• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII.A SMP NEGERI 2 PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII.A SMP NEGERI 2 PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACK

INCREASING THE STUDENTS’ CHARACTER VALUE THROUGH GROUP

DISCUSSION METHOD IN SOCIAL STUDIES AT THE EIGHTH GRADE

STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL NUMBER 2 PUGUNG

ACADEMIC YEAR 2012/2012

By Indrawanto

The aim of the research was to know the use of discussion method to increase the

students’ character value at the eighth A class of junior high school No. 2 Pugung.

The method used at this research was classroom action research. The objects of the research were 30 students of the eighth A class of Junior High School No. 2

Pugung in academic year 2012/2013. The data of the students’ character value

were taken from observation sheet that conducted by the observer when the

teacher was teaching. Whereas, the data of the the teacher’s ability in conducting the learning process was taken from IPKG sheet.

The result of the research showed that the use of group discussion can increase the

students’ character value in social subject. The result was proven from the increasing of the students’ character value from a cycle to another cycle. At the first cycle the students who achieved the character value only 10 students or 33.3%. At the second cycle it increased to 15 students or 50%, and the last cycle, it increased to 26 students or 87%.

Then, the learning and teaching process that was conducted by teacher from one cycle to another cycle was good. It was proved from the first cycle the teacher got 64, at the second cycle got 74, and at the third cycle got 83. It shows that the better teacher conducts the teaching and learning process the better character value students achieve.

(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK

DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII.A SMP NEGERI 2 PUGUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh Indrawanto

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimakankah penggunaan metode diskusi kelompok untuk meningkatkan nilai karakter peserta didik di Kelas VIII.A SMP Negeri 2 Pugung. Metode yang digunakan adalah Penelitian tindakan kelas. Obyek Penelitian adalah siswa kelas VIII.ASMP Negeri 2 Pugung Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 30 siswa. Data tentang nilai karakter peserta didik diperoleh melalaui lembar observasi yang dilakukan oleh observer ketika guru melakuakan pembelajaran. Sedangkan data tentang kemampuan pelaksanaan pembelajaran guru diperoleh melalaui Lembar IPKG.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan nilai karakter peserta didik dalam pembelajaran IPS. Hal ini dapat dibuktikan dengan Peningkatan nilai karakter peserta didik dari siklus ke siklus. Pada siklus 1 peserta didik yang mencapai nilai karakter hanya 10 siswa atau 33,3%. Pada siklus ke 2 meningkat menjadi 15 siswa atau 50 %. Dan pada sikluus ke 3 meninggkat menjadi 26 siswa atau 87%.

Kemudian mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dari siklus ke siklus juga semakin baik.hal ini dapat dilihat dari siklus I guru memperoleh nilai 64 pada siklus II memperoleh 74, dan pada siklus III memperoleh nilai 83. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maka semakin baik pula nilai karakter siswa yang diperoleh.

(3)
(4)

PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK

MENINGKATKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK

DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII

SMP NEGERI 2 PUGUNG

TAHUN PELAJARAN

2012/2013

(TESIS) Oleh INDRAWANTO

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN UNIVERSITAS DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 3.1 Diagram kegiatan penelitian, dimodifikasi dari kemmis dan

taggart ... 43 4.1 Diagram batang partisipasi siswa dan nilai karakter siswa

dalam pembelajaran ... 103 4.2 Diagram batang peningkatan nilai karakter siswa dari siklus I

(6)

DAFTAR ISI

BAB II PERSPEKTIF TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Belajar ... 10

(7)

H. Indikator Keberhasilan Program Pendidikan Karakter Tingkat

SMP ... 27

I. Metode Diskusi Kelompok Dalam Pembelajaran IPS ... 28

J. Hasil Penelitian Yang Relevan ... ……… 31

(8)

A. Kesimpulan ... 112 B. Saran ... 113

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Data Perolehan Nilai IPS Kelas VIII A SMP Negeri 2 Pugung

Pada UTS Semester Ganjil TP 2012/2013 ... 3

2.1. Deskripsi nilai pendidikan karakter ... 24

3.1. Indikator Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran ... 40

3.2. Kisi-kisi pencapaian nilai karakter siswa ... 41

4.1. Data Indikator Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 58

4.2. Data partisipasi siswa dalam diskusi kelompok pada siklus I ... 60

4.3. Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan IPKG ... 67

4.4. Pencapaian Nilai Karakter Siswa Berdasarkan Aspek Yang Diamati Pada siklus Pertama………... ... 69

4.5. Data Indikator Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……….. ... 77

4.6. Data partisipasi siswa dalam diskusi kelompok pada siklus II…. ... 79

4.7. Pencapaian Nilai Karakter Siswa Berdasarkan Aspek Yang Diamati Pada siklus II………. 85

4.8. Data Indikator Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III………. ... 90

4.9. Data partisipasi siswa dalam diskusi kelompok pada siklus III…. ... 91

4.10. Pencapaian Nilai Karakter Siswa Berdasarkan Aspek Yang Diamati Pada siklus III………. 95

4.11. Penilaian Perencanaan Dan Pelaksanaan Pembelajaran oleh Observer………. ... 101

4.12 . Perubahan Nilai Karakter Siswa Berdasarkan Aspek Yang Diamati………. ... 102

4.13. Perubahan Peran Guru Memimpin Diskusi Kelompok Dalam Membimbing, Berkonsultasi, Dan Memberi Kritik………… ... 104

(10)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

penyusunan proposal tesis penelitian tindakan kelas dengan judul:

”Penggunaan Metode Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan Nilai Karakter

Peserta Didik Dalam Pembelajaran IPS Di Kelas IX.A SMP Negeri 2 Pugung

Tahun Pelajaran 2012-2013”

Proposal tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

dapat melakukan penelitian di lapangan dan memperoleh gelar Magister

Pendidikan pada Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa tesis ini hanya akan dapat diselesaikan berkat

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, terutama bimbingan, perhatian

dan kesabaran dari para dosen pembimbing dan dosen pembahas.

Penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk

menyempurnakan penyusunan tesis penelitian ini.

Bandar Lampung, September 2012

Penulis

(11)
(12)
(13)
(14)

MOTO :

Jika Engkau Ingin Menjadi Guru, Lampaui Dulu Menjadi Murid

Jika Engkau Ingin Kaya, Belajar Dulu Menjadi Derma

Jika Engakau Ingin yang Terbaik, Lakukan Dulu Sesuatu Yang Terbaik

(15)

PERSEMBAHAN

Kupersembahakan Karya Tulis ini kepada:

1.

Kedua orang tuaku yang mulia, atas do’a, dukungan,dan

motivasinya

2.

Kakak-Kakakku tercinta, atas tauladan dan kebijakannya

(16)

Peneliti dilahirkan di pekon Pandan Sari kecamatan Sukoharjo Pada tanggal 14

Juli 1986, merupakan anak ke empat dari pasangan bapak Soedarno dan ibu

Tukirah.

