• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine Max. (L) MerrilI) TERHADAP PENIPISAN AIR TANAH TERSEDIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine Max. (L) MerrilI) TERHADAP PENIPISAN AIR TANAH TERSEDIA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS

TANAMAN KEDELAI (Glycine Max. (L) MerrilI) TERHADAP

PENIPISAN AIR TANAH TERSEDIA

( skripsi )

Oleh Dody Panalosa

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine Max. (L) Merrill) TERHADAP PENIPISAN AIR TANAH

TERSEDIA

Oleh

DODY PANALOSA

Selama ini upaya untuk meningkatkan produktivitas kedelai masih bertumpu pada perluasan areal tanam (Badan Pusat Statistik, 2013) namun produksi masih

menurun, kurangnya pemahaman tentang budidaya kedelai dan harga jual yang kurang menjanjikan, mengakibatkan petani enggan menanam kedelai. Di sisi lain, peningkatan produktivitas lahan masih terkendala oleh terbatasnya ketersediaan air dan kondisi iklim yang tidak menentu. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui respon pertumbuhan dan produksi dua varietas tanaman kedelai (Glycine Max.(L) Merill) terhadap beberapa tingkat penipisan air tanah tersedia.

Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014,

menggunakan rancangan faktorial dalam rancangan acak lengkap dengan faktor pertama yaitu penipisan air tanah tersedia (P) yang terdiri dari empat taraf perlakuan penipisan air tanah tersedia (ATT) yaitu perlakuan P1 (0 - 20%), P2 (0 - 40%), P3 (0 - 60%), dan P4 (0 - 80% ) dan faktor kedua yaitu varietas kedelai (V) yang terdiri dari varietas V1 (Wilis) dan V2 (Kaba), dengan tiga kali

pengulangan. Hasil pengamatan dianalisis dengan uji F dilanjut dengan uji BNT 5% dan 1% dengan menggunakan Program Statistix8. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengaruh tingkat penipisan air tanah tersedia selama fase vegetatif dan fase generatif tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Hasil produksi tertinggi varietas Wilis dan Kaba diperoleh pada tingkat penipisan 0-40%. Berdasarkan nilai tersebut disimpulkan bahwa untuk menghasilkan produksi yang optimal pada kedua varietas masih dapat dipertahankan sampai tingkat penipisan kadar air tanah tersedia sampai 40%.

(3)

ABSTRACT

RESPONSE OF GROWTH AND YIELD OF TWO VARIETIES OF SOYBEAN ( Glycine Max . ( L ) Merrill ) TO AVAILABLE SOIL WATER DEPLETION

by

DODY PANALOSA

So far, efforts to improve the productivity of soybean still relies on the expansion of planting area but production is still declining. Lack of understanding of

soybean cultivation and selling price is less promising caused farmers are

reluctant to plant soybeans . On the other, increase land productivity is hampered by the limited availability of water and erratic climatic conditions. This research aimed to evaluate the response of growth and yield of two varieties of soybean ( Glycine max. ( L ) Merrill ) to some level of available soil water depletion.

This research was conducted at the Integrated Field Laboratory of Agriculture Faculty, University of Lampung, in May until August 2014, using a factorial design in a completely randomized design with the first factor is depletion of available soil water ( P ) consisting four levels of available soil water depletion treatment ( ATT), are treatment P1 ( 0-20 % ) , P2 ( 0-40 % ) , P3 ( 0-60 % ) and P4 ( 0-80 % ) and the second factor is variety of soybean are ( V ), consisting variety V1 ( Willis ) and V2 ( Kaba ), with three replicates. Data was analized with F test and was continued with LSD test 5 % and 1 % by using Statistix8 Program. The results showed, effect of the level of available soil water depletion during vegetative and generative phase did not significantly affect of growth and yield of two varieties of soybean. The highest yield is happenden on 0-40% of available soil water depletion on both varieties. Base on this volue, can be concluded that to optimalized yield of both varieties, can be maintained up to 40% of available soil water deplection.

Keyword : Available Soil Water, Depletions, Generative Phase, Vegetative Phase, Yield.

(4)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS

TANAMAN KEDELAI (Glycine Max. (L) Merrill) TERHADAP

PENIPISAN AIR TANAH TERSEDIA

Oleh

Dody Panalosa

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

Dengan rasa syukur kupanjatkan atas semua nikmat yang

Allah SWT berikan kepadaku,

Kupersembahkan karya kecil ini kepada:

Kedua orang tuaku tercinta

dan

Kakak dan Adikku tersayang

Guru-guruku, Keluarga Besarku, dan Sahabat-sahabatku,

serta

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di desa Sitamiang, Kecamatan Sitamiang kota Padang Sidimpuan, Provinsi Sumatra

Utara pada tanggal 06 Oktober 1989, sebagai anak kempat dari lima bersaudara dari pasangan

Bapak Alm. Sahlan dan Ibu Murniati.

Sekolah Dasar ditempuh di SDN 5 Sitamiang, lulus tahun 2001; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 2 Padang Sidimpuan Sumatra Utara, lulus tahun 2004 dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 7 Padang Sidimpuan

Sumatra Utara lulus tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Unversitas Lampung melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di

Lembaga Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATEKTAN) dan organisasi Forum Mahasiswa Islam Sumatra Utara

(FORMAISA) sampai sekarang.

Pada Tahun 2013 penulis melakukan kegiatan Praktik Umum selama 40 hari di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP MEKTAN) Serpong

(10)

SANWACANA

Segala puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Ahlul Baitnya, dan sahabat-sahabat Beliau yang terpilih, sebagai tauladan umat sepanjang zaman.

