• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bentuk Dan Ketinggian Perangkap Sticky Trap Kuning Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Diptera: Tephritidae) Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Di Dataran Rendah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Bentuk Dan Ketinggian Perangkap Sticky Trap Kuning Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Diptera: Tephritidae) Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Di Dataran Rendah."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae)

PADA TANAMAN TOMAT ( Solanum lycopersicum Mill.) DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH :

CHORNELIUS KARO KARO 080302039

Hama dan Penyakit Tumbuhan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae)

PADA TANAMAN TOMAT ( Solanum lycopersicum Mill.) DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH :

CHORNELIUS KARO KARO 080302039

Hama dan Penyakit Tumbuhan

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Bentuk Dan Ketinggian Perangkap Sticky Trap Kuning Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Diptera: Tephritidae) Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Di Dataran Rendah.

Nama : Chornelius Karo-Karo

Nim : 080302039

Departemen : Hama Dan Penyakit Tumbuhan

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Yuswani Pengestiningsih, MS Dr. Lisnawita, SP, M.Si. Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing

Mengetahui :

(4)

i

ABSTRACK

Chornelius Karo-Karo. 2014. “Effect of yellow stick trap’s shape and elevation towards fruit fly (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) on tomato (Solanum lycopersicum mill.) at lowland area”. Under supervised Yuswani Pangestiningsih and Lisnawita. This research aims to get the best shape and elevation of yellow sticky trap to control fruit fly. Research was conducted from September 2013 until November 2013 at Kuta Tualah village, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, North Sumatera on 25 meter above sea level. The research was conducted using Randomized Block Design (RAK) factorial with of two factors and 5 replications. The first factor was U1= 100 cm, U2= 150 and U3= 200 cm and the second factor was T1= circle, T2= square, T3= sylinder. The results showed that circle yellow sticky trap with 150 cm elevationis more effective for trapping male and female fruit fly than the others. The highest number of larvae in tomatoes fruit was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevations. Highest tomatoes production (21.86 ton / ha) was founded at

circle yellow sticky trap with 150 cm elevation, meanwhile the lowest (3.70 ton / ha) was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevation.

(5)

ii ABSTRAK

Chornelius Karo-Karo. 2014. “Pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning terhadap lalat buah (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) pada

tanaman tomat (Solanum lypersicum mill.) di dataran rendah”, dibawah

bimbingan Yuswani Pangestiningsih dan Lisnawita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning yang efektif terhadap lalat buah pada tanaman tomat di lapangan. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai November 2013 di Desa Kuta Tualah, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada ketinggian ± 25 mdpl. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 5 ulangan. Faktor pertama adalah ketinggian perangkap (U) yaitu U1= 100 cm, U2= 150 cm, U3= 200 cm dan faktor kedua adalah bentuk perangkap (T) yaitu T1= bulat, T2= persegi, T3= silinder. Hasil penelitian menunjukkan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm lebih efektif memerangkap lalat buah jantan dan betina dibanding bentuk lain. Jumlah larva tertinggi didapat pada perlakuan bentuk persegi dengan ketinggian 100 cm yaitu 2,4 ekor. Produksi tertinggi didapat pada perlakuan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm yaitu 21,86 ton / ha sedangkan yang terendah bentuk persegi dengan ketinggian 150 cm dengan produki 3,70 ton / ha.

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

CHORNELIUS KARO-KARO, Lahir pada tanggal 18 Mei 1990 di

Kisaran, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda

Rulut Karo-Karo, S.pd. dan Ibunda Dra. Darwati Br. Sembiring.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu :

Tahun 2002 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Swasta Panti Budaya Kisaran

Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Kisaran

Tahun 2008 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kisaran

Tahun 2008 diterima di Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pendidikan informal yang pernah diikuti, yaitu :

Tahun 2010 mengikuti Seminar Nasional Sygenta dengan Thema ” How DO We

feed a Growing Population”.

Tahun 2012-2013 menjadi asisten Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi,

Fakultas Pertanian USU, Medan

Tahun 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni-Juli di

PTPN IV Gunung Bayu, Asahan.

Tahun 2008-2013 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Pengaruh Bentuk dan Ketinggian

Perangkap Sticky Trap Kuning terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) pada Tanaman Tomat (Solanum esculentum Mill.) di Dataran Rendah”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di program

studi Agroekoteknologi fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi

pembimbing saya yaitu Ibu Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS selaku ketua dan Ibu

Dr. Lisnawita, SP, MSi. selaku anggota yang telah membimbing saya selama

menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada

teman-teman saya atas segala doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini dimasa mendatang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2014

(8)

v

Penggunaan Perangkap Warna ... 7

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Persiapan Lahan ... 11

Penanaman ... 12

Pemeliharaan ... 12

Pemasangan Perangkap ... 12

Peubah Amatan ... 14

Imago Lalat Buah Jantan (Bactrocera spp). ... 14

Imago Lalat Buah Betina (Bactrocera spp). ... 14

Jumlah Larva Dalam Buah Tomat (ekor) ... 14

(9)

vi HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah imago lalat buah jantan ... 15

Jumlah imago lalat buah betina ... 18

Jumlah larva lalat buah (ekor) ... 21

Produksi buah tomat (ton/ha) ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

(10)

vii

Pengaruh, bentuk, dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah

jantan (Bactrocera spp.) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst ……….

Pengaruh, bentuk, dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah betina (Bactrocera spp.) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst ……….

Pengaruh jumlah larva lalat buah (Bactrocera spp.) dalam buah tomat terserang pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst ………...

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

Judul

Kelompok Telur Lalat Buah (Bactrocera spp.) ...

Gambar serangan bagian dalam buah ………...

Gambar perangkap warna (a) bentuk bulat,

(12)

ix

DAFTAR GRAFIK

No Judul Halaman

1 Perlakuan Kombinasi Bentuk dan Ketinggian terhadap Produksi Buah

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 45 hst …..… 34

2 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 52 hst ……. 38

3 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 59 hst ……. 42

4 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 66 hst ……. 46

5 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 73 hst …... 50

6 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 80 hst …... 54

7 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 87 hst ……. 58

8 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 45 hst ……. 62

9 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 52 hst ……. 65

10 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 59 hst ……. 69

11 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 66 hst ……. 73

12 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 73 hst ……. 77

13 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 80 hst ……. 81

14 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 87 hst ……. 85

(14)

i

ABSTRACK

Chornelius Karo-Karo. 2014. “Effect of yellow stick trap’s shape and elevation towards fruit fly (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) on tomato (Solanum lycopersicum mill.) at lowland area”. Under supervised Yuswani Pangestiningsih and Lisnawita. This research aims to get the best shape and elevation of yellow sticky trap to control fruit fly. Research was conducted from September 2013 until November 2013 at Kuta Tualah village, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, North Sumatera on 25 meter above sea level. The research was conducted using Randomized Block Design (RAK) factorial with of two factors and 5 replications. The first factor was U1= 100 cm, U2= 150 and U3= 200 cm and the second factor was T1= circle, T2= square, T3= sylinder. The results showed that circle yellow sticky trap with 150 cm elevationis more effective for trapping male and female fruit fly than the others. The highest number of larvae in tomatoes fruit was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevations. Highest tomatoes production (21.86 ton / ha) was founded at

circle yellow sticky trap with 150 cm elevation, meanwhile the lowest (3.70 ton / ha) was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevation.

