• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu T.P. 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu T.P. 2013/2014)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI

MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu T.P. 2013/2014)

Oleh

WORO NINGTYAS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan representasi

matematis dan belief siswa yang mengikuti PBM dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Desain yang digunakan adalah pretest posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam delapan kelas. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII/3 dan VIII/4 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan representasi matematis dan skala belief. Kesimpulan dari penelitian ini adalah PBM dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa,

namun tidak dapat meningkatkan belief siswa.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Lampung

pada tanggal 12 Juni 1992. Penulis merupakan anak ke delapan dari sembilan bersaudara pasangan Bapak Samidjo dan Ibu Sri Kasini.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Hutama Karya

Podomoro pada tahun 1998. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 5 Podomoro pada tahun 2004, pendidikan menengah pertama di SMP

Negeri 4 Pringsewu pada tahun 2007, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)

pada tahun 2013 di desa Cipta Mulya, Kecamatan Kebun Tebu, dan menjalani Program Pengalaman Lapang (PPL) di SMP Negeri 1 Kebun Tebu, Kabupaten

(7)

Moto

Apa yang kita pikirkan mengenai diri kita, akan mempengaruhi diri kita sendiri.

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.

(8)

Persembahan

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah

Rasululloh Muhammad SAW

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada:

Bapak (Samidjo) dan Ibuku tercinta (Sri Kasini), yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dan doa. Sehingga anak mu ini

yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.

Kakak-kakakku (Kurniawati, Nuri Handayani, Sri Maryanti, Catur Wulan Ndari, Feri Yatmoko, Desy Fry Hastuti, Arief Tri Hantoro)

dan adikku (Rino Septy Ardi) serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doanya padaku.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku, dari kalian aku belajar memahami arti kebersamaan.

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang

akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis dan Belief Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu T.P. 2013/2014) adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah

(10)

iii

3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembahas yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis dan telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing,

dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

sumbangan pemikiran, kritik, saran, dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, saran, dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Bapak (Samidjo) dan Ibu (Sri Kasini) tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini yang tidak pernah lelah untuk selalu memberikan doa dan dukungannya.

(11)

iv

10.Bapak Tarsono, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam

penelitian.

11.Siswa/siswi kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014,

atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

12.Kakak-kakakku (Kurniawati, Nuri Handayani, Sri Maryanti, Catur Wulan Ndari, Feri Yatmoko, Desy Fry Hastuti, Arief Tri Hantoro), adikku (Rino

Septy Ardi) dan Keponakan-keponakanku (Cindy, Yovin, Ariel, Azzahra, Valen, Juan, Yohan, Vincyia, Saskia, Lian, Arya, Arlya, Zeril) serta keluarga

besarku yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

13.Kak Wawan Junaidi yang telah memberikan doa, semangat, dan selalu

memotivasiku untuk menjadi yang lebih baik.

14.Sahabat yang sangat kusayangi, Destra Mutia, Rizny Surya Andini, Mella Triana, Liza Istianah, Ira Selfiana, Noviana Laksmi, Resti Rahma Sari, Wahyu

Sukesi, Ayu Sumunaringtiasih yang selama ini memberiku semangat dan doa serta selalu menemani saat suka dan duka. Semoga persahabatan dan kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang indah sampai kapanpun.

15.Teman-teman karibku tersayang, seluruh angkatan 2010 Kelas B Pendidikan Matematika: Sovian, Iisy, Gesca, Clara, Agustin, Selvi, Zuma, Perdan,

Anniya, Desi, Anggi, Engla, Elfira, Tika, Ardiyanti, Imam, Nando, Cahya, Syafril, Nurul, Heru, Febby, Silo atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi

(12)

v

16.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Kelas A dan B, kakak-kakakku

angkatan 2009, 2008, dan 2007 serta adik-adikku angkatan 2011, 2012, dan 2013 terima kasih atas kebersamaannya.

17.Teman-teman KKN di Desa Cipta Mulya dan PPL di SMP Negeri 1 Kebun Tebu (Adel, Anggi, Nisa, Marisa, Andaria, Deni, Heru, Adit, Gilang, Agung ) atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan.

18.Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

19.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga

skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 7

A. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 7

B. Kemampuan Representasi Matematis ... 12

C. Belief. ... 15

D. Kerangka Pikir... ... 18

E. Anggapan Dasar ... 19

F. Hipotesis Penelitian... 20

III. METODE PENELITIAN ... 21

A.Populasi dan Sampel ... 21

(14)

vii

C. Instrumen Penelitian ... 22

D. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 31

E. Prosedur Penelitian ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 56

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fase-Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 11

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Representasi Matematis ... 14

Tabel 3.1 The Pretest-Postest Control Group Desain... 22

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Representasi Matematis ... 23

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas ... 25

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda... 26

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 26

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ... 28

Tabel 3.7 Skor Setiap Pernyataan Skala Belief Siswa ... 30

Tabel 3.8 Kriteria Gain ... 39

Tabel 3.9 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Representasi Matematis ... 34

Tabel 3.10 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Representasi Matematis .... 35

Tabel 3.11 Uji Homogenitas Populasi Skor Awal Kemampuan Representasi Matematis ... 36

Tabel 3.12 Uji Homogenitas Populasi Data Gain Kemampuan Representasi Matematis ... 37

Tabel 3.13 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Belief ... 39

Tabel 3.14 Uji Normalitas Data Gain Belief ... 40

(16)

ix

Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Representasi Matematis Siswa ... 44

Tabel 4.2 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Awal Representasi Matematis ... 45

Tabel 4.3 Data Pencapaian Indikator Kemampuan Representasi Matematis Siswa Sebelum Pembelajaran... 46

Tabel 4.4 Data Skor Akhir Kemampuan Representasi Matematis Siswa ... 47

Tabel 4.5 Data Pencapaian Indikator Representasi Matematis Kelas Eksperimen Setelah Pembelajaran ... 48

Tabel 4.6 Data Gain Kemampuan Representasi Matematis Siswa ... 49

Tabel 4.7 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Gain Representasi Matematis .. 50

Tabel 4.8 Data Skor Awal Belief Siswa ... 51

Tabel 4.9 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Awal Belief ... 52