Skripsi dengan judul “Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Tanaman

Kedelai (Glycine Max. (L) Merrill) Terhadap Penipisan Air Tanah Tersedia.” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ir. Oktafri, M.Si., selaku Pembimbing Utama, dan Bapak Ir. M. Zen Kadir, M.T., selaku Pembimbing ke-dua atas ketersediaan meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dan pengarahan dalam penyusunan proposal,

pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. R. A. Bustomi Rosadi, M.S., selaku Penguji yang telah

meluangkan waktu dan memberi bimbingan dalam penyusunan skripsi. 3. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian

Universitas Lampung.

(11)

vi 5. Bapak dan ibu tercinta, kakak dan adikku tersayang serta seluruh keluarga

besar atas do’a, kasih sayang, dukungan, serta pengertiannya.

6. Teman-teman angkatan 2007 yang telah memberikan semangat, pengalaman

dan kebersamaannya selama ini.

7. Kakak tingkat dan adik tingkat yang telah memberikan perhatian, bantuan, pelajaran dan suasana kebersamaan selama ini.

8. Seluruh staf dosen dan administrasi serta keluarga besar jurusan teknik pertanian.

Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT membalas kebaikan dan kemurahan hati semuanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi

ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembacanya.

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis

(12)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR viii

I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penelitian 4

1.3 Mamfaat Penelitian 4

1.4 Hipotesis 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Sejarah Kedelai 5

2.2 Morfologi Tanaman Kedelai 5

2.2.1 Botani 5

2.2.2 Morfologi 6

2.2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai 12

2.3 Varietas Tanaman Kedelai 12

2.4 Kebutuhan dan Pemakaian Air Tanaman 13

2.5 Defisit irigasi 17

2.5.1 Kedudukan Air Di Dalam Tanah 19

(13)

ii

III. METODE PENELITIAN 22

3.1 Tempat Penelitian 22

3.2 Alat dan Bahan 22

3.3 Metode Penelitian 23

3.3.1 Rancangan Penelitian 23

3.3.2 PelaksanaanPenelitian 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 26

4.1 Pertumbuhan Tanaman 26

4.1.1 Tinggi Tanaman 26

4.1.2 Jumlah Daun 31

4.1.3 Luas Daun 34

4.2 Hasil Tanaman 38

4.2.1 Berat Polong 38

4.2.2 Berat Biji Bagus dan Berat Biji Rusak 44

4.3 Berat Berangkasan Tanaman 47

4.3.1 Berat Berangkasan Basah atas 47

4.3.2 Berat Berangkas Basah Bawah 48

4.4 Kebutuhan Air Tanaman 49

4.4.1 Kebutuhan air Fase Awal 49

4.4.2 Kebutuhan Air Fase Pengembangan 50

4.4.3 Kebutuhan Air Fase Pematangan 51

(14)

iii

V. KESIMPULAN DAN SARAN 54

5.1 Kesimpulan 54

5.2 Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 55

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Teks

1. Tinggi Tanaman Fase awal 27

2. Tinggi Tanaman Fase Pengembangan 28

3 . Tinggi Tanaman Fase Pematangan 29

4. Pertumbuhan Jumlah Daun Fase Awal 31

5. Pertumbuhan Jumlah Daun Fase Pengembangan 32

6. Pertumbuhan Jumlah Daun Fase Pematangan 33

7. Luas Daun Fase Awal 35

8. Luas Daun Fase Pengembangan 36

9. Luas Daun Fase Pematangan 37

10. Berat Polong Tanaman Kedelai 39

11. Hasil Jumlah Polong Tanaman Kedelai 40

12. Jumlah Polong Berisi Tanaman Kedelai 41

13. Jumlah Polong Kosong Tanaman Kedelai 43

14. Berat Biji Bagus Tanaman Kedelai 45

15. Berat Biji Rusak Tanaman Kedelai 46

16. Rata-Rata Berat Berangkas Atas Tanaman Kedelai 47

(16)

ix

18. Total Kebutuhan Air Fase Awal 49

19. Total Kebutuhan Air Fase Pengembangan 51

Lampiran 20. Total Kebutuhan Air Fase Pematangan 52

21. Penjemuran Kering AnginTanah 75

22. Pengisian Tanah dan Pemberian Air Pada Media Tumbuh Tanaman 75

23. Rumah Pelastik 75

24. Perkecambaan Kedelai 76

25. Pertumbuhan Tanaman Minggu ke-1 76

26. Pertumbuhan Minggu ke-2 76

27. pertumbuhan minggu ke-3 77

28. pertumbuhan minggu ke-4 77

29. Penyulaman Tanaman Akibat Mati 77

30. Hama dan Kerusak Tanaman 78

31. Daun Tanaman Kedelai 78

32. Penimbangan Tanaman Kedelai 79

33. Pembungaan Tanaman Kedelai 79

34. Pembentukan Polong 80

35. Pengisian Polong 80

36. Daun Kedelai Mulai Menguning 81

37. Kedelai Siap Panen 81

38. Polong Kedelai 82

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Teks

1. Produksi Kedelai dan Produktivitas Tanaman Kedelai di Indonesia 2

2. Jenis Varietas Tanaman Kedelai 13

3. Kebutuhan Air Tanaman Kedelai Dalam Periode Tumbuh 14

4. Pengaruh Penipisan Terhadap Tinggi Tanaman Fase Pengembangan 28

5 . Pengaruh Penipisan Terhadap Jumlah Daun Fase Pematangan 33

6. Pengaruh Penipisan Terhadap Luas Daun Fase Pematangan 37

7. Pengaruh Penipisan Terhadap Jumlah Polong 40

8. Pengaruh Penipisan Terhadap Jumlah Polong Kosong 42

Lampiran 9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Fase Awal 58

10. Sidik Ragam Fase Pengembangan 58

11. Pengaruh Varietas Terhadap Penipisan Air Tanah Tersedia 58

12. Tingkat Penipisan Terhadap Tinggi Tanaman Fase Pengembangan 58

13. Sidik Ragam Fase Pematangan 59

14. Sidik Ragam Jumlah Daun Fase Awal 59

15. Sidik Ragam Jumlah Daun Fase Pengembangan 59

(18)