Penulis menyelesaikan pendidikan SD di SD Negeri 1 Pandan Sari lulus tahun

1998, pendidikan menengah pertama di tempuh di Mts Islamiyah Sukoharjo lulus

tahun 2001. Kemudian sekolah tingkat menengah atas penulis selesaikan di SMU

Negeri 1 Pringsewu lulus tahun 2004.

Penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di program studi pendidikan

sejarah lulus tahun 2008. Tahun 2009 penulis tercatat sebagai pegawai negeri

sipil (PNS) dan bertugas di SMP Negeri 2 Pugung kabupaten Tanggamus. Pada

Tahun 2009 penulis juga tercatat sebagai mahasiswa program studi Magister

Pendidikan IPS di Universitas Lampung. Karena berbagai kendala, seperti jarak

tempuh yang jauh, benturan dengan pekerjaan, dan alasan lainnya penulis baru

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia dewasa ini mulai memperlihatkan fakta-fakta yang

mengarah pada penurunan nilai karakter bangsa. Penurunan nilai karakter

ini dapat dilihat dari banyaknya tawuran antar warga, perampokan,

pembunuhan, korupsi dan lain sebagainya. Melihat kenyataan ini,

pemerintah mulai menggulirkan terobosan untuk dapat memperbaiki

kembali karakter bangsa Indonesia. Salah satu terobosan yang dilakukan

pemerintah yaitu melalui pendidikan.

Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat mendasar karena

pendidikan diharapkan dapat menghasilkan generasi bangsa yang lebih

baik. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi

muda bangsa dalam berbagai aspek yang nantinya dapat memperkecil dan

mengurangi penyebab berbagai masalah karakter bangsa.

Pentingnya pendidikan sebagai pembentuk karakter bangsa sesuai dengan

amanat yang tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem

(18)

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”. (UUSPN, 2003 : 7)

Berdasarkan amanat yang terdapat dalam undang-undang Nomor 20 tahun

2003 tersebut, maka pendidikan tidak hanya mengarah kepada aspek

kemampuan kognitif saja, melainkan harus pula mengarah pada aspek

kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotorik.

Dengan digulirkanya pendidikan karakter yang dicanangkan oleh pemerintah

melalui pengintegrasian dalam setiap mata pelajaran maka tidak akan lepas

dengan peran guru yang merupakan stick holder dari pendidikan tersebut. Guru atau pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan

generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas seorang guru

bukan hanya membelajarkan peserta didik agar memperoleh kemampuan

berupa pengetahuan dan teori-teori, melainkan harus pula membelajarkan

peserta didik agar mempunyai sikap yang baik, yang sesuai dengan karakter

bangsa Indonesia.

Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai seorang guru yang mengajar di

kelas VIII.A SMP Negeri 2 Pugung, Selama ini proses pembelajaran IPS

yang dilaksanakan lebih banyak mengarah pada kemampuan aspek kognitif,

yaitu kemampuan yang mengarahkan peserta didik untuk dapat menghafal

materi dan teori-teori. Rancangan pelaksanaan pembelajaran pun diarahkan

(19)

dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Adapun perolehan nilai yang

menggambarkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran pada aspek

kognitif dapat dilihat pada perolehan nilai pada Ujian Tengah Semester

(UTS) semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 sebagai berikut:

Tabel 1.1: Data perolehan nilai IPS Kelas VIII. A SMP Negeri 2 Pugung pada UTS Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013

NO SKORE JUMLAH SISWA KETERANGAN

1 50-60 3 Tidak Tuntas

2 61-70 2 Tidak Tuntas

3 71-80 16 Tuntas

4 80-90 7 Tuntas

5 90-100 2 Tuntas

Jumlah 30

Sumber : SMP Negeri 2 Pugung tahun 2012

Berdasarkan data di atas, menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik kelas

VIII.A SMP Negeri 2 Pugung pada aspek kognitif sudah menunjukan

keberhasilan. Namun sesuai dengan amanat undang-undang sistem

pendidikan nasional (UUSPN) bahwa pendidikan tidak hanya mengarah pada

aspek kognitif saja, melainkan harus pula menyentuh aspek afektif, agar para

peserta didik mempunyai karakter yang baik, yang sesuai dengan karakter

bangsa Indonesia.

Harapan agar peserta didik tidak hanya mempunyai kemampuan pada aspek

kognitif, tetapi harus pula mempunyai kemampuan dalam aspek afektif belum

(20)

dapat dilihat dari pengamatan peneliti selama proses pembelajaran serta

informasi yang diperoleh dari guru-guru yang mengajar di kelas tersebut,

bahwa banyak peserta didik kelas VIII.A SMP Negeri 2 Pugung yang

menunjukan sikap tidak toleransi seperti mencemooh teman yang melakukan

kesalahan, rasa ingin tahu rendah yang dapat dilihat dari sikap pasif mereka

dalam pembelajaran yang hanya menerima apa yang disampaikan guru,

Kurang demokratis, kurang bertanggung jawab, kurang bersahabat, dan

kurang peduli sosial dapat dilihat dari kebiasaan mereka yang individual dan

ingin menang sendiri dalam mengemukakan pendapat. Hal ini menunjukan

bahwa peserta didik kelas VIII.A SMP Negeri 2 Pugung menunjukan karakter

yang tidak baik.

Untuk mengatasi berbagai hal di atas, maka seorang guru harus mampu

mengelola pembelajaran yang didalamya mengandung nilai-nilai karakter,

sehingga peserta didik tidak hanya mahir dalam aspek kognitif tetapi harus

pula mempunyai sikap yang baik. Untuk dapat mencapai tujuan agar peserta

didik mampu memiliki karakter yang diingankan, seorang guru harus mampu

pula memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran agar tujuan yang

diinginkan dapat tercapai.

Berdasarkan latar belakang dan kondisi peserta didik saat pembelajaran IPS

di atas, maka penulis mengambil judul penelitian "Penggunakan Metode

Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan Nilai Karakter Peserta Didik Dalam

Pembelajaran IPS Di Kelas VIII. A SMP Negeri 2 Pugung Tahun Pelajaran

(21)

Alasan penulis mengambil judul ini adalah dengan penggunaan metode

diskusi ini nantinya akan memberikan proses pembelajaran seperti

bekerjasama, saling menghargai, menghormati pendapat orang lain, cermat,

mampu memecahkan masalah secara bersama, dan sebagainya. Hasil dari

proses pembelajaran tersebut merupakan cerminan dari nilai -nilai karakter

bangsa yang dimiliki oleh peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah di

atas, maka dalam penelitian ini dapat diambil identifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Nilai Aspek kognitif kelas VIII.A pada mata pelajaran IPS sudah

menunjukan kategori baik, namun tidak diimbangi dengan nilai aspek

afektif.