Tabel 4.10 Pencapaian Indikator Belief Siswa Sebelum Pembelajaran ... 53

Tabel 4.11 Data Skor Akhir Belief Siswa ... 53

Tabel 4.12 Pencapaian Indikator Belief Siswa Setelah Pembelajaran ... 54

Tabel 4.13 Data Gain Belief Siswa ... 55

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ... 69

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBM ... 73

Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 98

Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 123

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 157

Lampiran B.2 Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 158

Lampiran B.3 Pedoman Pemberian Skor dan Kunci Jawaban Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 159

Lampiran B.4 Form Validasi Instrumen ... 164

Lampiran B.5 Kisi-Kisi Skala Belief ... 165

Lampiran B.6 Instrumen Non Tes (Skala Belief) ... 166

Lampiran B.7 Pedoman Pemberian Skor Skala Belief ... 168

Lampiran C.1 Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Uji Coba ... 170

Lampiran C.2 Perhitungan Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ... 172

Lampiran C.3 Data Skor Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 174

Lampiran C.4 Data Skor Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 175

(18)

xi

Lampiran C.6 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Representasi

Matematis Kelas Kontrol ... 179

Lampiran C.7 Uji Homogenitas Skor Awal Kemampuan Representasi Matematis antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 182

Lampiran C.8 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Awal Kemampuan Representasi Matematis antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 183

Lampiran C.9 Uji Normalitas Skor Gain Kemampuan Representasi Matematis Kelas Eksperimen ... 185

Lampiran C.10 Uji Normalitas Skor Gain Kemampuan Representasi Matematis Kelas Kontrol ... 188

Lampiran C.11 Uji Homogenitas Skor Gain Kemampuan Representasi Matematis antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 191

Lampiran C.12 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Gain Kemampuan Representasi Matematis antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 192

Lampiran C.13 Skor per Indikator Kemampuan Awal Representasi Matematis Siswa ... 194

Lampiran C.14 Skor per Indikator Kemampuan Akhir Representasi Matematis Siswa ... 199

Lampiran C.15 Perhitungan Skor Skala Belief ... 204

Lampiran C.16 Data Skor Skala Belief ... 209

Lampiran C.17 Uji Normalitas Skor Awal Belief Kelas Eksperimen ... 213

Lampiran C.18 Uji Normalitas Skor Awal Belief Kelas Kontrol ... 216

Lampiran C.19 Uji Homogenitas Skor Awal Belief antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 219

Lampiran C.20 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Awal Belief Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 220

Lampiran C.21 Data Perhitungan Gain Belief Kelas Kontrol ... 222

Lampiran C.22 Data Perhitungan Gain Belief Kelas Eksperimen ... 223

(19)

xii

Lampiran C.24 Uji Normalitas Skor Gain Belief Kelas Kontrol ... 227

Lampiran C.25 Uji Non Parametrik Skor Gain Belief Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 230

Lampiran C.26 Skor per Indikator Belief Awal Siswa ... 231

Lampiran C.27 Skor per Indikator Belief Akhir Siswa ... 234

(20)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan

penting dalam pendidikan. Oleh karena itu pelajaran matematika diberikan di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa agar objek-objek matematika menjadi bagian dalam diri siswa, sehingga siswa mampu dalam memecahkan masalah melalui penyusunan rancangan model matematika, penyelesaian dan

penafsiran solusi, dan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta memiliki sikap

menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006:346).

(21)

2

menempati urutan ke-61 dari 65 negara peserta dengan nilai rata-rata 371. Hasil

survei TIMSS dan PISA tersebut menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia masih rendah.

Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) ada lima kemampuan matematika yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran matematika, yaitu kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, dan representasi. Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan representasi

termuat pada kemampuan standar menurut Depdiknas dan NCTM. Hal ini berarti bahwa kemampuan representasi merupakan salah satu kemampuan yang penting

untuk dikembangkan dan harus dimiliki oleh siswa.

Representasi matematis menduduki peran yang penting dalam pembelajaran matematika karena siswa dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman

akan konsep dan keterkaitan antarkonsep matematika yang mereka miliki melalui membuat, membandingkan, dan menggunakan representasi. Bukan hanya baik untuk pemahaman siswa, representasi juga membantu siswa dalam

mengomuni-kasikan pemikiran mereka (Pratiwi, 2013:2).

Selain kemampuan representasi matematis yang perlu ditingkatkan, belief (keyakinan) terhadap matematika juga merupakan salah satu aspek yang penting

dalam dimensi afektif. Aspek belief siswa terhadap matematika ini terdiri dari empat macam, yakni keyakinan siswa terhadap karakteristik matematika, keyakinan siswa terhadap kemampuan diri sendiri, keyakinan siswa terhadap

(22)

3

Belief siswa terhadap matematika mempengaruhi bagaimana ia menghadapi pelajaran matematikanya. Keyakinan yang salah, seperti menganggap matematika sebagai pelajaran yang sangat sulit, sangat abstrak, penuh rumus, hanya bisa dipahami oleh anak-anak jenius, menjadikan banyak siswa yang cemas berlebihan

menghadapi pelajaran dan ulangan/ujian matematikanya, padahal kecemasan yang berlebihan tentulah berdampak negatif terhadap hasil ujian/ulangan yang

diperoleh (Widjayanti, 2009).

Salah satu SMP di Indonesia yang memiliki karakteristik seperti SMP pada umumnya di Indonesia adalah SMP Negeri 3 Pringsewu. Kemampuan

represen-tasi matematis dan belief siswa di SMP Negeri 3 Pringsewu masih belum berkembang secara optimal. Meskipun sudah ada beberapa siswa yang berani untuk mengungkapkan gagasan matematikanya di depan kelas namun masih

banyak siswa yang belum berani atau tidak percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya di depan kelas. Proses pembelajaran dalam pembelajaran

matemati-ka masih dilaksanamatemati-kan secara konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Model ini menyebabkan siswa kurang terlibat aktif selama proses pembelajaran, sehingga kemampuan representasi matematis dan belief siswa kurang berkembang secara optimal.

Pada proses pembelajaran matematika guru memegang peran yang sangat penting yang salah satunya adalah membangun kemampuan representasi matematis dan

(23)

4

pembelajaran di kelas, dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk menganalisis

suatu masalah, mengungkapkan gagasan yang ia miliki serta mendengarkan gagasan dari orang lain. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis dan belief siswa adalah

model pembelajaran berbasis masalah (PBM).

Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) diyakini mampu memberi pengalaman belajar yang beragam kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah

menggambarkan suatu suasana pembelajaran dimana masalah yang memandu, menggerakkan, atau mengarahkan pembelajaran. Pembelajaran dimulai dengan

suatu masalah yang harus diselesaikan. Masalah kontekstual berguna untuk mengembangkan keyakinan siswa bahwa pelajaran matematika tidak semuanya abstrak. Diskusi dalam kelompok yang memberi kesempatan setiap siswa untuk

mengomunikasikan ide-ide matematis dengan cara tertentu akan meyakinkan setiap siswa bahwa mereka dapat bersama-sama mempelajari matematika yang

dianggap sulit (Widjayanti, 2009).

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan studi eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk

meningkatkan kemampuan representasi matematis dan belief pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu.

B.Rumusan Masalah

(24)

5

kemampuan representasi matematis dan belief siswa?”.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dinyatakan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah peningkatan kemampuan representasi

matematis dan belief siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?”.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan representasi matematis dan belief siswa SMP yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah dan keterkaitannya dengan peningkatan kemampuan representasi matematis dan belief siswa.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengalaman

(25)

6

dengan peningkatan kemampuan representasi matematis dan belief siswa. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan

matematis yang kemudian dengan melalui masalah tersebut siswa belajar untuk memecahkan masalah tersebut dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga siswa akan memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi

pelajaran.

2. Representasi matematis adalah kemampuan seseorang untuk menyajikan

gagasan matematika yang meliputi penerjemahan masalah atau ide-ide matematis ke dalam interpretasi berupa gambar, persamaan matematis, maupun kata-kata.

3. Belief terhadap matematika merupakan keyakinan seseorang tentang kemampuan dirinya mencapai tujuan pembelajaran atau menyelesaikan

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa untuk belajar (Widjajanti, 2009). Sedangkan menurut Siburian (2010:174) pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu model pembel-ajaran yang berasosiasi dengan pembelpembel-ajaran kontekstual. Pembelpembel-ajaran

dihadap-kan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui masalah tersebut siswa belajar keterampilan-keterampilan yang lebih mendasar.

Tan (Rusman, 2010:229) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena kemampuan berpikir siswa

diopti-malkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan

berpikirnya secara berkesinambungan. Mengoptimalkan kemampuan berpikir sis-wa akan merangsang berpikir tingkat tinggi sissis-wa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya bagaimana belajar.

Menurut Rusman (2010:237) dalam pembelajaran berbasis masalah sebuah

(27)

8

keinginan memecahkan masalah, dan persepsi bahwa meraka mampu

memecah-kan masalah tersebut. Selain itu, guru juga harus mampu merancang dan melak-sanakan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan bagi siswa, sehingga

siswa akan lebih bersemangat dalam menghadapi masalah yang harus disele-saikan.

Pembelajaran berbasis masalah menggambarkan suatu lingkungan belajar dimana

masalah yang memandu atau mengarahkan pembelajaran. Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah yang harus dipecahkan, dan masalah tersebut diajukan dengan cara sedemikian hingga para siswa memerlukan tambahan pengetahuan

baru sebelum mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut. Tidak sekedar mencoba atau mencari jawab tunggal yang benar, para siswa akan menafsirkan

masalah tersebut, mengumpulkan informasi yang diperlukan, mengenali penyelesaian yang mungkin, menilai beberapa pilihan, dan membuat kesimpulan (Roh, 2003).

Menurut Herman (2007:49) Karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah di

antaranya adalah:

1. Memposisikan siswa sebagai self-directed problem solver melalui kegiatan kolaboratif.

2. Mendorong siswa untuk mampu menemukan masalah dan mengelaborasinya dengan mengajukan dugaan-dugaan dan merencanakan penyelesaian.

3. Memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian dan implikasinya, serta mengumpulkan dan mendistribusikan informasi.

(28)

9

5. Membiasakan siswa untuk merefleksi tentang efektivitas cara berpikir mereka

dalam menyelesaikan masalah.

Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, maka pembelajaran

berbasis masalah mempunyai banyak keunggulan, antara lain lebih menyiapkan siswa untuk menghadapi masalah pada situasi dunia nyata, memungkinkan siswa menjadi produsen pengetahuan, dan dapat membantu siswa mengembangkan

komunikasi, penalaran, dan ketrampilan berpikir kritis (Widjajanti, 2009:6). Hal ini juga diungkapkan oleh Smith, Erickson, dan Lubienski (Roh, 2003) yang

menyatakan bahwa kebalikan dengan lingkungan atau suasana kelas yang konvensional, lingkungan atau suasana kelas pembelajaran berbasis masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya

untuk menyesuaikan diri dan mengubah suatu metode atau cara ke dalam situasi baru yang cocok. Siswa-siswa dalam lingkungan atau suasana kelas pembelajaran

berbasis masalah secara khusus mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk belajar matematika yang berkaitan dengan komunikasi, representasi, pemodelan, dan penalaran.

Menurut Amir (2009:27-29), pembelajaran berbasis masalah mempunyai bebera-pa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Siswa akan lebih ingat dan paham terhadap materi ajar karena pengetahuan

(29)

10

2. Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan fokus pada pengetahuan

yang relevan. Dengan kemampuan pendidik membangun masalah dengan konteks praktik, siswa bisa “merasakan” lebih baik konteks operasinya di

lapangan.

3. Siswa didorong untuk lebih kritis dan reflektif. Siswa dianjurkan untuk tidak terburu-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas argumennya,

dan fakta-fakta yang mendukung alasan. Nalar siswa dilatih dan kemampuan berpikir ditingkatkan. Tidak sekedar tahu, tapi juga dipikirkan.

4. Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial. Karena diker-jakan dalam kelompok-kelompok, maka pembelajaran berbasis masalah yang

baik dapat mendorong terjadinya pengembangan kecakapan kerja tim dan kecakapan sosial.

5. Membangun kecakapan belajar siswa karena mereka dibiasakan untuk mampu

belajar terus menerus.

6. Memotivasi belajar siswa, terlepas dari apa pun metode yang digunakan. Pembelajaran berbasis masalah berpeluang untuk membangkitkan minat dari

dalam diri siswa. Dengan masalah yang menantang, mereka merasa tertantang untuk menyelesaikannya.

Arends (2008:57) menyatakan pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah terdiri

(30)

11

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Langkah-langkah Perilaku pendidik

Fase 1: Mengorientasikan peserta didik pada masalah

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan

berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.