v

17. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Daun Fase Pematangan 60

18. Tingkat Penipisan Terhadap Jumlah Daun 60

19. Sidik Ragam Luas Daun Fase Awal 60

20. Sidik Ragam Luas Daun Fase pengembangan 60

21. Sidik Ragam Luas Daun Fase Pematangan 61

22. Pengaruh Varietas Terhadap Luas Daun Fase Pematangan 61

23. Tingkat Penipisan Terhadap Luas Daun Fase Pematangan 61

24. Sidik Ragam Berat Polong Hasil Tanaman Kedelai 61

25. Sidik Ragam Jumlah polong Hasil Produksi Tanaman Kedelai 62

26. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Polong 62

27. Tingkat Penipisan Terhadap Jumlah Polong 62

28. Sidik Ragam Hasil Produksi Jumlah Polong Berisi Tanaman Kedelai 62

29. Sidik Ragam Hasil Produksi Jumlah Polong Kosong Tanaman Kedelai 63

30. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Polong Kosong 63

31. Tingkat Penipisan Terhadap Jumlah Polong Kosong 63

32. Sidik Ragam Berat Biji Bagus Hasil Produksi Tanaman Kedelai 63

33. Sidik Ragam Berat Biji Rusak Hasil Produksi Tanaman Kedelai 64

34. Sidik Ragam Berat Berangkas Atas Tanaman Kedelai 64

35. Sidik Ragam Berat Berangkas Bawah Tanaman Kedelai 64

36. Sidik Ragam Total Kebutuhan Air Fase Awal 64

37. Sidik Ragam Total Kebutuhan Air Fase Pengembangan 65

38. Sidik Ragam Total Kebutuhan Fase Pematangan 65

(19)

vi

40. Tinggi Tanaman Minggu ke -2 65

41. Tinggi Tanaman Minggu Ke -3 66

42. Tinggi Tanaman Minggu Ke -4 66

43. Tinggi Tanaman Minggu Ke -5 66

44. Tinggi Tanaman Minggu Ke -6 67

45. Jumlah Daun Minggu Ke -1 67

46. Jumlah Daun Minggu Ke -2 67

47. Jumlah Daun Minggu Ke -3 67

48. Jumlah Daun Minggu Ke -4 68

49. Jumlah Daun Minggu Ke -5 68

50. Jumlah Daun Minggu Ke -6 68

51. Luas Daun Minggu Ke -1 69

52. Luas Daun Minggu Ke -2 69

53. Luas Daun Minggu Ke -3 69

54. Luas Daun Minggu Ke -4 69

55. Luas Daun Minggu Ke -5 70

56. Luas Daun Minggu Ke -6 70

57. Berat Polong 70

58. Jumlah Polong 71

59. Jumlah Polong Berisi 71

60. Jumlah Polong Kosong 71

61. Berat Biji Bagus 71

(20)

vii

63. Berat Berangkas Bawah 72

64. Berat Berangkas Atas 72

65. Total Kebutuhan Air Fase Awal 73

66. Total Kebutuhan Fase Pengembangan 73

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi Indonesia, kedelai termaksud komoditi pangan yang sangat penting. Kedelai merupakan bahan baku dalam pembuatan tahu, tempe, tauco, kecap dan produk

lainnya. Kedelai sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Selain rasanya enak, produk pangan ini

mengandung gizi dan harga yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Di era modern sekarang ini, dengan kebutuhan akan pangan semakin hari semakin meningkat, sehubungan berkembangnya industri pangan dan pakan yang

mengakibatkan kebutuhan kedelai di dalam negeri ikut meningkat, berkisaran 2.300.000 ton per-tahun. Pada tahun 2010 produksi kedelai dalam negeri hanya mencapai 907.031 ton (41,22%) dari total kebutuhan, tahun 2011 menurun

menjadi 870.068 ton (37,85%). Untuk mencukupi kebutuhan tersebut,

Pemerintah mengimpor kedelai 50-70% kedelai per-tahun. Tinginya tingkat impor

(22)

2

Dari data Badan Pusat Statisik (BPS) tahun 2013, luas panen tanaman kedelai dari

tahun 2010 hingga 2013 menurun tidak stabil meskipun produktivitas dari tahun 2010 -2013 meningkat namun hasil produksinya cenderung menurun (Tabel 1).

Tabel 1. Produksi Kedelai dan Produktivita Tanaman Kedelai di Indonesia Jenis

Kedelai 2010* 660823.00 13.73 907031.00

Kedelai 2011* 622254.00 13.68 851286.00

Kedelai 2012# 567624.00 14.85 843153.00

Kedelai 2013# 571564.00 14.82 847157.00

*Dari tahun 2011 angka tetap #Dari tahun 2012 angka sementara

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target Indonesia pada tahun 2014 sebagai swasembada kedelai yaitu luas lahan petani di Indonesia yang tidak mendukung, belum lagi ancaman konversi mejadikan petani memilih

komoditi yang menguntungkan (Kompas, 2012).