2. Karakter peserta didik kelas VIII.A masih menunjukkan kurang baik.

Dapat dilihat dari proses pembelajaran IPS selama ini seperti suka

mencemooh pendapat teman, rasa ingin tahu yang rendah, dan kurang

demokratis.

3. Guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 2 Pugung belum memanfaatkan

secara maksimal pembelajaran IPS sebagai sarana untuk peningkatan

(22)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan mendapatkan hasil yang akurat, maka

penelitian ini difokuskan pada persoalan penggunaan metode diskusi

kelompok untuk meningkatkan nilai karakter peserta didik dalam

pembelajaran IPS.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah untuk menjawab bagaimanakah penggunaan metode

diskusi kelompok untuk meningkatkan nilai karakter peserta didik dalam

pembelajaran IPS di kelas VIII.A SMP Negeri 2 Pugung dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan guru dalam proses pembelajaran

menggunakan metode diskusi kelompok yang di dalamnya memuat

nilai-nilai karakter bangsa?

2. Bagaimanakah penggunaan diskusi kelompok dalam proses

pembelajaran IPS Terpadu yang dapat meningkatkan nilai karakter

peserta didik ?

E. Pemecahan Masalah

Untuk dapat memecahkan masalah di atas, peneliti akan menggunakan

metode diskusi kelompok dalam pembelajaran. Kemampuan guru dalam

proses pembelajaran dilihat dari instrumen penilaian kinerja guru (IPKG)

yang sudah disiapkan. Penggunaan metode diskusi kelompok yang dapat

(23)

didik selama pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi

kelompok. Aktivitas tersebut antara lain berdoa ketika akan memulai

pembelajaran, menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, mentaati aturan

diskusi, pemberian kesempatan yang sama dalam bertanya dan

menjawab, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan lain

sebagainya. Semua aktivitas peserta didik yang mencerminkan nilai-nilai

karakter bangsa dalam pembelajaran IPS melalui metode diskusi diambil

dari 18 nilai-nilai karakter bangsa.

F. Tujuan Penelitian

a. Diketahuinya kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran

IPS terpadu dengan menggunakan metode diskusi yang di dalamnya

memuat nilai-nilai pendidikan karakter.

b. Ditemukannya penggunaan metode diskusi kelompok yang tepat dalam

pembelajaran IPS terpadu yang dapat meningkatkan nilai karakter peserta

didik.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

(24)

SMP disajikan secara terpadu.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acauan dalam

mendesain program pembelajaran.

b. Bagi peserta didik penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana guna

meningkatkan nilai karakter yang dimilikinya.

c. Bagi sekolah penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam

perbaikan pembelajaran khususnya tentang karakter peserta didik.

H. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Obyek Penelitian

Ruang lingkup obyek penelitian dalam penelitian ini adalah :

a. Kemampuan guru dalam proses pembelajran IPS terpadu dengan

menggunakan metode diskusi yang di dalamnya memuat nilai-nilai

pendidikan karakter.

b. Metode diskusi kelompok yang tepat dalam pembelajaran IPS terpadu

yang dapat meningkatkan nilai karakter peserta didik.

2. Ruang Lingkup Subyek Penelitian

Ruang lingkup subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII.A SMP

(25)

3. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah di kelas VIII.A SMP Negeri 2

Pugung.

4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu penelitian adalah pelaksanaan penelitian dilakukan

pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

5. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan Sosial

6. Ruang Lingkup IPS Terpadu

Ruang lingkup kajian Ilmu dalam penelitian ini yaitu Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) yaitu mengkaji seperangakat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada jenjang SMP/MTs

mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan

ekonomi. Dari ketentuan ini maka secara konseptual materi IPS di

SMP/MTs juga belum mencakup dan mengakomodasi seluruh disiplin

ilmu social. Namun ketentuannya sama bahwa melalui mata pelajaran IPS

ini peserta didik diarahkan untuk menjadi warganegara Indonesia yang

demokratis dan bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta

(26)

BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Belajar

Wittig dalam Syah (2005:5) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang

relatif menetap yang terjadi dalam segala macam keseluruhan tingkah laku

suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Kemudian Slameto (2003:2)

menyatakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dari pendapat para ahli di atas, belajar berarti merupakan usaha secara sadar

yang dilakukan oleh individu melalui pengalaman belajar agar terjadi

perubahan pada dirinya.

Secara umum pembelajaran merupakan perpaduan dua aktivitas, yaitu guru

dan aktivitas siswa. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran sebagai

fasilitator dan siswa sebagai pelaku.

Seorang guru dalam pembelajaran mempunyai peran mengupayakan

terciptanya jalinan komunikasi yang harmonis antara guru dan peserta didik.

(27)

mampu mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu

menumbuh-kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga

pengalaman yang diperoleh peserta didik selama terlibat dalam proses

pembelajaran dapat dirasakan secara langsung dalam perkembangan

pribadinya. Kunci pokok keberhasilan suatu pembelajaran bukan ditentukan

oleh peranan guru saja, melainkan pembelajaran akan bisa berhasil dengan

baik jika kedua belah pihak, yaitu guru dan peserta didik sama-sama aktif

dalam pembelajaran tersebut.

1. Jenis - Jenis Belajar

Rusyan (1992:7) berpendapat belajar mengarah pada 3 aspek, yaitu kognitif,

afekif, dan psikomotorik. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Prilaku kognitif, yaitu prilaku yang menyangkut masalah pengetahuan

dan masalah kecakapan intelektual.

2. Prilaku afektif yang berupa sikap, nilai-nilai, dan persepsi.

3. Prilaku Psikomotor, termasuk kelincahan tangan dan koordinasinya.

Berdasarkan pendapat di atas, berarti dalam proses pembelajaran siswa tidak

hanya dituntut untuk memperoleh nilai yang minimal sesuai dengan nilai

KKM yang telah ditentukan. Namun siswa juga dituntut untuk mempunyai

sikap yang baik (afektif) dan keterampilan yang memadai (psikomotorik).

Agar siswa dapat mempunyai sifat yang baik, maka seorang guru harus

mampu pula merencanakan pembelajaran yang dapat mengarahkan karakter

(28)

2. Teori Belajar

2.1. Teori Belajar Sosial Vygotsky

Vygotsky berpendapat bahwa peserta didik membentuk pengetahuan

sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan peserta didik sendiri melalui

bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik

pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori,

persepsi, dan stimulus-respon. Faktor sosial sangat penting artinya bagi

perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep,

penalaran logis, dan pengambilan keputusan (Trianto, 2010: 38-39).

Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani

tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas-tugas-tugas tersebut masih berada

dalam jangkauan mereka yang biasa disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental

yang lebih tinggi pada umumnya muncul dari percakapan dan kerja sama

antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke

dalam individu tersebut (Trianto, 2010:39).

