A. Latar Belakang Masalah
Persoalan poligami merupakan persoalan klasik namun selalu menarik
untuk dibahas. Persoalan poligami dikatakan klasik karena sudah sejak lama
persoalan ini ada, yaitu sejak masa-masa awal Islam sudah terdapat persoalan
poligami. Persoalan poligami dikatakan selalu menarik untuk dibahas karena
hampir sepanjang masa persoalan ini selalu mendapat tanggapan dari
berbagai pihak. Tanggapan-tanggapan inilah yang kemudian memunculkan
adanya sikap yang setuju adanya poligami (sikap pro poligami) dan adanya
sikap yang tidak setuju adanya poligami (sikap kontra poligami).
Sikap pro dan kontra tentang ajaran maupun praktik poligami sudah
ada sejak dahulu. Satu sisi, kaum perempuan muslim atau orang yang kontra
poligami melihat praktik poligami sebagai bentuk penindasan kaum laki-laki
terhadap perempuan. Di sisi lain, kaum perempuan muslim lain atau orang
yang pro poligami melihat bahwa poligami merupakan bentuk ibadah dengan
surga sebagai ganjarannya.1
Praktik poligami sudah ada jauh sebelum Islam yang di bawa Nabi
Muhammad Saw. menyebar di Jazirah Arab. Poligami di Jazirah Arab pada
masa ini tidak terbatas jumlahnya, sehingga para pemimpin suku dinilai wajar
memiliki puluhan istri. Kemudian Islam datang dengan membatasi jumlah
1
poligami.2 batasan jumlah bilangan istri yang dapat dipoligami dalam Islam adalah empat (4) wanita saja, sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Surat al
Nisa‟ (4): 3 dan Hadis Nabi Muhammad Saw.
Firman Allah Surat al Nisa‟ (4) ayat 3 menjelaskan adanya kebolehan
untuk menikahi 2, 3, atau 4 orang istri. Ayat tersebut berbunyi:
Artinya:
Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya) maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berbuat adil maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat dzalim.3
Hadis Nabi Muhammad Saw. riwayat Ibn Majah yang menjelaskan
tentang pembatasan istri Qais Ibn Harits menjadi 4 istri dari 8 istri yang ia
punyai.
2
Musdah Mulia, Pandangan Islam tentang Poligami, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender, The Asia Foundation, Perserikatan Solidaritas Perempuan, 1999), hlm. 3-4.
3
Artinya:
Mengabarkan kepada kita Ahmad Ibn Ibrahim al duraqiy dari Hasyim daari Ibnu Abiy Laila dari Humaidhah Binti al Syamardil dari Qais Ibn al Harits, ia berkata: ketika aku masuk Islam aku mempunyai delapan istri, kemudian aku datang kepada Rasulullah Saw. dan menyampaikan hal tersebut dan beliau (Rasulullah) bersabda: pilihlah dari mereka empat orang.4
Hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang
menceritakan tentang Ghailan Ibn Salamah al Tsaqafiy yang mempunyai 10
istri dan diperintah oleh Rasulullah Saw. untuk memilih 4 istri saja.
Artinya:
Menceritakan kepada kita Ismail, dari Mu’ammar dari al Zuhri dari Salim dari ayahnya, bahsawannya Ghailan Ibn Salamah al Tsaqafiy masuk Islam dan mempunyai sepuluh orang istri, kemudian Rasulullah Saw. bersabda: pilih dari mereka empat (orang).5
Islam datang dengan membatasi jumlah bilangan wanita yang dapat
dipoligami dan juga menghapus praktik-praktik perkawinan yang dilakukan
masyarakat jahiliyah, yaitu perkawinan istibdha’, perkawinan al maqthu’,
perkawinan al rathun, perkawinan khadan, dan perkawinan badal.6
4
Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar al Fikr, tt.) I: 628. 5
Ahmad, Musnad Ahmad, (Beirut: Dar al Fikr, tt.) II: 13. 6
Islam datang sebagai agama yang membawa kedamaian untuk semua
makhluk Allah (rahmatan lil ‘alamin) dengan salah satu ajarannya mengenai
perkawinan. Perkawinan antara laki-laki dengan perempuan diharapkan dapat
menjadikan kehidupan yang sakinah mawaddah wa rahmah, atau perkawinan
yang damai, tenang dan bahagia yang diridhai Allah Swt. Oleh sebab itu,
Islam merumuskan aturan-aturan tentang perkawinan di dalam al Qur‟an
maupun Hadis Rasulullah Saw.