(15)

ii ABSTRAK

Chornelius Karo-Karo. 2014. “Pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning terhadap lalat buah (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) pada

tanaman tomat (Solanum lypersicum mill.) di dataran rendah”, dibawah

bimbingan Yuswani Pangestiningsih dan Lisnawita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning yang efektif terhadap lalat buah pada tanaman tomat di lapangan. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai November 2013 di Desa Kuta Tualah, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada ketinggian ± 25 mdpl. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 5 ulangan. Faktor pertama adalah ketinggian perangkap (U) yaitu U1= 100 cm, U2= 150 cm, U3= 200 cm dan faktor kedua adalah bentuk perangkap (T) yaitu T1= bulat, T2= persegi, T3= silinder. Hasil penelitian menunjukkan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm lebih efektif memerangkap lalat buah jantan dan betina dibanding bentuk lain. Jumlah larva tertinggi didapat pada perlakuan bentuk persegi dengan ketinggian 100 cm yaitu 2,4 ekor. Produksi tertinggi didapat pada perlakuan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm yaitu 21,86 ton / ha sedangkan yang terendah bentuk persegi dengan ketinggian 150 cm dengan produki 3,70 ton / ha.

(16)

Latar Belakang

Tomat (Solanum esculentum Mill.) merupakan salah satu sayuran yang

sangat penting bagi manusia. Sehingga dari tahun ke tahun Indonesia selalu

berusaha untuk meningkatkan produksi tomat dengan cara perluasan wilayah

budidaya tomat. Namun Indonesia masih mengimpor tomat, baik dalam bentuk

buah segar maupun dalam bentuk olahan yang berasal dari berbagai Negara

(Simamora, 2009).

Produksi tomat pada 5 tahun terakhir di Sumatera Utara mencapai 76.669

ton (2008) dan pada tahun 2012 mencapai 93.386 ton. Produksi meningkat yang

tujuannya adalah untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat dan perluasan pasar

(ekspor) yang meningkat setiap tahun (Badan Pusat Statistik, 2012).

Salah satu kendala yang dihadapi pada pertanaman tomat adalah

gangguan lalat buah (Bactrocera spp.) yang merupakan salah satu hama yang

sangat merugikan pada tanaman hortikultura di dunia. Lebih dari seratus jenis

tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangannya (Kalshoven, 1981).

Pada populasi yang tinggi, intensitas serangannya mencapai 100%. Oleh karena

itu, hama ini telah menarik perhatian seluruh dunia untuk dilakukan upaya

pengendalian (Kuswandi, 2001).

Pada buah tomat yang terserang oleh Bactrocera spp. biasanya terdapat

lubang kecil di bagian tengah kulitnya, serangan ditemukan pada buah yang

hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda / titik bekas tusukan ovipositor

(17)

karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas.

Larva memakan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak,

apabila dibelah pada daging buah terdapat ulat-ulat kecil dengan ukuran antara

4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerusakan yang ditimbulkan

oleh serangan larvanya akan menyebabkan gugurnya sebelum mencapai tingkat

kematangan yang diinginkan (Van Sauers & Muller, 2005).

Salah satu teknik pengendalian lalat buah tanaman tomat adalah

penggunaan alat perangkap kuning. Beberapa laporan penelitian mengemukakan

bahwa penggunaan perangkap kuning dapat menekan populasi hama dengan

sangat baik. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh berbagai

bentuk dan ketinggian perangkap kuning dalam mengendalikan lalat buah.

Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning

yang efektif terhadap hama lalat buah pada tanaman tomat di lapangan.

Hipotesis Penelitian

- Perangkap stiky trap bentuk bulat kuning lebih efektif memerangkap lalat

buah dari pada bentuk persegi dan silender.

- Ketinggian perangkap 150 cm lebih efektif dari pada yang 100 dan 200

cm dalam menangkap lalat buah.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di

Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi

Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Phylum : Arthropoda

Klass : Hexapoda

Ordo : Diptera

Sub-ordo : Cyclorropha

Family : Tephritidae

Genus : Bactrocera

Spesies : Bactrocera spp.

Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

berkelompok 2 - 15 butir (Gambar 1). Lalat buah betina dapat meletakkan telur

1-40 butir / hari. Satu ekor betina Bactrocera spp. dapat menghasilkan telur 1200

-1500 butir dan ukuran telur lalat buah tomat memiliki panjang 0,3 mm dan

berdiameter 0,1 mm (Soeroto et al., 1995 ).

Telur

(19)

Larva berwarna putih keruh atau putih kekuningan, berbentuk bulat

panjang dengan salah satu ujungnya runcing, Larva lalat buah terdiri atas 3 bagian

yaitu kepala, toraks (3 ruas), dan abdomen (8 ruas). Kepala berbentuk runcing

dengan dua buah bintik hitam yang jelas, mempunyai alat kait mulut. Stadia larva

terdiri atas tiga instar. Larva instar 3 berkembang maksimum dengan ukuran ± 7

mm (Gambar 2). Larva membuat saluran-saluran di dalam buah dan mengisap

cairan buah. Larva ini hidup dan berkembang dalam daging buah selama 6 - 9

hari, menyebabkan buah menjadi busuk, dan biasanya larva jatuh ke tanah

sebelum larva itu berubah menjadi pupa di dalam tanah (Soeroto et al., 1995).

Larva

Gambar 2. Larva lalat buah (Bactrocera spp.) Sumber: Koleksi pribadi

Pupa berbentuk oval, warna kecoklatan, dan panjangnya ± 1 cm

(Gambar 3). Masa pupa adalah 4-10 hari dan setelah itu akan keluar serangga

(20)

Gambar 3. Pupa lalat buah (Bactrocera spp.) Sumber: (Khobir F, 2011)

Imago lalat buah rata-rata berukuran 0,7 mm x 0,3 mm dan terdiri atas

kepala, toraks, dan abdomen. Pada abdomen umumnya terdapat dua pita

melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang

kadang-kadang tidak jelas. Ujung abdomen lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat

peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah, sedangkan

pada lalat jantan abdomennya lebih bulat (Gambar 4) (Soeroto et al.,1995).

Ovipositor Gambar 4. a. Imago lalat buah jantan (♂)

b. Imago lalat buah betina (♀) Sumber: Koleksi pribadi

b

(21)

Lalat buah terdiri atas ± 4000 spesies yang terbagi atas 500 genus. Tephritidae

merupakan famili terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu famili

terpenting karena secara ekonomi sangat merugikan. Sekitar 35% spesies lalat

buah menyerang buah-buahan berkulit tipis dan lunak. Di Indonesia saat ini

terdapat 66 spesies lalat buah, namun beberapa spesies yang diketahui inangnya

(Siwi et al., 2006).

Gejala Serangan

Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian

pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur (Gambar 5). Umumnya

telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar

matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan permukaan agak kasar.

Bagian yang terserang lalat buah

Gambar 5. Buah hijau dan merah terserang Sumber : Koleksi pribadi

Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta

menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain.