Ide penting dari Vygotsky adalah scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi

(29)

mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak

dapat melakukannya (Nur, 2000: 6)

2.2. Teori Belajar Konstruktivistik

Menurut Slavin dalam Nur ( 2002: 8) teori belajar kontruktivistik

menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru

dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan - aturan itu

tidak lagi sesuai. Bagi peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat

menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,

menemukankan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah

payah dengan ide-ide.

Menurut teori konstruktivistik ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan pada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri

pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan

untuk proses ini dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk

menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar

peserta didik menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar. Guru dapat membawa peserta didik ke pemahaman

yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri yang harus

memanjat anak tangga tersebut.

Menurut Budiningsih (2004: 58) secara konseptual, proses belajar jika

(30)

yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri peserta didik,

melainkan sebagai pemberian makna oleh peserta didik kepada

pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara

pada pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang

dari segi prosesnya daripada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta.

Pemberian makna terhadap obiyek dan pengalaman oleh individu tersebut

tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh peserta didik. melainkan

melalui interaksi dalam jaringan yang unik, yang terbentuk baik dalam

budaya kelas maupun luar kelas. Maka pengelolaan pembelajaran harus

diutamakan pada pengelolaan peserta didik dalam memproses gagasannya.

Dalam proses pembelajaran teori konstruktivitis ini dapat dikembangkan

dengan cara menggunakan metode diskusi kelompok. Diskusi kelompok

dalam proses pembelajaran menekankan peserta didik untuk mampu dan

mentransformasi informasi yang kompleks. Kemudian peserta didik harus

pula mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara

mengungkapakan ide-ide mereka. Guru hanya mengarahkan, dan peserta

didiklah yang harus melangkah sendiri untuk memperoleh informasi.

B. Konsep Pembelajaran

Faturrohman (2007:13) menyatakan bahwa pembelajaran adalah

mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran,

(31)

Kemudian Hamalik (2001:54) berpendapat bahwa pembelajaran adalah

suatu sistem yang luas yang mengandung banyak aspek di dalamnya,

diantaranya: a) profesi guru, b) pertumbuhan siswa sebagai organisme yang

sedang berkembang, c) tujuan pendidikan dan pengajaran, d) kurikulum

sekolah, e) perencanaan pengajaran, f) bimbingan sekolah, g) hubungan

dengan masyarakat dan lembaga-lembaga.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, berarti yang dimaksud dengan

pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru

dan siswa, mempunyai tujuan tertentu, dengan metode tertentu, dan

dilakukan oleh suatu lembaga. Dalam suatu pembelajaran harus ada proses

belajar-mengajar. Guru dengan metode tertentu membelajarkan siswa agar

mencapai tujuan yang akan dicapai. Sedangkan belajar dapat dilakukan

kapan saja dan dimana saja tanpa harus adanya guru.

C. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan mulai dari tingkat dasar hingga tingkat menengah, Sebagaimana

yang diungkapkan oleh Sapriya (2009:7) sebagai berikut:

"Istilah IPS di Indonesia Mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal digunakan dalam system pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam Dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah".

Menurut Pargito (2010:18) ilmu pengetahuan sosial adalah istilah yang

(32)

berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia di masa kini dan

masa lalu.

Berdasarkan isinya, IPS merupakan integrasi mata pelajaran yang didalamnya

memuat mata pelajaran sejarah, ekomomi, geografi, sosiolgi, dan mata

pelajaran ilmu sosial lainnya. Sebagaimana yang dirumuskan oleh National Council for Sosial Studies (NCSS) pada tahun 1993 dalam somantri (2001:73) sebagai berikut:

"Sosial studies is integrated study of the sosial sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, sosial studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology,archaeology, econimc,geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities. Mathematics, and natural sciences. The primary purpose of sosial studies is tohelp young people

"Ilmu pengetahuan sosial adalah studi integrasi tentang ilmu-ilmu sosial

dan humaniora untuk membentuk warganegara yang baik. Program IPS di sekolah merupakan gambaran kajian sistematis dan koordinatif dari

disiplin ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu pengetahuan politik, psikologi, agama, dan sosiologi, juga yang bersumber dari humaniora, matematika, dan ilmu pengetahuan alam".

IPS di Indonesia merupakan mata pelajaran baru yang mulai termuat dalam

kurikulum 1975 yang diberikan untuk jenjang sekolah dasar (SD), sekolah

(33)

pengembangan materi untuk mata pelajaran IPS ini adalah pengembangan

nilai berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan definisi resmi tentang Ilmu pengetahuan sosial atau sosial studies yang dikeluarkan oleh NCSS di atas dan penjelasan para ahli, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian dari Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang diberikan di Sekolah dari

jenjang SD, SMP, dan SMA yang meliputi integrasi dari pelajaran

antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu

pengetahuan politik, psikologi, agama, dan sosiologi juga yang bersumber

dari humaniora, matematika, dan ilmu pengetahuan alam yang bertujuan

untuk mendidik agar generasi muda dapat mengambil keputusan yang tepat

ketika menghadapi masalah-masalah sosial.

D. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Di SMP

Karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) pada jenjang

SMP merupakan keterpaduan dari konsep ilmu geografi, sejarah, ekonomi,

dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa dalam standar kompetensi

dan kompetensi dasar menjadi pokok bahasan, topic, atau tema tertentu

dengan menggunakan tiga dimensi (ruang, waktu, dan nilai/moral)

( Tim Pengembang Pembelajaran IPS, 2010 : 4)

Mata pelajaran IPS pada jenjang SMP/MTs ini memuat materi geografi,

(34)

materi IPS di SMP/MTs juga belum mencakup dan mengakomodasi

seluruh disiplin ilmu sosial. Namun ketentuannya sama bahwa melalui

mata pelajaran IPS ini peserta didik diarahkan untuk menjadi warganegara

Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta menjadi warga

dunia yang cinta damai.

E. Keterpaduan Dalam Pembelajaran IPS Di SMP

Joni dalam Trianto (2006:124-125) berpendapat tentang pengajaran

IPS terpadu sebagai berikut:

" Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun berkelompok secara aktif mengggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak".

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran secara terpadu pada dasarnya

dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi

beberapa mata pelajaran dalam suatu tema tertentu. Dengan demikian,

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan cara ini dapat dilakukan dengan

mengajarkan beberapa materi pelajaran yang disajikan dalam bentuk tema

atau bahasan setiap pertemuan.

Tim pengembang pembelajaran IPS secara terpadu (2010:8) menuliskan

salah satu model keterpaduan dalam IPS adalah Sequenced yaitu model keterpaduan yang mana beberapa topic/bahasan diatur atau disusun atau

(35)

Model keterpaduan Sequenced ini menurut peneliti adalah model keterpaduan yang paling mudah untuk digunakan. Karena dengan model

ini terjadi urutan materi yang tidak membingungkan baik guru maupun

murid, namun esensi dari tujuan pembelajaran IPS untuk menjadikan

peserta didik menjadi manusia yang demokrasi, bertanggung jawab, dan

cinta damai dapat terpenuhi. Selain itu dengan model keterpaduan secara

Sequenced ini cocok digunakan bagi lembaga-lembaga pendidikan yang biasanya melaksanakan evaluasi pembelajaran secara bersama dan

serentak seperti ujian akhir semester.

