and Bank Interst Rate on Stock Price
at PT. Bank Mandiri (Persero), Ltd.
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jenjang S1 Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia
Disusun Oleh :
Nu’man Dzul Fiqril Ihsan 21207100
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
v
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui : (1) perkembangan tingkat kesehatan bank, tingkat suku bunga dan harga saham, (2) pengaruh tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga terhadap harga saham, baik secara parsial maupun simultan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sedangkan data yang di gunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk terdiri dari data tahun 2005 sampai 2010.
Proses analisis dilakukan dengan teknik analisis regresi linear berganda, korelasi pearson dan koefisien determinasi, baik secara parsial maupun simultan. Pengujian hipotesisnya menggunakan uji t untuk menguji secara parsial dan uji F untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikan 5%. Hasil penilitian menunjukan bahwa secara parsial, Tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Adapun secara simultan, tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham sebesar 72,58%.
vi
The purpose of this study is to determine: (1) the development of Healthy Bank, Bank Interest Rate and Stock Price, (2) the influence of Healthy Bank and Bank Interest Rate on Stock Price, either partially or simultaneously.
The research method used is descriptive method with quantitative approach. While the data used are secondary data that is financial statements at PT. Bank Mandiri (Persero), Ltd consists 2005 until 2010.
The process of analysis was done by using multiple linear regression analysis, Pearson correlation and Coefficient of determination, either partially or simultaneously. Testing the hypothesis using a t test to partial test and F test to
simultaneous test, with a significant level of 5%. The
results showed that partially test, health bank level and the interst rate significantly on stock prices. As for the simultaneous, the health bank level and interest rates are significantly affect the stock price is 72,58%.
vii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat kesehatan bank
dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham pada PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk”. Tak lupa pula Shalawat dan Salam penulis curahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat manusia kepada fitrah
yang benar dan jalan yang lurus.
Laporan Skripsi ini disusun untuk memenuh salah satu syarat dalam
menempuh jenjang S1 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi di
Universitas Komputer Indonesia. Dengan selesainya penyusunan skripsi ini
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini.
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima, tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia, Bandung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas
viii
4. Ibu Elvira Azis, SE., MT. selaku Dosen Wali. terimakasih ya bu atas
motivasinya selama saya berada di kampus.
5. Bapak Rizki Zulfikar, SE., M.Si selaku Koordinator kemahasiswaan
Program Studi Manajemen.
6. Staf Pengajar UNIKOM khususnya untuk program studi Manajemen,
Manajemen Pemasaran, Serta Keuangan dan perbankan.
7. Teh Hana, Teh Maya dan Aa Gugun. Terimakasih atas bantuannya dalam
perjalanan perkuliahan ini.
8. Ibu Trustorini Handayani, SE., M.Si dan Bapak Dr. Deden Sutisna, M.Si.
terimakasih atas kebijakan dalam memberikan nilai dari hasil usaha saya
selama ini.
9. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah memberikan do’a dan dukungan baik
secara moril maupun materil serta perhatian dan curahan kasih sayang
yang dapat memberikan semangat kepada penulis.
10. Spesial untuk Meli Apriliyani, Terimakasih untuk menjadi pendampingku
selama ini dan memberikan motivasi untuk keberhasilanku.
Mudah-mudahan perjalanan indah ini akan terus berlanjut sampai harapan yang
telah kita bina.Amien.
11. Kakak-kakak ku yang selalu mendukungku : Nita Widaningsih dan Nina
ix semangat.
14. Teman-teman seperjuangan, khususnya sahabat-sahabatku yang baik,
Cakra, Deden, Hendri, Anak-anak Kost Jawa, Anak-anak Kost Aries, Kost
Dede Ridwan Terima Kasih untuk tumpangannya ya.
15. Semua teman-temanku yang yang namanya tidak tercantum kelas
Manajemen 2 (2007) semoga kita bertemu lagi nanti dalam kesuksesan.
Amin.
16. Kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Manajemen (HIMMA) Periode
08-09 dan Periode 08-09-10 yang telah bekerja sama dalam menorehkan sejarah
yang indah dalam perjalanan Program Studi Manajemen Fakultas ekonomi
UNIKOM.
17. Untuk adik-adik ku penerus HIMMA Periode 10-11 dan seterusnya,
Teruslah berjuang dan jangan pernah menyerah dalam membangun
Program Studi Manajemen lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap, mudah-mudahan laporan skripsi ini dapat
memberikan sumbangan buah pikiran, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua. Amin.
Bandung, Juli 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat
penting dalam kegiatan perekonomian dunia. Bahkan pasar modal dapat juga
dipandang sebagai salah satu barometer kondisi perekonomian suatu negara.
Dalam perkembangan terakhir, masyarakat makin memandang pasar modal
sebagai salah satu alternatif dalam menginvestasikan dana yang mereka miliki.
Hal ini terbukti dengan semakin maraknya kegiatan-kegiatan di pasar modal.
Para investor berlomba dalam menginvestasikan dana yang mereka miliki
dalam bentuk saham di pasar modal. Saham merupakan salah satu instrumen
pasar modal yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu
pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk kegiatan pendanaan perusahaan.
Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih
para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda bukti pengembalian bagian
atau peserta dalam perseroan terbatas, bagi yang bersangkutan, yang diterima
dari hasil penjualan sahamnya akan tetapi tertanam didalam perusahaan tersebut
selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri bukanlah merupakan
peranan permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual
Tujuan perusahaan umumnya yaitu ingin meningkatkan kesejahteraan para
pemiliknya antara lain para pemegang saham karena dengan adanya para
Investor, maka pendanaan dalam perusahaan dapat terpenuhi. Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan cara memperbesar terus menerus laba perusahaan
perbankan tersebut setiap tahunnya sehingga deviden yang didapat oleh investor
dan pemegang saham menjadi besar. Pendapatan investor atau pemegang saham
adalah berupa deviden dan keuntungan atas perbedaaan nilai beli dan nilai jual,
serta penyertaan atau kepemilikan atas perusahaan.
Daya tarik yang membuat investor berminat menanamkan modalnya
dalam saham suatu perusahaan khususnya antara lain adalah memperoleh gain
atau keuntungan, untuk memiliki atau mengendalikan manajemen perusahaan.
Seorang investor akan membandingkan risk dan return yang diperolehnya
melalui pengembalian saham. Selain itu juga ingin mendapatkan pembagian
deviden yaitu keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada para
pemegang saham. Saham juga dapat dijaminkan kepada bank untuk mengajukan
kredit.
Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu
yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan
keputusan investasi. Namun tidak semua informasi merupakan informasi yang
berharga, bahkan sebagian besar dari informasi yang ada adalah informasi yang
tidak relevan dengan aktivitas pasar modal. Akibatnya, para pelaku pasar modal
harus secara tepat memilih informasi-informasi yang layak (relevan) untuk
dipertimbangkan oleh investor saat akan membeli saham sebuah perbankan
adalah informasi tentang tingkat kesehatan bank tersebut. Faktor diatas akan
memberikan keterangan baik atau tidaknya perusahaan perbankan tersebut dan
akan memberikan kesempatan kepada calon investor untuk menginvestasikan
dananya.
Pengertian Kesehatan Bank menurut Y. Sri Susilo (2000:22),
Kesehatan bank adalah kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Selain faktor tentang tingkat kesehatan perusahaan perbankan yang harus
dijadikan referensi bagi calon investor, faktor lain yang mempengaruhi harga
saham yaitu tingkat suku bunga atau BI rate yang sedang berkembang. Suku
bunga adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam perekonomian
suatu negara selain kesehatan bank. Suku bunga dapat mempengaruhi
keseimbangan antara simpanan masyarakat dan investasi pada sektor perbankan.
Karena itu penetapan tingkat suku bunga banyak mempertimbangkan berbagai
faktor yang akan menjadi akibat yang akan terjadi dari penetapan tingkat suku
bunga tersebut.
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat
Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management)
di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter tercermin pada perkembangan
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan suku bunga
deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia
akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah
sasaran yang telah ditetapkan.
Kenaikan atau penurunan suku bunga yang ditetapkan BI juga sangat
terasa imbasnya pada transaksi di bursa efek terutama terhadap saham-saham
perbankan yang dalam hal ini berfungsi sebagai lembaga Investasi. Kenaikan
tingkat suku bunga akan mengakibatkan dampak psikologis kepada investor
saham-saham perbankan, karena dinilai beresiko sehingga para investor tersebut
akan mengambil dana dan berpindah ke simpanan deposito. Hal ini akan
mengakibatkan penurunan permintaan sehingga harga saham menjadi rendah,
dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat keuntungan saham-saham tersebut.
Bank bisa diartikan sebagai lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai
lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak
kalah pentingnya adalah lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan
kebijakan pemerintah yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut,
maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara
keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian
yang sehat. Untuk menciptakan perbankan yang sehat antara lain diperlukan
dan dilaksanakan oleh BI pada dasarnya merupakan bagian dari upaya untuk
menciptakan, menjaga, dan memelihara sistem perbankan yang sehat.
Berdasarkan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas
Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan
bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Bahwa setiap bank wajib memelihara
tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset,
kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha lain sesuai
dengan prinsip kehati-hatian. Pada poin selanjutnya setiap bank wajib
mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Industri Perbankan di Indonesia sendiri mengalami perkembangan yang
sangat pesat pada tahun 1988-1996 namun sempat terpuruk diakibatkan adanya
krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 sehingga banyak
Perusahaan perbankan yang ditutup akibat krisis tersebut. namun secara
perlahan-lahan mulai perkembang kembali seiring dengan disahkannya UU No.10 Tahun
1998 yang betugas melakukan program penyehatan perbankan nasional. Dengan
Kepres No. 7 dan No. 34 Tahun 1998 dibentuklah Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN). melalui BPPN dan Bank Indonesia pemerintah mengumumkan
berbagai keputusan dalam rangka penyehatan perbankan nasional, yakni : 38 Bank
Nasional ditutup atau Bank Beku Operasi (BBO), 7 Bank nasional diambil alih
Akibat dibekukannya beberapa bank pada masa krisis moneter
mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank sehingga
nilai investor di bank pada umumnya mengalami penurunan. Hal ini terulang
kembali diawal tahun 2008 dimana terjadi resesi keuangan.
Krisis keuangan di Amerika Serikat pada tahun 2008 menimbulkan
dampak luar biasa secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia
dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka
ramai-ramai menjual saham sehingga bursa saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa
saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum kegiatannya
dihentikan untuk sementara), dan zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang
terpuruk, mata uang negara berkembang melemah dan harga komoditas anjlok,
apalagi setelah para spekulator komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi
akan mengurangi konsumsi energi dunia (http://trisetiyanto.wordpress.com).
Krisis keuangan tersebut pula telah menumbangkan beberapa perusahaan
raksasa dunia, seperti contonya Lehman Brothers yang akhirnya harus colaps,
atau American International Group, Inc (AIG). yang terpaksa harus mendapatkan
dana talangan dari pemerintah Amerika Serikat. kedua perusahaan tersebut hanya
sebagian kecil diantara perusahaan sektor keuangan didunia yang terkena imbas
dari krisis keuangan tersebut.
Dampak lain yang terjadi akibat krisis moneter di Amerika Serikat adalah
jatuhnya bursa saham yang terjadi dalam pertengahan Oktober 2008. Meskipun
para ahli ekonomi menilai kecil kemungkinan krisis ini menjelma menjadi krisis
meningkatkan kepercayaan pelaku pasar, pemerintah sebaiknya fokus menjaga
daya beli masyarakat.
Para ahli menilai tingkat krisis yang dihadapi Indonesia sangat berbeda
dengan Amerika Serikat (AS), Eropa, dan negara maju lainnya. Di AS, krisis telah
merasuk ke semua sektor, mulai dari pasar modal, perbankan, hingga sektor riil.
Namun, di Indonesia krisis hanya terjadi di pasar modal. Krisis yang
terjadi di pasar modal dinilai tidak mudah bertransmisi ke sektor lain mengingat
kontribusi pasar modal dalam sistem keuangan Indonesia tidak terlalu besar.
Penyesuaian yang terjadi di pasar modal dan nilai tukar domestik
merupakan hal wajar karena seluruh dunia terkena imbas krisis keuangan AS.
Penurunan ekonomi AS dan Eropa dinilai tidak perlu dikhawatirkan mengingat
peran mereka dalam perdagangan dunia makin menyusut. Sebagai gantinya, kini
muncul kekuatan ekonomi baru, seperti China, India, dan Rusia.
Krisis keuangan global yang terjadi saat ini merupakan koreksi atas
kesenjangan (gap) yang terjadi antara pertumbuhan sektor riil dan sektor finansial.
Koreksi berupa penurunan harga di sektor finansial dan kenaikan
harga-harga di sektor riil, seperti harga-harga komoditas.
Hal tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa meskipun krisis
moneter di Amerika Serikat telah memicu krisis ekonomi global, dan di Indonesia
juga terkena dampaknya dengan melemahnya nilai rupiah dan jatuhnya pasar
saham, kita tidak perlu khawatir karena krisis tersebut tidak akan melumpuhkan
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. merupakan bank terbesar di Indonesia
dalam hal aset, pinjaman, dan deposit. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober
1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah
yaitu, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor
Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo),
digabungkan ke dalam Bank Mandiri.