(22)

tanah sebelum larva berubah menjadi pupa (Gambar 6) (Departemen Pertanian,

2012).

Gejala serangan bagian dalam buah

Gambar 6. Gejala serangan pada bagian dalam buah Sumber : Koleksi pribadi

Pengendalian Lalat Buah (Bactrocera spp.)

Beberapa cara pengendalian lalat buah yang dapat diterapkan dan

dipadukan satu dengan yang lainnya adalah : (1) pencegahan terhadap serangan

lalat buah, (2) sanitasi kebun, (3) penggunaan perangkap dan atraktan, (4)

pemanfaatan musuh alam (pengendalian secara biologis), (5) penggunaan

tanaman perangkap, (6) teknik serangga mandul, (7) eradikasi, (8) fisik mekanis

(Sarwono, 2003).

Penggunaan Perangkap Warna

Imago betina akan tertarik pada warna kuning bila dibandingkan dengan

warna lainnya. Imago terbang di sekitar tajuk tanaman sebelum meletakkan

telurnya. Tingkat kematangan ikut menentukan perilaku lalat buah dalam mencari

(23)

Keefektifan daya tarik lalat buah terhadap perangkap dalam hal ini

pemakaian warna kuning dengan lem perekat penting digunakan dalam

perangkap, karena dapat memerangkap lalat buah baik jantan maupun betina.

Ketinggian perangkap berpengaruh terhadap keefektifan pengendalian lalat buah.

Hal ini diduga karena tanaman inang lalat buah mempunyai kanopi yang lebih

tinggi, namun karena lalat buah membentuk pupa dan keluar dalam bentuk

dewasa dari dalam tanah maka perangkap yang digunakan untuk mengendalikan

lalat buah tidak perlu diletakkan sesuai dengan tingginya kanopi tanaman yang

akan dikendalikan (Muryati & Jan, 1996).

Perangkap warna berperekat cukup aman di gunakan dan tidak membunuh

predator dan parasitoid dari hama. Perangkap ini telah digunakan untuk

monitoring hama di lapangan dan di rumah kaca. Penggunaan perangkap

berperekat tidak menyebabkan kerusakan tanaman namun dapat mengurangi

populasi hama. Hal ini sesuai dengan program Pengendalian Hama Terpadu

(24)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan warga Pancur Batu, desa Kuta Tualah di

Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli serdang, Sumatera Utara, yang berada

pada ketinggian ± 62,5 m di atas permukaan laut dan dimulai pada bulan

September 2013 sampai dengan November 2013.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tomat

varietas Permata, cat bewarna kuning, pupuk kandang, air, perekat berupa lem

serangga, plastik transparan, dan polibeg.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plank, triplek,

stoples, bola plastik ukuran kecil, meteran, pupuk kimia : NPK dan Urea, pupuk

kandang, tali plastik, gembor, pacak, pinset, cangkul, tugal, ajir, kalkulator, lup

dan alat- alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancang Acak Kelompok

(RAK) faktorial terdiri dari 2 faktor dan 6 perlakuan.

Faktor I Bentuk Perangkap (T)

T1 : perangkap berbentuk bulat

T2 : perangkap berbentuk persegi

(25)

Faktor II Ketinggian Perangkap (U)

U1 : 100 cm

U2 : 150 cm

U3 : 200 cm

Dengan Kombinasi :

(26)

Dari hasil penelitian dianalis dengan sidik ragam berdasarkan model linier

sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi+αj+ βk+ (αβ)jk + Eijk

Keterangan :

Yij = nilai pengamatan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah umum

Untuk analisa data secara statistik dilakukan uji jarak Duncan pada taraf 5 %

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan

Lahan yang akan ditanami tanaman tomat diusahakan bukan bekas

tanaman tahunan, ukuran parit 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm, dan jarak antar

plot 50 cm, pupuk kandang matang sebanyak 2kg / plot yang dicampur dengan

tanah secara merata. Dibuat lubang dengan ukuran jarak tanaman yaitu 40 x 40

cm dan diberi ajir setiap lobang tanam untuk tempat berdirinya batang tomat agar

tetap tegak. Plot tanam yang sudah jadi, diberi pelindung yang terbuat dari terpal

plastik yang menutup seluruh areal percobaan untuk menghindari dari gangguan

(27)

Penanaman

Bibit tomat varietas permata ditanam di polibeg kecil dengan diameter 5

cm dengan media campuran tanah top soil dan pupuk organik lalu diletakkan pada

tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Setelah ± 2 minggu

tanaman, di tanam di plot yang sudah dibersihkan dan diberi tanda berdasarkan

masing-masing perlakuan.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan apabila tidak turun hujan. Penyiangan dan

pembumbunan dilakukan bersama dengan pemberian pupuk pertama

(pupuk kandang) yaitu pada waktu 2 minggu setelah tanam kemudian dilakukan

pemberian pupuk kedua (NPK dan Urea) pada waktu 2 minggu setelah pemberian

pupuk pertama. Untuk mendapatkan kualitas buah yang baik dilakukan

pemangkasan tunas yang tidak penting. Sebelum 45 hari setelah tanam (hst), di

lakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida nabati yaitu ekstrak daun

nimba dalam bentuk cair, yang tujuannya adalah untuk pengendalian hama dan

penyakit secara terpadu pada waktu masa vegetatif. Setelah tanaman tomat

mengeluarkan bunga yang sebagai bakal calon buah (generatif), dilakukan

penghentian penggunaan pestisida nabati, agar lalat buah menyerang buah tomat.

Pemasangan Perangkap

Pemasangan perangkap kuning dilakukan setelah tanaman berumur 45 hst

dan sudah memiliki buah. Perangkap yang digunakan ada 3 bentuk yaitu bentuk

bulat (Gambar 7a), persegi (Gambar 7b) dan silinder (Gambar 7c). Pemasangan

perangkap dilakukan selama seminggu dari pagi sampai sore hari (07.00 - 17.00

(28)

Gambar 7. Bentuk perangkap warna yang digunakan : a. bentuk bulat

b. bentuk persegi c. bentuk silinder

Sumber : Koleksi pribadi

c b

(29)

Peubah Amatan

1. Jumlah imago lalat buah jantan dan betina yang terperangkap (ekor).

Populasi lalat buah yang terperangkap di hitung pada 45 hst – 87 hst

dengan interval seminggu sekali.

2. Jumlah larva dalam buah tomat yang terserang (ekor).

Jumlah larva di dalam buah tomat yang terserang, di hitung dengan cara membelah buah tomat secara melintang. Buah tomat yang terserang dikumpulkan

berdasarkan masing-masing perlakuan.

3. Produksi tomat ( ton / ha ).

Produksi buah tomat dihitung dengan menimbang berat bersih buah tomat

pada akhir percobaan yaitu pada 90 hst, yang dikonversikan ke dalam bobot ton /

ha, dengan menggunakan rumus :

X 10.000 m2 Y (ton/ha) = x

L 1.000 Kg

Keterangan :

Y = Produksi dalam ton / ha

X = Produksi dalam kg / plot

L = Luas plot dalam m2

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah imago lalat buah jantan

Hasil analisis sidik ragam pada semua pengamatan (45, 52, 59, 66, 73, 80,

87 hst) menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap

sticky trap kuning beserta interaksinya berbeda nyata pada semua perlakuan

(Tabel 1; Lampiran 4 – 10).