F. Konsep Pendidikan Karakter

Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter, akan lebih baik jika

kita mengetahui terlebih dahulu definisi pendidikan dan definisi karakter.

Koesoema (2007:53) menuliskan sebagai berikut:

"Kata education yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi pendidikan merupakan kata benda turunan dari kata kerja bahasa latin

educare. Bisa jadi kata education berasal dari dua kata kerja yang berbeda, yaitu dari kata educare dan educere. Kata educare dalam bahasa latin memiliki konotasi melatih atau menjinakkan (seperti dalam konteks manusia melatih hewan-hewan yang liar menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan), menyuburkan (membuat tanah itu lebih menghasilkan banyak buah karena tanah telah digarap dan diolah).

Berdasarkan pengertian di atas, dapatlah dikatakan pendidikan adalah

sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan,

mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin

(36)

potensi yang ada dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, bakat,

fisik, mental, dan kemampuan seni.

Sedangkan kata educere sebagaimana yang dikemukakan oleh Koesoema (2007: 60) merupakan gabungan dari preposisi ex (yang artinya keluar dari) dan kata kerja decure (memimpin). Oleh karena itu, educere bisa diartikan suatu kegiatan untuk menarik keluar atau membawa keluar.

Proses keluar ini bisa berarti secara internal maupun eksternal. Yang

dimaksud keluar secara internal adalah kemampuan manusia keluar dari

keterbatasan fisik yang dimilikinya. la mampu mengatasi

kekurangan-kekurangan fisik yang dihadapinya melalui sebuah proses pendidikan

sehingga ia tetap bertahan hidup. Sementara pengertian keluar secara

eksternal lebih mengacu pada proses hubungan antara individu dengan

individu lain di dalam masyarakat dan lingkungannya. Manusia melalui

proses pendidikan mampu bekerja sama dalam sebuah masyarakat yang

membantu setiap individu tumbuh dalam proses penyempurnaan dirinya.

Manusia harus mampu bekerja sama dan membuktikan diri pada sebuah

kehidupan yang kepentingannya menjangkau kepentingan banyak orang.

Berdasarkan kata asalnya tersebut, maka pendidikan berarti merupakan

kegiatan sadar yang dilakukan guna mencapai keinginan yang dikehendaki

agar lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang

system pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa:

(37)

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara".

Berdasarkan definisi pendidikan menurut undang-undang di atas dapat

diartikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis

dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga bisa berarti

suatu usaha untuk mempersiapkan generasi muda demi keberlangsungan

kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.

Sedangkan karakter secara umum banyak orang yang menyamakan istilah

karakter dengan apa yang disebut dengan kepribadian. Menurut Amri

(2011:26) "Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya

atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang

diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga

bawaan seseorang dari masa lahir"

Penulis berpendapat bahwa karakter yang melekat pada seseorang lebih

banyak dipengaruhi oleh factor luar seperti lingkungan, teman bergaul, dan

juga pendidikan yang ditempuh oleh seseorang. Orang yang ditempa dalam

pendidikan militer biasanya mempunyai perangai yang tegas dan bersuara

keras. Sedangkan orang yang ditempa untuk menjadi seorang perawat atau

bidan, biasanya mempunyai perangai yang lemah lembut dan penuh kasih

sayang.

Dalam buku tim pengembang pembelajaran IPS secara terpadu yang

(38)

"bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,

tabi'at, temperamen, watak. Berkarakter berarti berkepribadian, berperilaku

,bersifat, bertabi'at, dan berwatak".

Berdasarkan pengertian pendidikan dan pengertian karakter di atas maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah Proses

pembelajaran secara sadar terhadap peserta didik, agar peserta didik

mempunyai sikap, watak dan tindakan yang baik sebagaimana identitas

bangsa Indonesia selama ini.

Pendidikan karakter berarti transformasi dan penanaman nilai-nilai karakter

atau nilai-nilai kebaikan kepada peserta didik yang meliputi ranah kognitif,

afektif, dan psikomotorik, serta kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai

tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,diri sendiri, sesama,

lingkungan maupun kebangsaan, sehingga menjadi manusia yang yang

mempunyai kepribadian yang baik

Pendidikan karakter dikembangkan dengan berpijak pada nilai-nilai kebaikan

yang mendasar. Menurut para ahli psikolog, ada beberapa nilai dasar karakter

yaitu: cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung

jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, kerjasama, percaya

diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan,

baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan persatuan. Beberapa nilai

dasar di atas yang relevan dengan pembelajaran IPS misalnya: nilai

kehambaan, kemampuan inkuiri, dan memecahkan masalah sosial,

(39)

tanah air, meneladani para pahlawan/pemimpin, menghargai dan mencintai

produk bangsa sendiri, toleransi dan menghargai keberagaman, kemampuan

berorganisasi dan kerjasama, demokratis dan bertanggungjawab, mandiri,

bertindak efektif dan efesien.

Menurut pendapat Zubaedi (2011:17) pendidikan karakter sebagai berikut:

"Bahwa pendidikan karakter merupakan penanaman kecerdasan di dalam berfikir,penghayatan dalam bentuk sikap,dan pengamalan dalam bentuk prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya,diwujudkan dalam interaksi dengan tuhannya,diri sendiri,antar mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,menerapkan nilai-nilai karakter tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat dan warganegara yang religious, nasionalis, produktif, dan kreatif.

Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan

nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga dalam proses pendidikan,

diharapkan para peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi

dirinya, melakukan proses sosialisasi, dan penghayatan nilai-nilai yang

tersirat maupun tersurat menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di

masyarakat agar kehidupan masyarakat lebih sejahtera,dan kehidupan bangsa

bisa lebih bermartabat.

G. Nilai-Nilai Karakter

Nilai-nilai karakter pada dasarnya meliputi nilai karakter dalam hubungannya

dengan Tuhan YME, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan lingkungan,

dan nilai-nilai yang mengandung nilai kebangsaan. Penjelasan nya dapat

(40)

1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan: Religius. 2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri-sendiri :

jujur,bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu pengetahuan.

3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama: Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturanaturan sosial,

menghargai karya dan potensi orang lain, santun demokratis

4. Nilai karakter dalam hubunganya dengan lingkungan: Peduli sosial dan lingkungan,melestarikan lingkungan.

5. Nilai kebangsaan: Nasionalis, menghargai keberagaman, patriotis.

Untuk lebih jelasnya dapat di deskripsikan pada table dibawah ini:

Tabel 2. 1: Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

NO NILAI DESKRIPSI

1

Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakanajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2

Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinyasebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuhpada berbagai ketentuan dan

peraturan.