Total asset perusahaan yang dimiliki oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
pada tahun 2010 yaitu Rp 408,771 triliun. sehingga menempatkan PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk sebagai salah satu bank berpelat merah terbesar di
Indonesia. Selain itu pula PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk memiliki banyak
prestasi yang gemilang baik tingkat nasional maupun internasional antara lain
Best Cash Management Bank in Indonesia Finance Asia pada Tahun 2010, The
Asian Banker Achievement Award for Trade Finance in Indonesia The Asian
Banker tahun 2010 (http://www.bankmandiri.co.id) dan masih banyak lagi
prestasi yang tidak disebutkan.
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk juga salah satu bank pemerintah yang
memiliki harga saham tertinggi dan masuk kedalam saham blue chip yakni saham
berkapasitas besar dan likuid. golongan saham inilah yang sangat didambakan
oleh para pemain saham di pasar modal.
Dengan perubahan atau kenaikan harga saham maka akan terus
keuntungan dari saham yang dimilikinya sehingga perusahaan dapat menjalankan
operasionalnya dengan baik dan memperoleh keuntungan yang optimal.
Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir harga saham pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk terus meningkat kecuali pada tahun 2008 seperti yang terlihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 1.1
Tingkat Kesehatan Bank, Suku bunga dan Harga Saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Tahun
Sumber : Laporan Keuangan Publikasi BI (data diolah kembali)
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa perkembangan harga saham
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk mengalami peningkatan dari tiap tahunnya.
namun pada tahun 2008 mengalami penurunan yang paling signifikan yaitu dari
Rp. 3500 turun menjadi Rp.2025. Perubahan harga saham seperti ini terjadi pada
setiap perusahaan perbankan lainnya di akibatkan krisis keuangan global yang
terjadi.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul “Analisis Tingkat kesehatan Bank dan
tingkat Suku Bunga terhadap harga Saham pada PT. Bank Mandiri
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka penulis
ingin mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
Dalam kegiatan usahanya setiap bank menginginkan tingkat kesehatan
dalam kategori sehat. Begitu pula yang dilakukan oleh PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk pada saat ini terus melakukan kinerja yang terbaik demi mencapai
kategori bank yang sehat. Namun dalam perjalananya, tingkat kesehatan pada PT.
Bank mandiri (Persero) Tbk mengalami fluktuasi yang selalu berubah akibat
adanya krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 sehingga merubah
harga saham yang sangat signifikan.
Rendahnya tingkat kesehatan bank berdampak pada penurunan
kepercayaan masyarakat sehingga investor tidak mau menginvestasikan dananya
dalam bentuk saham. Selain itu tingkat bunga yang tinggi mengakibatkan
pindahnya investor dari investasi pasar modal beralih ke pasar keuangan.
1.2.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian di atas maka penyusun membatasi
pembahasannya pada masalah:
1. Bagaimana tingkat kesehatan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
2. Bagaimana tingkat suku bunga pada yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
4. Seberapa besar pengaruh tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga
secara parsial dan simultan terhadap Harga Saham pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengumpulkan data dan
informasi dari objek penelitian mengenai tingkat kesehatan bank dan tingkat suku
bunga yang dimiliki pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk pengaruhnya terhadap
Harga saham. Data tersebut akan digunakan sebagai bahan penyusunan usulan
penelitian yang merupakan salah satu syarat pembuatan skripsi. Yang kemudian
usulan penelitian ini akan menghasilkan data-data sesuai dengan masalah yang
dikemukakan.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang penulis lakukan dan ingin dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui tingkat kesehatan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
2. Untuk mengetahui tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
3. Untuk mengetahui gambaran pergerakan harga saham pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk.
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian yang dilakukan merupakan jawaban dari atas dasar
pemikiran bagi permasalahan yang dibahas, diharapkan dapat memberikan
kegunaan bagi penulis, perusahaan maupun untuk perkembangan ilmu
pengetahuan.
1. Bagi penulis dengan danya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dalam yang berharga dam memperluas wawasan dalam
penentuan harga saham dalam perusahaan khususnya dunia Perbankan
yang ditentukan karena adanya sistem pengaturan tingkat kesehatan bank
dan tingkat suku bunga.
2. Bagi perusahaan Perbankan dengan adanya penelitian ini dapat
mengetahui informasi mengenai tingkat kesehatan bank dan tingkat suku
bunga dalam menentukan harga saham perusahaan Perbankan.
3. Bagi pihak-pihak lainnya, sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian
mengenai tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga dampaknya
terhadap harga saham dalam Perusahaan Perbankan.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, semoga hasil penelitian yang
dilakukan ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan tentang tingkat kesehatan bank
dan tingkat suku bunga terhadap harga saham dan mudah-mudahan menjadi
referensi serta memberikan kegunaan empiris bagi kepentingan pengembangan
umum. Serta untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya
dan sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi pembaca.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Pojok BEI YPKP, Jalan PH.H. Mustofa
No. 68 Bandung.
1.5.2 Waktu Penelitian
Penulis memerlukan waktu untuk melakukan penelitian ini sebagai berikut
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1Kajian Pustaka
2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan suatu bank adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap
bank pada umumnya karena dengan factor inilah, para investor akan mengetahui
kinerja perusahaan perbankan khususnya sehingga dapat mengambil keputusan
untuk berinvestasi. Dengan diketahuinya kondisi suatu bank dapat digunakan oleh
pihak-pihak tersebut (manajemen bank) untuk mengevaluasi kinerja bank dalam
menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan yang
berlaku dan manajemen resiko.
Perkembangan industry perbankan, terutama produk dan jasa yang
semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang
dihadapi bank. Perubahan eksposur risiko bank dan penerapan manajemen risiko
akan mempengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi
bank secara keseluruhan.
2.1.1.1Pengertian, Fungsi dan Asas-asas Perbankan
Definisi Bank yang dapat dipakai atau diberlakukan di negara kita adalah
sesuai dengan aturan yang ada, yaitu tercantum dalam Undang-undang Republik
Indonesia nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan dan merupakan perubahan atas
Undang-undang nomor 7 Tahun 1992. menurut Undang-undang tersebut definisi
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak”
Bank atau Perbankan adalah salah satu lembaga keuangan di Indonesia.