Dari Tabel 1, diketahui bahwa bentuk perangkap bulat (T1) paling efektif

dalam memerangkap lalat buah jantan dibandingkan dengan bentuk persegi (T2)

dan silinder (T3) dengan rataan antara 3,6 – 10 ekor. Ketinggian perangkap U2

(150 cm) merupakan yang efektif untuk memerangkap lalat buah jantan dengan

rataan 1,73 – 4,33 ekor menyusul U1 (100 cm) dan U3 (200 cm). Hahn dan

Ascerno (2005) melaporkan pengendalian lalat buah (Bactrocera spp.) di

perkebunan jeruk di Amerika Serikat dilakukan dengan menggunakan perangkap

berlem (sticky trap). Selanjutnya Klass (2008) melaporkan bola merah yang di cat

warna kuning yang berperekat dan papan kuning merupakan dua tipe yang umum

digunakan, namun bola merah yang di cat dengan warna kuning yang berperekat

lebih efektif.

Interaksi antara bentuk dan ketinggian pada 45 dan 87 hst berpengaruh

nyata dalam memerangkap imago lalat buah jantan. Interaksi antara bentuk dan

ketinggian sticky trap kuning yang tertinggi memerangkap lalat buah jantan pada

perlakuan T1U2 adalah 4,2 – 13,00 ekor tidak berbeda nyata dengan T1U1 (4,4 –

(31)

Tabel 1. Pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah jantan ( Bactrocera spp.) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80 dan 87 hst

Perlakuan hari setelah tanam (hst)

45 52 59 66 73 80 87

(32)

lainnya berbeda nyata yaitu T2U1, T2U2, T2U3, T3U1, T3U2, dan T3U3

(Lampiran 4 – 10).

Interaksi antara bentuk dan ketinggian pada 52 – 80 hst berpengaruh

sangat nyata dalam memerangkap lalat buah jantan. Jumlah imago jantan tertinggi

pada perlakuan T1U2 sebesar 6,6 – 12,2 ekor berbeda sangat nyata dengan

perlakuan lainnya (Tabel 1; Lampiran 5 – 9). Hal ini dikarenakan lalat buah jantan

di lapangan tertarik pada bentuk, warna dan aroma, sehingga lalat buah jantan

datang dan melekat pada perangkap tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Economopoulus (1989) bahwa warna juga dapat berfungsi sebagai penarik lalat

buah. Warna, bentuk, dan ukuran perangkap yang digunakan dapat menarik lalat

buah untuk datang.

Interaksi antara T1U2 (bentuk bulat, ketinggian 150 cm) pada semua

perlakuan, berpengaruh nyata dalam memerangkap lalat buah jantan dikarenakan

bentuk dan ketinggian perangkap sesuai dengan perilaku lalat buah yaitu tertarik

pada bentuk, warna dan aroma. Pengaruh pada perubahan metamorfosis lalat buah

dari telur, larva, nimfa, imago. Larva lalat buah berada di dalam buah dan juga di

dalam permukaan tanah. Pada saat nimfa berubah menjadi imago yang berada di

dalam permukaan tanah, lalat buah akan terbang menuju buah yang sudah

berwarna, memiliki aroma dan bentuk. Lalat buah merasa bahwa perangkap yang

berada pada ketinggian 150 cm berbentuk bulat, dianggap buah tersebut, sehingga

lalat buah menempel pada perangkap karena perangkap tersebut berada di bagian

tengah tanaman.

Bentuk perangkap T2 (bentuk persegi) dan T3 (bentuk silender) pada

(33)

dengan bentuk, aroma, dan warna pada jenis perangkap tersebut, sehingga lalat

buah tidak menempel pada perangkap tersebut. Hal ini sesuai dengan Sarwono

(2003) bahwa interaksi antara ketinggian dan bentuk perangkap dalam

memerangkap lalat buah pada tanaman buah yang terserang harus memiliki

kriteria sebagai berikut : bentuk, aroma dan warna dari masing-masing perangkap.

Jumlah imago lalat buah betina

Hasil analisis sidik ragam pada semua pengamatan (45, 52, 59, 66, 73, 80,

87 hst) menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap

sticky trap kuning berbeda nyata diantara perlakuan sedangkan interaksinya

berbeda tidak sangat nyata pada 45 dan 52 hst (Tabel 2; Lampiran 11 dan 12 ) dan

berbeda sangat nyata setelah 59, 66, 73, 80, 87 hst (Tabel 2; Lampiran 13 - 17).

Dari Tabel 2 diketahui bahwa bentuk perangkap bulat (T1) paling efektif

dalam memerangkap lalat buah betina dibandingkan dengan bentuk persegi (T2)

dan silinder (T3) dengan rataan antara 3,8 – 10,87 ekor. Dinas pertanian dan

Perikanan Kabupaten Majalengka (2013) mendapatkan di perkebunan cabai di

Majalengka, pengendalian lalat buah (Bactrocera spp.) dilakukan dengan

menggunakan perangkap berlem (sticky trap) dan metil eugenol dalam

pengendalian lalat buah. Bola yang di cat warna kuning yang berperekat dan botol

mineral kosong yang diletakkan metil eugenol di dalamnya sebagai perangkap

lalat buah jantan.

Pada Tabel 2, diketahui bahwa ketinggian perangkap U2 (150 cm)

merupakan yang efektif untuk memerangkap lalat buah betina dengan rataan 1,66

– 4,86 ekor menyusul U1 (100 cm) dan U3 (200 cm). Hal ini disebabkan pada

(34)

karena tanaman tomat memiliki batang yang tidak terlalu tinggi (Pracaya, 2003)

dengan dahan yang cenderung merunduk ke bawah pada saat buah matang. Hal

ini menyebabkan aktivitas lalat buah akan tetap berada di sekitar bawah tanaman.

Selain itu kondisi ini dipengaruhi oleh biologi hama lalat buah yang mengalami

masa pupa di dalam tanah dan cenderung menyukai tempat yang terlindung untuk

menghindar dari sinar matahari langsung (Kalshoven, 1981).

Interaksi antara bentuk dan ketinggian hanya pada 45 - 52 hst tidak

berbeda nyata dalam memerangkap imago lalat buah betina. Sedangkan pada 59,

66, 73, 80, 87 hst berpengaruh sangat nyata dalam memerangkap imago lalat buah

betina. Interaksi antara bentuk dan ketinggian sticky trap kuning yang tertinggi

memerangkap lalat buah betina adalah T1U2 sebesar 4,4 – 14,4 ekor tidak

berbeda nyata dengan T1U3 pada 59 hst (3,4 ekor) sedangkan dengan perlakuan

lainnya interaksinya berbeda nyata yaitu T1U1, T2U1, T2U2, T2U3, T3U1,

T3U2, dan T3U3. Susanto (2005) menyatakan warna juga dapat berfungsi sebagai

penarik lalat buah. Warna, bentuk, dan ukuran perangkap yang digunakan dapat

menarik lalat buah untuk datang.

