PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae)
PADA TANAMAN TOMAT ( Solanum lycopersicum Mill.) DI DATARAN RENDAH
SKRIPSI
OLEH :
CHORNELIUS KARO KARO 080302039
Hama dan Penyakit Tumbuhan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae)
PADA TANAMAN TOMAT ( Solanum lycopersicum Mill.) DI DATARAN RENDAH
SKRIPSI
OLEH :
CHORNELIUS KARO KARO 080302039
Hama dan Penyakit Tumbuhan
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Skripsi : Pengaruh Bentuk Dan Ketinggian Perangkap Sticky Trap Kuning Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Diptera: Tephritidae) Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Di Dataran Rendah.
Nama : Chornelius Karo-Karo
Nim : 080302039
Departemen : Hama Dan Penyakit Tumbuhan
Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ir. Yuswani Pengestiningsih, MS Dr. Lisnawita, SP, M.Si. Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing
Mengetahui :
i
ABSTRACK
Chornelius Karo-Karo. 2014. “Effect of yellow stick trap’s shape and elevation towards fruit fly (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) on tomato (Solanum lycopersicum mill.) at lowland area”. Under supervised Yuswani Pangestiningsih and Lisnawita. This research aims to get the best shape and elevation of yellow sticky trap to control fruit fly. Research was conducted from September 2013 until November 2013 at Kuta Tualah village, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, North Sumatera on 25 meter above sea level. The research was conducted using Randomized Block Design (RAK) factorial with of two factors and 5 replications. The first factor was U1= 100 cm, U2= 150 and U3= 200 cm and the second factor was T1= circle, T2= square, T3= sylinder. The results showed that circle yellow sticky trap with 150 cm elevationis more effective for trapping male and female fruit fly than the others. The highest number of larvae in tomatoes fruit was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevations. Highest tomatoes production (21.86 ton / ha) was founded at
circle yellow sticky trap with 150 cm elevation, meanwhile the lowest (3.70 ton / ha) was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevation.
ii ABSTRAK
Chornelius Karo-Karo. 2014. “Pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning terhadap lalat buah (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) pada
tanaman tomat (Solanum lypersicum mill.) di dataran rendah”, dibawah
bimbingan Yuswani Pangestiningsih dan Lisnawita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning yang efektif terhadap lalat buah pada tanaman tomat di lapangan. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai November 2013 di Desa Kuta Tualah, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada ketinggian ± 25 mdpl. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 5 ulangan. Faktor pertama adalah ketinggian perangkap (U) yaitu U1= 100 cm, U2= 150 cm, U3= 200 cm dan faktor kedua adalah bentuk perangkap (T) yaitu T1= bulat, T2= persegi, T3= silinder. Hasil penelitian menunjukkan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm lebih efektif memerangkap lalat buah jantan dan betina dibanding bentuk lain. Jumlah larva tertinggi didapat pada perlakuan bentuk persegi dengan ketinggian 100 cm yaitu 2,4 ekor. Produksi tertinggi didapat pada perlakuan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm yaitu 21,86 ton / ha sedangkan yang terendah bentuk persegi dengan ketinggian 150 cm dengan produki 3,70 ton / ha.
iii
RIWAYAT HIDUP
CHORNELIUS KARO-KARO, Lahir pada tanggal 18 Mei 1990 di
Kisaran, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda
Rulut Karo-Karo, S.pd. dan Ibunda Dra. Darwati Br. Sembiring.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu :
Tahun 2002 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Swasta Panti Budaya Kisaran
Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Kisaran
Tahun 2008 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kisaran
Tahun 2008 diterima di Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Pendidikan informal yang pernah diikuti, yaitu :
Tahun 2010 mengikuti Seminar Nasional Sygenta dengan Thema ” How DO We
feed a Growing Population”.
Tahun 2012-2013 menjadi asisten Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi,
Fakultas Pertanian USU, Medan
Tahun 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni-Juli di
PTPN IV Gunung Bayu, Asahan.
Tahun 2008-2013 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Pengaruh Bentuk dan Ketinggian
Perangkap Sticky Trap Kuning terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) pada Tanaman Tomat (Solanum esculentum Mill.) di Dataran Rendah”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di program
studi Agroekoteknologi fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi
pembimbing saya yaitu Ibu Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS selaku ketua dan Ibu
Dr. Lisnawita, SP, MSi. selaku anggota yang telah membimbing saya selama
menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada
teman-teman saya atas segala doa dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa skripi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini dimasa mendatang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, April 2014
v
Penggunaan Perangkap Warna ... 7
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 9
Bahan dan Alat ... 9
Metode Penelitian ... 9
Pelaksanaan Penelitian ... 11
Persiapan Lahan ... 11
Penanaman ... 12
Pemeliharaan ... 12
Pemasangan Perangkap ... 12
Peubah Amatan ... 14
Imago Lalat Buah Jantan (Bactrocera spp). ... 14
Imago Lalat Buah Betina (Bactrocera spp). ... 14
Jumlah Larva Dalam Buah Tomat (ekor) ... 14
vi HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah imago lalat buah jantan ... 15
Jumlah imago lalat buah betina ... 18
Jumlah larva lalat buah (ekor) ... 21
Produksi buah tomat (ton/ha) ... 24
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27
Saran ... 27
vii
Pengaruh, bentuk, dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah
jantan (Bactrocera spp.) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst ……….
Pengaruh, bentuk, dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah betina (Bactrocera spp.) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst ……….
Pengaruh jumlah larva lalat buah (Bactrocera spp.) dalam buah tomat terserang pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst ………...
viii
DAFTAR GAMBAR
Judul
Kelompok Telur Lalat Buah (Bactrocera spp.) ...
Gambar serangan bagian dalam buah ………...
Gambar perangkap warna (a) bentuk bulat,
ix
DAFTAR GRAFIK
No Judul Halaman
1 Perlakuan Kombinasi Bentuk dan Ketinggian terhadap Produksi Buah
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 45 hst …..… 34
2 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 52 hst ……. 38
3 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 59 hst ……. 42
4 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 66 hst ……. 46
5 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 73 hst …... 50
6 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 80 hst …... 54
7 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 87 hst ……. 58
8 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 45 hst ……. 62
9 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 52 hst ……. 65
10 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 59 hst ……. 69
11 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 66 hst ……. 73
12 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 73 hst ……. 77
13 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 80 hst ……. 81
14 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 87 hst ……. 85
i
ABSTRACK
Chornelius Karo-Karo. 2014. “Effect of yellow stick trap’s shape and elevation towards fruit fly (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) on tomato (Solanum lycopersicum mill.) at lowland area”. Under supervised Yuswani Pangestiningsih and Lisnawita. This research aims to get the best shape and elevation of yellow sticky trap to control fruit fly. Research was conducted from September 2013 until November 2013 at Kuta Tualah village, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, North Sumatera on 25 meter above sea level. The research was conducted using Randomized Block Design (RAK) factorial with of two factors and 5 replications. The first factor was U1= 100 cm, U2= 150 and U3= 200 cm and the second factor was T1= circle, T2= square, T3= sylinder. The results showed that circle yellow sticky trap with 150 cm elevationis more effective for trapping male and female fruit fly than the others. The highest number of larvae in tomatoes fruit was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevations. Highest tomatoes production (21.86 ton / ha) was founded at
circle yellow sticky trap with 150 cm elevation, meanwhile the lowest (3.70 ton / ha) was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevation.