Salah satu aturan perkawinan yang diajarkan Islam adalah aturan
tentang poligami. Aturan Islam tentang poligami dalam perkawinan terdapat
di dalam al Qur‟an dan Hadis, yang menyebutkan adanya batasan jumlah
bilangan istri yang dapat dipoligami dan adanya syarat bagi suami yang akan
berpoligami. Meski ada aturan tentang poligami dalam perkawinan yang
terdapat dalam ayat-ayat maupun hadis-hadis Nabi Muhammad, namun ulama
berbeda dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat dan hadis-hadis
tersebut. Ulama berbeda pendapat mengenai cara menemukan hukum
(istinbat al hukm) tersebut. Di sinilah kemudian memunculkan sikap pro dan
kotra terhadap poligami.
Pemahaman terhadap ayat-ayat ataupun hadis-hadis poligami
dilakukan dengan berbagai cara atau metode oleh para pemerhati agama
Islam. Setidaknya ada beberapa pandangan atau pemikiran dari pemerhati
agama Islam dalam memahami ayat-ayat poligami, misalnya: 1) kelompok
ulama yang membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu; 2)
kelompok ulama yang membolehkan poligami secara mutlak tanpa syarat
selain adil.
Kelompok ulama yang membolehkan poligami dengan syarat-syarat
tertentu seperti Fazlurrahman, Fatima Mernisi, Muhammad Abduh, dan
Muhammad Syahrur. Menurut mereka, poligami dalam Islam diperbolehkan,
tetapi harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Islam.
Syarat-syarat tersebut seperti, suami dapat memastikan untuk berbuat adil
terhadap semua istri dan anak-anaknya, poligami dibolehkan dalam keadaan
darurat atau terpaksa ( istri mandul atau tidak sebandingnya antara banyaknya
perempuan dengan sedikitnya laki-laki).
Sementara kelompok ulama lainnya membolehkan poligami secara
mutlak. Poligami dibolehkan kepada laki-laki yang tidak khawatir akan
berbuat dzalim atau tidak adil kepada masing-masing istri yang dipoligami.
Pendapat ini banyak dipakai oleh ulama, baik ulama pada masa awal Islam
masa pertengahan, maupun pada masa sekarang.
Pada masa sekarang, seiring menonjolnya peranan perempuan dalam
masyarakat dan tentunya faktor-faktor lainnya, maka pemahaman terhadap
ayat-ayat poligami lebih diperketat. Dengan demikian, seorang laki-laki yang
akan menikahi lebih dari seorang perempuan, maka ia harus memperhatikan
syarat-syaratnya. Pengambilan syarat-syarat poligami tidak hanya
berdasarkan atas aturan yang dibuat oleh manusia, tetapi berdasarkan atas
pemahaman ayat-ayat poligami tersebut. Inilah yang menarik perhatian
tentang suatu ayat al Qur‟an. Perkembangan atau pergerakan pemahaman dan
pemikiran ini tentu mendapat banyak respon dari ulama lain, karena berbeda
dengan pemahaman ulama pada umumnya (jumhur ulama).
Salah satu pemikir yang mendapat perhatian umat muslim pada
akhir-akhir ini karena pergerakan atau perkembangan pemikiran terhadap ayat-ayat
al Qur‟an adalah Muhammad Syahrur. Muhammad Syahrur merupakan
seorang pemikir keislaman yang lahir di Damaskus. Dalam memahami Islam
melalui ayat-ayat al Qur‟an, ia menawarkan metode atau cara yang berbeda
dengan jumhur ulama pada umumnya. Muhammad Syahrur dalam memahami
nas al Qur‟an menolak adanya sinonimitas bahasa. Menurutnya, setiap kata
dalam al Qur‟an mempunyai makna masing-masing.7 Pembahasan makna
bahasa banyak disandarkan pada mu’jam maqayis al lughah karya Ibnu
Faris.8
Muhammad Syahrur membagi antara ayat-ayat al Qur‟an yang
mempunyai dimensi nubuwwah (haqiqah al maudhu’iyyah) dengan ayat-ayat
yang berdimensi risalah (al haqiqah al zatiyah). Dari kerangka berpikir ini,
Muhammad Syahrur menawarkan metode atau cara pembacaan al Qur‟an
dengan teori nadzariyatul hudud (teori batas atau limitasi). Teori ini ada 6,
yaitu: 1) Batas minimal; 2) Batas maksimal; 3) Batas minimal dan maksimal
sekaligus; 4) Batas lurus; 5) Batas maksimal mendekati garis lurus; dan 6)
7
Muhammad Syahrur, Al-Kitab wa al-Qur’an Qira’ah Mu’ashirah,cet. VI, (Damaskus: al-Mathbuat, 2000), hlm. 192.