Pada perlakuan T2U1 (bentuk persegi, ketinggian 100 cm) – T3U3

(bentuk silender, ketinggian 200 cm) jumlah imago lalat buah jantan dan betina

sangat sedikit tertangkap. Bentuk dan ketinggian perangkap harus sesuai dengan

kriteria lalat buah yang menyukai buah dari bentuk, aroma dan warna yang

menyerupai buah tanaman tersebut. Menurut Gustilin (2008) serangga dapat

membedakan warna, bentuk dan aroma. Lalat buah menggunakan sejumlah

isyarat visual ataupun isyarat kimia (chemical cuens) untuk menemukan inangnya

(35)

Tabel 2. Pengaruh Bentuk dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah betina ( Bactrocera spp. ) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80 dan 87 hst.

Perlakuan hari setelah tanam (hst)

45 52 59 66 73 80 87

(36)

bentuk perangkap pada penelitian ini tidak sesuai dengan kategori atau sejumlah

syarat yang dimiliki oleh lalat buah dalam menemukan inangnya.

Jumlah larva lalat buah (Bactrocera spp.) pada buah tomat yang terserang (ekor)

Hasil analisis sidik ragam pada semua pengamatan (45, 52, 59, 66, 73, 80,

87 hst) menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap

sticky trap kuning berbeda nyata diantara perlakuan sedangkan interaksinya

berbeda sangat nyata pada 59, 66, 73, 80, 87 hst (Tabel 3; Lampiran 20 - 24) dan

berbeda tidak nyata pada 45 dan 52 hst (Tabel 3; Lampiran 18 – 19).

Bentuk perangkap persegi T2 paling banyak jumlah larva dalam buah

tomat yang terserang dibandingkan dengan bentuk bulat (T1) dan silinder (T3)

dengan rataan antara 1,4 – 9,33 ekor. Ketinggian perangkap U1 (100 cm) paling

banyak jumlah larva dalam buah tomat yang terserang dengan rataan 0,86 - 7,53

ekor menyusul U2 (150 cm) dan U3 (200 cm). Hal ini disebabkan pada fase larva

lalat buah paling banyak menyerang. Meyer (2006) menyatakan stadium lalat

buah yang paling merusak adalah stadium larva, yang pada umumnya

berkembang di dalam buah.

Interaksi antara bentuk dan ketinggian pada 66 – 87 hst berpengaruh

sangat nyata dalam jumlah larva dalam buah tomat yang terserang. Pada

perlakuan T2U1 (bentuk persegi, ketinggian 100 cm) tertinggi sebesar 5,6 – 12,44

ekor dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan perangkap

yang digunakan pada penelitian ini tidak dapat menekan reproduksi lalat buah

(37)

sesuai dengan bentuk dari fisiologi tanaman dan disesuaikan dengan warna,

bentuk, aroma pada perangkap lalat buah.

Dari hasil sidik ragam didapat bahwa pengaruh bentuk dan ketinggian

perangkap pada 45 dan 52 hst berbeda tidak nyata. Hal ini dikarenakan struktur

buah dan permukaan buah tidak dapat dijadikan inang tempat bertelur imago lalat

buah betina karena pada tingkatan pertumbuhan awal belum terbentuknya bakal

buah melainkan bunga. Rismunandar (2001) menyatakan struktur fisiologi pada

tanaman tomat yang menuju fase generatif belum menunjukkan

pembentukan buah melainkan bunga muda. Selanjutnya Kardinan dan Syakir

(2009) melaporkan pada fase bunga lalat buah belum meletakkan telur sebagai

inangnya di lapangan.

Dari hasil sidik ragam didapat bahwa pengaruh bentuk dan ketinggian

perangkap pada 59, 66, 73, 80, 87 hst berbeda nyata dalam jumlah larva lalat

buah dalam buah tomat yang terserang. Hal ini disebabkan oleh struktur fisiologi

tomat pada fase generatif sudah mencapai pembuahan sempurna yang ditandai

pada buah yang masih muda buah berwarna hijau dan apabila sudah matang akan

berwarna merah. Sarwono et al. (2003) dalam Kardinan dan Syakir (2009)

menyatakan lalat buah betina mencari buah yang sesuai untuk meletakkan telur

dengan bantuan indera penciuman pada antena dan indera mata. Proses ini juga

dipengaruhi oleh pencernaan dan penglihatan. Lalat buah dalam meletakkan

telurnya pada buah-buah yang agak tersembunyi atau tidak terkena sinar matahari

langsung serta pada buah-buah yang agak lunak dan permukaannya agak kasar.

(38)

Tabel 3. Pengaruh jumlah larva lalat buah ( Bactrocera spp.) dalam buah tomat terserang pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, dan 87 hst. hari setelah tanam (hst)

45 52 59 66 73 80 87

T1 0,53 (1,24) abc 0,80 (1,51) c 0,20 (0,91) c 0,44 (1,11) c 0,33 (1,04) c 0,00 (0,71) c 0,00 (0,71) c

T2 1,44 (2,11) ab 11,00 (11,71) a 9,80 (10,51) a 4,44 (5,11) a 8,73 (9,44) a 9,87 (10,57) a 9,33 (10,04) a

T3 1,66 (2,37) a 8,22 (8,91) ab 6,86 (7,57) ab 3,67 (4,37) ab 5,53 (6,24) b 8,60 (9,31) b 8,93 (9,64) b

U1 0,86 (1,57) abc 7,06 (7,77) ab 6,63 (7,31) a 3,20 (3,91) a 5,67 (6,37) a 7,47 (8,17) a 7,53 (8,24) a

U2 0,73 (1,44) ab 5,66 (6,37) abc 5,46 (6,17) ab 3,07 (3,77) ab 4,60 (5,31) ab 5,87 (6,57) ab 5,43 (6,11) ab

U3 2,00 (2,71) a 7,26 (7,97) a 4,83 (5,51) abc 2,23 (2,91) c 4,33 (5,04) c 5,13 (5,84) c 5,33 (6,04) c

T1U1 1,62 (2,31) 1,82 (2,51) 0,00 (0,71) g 0,42 (1,11) gh 0,62 (1,31) g 0,00 (0,71) g 0,00 (0,71) g

T1U2 0,00 (0,71) 0,62 (1,31) 0,42 (1,11) f 0,00 (0,71) h 0,22 (0,91) gh 0,00 (0,71) g 0,00 (0,71) g

T1U3 0,00 (0,71) 0,00 (0,71) 0,21 (0,91) fg 0,82 (1,51) g 0,22 (0,91) gh 0,00 (0,71) g 0,00 (0,71) g

T2U1 1,00 (1,71) 9,62 (10,31) 13,00 (13,71) a 5,62 (6,31) a 10,4 (11,11) a 11,8 (12,51) a 12,4 (13,11) a

T2U2 1,21 (1,91) 7,62 (8,31) 9,00 (9,71) b 5,22 (5,91) ab 8,61 (9,31) ab 9,61 (10,31) bc 8,00 (8,71) bcde

T2U3 2,00 (2,71) 15,8 (16,51) 7,42 (8,11) bc 2,43 (3,11) ef 7,22 (7,91) bc 8,23 (8,91) bcd 7,63 (8,31) bcdef

T3U1 0,00 (0,71) 9,82 (10,51) 6,82 (7,51) cde 3,61 (4,31) cd 6,00 (6,71) cd 10,6 (11,31) ab 10,2 (10,91)ab

T3U2 1,00 (1,71) 8,82 (9,51) 7,00 (7,71) cd 4,00 (4,71) bc 5,00 (5,71) ef 8,00 (8,71) bcde 8,22 (8,91) bcd

T3U3 4,00 (4,71) 6,00 (6,71) 6,82 (7,51) cde 3,41 (4,11) de 5,61 (6,31) de 7,21 (7,91) bcdef 8,41 (9,11) bc

(39)

Pada perlakuan T1U1, T1U2, T1U3, bentuk perangkap bulat dengan

ketingiian 100 cm, 150 cm dan 200 cm, lebih disukai imago lalat buah jantan dan

betina dikarenakan bentuk, aroma dn warna dari perangkap tersebut, sehingga

berdampak dalam jumlah larva yang berada dalam buah tomat. Pada bentuk

perangkap bulat, jumlah larva sangat sedikit dibandingkan dengan bentuk

perangkap silender dan persegi, dikarenakan bentuk perangkap silender dan

persegi tidak merupakan kriteria dari imago lalat buah, sehingga jumlah larva

dalam bentuk perangkap silender dan persegi sangat sedikit. Putra (2001)

menyatakan bentuk, aroma dan warna perangkap harus sesuai dengan perangkap

yang digunakan pada areal tanaman yang terserang lalat buah maupun serangga

lainnya.

Produksi buah tomat per plot tanaman (ton / ha)

Hasil analisis sidik ragam pada pengamatan 90 hst menunjukkan bahwa

pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning berbeda

nyata diantara semua perlakuan sedangkan interaksinya berbeda sangat nyata pada

semua perlakuan (Tabel 4; Lampiran 24).

Dari Tabel 4; Lampiran 24, bentuk perangkap bulat (T1) paling tinggi

produksi buah tomat dan disusul dengan bentuk silinder (T3) dan persegi (T2)

dengan rataan antara 4,56 – 18,43 ton/ha. Ketinggian perangkap U2 (150 cm)

paling tinggi produksi buah tomat dengan rataan 8,14 – 10,08 ton/ha menyusul

U2 (150 cm) dan U3 (200 cm).

Dari Tabel 4; Lampiran 24, interaksi antara bentuk dan ketinggian

perangkap berpengaruh sangat nyata terhadap hasil produksi buah tomat. Rataan

(40)

perangkap tertinggi pada perlakuan T1U2 sebesar 21,86 ton / ha dan terendah

pada perlakuan T2U1 sebesar 3,70 ton / ha. Interaksi anatara perlakuan T1U2

berbeda nyata terhadap semua perlakuan.

Tabel 4. Produksi buah tomat pada 90 hst

Perlakuan 90 hari setelah tanam (hst)

T1 18,43 (11,77) a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok baris dan kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan dan angka-angka yang di dalam kurung merupakan data setelah di transformasi dengan Akar (√x+0.5).

Dari Tabel 4; Lampiran 24, menunjukkan perlakuan T1U2 (bentuk bulat,

ketinggian 150 cm) produksi tertinggi sebesar 21,86 ton / ha. Hal ini menunjukkan

bahwa perangkap dengan bentuk bulat ketinggian 150 cm merupakan bentuk

perangkap yang sesuai untuk memerangkap lalat buah jantan dan betina pada

tanaman tomat. Putra (2001) menyatakan kombinasi dalam pengendalian

menggunakan bentuk dan ketinggian perangkap dapat merupakan cara yang

efektif dalam mengendalikan lalat buah dan serangga lainnya yang merusak

(41)

0

T1U1 T1U2 T1U3 T2U1 T2U2 T2U3 T3U1 T3U2 T3U3 Perlakuan

tahan pada hama dan penyakit akan menghambat perkembangan hama dan

penyakit sehingga menekan tingkat serangan dan kehilangan hasil pada level yang

lebih rendah.

Dari Tabel 4; Lampiran 24, diperoleh interaksi antara bentuk dan

ketinggian dengan produksi terendah diperoleh pada perlakuan T2U1 (bentuk

silinder, ketinggian 100 cm) yaitu sebesar 3,70 ton / ha. Hal ini dikarenakan pada

perlakuan tersebut kombinasi bentuk dan ketinggian tidak sesuai untuk

pengendalian lalat buah yang efektif sehingga menyebabkan produksi menurun.

Pengaruh bentuk dan ketinggian terhadap produksi tomat dapat dilihat

pada Grafik 1.

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perangkap bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm lebih efektif

memerangkap lalat buah jantan dan betina dibandingkan bentuk lain.

2. Jumlah larva dalam buah tomat yang terbanyak di dapat pada perangkap

bentuk persegi (1,44 – 9,33 ekor) dan ketinggian 100 cm (0,86 – 7,53

ekor).

3. Produksi tertinggi (3,70 ton / ha) di dapat pada perangkap bentuk bulat

dengan ketinggian 150 cm.

Saran

Perangkap dengan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm merupakan

perangkap yang paling efektif dalam memerangkap imago lalat buah jantan dan

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012. Data Produksi Tomat. Diunduh dari http://www.bps.go.id. Diunduh 13 Januari 2014.

Bes AH & Haromoto HF. 1961. Contribution to The Biology and Ecology of Oriental Fruit Fly Dacus dorsalis. University of Hawaii. Honolulu. Hal 34

Departemen Pertanian. 2002. Pemetaan Lalat Buah. Available at: http://www.deptan.go.id/ . Diunduh 21 Oktober 2012.

Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupataen Majalengka. 2013. Pengendalian

Lalat Buah (Bactrocera sp.) Pada Tanaman Cabai (online)

(http://distan.majalengkakab.go.id). Diunduh 12 Desember 2013.

Economopoulus. 1989. Use of traps based on color and/or shape Dalam Robinson AS. Hopper G. (editor). Fruit Flies Their Biology Natural enemies and control. Amsterdam

Khobir F. 2011. Identifikasi Spesies Lalat Buah Pada Buah Yang Di Perdagangkan Di Pasar Bertais Kecamatan Sandubaya. Mataram

Gustilin. 2008. Pengendalian Lalat Buah. Diunduh dari http://.infonet-biovision org, Diunduh 12 Mei 2013.

Hahn J & Ascerno M. 2005. Orange Management in Home Gardens. University of Minnesota. diunduh dari http://www.extension.umn.edu. Diunduh 29 Agustus 2013.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of crops in Indonesia. Jakarta. Hal 88-97

Kardinan A & Syakir M. 2009. Potensi Bahan Alami Sebagai Pengendali Hama Lalat Buah. Bogor.

Kartapradja R & Djuariah D. 1992. Pengaruh tingkat kematangan buah tomat terhadap daya kecambah, pertumbuhan dan hasil tomat. Buletin Penelitian Hortikultura Vol XXIV/2

Klass C. 2008. Apple maggot rhagoletis pomonella ( Walsh ). Cornell University http://pmep.cce.cornell.edu. Diunduh tanggal 16 Desember 2013.

(44)

Meyer RJ. 2006. Color Vision. Departemen of Entomology NC State University. diunduh dari hhtp://cornell.go.id. Diunduh 13 September 2013.

Muryati HA & Jan W. 1996. Efektifitas Model dan Ketinggian Perangkap Dalam Menangkap Hama Lalat Buah. Diunduh dari http://.konnisonline.w ur.nl. Diunduh12 November 2012.

Naikson AD. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik terhadap Penyakit Hawar Daun. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Pitojo S. 2005. Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta.

Pracaya. 2003. Varietas, Budidaya, dan Pasca Panen Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Putra NS. 2001. Hama Lalat Buah dan Pengendalian. Kanisius. Yogyakarta. Halaman 32

Rismunandar. 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algesindo. Bandung.

Sarwono. 2003. PHT Lalat Buah pada Mangga. Pros. Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang, Nematode Sista Kuning pada Kentang dan Lalat Buah. Puslitbang Hortikultura. Jakarta

Sastrosiswoyo S, Moekesan KT & Wiwin S.1993. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bandung.

Simamora DT. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dan Padat. USU Repository.

Siwi SP, Hidayat & Suputra. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia (Diptera : Tephritidae). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dengan Departement of Agriculture Fisheries and Forestry Australia. Bogor. Halaman 65

Soeroto AW, Nadra & Chalid L. 1995. Petunjuk Praktis Pengendalian Lalat buah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dan Holtikultura Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta. Halaman 35.

Sudarsono T & Sujarman T. 1981. Pedoman Manajemen Usaha Tani. Dinas Pendidikan Penyuluhan Pertanian. Jakarta.

Susanto A. 2005. Hasil Tangkapan Harian Lalat Buah (Bactrocera dorsalis

(45)

Van S & Muller A. 2005. Host Plants of the Carmbola Fruit Fly, Bactrocera carambolae, in Suriname, South America. Neotrapical Entomol

(46)

Lampiran 1: Deskripsi Varietas Tomat V1 : Varietas Permata

Asal tanaman : Persilangan antar induk jantan TO 5186 dan induk

betina TO 4142

Golongan : Hibrida F1

Tipe pertumbuhan : Determinate

Umur berbunga : 25 hari setelah tanam

Umur panen awal : 70 – 80 hari setelah tanam

Umur panen akhir : 100 hari setelah tanam

Tinggi tanaman awal panen : 125 – 150 cm

Diameter batang : 2-3 cm

Kedudukan daun : Datar

Panjang tangkai daun : 7,0 – 9,0 cm

Ukuran daun ( p x d ) : 40 cm x 25 cm

Warna daun : Hijau sedang

Warna mahkota bunga : Kuning

Jumlah bunga per tandan : 6 – 10

Warna buah muda : Hijau keputih-putihan

Warna pundak buah : Hijau keputih-putihan

Warna buah masak : Merah

Rasa buah : Manis ( 4,5 briks )

Tekstur daging buah : Renyah

Jumlah biji per buah : 100

Potensi hasil : 50 – 70 ton / ha

Daerah adaptasi : Dataran rendah

(47)
(48)

Lampiran 3: Bagan plot tanaman

111

40 cm 10 cm

40 cm

100 cm

(49)

Lampiran 4. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 45 HST.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(50)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(51)
(52)

Faktor B x K

Sy 0.32

4.19 4.12 5.08 5.05 7.03 18.01 17.99 18.96 22.94

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.35 1.42 1.46 1.49 1.51 1.53 1.55 1.58 1.60 Perlakuan T3U3 T3U2 T3U1 T2U2 T2U3 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 5.54 5.54 6.54 6.54 8.54 19.54 19.54 20.54 24.54 A

B

C

(53)

Lampiran 5. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 52 HST.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(54)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(55)
(56)

Faktor B x K

Sy 0.25

3.47 4.42 4.39 5.37 7.35 9.33 17.32 22.30 35.28

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.07 1.12 1.15 1.17 1.19 1.21 1.22 1.24 1.26 Perlakuan T2U2 T3U3 T3U2 T3U1 T2U1 T2U3 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 4.54 5.54 5.54 6.54 8.54 10.54 18.54 23.54 36.54 A B

C D

E F

(57)

Lampiran 6. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 59 HST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(58)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(59)
(60)

Faktor B x K

Sy 0.20

3.72 3.68 4.65 5.63 5.62 6.61 20.60 21.58 30.56

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 0.82 0.86 0.89 0.91 0.92 0.93 0.94 0.96 0.98 Perlakuan T3U1 T2U2 T2U3 T3U3 T3U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 4.54 4.54 5.54 6.54 6.54 7.54 21.54 22.54 31.54 A B

C D

E

F

(61)

Lampiran 7. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 66 HST.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(62)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(63)
(64)

Faktor B x K

Sy 0.30

4.28 4.22 5.18 7.15 7.13 7.11 12.09 22.07 51.04

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.26 1.32 1.36 1.39 1.41 1.43 1.45 1.47 1.50 Perlakuan T3U3 T3U1 T3U2 T2U3 T2U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 5.54 5.54 6.54 8.54 8.54 8.54 13.54 23.54 52.54 A B

C

D

E

F

(65)

Lampiran 8. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 73 HST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(66)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(67)
(68)

Faktor B x K

Sy 0.32

3.20 3.13 4.09 5.07 5.04 5.02 19.00 19.98 60.95

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.34 1.41 1.45 1.47 1.50 1.52 1.54 1.56 1.59 Perlakuan T2U1 T2U2 T3U1 T3U3 T3U2 T2U3 T1U1 T1U3 T1U2 Rataan 4.54 4.54 5.54 6.54 6.54 6.54 20.54 21.54 62.54 A

B

C

E

(69)

Lampiran 9. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 80 HST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(70)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(71)
(72)

Faktor B x K

Sy 0.29

2.34 2.28 2.24 2.22 2.20 3.17 30.16 52.14 63.11

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.20 1.26 1.30 1.32 1.34 1.37 1.38 1.40 1.43 Perlakuan T3U3 T3U2 T2U3 T2U2 T2U1 T3U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 3.54 3.54 3.54 3.54 3.54 4.54 31.54 53.54 64.54 A B

C D

(73)

Lampiran 10. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 87 HST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(74)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(75)
(76)

Faktor B x K

Sy 0.40

1.87 1.79 1.74 1.71 1.68 2.65 35.63 52.60 66.57

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.67 1.75 1.80 1.83 1.86 1.89 1.91 1.94 1.97 Perlakuan T3U3 T3U2 T2U3 T2U2 T2U1 T3U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 3.54 3.54 3.54 3.54 3.54 4.54 37.54 54.54 68.54 A B

C

(77)

Lampiran 11. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 45 hs t.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(78)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(79)
(80)

Lampiran 12. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 52 hst.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(81)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(82)
(83)

Sy 0.39

2.89 2.81 4.76 4.72 7.70 8.67 18.65 24.61 31.58

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.65 1.73 1.78 1.82 1.84 1.87 1.89 1.93 1.96