ii ABSTRAK
Chornelius Karo-Karo. 2014. “Pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning terhadap lalat buah (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) pada
tanaman tomat (Solanum lypersicum mill.) di dataran rendah”, dibawah
bimbingan Yuswani Pangestiningsih dan Lisnawita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning yang efektif terhadap lalat buah pada tanaman tomat di lapangan. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai November 2013 di Desa Kuta Tualah, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada ketinggian ± 25 mdpl. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 5 ulangan. Faktor pertama adalah ketinggian perangkap (U) yaitu U1= 100 cm, U2= 150 cm, U3= 200 cm dan faktor kedua adalah bentuk perangkap (T) yaitu T1= bulat, T2= persegi, T3= silinder. Hasil penelitian menunjukkan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm lebih efektif memerangkap lalat buah jantan dan betina dibanding bentuk lain. Jumlah larva tertinggi didapat pada perlakuan bentuk persegi dengan ketinggian 100 cm yaitu 2,4 ekor. Produksi tertinggi didapat pada perlakuan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm yaitu 21,86 ton / ha sedangkan yang terendah bentuk persegi dengan ketinggian 150 cm dengan produki 3,70 ton / ha.
Latar Belakang
Tomat (Solanum esculentum Mill.) merupakan salah satu sayuran yang
sangat penting bagi manusia. Sehingga dari tahun ke tahun Indonesia selalu
berusaha untuk meningkatkan produksi tomat dengan cara perluasan wilayah
budidaya tomat. Namun Indonesia masih mengimpor tomat, baik dalam bentuk
buah segar maupun dalam bentuk olahan yang berasal dari berbagai Negara
(Simamora, 2009).
Produksi tomat pada 5 tahun terakhir di Sumatera Utara mencapai 76.669
ton (2008) dan pada tahun 2012 mencapai 93.386 ton. Produksi meningkat yang
tujuannya adalah untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat dan perluasan pasar
(ekspor) yang meningkat setiap tahun (Badan Pusat Statistik, 2012).
Salah satu kendala yang dihadapi pada pertanaman tomat adalah
gangguan lalat buah (Bactrocera spp.) yang merupakan salah satu hama yang
sangat merugikan pada tanaman hortikultura di dunia. Lebih dari seratus jenis
tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangannya (Kalshoven, 1981).
Pada populasi yang tinggi, intensitas serangannya mencapai 100%. Oleh karena
itu, hama ini telah menarik perhatian seluruh dunia untuk dilakukan upaya
pengendalian (Kuswandi, 2001).
Pada buah tomat yang terserang oleh Bactrocera spp. biasanya terdapat
lubang kecil di bagian tengah kulitnya, serangan ditemukan pada buah yang
hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda / titik bekas tusukan ovipositor
karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas.
Larva memakan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak,
apabila dibelah pada daging buah terdapat ulat-ulat kecil dengan ukuran antara
4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerusakan yang ditimbulkan
oleh serangan larvanya akan menyebabkan gugurnya sebelum mencapai tingkat
kematangan yang diinginkan (Van Sauers & Muller, 2005).
Salah satu teknik pengendalian lalat buah tanaman tomat adalah
penggunaan alat perangkap kuning. Beberapa laporan penelitian mengemukakan
bahwa penggunaan perangkap kuning dapat menekan populasi hama dengan
sangat baik. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh berbagai
bentuk dan ketinggian perangkap kuning dalam mengendalikan lalat buah.
Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning
yang efektif terhadap hama lalat buah pada tanaman tomat di lapangan.
Hipotesis Penelitian
- Perangkap stiky trap bentuk bulat kuning lebih efektif memerangkap lalat
buah dari pada bentuk persegi dan silender.
- Ketinggian perangkap 150 cm lebih efektif dari pada yang 100 dan 200
cm dalam menangkap lalat buah.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi
Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Klass : Hexapoda
Ordo : Diptera
Sub-ordo : Cyclorropha
Family : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Spesies : Bactrocera spp.
Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
berkelompok 2 - 15 butir (Gambar 1). Lalat buah betina dapat meletakkan telur
1-40 butir / hari. Satu ekor betina Bactrocera spp. dapat menghasilkan telur 1200
-1500 butir dan ukuran telur lalat buah tomat memiliki panjang 0,3 mm dan
berdiameter 0,1 mm (Soeroto et al., 1995 ).
Telur
Larva berwarna putih keruh atau putih kekuningan, berbentuk bulat
panjang dengan salah satu ujungnya runcing, Larva lalat buah terdiri atas 3 bagian
yaitu kepala, toraks (3 ruas), dan abdomen (8 ruas). Kepala berbentuk runcing
dengan dua buah bintik hitam yang jelas, mempunyai alat kait mulut. Stadia larva
terdiri atas tiga instar. Larva instar 3 berkembang maksimum dengan ukuran ± 7
mm (Gambar 2). Larva membuat saluran-saluran di dalam buah dan mengisap
cairan buah. Larva ini hidup dan berkembang dalam daging buah selama 6 - 9
hari, menyebabkan buah menjadi busuk, dan biasanya larva jatuh ke tanah
sebelum larva itu berubah menjadi pupa di dalam tanah (Soeroto et al., 1995).
Larva
Gambar 2. Larva lalat buah (Bactrocera spp.) Sumber: Koleksi pribadi
Pupa berbentuk oval, warna kecoklatan, dan panjangnya ± 1 cm
(Gambar 3). Masa pupa adalah 4-10 hari dan setelah itu akan keluar serangga
Gambar 3. Pupa lalat buah (Bactrocera spp.) Sumber: (Khobir F, 2011)
Imago lalat buah rata-rata berukuran 0,7 mm x 0,3 mm dan terdiri atas
kepala, toraks, dan abdomen. Pada abdomen umumnya terdapat dua pita
melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang
kadang-kadang tidak jelas. Ujung abdomen lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat
peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah, sedangkan
pada lalat jantan abdomennya lebih bulat (Gambar 4) (Soeroto et al.,1995).