Kedelai merupakan tanaman sub-tropik, yang bisa tumbuh di iklim tropis. Kedelai bukan tanaman yang tahan akan kekeringan, sehinga membutuhkan

ketersedian air yang cukup. Hasil dari produksi tanaman kedelai sangat

tergantung pada ketersedia air yang ada. Kondisi iklim yang tidak menentu, serta

ketersedian air yang terbatas adalah salah satu kendala dalam pembudidayaan tanaman kedelai.

Air merupakan salah satu komponen yang penting bagi reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam tanah. Peranan air pada tanah berfungsi sebagai pelarut

(23)

3

sebagai stabilisator suhu di daun. Kekurangan air juga dapat mengurangi sintesis

klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (Solichatun et, al, 2005).

Air yang dapat diserap dari tanah oleh akar tumbuhan disebut air yang tersedia. Air yang tersedia merupakan perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada

kapasitas lapang dan jumlah air dalam tanah pada persentase pelayuan permanen. Air pada kapasitas lapang adalah air yang tetap tersimpan dalam tanah yang tidak

mengalir ke bawah karena gaya gravitasi, sedangkan air pada persentase pelayuan permanen adalah apabila pada kelembaban tanah tersebut tumbuhan yang tumbuh diatasnya akan layu dan tidak akan segar kembali dalam atmosfer dengan

kelembaban relatif 100% (Gardner et, al, (1991) dalam Solichatun et, al, 2005).

Pemberian air secara optimum selama awal pertumbuhan kedelai sampai

pembuahan akan merangsang pertumbuhan dan meningkatkan hasil produksi (Scwab et, al, 1958 dalam Salter dan Gooode, 1967 dalam Wiwoho 1982). Kelebihan dan kekurangan pemberian air pada masa perkecambahan akan

menghambat pertumbuhan vegetative (Fukuri dan Ojima, 1954 Dalam Salter dan Goode, 1967 dalam Wiwoho, 1982).

Pengaruh penipisan air pada tanaman kedelai sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan kedelai, yang mengakibatkan terjadinya cekaman pada tanaman sehingga produksi tanaman menurun. Penipisan dalam jangka panjang atau

pendek adalah salah satu faktor penyebab menurunnya produksi hasil kedelai. Berkurangnya ketersediaan air pada tanaman mengakibatkan tanaman tercekam, sehingga tanaman tidak mampu untuk menyerap usur- unsur hara yang

(24)

4

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi dua varietas tanaman kedelai (Glycine Max.(L) Merill) terhadap beberapa tingkat penipisan air tanah tersedia

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermamfaat untuk merekomendasi ke para petani bahwasanya penipisan air tanah tersedia tertentu masih menghasilkan produksi yang optimal dan untuk mengetahui penipsan air tanah yang tersedia yang masih dapat di

maksimalkan tanaman tanpa mempengaruhi pertumbuhan dan hasil serta efisiensi penggunaan air irigasi.

1.4 Hipotesis

Pada beberapa tingkat penipisan air tanah tersedia ada perbedaan respon yang

(25)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kedelai

Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiecis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang di kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo

(Cina Utara). Di Indonesia, tanaman kedelai dibudidayakan mulai dengan abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai

ke Indonesia berasal dari Mansyuri: Jepang (Asia Timur) (Kemenristek, 2000).

2.2 Morfologi Tanaman Kedelai 2.2.1 Botani

Tanaman kedelai di klasifikasikan dalam kedudukan sistem tumbuhan (taksonomi) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plante

Devisi : spermatophta Subdevisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Leguminosa Famili : Papilionoidae Geneus : Glysin

(26)

6

Kedelai sering juga disebut dengan nama lokal diantaranya adalah kacang jepung,

kacang bulu, gedela dan demoka. Di jepang dikenal adanya kedelai rebus (aedamame) atau kedelai manis, dan kedelai hitam (koramame) sedangkan nama umum di dunia disebut “soybean” (Kementristek, 2000).

2.2.2 Morfologi

Susunan tumbuh kedelai terdiri atas fase perumbuhan yaitu vegetative dan generative.

2.2.2.1Fase Vegetative

Fase pertumbuhan vegetative dihitung sejak tanama mulai muncul ke permukaan tanah sampai mulai berbunga, pada saat perkecamabaan di cirikan adanya

kotiledon, pada fase vegetative di hitung setelah buku terbentuk pada batang utama.

2.2.2.1.1Akar

Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil.

Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil.

(27)

7

Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air

tanah yang terlalu tinggi.

Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan dan kecukupan unsur hara, serta ketersediaan

air di dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang optimal, namun umumnya akar tunggang hanya

tumbuh pada kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm. Sementara akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. Akar serabut ini mula-mula tumbuh di dekat ujung akar tunggang,

sekitar 3-4 hari setelah berkecambah dan akan semakin bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang lain.

2.2.2.1.2Batang

Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari

pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil.

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate

ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk

(28)

8

berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe

batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-indeterminate.

Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas

kedelai yang tidak bercabang. Jumlah batang bisa menjadi sedikit bila penanaman dirapatkan dari 250.000 tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar. Jumlah

batang tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah biji yang diproduksi. Artinya, walaupun jumlah cabang banyak, belum tentu produksi kedelai juga banyak.

2.2.2.1.3Daun

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia

kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas

masa pertumbuhan.

Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik.

Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun

mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2.

(29)

9

bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3-20 buah/mm2. Jumlah

bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3-4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal. Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC 100, sedangkan

varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro dan Mahameru. Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai berkait dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong ternyata

sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat. Oleh karena itu, para peneliti pemulia tanaman kedelai cenderung menekankan pada pembentukan

varietas yang tahan hama harus mempunyai bulu di daun, polong, maupun batang tanaman kedelai.