Fase 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model serta membantu mereka untuk

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, model pembelajaran berbasis

masalah (PBM) adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar bagi siswa untuk belajar. Siswa dihadapkan pada suatu masalah, yang

kemudian dengan melalui masalah tersebut siswa belajar untuk memecahkan masalah tersebut dengan pengetahuan yang dimilikinya.

B.Kemampuan Representasi Matematis

Menurut (NCTM, 2000) representasi merupakan ungkapan-ungkapan dari ide

(31)

12

sedang dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi pikirannya. Suatu masalah

dapat direpresentasikan melalui gambar, kata-kata (verbal), tabel, benda konkrit, atau simbol matematika.

Menurut Cai, Lane, & Jacabcsin (Alhadad, 2010) representasi merupakan cara

yang digunakan seseorang untuk mengomunikasikan jawaban atau gagasan matematik yang bersangkutan. Sejalan dengan definisi representasi tersebut,

McCoy, Baker, dan Little (Hutagaol, 2007: 3) mengemukakan bahwa cara terbaik membantu siswa memahami matematika melalui representasi adalah dengan mendorong mereka untuk menemukan atau membuat representasi sebagai alat

berpikir dalam mengomunikasikan gagasan matematika.

NCTM (2000): Principles and Standars for Mathematics Education, menyatakan bahwa program pengajaran matematika sebaiknya menekankan pengembangan

kemampuan representasi matematis yang meliputi:

1. Membangun dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat, dan mengkomunikasikan ide matematika.

2. Mengembangkan sebuah judul dari representasi matematis yang dapat digunakan dengan maksud tertentu, fleksibel dan dengan cara yang tepat.

3. Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan secara fisik, sosial dan fenomena matematika.

4. Memilih penggunaan dan penerjemahan antar representasi untuk pemecahan

masalah.

(32)

13

mengkomunikasikan ide-ide matematik siswa; untuk lebih mengenal keterkaitan

(koneksi) diantara konsep-konsep matematika; ataupun menerapkan matematika pada permasalahan matematik realistik melalui pemodelan. Dalam pandangan

Bruner, enactive, iconic dan symbolic berhubungan dengan perkembangan mental seseorang, dan setiap perkembangan representasi yang lebih tinggi dipengaruhi oleh representasi lainnya (Hudiono, 2005:19).

Mudzakir (2006) menyatakan indikator kemampuan representasi matematis sebagai berikut.

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Representasi Matematis

No. Representasi Bentuk-bentuk Operasional

1 Representasi visual a. Diagram, tabel, atau

grafik

1) Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik, atau tabel 2) Menggunakan representasi visual

untuk menyelesaikan masalah

b. Gambar 1) Membuat gambar pola-pola geometri 2) Membuat gambar untuk memperjelas

masalah dan memfasilitasi penyelesaiannya

2 Persamaan atau ekspresi matematis

1) Membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan

2) Membuat konjektur dari suatu pola bilangan

3) Menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis

3 Kata-kata atau teks tertulis 1) Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan 2) Menuliskan interpretasi dari suatu

representasi

3) Menuliskan langkah-langkah

penyelesaian matematika dengan kata-kata masalah

4) Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang disajikan 5) Menjawab soal dengan menggunakan

kata-kata atau teks tertulis

(33)

14

Jadi dapat disimpulkan bahwa representasi matematis merupakan ungkapan dari

ide matematika yang ditampilkan siswa sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang

sedang dihadapinya. Suatu masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, kata-kata (verbal), tabel, benda konkrit, atau simbol matematika. Pada penelitian ini, kemampuan representasi matematis yang akan diteliti adalah kemampuan

representasi tertulis yang meliputi kemampuan mengilustrasikan/ menjelaskan, menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical expression) dengan

indikator kemampuan representasi tertulis yang dikembangkan sebagai berikut: a. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis secara tulisan

b. Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu masalah ke dalam bentuk diagram, grafik, atau tabel, dan gambar

c. Menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis

C.Belief

Keyakinan (belief) memang tidak mudah untuk didefinisikan. Dalam bahasa

sehari-hari, istilah “keyakinan” atau belief sering disamaartikan dengan istilah sikap (attitude), disposisi (disposition), pendapat (opinion), filsafat (philosopy),

atau nilai (value) (Hill dalam Sugiman, 2009).

Menurut Fauzi (2010) keyakinan terhadap matematika adalah kondisi struktur kognitif seseorang yang berkenaan dengan pandangannya terhadap kemampuan

(34)

15

namun gejalanya biasanya muncul pada saat ia memecahkan masalah matematika,

berinteraksi dengan lingkungan kelas, atau merespon terhadap suatu stimuli seperti pertanyaan-pertanyaan dari guru atau dalam dirinya sendiri.

Pehkonen, et.al., (Widjayanti, 2009) menyatakan bahwa antara belief terhadap matematika dan belajar matematika saling berkaitan membentuk suatu proses yang melingkar. Bagaimana matematika diajarkan di kelas, sedikit demi sedikit,

mempengaruhi belief siswa terhadap matematika. Juga sebaliknya, belief mem-pengaruhi bagaimana cara siswa menghadapi pelajaran matematikanya.

Goldin (Fauzi, 2010) mengatakan bahwa pembentukan struktur keyakinan yang

ada pada masing-masing individu dipengaruhi oleh proses interaksi individu tersebut dengan kelompok sosial yang memiliki sistem keyakinan kolektif. Dengan demikian keyakinan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh diri dan

lingkungannya. Hal ini berimplikasi bahwa keyakinan seseorang dapat berubah, sebab setiap saat setiap orang mengalami pembentukan, pengubahan, atau penguatan atas keyakinan yang dimilikinya.

Hasil penelitian tentang belief terhadap matematika, yang dilakukan oleh Schoenfeld (Suryanto, 2001) menunjukkan bahwa ada korelasi yang kuat antara hasil tes matematika yang diharapkan oleh siswa dan kepercayaan siswa itu

tentang kemampuannya. Dari korelasi itu disimpulkan sebagai berikut: (1) Siswa yang merasa lemah dalam matematika percaya bahwa keberhasilan dalam tes

(35)

16

keberhasilan dalam tes matematika adalah hasil dari kemampuannya sendiri, (2)

semakin kuat dalam matematika siswa makin kurang percaya bahwa kebanyakan isi pelajaran matematika merupakan hafalan, dan (3) semakin kuat dalam

matematika siswa makin kurang percaya bahwa keberhasilan dalam tes matematika tergantung pada kekuatan menghafal.