Lembaga keuangan lainnya yaitu Lembaga keuangan Bukan Bank (LKBB). Pada
akhir-akhir ini Lembaga keuangan baik bank maupun Lembaga keuangan bukan
Bank tidak hanya melakukan tugas sebagai penghimpun dana dari masyarakat
kemudian menyalurkannya kembali namun juga telah berkembang menjadi
pembiayaan sektor konsumsi, distribusi, modal kerja dan jasa lainnya.
Dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang mengatur
mengenai asas, fungsi, dan tujuan lembaga perbankan di Indonesia dinyatakan
bahwa :
“Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian (Prudential Principal)”
Demokrasi ekonomi adalah asas yang digunakan oleh perbankan
Indonesia, di mana dalam operasionalnya membutuhkan kehati-hatian karena
terdapat banyak sekali resiko. resiko dapat dikatakan sebagai kemungkinan
terdapatnya dampak yang tidak diharapkan dari kondisi yang tidak pasti.
Untuk menghadapi resiko, pada umumnya bank memiliki kebijakan
internal yang di namakan dengan manajemen resiko. pengertian manajemen
manajemen dalam menganalisis, mengevaluasi, mengontrol, dan
mengkomunikasikan hal-hal yang berhubungan dengan resiko.
Tujuan manajemen resiko bank adalah menjaga agar aktivitas bank tidak
menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuan bank itu untuk menyerap
kerugian atau yang membahayakan kelangsungan usaha bank itu. pada dasarnya
pembentukan manajemen resiko pada bank adalah untuk menerapkan asas
perbankan yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian.
2.1.1.2Faktor-faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank, maka harus
memperhatikan beberapa factor penilaiannya. faktor-faktor penilaian kesehatan
bank tersebut dinamakan Metode CAMEL.
Metode CAMEL berisikan langkah-langkah yang dimulai dengan
menghitung besarnya masing-masing rasio pad komponen-komponen berikut :
1. C : Capital (untuk rasio kecukupan modal bank)
Modal adalah faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha
dan menampung kerugian. Agar mampu berkembang dan bersaing secara sehat
maka permodalannya perlu disesuaikan dengan ukuran internasional yang dikenal
dengan standar BIS (Bank for International Settlement). Sesuai dengan BIS maka
kewajiban minimum dana bank adalah berdasarkan pada risiko, termasuk resiko
kredit. dengan demikian permodalan merupakan penilaian terrhadap kecukupan
dimasa yang akan datang. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen berikut :
a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
terhadap ketentuan yang berlaku.
b. Komposisi Permodalan
c. Tren ke depan/proyeksi KPMM
d. Aktiva Produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank
e. kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal
dari keuntungan (laba ditahan)
f. rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
g. akses kepada sumber permodalan.
h. kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.
Berdasarkan ketentuan itu maka bank-bank wajib memelihara kewajiban
penyediaan modal minimum sekurang-kurangnya 8%. penilaian faktor
permodalan ini dilakukan dengan rumus CAR (Capital Adequacy Ratio)
sebagai berikut :
Nilai kredit untuk rasio permodalan bank atau CAR yaitu sebagai berikut :
a. Untuk nilai CAR sama dengan 8% atau lebih akan diberi nilai 81, di mana
setiap kenaikan 0,1%. maka, nilai akan ditambah 1 dan maksimum 10. CAR =
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) Total Modal
b. sementara itu, CAR yang kurang dari 8% akan diberi nilai 65, dimana
setiap penurunan 0,1% akan dikurangi 1 dan minimum 0.
2. A : Asset (untuk rasio-rasio kualitas aktiva)
Penilaian kualitas asset merupakan penilaian terhadap kondisi asset bank
dan kecukupan manajemen resiko kredit. Dalam pengumpulan asset bank yang
dilakukan dengan cara kredit dan aktiva lain yang dapat menghasilkan pendapatan
bagi bank. maka jenis aktiva tersebut sering dinamakan aktiva produktif.
Permasalahan pemberian kredit kepada pihak ketiga (masyarakat)
memberikan dampak yang kurang baik bagi Negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia ini. ini akan berdampak pada perputaran aktiva menjadi macet
dan akan memperburuk kondisi aktiva produktif pada bank tersebut.
Permasalahan kredit tersebut dapat dicegah dengan berbagai cara sebagai
berikut :
a. Pengawas harus mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan
konsolidasi
b. Definisi kredit kepada pihak terkait ini harus jelas dan rinci
c. Informasi mengenai kepemilikan, kredit, dan juga investasi harus diumumkan
dan dengan mudah diketahui oleh public
d. Pengatur dan Pengawas harus mendorong penerapan Good corporate
governance terutama untuk mendorong agar pemegang saham dan pengurus
bank dapat bertanggung jawab penuh apabila bank dalam mengalami
Untuk melakukan penilaian terhadap kualitas Aktiva Produktif digunakan
rumus Bad Debt Ratio (BDR). Aktiva Produktif yang diklasifikasikan ialah semua
aktiva yang dimiliki oleh bank yang karena suatu sebab terjadi gangguan sehingga
usaha debitur mengalami kesulitan dalam cash flow yang dapat mengakibatkan
kesulitan membayar bunga dan bahkan anggunan utang pokoknya.
Perhitungan Rasio tersebut dilakukan dengan cara :
a. Untuk nilai rasio 15,5% atau lebih maka diberi niali kredit 0, dan
b. Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 0,15% nilai kredit ditambah
dengan maksimum 100.
Tabel 2.1
Perhitungan Cadangan Kualitas Aktiva Produktif
No. Kategori Kredit Cadangan yang wajib dibentuk 1 Lancar 0% x besarnya rekening dalam kategori tersebut 2 Perhatian Khusus 5% x besarnya rekening dalam kategori tersebut 3 Kurang Lancar 15% x besarnya rekening dalam kategori tersebut 4 Diragukan 50% x besarnya rekening dalam kategori tersebut 5 Macet 100% x besarnya rekening dalam kategori tersebut
Total AYPD Jumlah dari seluruh nilai diatas. (Sumber : Lukman dendawijaya, 2005 : 164)
BDR =
Total Aktifa Produktif
Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
3. M : Management (untuk menilai kualitas manajemen)
Manajemen dalam bank adalah penentu sehat atau tidaknya suatu bank
sehingga kinerja dalam menjalankan perusahaan harus bisa lebih dikontrol.
mengingat hal tersebut perlu ditekankan dan dapat perhatian lebih agar tingkat
kesehatan bank tersebut dapat meningkat dan dapat dipelihara terus menerus.
Untuk melakukan penilaian kesehatan suatu bank pada sector ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terhadap pengelola bank yang
bersangkutan. langkah pertama dengan memberikan seratus kuesioner yang
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok manajemen umum
dan manajemen risiko.