Perlakuan T3U1 T2U3 T2U2 T3U3 T3U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2

Rataan 4.54 4.54 4.54 7.54 7.54 7.54 25.54 31.54 31.54

A

B

C D

E F

(84)

Lampiran 13. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 59 hst.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(85)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(86)
(87)

Faktor B x K

Sy 0.31

3.22 3.15 5.11 5.09 8.06 9.04 19.02 0.00 31.97

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.32 1.39 1.43 1.45 1.48 1.50 1.52 1.54 1.57

Perlakuan T3U3 T2U2 T3U1 T3U2 T2U1 T2U3 T1U3 T1U2 T1U1

Rataan 4.54 4.54 6.54 6.54 9.54 10.54 20.54 26.54 33.54

A B

C D

E

F

(88)

Lampiran 14. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 66 hs t.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(89)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(90)
(91)

Faktor B x K

Sy 0.27

3.41 3.35 5.32 5.30 8.28 9.26 19.24 25.22 32.20

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.13 1.19 1.22 1.24 1.26 1.28 1.30 1.32 1.34

Perlakuan T2U3 T3U1 T3U3 T3U2 T2U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2

Rataan 4.54 6.54 6.54 7.54 8.54 10.54 11.54 20.54 52.54

A B

C D

E

F

(92)

Lampiran 15. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 73 hs t.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(93)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(94)
(95)

Sy 0.37

4.00 3.93 3.88 3.85 4.82 5.79 22.78 24.75 58.72

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.54 1.61 1.66 1.69 1.72 1.75 1.76 1.79 1.82

Perlakuan T3U3 T2U3 T2U2 T2U1 T3U1 T3U2 T1U3 T1U2 T1U1

Rataan 5.54 5.54 5.54 5.54 6.54 7.54 24.54 26.54 60.54

A B

C D

E

(96)

Lampiran 16. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 80 hst.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(97)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(98)
(99)

Faktor B x K

Sy 0.28

2.38 2.32 2.28 3.26 3.24 5.22 32.20 53.18 71.16

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.16 1.22 1.26 1.28 1.30 1.32 1.34 1.36 1.38

Perlakuan T2U1 T2U2 T2U3 T3U2 T3U1 T3U3 T1U3 T1U2 T1U1

Rataan 3.54 3.54 3.54 4.54 4.54 6.54 33.54 54.54 72.54

A B

C D

E

(100)

Lampiran 17 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 87 hs t.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(101)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5 )

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(102)
(103)

1.90 1.82 1.77 2.73 2.71 4.68 36.66 57.63 73.59

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.64 1.72 1.77 1.81 1.83 1.86 1.88 1.91 1.95

Perlakuan T2U3 T2U2 T2U1 T3U3 T3U2 T3U1 T1U3 T1U2 T1U1

Rataan 3.54 3.54 3.54 4.54 4.54 4.54 38.54 59.54 75.54

A B

C

D

(104)

Lampiran 11. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 45 hs t.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(105)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(106)
(107)

Lampiran 12. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 5 2 hst.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(108)

TRANFORMASI Akar(√x+0. 5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(109)
(110)

Faktor B x K

Sy 0.39

2.89 2.81 4.76 4.72 7.70 8.67 18.65 24.61 31.58

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.65 1.73 1.78 1.82 1.84 1.87 1.89 1.93 1.96

Perlakuan T3U1 T2U3 T2U2 T3U3 T3U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2

Rataan 4.54 4.54 4.54 7.54 7.54 7.54 25.54 31.54 31.54

A

B

C D

E F

(111)

Lampiran 13. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 59 hs t.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(112)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(113)
(114)

Faktor B x K

Sy 0.31

3.22 3.15 5.11 5.09 8.06 9.04 19.02 0.00 31.97

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.32 1.39 1.43 1.45 1.48 1.50 1.52 1.54 1.57

Perlakuan T3U3 T2U2 T3U1 T3U2 T2U1 T2U3 T1U3 T1U2 T1U1

Rataan 4.54 4.54 6.54 6.54 9.54 10.54 20.54 26.54 33.54

A B

C D

E

F

(115)

Lampiran 14. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 66 hst.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(116)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(117)
(118)

Faktor B x K

Sy 0.27

3.41 3.35 5.32 5.30 8.28 9.26 19.24 25.22 32.20

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.13 1.19 1.22 1.24 1.26 1.28 1.30 1.32 1.34

Perlakuan T2U3 T3U1 T3U3 T3U2 T2U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2

Rataan 4.54 6.54 6.54 7.54 8.54 10.54 11.54 20.54 52.54

A B

C D

E

F

(119)

Lampiran 15. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 73 hs t.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(120)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

(121)
(122)

Faktor B x K

Sy 0.37

4.00 3.93 3.88 3.85 4.82 5.79 22.78 24.75 58.72

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.54 1.61 1.66 1.69 1.72 1.75 1.76 1.79 1.82

Perlakuan T3U3 T2U3 T2U2 T2U1 T3U1 T3U2 T1U3 T1U2 T1U1

Rataan 5.54 5.54 5.54 5.54 6.54 7.54 24.54 26.54 60.54

A B

C D

E

(123)

Lampiran 16. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 80 hs t.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

Gambar

Tabel 1. Pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah jantan ( Bactrocera spp.) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80 dan 87 hst
Tabel 2. Pengaruh Bentuk dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah betina ( Bactrocera spp
Tabel 3. Pengaruh jumlah larva lalat buah ( Bactrocera spp.) dalam buah tomat terserang pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, dan 87 hst
Tabel 4. Produksi buah tomat  pada 90 hst
+7

Referensi

Dokumen terkait

Denise Alchin Bangun : Kajian Beberapa Metode Perangkap Lalat Buah (Diptera;Tephritidae) Pada Pertanaman Jeruk Manis (Citrus spp.) Di Desa Sukanalu Kabupaten Karo, 2009..

Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun tembakau efektif menekan mortalitas lalat buah imago betina 100% pada 48 jam setelah aplikasi dan 72 jam setelah aplikasi

Warna perangkap yang paling efektif digunakan untuk penendalian hama lalat buah adalah warna kuning karena dapat menangkap lalat buah dalam jumlah yang cukup tinggi, yaitu

Hasil penelitian terhadap populasi lalat buah berdasarkan perlakuan jenis perangkap selama pengamatan dari minggu ke 1 sampai dengan minggu ke 7 menunjukkan bahwa rata-

Keterkaitan penelitian Kelimpahan dan Keanekaragaman Lalat Buah Bactrocera sp (Diptera : Tephritidae) di Pantai Sindangkerta Kecamatan Cipatujah Kabupaten

Hasil dari penelitian ini menunjukan spesies lalat buah yang terdapat pada komoditas cabai pasar Bandar lampung terdapat tiga spesies lalat buah, yaitu Bactrocera

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan lalat buah yang terperangkap pada alat perangkap yang telah dipasang di tiga lahan kebun cabai berjumlah (1131

Warna kuning yang menarik perhatian lalat buah sering digunakan sebagai perangkap (Kaliee, 1999). Dosis Penggunaan metil eugenol sebanyak 0.125-0.25 ml pada