Goldin (Sugiman, 2009:7) mendeskripsikan tipe-tipe keyakinan matematik

menjadi aspek-aspek (1) keyakinan tentang matematika sebagai disiplin ilmu, (2) keyakinan tentang pendidikan matematika, (3) keyakinan tentang kemampuan diri, dan (4) keyakinan tentang peran siswa dan guru dalam pembelajaran

matematika. Sejalan dengan aspek-aspek yang dikemukakan Goldin, Sugiman (2009:7) mendeskripsikan aspek keyakinan matematik siswa menjadi empat

macam, yaitu keyakinan siswa terhadap karakteristik matematika, keyakinan siswa terhadap kemampuan diri sendiri, keyakinan siswa terhadap proses pembelajaran, dan keyakinan siswa terhadap kegunaan matematika.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belief merupakan kemampuan meyakini diri sendiri dalam upaya mencapai tujuan tertentu. Sehingga belief terhadap matematika dapat dipandang sebagai keyakinan seseorang tentang kemampuan dirinya mencapai tujuan pembelajaran atau menyelesaikan masalah matematika. Pada penelitian ini, indikator belief matema-tis yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

1. Keyakinan siswa terhadap karakteristik matematika 2. Keyakinan siswa terhadap kemampuan diri sendiri

(36)

17

4. Keyakinan siswa terhadap kegunaan matematika.

D.Kerangka Pikir

Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar bagi siswa untuk belajar. Siswa dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui masalah tersebut siswa

belajar untuk memecahkan masalah tersebut dengan pengetahuan yang dimilikinya. Model pembelajaran berbasis masalah ini memiliki lima fase.

Pada fase pertama, guru mengorientasikan siswa pada masalah. Siswa

mengaju-kan pertanyaan dan mencari informasi tentang tujuan pembelajaran tersebut. Dari informasi-informasi yang mereka dapatkan, siswa dapat mengekspresikan

ide-idenya secara bebas dan terbuka. Pada fase ini belief siswa terhadap karakteristik matematika mulai nampak karena rasa ingin tahu siswa tentang matematika, serta siswa mulai berani mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, siswa juga sudah

mulai belajar menerjemahkan masalah yang mereka dapat ke dalam simbol atau gambar.

Selanjutnya pada fase kedua, guru mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru

menjelaskan bagaimana cara kerja siswa dan membantu siswa untuk mendefinisi-kan dan mengorganisasimendefinisi-kan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahannya. Pada fase ini, siswa belajar untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan

(37)

18

Pada fase ketiga, guru membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

Siswa dituntut untuk aktif dalam mencari informasi, melaksanakan eksperimen, serta menentukan permasalahan dan memecahkan masalah tersebut. Pada fase ini,

ketiga indikator representasi matematis mulai terlihat yaitu siswa dapat menjelaskan ide matematis secara tertulis menyajikan data/informasi dari suatu masalah ke dalam bentuk diagram, grafik, atau tabel, dan gambar, serta

menyele-saikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Begitu pula dengan keempat aspek belief yang mulai tampak pada diri siswa seperti keyakinan siswa terhadap karakteristik matematika, keyakinan akan kemampuan diri sendiri, keyakinan terhadap proses pembelajaran, serta keyakinan terhadap kegunaan

matematika.

Kemudian fase keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain menanggapi. Peran guru pada fase ini tidak banyak karena siswa yang aktif dalam

menyajikan hasil karyanya. Saat diskusi kelas, baik indikator representasi mate-matis maupun belief yang diperoleh siswa pada fase ketiga semakin kuat karena saat diskusi kelas terjadi sharing antar kelompok.

Fase yang terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Setelah diskusi kelas selesai, siswa belajar mengklarifikasi kesalahan yang terjadi saat diskusi dan memperbaikinya. Selain itu, siswa juga dapat

membuat kesimpulan hasil diskusi kelas.

(38)

19

meningkatkan kemampuan representasi matematis dan belief siswa. Lain halnya dengan model pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran konvensional tidak memberikan peluang siswa untuk seperti pada pembelajaran berbasis masalah

dalam meningkatkan kemampuan representasi matematis dan belief siswa secara optimal. Hal itu disebabkan karena pembelajaran konvensional merupakan pem-belajaran yang berpusat pada guru. Pempem-belajaran yang berpusat pada guru akan

membuat siswa cenderung pasif selama proses pembelajaran, sehingga hanya sebagian siswa yang berani untuk mengungkapkan gagasan matematikanya di

depan kelas. Hal ini menunjukkan banyak siswa yang belum berani atau tidak percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya di depan kelas.

E.Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:

1. Semua siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 3 Pringsewu tahun pelajaran 2013-2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan representasi matematis dan belief siswa selain model pembelajaran diabaikan.

F. Hipotesis

Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Umum

(39)

20

2. Hipotesis Khusus

a. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. b. Peningkatan belief siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang mendapat

(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu yang terdistribusi dalam 8 kelas mulai dari VIII/1 hingga VIII/8. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII karena siswa kelas IX akan

menghadapi ujian nasional dan kelas VII sudah menggunakan kurikulum 2013, sedangkan penelitian ini masih menggunakan kurikulum 2006. Dari delapan kelas

tersebut diambil dua kelas sebagai sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel atas dasar pertimbangan bahwa kelas yang dipilih adalah kelas yang diajar oleh

guru yang sama. Setelah berdiskusi dengan guru mitra, terpilihlah dua kelas yang menurut guru mitra memiliki kemampuan dan aktivitas yang hampir sama. Dua kelas yang terpilih adalah kelas VIII 3 yang terdiri dari 26 orang sebagai kelas

eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah dan kelas VIII 4 yang terdiri dari 24 orang yaitu kelas yang mendapatkan

pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

(41)

22

pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional sedangkan

variabel terikatnya adalah kemampuan representasi matematis dan belief. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-postest control design sebagaimana yang dikemukakan Fraenkel dan Wallen (1993: 248) sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan

Pretes Pembelajaran Postes

A Y1 PBM Y2

B Y1 Konvensional Y2

Keterangan:

A : kelas eksperimen B : kelas kontrol Y1 : tes awal (pretest)

Y2 : tes akhir (postest)

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan dua jenis instrumen penelitian yaitu instrumen tes

dan instrumen non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan representasi matematis siswa, dan instrumen non tes digunakan untuk mengukur belief siswa.