2.2.2.2Fase Generative

Pada fase pertumbuhan reproduksi (generative) terhitung pada saat mulai

berbunga sampai pembentukan polong, perkecambaan biji dan pemasakan biji. (Irwan, 2006).

2.2.2.2.1 Bunga

Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia

tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman kedelai di Indonesia

(30)

10

kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat

pembentukan bunga.

Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25

bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku

yang lebih tinggi.

Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak

tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga.

Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak setiap kuncup bunga dapat

tumbuh menjadi polong, hanya berkisar 20-80%. Jumlah bunga yang rontok tidak dapat membentuk polong yang cukup besar. Rontoknya bunga ini dapat terjadi pada setiap posisi buku pada 1-10 hari setelah mulai terbentuk bunga.

Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah

(31)

11

2.2.2.2.2 Buah

Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap

kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan

semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning

kecoklatan pada saat masak.

2.2.2.2.3 Biji

Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang

(10-13 g/100 biji) dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur.

Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang

terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna

(32)

12

pembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji

tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13%. (Irwan, 2006)

2.2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai 2.2.3.1Tanah

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan

aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol. Pada tanah

yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organic dan pengapuran.

2.2.3.2Iklim

Kedelai dapat tumbuh subur pada curah hujan optimal 100-200 mm/bulan.

Temperature 270C dengan penyinaran penuh maksimal 10 jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m. Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan

dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedelai.

2.3 Varietas Tanaman Kedelai

Varietas unggul berasal dari varietas lokal, varietas liar, varietas introduksi.

Untuk menghasilkan suatu varietas unggul, dari hasil suatu persilangan di butuhkan waktu 5-7 tahun. Hasil tanaman di tentukan oleh interaksi dari faktor genetika dan lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah, ketersedian air, dan

(33)

13

Suatu varietas dinyatakan sebagai varietas unggul, apabila telah melaluhi kegiatan

seleksi uji daya hasil. Varietas unggul memiliki umur pendek, hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit tertentu. Sejak dulu sampai saaat ini pemerintah

telah melepas 62 varietas kedelai. Di mana dalam penyebaran benih varietas unggul terdiri dari beberapa tingkat, mulai dari benih pejenis sampai benih sebar. Standar miniumum mutu kedelai dimana benih murni minimumm 95%, daya

tumbuh minimum 60%, dan biji rerumputan, maksimum 2%. (Suhartina 2005) Tabel 1. Jenis Varietas Tanaman Kedelai

Varietas Kaba Tanggamus wilis

Dirilis 22 Oktober 2001 22 Oktober 2001 21 juli 1983

Wilayah adaptasi Lahan sawah Lahan kering masam - (Suhartina, 2005)

2.4 Kebutuhan dan Pemakaian Air Tanaman

Pengunaan konsumtif adalah total jumlah total air yang dikonsumsi tanaman

untuk penguapan (evaporasi), transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Kadang-kadang istilah itu disebut juga sebagai evapotranspirasi tanaman. Jumlah evapotranspirasi kumulatif selama pertumbuhan tanaman yang harus dipenuhi

oleh air irigasi, dipengaruhi oleh jenis tanaman, radiasi surya, sistim irigasi, lamanya pertumbuhan, hujan dan faktor lainnya. Jumlah air yang ditranspirasikan

tanaman tergantung pada jumlah lengas yang tersedia di daerah perakaran, suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin, intensitas dan lama penyinaran, tahapan

(34)

14

Kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisaran 350-450 mm selama masa

pertumbuhan kedelai. Dalam proses pertumbuhan kedelai, air yang digunakan sangat bervariasi seiring dengan betambahnya umur tanaman.

Berdasarkan perhitungan Kung dalam Somaatmadja dkk 1985 dalam yuliana

(2011). Kebutuhan air tanaman kedelai umur sedang (85 hari) pada periode pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini :

Tabel 2. Kebutuhan Air Tanaman Kedelai Dalam Periode Tumbuh

Stadia tumbuh Periode

(hari)

Kebutuhan air (mm/periode)

Pertumbuhan awal 15 53-62

Vegetatip aktif 15 53-62

Pembuahan –pengisian polong 35 124-143

Pemasakan biji 20 70-83

Air yang digunakan tanaman antara kapasitas lapang (FC) dan titik layu permanen

(PWP), sering juga disebut dengan air yang tersedia (AW).

Untuk menghitung air tersedia di gunakan rumus James (1993) sebagai berikut :

AW =Drz(fc-pwp)/100 ……….. (1)

AW : air yang tersedia (available water (cm, in)) Drz : zona perakaran (depth of root zone (cm, in))

Fc : kapasitas lapang (field capacity in persent by volume )

Pwp : titik layu permanen (permanent wilting point in present by volume)

Pada sistem irigasi yang dilakukan, air tidak dibiarkan mencapai titik layu permanen (pwp) untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, dimana air di

batas dari crtical stress (θc) sampai kapasitas lapang (FC) yang dinyatakan dalam

air tersedia ( RAW) ini di lakukan untuk menjaga kadar air tetap di atas crtical

(35)

15

RAW = Drz(fc-θc)/100 ………... (2)

RAW : air tersedia (cm) Drz : zona perakaran(cm)

Fc : kapasitas lapang (% volume ) Ɵc :tegangan kritis (% volume)

Konsep defisiensi maksimum (MAD) juga sering di lakukan untuk memperkirakan jumlah air yang digunakan tanpa menggangu tanaman.