5 KerjaKeras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguhdalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Berpikir dan

(41)

caraatau hasil baru dari Sesuatu yang dimiliki

6 Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hal baru dariSesuatu yang dimiliki

7 Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

8 Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9 Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untukmengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar

10 Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yangmenempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

11 Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya

12 Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain

13 Bersahabat/Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14 CintaDamai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15 GemarMembaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagaibacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

16 Peduli Lingkungan

(42)

masyarakat yang membutuhkan. sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber : Buku tim pengembang Pendidikan karakter

Peserta didik yang mempunyai nilai-nilai karakter yang baik, biasanya akan

berhasil dalam bidang akademiknya. Karena pendidikan karakter pada

hakikatnya merupakan pengintegrasian antara kecerdasan, kepribadian, dan

akhlak mulia.

Pendidikan karakter dapat digunakan sebagai upaya membantu peserta didik

untuk memahami, peduli, dan berbuat atau bertindak berdasarkan nilai-nilai.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti dengan melibatkan :

pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan

pendidikan seorang peserta didik akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan

emosi bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa

depan. Dengan kecerdasan emosional ini peserta didik akan berhasil

mengahadapi tantangan untuk berhasil secara akademis.

Dalam Zubaedi (2011:42) dijelaskan sebagai berikut:

(43)

Berdasarkan pendapat ini jelaslah bahwa keberhasilan seorang peserta didik

lebih cenderung ditentukan oleh karakternya daripada kegeniusan otaknya.

Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang dalam

kehidupannya pasti selalu membutuhkan orang lain. Orang yang berkarakter

baik pasti akan selalu mudah untuk bergaul dan bekerja sama dengan orang

lain.

H. Indikator Keberhasilan program pendidikan karakter Tingkat SMP

Dalam Tim Pengembang Pendidikan Secara terpadu yang di keluarkan

Kemendiknas (2010:6) disebutkan bahwa keberhasilan program pendidikan

karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik

sebagaimana tercantum dalam standar kompetensi lulusan SMP, yang antara

lain meliputi sebagai berikut:

1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;

2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri; 3. Menunjukkan sikap percaya diri;

4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;

5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;

6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;

7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif; 8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi

yang dimilikinya;

9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;

10.Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;

11.Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;

12.Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bennasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;

(44)

14.Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; 15.Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang dengan balk;

16.Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;

17.Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;

18.Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;

19.Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;

20.Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;

21.Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada tataran sekolah kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah

terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian,

dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan

masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.

I. Metode Diskusi Kelompok Dalam Pembelajaran IPS

Metode adalah cara yang digunakan untuk membelajarkan peserta didik agar

mampu berperan maksimal dalam proses pembelajaran. Salah satu metode

yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS yaitu metode diskusi

kelompok.

Metode diskusi merupakan metode yang dikembangkan dari teori belajar

konstruktivistik. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran

dengan menugaskan peserta didik atau kelompok belajar untuk melaksanakan

percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam rangka mewujudkan

(45)

Bahri (1997: 99) menyatakan metode diskusi adalah cara penyajian

pembelajaran dimana peserta didik dihadapkan kepada suatu masalah yang

bisa berupa pertanyaan atau pertanyaan yang bersifat problematic untuk

dibahas dan dipecahkan bersama.

Menurut Djajadisastra (1998 : 12) metode diskusi adalah format belajar

mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain

dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas belajar secara bersama

-sama. Karena itu dituntut untuk mampu melibatkan keaktifan anak

bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa diskusi adalah

suatu pengalaman peserta didik dalam proses pembelajaran, yang melibatkan

dua atau lebih individu yang saling berinteraksi untuk tukar -menukar

informasi, mengemukakan dan mempertahankan pendapat guna mencari

pemecahan masalah.

Pelaksanaan diskusi dalam pembelajaran bisa dilaksanakan secara efektif

dengan cara membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil yang

memungkinkan semua peserta didik bisa berpartisipasi secara aktif. Metode

diskusi menuntut guru untuk dapat mengelompokkan peserta didik secara

aktif dan proporsional yang didasarkan pada:

a) Fasilitas yang tersedia.

b) Perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan belajar, c) Jenis pekerjaan yang diberikan,

d) Wilayah tempat tinggal peserta didik,

(46)

Suatu kegiatan dapat dikatan sebagai diskusi jika memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. Melibatkan kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 anggota

b. Berlangsung dalam interaksi tatap muka secara formal

c. semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk melihat,

mendengar serta berkomunikasi secara bebas dan langsung

d. Mempunyai tujuan yang ingin dicapai antar anggota kelompok

e. Melalui proses yang teratur dan sistematis menuju suatu kesimpulan.

Seperti halnya dengan metode yang lain, metode diskusi kelompok juga

mempunyai keunggulan dan kelemahan. Menurut Wahab keunggulan dan

kelemahan dari metode diskusi kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keunggulan metode diskusi kelompok:

a) memberikan kemungkinan untuk sating mengemukakan pendapat b) menyebabkan pendekatan yang demokratis

c) mendorong rasa kesatuan d) memperluas pandangan

e) menghayati kepemimpinan bersama - sama f) membantu mengembangkan kepemimpinan

g) meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

2. Kelemahan - kelemahan metode diskusi kelompok adalah: a) tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar

b) peserta mendapat informasi yang terbatas c) diskusi mudah terjerumus

d) membutuhkan pemimpin yang terampil

e) mungkin dikuasi orang - orang yang suka bicara f) dapat memboroskan waktu. (Wahab,1996:323).

Seorang guru dalam metode diskusi tidak hanya memberikan bahan informasi

kemudian peserta didik dibiarkan mencari pemecahan sendiri, akan tetapi

(47)

pikiran kemudian dicari kesepakatan bersama dalam mengambil keputusan.

Kelebihan metode ini dalam proses pembelajaran adalah guru tidak

mendominasi pembicarakan, tetapi sebagai pengarah rangkaian kegiatan.

Dengan adanya peranan dari guru maka kelemahan-kelemahan diskusi seperti

ketidak efektifan waktu dapat seminimal mungkin dihindari.

Langkah-langkah yang hams dilakukan dalam pelaksanaan diskusi kelompok,

yaitu sebagaimana yang diuraikan oleh Karo-karo sebagai berikut:

1. guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan, apa tujuan masalah itu didiskusikan dan garis besar dalam pemecahan masalah, 2. para peserta didik (di bawah pimpinan guru) membentuk kelompok

-kelompok diskusi,

3. para peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugasnya.

4. Kelompok -kelompok diskusi melaporkan hasil yang telah dicapainya (presenatasi perkelompo), hasil - hasil yang telah dilaporkan itu ditanggapi atau dinyatakan oleh anggota dari kelompok lain.

5. Peserta didik mencatat hasil diskusi ( Karo, 1998 :27).

Setelah selesai tahapan diskusi maka guru memberikan refleksi bagaimana

jalannya diskusi, dan memberikan tanggapan terhadap jawaban atau

tanggapan peserta didik yang mengemuka pada waktu diskusi agar peserta

didik mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.