1. Instrumen Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan representasi matematis yang terdiri dari pretest dan posttest. Bentuk tes yang digunakan da-lam penelitian ini adalah tipe uraian yang terdiri atas sembilan soal. Materi yang

(42)

23

lingkaran dalam suatu segitiga. Tes yang diberikan pada setiap kelas baik

soal-soal untuk pretest dan posttest sama. Sebelum penyusunan tes kemampuan sentasi matematis, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal tes kemampuan

repre-sentasi matematis. Pedoman peberian skor kemampuan reprerepre-sentasi matematis disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Kemampuan Representasi Matematis Skor Mengilustrasikan/

Menjelaskan

Menyatakan/

Menggambar Ekspresi Matematis 0

Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan

(43)

24

Tes yang digunakan dalam penelitian ini harus valid, reliabel, dan memiliki

ting-kat kesukaran dan daya pembeda yang baik, sehingga tes tersebut perlu dilakukan analisis sebagai berikut.

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini validitas isi. Validitas isi dari tes

representasi matematis dapat diketahui cara membandingkan isi yang terkandung

dalam tes representasi matematis dengan indikator pembelajaran yang telah

diten-tukan.

Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran

mate-matika kelas VIII. Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matemate-matika kelas

VIII SMP Negeri 3 Pringsewu mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka

validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran

matema-tika. Tes yang dikategorikan valid adalah yang butir-butir tesnya telah dinyatakan

sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian

guru mitra.

Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan

kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa

dilakukan dengan menggunakan daftar cek lis oleh guru. Hasil penilaian terhadap

tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah

me-menuhi validitas isi (Lampiran B.4). Setelah semua butir soal dinyatakan valid

maka selanjutnya soal tes tersebut diujicobakan pada siswa kelas diluar sampel

(44)

25

menggunakan bantuan Software Microsoft Excel untuk mengetahui reliabilitas tes,

daya pembeda, dan indeks kesukaran butir soal.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauhmana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Perhitungan koefisien reliabilitas dalam

peneli-tian ini menggunakan rumus Alpha sebagaimana dinyatakan oleh Arikunto (2011:109) yaitu:

r = Koefisien reliabilitas tes n = Banyaknya soal

��2 = Jumlah varians skor tiap soal

��2 = Varians skor total

Interpretasi koefisien reliabilitas merujuk pada pendapat Arikunto (2011:75) seperti yang terlihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas (r11) Kriteria 0,000 - 0,200 Sangat Rendah

0,200 - 0,400 Rendah

0,400 - 0,600 Sedang

0,600 - 0,800 Tinggi

0,800 - 1,000 Sangat Tinggi

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan reliabilitas soal yang telah diujicobakan

disajikan pada Tabel 3.6. Hasil perhitungan reliabilitas soal selengkapnya dapat

(45)

26

c. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang mem-punyai kemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu

diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai

tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Karno To (Noer, 2010) mengungkapkan meng-hitung nilai daya pembeda ditentukan dengan rumus :

= −

Keterangan :

DP : nilai daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan nilai daya pembeda menurut To (Noer, 2010) diinterpre-tasi

berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam Tabel 3.4.

Tabel 3. 4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

DP < 0,10 Sangat Buruk

0,10 DP 0,19 Buruk

0,20 DP 0,29 Agak baik, perlu revisi

0,30 DP 0,49 Baik

(46)

27

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan daya pembeda butir item soal yang

telah diujicobakan disajikan pada Tabel 3.6. Hasil perhitungan daya pembeda butir item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir

soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak terlalu sukar, dan tidak terlalu mudah. Sudijono (2008:372) menyatakan untuk

menghitung nilai tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus :

=

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Arikunto (2011: 210) mengungkapkan bahwa untuk menginterpretasi tingkat

kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut : Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

0,00 0,30 Sukar

0,31 0,70 Sedang

0,71 1,00 Mudah

Kriteria soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah memiliki intepretasi sedang dan mudah.

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan tingkat kesukaran butir soal yang

(47)

28

pembeda soal tes kemampuan representasi matematis diperoleh rekapitulasi hasil

tes uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba No

Soal Reliabilitas Daya Pembeda

Tingkat

0,5 (sangat baik) 0,56 (sedang) Digunakan

1.b 0,34 (baik) 0,8 (mudah) Digunakan 5.a 0,82 (sangat baik) 0,45 (sedang) Digunakan 5.b 0,68 (sangat baik) 0,50 (sedang) Digunakan

Dari Tabel 3.6 terlihat bahwa koefisien reliabilitas soal adalah 0,700 yang berarti soal memiliki reliabilitas yang tinggi. Daya pembeda untuk nomor 1a, 4, 5a, dan

5b dikategorikan sangat baik dan untuk nomor 1b, 1c, 2a, 2b, dan 3 dikategorikan baik dan tingkat kesukaran untuk nomor 1a, 1c, 2a, 2b, 3, 4, 5a, dan 5b

dikategori-kan sedang dan untuk nomor 1b termasuk soal dengan tingkat kesukaran mudah. Karena semua soal sudah valid dan sudah memenuhi kriteria reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang sudah ditentukan maka soal tes kemampuan

representasi matematis sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

2. Instrumen Nontes

Instrumen nontes yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket belief yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir kegiatan

(48)

29

Skala belief yang digunakan pada penelitian ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Skala belief dibuat dalam bentuk pernyataan sebanyak 23 pernyataan yang terdiri pernyataan positif dan negatif. Skala belief dalam pene-litian ini difokuskan empat aspek pengukuran belief, yaitu karakteristik matema-tika, kemampuan diri sendiri, proses pembelajaran matemamatema-tika, dan kegunaan

matematika. Penyusunan skala belief siswa ini diawali dengan membuat kisi-kisinya terlebih dahulu kemudian dilakukan uji validitas isi butir skala belief dengan mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing untuk diberikan

pertimbangan dan saran mengenai kesesuaian antar indikator belief dengan pernyataan yang diberikan.