Ovipositor Gambar 4. a. Imago lalat buah jantan (♂)
b. Imago lalat buah betina (♀) Sumber: Koleksi pribadi
b
Lalat buah terdiri atas ± 4000 spesies yang terbagi atas 500 genus. Tephritidae
merupakan famili terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu famili
terpenting karena secara ekonomi sangat merugikan. Sekitar 35% spesies lalat
buah menyerang buah-buahan berkulit tipis dan lunak. Di Indonesia saat ini
terdapat 66 spesies lalat buah, namun beberapa spesies yang diketahui inangnya
(Siwi et al., 2006).
Gejala Serangan
Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian
pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur (Gambar 5). Umumnya
telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar
matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan permukaan agak kasar.
Bagian yang terserang lalat buah
Gambar 5. Buah hijau dan merah terserang Sumber : Koleksi pribadi
Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta
menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain.
tanah sebelum larva berubah menjadi pupa (Gambar 6) (Departemen Pertanian,
2012).
Gejala serangan bagian dalam buah
Gambar 6. Gejala serangan pada bagian dalam buah Sumber : Koleksi pribadi
Pengendalian Lalat Buah (Bactrocera spp.)
Beberapa cara pengendalian lalat buah yang dapat diterapkan dan
dipadukan satu dengan yang lainnya adalah : (1) pencegahan terhadap serangan
lalat buah, (2) sanitasi kebun, (3) penggunaan perangkap dan atraktan, (4)
pemanfaatan musuh alam (pengendalian secara biologis), (5) penggunaan
tanaman perangkap, (6) teknik serangga mandul, (7) eradikasi, (8) fisik mekanis
(Sarwono, 2003).
Penggunaan Perangkap Warna
Imago betina akan tertarik pada warna kuning bila dibandingkan dengan
warna lainnya. Imago terbang di sekitar tajuk tanaman sebelum meletakkan
telurnya. Tingkat kematangan ikut menentukan perilaku lalat buah dalam mencari
Keefektifan daya tarik lalat buah terhadap perangkap dalam hal ini
pemakaian warna kuning dengan lem perekat penting digunakan dalam
perangkap, karena dapat memerangkap lalat buah baik jantan maupun betina.
Ketinggian perangkap berpengaruh terhadap keefektifan pengendalian lalat buah.
Hal ini diduga karena tanaman inang lalat buah mempunyai kanopi yang lebih
tinggi, namun karena lalat buah membentuk pupa dan keluar dalam bentuk
dewasa dari dalam tanah maka perangkap yang digunakan untuk mengendalikan
lalat buah tidak perlu diletakkan sesuai dengan tingginya kanopi tanaman yang
akan dikendalikan (Muryati & Jan, 1996).
Perangkap warna berperekat cukup aman di gunakan dan tidak membunuh
predator dan parasitoid dari hama. Perangkap ini telah digunakan untuk
monitoring hama di lapangan dan di rumah kaca. Penggunaan perangkap
berperekat tidak menyebabkan kerusakan tanaman namun dapat mengurangi
populasi hama. Hal ini sesuai dengan program Pengendalian Hama Terpadu
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan warga Pancur Batu, desa Kuta Tualah di
Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli serdang, Sumatera Utara, yang berada
pada ketinggian ± 62,5 m di atas permukaan laut dan dimulai pada bulan
September 2013 sampai dengan November 2013.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tomat
varietas Permata, cat bewarna kuning, pupuk kandang, air, perekat berupa lem
serangga, plastik transparan, dan polibeg.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plank, triplek,
stoples, bola plastik ukuran kecil, meteran, pupuk kimia : NPK dan Urea, pupuk
kandang, tali plastik, gembor, pacak, pinset, cangkul, tugal, ajir, kalkulator, lup
dan alat- alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancang Acak Kelompok
(RAK) faktorial terdiri dari 2 faktor dan 6 perlakuan.
Faktor I Bentuk Perangkap (T)
T1 : perangkap berbentuk bulat
T2 : perangkap berbentuk persegi
Faktor II Ketinggian Perangkap (U)
U1 : 100 cm
U2 : 150 cm
U3 : 200 cm
Dengan Kombinasi :
Dari hasil penelitian dianalis dengan sidik ragam berdasarkan model linier
sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi+αj+ βk+ (αβ)jk + Eijk
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j
µ = nilai tengah umum
Untuk analisa data secara statistik dilakukan uji jarak Duncan pada taraf 5 %
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami tanaman tomat diusahakan bukan bekas
tanaman tahunan, ukuran parit 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm, dan jarak antar
plot 50 cm, pupuk kandang matang sebanyak 2kg / plot yang dicampur dengan
tanah secara merata. Dibuat lubang dengan ukuran jarak tanaman yaitu 40 x 40
cm dan diberi ajir setiap lobang tanam untuk tempat berdirinya batang tomat agar
tetap tegak. Plot tanam yang sudah jadi, diberi pelindung yang terbuat dari terpal
plastik yang menutup seluruh areal percobaan untuk menghindari dari gangguan
Penanaman
Bibit tomat varietas permata ditanam di polibeg kecil dengan diameter 5
cm dengan media campuran tanah top soil dan pupuk organik lalu diletakkan pada
tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Setelah ± 2 minggu
tanaman, di tanam di plot yang sudah dibersihkan dan diberi tanda berdasarkan
masing-masing perlakuan.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan apabila tidak turun hujan. Penyiangan dan
pembumbunan dilakukan bersama dengan pemberian pupuk pertama
(pupuk kandang) yaitu pada waktu 2 minggu setelah tanam kemudian dilakukan
pemberian pupuk kedua (NPK dan Urea) pada waktu 2 minggu setelah pemberian
pupuk pertama. Untuk mendapatkan kualitas buah yang baik dilakukan
pemangkasan tunas yang tidak penting. Sebelum 45 hari setelah tanam (hst), di
lakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida nabati yaitu ekstrak daun
nimba dalam bentuk cair, yang tujuannya adalah untuk pengendalian hama dan
penyakit secara terpadu pada waktu masa vegetatif. Setelah tanaman tomat
mengeluarkan bunga yang sebagai bakal calon buah (generatif), dilakukan
penghentian penggunaan pestisida nabati, agar lalat buah menyerang buah tomat.
Pemasangan Perangkap
Pemasangan perangkap kuning dilakukan setelah tanaman berumur 45 hst
dan sudah memiliki buah. Perangkap yang digunakan ada 3 bentuk yaitu bentuk
bulat (Gambar 7a), persegi (Gambar 7b) dan silinder (Gambar 7c). Pemasangan
perangkap dilakukan selama seminggu dari pagi sampai sore hari (07.00 - 17.00
Gambar 7. Bentuk perangkap warna yang digunakan : a. bentuk bulat
b. bentuk persegi c. bentuk silinder
Sumber : Koleksi pribadi
c b
Peubah Amatan
1. Jumlah imago lalat buah jantan dan betina yang terperangkap (ekor).
Populasi lalat buah yang terperangkap di hitung pada 45 hst – 87 hst
dengan interval seminggu sekali.