Dalam menghitung penilaian faktor manajemen terdapat perbedaan antara
Bank Devisa dan Bank non Devisa. untuk Bank Devisa diberikan 100 pertanyaan,
sedangkan untuk Bank non Devisa hanya diajukan 85 pertanyaan, dimana
keduanya meliputi manajemen resiko dan manajemen umum. setiap pertanyaan
yang dijawab “ya” akan diberi nilai “1” untuk Bank Devisa dan “1,76” untuk
Bank non Devisa. Selanjutnya akan dilakukan kualifikasi dengan cara pemberian
nilai kredit sebesar 0,4 untuk setiap aspek yang positif.
4. E : Earnings (untuk rasio-rasio rentabilitas bank)
Penilaian ini dilakukan untuk memastikan efisiensi dan kualitas
pendapatan bank secara benar dan akurat. penilaian Rentabilitas merupakan
penilaian terhadap kondisi dan kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung
Keuntungan atau Laba perusahaan adalah salah satu indicator terpenting
dan tujuan perusahaan pada umumnya didirikan sehingga perusahaan
berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. begitu juga dengan dunia
perbankan yang syarat akan dunia keuangan laba adalah hal mutlak yang harus
diperoleh dengan optimal. dengan adanya laba yang diperoleh bank maka akan
meningkatkan permodalan dan operasional perusahaan berjalan dengan baik. juga
akan berpengaruh kepada pihak para investor.
Penilaian Rentabilitas didasarkan pada dua buah Rasio, yaitu sebagai
berikut :
a. Return On Asset (ROA)
Cara perhitungannya sebagai berikut :
Untuk Rasio 0% atau negative diberi nilai 0, dan
Untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0 nilai kreditnya ditambah nilai 1
dengan maksimum 100
Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi
penggunaan asset sehingga dapat dilihat bahwa bank mampu menghasilkan laba. ROA =
Total aktiva (Aset) Laba Sebelum Pajak
b. Rasio BOPO
Rasio ini dipilih untuk membandingkan antara biaya (beban) operasional
dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Dalam hal ini perlu diketahui
bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit,
sehingga beban bunga dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi bank.
Untuk penilaian kredit Rasio BOPO adalah sebagai berikut :
Nilai Rasio 100% atau lebih akan diberi kredit dengan nilai 0, dan
Untuk penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum
100.
5. L : Liquidity (untuk rasio-rasio likuiditas bank)
Untuk penilaian Likuiditas digunakan rumus Loan to Deposit ratio (LDR).
Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan
bank terhadap pihak ketiga dengan dana yang diterima oleh bank, yang
menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. oleh karena itu, semakin tinggi rasionya yang memberikan indikasi
rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana BOPO=
Pendapatan Pperasional Biaya (Beban) Operasional
yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar, dengan rumusan
sebagai berikut :
Cara perhitungan LDR sebagai berikut :
Untuk Rasio LDR sebesar 110% atau lebih maka diberi nilai kredit 0
Untuk rasio LDR dibawah 110%, diberikan nilai kredit 100.
Tabel 2.2
Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank Model CAMEL
No. Faktor yang dinilai Komponen yang dinilai Bobot
(%)
1 C Permodalan Permodalan Rasio terhadap aktiva
tertimbang 25
2 A Kualitas aktiva Produktif
Rasio aktiva produktif yang
diklasifikasikan terhadap aktiva produktif 30
3 M Manajemen a. Manajemen Umum (10)
b. Manajemen Resiko (15) 25
4 E Rentabilitas
a. Rasio Laba terhadap volume usaha (5) b. Rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (5)
10
5 L Likuiditas
Rasio jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima bank (rupiah dan valas)
10
(Sumber : Veithzal Rivai, 2007:706)
Sehat atau tidaknya suatu bank dilihat dari nilai akhir yang telah dihitung
seperti table yang diatas. Setelah penggabungan nilai yang telah diolah maka bank
tersebut akan mendapatkan salah satu predikat kesehatan bank sebagaimana yang
diuraikan di bawah ini. LDR =
Total dana pihak ketiga Jumlah Kredit yang diberikan
Tabel 2.3
Tabel Predikat kesehatan Bank
Nilai Kredit CAMEL Predikat
81 – 100 Sehat
66 < 81 Cukup Sehat
51 < 66 Kurang Sehat
0 < 51 Tidak Sehat
(Sumber : Veithzal Rivai, 2007:706)
2.1.1.3Faktor-faktor yang mempengaruhi Penilaian Kesehatan Bank
Beberapa faktor dalam sector perbankan seperti perkreditan usaha kecil,
perkreditan ekspor, batas maksimum pemberian kredit dan posisi devisa netto
harus bias berjalan menurut ketentuan yang berlaku sehingga bila adanya
pelanggaran yang terjadi maka akan mengurangi tingkat kesehatan bank tersebut.
Dalam melakukan penilaian kesehatan bank, ada beberapa indikator yang
dapat mempengaruhinya. antara lain :
a. Pelaksanaan pemberian kredit usaha Kecil (KUK)
Proses pemberian kredit minimal 20% dan apabila tidak dipenuhi, maka
bank tersebut akan mengurangi pengurangan nilai yang berakibat terhadap
penurunan tingkat kesehatan.
b. Pelaksanaan pemberian Kredit Ekspor
Pemberian kredit dalam bidang ekspor minimal 50% dan apabila tidak
c. Pelanggaran terhadap ketentuan batas maksimum pemberian kredit
(BMPK)
Pelanggaran dihitung atas dasar masing-masing jenis BMPK, yaitu
pelanggaran BMPK yang diberikan kepada peminjam, kelompok peminjam dan
pihak-pihak terkait dengan bank. Setiap terjadi pelanggaran pada masing-masing
BMPK, maka bank tersebut dapat pengurangan nilai yang berakibat terhadap
penurunan tingkat kesehatan.
d. Pelanggaran terhadap Posisi devisa Netto (PDN)
Sanksi yang terjadi pada PDN sama seperti sanksi-sanksi yang diberikan
pada sector lain yaitu pengurangan nilai kesehatan bank.
2.1.2 Suku Bunga
2.1.2.1Pengertian Suku Bunga
Tingkat suku bunga di suatu Negara biasanya ditetapkan oleh pemerintah
yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan perekonomian suatu Negara. Suku
Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga
adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu. Dengan kata lain,
masyarakat harus membayar peluang ketika meminjam uang atau mendapat
return atas kehilangan peluang ketika meminjamkan uang.
Menurut situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), BI Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat
Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management)
di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan
suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga
deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia
akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah
sasaran yang telah ditetapkan.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Inflation Targeting framework
bahwa BI Rate merupakan suku bunga acuan bank Indonesia dan merupakan
sinyal (stance) dari kebijakan moneter Bank Indonesia.
BI Rate adalah suku bunga instrument sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan gubernur) triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG dalam triwulan yang sama.
(Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework).
Dari pengertian diatas, bisa dipahami bahwa BI Rate berfungsi sebagai
sinyal kebijakan moneter Bank Indonesia. Sedangkan menurut Dahlan Siamat
“BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan
oleh Bank Indonesia secara periodic untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi
sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter” (Dahlan Siamat, 2005:139)
2.1.2.2Mekanisme Penetapan BI Rate
BI Rate ditetapkan oleh dewan Gubernur Indonesia dalam Rapat dewan
Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juni dan oktober. Dalam
kondisi tertentu, jika dipandang perlu, BI Rate dapat disesuaikan dalam RDG
pada bulan-bulan yang lainnya.
Pada dasarnya perubahan BI Rate menunjukan penilaian Bank Indonesia
terhadap Prakiraan inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran inflasi yang
ditetapkan. pelaku pasar modal dan masyarakat umumnya akan mengamati
penilaian Bank Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan
dilakukan, antara lain dalam laporan kebijakan moneter yang disampaikan secara
triwulanan dan press release bulanan.
“Operasi Moneter dengan BI Rate dilakukan melalui lelang mingguan
dengan mekanisme variable rate tender dan multiple price allotments”
2.1.3 Saham
2.1.3.1Pengertian Saham
Menurut Rusdin (2006:68) menyatakan bahwa :
“Saham adalah sertifikasi yang menunjukan bukti kepemilikan suatu
perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva
perusahaan”
Sedangkan menurut BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) :
“Saham adalah Sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu
perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva
perusahaan”
Pengertian harga Saham yang diungkapkan oleh Sartono (2001 : 83) :
“Harga Saham adalah nilai dari saham yang diharapkan memberikan
keuntungan dikemudian hari.”
Sedangkan pengertian saham lainnya yang diungkapkan Bambang Riyanto
(2001:204)
2.1.3.2Jenis-jenis Saham
Menurut Darmadji dan fakhruddin (2006:7) jenis-senis saham
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Jenis saham dilihat dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim
dibedakan menjadi :
a. Saham Biasa
Salam yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian
dividen, hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Saham Preferen
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antaraobligasi dan saham biasa,
karena bias menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi
juga bisa mendatangkan hasil seperti yang diharapkan investor. Saham
preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap.
2. Jenis saham dilihat dari segi cara peralihannya dibedakan menjadi :
a. saham atas unjuk (Bearer stock):
Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hokum siapa
pemegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan
berhak untuk ikut hadir dalam rapat umum pemegang saham.
b. Saham atas nama (registered stock):
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana
3. Jenis saham dilihat dari segi kinerja perdagangan dibedakan menjadi :
a. Saham Unggulan (blue-chip stock)
saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai
leader di industry sejenis, memilki pendapatan yang stabil dan konsisten
dalam membayar dividen.
b. Saham Pendapatan (income stock)
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih
tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten
seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan
secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba
dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
c. Saham Pertumbuhan (growth stock)
saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang
tinggi, sebagai leader di industry sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
Selain itu terdapat juga growth stocks yaitu saham dari emiten yang tidak
sebagai leader dalam industry namun memiliki cara growth stocks. Umumnya
saham ini berasal dari daerah dan kurang popular di kalangan masyarakat.
d. Saham Spekulatif (speculative stock)
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa yang akan dating, meskipun popular di
e. Saham Siklikal (cyclical stock)
saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi
bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi,
dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat
dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada
masa resesi. Emiten ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat baik dan
selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok dan consumer goods.
2.1.3.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Ada beberapa factor yang harus disadari oleh para pemain saham atau
investor dalam menanamkan modalnya. factor-faktor tersebutlah yang menjadi
salah satu daya yang memicu berfluktuasinya harga saham. ada factor yang
bersifat mikro maupun makro. yang dimaksud dengan mikro adalah factor-faktor
yang dampaknya hanya terhadap beberapa jenis saham saja. Sedangkan factor
makro adalah factor penyebab yang berdampak pada semua jenis saham
(keseluruhan bursa) termasuk perekonomian secara menyeluruh.
Menurut Arifin (2007 : 115) factor-faktor yang mempengaruhi pergerakan
harga saham yaitu :
a. Kondisi fundamental Emiten
Faktor Fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja
emiten itu sendiri. semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya
terhadapa kenaikan harga saham di pasaran. begitu juga sebaliknya, semakin
saham sehingga para investor dapat memperhatikan kinerja emiten sebagai acuan
untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi.
Saham-saham yang berpredikat blue chip, tentu salah satu tujuan para
investor dikarenakan memiliki resiko yang sangat kecil. ini dikarenakan factor
fundamental perusahaan sebagai emiten sangat baik.
b. Hukum Permintaan dan Penawaran
Faktor hukum permintaan dan penawaran menjadi faktor penting kedua
setelah faktor fundamental karena para investor selalu memperhatikan kinerja
perusahaan dari faktor ini. Transaksi-transaksi yang terjadi dalam seharian akan
menjadi pertimbangan para investor dalam menambah ataun mengurangi jumlah
saham yang dimiliki sehingga akan sangat berpengaruh terhadap harga saham dan
jumlah lembar saham yang sedang beredar. Dengan demikian semakin tinggi
jumlah penawaran terhadap saham tersebut maka akan menaikan harga saham
tersebut.
c. Tingkat Suku Bunga (SBI)
Faktor suku bunga ini penting untuk diperhatikan karena rata-rata semua
orang termasuk investor saham, selalu mengharapkan hasil yang lebih besar dari
saham yang dimilikinya. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat
pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan.
Yang dimaksud dengan suku bunga disini yaitu suku bunga yang
diberlakukan oleh Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral yang mengontrol dan
mengawasi seluruh kegiatan perbankan. Namun suku bunga yang tinggi akan
seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya dibandingkan investasi
dalam bentuk saham. Karenanya para investor akan ramai-ramai menjual
sahamnya dan dananya kemudian akan ditempatkan di bank. penjualan saham
yang serentak ini akan berdampak pada penurunan harga saham dipasaran secara
signifikan.
d. Valuta Asing
Dalam kehidupan perekonomian global yang terjadi dewasa ini hampir
tidak ada satupun Negara di dunia yang bisa menghindari perekonomiannya dari
pengaruh pergerakan valuta asing, khususnya terhadap pengaruh US Dollar.
karena Dollar Amerika telah menjadi semacam mata uang internasional maka,
mau tidak mau setiap Negara harus mengandalkan mata uang tersebut untuk
perdagangan internasional.
Apabila suku bunga Dollar naik, para investor, terutama investor asing,
mengharapkan hal yang sama. Mereka berbondong-bondong menjual saham yang
mereka miliki untuk ditempatkan dalam perusahaan dalam bentuk Dollar. secara
otomatis harga saham menjadi turun.
e. Dana Asing di Bursa
Dana asing di Bursa perlu diketahui karena memiliki pengaruh yang
sangat besar. jika sebuah bura dikuasai oleh investor asing maka ada
kecendrungan transaksi saham sedikit banyak tergantung pada investor asing
tersebut. Investor local pun akan banyak menjadi pengikut investor asing.
jika semakin besar dana asing yang ditanamkan, hal itu akan menandakan
ekonomi tidak lagi negative yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten
untuk mencetak laba. Sebaliknya, jika investasi asing berkurang, ada perkiraan
bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan social politik
maupun keamanannya. Jadi, besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan
sangat berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham.
f. Indeks harga Saham gabungan (IHSG)
Sebenarnya IHSG lebih mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi
bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran kenaikan maupun
penurunan harga saham. Karena bursa saham merupakan salah satu indicator
perekonomian sebuah Negara maka diperlukanlah sebuah standar perhitungan
tentang transaksi yang terjadi dalam bursa sepanjang periode tertentu. Perhitungan
ini yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur kondisi perekonomian dan
investasi sebuah Negara. Untuk di Negara Indonesia khususnya, perhitungan
tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan.
g. News dan Rumors
Semua berita yang beredar dimasyarakat yang menyangkut berbagai hal
baik itu masalah ekonomi, social, politik, keamanan, hingga berita seputar rencana
reshuffle cabinet, semuanya disebut news dan rumors.
2.1.4 Hubungan Kesehatan Bank dan Suku Bunga dengan Harga Saham
2.1.4.1Hubungan Kesehatan Bank dengan Harga Saham
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan Perubahan suku Bunga yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia menjadi salah satu factor fundamental yang akan
menjadi pertimbangan dalam keputusan berinvestasi bagi para investor dalam
bermain di bursa saham. Tingkat Kesehatan bank akan menunjukan kinerja suatu
bank apakah baik atau tidak. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Djoko
Retnadi (2005:28) bahwa :
Kesehatan bank menjadi pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di sector perbankan karena merupakan factor fundamental yang menunjukan kondisi keuangan bank. Analisis factor fundamental ini mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai factor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang.
2.1.4.2Hubungan Suku Bunga terhadap Harga Saham
Sedangkan tingkat suku bunga yang dikeluarkan Bank Indonesia akan
mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi karena semakin besar suku
bunga yang diterapkan maka akan mengurangi keputusan berinvestasi dalam
bentuk saham. Hal ini juga dikuatkan oleh teori yang dinyatakan oleh Eduardus
Tandelilin (2010, 343) yaitu :
“Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negative terhadap harga
saham. tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan investor menarik
investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan
2.1.4.3Hubungan Kesehatan Bank dan Suku Bunga terhadap Harga Saham
Perubahan harga saham banyak dipengaruhi oleh factor-faktor
fundamental yang terjadi didalam maupun diluar perusahaan. sehingga para
investor harus jeli akan keadaan factor ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Arifin (2007:115) bahwa :
Ada beberapa Faktor yang dapat mempengaruhi harga saham, ada factor yang bersifat mikro dan ada juga yang bersifat makro. yang dimaksud dengan mikro adalah factor-faktor yang dampaknya hanya terhadap beberapa jenis saham saja sedangkan factor makro adalah factor yang berdampak pada semua saham (keseluruhan bursa). factor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut adalah Kondisi Faktor fundamental, Hukum Permintaan dan Penawaran, Tingkat Suku Bunga, Valuta Asing, Dana Asing di Bursa, Indeks Harga Saham Gabungan, News dan Rumors.
2.1.5 Penelitian Terdahulu
a. Penelitian Januar Eko Prasetio dan Ario Danajaya (2008) menyatakan bahwa
berdasarkan hasil uraian analisis maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan antara Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Asset
(ROA), return On Equity (ROE), Biaya Operasional terhadap pendapatan
Operasional (BO/PO), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) bank pemerintah,
bank swasta nasional, dn bank swasta asing. Tidak terdapat perbedaan harga
saham pada bank pemerintah, bank swasta nasional, dan bank swasta asing.
b. Penelitian Linna Ismawati dan Victorius Montolalu (2009) menyatakan bahwa
1. Kesehatan bank dilakukan untuk melihat apakah suatu bank dalam
keadaan sehat atau tidak. Kesehatan bank diukur dengan menggunakan
2. Harga Saham merupakan variable yang sangat sensitive yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor internal dan eksternal perusahaan.
3. Berdasarkan hasil penelitian kesehatan bank berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham.
c. Penelitian Jeni Susyanti, Iwan Triyuwono dan M. Umar Burhan (2003)
menyatakan bahwa berdasarkan hasil pembahasannya dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1) EVA dan analisis rasio CAMEL dapat dijadikan indikasi potensi
perbankan memprediksi kesehatan bank, hal ini dibuktikan dengan model
fitting information.
2) EVA berpotensi lebih baik dari analisis rasio CAMEL dalam menjelaskan
performance measurement antara bank sehat, BTO dan BBO.
3) EVA berpotensi dominan dalam menjelaskan pengkategorian antara bank
sehat, BBO, dan BTO secara statistic belum dapat dibuktikan.
4) Melalui penelitian ini dapat dijelaskan bahwa penggunaan EVA dan
analisis rasio CAMEL dapat dilakukan secara bersama-sama dalam
memprediksi kesehatan bank.
d. Penelitian Sugeng Mulyono (2000) menyatakan bahwa berdasarkan analisis
Bagian IV, maka kita bias uraikan beberapa implikasi sebagai berikut. Bagi
investor dan analis yang akan melakukan investasi ataupun memprediksi
harga saham, maka perlu menjadikan EPS dan tingkat bunga sebagai acuan
dalam mengambil keputusan. Sebab, variasi harga saham ditentukan oleh
variable tingkat bunga, karena keterkaitannya mempunyai efek yang cukup
kuat terhadap fluktuasi harga saham. Disamping itu, perlu juga
memperhatikan factor teknikal seperti capital gain/loss, volume penjualan
saham, harga saham dimasa lalu sebagai informasi tambahan dalam
memprediksi harga saham agar dengan demikian validitas prediktifnya lebih
akurat.
Bagi Emiten yang akan meningkatkan harga sahamnya di pasar modal,
maka bias menempuh langkah memperbaiki kinerja perusahaan dengan
meningkatkan EPS-nya. Bagi kalangan akademisi, simpulan diatas bias
memperkuat studi empiris sebelumnya, menambah referensi di bidang
manajemen keuangan dan memperkaya wacana tentang pengaruh EPS dan
tingkat bunga terhadap harga saham.
bagi peneliti lanjutan, simpulan di atas memberikan bukti empiris yang
bisa digunakan sebagai pijakan gagasan kearah penelitian yang lebih
mendalam tentang harga saham. Akan lebih menarik bila dipertimbangkan
variable yang bersifat kualitatif seperti stabilitas politik, suksesi
kepemimpinan nasional dan sebagainya, disamping variable kuantitatif agar
lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya; mengingat secara empiris
harga saham dipengaruhi oleh berbagai macam variable.
e. This research investigated by Mustafa Atikoğulları (2009). As a result of the
CAMELS analysis, it can be argued that the components of profitability and
the management quality of the banks have improved in the TRNC banking
level, have deteriorated which has raised concerns regarding the future of the
banking sector especially investor confidence in investing in the stock market.
(Penelitian ini di teliti oleh Mustafa Atikogullari (2009) menyatakan
bahwa sebagai hasil dari analisis CAMEL, dapat dikatakan bahwa komponen
profitabilitas dan kualitas manajemen bank telah meningkat di sector
perbankan TRNC sejak krisis. Sedangkan kecukupan modal, kualitas asset dan
tingkat likuiditas, telah meningkatkan keprihatinan yang lebih parah mengenai
masa depan sektor perbankan terutama kepercayaan investor dalam
berinvestasi dipasar modal)
Tabel 2.4
Tabel Persamaan dan Perbedaan Penelitian
Peneliti dan Judul Persamaan Perbedaan
Analisis Kinerja Keuangan dan Harga Saham Perbankan di Indonesia.
(Januar Eko Prasetio & ario Dananjaya).
Variabel yang diteliti menggunakan Rasio CAMEL dan Harga Saham
Penelitian ini dilakukan hanya untuk melihat Pengaruh kesehatan Bank
terhadap Harga Saham pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
(Linna Ismawati & Victorius Montolalu).
Variabel yang diteliti menggunakan Rasio CAMEL (LDR, KAP1, BOPO dan CAR) dan Harga Saham
Penelitian ini hanya mengkaji kesehatan bank tidak membahas suku bunga. Serta perbedaan salah satu variable yang digunakan.
Indikasi Potensi Economic Value Added dan Analisis
Variabel yang diteliti sama yaitu menggunakan Rasio CAMEL.
Penelitian ini menggunakan Rasio EVA (Economic Value
Added) namun tidak
Pengaruh Earning Per Share
(EPS) dan Tingkat Bunga terhadap Harga Saham. (Sugeng Mulyono)
Variabel yang digunakan yaitu Tingkat Bunga dari Bank Indonesia
Penelitian ini menggunakan
Earning Per Share (EPS) namun tidak membahas Tingkat kesehatan bank. An analysis of the Northern
Cyprus Banking Sector in Post-2001 Period Through the CAMELS Approach. (Mustafa Atikogullari)
Variabel yang diteliti sama yaitu menggunakan Rasio CAMEL.
Ada perbedaan beberapa indicator yang digunakan.
2.2Kerangka Pemikiran
Lembaga perbankan saat ini masih merupakan lembaga keuangan yang
memiliki peran strategis dalam penyediaan dana yang dihimpun dari masyarakat
guna menjalankan kegiatan pembangunan nasional.
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. kemudian bank juga dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya. di samping itu juga dikenal sebagai tempat menukar uang,
memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembiayaan dan setoran
seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran
lainnya (Kasmir, 2000:11)
Menurut Undang-undang No.7 tahun 1992 yang disempurnakan menjadi
Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang pengertian bank adalah sebagai berikut
: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dai masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam angka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Dari pengertian diatas, kita dapat melihat bahwa pada dasarnya bank
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (sebagai
sarana mobilisasi dana)
2. menyalurkan dana yang diperoleh darri masyarakat tersebut kepada
pihak-pihak yang memerlukannya (Aktivitas kredit).
Dalam melaksanakan kedua kegiatan pokok tersebut, bank harus dapat
memelihara kepercayaan yang diberikan masyarakat. kepercayaan tersebut dapat
diciptakan dengan adanya suatu pelayanan yang baik, terjaminnya dana nasabah
pada bank dan adanya pengelolaan kredit sebagai usaha bank yang utama dengan
memenuhi prinsip kehati-hatian.
Kinerja perbankan dapat dinilai dari beberapa indikator. salah satu
indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank
tersebut. Oleh karena itu pihak manajemenn bank sangat dianjurkan untuk
menjaga kepercayaan dengan cara terus meningkatkan kinerjanya diantaranya
menjaga kualitas likuiditasnya, menjamin kecukupan modal dan pemanfaatan
asset-nya secara optimal.
Dalam menentukan sehat atau tidaknya suatu bank dalam menjalankan
operasionalnya salah satunya dengan cara melakukan menganalisis tingkat
kesehatan bank dengan menggunakan rasio CAMEL (Capital, Asset,
Management, Earning and Liquidity)
Pengertian kesehatan bank menurut Y. Sri Susilo (2000 : 22);
“Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku”
Penilaian faktor pemodalan (Capital) melihat pada Surat Edaran Bank
Indonesia No. 26/BPPN menggunakan indikator Capital Adequecy Ratio (CAR)
yang didapatkan dari perbandingan antara modal terhadap aktiva tertimbang
menurut resiko. nilai aktiva berimbang menurut resiko dapat dilihat langsung dari
laporan keuangan.
Penilaian komponen kualitas aktiva produktif (Asset Quality) ditujukan
untuk menjaga kelangsungan usaha suatu bank, karena dari perhitungan rasio
kualitas aktiva produktif dapat menunjukan seberapa besar aktiva produktif yang
tidak dikembalikan atau menjadi kerugian bank.
Penilaian terhadap komponen manajemen (Management) merupakan
penilaian terhadap kemampuan bank mengelola dana bank dalam upaya
menghimpun atau menyalurkan dana yang ada, serta mengkoordinasikan potensi
lain yang terdapat dalam bank guna mencapai tujuan tertentu yang biasanya
adalah pencapaian laba.
Penilaian rentabilitas (Earning) dimaksud untuk mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank. penilaian rentabilitas
berdasarkan Surat Edaran BI No.6/23/DPNP menggunakan indikator rasio Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). BOPO dihitung
berdasarkan rasio biaya operasional dalam dua belas bulan terakhir terhadap