Untuk penskoran skala belief menggunakan hasil pengisian skala belief sebelum pembelajaran dengan 24 responden pada kelas kontrol dan 26 responden pada kelas eksperimen. Proses perhitungannya menggunakan software Microsoft Excel 2007. Azwar (2007) menyatakan bahwa prosedur perhitungan skor skala belief untuk setiap nomor adalah sebagai berikut.:

a. Menghitung frekuensi masing-masing kategori tiap butir pernyataan.

b. Menentukan proporsi masing-masing kategori. c. Menghitung besarnya proporsi kumulatif.

d. Menghitung nilai dari � � ℎ = 1

2 + , dimana = proporsi kumulatif dalam kategori sebelah kiri.

e. Mencari dalam tabel distribusi normal standar bilangan baku (z) yang sesuai

(49)

30

f. Menjumlahkan nilai z dengan suatu konstanta k sehingga diperoleh nilai

terkecil dari z + k = 1 untuk suatu kategori pada satu pernyataan. g. Membulatkan hasil penjumlahan pada langkah 6.

Perhitungan dalam penentuan skor setiap kategori option pada skala belief sisiwa untuk tiap item pernyataan dapat dilihat pada Lampiran C.16 Skor untuk setiap item pernyataan dapat dilihat pada Tabel 3.7. Dari Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa

skor untuk kategori SS, S, TS dan STS setiap pernyataan bervariasi antara 1 sampai dengan 6 dengan skor ideal 108.

Tabel 3.7 Skor Setiap Pernyataan Skala Belief Siswa

D. Pengembangan Perangkat Pembelajaran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(50)

31

Penyusunan RPP bertujuan merancang pembelajaran di kelas untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini disusun RPP untuk enam kali

pertemu-an ypertemu-ang terdiri atas alokasi waktu, stpertemu-andar kompetensi, kompetensi dasar,

indika-tor kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,

langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, dan penilaian.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS yang digunakan pada penelitian ini disusun penulis dengan rumusan

permasalahan yang dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis

siswa. LKS berisi permasalahan atau situasi permasalahan yang berkaitan dengan

materi jadi siswa belajar materi dari permasalahan-permasalahan yang disajikan.

LKS hanya diberikan pada siswa kelas VIII 3 yang menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi awal, yaitu melihat kondisi di lapangan seperti jumlah kelas yang

ada, jumlah siswa, dan cara mengajar guru matematika. 2. Menentukan sampel penelitian.

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan kelas yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

(51)

32

5. Membuat instrumen tes penelitian berupa tes kemampuan representasi

matematis dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi soal pretest dan posttest sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan representasi

matematis.

6. Membuat instrumen non tes yaitu skala belief dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi skala belief sesuai dengan indikator belief.

7. Melakukan validasi instrumen tes dan instrumen non tes. 8. Melakukan uji coba instrumen tes.

9. Melaksanakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

10. Melaksanakan pembelajaran matematika dengan model PBM pada kelas

eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol 11. Melaksanakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 12. Menganalisis data.

13. Membuat laporan.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes kemampuan representasi matematis dan pengisian skala belief sebelum dilakukan pembelajaran (pretest) dan setelah dilakukan pembelajaran (posttest) pada kedua

kelas. Data yang diperoleh terdiri dari dua data yaitu data kemampuan represent-tasi matematis dan data belief siswa.

(52)

33

Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest kemampuan representasi matematis dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan

repre-sentasi matematis siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran berbasis

masalah dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Besarnya

pening-katan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) = g, seperti yang dinyatakan oleh Hake (1999:1) yaitu :

� = � � − � � �

�� � − � � �

Pengolahan dan analisis data kemampuan representasi matematis dilakukan

dengan menggunakan uji statistik terhadap skor awal dan peningkatan kemam-puan siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila data normal maka

pengujian hipotesis dilakukan dengan statistika parametrik, tetapi apabila data tidak normal, pengujian hipotesis dilakukan dengan statistika non-parametrik. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak berdasarkan data skor rata-rata sampel. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

�2 = ( �− �) 2

�=1

Keterangan:

(53)

34

Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya kelas interval

Kriteria uji normalitas hasil pengolahan statistik adalah terima H0 jika �ℎ�2 <

�2 � dan tolak jika sebaliknya dengan taraf nyata 5% (�= 0.05) (Sudjana,

2005:293).

Setelah dilakukan pengujian normalitas pada skor awal kemampuan representasi matematis didapat hasil yang disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Representasi Matematis

Kelas ℎ�2 �2 Keputusan Uji

Pembelajaran Berbasis Masalah 5,11 7,81 Ho diterima

Konvensional 6,86 7,81 Ho diterima

Pada Tabel 3.9 terlihat bahwa �ℎ�2 untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih besar dari �2 pada taraf signifikan �= 0,05, sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data skor awal kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti PBM dan kelas yang

mengikuti pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data skor awal dapat dilihat pada Lampiran

C.5 dan Lampiran C.6.

Uji normalitas juga dilakukan terhadap data gain kemampuan representasi

(54)

35

Tabel 3.10 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Representasi Matematis

Kelas ℎ�2 �2 Keputusan Uji

Pembelajaran Berbasis Masalah 4,76 7,81 Ho diterima

Konvensional 6,36 7,81 Ho diterima

Berdasarkan Tabel 3.10, dapat diketahui bahwa data gain baik kelompok pembe-lajaran berbasis masalah maupun kelompok konvensional memiliki �ℎ�2 <

�2 � pada taraf signifikan  = 5%, yang berarti H0 diterima. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang datanya

berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran C.9 dan C.10.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data

memiliki varians yang homogen atau tidak. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0: 22 derajat kebebasan masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut

(55)

36

Berdasarkan hasil uji normalitas pada data skor awal kemampuan representasi

matematis diketahui bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sehingga selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap skor awal

kemampuan representasi matematis. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil uji homogenitas yang disajikan pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Uji Homogenitas Populasi Skor Awal Kemampuan Representasi Matematis

Kelompok Penelitian Varians Fhitung Ftabel Keputusan Uji Pembelajaran Berbasis Masalah 9,280

1,2736 1,96 H0 diterima

Konvensional 11,819

Berdasarkan Tabel 3.11, dapat diketahui bahwa pada taraf signifikan  = 5%

diperoleh nilai ℎ� = 1,2736 dan = 1,96. Hal ini berarti H0 dapat

diterima karena nilai ℎ� < . Jadi dapat disimpulkan bahwa data skor

awal kemampuan representasi matematis siswa dari kedua kelompok populasi

memiliki varians yang homogen atau sama. Perhitungan uji homogenitas dapat

dilihat pada Lampiran C.7.