2. Jumlah larva dalam buah tomat yang terserang (ekor).
Jumlah larva di dalam buah tomat yang terserang, di hitung dengan cara membelah buah tomat secara melintang. Buah tomat yang terserang dikumpulkan
berdasarkan masing-masing perlakuan.
3. Produksi tomat ( ton / ha ).
Produksi buah tomat dihitung dengan menimbang berat bersih buah tomat
pada akhir percobaan yaitu pada 90 hst, yang dikonversikan ke dalam bobot ton /
ha, dengan menggunakan rumus :
X 10.000 m2 Y (ton/ha) = x
L 1.000 Kg
Keterangan :
Y = Produksi dalam ton / ha
X = Produksi dalam kg / plot
L = Luas plot dalam m2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah imago lalat buah jantan
Hasil analisis sidik ragam pada semua pengamatan (45, 52, 59, 66, 73, 80,
87 hst) menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap
sticky trap kuning beserta interaksinya berbeda nyata pada semua perlakuan
(Tabel 1; Lampiran 4 – 10).
Dari Tabel 1, diketahui bahwa bentuk perangkap bulat (T1) paling efektif
dalam memerangkap lalat buah jantan dibandingkan dengan bentuk persegi (T2)
dan silinder (T3) dengan rataan antara 3,6 – 10 ekor. Ketinggian perangkap U2
(150 cm) merupakan yang efektif untuk memerangkap lalat buah jantan dengan
rataan 1,73 – 4,33 ekor menyusul U1 (100 cm) dan U3 (200 cm). Hahn dan
Ascerno (2005) melaporkan pengendalian lalat buah (Bactrocera spp.) di
perkebunan jeruk di Amerika Serikat dilakukan dengan menggunakan perangkap
berlem (sticky trap). Selanjutnya Klass (2008) melaporkan bola merah yang di cat
warna kuning yang berperekat dan papan kuning merupakan dua tipe yang umum
digunakan, namun bola merah yang di cat dengan warna kuning yang berperekat
lebih efektif.
Interaksi antara bentuk dan ketinggian pada 45 dan 87 hst berpengaruh
nyata dalam memerangkap imago lalat buah jantan. Interaksi antara bentuk dan
ketinggian sticky trap kuning yang tertinggi memerangkap lalat buah jantan pada
perlakuan T1U2 adalah 4,2 – 13,00 ekor tidak berbeda nyata dengan T1U1 (4,4 –
Tabel 1. Pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah jantan ( Bactrocera spp.) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80 dan 87 hst
Perlakuan hari setelah tanam (hst)
45 52 59 66 73 80 87
lainnya berbeda nyata yaitu T2U1, T2U2, T2U3, T3U1, T3U2, dan T3U3
(Lampiran 4 – 10).
Interaksi antara bentuk dan ketinggian pada 52 – 80 hst berpengaruh
sangat nyata dalam memerangkap lalat buah jantan. Jumlah imago jantan tertinggi
pada perlakuan T1U2 sebesar 6,6 – 12,2 ekor berbeda sangat nyata dengan
perlakuan lainnya (Tabel 1; Lampiran 5 – 9). Hal ini dikarenakan lalat buah jantan
di lapangan tertarik pada bentuk, warna dan aroma, sehingga lalat buah jantan
datang dan melekat pada perangkap tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Economopoulus (1989) bahwa warna juga dapat berfungsi sebagai penarik lalat
buah. Warna, bentuk, dan ukuran perangkap yang digunakan dapat menarik lalat
buah untuk datang.
Interaksi antara T1U2 (bentuk bulat, ketinggian 150 cm) pada semua
perlakuan, berpengaruh nyata dalam memerangkap lalat buah jantan dikarenakan
bentuk dan ketinggian perangkap sesuai dengan perilaku lalat buah yaitu tertarik
pada bentuk, warna dan aroma. Pengaruh pada perubahan metamorfosis lalat buah
dari telur, larva, nimfa, imago. Larva lalat buah berada di dalam buah dan juga di
dalam permukaan tanah. Pada saat nimfa berubah menjadi imago yang berada di
dalam permukaan tanah, lalat buah akan terbang menuju buah yang sudah
berwarna, memiliki aroma dan bentuk. Lalat buah merasa bahwa perangkap yang
berada pada ketinggian 150 cm berbentuk bulat, dianggap buah tersebut, sehingga
lalat buah menempel pada perangkap karena perangkap tersebut berada di bagian
tengah tanaman.
Bentuk perangkap T2 (bentuk persegi) dan T3 (bentuk silender) pada
dengan bentuk, aroma, dan warna pada jenis perangkap tersebut, sehingga lalat
buah tidak menempel pada perangkap tersebut. Hal ini sesuai dengan Sarwono
(2003) bahwa interaksi antara ketinggian dan bentuk perangkap dalam
memerangkap lalat buah pada tanaman buah yang terserang harus memiliki
kriteria sebagai berikut : bentuk, aroma dan warna dari masing-masing perangkap.
Jumlah imago lalat buah betina
Hasil analisis sidik ragam pada semua pengamatan (45, 52, 59, 66, 73, 80,
87 hst) menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap
sticky trap kuning berbeda nyata diantara perlakuan sedangkan interaksinya
berbeda tidak sangat nyata pada 45 dan 52 hst (Tabel 2; Lampiran 11 dan 12 ) dan
berbeda sangat nyata setelah 59, 66, 73, 80, 87 hst (Tabel 2; Lampiran 13 - 17).
Dari Tabel 2 diketahui bahwa bentuk perangkap bulat (T1) paling efektif
dalam memerangkap lalat buah betina dibandingkan dengan bentuk persegi (T2)
dan silinder (T3) dengan rataan antara 3,8 – 10,87 ekor. Dinas pertanian dan
Perikanan Kabupaten Majalengka (2013) mendapatkan di perkebunan cabai di
Majalengka, pengendalian lalat buah (Bactrocera spp.) dilakukan dengan
menggunakan perangkap berlem (sticky trap) dan metil eugenol dalam
pengendalian lalat buah. Bola yang di cat warna kuning yang berperekat dan botol
mineral kosong yang diletakkan metil eugenol di dalamnya sebagai perangkap
lalat buah jantan.
Pada Tabel 2, diketahui bahwa ketinggian perangkap U2 (150 cm)
merupakan yang efektif untuk memerangkap lalat buah betina dengan rataan 1,66
– 4,86 ekor menyusul U1 (100 cm) dan U3 (200 cm). Hal ini disebabkan pada
karena tanaman tomat memiliki batang yang tidak terlalu tinggi (Pracaya, 2003)
dengan dahan yang cenderung merunduk ke bawah pada saat buah matang. Hal
ini menyebabkan aktivitas lalat buah akan tetap berada di sekitar bawah tanaman.