J. Hasil Penelitian yang relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryanti yang berjudul "Pengembangan

(48)

menjadi unsur-unsur yang sangat penting agar tujuan pendidikan karakter

dapat terarah dan efektif. Dalam penelitian ini berarti peneliti menyetujui

bahwa guru mempunyai andil yang besar dalam menentukan berhasil atau

tidaknya penanaman nilai karakter bangsa pada peserta didik. Karena

peranan guru dalam sebuah proses pembelajaran adalah sebagai pengelola

dan sebagai fasilitator, sehingga memerlukan metode tertentu agar

pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Lebih lanjut mengenai

metode yang dianggap efektif guna menanamkan nilai karakter pada peserta

didik peneliti kembali menuliskan pada karayanya tersebut seperti pada

pemyataannya sebagai berikut:

Adapun metode pendidikan karakter di sekolah dapat berupa:

a. Mengajarkan

Untuk dapat melakukan yang baik, adil, dan bernilai maka perlu

mengajarkan apa itu kebaikan,apa itu adil, dan apa itu bernilai. Salah

satu unsur penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan

nilai-nilai itu sehinggga anak didik mempunyai gagasan konseptual

tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bisa dikembangkan dalam

mengembangkan karakter pribadinya. Pemahaman konseptual juga

menjadi bagian dari pemahaman pendidikan karakter itu sendiri, sebab

anak-anak akan banyak belajar dari pemahaman dan pengertian tentang

nilai-nilai yang dipahami oleh para pendidik dalam setiap perjumpaan

(49)

b. Keteladanan

Jika kita memperhatikan anak didik maka mereka akan lebih banyak

belajar dari apa yang mereka lihat Ada sebuah ungkapan yang artinya

kata-kata itu dapat menggerakan orang, namun keteladan itulah yang

menarik hati. Pendidikan karakter sesungguhnya lebih merupakan

tuntutan terutama bagi kalangan pendidik sendiri, sebab pengetahuan

yang baik tentang nilai akan menjadi tidak kredibel ketika gagasan

teotis tersebut tidak pernah ditemui oleh siswa dalam kehidupan di

sekolah. Keteladanan memang menjadi suatu hal yang klasik bagi

berhasilnya sebuah tujuan pendidikan karakter. Guru yang dalam

bahasa jawa berarti digugu lan ditiru sesungguhnya menjadi jiwa dari pendidikan karakter itu sendiri.

c. Menentukan Prioritas

Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang

dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi atas visi lembaga

pendidikan. Oleh karena itu lembaga pendidikan mesti menentukan

tuntutan standar karakter yang akan ditawarkan kepada peserta didik

sebagai bagian dari kinerja kelembagaan mereka, tanpa adanya prioritas

yang jelas proses evaluasi atas berhasil atau tidaknya pendidikan

karakter akan menjadi tidak jelas, Ketidakjelasan tujuan dan tatacara

(50)

karakter di sekolah karena tidak akan pernah terlihat adanya kemajuan

dan kemunduran.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kemampuan sadar khas manusiawi. Dengan

kemampuan sadar ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan

kualitas hidupnya dengan lebih baik. Jadi setelah tindakan dan praksis

pendidikan karakter itu terjadi, perlu dilakukan refleksi untuk melihat

sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam

pendidikan karakter.

Berdasarkan penelitian ini jelaslah bahwa guru mempunyai peranan yang

besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya pembentukan karakter

bagi peserta didik. Kepiawaian guru dalam menentukan metode

pembelajaran akan menentukan pula sejauh mana nilai karakter dapat

tertanam pada peserta didik.

Kemudian penelitaian yang dilakukan Mardi widodo yang berjudul"

Membangun Karakter Bangsa Berbasis Budaya Sekolah Dan Komunitas

Sekolah" menyatakan membangun pendidikan karakter bangsa berbasis

sekolah, berbasis budaya sekolah, dan berbasis komunitas hendaknya dan

harus bercirikan sebagai berikut:

a. Sumber nilai karakter bangsa berasal dari lingkungan kebudayaan

sekolah, keluarga, lingkungan budaya masyarakat setempat yang

(51)

memperhatikan kearifan local sehingga mudah dipahami, dihayati,

dan diamalkan.

b. Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui disain yang

berbasis di dalam kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis

komunitas sekolah dan diintegrasikan dengan kemampuan

warganegara ke dalam domain kognitif, afektif, psikomotorik, dan

sosial.

c. Pendidikan karakter tidak akan efektif dan efesien jika pendidikan

dilaksanakan secara sempit dengan meninggalkan unsur

pembudayaan dan pemberdayaan dalam konteks pendidikan

nasional. Dalam hal ini antara pendidikan dan pembudayaan serta

pemberdayaan merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendidikan

karakter ditentukan oleh tiga hal yaitu moral knowling, moral feeling, dan moral behavior.

d. Lingkungan kebudayaan sekolah, keluarga, merupakan medium

yang paling efektif dalam pendidikan karakter bangsa.

e. Perlu adanya integrasi program kurikuler dan ekstra kurikuler

dalam pendidikan karakter bangsa.

f. Menanamkan konsesus dasar: pancasila, UUD 1945, NKRI,dan

Bhineka Tunggal ika dalam setiap jenis, jalur, dan jenjang

pendidikan.

g. Mengembalikan pancasila, dan pendidikan wawasan kebangsaan,

dan jati diri bangsa sebagai kontrak politik bangsa menuju

(52)

h. Menumbuhkan kesadaran untuk menghargai keragaman sebagai

karunia tuhan di negeri nusantara ini.

i. Membangun sikap moral, etika, dan sopan santun dalam hidup

berbangsa dan bernegara.

j. Menumbuhkan rasa hormat terhadap symbol Negara dan pahlawan.

k. Membangun semangat kebangsaan di era disentralisasi dan

globalisasi.

l. Membangun pendidikan karakter bangsa yang implicit di dalam

mata pelajaran menjadi tanggung jawab bersama.

m. Pendekatan yang dikembangkan adalah pendekatan multiskala dan

multidemonsional sehingga secara holistic dapat dikembangkan

sikap mental yang kuat.

Berdasarkan pendapat di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa dalam

membangun nilai-nilai karakter bangsa memerlukan kombinasi peranan dari

berbagai pihak. Pihak sekolah dengan segala peranannya seperti

menanamkan nilai-nilai kebhinekaan, membuat aturan berkaitan dengan

moral, dan sebagainya. Karena kita menyadari kehidupan peserta didik tidak

hanya di sekolah, jadi semua pihak harus berperan aktif dalam penanaman

nilai karakter ini.

