 19 ayat (1) dan (2) UU Nomor 10 Tahun 2008 menerangkan bahwa Pemilih yang mempunyai hak memilih adalah Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih.

4. Partisipasi Politik

Partisipasi politik dapat diartikan sebagai keikutsertaan warga negara dalam kegiatan politik, sebagai salah satu upaya control yang dilakukan oleh warga negara terhadap kinerja pemerintah. Salah satu partisipasi politik tersebut yaitu menggunakan hak pilih dalam pemilu, baik itu pemilu daerah, pemilu legislatif, dan pemilu presiden.

Skripsi ini membahas tentang kriteria calon presiden yang ideal menurut perspektif siswa pemilih pemula selaku pemilih yang baru menggunakan hak pilih mereka.

Gambar

Tabel 1. Hasil Survey LSN terhadap Pemilih Pemula
Tabel 2. Data Partisipasi Pemilih di Tiap Kecamatan di Kota Yogyakarta  pada Pilpres Tahun 2009
Tabel 3. Rekap Pemilih Usia 17 S/D 20 Pemilu Legislatif Tahun 2014  Kota Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tentang sikap, dipe- roleh bahwa sebagian besar responden mahasiswa kedokteran umum tahap profesi dan mahasiswa program studi keperawatan sudah memiliki sikap yang

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh

Desain produk molding yang dirancang dengan program CATIA selanjutnya dapat disimulasikan dengan program komputer untuk menjalankan proses molding, salah satunya

Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama berjalan lancar. Setelah penyampaian materi dan diskusi tentang teknik PORPE, mahasiswa melakukan aktivitas pembelajaran dengan

Masyarakat berkembang suatu wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Lampung, banyak membutuhkan tanah untuk perorangan, badan hukum, maupun pemerintah daerah

Keyakinan mengenai bahwa Yesaya adalah penulis Kitab dengan judul yang dari namanya sendiri, telah tertera di dalam kitab itu sendiri, yang menyaksikan bahwa:

Tämän tutkielman tavoitteena on ollut tuottaa tuoretta tietoa suomalaisten ja ruotsalaisten verkkokauppakulutuksesta. Erityisen kiinnostuneita oltiin siitä, vaihteleeko

Hasil observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa siswa yang sudah dibekali pengetahuan dan keterampilan pelatihan pemasaran online belum memunculkan keyakinan diri