Selain itu kondisi ini dipengaruhi oleh biologi hama lalat buah yang mengalami
masa pupa di dalam tanah dan cenderung menyukai tempat yang terlindung untuk
menghindar dari sinar matahari langsung (Kalshoven, 1981).
Interaksi antara bentuk dan ketinggian hanya pada 45 - 52 hst tidak
berbeda nyata dalam memerangkap imago lalat buah betina. Sedangkan pada 59,
66, 73, 80, 87 hst berpengaruh sangat nyata dalam memerangkap imago lalat buah
betina. Interaksi antara bentuk dan ketinggian sticky trap kuning yang tertinggi
memerangkap lalat buah betina adalah T1U2 sebesar 4,4 – 14,4 ekor tidak
berbeda nyata dengan T1U3 pada 59 hst (3,4 ekor) sedangkan dengan perlakuan
lainnya interaksinya berbeda nyata yaitu T1U1, T2U1, T2U2, T2U3, T3U1,
T3U2, dan T3U3. Susanto (2005) menyatakan warna juga dapat berfungsi sebagai
penarik lalat buah. Warna, bentuk, dan ukuran perangkap yang digunakan dapat
menarik lalat buah untuk datang.
Pada perlakuan T2U1 (bentuk persegi, ketinggian 100 cm) – T3U3
(bentuk silender, ketinggian 200 cm) jumlah imago lalat buah jantan dan betina
sangat sedikit tertangkap. Bentuk dan ketinggian perangkap harus sesuai dengan
kriteria lalat buah yang menyukai buah dari bentuk, aroma dan warna yang
menyerupai buah tanaman tersebut. Menurut Gustilin (2008) serangga dapat
membedakan warna, bentuk dan aroma. Lalat buah menggunakan sejumlah
isyarat visual ataupun isyarat kimia (chemical cuens) untuk menemukan inangnya
Tabel 2. Pengaruh Bentuk dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah betina ( Bactrocera spp. ) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80 dan 87 hst.
Perlakuan hari setelah tanam (hst)
45 52 59 66 73 80 87
bentuk perangkap pada penelitian ini tidak sesuai dengan kategori atau sejumlah
syarat yang dimiliki oleh lalat buah dalam menemukan inangnya.
Jumlah larva lalat buah (Bactrocera spp.) pada buah tomat yang terserang (ekor)
Hasil analisis sidik ragam pada semua pengamatan (45, 52, 59, 66, 73, 80,
87 hst) menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap
sticky trap kuning berbeda nyata diantara perlakuan sedangkan interaksinya
berbeda sangat nyata pada 59, 66, 73, 80, 87 hst (Tabel 3; Lampiran 20 - 24) dan
berbeda tidak nyata pada 45 dan 52 hst (Tabel 3; Lampiran 18 – 19).
Bentuk perangkap persegi T2 paling banyak jumlah larva dalam buah
tomat yang terserang dibandingkan dengan bentuk bulat (T1) dan silinder (T3)
dengan rataan antara 1,4 – 9,33 ekor. Ketinggian perangkap U1 (100 cm) paling
banyak jumlah larva dalam buah tomat yang terserang dengan rataan 0,86 - 7,53
ekor menyusul U2 (150 cm) dan U3 (200 cm). Hal ini disebabkan pada fase larva
lalat buah paling banyak menyerang. Meyer (2006) menyatakan stadium lalat
buah yang paling merusak adalah stadium larva, yang pada umumnya
berkembang di dalam buah.
Interaksi antara bentuk dan ketinggian pada 66 – 87 hst berpengaruh
sangat nyata dalam jumlah larva dalam buah tomat yang terserang. Pada
perlakuan T2U1 (bentuk persegi, ketinggian 100 cm) tertinggi sebesar 5,6 – 12,44
ekor dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan perangkap
yang digunakan pada penelitian ini tidak dapat menekan reproduksi lalat buah
sesuai dengan bentuk dari fisiologi tanaman dan disesuaikan dengan warna,
bentuk, aroma pada perangkap lalat buah.
Dari hasil sidik ragam didapat bahwa pengaruh bentuk dan ketinggian
perangkap pada 45 dan 52 hst berbeda tidak nyata. Hal ini dikarenakan struktur
buah dan permukaan buah tidak dapat dijadikan inang tempat bertelur imago lalat
buah betina karena pada tingkatan pertumbuhan awal belum terbentuknya bakal
buah melainkan bunga. Rismunandar (2001) menyatakan struktur fisiologi pada
tanaman tomat yang menuju fase generatif belum menunjukkan
pembentukan buah melainkan bunga muda. Selanjutnya Kardinan dan Syakir
(2009) melaporkan pada fase bunga lalat buah belum meletakkan telur sebagai
inangnya di lapangan.
Dari hasil sidik ragam didapat bahwa pengaruh bentuk dan ketinggian
perangkap pada 59, 66, 73, 80, 87 hst berbeda nyata dalam jumlah larva lalat
buah dalam buah tomat yang terserang. Hal ini disebabkan oleh struktur fisiologi
tomat pada fase generatif sudah mencapai pembuahan sempurna yang ditandai
pada buah yang masih muda buah berwarna hijau dan apabila sudah matang akan
berwarna merah. Sarwono et al. (2003) dalam Kardinan dan Syakir (2009)
menyatakan lalat buah betina mencari buah yang sesuai untuk meletakkan telur
dengan bantuan indera penciuman pada antena dan indera mata. Proses ini juga
dipengaruhi oleh pencernaan dan penglihatan. Lalat buah dalam meletakkan
telurnya pada buah-buah yang agak tersembunyi atau tidak terkena sinar matahari
langsung serta pada buah-buah yang agak lunak dan permukaannya agak kasar.