Uji homogenitas juga dilakukan terhadap data indeks gain kemampuan

representasi matematis, setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Uji Homogenitas Populasi Data Gain Kemampuan Representasi Matematis

Kelompok Penelitian Varians Fhitung Ftabel

Keputusan Uji Pembelajaran Berbasis Masalah 0,0252

1,4578 1,96 H0 diterima

(56)

37

Berdasarkan Tabel 3.11, dapat diketahui bahwa pada taraf signifikansi = 5%

diperoleh nilai ℎ� = 1,4578 dan = 1,96. Hal ini berarti H0 dapat

dite-rima karena nilai ℎ� < . Jadi dapat disimpulkan bahwa data gain

kemampuan representasi matematis siswa dari kedua kelompok populasi

memi-liki varians yang homogen atau sama. Perhitungan uji homogenitas dapat dilihat

pada Lampiran C.11.

c. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data

skor awal dan data gain dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama. Menurut Sudjana (2005 : 243), apabila data dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama maka analisis data dilakukan

dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t dengan hipotesis uji sebagai berikut.

0 ∶ �1 = �2

1 ∶ �1 >�2

Keterangan:

�1 = rata-rata skor awal/peningkatan kemampuan representasi matematis siswa

belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah.

�2 = rata-rata skor awal/peningkatan kemampuan representasi matematis siswa

yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

Menurut Sudjana ( 2005: 243) untuk menguji hipotesis menggunakan rumus:

(57)

38

Keterangan:

� 1 = rata-rata skor awal pada kelas eksperimen

� 2 = rata-rata skor awal pada kelas kontrol

n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

12 = varians kelompok eksperimen

22 = varians kelompok kontrol 2 = varians gabungan

Kriteria uji hasil statistik, H0 diterima jika − 11

2� 1−

1 2�

pada taraf nyata

5%. 11 2�

diperoleh dari tabel distribusi t dengan dK = (n1 + n2– 2).

2. Data Belief Siswa

Data yang diperoleh dari hasil pengisian skala belief sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran kemudian dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan

belief siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Rumus gain dan kriteria N-gain

seperti telah dikemukakan pada analisis data kemampuan representasi matematis

di atas. Pengolahan dan analisis data belief dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap skor awal dan peningkatan belief siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.

(58)

39

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumus uji normalitas, hipotesis dan kriteria uji seperti yang telah dikemukan pada teknik analisis data kemampuan

representasi matematis di atas. Setelah dilakukan pengujian normalitas pada skor awal belief siswa didapat hasil yang disajikan pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Belief

Kelas ℎ�2 �2 Keputusan Uji

Pembelajaran Berbasis Masalah 4,53 7,81 Ho diterima

Konvensional 5,73 7,81 Ho diterima

Pada Tabel 3.13 terlihat bahwa �ℎ�2 untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih besar dari �2 pada taraf signifikan �= 0,05, sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data skor awal belief siswa yang mengikuti PBM dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data

skor awal dapat dilihat pada Lampiran C.17 dan Lampiran C.18. Uji normalitas juga dilakukan terhadap data gain belief, setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14 Uji Normalitas Data Gain Belief

Kelas ℎ�2 �2 Keputusan Uji

Pembelajaran Berbasis Masalah 41,26 7,81 Ho ditolak

(59)

40

Pada Tabel 3.14 terlihat bahwa �ℎ�2 untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih besar dari �2 pada taraf signifikan �= 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data gain belief siswa yang mengikuti PBM dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Perhitungan uji normalitas data gain dapat dilihat pada Lampiran C.23 dan Lampiran C.24.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data memiliki variansi yang homogen atau tidak. Rumus uji normalitas, hipotesis dan kriteria uji seperti yang telah dikemukan pada teknik analisis data kemampuan

representasi matematis di atas. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil uji homogenitas yang disajikan pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15 Uji Homogenitas Populasi Skor Awal Belief

Kelompok Penelitian Varians Fhitung Ftabel

Keputusan Uji Pembelajaran Berbasis Masalah 74,714

1,2736 1,96 H0 diterima

Konvensional 80,868

Pada Tabel 3.15 terlihat bahwa dapat diketahui bahwa pada taraf signifikan =

5% diperoleh nilai ℎ� = 1,2736 dan = 1,96. Hal ini berarti H0 dapat

diterima karena nilai ℎ� < . Jadi dapat disimpulkan bahwa data skor

awal belief siswa dari kedua kelompok populasi memiliki varians yang homogen

(60)

41

Sedangkan untuk data gain tidak dilakukan uji homogenitas karena kedua data

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

c. Uji Hipotesis

1) Uji Hipotesis untuk Skor Awal

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data

skor awal dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama. Menurut Sudjana (2005 : 243), apabila data dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama maka analisis data dilakukan dengan

menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t dengan hipotesis uji sebagai berikut.

0 ∶ �1 = �2

1 ∶ �1 >�2

Keterangan:

�1 = rata-rata skor awal belief siswa yang belajar dengan model pembelajaran

berbasis masalah.

�2 = rata-rata skor awal belief siswa yang belajar dengan pembelajaran

konvensional.

Rumus uji statistik serta kriteria uji sama seperti yang telah dikemukan pada teknik analisis data kemampuan representasi matematis di atas.

2) Uji Hipotesis untuk Data Gain Belief

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
grafik representasi diagram, grafik, atau tabel
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Kemampuan Representasi Matematis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Peningkatan Jalan Kampung Timur – Tembus PLN , dimana perusahaan saudara termasuk

Persamaan ini berdasarkan tulisan Schiff, (1992) dan merupakan perpektif dari social capital yang dijelaskan diatas, sehingga dengan persamaan ini diharapkan dapat menjadi

PENERAPAN PENDEKATAN OUTDOOR LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI!. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Segala puji senantiasa penulis panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Perkasa, yang tiada henti mencurahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga dengan karunia-Nya penulis

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubukpakam

Energi Baru Terbarukan dan Konsevasi Energi, dan Satuan Kerja

Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah,

Memiliki jumlah anggota dewan komisaris yang sedikit dapat memudahkan koordinasi dalam menjalankan fungsinya, pelaksanaan tugas yang baik oleh komisaris independen