Sementara Rismareni Pransiska dalam penelitiannya yang berjudul

"Kesantunan Berbahasa Guru Dalam Membentuk Pendidikan Berakter Pada

Pendidikan Anak Usia Dini" menyimpulkan bahwa sebagai ujung tombak

(53)

baik ( good character) sehingga kelak mampu menciptakan manusia Indonesia yang berperilaku, berakhlak, dan berwatak baik. Kesadaran

pentingnya berbahasa yang santun terhadap peserta didik usia dini akan

menentukan bagaimana perkembangan karakter atau kepribadian anak

tersebut untuk masa yang akan datang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

para ahli yang menyatakan bahwa pada masa anak-anak adalah masa

pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang pesat dan merupakan

masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang.

Dalam penelitian ini kembali menyebutkan bahwa guru mempunyai andil

yang besar dalam penanaman nilai-nilai karakter. Tindak-tanduk seorang

guru mulai dari kerapihan dan kebersihan pakaian, badan, sikap, dan tingkah

laku, serta tutur bahasa bisa jadi sebagai penentu keberhasilan dalam

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (Class Action Research) dengan pendekatan kualitatif yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok

dalam meningkatkan nilai -nilai karakter peserta didik dalam pembelajaran

IPS di kelas VIII.A SMP Negeri 2 Pugung. Pemilihan metode ini

berdasarkan pendapat bahwa penelitian tindakan mampu menawarkan cara

dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme

guru dalam proses pembelajaran dikelas dengan melihat berbagai indikator

keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada

siswa.(Hopkins, 1993:34)

Penelitian tindakan yang dipilih adalah peneiitian self-reflecive inquiry,

atau penelitian melalui refleksi diri. Penelitian refleksi diri yaitu guru

mengumpulkan data dan prakteknya sendiri, berarti guru mencoba

mengingat kembali apa yang dikerjakan di dalam kelas, apa dampak

tersebut bagi peserta didik, guru mencoba memikirkan mengapa

dampaknya seperti itu.

(55)

Pengumpul data dalam penelitian ini adalah guru yang terlibat dalam

kegiatan praktik, sehingga guru mempuyai fungsi ganda yaitu sebagai guru

dan peneliti. Guru bukan hanya sekedar pelaksana pembelajaran, tetapi

berperan secara aktif dari tahap perencanaan hingga tahap evaluasi dan

refleksi tindakan.

Model PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model

Kemmis dan Mc Taggart. Tahapan penelitian tindakan kelas pada model

Kemmis dan Mc Taggart ini meliputi sebagai berikut: (1) Perencanaan

(Planning), (2) Pelaksanaan dan Observasi (Acting and Observing), dan (3) Refleksi (Reflecting).

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII.A yang duduk

semester genap tahun pembelajaran 2012/2013. Penelitian ini dibantu oleh

dua orang Observer yang merupakan teman sejawat di SMP Negeri 2 Pugung kabupaten Tanggamus.

C. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah tindakan penerapan metode diskusi

kelompok untuk meningkatkan nilai karakter peserta didik dengan melihat

pada kemampuan guru dalam poses pembelajaran, dan penggunaan

metode diskusi kelompok yang dapat meningkatkan nilai karakter peserta

(56)

D. Operasional Penelitian Tindakan

Operasional penelitian tindakan dikemukakan untuk menghindari

terjadinya perbedaan penafsiran, sekaligus agar kegiatan penelitian

menjadi lebih focus dan membantu peneliti dan kolaborator dalam

mengggali informasi sesuai dengan indicator yang akan diteliti. Definisi

dari istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran adalah serangkaian aktivitas guru dari mulai

pra pembelajaran, Kegiatan inti pembelajaran, dan penutup dengan

menggunakan metode diskusi kelompok . Untuk mengetahui proses

tindakan yang dilakukan guru sekaligus sebagai peneliti, maka perlu

dilakukan observasi oleh guru mitra. Indikator yang akan digunakan untuk

mengobservasi rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan guru adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1. Indikator kemampuan guru dalam pembelajaran

NO Tahapan Pembelajaran Indikator Pembelajaran

1 Prapembelajaran Kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan

media

Memeriksa kesiapan siswa

2. Membuka Pembelajaran Melakukan kegiatan apersepsi

Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan

3. Kegitan Inti Pembelajaran Penguasaan materi pembelajaran

Pendekatan/Strategi Pembelajaran

4 Penutup Melakukan refleksi atau merangkumyang

melibatkan siswa

(57)

2. Nilai Karakter Siswa Dalam Pembelajaran

Nilai karakter siswa adalah skor serangkaian aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran yang merupakan cerminan karakter siswa tersebut. Siswa

dikatakan mempunyai karakter yang baik apabila telah mencapai indikator

aktifitas yang sudah ditentukan dalam pembelajaran dengan metode diskusi

kelompok. Untuk mengetahui nilai karakter siswa perlu diadakan observasi

yang akan dibantu oleh guru mitra. Indikator karakter siswa dalam

pembelajaran diambil dari 18 nilai karakter bangsa yang memungkinkan

ditrapakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi

kelompok. Kisi-kisi nilai karakter nya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pencapaian nilai karakter siswa

NO

1 Berperan sesuai dengan tugasnya baik dalam kelompok atau pada waktu diskusi

1

2 Bertanya atau menanggapi pendapat orang lain 1

3 Memberi kesempatan yang sama orang lain untuk bertanya, menjawab ,atau mengemukakan pendapat

1

Gambar

Tabel
Tabel 1.1: Data perolehan nilai IPS Kelas  VIII. A  SMP  Negeri 2  Pugung pada UTS Semester Ganjil  Tahun  Pelajaran 2012/2013
Tabel 3.1. Indikator kemampuan guru dalam pembelajaran
Tabel 3.2.  Kisi-kisi Pencapaian nilai karakter siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan Setelah dilakukan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan pola nafas pada pasien dapat teratasi dengan kreteria hasil dari skala 1 menjadi 4: (respiratori

Berdasarkan hasil uji lapangan terhadap siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Driyorejo dan didukung penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah (2016), respon siswa kelas

Hasil perhitungan seperti dalam tabel 32 diatas diperoleh nilai F hitung sebesar 67,468 dan F tabel sebesar 3,15, dengan demikian F hitung lebih besar F tabel ,

13 Dari ketentuan tersebut tampak bahwa Undang-undang Perlindungan Konsumen tidak tuntas mengatur upaya hukum yang tersedia, permasalahannya sekarang adalah

8 tahun 2012 pasal 258 menegaskan bahwa “Keputusan Bawaslu mengenai penyelesaian sengketa Pemilu merupakan keputusan terakhir dan mengikat, kecuali keputusan

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa insidensi anemia pada anak usia 1-2 tahun yang memiliki riwayat kelahiran kurang bulan tidak

Sarwono.W.Sarlito, Meinamo.A.Eko, 2009, Psikologi Sosial , Salemba Humanika.. b) Kemudian peneliti akan menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan

floors hampered interactions between members, “ It was really worrying for a while, we were just like, has the expansion damaged it in some way. ” [HM2] The