Tabel 3. Pengaruh jumlah larva lalat buah ( Bactrocera spp.) dalam buah tomat terserang pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, dan 87 hst. hari setelah tanam (hst)
45 52 59 66 73 80 87
T1 0,53 (1,24) abc 0,80 (1,51) c 0,20 (0,91) c 0,44 (1,11) c 0,33 (1,04) c 0,00 (0,71) c 0,00 (0,71) c
T2 1,44 (2,11) ab 11,00 (11,71) a 9,80 (10,51) a 4,44 (5,11) a 8,73 (9,44) a 9,87 (10,57) a 9,33 (10,04) a
T3 1,66 (2,37) a 8,22 (8,91) ab 6,86 (7,57) ab 3,67 (4,37) ab 5,53 (6,24) b 8,60 (9,31) b 8,93 (9,64) b
U1 0,86 (1,57) abc 7,06 (7,77) ab 6,63 (7,31) a 3,20 (3,91) a 5,67 (6,37) a 7,47 (8,17) a 7,53 (8,24) a
U2 0,73 (1,44) ab 5,66 (6,37) abc 5,46 (6,17) ab 3,07 (3,77) ab 4,60 (5,31) ab 5,87 (6,57) ab 5,43 (6,11) ab
U3 2,00 (2,71) a 7,26 (7,97) a 4,83 (5,51) abc 2,23 (2,91) c 4,33 (5,04) c 5,13 (5,84) c 5,33 (6,04) c
T1U1 1,62 (2,31) 1,82 (2,51) 0,00 (0,71) g 0,42 (1,11) gh 0,62 (1,31) g 0,00 (0,71) g 0,00 (0,71) g
T1U2 0,00 (0,71) 0,62 (1,31) 0,42 (1,11) f 0,00 (0,71) h 0,22 (0,91) gh 0,00 (0,71) g 0,00 (0,71) g
T1U3 0,00 (0,71) 0,00 (0,71) 0,21 (0,91) fg 0,82 (1,51) g 0,22 (0,91) gh 0,00 (0,71) g 0,00 (0,71) g
T2U1 1,00 (1,71) 9,62 (10,31) 13,00 (13,71) a 5,62 (6,31) a 10,4 (11,11) a 11,8 (12,51) a 12,4 (13,11) a
T2U2 1,21 (1,91) 7,62 (8,31) 9,00 (9,71) b 5,22 (5,91) ab 8,61 (9,31) ab 9,61 (10,31) bc 8,00 (8,71) bcde
T2U3 2,00 (2,71) 15,8 (16,51) 7,42 (8,11) bc 2,43 (3,11) ef 7,22 (7,91) bc 8,23 (8,91) bcd 7,63 (8,31) bcdef
T3U1 0,00 (0,71) 9,82 (10,51) 6,82 (7,51) cde 3,61 (4,31) cd 6,00 (6,71) cd 10,6 (11,31) ab 10,2 (10,91)ab
T3U2 1,00 (1,71) 8,82 (9,51) 7,00 (7,71) cd 4,00 (4,71) bc 5,00 (5,71) ef 8,00 (8,71) bcde 8,22 (8,91) bcd
T3U3 4,00 (4,71) 6,00 (6,71) 6,82 (7,51) cde 3,41 (4,11) de 5,61 (6,31) de 7,21 (7,91) bcdef 8,41 (9,11) bc
Pada perlakuan T1U1, T1U2, T1U3, bentuk perangkap bulat dengan
ketingiian 100 cm, 150 cm dan 200 cm, lebih disukai imago lalat buah jantan dan
betina dikarenakan bentuk, aroma dn warna dari perangkap tersebut, sehingga
berdampak dalam jumlah larva yang berada dalam buah tomat. Pada bentuk
perangkap bulat, jumlah larva sangat sedikit dibandingkan dengan bentuk
perangkap silender dan persegi, dikarenakan bentuk perangkap silender dan
persegi tidak merupakan kriteria dari imago lalat buah, sehingga jumlah larva
dalam bentuk perangkap silender dan persegi sangat sedikit. Putra (2001)
menyatakan bentuk, aroma dan warna perangkap harus sesuai dengan perangkap
yang digunakan pada areal tanaman yang terserang lalat buah maupun serangga
lainnya.
Produksi buah tomat per plot tanaman (ton / ha)
Hasil analisis sidik ragam pada pengamatan 90 hst menunjukkan bahwa
pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning berbeda
nyata diantara semua perlakuan sedangkan interaksinya berbeda sangat nyata pada
semua perlakuan (Tabel 4; Lampiran 24).
Dari Tabel 4; Lampiran 24, bentuk perangkap bulat (T1) paling tinggi
produksi buah tomat dan disusul dengan bentuk silinder (T3) dan persegi (T2)
dengan rataan antara 4,56 – 18,43 ton/ha. Ketinggian perangkap U2 (150 cm)
paling tinggi produksi buah tomat dengan rataan 8,14 – 10,08 ton/ha menyusul
U2 (150 cm) dan U3 (200 cm).
Dari Tabel 4; Lampiran 24, interaksi antara bentuk dan ketinggian
perangkap berpengaruh sangat nyata terhadap hasil produksi buah tomat. Rataan
perangkap tertinggi pada perlakuan T1U2 sebesar 21,86 ton / ha dan terendah
pada perlakuan T2U1 sebesar 3,70 ton / ha. Interaksi anatara perlakuan T1U2
berbeda nyata terhadap semua perlakuan.
Tabel 4. Produksi buah tomat pada 90 hst
Perlakuan 90 hari setelah tanam (hst)
T1 18,43 (11,77) a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok baris dan kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan dan angka-angka yang di dalam kurung merupakan data setelah di transformasi dengan Akar (√x+0.5).
Dari Tabel 4; Lampiran 24, menunjukkan perlakuan T1U2 (bentuk bulat,
ketinggian 150 cm) produksi tertinggi sebesar 21,86 ton / ha. Hal ini menunjukkan
bahwa perangkap dengan bentuk bulat ketinggian 150 cm merupakan bentuk
perangkap yang sesuai untuk memerangkap lalat buah jantan dan betina pada
tanaman tomat. Putra (2001) menyatakan kombinasi dalam pengendalian
menggunakan bentuk dan ketinggian perangkap dapat merupakan cara yang
efektif dalam mengendalikan lalat buah dan serangga lainnya yang merusak
0
T1U1 T1U2 T1U3 T2U1 T2U2 T2U3 T3U1 T3U2 T3U3 Perlakuan
tahan pada hama dan penyakit akan menghambat perkembangan hama dan
penyakit sehingga menekan tingkat serangan dan kehilangan hasil pada level yang
lebih rendah.
Dari Tabel 4; Lampiran 24, diperoleh interaksi antara bentuk dan
ketinggian dengan produksi terendah diperoleh pada perlakuan T2U1 (bentuk
silinder, ketinggian 100 cm) yaitu sebesar 3,70 ton / ha. Hal ini dikarenakan pada
perlakuan tersebut kombinasi bentuk dan ketinggian tidak sesuai untuk
pengendalian lalat buah yang efektif sehingga menyebabkan produksi menurun.
Pengaruh bentuk dan ketinggian terhadap produksi tomat dapat dilihat
pada Grafik 1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perangkap bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm lebih efektif
memerangkap lalat buah jantan dan betina dibandingkan bentuk lain.
2. Jumlah larva dalam buah tomat yang terbanyak di dapat pada perangkap
bentuk persegi (1,44 – 9,33 ekor) dan ketinggian 100 cm (0,86 – 7,53
ekor).