8
Batas atas positif tidak boleh dilampaui dan batas bawah negatif boleh
dilampaui.9
Contoh pemikiran Muhammad Syahrur terhadap pemahaman
ayat-ayat al Qur‟an melalui teori hudud (batas) adalah masalah kewarisan. Ia
menawarkan teori batas ketiga, yaitu batas minimal dan maksimal sekaligus.
Dalam ayat kewarisan dapat dipahami bahwa laki-laki mendapat batas
maksimal dua bagian dari perempuan, sedangkan perempuan mendapat batas
minimal satu bagian, sehingga dalam situasi dan kondisi dimana hukum
diterapkan, laki-laki dan perempuan dapat bagian yang sama. Laki-laki dan
perempuan mendapatkan batas minimal (yaitu satu) dan maksimal sekaligus
(yaitu dua). Pemikiran Muhammad Syahrur tentang teori batas ini tentu
berbeda dengan pemikiran jumhur pada umumnya.
Muhammad Syahrur memberikan contoh lain yang berbeda dengan
pemikiran jumhur, yaitu masalah poligami. Poligami menurut Syahrur hanya
dibolehkan untuk para janda yang mempuyai anak yatim, baik untuk istri
kedua, ketiga atau keempat. Poligami yang dipahami Muhammad Syahrur
merujuk pada adanya konsep keadilan bagi wanita yang dipoligami, juga
keadilan untuk anak-anak yatim dan anak-anaknya.10 Disinilah letak ketertarikan penelitian ini untuk melihat lebih jauh konsep-konsep yang
ditawarkan Muhammad Syahrur, dan kemudian akan memberikan kritik pada
pemikiran tersebut.
9
Ibid., hlm. 452-466. 10
Muhammad Syahrur, Nahwa Ushul Jadidah li al Fiqh al Islamiy Fiqh al
Ditegaskan latar belakang penelitian ini adalah munculnya salah satu
penafsiran dan istinbat hukum tentang keadilan poligami (yaitu pemikiran
Muhammad Syahrur) yang sangat berbeda dengan penafsiran dan istinbat
hukum dari jumhur ulama. Muhammad Syahrur mensyaratkan keadilan
dalam poligami itu ditujukan kepada anak-anak yatim dari janda yang akan
dinikahi dan keadilan dari anak-anaknya sendiri. Muhammad Syahrur
membolehkan adanya poligami hanya kepada janda-janda yang ditinggal mati
suaminya dan mempunyai anak (yatim). Tentunya, konsep keadilan dalam
poligami ini sangat berbeda dengan jumhur ulama yang ditujukan kepada
para istri yang dipoligami, bukan kepada anak-anak dari janda (karena
ditinggal mati suaminya terdahulu) yang dinikahinya.
Alasan ketertarikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur tentang konsep keadilan dalam
poligami ialah adanya metode penafsiran dan istinbat hukum Muhammad
Syahrur tentang keadilan dalam poligami yang berbeda dengan jumhur
ulama. Kemudian penulis akan melakukan analisa mendalam atau kritik
berkaitan dengan cara Muhammad Syahrur dalam menafsirkan dan
meng-istinbat-kan konsep keadilan dalam ayat-ayat poligami. Analisa atau kritik ini
berpijak dari penafsiran dan istinbat al hukm yang dilakukan oleh kebanyakan
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yang akan
diteliti, yaitu:
1. Bagaimana pemahaman (penafsiran dan istinbat al hukm) Muhammad
Syahrur mengenai konsep keadilan dalam poligami?
2. Bagaimana rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur dalam
menawarkan konsep keadilan dalam poligami?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemikiran
Muhammad Syahrur tentang konsep keadilan dalam poligami yang terdapat
dalam ayat-ayat poligami. Kemudian, penelitian ini menganalisa lebih jauh
mengenai metode penafsiran dan istinbat hukum yang dipakai Muhammad
Syahrur dalam menawarkan konsep keadilan dalam poligami. Dari hasil
analisa tersebut didapatkan sebuah kritik terhadap pemikiran Muhammad
Syahrur, baik dari sisi metode penafsiran ayat-ayat poligami maupun dari sisi
metode istinbat hukumnya.
Setelah tujuan penelitian didapatkan, maka akan terlihat manfaat yang
akan diperoleh. Apakah pemikiran Muhammad Syahrur layak untuk dijadikan
sebagai salah satu hasil karya pemahaman ayat-ayat al Qur‟an yang dapat
dipegang oleh umat muslim atau pemahaman ayat-ayat al Qur‟an yang tidak
dapat dijadikan pegangan oleh umat muslim, sehingga layak untuk
Berikut uraian manfaat penelitian, yaitu memuat:
1. Manfaat Akademik
a. Sebagai kontribusi keilmuan untuk mengetahui pemikiran
Muhammad Syahrur dalam membaca (menafsirkan) ulang
ayat-ayat poligami dan cara memahami (istinbat) hukum keadilan
dalam poligami.
b. Sebagai kontribusi keilmuan untuk mengetahui kritik atas metode
pemahaman atau penafsiran Muhammad Syahrur terhadap
ayat-ayat poligami dan metode penemuan (istinbat hukum) konsep
keadilan dalam poligami.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai bahan kajian
dalam ilmu-ilmu keislaman, khususnya tentang fiqh perkawinan,
metode istinbat hukum tentang konsep keadilan dalam poligami,
metode penafsiran ayat-ayat poligami dan kritik atas metode
pemahaman kontemporer.
Manfaat praktis lain dari penelitian ini adalah apakah pemikiran
Muhammad Syahrur bisa dijadikan sebagai pegangan oleh umat
muslim atau pemikiran ini seharusnya ditinggalkan dan dibuang oleh
D. Telaah Pustaka
Berikut ini bahan kajian yang menjadi telaah pustaka dalam
penelitian, sesuai dengan kaidah panduan penulisan tesis yang diterbitkan
oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kaidah penulisan telaah pustaka
meliputi nama peneliti, tahun penelitian, bentuk penelitian, judul penelitian
serta perbedaan penelitian.
A. Ghozali pada tahun 2008 menulis karya tulis akhir (tesis) pada
program pascasarjana di IAIN (sekarang UIN) Walisongo Semarang dengan
judul “Metode Istinbat Hukum Muhammad Syahrur dalam Memahami
Ayat-ayat Poligami”.11 Penelitian ini lebih memfokuskan pada metode istinbat hukum Muhmmad Syahrur pada masalah poligami. Teori apa yang digunakan
oleh Muhammad Syahrur dalam membaca ayat-ayat poligami, kemudian A.
Ghozali menganalisa pemikiran Muhammad Syarur tersebut dengan teori
ushul fiqh yang digunakan oleh jumhur ulama. Tulisan ini menggambarkan
secara umum metode istinbat hukum pada persoalan poligami, tidak di
khususkan pada konsep keadilannya. Sedangkan penelitian ini melihat
persoalan poligami yang dikhususkan pada konsep keadilan yang terdapat
pada ayat-ayat poligami.
Penelitian kedua yang dijadikan telaah pustaka adalah tulisan
Mushonnif Yahya pada tahun 2007 ketika menyelesaikan karya tulis akhir
(tesis) pada program pascasarjana di IAIN (sekarang UIN) Walisongo
11
Semarang. Tulisan ini berjudul “Poligami dan Misi Kemanusiaan Analisis
Feminisme terhadap Pemikiran Muhammad Syahrur tentang Syarat-syarat
Poligami”.12 Fokus penelitian ini adalah aspek kemanusiaan yang terdapat dalam poligami yang ditawarkan Muhammad Syahrur dengan pendekatan
feminisme. Hal ini tentu berbeda dengan tema dalam tesis ini yang lebih
difokuskan pada konsep keadilan yang terdapat dalam ayat-ayat poligami
dengan pendekatan ilmu tafsir atau ilmu ushul fikih.
Selanjutnya, tulisan Mukhyar Fanani pada tahun 2005 yang
merupakan karya akhir berupa disertasi pada program pascasarjana di IAIN
(sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Judul penelitian ini adalah
“Pemikiran Muhammad Syahrur dalam Ilmu Ushul Fiqh: Teori Hudud
sebagai Alternatif Pengembangan Ilmu Ushul Fikih”.13 Tulisan ini jelas
menguraikan teori Hudud yang ditawarkan oleh Muhammad Syahrur sebagai
metode penemuan hukum Islam. Fokus penelitian ini pada tawaran metode
penemuan hukum Muhammad Syahrur yaitu teori hudud sebagai
pengembangan dari ilmu ushul fikih, penelitian ini tidak difokuskan pada
konsep keadilan dalam poligami, sehingga berbeda dengan tema dalam judul
penelitian ini.
Selanjutnya tulisan Abdul Jalil pada tahun 2010 ketika menyelesaikan
Skripsi pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
12
Mushonnif Yahya, Poligami dan Misi Kemanusiaan Analisis Feminisme terhadap Pemikiran Muhammad Syahrur tentang Syarat-syarat Poligami, Tesis tidak diterbitkan, (Semarang: Program pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2007).
13
Tulisan tersebut berjudul “Wanita Dalam Poligami (Studi Pemikiran
Muhammad Syahrur”.14 Tulisan ini mengupas pandangan Muhammad
Syahrur tentang poligami secara umum, sehingga berbeda dengan tema
penelitian.
Fachri Paripurna pada tahun 2006 menulis Skripsi pada Fakultas
Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisan ini berjudul
“Poligami dalam Islam (Studi Komparasi Antara Pemikiran Muhammad
Abduh dan Muhammad Syahrur)”. Penelitian ini menegaskan perbedaan
antara pemikiran Muhammad Abduh dengan Muhammad Syahrur, sehingga
metode yang digunakan adalah metode komparatif. Pemikiran Muhammad
Abduh tentang poligami yaitu poligami dibolehkan dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan dan dalam keadaan darurat atau terpaksa. Selama keadaan
darurat atau terpaksa tidak terpenuhi, meski syarat poligami sudah dipenuhi,
maka poligami tidak dibolehkan. Sementara pemikiran Muhammad Syahrur
dalam tulisan ini memperlihatkan bahwa poligami dibolehkan dengan syarat
yang berbeda, yaitu wanita yang dinikahi adalah para janda yang mempunyai
anak yatim karena ditinggal mati suaminya. Selama syarat ini sudah
terpenuhi, maka poligami dapat dilakukan.
Ali Mursid pada tahun 2006 menulis karya tulis akhir berupa Skripsi
pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisan
ini berjudul “Konsep Poligami Dalam Islam (Studi Komparatif Antara
14
Muhammad Syahrur dan Yusuf al Qaradhawi”.15 Dalam tulisan ini dijelaskan perbedaan cara pandang dalam membaca ayat-ayat poligami, sehingga
muncul pemikiran yang berbeda pula mengenai poligami dalam ayat-ayat al
Qur‟an. Namun tulisan ini tidak secara detail menjelaskan bagaimana kedua
pemikir membaca ayat-ayat poligami, sehingga ayat yang menjelaskan
keadilan hanya dilihat dari kesimpulannya saja, bukan bagaimana ayat
tersebut dibaca sehingga muncul kesimpulan tersebut? Bagaimana korelasi
antara ayat satu dengan ayat yang lain? Aplikasi metode Muhammad Syahrur
dalam ayat-ayat poligami tersebut bagaimana? Tulisan ini tidak mengurai
pertanyaan-pertanyaan tersebut, sehingga belum ditemukan pembacaan yang
komprehensif mengenai ayat-ayat poligami dari kedua pemikir di atas.
Khozainul Ulum pada tahun 2006 menulis karya tulis akhir berupa
Skripsi pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Judul tulisan tersebut adalah “Konsep Poligami dalam Pandangan
Muhammad Syahrur dan Amina Wadud Muhsin”.16 Tulisan ini hanya membandingkan kedua pemikir kontemporer dalam persoalan poligami
dengan pendekatan feminis. Tulisan ini tidak mengurai lebih jauh mengenai
cara menemukan hukumnya, serta tidak menjelaskan secara detail mengenai
konsep keadilan dalam poligami.
15
Ali Mursid, Konsep Poligami Dalam Islam (Studi Komparatif Antara Muhammad Syahrur dan Yusuf al Qaradhawi, Skrpisi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006).
16
Miftah Faridl pada tahun 2007 menulis buku dengan judul
“Poligami”. Buku ini menjelaskan ajaran poligami secara umum, mulai dari
definisi poligami, dasar hukum poligami, sampai praktik poligami ditinjau
dari norma/susila dan perilaku sosial. Kemudian Musdah Mulia pada tahun
1999 menulis Buku dengan judul “Pandangan Islam tentang Poligami”.
Buku ini menceritakan poligami dalam Islam, yaitu praktik poligami pada
masa Rasululullah, serta kritik terhadap kebijakan pemerintah Republik
Indonesia mengenai poligami.
Dari telaah pustaka di atas, maka ada perbedaan yang jelas antara
tuisan-tulisan tersebut dengan tema yang dimaksud. Penelitian ini melihat
bagaimana Muhammad Syahrur membaca ayat-ayat poligami sehingga
muncul kesimpulan bahwa poligami harus dilakukan dengan para janda yang
ditinggal mati suaminya dan mempunyai anak yatim, sehingga konsep
keadilan harus ada antara anak-anaknya dengan anak-anak yatim. Penelitian
ini akan mengurai bagaimana metode penafsiran atau metode istinbat hukum
yang dipakai Muhammad Syahrur sehingga muncul kesimpulan di atas.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori yang dimaksud pada penelitian ini adalah kerangka
berpikir jalannya penelitian dengan disertai teori. Kerangka berpikir yang
dimaksud bukan sistematika penelitian, namun kerangka penelitian yang
Penelitian ini menjelaskan bagaimana Muhammad Syahrur
menafsirkan ayat-ayat poligami. Penafsiran ayat-ayat poligami yang
dilakukan oleh Muhammad Syahrur tidak berdasarkan atas teori penafsiran
yang digunakan oleh kebanyakan ulama, tetapi ia mempunyai teori penafsiran
sendiri. Syahrur menyebut model penafsirannya dengan pembacaan ulang
terhadap ayat-ayat al Qur‟an. Pembacaan ulang ayat-ayat al Qur‟an yang
dilakukan oleh Muhammad Syahrur berdasarkan pada analisis teks, yaitu
analisa terhadap teks atau nash ayat-ayat al Qur‟an dengan pendekatan
kebahasaan.
Muhammad Syahrur menganalisa ayat-ayat al Qur‟an melalui
pendekatan kebahasaan dengan menjelaskan kaidah kebahasaan, seperti ilmu
nahwu, sharaf, dan balaghah, misalnya huruf wawu yang terletak pada
permulaan ayat ketiga Surat al Nisa‟ itu menjadi kata penghubung antara ayat
sebelum (kedua) dengan setelahnya (ketiga). Kata penghubung ini dalam
kaidah bahasa disebut dengan wawu ‘athaf. Muhammad Syahrur juga
menjelaskan pengertian atau “makna”kata dalam ayat al Qur‟an, seperti tidak
adanya sinonimitas bahasa; misalnya, ia menjelaskan perbedaan antara makna
kata qasatha dan ‘adala dalam ayat-ayat poligami. kedua kata tersebut
berbeda antara adil dari satu sisi (kata aqsatha) dan adil dari dua sisi (kata
‘adala). Muhammad Syahrur juga menjelaskan hubungan antara ayat yang
diteliti dengan ayat lainnya (munasabah ayat) berdasarkan pendekatan
kebahasaan tersebut. Ayat ketiga surat al Nisa‟ tentang poligami dihubungkan
ke-127 tentang keringanan pemberian mahar, dan dengan ayat ke-129 tentang
tidak dapatnya berbuat adil terhadap istri-istri yang dinikahinya (poligami).
Langkah-langkah di atas menjelaskan tentang teori-teori penafsiran
ayat al Qur‟an, baik teori penafsiran kebanyakan mufassir atau teori
penafsiran dari Muhammad Syahrur.
Penelitian ini juga mendeskripsikan bagaimana Muhammad Syahrur
menemukan hukum tentang konsep keadilan dalam poligami melalui teori
nadzariyatul hudud atau teori batas (limit). Melalui teori batas bagian ketiga
(batas minimal dan maksimal sekaligus) Muhammad Syahrur menjelaskan
bagaimana konsep keadilan dalam poligami bisa diwujudkan. Batas minimal
seseorang menikah yaitu dengan seorang istri, dan batas maksimal seseorang
melakukan poligami yaitu dengan menikahi empat (4) orang istri, istri kedua,
ketiga atau keempat harus berupa janda yang ditinggal mati suaminya dan
mempunyai anak (yatim). Penulis tidak hanya menggambarkan pemikiran
Muhammad Syahrur ini, namun juga melakukan analisa penemuan hukum
dari pendapat kebanyakan ulama, yang lebih dikenal dalam ilmu ushul fiqh
dengan teori istinbat al hukm. Langkah-langkah ini termasuk pada teori
penemuan hukum Islam, kebanyakan ulama menyebutkan dengan istinbat al
hukm dalam koridor ilmu ushul fiqh atau Muhammad Syahrur menyebutnya
nadzariyatul hudud.
Penjelasan tentang keadilan poligami telah ada jauh sebelum
Muhammad Syahrur menawarkan idenya, dan penjelasan ini diutarakan oleh
hukum Islam. Penelitian ini memaparkan pemikiran Muhammad Syahrur
tentang keadilan dalam poligami dari sudut pandang pembacaan ulang
(penafsiran) ayat-ayat al Qur‟an dan dari sudut penemuan hukum (istinbat al
hukm) melalui nadzariyatul hudud . Penelitian ini juga melihat analisa
mendalam atau kritik atas pemikiran Muhammad Syahrur tersebut dari sudut
pandang pemikiran kebanyakan ulama (jumhur ulama). Inilah yang penulis
maksud dengan rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur.
Rekonstruksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
pengembalian seperti semula, atau penyusunan (penggambaran) kembali.17
Rekonstruksi berarti mengembalikan makna suatu peristiwa, kejadian,
pemahaman, atau yang lain, kepada makna yang sudah ada sebelumnya.
Rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur tentang keadilan dalam
poligami berarti pengembalian makna keadilan dalam poligami yang
ditawarkan oleh Muhammad Syahrur kepada makna keadilan dalam poligami
yang sudah ada sebelumnya, yakni makna keadilan dalam poligami menurut
jumhur ulama. Dari uraian ini, maka penulis akan memaparkan
pemikiran-pemikiran Muhammad Syahrur tentang konsep keadilan dalam poligami yang
sama dan yang beda dengan konsep keadilan dalam poligami dari jumhur
ulama. Penulis akan banyak mengupas pemikiran Muhammad Syahrur yang
berbeda dengan jumhur ulama, dengan tujuan untuk mengembalikan
maknanya (dari Muhammad Syahrur ke Jumhur ulama).
17
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang terstruktur agar
diperoleh penelitian yang akurat dan sistematis. Struktur penelitian tersebut
diuraikan dalam hal-hal di bawah ini:18
1. Paradigma Penelitian
Penelitian rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur tentang
keadilan dalam poligami ini menggunakan paradigma penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah strategi dan teknik penelitian yang
digunakan untuk memahami masyarakat, masalah atau gejala dalam
masyarakat dengan mengumpulkan sebanyak mungkin fakta mendalam,
data disajikan dalam bentuk verbal bukan bentuk angka.
Penelitian ini memakai metode penelitian kualitatif dengan
melihat strategi dan teknik penelitian yang digunakan untuk memahami
masalah tentang konsep keadilan dalam poligami yang ditawarkan
Muhammad Syahrur dalam membaca ayat-ayat poligami dengan
mengumpulkan sebanyak mungkin fakta mendalam dari buku-buku atau
tulisan-tulisan dia atau orang lain yang berkaitan dengan tema, kemudian
hasil olah data-data tentang keadilan dalam poligami di atas disajikan
dalam bentuk verbal bukan angka.
18
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library
research). Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilaksanakan
dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan
maupun laporan penelitian.19
Konteks penulisan tesis ini dilaksanakan dengan menggunakan
literatur yang berkaitan dengan pemikiran Muhammad Syahrur khususnya
tentang keadilan dalam poligami yang diambil dari karya-karyanya atau
penelitian lain yang relevan dengan tema penelitian ini.
3. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian Rekonstruksi Pemikiran Muhammad Syahrur tentang Keadilan dalam Poligami adalah
pendekatan normatif. Pendekatan normatif dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan ilmu tafsir dan ilmu ushul fiqh. Rekonstruksi
pemikiran Muhammad Syahrur tentang keadilan dalam poligami
merupakan pembacaan ulang Muhammad Syahrur tentang ayat-ayat
poligami, sehingga dalam penelitian ini penulis melihat perlunya kritik
metode pembacaan ulang Muhammad Syahrur tersebut dengan
menggunakan teori dalam ilmu tafsir dan ilmu ushul fiqh yang lazim
digunakan oleh ulama.
19
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Kedua sumber data tersebut
berkaitan dengan jenis penelitian yang penulis lakukan, yaitu penelitian
library research, sehingga sumber data yang digunakan berupa
dokumen-dokumen, seperti buku, jurnal, dan tulisan lainnya.
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian adalah
tulisan asli dari Muhammad Syahrur yang berkaitan dengan metode dan
hasil dari penafsiran serta istinbat hukum tentang poligami, khususnya
konsep keadilan yang telah ditawarkannya. Sumber data primer atau
tulisan tersebut terdapat dalam karya Muhammad Syahrur sendiri yang
berbentuk buku, yaitu buku Al Kitab wa Al Qur’an Qira’ah Mu’atsirah
dan buku Nahwa Ushul Jadidah li al Fiqh al Islamy: fiqh Al Mar’ah.
Sedangkan sumber data sekunder yang penulis gunakan adalah
karya-karya yang mendukung tema penelitian ini, baik dari karya
Muhammad Syahrur sendiri atau karya-karya orang lain. Karya
Muhammad Syahrur seperti Dirasah Islamiyah Mu’ashirah fi al Dawlah
wa al Mujtama’, Islam dan Iman: Aturan-aturan Pokok, Metodologi Fiqh
Islam Kontemporer. Karya-karya ulama lain yang berkaitan dengan tema
penelitian seperti Ahkam al Qur’an karya Abu Bakar Muhammad
„Abdullah, Tafsir al Maraghi karya Ahmad Mushthafa al Maraghi, Fath
wa al Manhaj karya Wahbah al Zuhaili, Pendekatan Semantik terhadap al
Qur’an, terjemahan dari karya Toshihiko Izutsu.
5. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah tulisan-tulisan Muhammad Syahrur
yang terdapat dalam buku-bukunya, yaitu buku Al Kitab wa Al Qur’an
Qira’ah Mu’tsirah dan buku Nahwa Ushul Jadidah li al Fiqh al Islamy:
fiqh Al Mar’ah.
6. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
yang berupa laporan penelitian, buku, surat kabar, notulen rapat, dan
sebagainya.20 Langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik dokumentasi
adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan menghimpun buku-buku dan
dokumen yang sesuai dengan masalah yang diteliti.
b. Setelah data terkumpul dilakukan penelaahan secara kritis dan
sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti
sehingga diperoleh data.
c. Selanjutnya dilakukan langkah kualifikasi dan dideskripsikan
secara analisis komparatif antara berbagai data tersebut.
20
7. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interpretatif. Analisis interpretatif akan menjelaskan secara rinci
interpretasi yang diberikan oleh Muhammad Syahrur dalam membaca
ayat-ayat poligami, sehingga dapat dimengerti bagaimana Muhammad
Syahrur membangun kembali (rekonstruksi) pemikiran atau menawarkan
pemikirannya mengenai konsep keadilan yang terdapat dalam ayat-ayat
poligami.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab
atau bagian dengan berbagai sub di bawahnya. Bab pertama merupakan
pendahuluan penelitian. Pada bagian pertama ini dikemukakan sketsa
permasalahan yang yang berisi tentang latar belakang penelitian ini dan juga
berisi tentang alasan ketertarikan penulis terhadap persoalan ini. Selanjutnya
dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat yang hendak diperoleh dalam
penelitian tersebut. Kemudian untuk memperoleh penelitian yang sistematis
dan akurat dipaparkan mengenai metode penelitian dan telaah pustaka.
Bab kedua dari penelitian mengemukakan tentang teori keadilan
dalam poligami dan metode memahami ayat-ayat poligami, baik melalui ilmu
tafsir atau ilmu ushul fiqh.
Bagian ketiga memaparkan tentang biografi intelektual Muhammad
hudud atau batas Muhammad Syahrur, serta pemikiran Muhammad Syahrur
dalam membaca (menafsirkan) ayat-ayat poligami dan menawarkan metode
pemahaman (istinbat hukum) konsep keadilan dalam poligami.
Bab keempat berupa kritik terhadap pemikiran Muhammad Syahrur
tentang konsep keadilan dalam poligami. Kritik atas pemikiran ini ditinjau
dari metode ilmu ushul fiqh dan ilmu tafsir. Metode analisa ilmu ushul fiqh
digunakan untuk melihat bagaimana teknik metode istinbat hukum
Muhammad Syahrur dan metode analisis ilmu tafsir untuk melihat
pemahaman Muhammad Syahrur dalam membaca ayat-ayat poligami secara
utuh.
Bagian kelima dari penelitian ini merupakan penutup yang berisi
kesimpulan dan saran. Kesimpulan penelitian adalah jawaban dari perumusan
penelitian yang diangkat. Sedangkan saran merupakan hal-hal yang perlu