Defisiensi maksimum (MAD) dirumuskan seperti :

………... (3)

………. (4)

)(fc-pwp)/100 ……….. (5) MAD : maximum allowable depletion (deplesi maksimum)

RAD : readily available water (air tersedia) AW : available water (air yang tersedia)

Dalam pengukuran langsung digunakan rumus konservasi masa James (1993)

sebagai berikut :

…………. (6)

Inflow,outflow : total aliran masuk dan keluar dari volume atur selama interval waktu yang dipertimbangkan (cm)

(36)

16

θf, θi : kadar air tanah dengan volume akhir (final) dan awal

(pertama) dari interval waktu yang dipertimbangkan (desimal)

SFI = aliran permukaan ke volume kontrol (cm)

LI = bawah permukaan aliran lateral ke volume kontrol (cm) GW = rembesan air tanah kedalam volume kontrol (cm) ET = evapotranspirasi (cm)

RO = aliran permukaan dari volume kontrol (cm)

LO = bawah permukaan aliran lateral keluar dari volume atur (cm) L = persyaratan pencucian (cm)

DP = perkolasi (cm)

Jadi evoptransipirasi dapat di hitung dengan mengunakan rumus James (1993) :

ET =I+PSFI+LI+GW-RO-LO-DP-Drz( ) …………. (9)

Terdapat dua metoda untuk mendapatkan angka penggunaan konsumtif tanaman,

yakni (a) pengukuran langsung dengan lysimeter bertimbangan (weighing lysimeter)

atau tidak bertimbangan dan (b) secara tidak langsung dengan menggunakan rumus

(37)

17

Secara tidak langsung dengan menggunakan rumus empirik berdasarkan data unsur

cuaca, pertama menduga nilai evapotranspirasi tanaman acuan(ETo). ETo adalah

jumlah air yang dievapotranspirasikan oleh tanaman rumputan dengan tinggi 15~20

cm, tumbuh sehat, menutup tanah dengan sempurna, pada kondisi cukup air. Ada

berbagai rumus empirik untuk pendugaan evapotranspirasi tanaman acuan (ETo)

tergantung pada ketersediaan data unsur cuaca, antara lain: metoda Blaney-Criddle,

Penman, Radiasi, Panci evaporasi (FAO, 1987 dalamJames, 1993). Jika data iklim tersedia (suhu rerata udara harian, jam penyinaran rata-rata harian, kelembaban relatif

rata-rata harian, dan kecepatan angin rata-rataharian). Sebaiknya menggunakan

metoda Penman-Monteith.

2.5 Defisit irigasi

Air adalah salah satu bahan yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, yaitu sebagai bahan pembentuk, pelarut, pereaksi dan untuk mempertahankan

turgiditas. Meskipun air begitu penting untuk tanaman, belum diketahui secara pasti bagaimana defisit air tanah dapat menurunkan komponen-komponen hasil tanaman, karena mekanisme bagaimana kekurangan air mempengaruhi

pertumbuhan tanaman belum banyak dipahami. Salah satu cekaman yang sering dialami tanaman adalah defisit air. Defisit air untuk jangka waktu yang pendek

ataupun lama umumnya menjadi penyebab utama menurunnya produksi

pertanian. Dikarenakan terbatasnya ketersediaan air, sementara permintaan akan produk pertanian terus meningkat, maka bidang ini perlu mendapat perhatian

serius, manajemen air untuk pertanian dan penggunaan air oleh tanaman

(38)

18

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman dan mekanisme yang terjadi.

(Arsyad, 2002)

Menurunnya ketersediaan air tanaman akibat pengeringan tanah menyebabkan menurunnya penyerapan air oleh akar tanaman dan menurunkan kandungan air

tanaman, potensial air tanaman (status air daun), tekanan turgor dan konduktivitas stomata, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat (Kramer, 1988 dalam Arsyad,

2002).

Menurut Raes et al, 1987 kriteria waktu dalam pemberian air irigasi untuk tanaman antara lain :

1. fixed interval (interval yang tetap )

Irigasi di lakukan dengan penetapan interval yang di tentukan. Keputusan yang diambil secara independen dari kandungan air di zona perakaran. Criteria ini

dilakukan dengan opsi operator sederhana.

2. Allowable depletion amount ( Jumlah deplesi diijinkan)

Irigasi diterapkan setiap kali ketika jumlah air tertentu di bawah kapasitas lapang

dibawa dari zona perakaran. Irigasi ini berguna dalam kasus hift sistem irigasi frekuensi (drip).

3. Allowable daily stress (stres sehari-hari yang diijinkan)

Irigasi dilakukan setiap kali evapotranspirasi aktual (ETact) turun di bawah fraksi

(39)

19

4. Allowable daily yield reduction (penurunan hasil harian yang diijinkan) Irigasi diterapkan setiap kali hasil yang sebenarnya (yact) turun di bawah sebagian

kecil yang telah ditentukan dari hasil maksimum (ymax). Perkiraan harian rasio

yact / ymax ditentukan oleh rasio ETact / ETcrop dan faktor respon hasil (KY).

5. allowable fraction of readiy available water (RAW) ( fraksi diijinkan air yang tersedia readiy (RAW).

Irigasi dilakukan setiap kali menipisnya air tanah, relatif terhadap air tersedia (RAW), turun di bawah tingkat yang ditentukan sebelumnya. opsi ini diterapkan

antara lain untuk penjadwalan optimal di mana sampai 100% irigasi RAW selalu diamankan sebelum coditions stres kelembaban tanah (tingkat Yield threshold) ukur.

Untuk kriteria kedalaman yang berbeda dapat di lakukan dengan menggunakan dua cara yaitu :

1. kembali ke kapasitas lapang

Kadar air tanah di zona perakaran dibawa kembali ke kapasitas lapang. Plus atau minus kedalaman tertentu sesuai atas atau di bawah irigasi yang di tentukan.

2. Kendalaman tetap

Irigasi yang di lakukan tetap dengan jumlah air irigasi yang di tentukan.

2.5.1 Kedudukan Air Di Dalam Tanah

Menurut Hansen et, al, (1986) kedudukan air didalam tanah terbagi menjadi tiga bagian, yakni air higroskopis, air kapiler, dan air gravitasi. Air higroskopis

(40)

20

pengaruh kekuatan gravitasi maupun kapiler. Air kapiler adalah sisa dari air

higroskopis yang tertahan karena gaya gravitasi di dalam rongga-rogga tanah. Sedangkan air gravitasi berasal dari sisa air higroskopis dan air kapiler dan jika

drainase berjalan dengan baik, air gravitasi akan bergerak keluar.

Keadaan yang disebut kapasitas lapang yakni pada saat kondisi ruang pori tanah terisi udara atau mencapai keadaan penyimpanan maksimum, pemberian air

dihentikan sehingga air akan tetap bergerak karena adanya gaya gravitasi.

Pergerakan air akibat gaya gravitasi akan semakin lambat dan setelah dua sampai tiga hari gerakan tersebut akan berhenti. Menurut Hansen et, al, (1986) untuk

menghitung kapasitas lapang dilakukan pembasahan secara merata pada tanah, kemudian tanah dikeringkan selama dua hari, setelah itu kapasitas lapang dapat

diketahui. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan kapasitas lapang adalah penguapan yang terjadi pada tanah tersebut dan adanya tanaman yang aktif pada tanah tersebut. Adanya tanaman aktif akan mempercepat tanah berada pada

kondisi kapasitas lapang.

Menurut Islami dan Utomo (1996) titik layu permanen adalah keadaan dimana tanaman mengalami kekurangan air dan menyebabkan kelayuan pada tanaman

terus menerus. Hal ini diakibatkan tanaman kehilangan air terus-menerus dan tanaman tidak mampu menggunakan air di dalam tanah. Hal ini dipengaruhi oleh

kecepatan absorbsi yang lebih kecil dibandingkan evapotranspirasi yang terjadi dan tanaman akan mengalami kejenuhan ketika air didalam tanah berada di bawah

(41)

21

2.5.2 Cekaman Air

Menurut Rosadi et, al, (2013) suatu titik dimana penipisan air tanah tersedia mencapai maksimum (Maximum Allowable Deficiency) disebut kandungan air tanah kritis (θc). Pada kondisi ini Evapotranspirasi aktual (ETa) masih sama

dengan ETm, akan tetapi jika penipisan air tanah tersedia melewati titik kritis

tersebut, maka ETa < ETm dan tanaman akan mengalami cekaman air (water

stress).

Apabila tanaman mendapatkan cekaman air (stress air) yang cukup hebat, laju absorbsi air dari dalam tanah tidak dapat mengimbangi laju transpirasi. Akibat

kejadian tersebut stomata akan menutup. Dengan demikian, penyerapan CO2 dari

udara kejaringan mesofil daun tidak akan terjadi. Selanjutnya aktivitas

fotosintesis akan terganggu karena kurang tersedian ion H yang berasal dari air

tanah dan CO2 dari udara sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik

(42)

22

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, berlangsung dari bulan Mei 2014 sampai dengan Agustus 2014

3.2 Alat dan Bahan

alat yang digunakan dalam pelaksanan penelitian ini anatara lain

- Timbangan - Oven - Cawan - Mistar - Kalkulator - Gelas ukur

Bahan yang digunakan dalam pelaksanan penelitian ini adalah :

- Benih kedelai (varietas Kaba dan Wilis) - Tanah

(43)

23

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dalam rancangan acak lengkap dengan faktor pertama yaitu penipisan air tanah tersedia (P) yang terdiri dari

empat taraf perlakuan penipisan air tanah tersedia (ATT), yaitu P1 (0 -2 0%), P2 (0 - 40%), P3 (0 – 60% ) dan P4 (0 – 80% ) dari air tanah tersedia dan faktor kedua yaitu varietas kedelai (V) yang terdiri dari dua varietas yaitu V1 (Wilis) dan

V2 (Kaba). Untuk setiap perlakuan dilakukan penimbangan setiap hari, melihat berkurangnya jumlah air yang hilang akibat evapotraspirasi kemudian di lihat

jumlah air tersedianya, apabila sudah mencapai tingkat penipisan yang ditentukan maka dilakukan irigasi untuk mengembalikan pada kondisi field capsity (FC) dilakukan tiga kali pengulangan.

3.3.2 PelaksanaanPenelitian 3.3.2.1Persiapan

Tanah yang digunakan adalah tanah pertanian dari Universitas lampung.

Persiapan media tanam dilakukan sebelum proses penanaman dengan menjemur tanah hingga kering udara, sampai pada kondisi tertentu kemudian dimasukkan kedalam ember dengan berat masing-masing 7 kg. Pada saat yang sama diambil

sampel untuk mengetahui kadar air tanah dan sifat fisik tanah yang di uji di laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung. Kemudian dilakukan

(44)

24

3.3.2.2Penanaman Kedelai

Penanaman kedelai dilakukan pada ember yang telah di sediakan dalam setiap

ember ditanami 5 biji kedelai sesuai dengan varietas. Setelah tanaman tumbuh dilakukan seleksi dengan meninggalkan 2 tanaman terbaik dari benih yang di

tanaman di dalam ember.

3.3.2.3Pemeliharaan

Dalam pemeliharan dilakukan pemberian air irigasi ketika jumlah air tersedia telah mencapai tingkat penipisan dan di kembalikan lagi pada kondisi kapasitas

lapang. Untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman dilakukan dengan menggunakan insektisida.

3.3.2.4Pengamatan

Variabel-variabel yang diamati meliputi :

 Tinggi tanama (cm)

 Jumlah daun rata-rata (helai)

 Luas Daun (cm2)

 Kebutuhan air total/periode tumbuh (mm/hari)

 Berangkasan.

 Hasil Produksi

Pengambilan data di lakukan setiap hari untuk melihat evapotranspirasi yang

(45)

25

3.3.2.5Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah sesuai dengan 4 tahap pertumbuhan

koefisien tanamana, dengan tahap 1 fase awal (minggu ke-2), tahap 2 fase pengembangan (minggu ke-4), tahap 3 fase pematangan (minggu ke-6), tahap 4

fase menjelang panen. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan

(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah :

1. Perlakuan penipisan air tanah tersedia tidak member pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetative dan generative pada kedua varietas Wilis

dan Kaba.

2. Respon hasil produksi maksimum tanaman kedelai pada kedua varietas terbaik pada perlakuan penipisan 0-40% air tanah tersedia.

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penelitian pengaruh penipisan air tanah tersedia terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Diharapkan penelitian

dilakukan dalam bentuk Tim karena penelitian ini membutuhkan pengamatan yang banyak sehingga setiap pengamat dapat lebih fokus mengamati variable

(47)

55

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. R. 2002. Kemampuan Adaptasi Tanaman Kedelai Terhadap Kekeringan Pada Tanah-Tanah Dengan Tekstur Yang Berbeda.

Jurnal Agronomi. Vol 8(2) : 99-103. Jambi.

BPS. 2013. Produksi, Jagung Dan Kedelai (Angka Sementara Tahun 2012). www.bps.go.id/website/brs_ind/asem_03mar14.pdf. Hal. 10.

Irwan, A. W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Jatinagor. Hal. 43.

Departeman Pertanian. 2012. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Tanaman Kedelai http:// tanamanpangan. deptan. go.id/doc _upload/isi_ pedoman teknis_kedelai_2012.pdf (18.04.2013)

Raes, D. Lemmens, H. Aelst, P. V. Bulcke, M. V. and Smith, M. 1988. IRSIS (irrigation scheduling information sytem). Volume 1-manual. Hal. 199.

Hansen, V.E, O.W. Israelsen, G.E.Stringham, E.P.Tachyan, dan Soetjipto. 1986.

Dasar – dasar dan Praktek Irigasi. Erlangga. Jakarta. Hal. 407.

Islamie, T. dan W.H. Utomo. 1996. Hubungan Air, Tanah dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang. Hal 297.

(48)

56

Kemenristek. 2000. Tentang Budidaya Pertanian. http://www.ristek.go.id. Jakarta. Hal. 18. Pdf.

James, L. G. 1993. Principles of Farm Irrigation Sytem Design. Irrigation Requirements and scheduling. Krieger Publishing Company. USA. Hal. 543.

Nurhayati. 2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Jurnal. Floratek. Vol. 4 : 55-64. Banda Aceh.

Rosadi, B. Oktafri. Ridwan, Z. Nugroho, H, dan Ahmad Tusi. 2013. Penuntun Praktikum Hubungan Air Tanah Dan Tanaman (Tep 315). Program Studi Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Solichatun, Anggarawulan, E.Mudyantini, W. 2005. Pengaruh Ketersediaan Air Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Bahan Aktif Saponin

Tanaman Ginseng Jawa (Talinum Paniculatum Gaertn). Jurnal. Biofarmasi 3 (2) : 47-51 Surakarta.

Kompas. 7/8/2012. Memamfaatkan inovasi mengenjot produksi kedelai. Jakarta pdf. Hal.1.

Suhartina. 2005. Deskripsi varietas Unggul Kacang-kacang dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Malang. Hal. 154.

Yuliana. S. 2011. Pengaruh cekaman air setelah fase vegetative terhadap hasil tanaman kedelai. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Lombok Barat. NTB. Hal. 3.

Gambar

Gambar
Tabel 1. Produksi Kedelai dan Produktivita Tanaman Kedelai di Indonesia
Tabel 1. Jenis Varietas Tanaman Kedelai
Tabel 2. Kebutuhan Air Tanaman Kedelai Dalam Periode Tumbuh

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 003/Pagar BPKB-DAK/VI/2017 tanggal 13 Juni 2017 , Berita Acara Penjelasan Dokumen Pengadaan, dan

PEKERJAAN : PENGADAAN KONSTRUKSI BANGUNAN AULA DAN ASRAMA DIKLAT RSUD TUGUREJO LOKASI : JL.TUGUREJO SEMARANG. SUMBER DANA : APBD TAHUN ANGGARAN

[r]

Dimensi tersebut perlu ditanamkan pada calon pendidik dan tenaga kependidikan atau calon manajer yang menjadi suri tauladan bagai peserta didik dan anak buahnya ke

pembajak pesawat masih hidup, para saksi mata melihat dan mendengar rentetan ledakan saat gedung roboh, ribuan arsitek dan insinyur menolak gedung tinggi menjulang ini dapat

Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan panjang bobot, pertumbuhan, faktor kondisi, dan nisbah kelamin ikan brek ( Barbonymus balleroides ) pada habitat yang

Setelah itu pengujian yang dilakukan pada sampel kubus geopolimer yaitu uji kuat tekan, yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sampel agregat buatan geopolimer yang akan

Nilai rata-rata faktor beban pencemar limbah cair batik yang tercantum pada Tabel 3 merupakan nilai umum yang dapat digunakan untuk mengestimasi secara kasar