3. Produksi tertinggi (3,70 ton / ha) di dapat pada perangkap bentuk bulat
dengan ketinggian 150 cm.
Saran
Perangkap dengan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm merupakan
perangkap yang paling efektif dalam memerangkap imago lalat buah jantan dan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Data Produksi Tomat. Diunduh dari http://www.bps.go.id. Diunduh 13 Januari 2014.
Bes AH & Haromoto HF. 1961. Contribution to The Biology and Ecology of Oriental Fruit Fly Dacus dorsalis. University of Hawaii. Honolulu. Hal 34
Departemen Pertanian. 2002. Pemetaan Lalat Buah. Available at: http://www.deptan.go.id/ . Diunduh 21 Oktober 2012.
Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupataen Majalengka. 2013. Pengendalian
Lalat Buah (Bactrocera sp.) Pada Tanaman Cabai (online)
(http://distan.majalengkakab.go.id). Diunduh 12 Desember 2013.
Economopoulus. 1989. Use of traps based on color and/or shape Dalam Robinson AS. Hopper G. (editor). Fruit Flies Their Biology Natural enemies and control. Amsterdam
Khobir F. 2011. Identifikasi Spesies Lalat Buah Pada Buah Yang Di Perdagangkan Di Pasar Bertais Kecamatan Sandubaya. Mataram
Gustilin. 2008. Pengendalian Lalat Buah. Diunduh dari http://.infonet-biovision org, Diunduh 12 Mei 2013.
Hahn J & Ascerno M. 2005. Orange Management in Home Gardens. University of Minnesota. diunduh dari http://www.extension.umn.edu. Diunduh 29 Agustus 2013.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of crops in Indonesia. Jakarta. Hal 88-97
Kardinan A & Syakir M. 2009. Potensi Bahan Alami Sebagai Pengendali Hama Lalat Buah. Bogor.
Kartapradja R & Djuariah D. 1992. Pengaruh tingkat kematangan buah tomat terhadap daya kecambah, pertumbuhan dan hasil tomat. Buletin Penelitian Hortikultura Vol XXIV/2
Klass C. 2008. Apple maggot rhagoletis pomonella ( Walsh ). Cornell University http://pmep.cce.cornell.edu. Diunduh tanggal 16 Desember 2013.
Meyer RJ. 2006. Color Vision. Departemen of Entomology NC State University. diunduh dari hhtp://cornell.go.id. Diunduh 13 September 2013.
Muryati HA & Jan W. 1996. Efektifitas Model dan Ketinggian Perangkap Dalam Menangkap Hama Lalat Buah. Diunduh dari http://.konnisonline.w ur.nl. Diunduh12 November 2012.
Naikson AD. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik terhadap Penyakit Hawar Daun. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Pitojo S. 2005. Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta.
Pracaya. 2003. Varietas, Budidaya, dan Pasca Panen Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Putra NS. 2001. Hama Lalat Buah dan Pengendalian. Kanisius. Yogyakarta. Halaman 32
Rismunandar. 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algesindo. Bandung.
Sarwono. 2003. PHT Lalat Buah pada Mangga. Pros. Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang, Nematode Sista Kuning pada Kentang dan Lalat Buah. Puslitbang Hortikultura. Jakarta
Sastrosiswoyo S, Moekesan KT & Wiwin S.1993. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bandung.
Simamora DT. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dan Padat. USU Repository.
Siwi SP, Hidayat & Suputra. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia (Diptera : Tephritidae). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dengan Departement of Agriculture Fisheries and Forestry Australia. Bogor. Halaman 65
Soeroto AW, Nadra & Chalid L. 1995. Petunjuk Praktis Pengendalian Lalat buah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dan Holtikultura Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta. Halaman 35.
Sudarsono T & Sujarman T. 1981. Pedoman Manajemen Usaha Tani. Dinas Pendidikan Penyuluhan Pertanian. Jakarta.
Susanto A. 2005. Hasil Tangkapan Harian Lalat Buah (Bactrocera dorsalis
Van S & Muller A. 2005. Host Plants of the Carmbola Fruit Fly, Bactrocera carambolae, in Suriname, South America. Neotrapical Entomol
Lampiran 1: Deskripsi Varietas Tomat V1 : Varietas Permata
Asal tanaman : Persilangan antar induk jantan TO 5186 dan induk
betina TO 4142
Golongan : Hibrida F1
Tipe pertumbuhan : Determinate
Umur berbunga : 25 hari setelah tanam
Umur panen awal : 70 – 80 hari setelah tanam
Umur panen akhir : 100 hari setelah tanam
Tinggi tanaman awal panen : 125 – 150 cm
Diameter batang : 2-3 cm
Kedudukan daun : Datar
Panjang tangkai daun : 7,0 – 9,0 cm
Ukuran daun ( p x d ) : 40 cm x 25 cm
Warna daun : Hijau sedang
Warna mahkota bunga : Kuning
Jumlah bunga per tandan : 6 – 10
Warna buah muda : Hijau keputih-putihan
Warna pundak buah : Hijau keputih-putihan
Warna buah masak : Merah
Rasa buah : Manis ( 4,5 briks )
Tekstur daging buah : Renyah
Jumlah biji per buah : 100
Potensi hasil : 50 – 70 ton / ha
Daerah adaptasi : Dataran rendah
Lampiran 3: Bagan plot tanaman
111
40 cm 10 cm
40 cm
100 cm
Lampiran 4. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 45 HST.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.32
4.19 4.12 5.08 5.05 7.03 18.01 17.99 18.96 22.94
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.35 1.42 1.46 1.49 1.51 1.53 1.55 1.58 1.60 Perlakuan T3U3 T3U2 T3U1 T2U2 T2U3 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 5.54 5.54 6.54 6.54 8.54 19.54 19.54 20.54 24.54 A
B
C
Lampiran 5. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 52 HST.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.25
3.47 4.42 4.39 5.37 7.35 9.33 17.32 22.30 35.28
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.07 1.12 1.15 1.17 1.19 1.21 1.22 1.24 1.26 Perlakuan T2U2 T3U3 T3U2 T3U1 T2U1 T2U3 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 4.54 5.54 5.54 6.54 8.54 10.54 18.54 23.54 36.54 A B
C D
E F
Lampiran 6. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 59 HST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.20
3.72 3.68 4.65 5.63 5.62 6.61 20.60 21.58 30.56
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 0.82 0.86 0.89 0.91 0.92 0.93 0.94 0.96 0.98 Perlakuan T3U1 T2U2 T2U3 T3U3 T3U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 4.54 4.54 5.54 6.54 6.54 7.54 21.54 22.54 31.54 A B
C D
E
F
Lampiran 7. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 66 HST.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.30
4.28 4.22 5.18 7.15 7.13 7.11 12.09 22.07 51.04
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.26 1.32 1.36 1.39 1.41 1.43 1.45 1.47 1.50 Perlakuan T3U3 T3U1 T3U2 T2U3 T2U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 5.54 5.54 6.54 8.54 8.54 8.54 13.54 23.54 52.54 A B
C
D
E
F
Lampiran 8. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 73 HST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.32
3.20 3.13 4.09 5.07 5.04 5.02 19.00 19.98 60.95
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.34 1.41 1.45 1.47 1.50 1.52 1.54 1.56 1.59 Perlakuan T2U1 T2U2 T3U1 T3U3 T3U2 T2U3 T1U1 T1U3 T1U2 Rataan 4.54 4.54 5.54 6.54 6.54 6.54 20.54 21.54 62.54 A
B
C
E
Lampiran 9. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 80 HST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.29
2.34 2.28 2.24 2.22 2.20 3.17 30.16 52.14 63.11
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.20 1.26 1.30 1.32 1.34 1.37 1.38 1.40 1.43 Perlakuan T3U3 T3U2 T2U3 T2U2 T2U1 T3U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 3.54 3.54 3.54 3.54 3.54 4.54 31.54 53.54 64.54 A B
C D
Lampiran 10. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 87 HST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.40
1.87 1.79 1.74 1.71 1.68 2.65 35.63 52.60 66.57
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.67 1.75 1.80 1.83 1.86 1.89 1.91 1.94 1.97 Perlakuan T3U3 T3U2 T2U3 T2U2 T2U1 T3U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 3.54 3.54 3.54 3.54 3.54 4.54 37.54 54.54 68.54 A B
C
Lampiran 11. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 45 hs t.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Lampiran 12. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 52 hst.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Sy 0.39
2.89 2.81 4.76 4.72 7.70 8.67 18.65 24.61 31.58
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99
LSR 0.05 1.65 1.73 1.78 1.82 1.84 1.87 1.89 1.93 1.96
Perlakuan T3U1 T2U3 T2U2 T3U3 T3U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2
Rataan 4.54 4.54 4.54 7.54 7.54 7.54 25.54 31.54 31.54
A
B
C D
E F
Lampiran 13. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 59 hst.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.31
3.22 3.15 5.11 5.09 8.06 9.04 19.02 0.00 31.97
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99
LSR 0.05 1.32 1.39 1.43 1.45 1.48 1.50 1.52 1.54 1.57
Perlakuan T3U3 T2U2 T3U1 T3U2 T2U1 T2U3 T1U3 T1U2 T1U1
Rataan 4.54 4.54 6.54 6.54 9.54 10.54 20.54 26.54 33.54
A B
C D
E
F
Lampiran 14. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 66 hs t.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.27
3.41 3.35 5.32 5.30 8.28 9.26 19.24 25.22 32.20
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99
LSR 0.05 1.13 1.19 1.22 1.24 1.26 1.28 1.30 1.32 1.34
Perlakuan T2U3 T3U1 T3U3 T3U2 T2U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2
Rataan 4.54 6.54 6.54 7.54 8.54 10.54 11.54 20.54 52.54
A B
C D
E
F
Lampiran 15. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 73 hs t.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Sy 0.37
4.00 3.93 3.88 3.85 4.82 5.79 22.78 24.75 58.72
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99
LSR 0.05 1.54 1.61 1.66 1.69 1.72 1.75 1.76 1.79 1.82
Perlakuan T3U3 T2U3 T2U2 T2U1 T3U1 T3U2 T1U3 T1U2 T1U1
Rataan 5.54 5.54 5.54 5.54 6.54 7.54 24.54 26.54 60.54
A B
C D
E
Lampiran 16. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 80 hst.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.28
2.38 2.32 2.28 3.26 3.24 5.22 32.20 53.18 71.16
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99
LSR 0.05 1.16 1.22 1.26 1.28 1.30 1.32 1.34 1.36 1.38
Perlakuan T2U1 T2U2 T2U3 T3U2 T3U1 T3U3 T1U3 T1U2 T1U1
Rataan 3.54 3.54 3.54 4.54 4.54 6.54 33.54 54.54 72.54
A B
C D
E
Lampiran 17 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 87 hs t.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5 )
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
1.90 1.82 1.77 2.73 2.71 4.68 36.66 57.63 73.59
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99
LSR 0.05 1.64 1.72 1.77 1.81 1.83 1.86 1.88 1.91 1.95
Perlakuan T2U3 T2U2 T2U1 T3U3 T3U2 T3U1 T1U3 T1U2 T1U1
Rataan 3.54 3.54 3.54 4.54 4.54 4.54 38.54 59.54 75.54
A B
C
D
Lampiran 11. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 45 hs t.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Lampiran 12. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 5 2 hst.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0. 5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.39
2.89 2.81 4.76 4.72 7.70 8.67 18.65 24.61 31.58
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99
LSR 0.05 1.65 1.73 1.78 1.82 1.84 1.87 1.89 1.93 1.96
Perlakuan T3U1 T2U3 T2U2 T3U3 T3U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2
Rataan 4.54 4.54 4.54 7.54 7.54 7.54 25.54 31.54 31.54
A
B
C D
E F
Lampiran 13. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 59 hs t.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.31
3.22 3.15 5.11 5.09 8.06 9.04 19.02 0.00 31.97
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99
LSR 0.05 1.32 1.39 1.43 1.45 1.48 1.50 1.52 1.54 1.57
Perlakuan T3U3 T2U2 T3U1 T3U2 T2U1 T2U3 T1U3 T1U2 T1U1
Rataan 4.54 4.54 6.54 6.54 9.54 10.54 20.54 26.54 33.54
A B
C D
E
F
Lampiran 14. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 66 hst.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.27
3.41 3.35 5.32 5.30 8.28 9.26 19.24 25.22 32.20
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99
LSR 0.05 1.13 1.19 1.22 1.24 1.26 1.28 1.30 1.32 1.34
Perlakuan T2U3 T3U1 T3U3 T3U2 T2U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2
Rataan 4.54 6.54 6.54 7.54 8.54 10.54 11.54 20.54 52.54
A B
C D
E
F
Lampiran 15. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 73 hs t.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
TRANFORMASI Akar(√x+0.5)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
Faktor B x K
Sy 0.37
4.00 3.93 3.88 3.85 4.82 5.79 22.78 24.75 58.72
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99
LSR 0.05 1.54 1.61 1.66 1.69 1.72 1.75 1.76 1.79 1.82
Perlakuan T3U3 T2U3 T2U2 T2U1 T3U1 T3U2 T1U3 T1U2 T1U1
Rataan 5.54 5.54 5.54 5.54 6.54 7.54 24.54 26.54 60.54
A B
C D
E
Lampiran 16. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 80 hs t.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV V
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan
U1 U2 U3
Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan