• Tidak ada hasil yang ditemukan

An Approach to Water Resource Management through Land Use Planning in the Way Besai Watershed in Lampung Province

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "An Approach to Water Resource Management through Land Use Planning in the Way Besai Watershed in Lampung Province"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

MELALUI PERENCAAAN PENGGUNAAN LAHAN

DI DAS WAY BESAI PROVINSI LAMPUNG

ASHADI MARYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Pendekatan Pengelolaan Sumberdaya Air Melalui Perencaaan Penggunaan Lahan di DAS Way Besai Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

(4)

ASHADI MARYANTO. Pendekatan Pengelolaan Sumber Daya Air Melalui peternakan, persawahan, dan PLTA. Pasokan air dihitung dari air permukaan. Berbagai persamaan matematik digunakan menjawab tujuan penelitian. Model SCS digunakan dalam penyusunan skenario perencanaan penggunaan lahan untuk menduga aliran permukaan. Skenario perencanaan penggunaan lahan disusun sebagai berikut : Skenario-1: menggambarkan kondisi biofisik DAS Way Besai saat

ini (existing), Skenario-2: pengelolaan lahan dengan mengakomodir aktifitas

masyarakat di kawasan hutan melalui kegiatan HKm dengan pola penanaman agroforestry, Skenario-3: kombinasi antara Skenario-2 dan merehabilitasi kawasan hutan yang tidak ada ijin HKm dan Skenario-4 : kombinasi antara Skenario-3 dan merubah pola tanam kopi monokultur menjadi pola tanam kopi campuran. Nilai

(5)

kering (Juli-Oktober).

Total nilai ekonomi pemanfaatan air di DAS Way Besai berasal dari nilai penggunaan air untuk keperluan air rumah tangga (domestik), pembangkit listrik mikro hidro dan untuk pembangkit listrik PLTA sebesar Rp 108 936 635 040,- per tahun. Proporsi nilai ekonomi air terbesar dari penggunaan air PLTA Way Besai sebesar Rp. 106 159 905 000,- pertahun, sedangkan dari keperluan rumah tangga dan micro hidro masing-masing sebesar Rp. 2 289 420 000,-, dan Rp.487 310 040,-. Nilai total ekonomi air di DAS Way Besai cukup besar sehingga fungsi DAS Way Besai sangat penting untuk dipertahankan.

Penyusunan skenario perencanaan penggunaan lahan berdampak pada biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan rehabilitasi lahan, dan manfaat ekonomi atas hasil skenario yang disusun. Biaya yang diperlukan untuk rehabilitasi lahan

masing-masing skenario-2, skenario-3, dan skenario-4 berturut-turut sebesar

Rp. 186 868 887 116,-, Rp. 399 435 965 938,- dan Rp. 405 582 375 177,-. Nilai manfaat ekonomi hasil skenario-2, skenario-3, dan skenario-4 berturut-turut sebesar Rp. 251 172 778 951,- , Rp. 540 725 297 428,-, dan Rp. 553 042 139 942,-. Analisa

manfaat dan biaya menghasilkan nilai benefit cost ratio (BCR) masing-masing

skenario-2, skenario-3, dan skenario-4 sebesar 1.34, 1.35 dan 1.36. Nilai BCR menunjukkan bahwa manfaat ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan atas skenario yang disusun. Aspek nilai ekonomi yang ditujukkan dengan nilai BCR menunjukkan bahwa skenario-4 lebih baik dibandingkan dengan skenario lainnya.

Simulasi yang disusun menunjukkan bahwa skenario-4 yaitu pengembangan

program Agroforestry seluas 9 209 ha, penghutanan kembali seluas 6 834 ha dan

perubahan pola tanam kopi seluas 462 adalah pilihan terbaik ditinjau dari aspek hidrologi dan aspek ekonomi.

(6)

Land Use Planning in the Way Besai Watershed in Lampung Province. Supervised by KUKUH MURTILAKSONO and LATIEF MAHIR RACHMAN.

Land use changes may have an impact on the decrease in water supply. In the meantime, water demand keeps increasing along with the increase in population and economic activities. The Way Besai Watershed, covering an area of 44 720 ha, hydropower (PLTA) was calculated. Similarly, the water supply was calculated based on surface runoff using various mathematical equations. Next, SCS Model

and it could still be fulfilled by the water supply amounting to 460 452 600 m3/year.

(7)

rehabilitation cost and economic benefits of the selected scenario. The cost required

for land rehabilitation based on each scenario was as follows. Scenario 2 cost

Rp 186 868 887 116; Scenario 3 Rp 399 435 965 938; and Scenario 4 Rp 405 582 375 177. In the meantime, the economic benefit of Scenario 2 was

Rp 251 172 778 951; Scenario 3 Rp 540 725 297 428; and Scenario 4 Rp 553 042 139 942. The Benefit Cost Ratios (BCR) of Scenario 2, Scenario 3 and

Scenario 4 were 1.34, 1.35, and 1.36, respectively. Based on the BCR values, out of the three scenarios, Scenario 4 was the best. Also, hydrologically and economically, scenario 4, which involved 9 209 ha Agroforestry Development Program, 6 834 ha reforestation, and 462 ha coffee planting pattern changes, was the best policy.

Keywords: curve number, landuse simulation, water demand, water economic value, water supply.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(9)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

PENDEKATAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

MELALUI PERENCAAAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAS

WAY BESAI PROVINSI LAMPUNG

ASHADI MARYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

NIM : A155110011

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Kukuh Murtilaksono, MS Ketua

Dr Ir Latief Mahir Rachman, MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Dr Ir Suria Darma Tarigan, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)
(13)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Pendekatan Pengelolaan Sumber Daya Air Melalui Perencanaan Penggunaan Lahan di DAS Way Besai Provinsi Lampung.

Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof Dr Ir Kukuh Murtilaksono, MS dan Dr Ir Latief Mahir Rachman, MSc selaku

komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran masukan untuk kesempurnaan tesis ini. Mulai dari penyusunan rencana penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai dengan penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Ir. Dwi Tejo Baskoro, MSc sebagai penguji luar komisi pada ujian Tesis yang

telah banyak memberikan masukan dan saran perbaikan.

3. Kepada Kementerian Kehutanan Republik Indonesia melalui BP2SDM dan

Ditjen BPDASPS, yang telah memberikan dukungan beasiswa selama mengikuti program magister di IPB.

4. Kepada Ketua Program Studi Ilmu Pengelolaan DAS, Dr Ir Suria Darma Tarigan,

MS dan Dr Enni Dwi Wahyunie selaku Sekretaris Program studi Pengelolaan DAS, yang telah membantu dalam penyelesaian studi di Program Studi Ilmu Pengelolaan DAS.

5. Kepada orang tua, keluarga besar di Bengkulu dan di Lampung, Istri Aryana

Novianti dan anak-anak yang telah memberikan doa restu untuk dapat meraih gelar magister di IPB.

6. Kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu selama selama mengikuti

program magister di IPB.

7. Kepada para staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Mbak Winta,

Mbak Lina yang telah membantu proses administrasi selama menjalani masa kuliah.

8. Teman-teman yang setia menemani dan memberikan motivasi selama menjalani

masa kuliah, teman-teman Prodi DAS 2011 Gunadi, Zaenal, Puti Ikrima, Pak Bos, Bu fitri, teman-teman PWL 2011, tanah 2011, dan ForDAS IPB.

Kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini dan tidak bisa disebutkan satu persatu diucapkan terima kasih, semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Bogor, April 2014

(14)
(15)

LAMPIRAN 63

19.Perbandingan debit pengukuran dengan debit model SCS hasil kalibrasi

(16)
(17)

tahun 2011 75

12.Aliran permukaan DAS Way Besai model SCS kondisi aktual bulan Juli

tahun 2011 76

13.Aliran permukaan DAS Way Besai model SCS kondisi aktual bulan

Agustus tahun 2011 77

14.Aliran permukaan DAS Way Besai model SCS kondisi aktual bulan

September tahun 2011 78

15.Aliran permukaan DAS Way Besai model SCS kondisi aktual bulan

Oktober tahun 2011 79

16.Aliran permukaan DAS Way Besai model SCS kondisi aktual bulan

Nopember tahun 2011 80

17.Aliran permukaan DAS Way Besai model SCS kondisi aktual bulan

Desember tahun 2011 81

18.Data kelompok HKm di Kecamatan Sumberjaya, Way Tenong dan Gedung

Surian Kabupaten Lampung Barat 82

19.Analisis manfaat dan biaya (BCR) perencanaan penggunaan lahan

skenario-2 DAS Way Besai tahun 2011 84

20.Analisis manfaat dan biaya (BCR) perencanaan penggunaan lahan

skenario-3 DAS Way Besai tahun 2011 85

21.Analisis manfaat dan biaya (BCR) perencanaan penggunaan lahan

(18)

1

PENDAHULUAN

berbagai sektor. Konsumen terbesar yang semula dari sektor pertanian, sekarang mengalami diversifikasi ke sektor industri, domestik, penggelontoran kota (untuk keperluan taman, toilet, menyiram tanaman, dan pemadam kebakaran), dan lain-lain. Sumber daya air masih mengalami ketimpangan, apabila ditinjau dari pemerataan konsumsinya, diantara konsumsi kelompok yang memiliki pendapatan tinggi dengan 2020 menunjukkan bahwa perkiraan sebagian besar wilayah di Indonesia masih berada dalam status aman, namun beberapa wilayah (kabupaten) terutama di Jawa berada pada kondisi waspada dan kritis. Kebutuhan air ini meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, taraf hidup dan perkembangan sektor industri

(Pawitan et al.1996; Sanim 2011).

Jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 sekitar 230 juta jiwa, apabila dinyatakan dalam nilai Indeks Ketersediaan Air (IKA), maka IKA Indonesia sebesar 14 000

m3/orang/tahun. Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak terkendali maka nilai

IKA akan turun secara drastis hingga ambang tolerasi sebesar 1 000 m3/orang/tahun

(Pawitan et al. 1997). Pakar hidrologi mengembangkan konsep model untuk

menentukan kelangkaan air (water scarcity) di dunia. Pengalaman beberapa negara

menunjukkan bahwa kelangkaan air terjadi saat kurang dari 1 000 m3 air tawar

(renewable freshwater) tersedia per orang per tahun. Stress air (water stress) terjadi

jika air bersih yang tersedia antara 1 000 -1 700 m3 per orang per tahun, jika lebih

dari 1 700 m3 per orang per tahun maka dikatakan relatif cukup air (water sufficient)

(Falkenmark et al. 1989).

Provinsi Lampung memiliki luas daratan 35 288.35 km2, berdasarkan data BPS

2012 jumlah penduduk di Provinsi Lampung tahun 2010 adalah 7 608 405 orang.

Rata-rata kepadatan penduduk 216 orang per km2 angka ini diatas rata-rata angka

(19)
(20)

Perumusan Masalah

Permasalahan sumber daya air semakin meningkat dengan semakin terbatasnya pasokan air akibat perubahan penggunaan lahan. Kebutuhan air juga semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan aktifitas ekonomi yang berujung pada persaingan penggunaan sumberdaya air di berbagai sektor. DAS Way Besai mempunyai peranan penting dalam penyediaan sumber daya

komoditas pertanian utama sekaligus urat nadi perekonomian wilayah ini. Sistim pertanian kopi ini umumnya dilakukan kurang atau tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air, akibatnya selain terjadi penurunan keanekaragaman hayati wilayah tersebut juga mengalami degradasi lahan yang intensif dan meluas. Hasil penelitian Farida (2001) di DAS Way Besai, menunjukan limpasan permukaan pada ditanggung oleh pembangkit listrik dengan patokan harga jual kepada PLN sedangkan bila menggunakan data harga jual PLN ke masyarakat maka kerugian menjadi Rp.3 483 195000 atau Rp 87 079.87/ha.

Beberapa potensi perekonomian yang berasal dari sumber daya air di DAS Way Besai diantaranya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), penyediaan jaringan

irigasi daerah hilirnya (downstream), beberapa penggunaan air untuk dijadikan

(21)

Kerangka Pemikiran aktifitas manusia di DAS Way Besai. Perubahan penggunaan lahan tidak terlepas dari pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktifitas ekonomi yang menyebabkan terjadinya tekanan terhadap lahan yang akan menyebabkan penurunan kapasitas infiltrasi dan meningkatnya aliran permukaan.

Penurunan kapasitas infiltrasi tanah dan peningkatan aliran permukaan akan menyebabkan pola distribusi air yang tidak merata sepanjang tahun, artinya ada waktu-waktu atau bulan-bulan tertentu terjadi kelebihan air yang tidak termanfaatkan, skenario perubahan penggunaan lahan. Dengan mengetahui kondisi pemakaian air di DAS Way Besai, sehingga dapat dilakukan pengalian potensi nilai ekonomi

3. Menyusun rekomendasi perencanaan penggunaan lahan yang terbaik di DAS

Way Besai.

(22)

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

DAS WAY BESAI Kawasan perlindungan DAS

Potensi penyedia air di daerah hilir (Down stream) Penyedia pasokan air PLTA Way Besai

Perambahan hutan sejak tahun 1970

Peningkatan jumlah penduduk

Perubahan lahan hutan menjadi pertanian (76.59% , th 1970 s/d 2006) Ijin Hkm 35 tahun (31 kelompok)

Penurunan produksi listrik PLTA 40% dalam 10 tahun

Limpasan pemukaan dilahan kopi tinggi ( 28 % dari CH, Farida 2001) Erosi (32.25 ton/ha/th, Hidayat 2002)

Kerugian PLTA (3.4 M tahun 2001)

Pengembangan sumber daya lahan berbasis sumber daya air berkelanjutan

Kebutuhan air (water demand)

Perencanaan Penggelolaan Lahan yang Terbaik

Penggalian potensi ekonomi sumber daya air Pasokan air

(water supply)

Skenario Perencanaan Penggunaan Lahan

(model SCS)

(23)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Masukan sebagai dasar pertimbangan pemerintah dalam menentukan kebijakan

pengelolaan sumber daya lahan dan air yang berbasis Daerah Aliran Sungai.

2. Sebagai sumber informasi bagi stakehoders, terutama yang berkaitan dengan

pelestarian sumberdaya lahan dan sebagai dasar pertimbangan dalam

(24)

permintaan (demand) tidak lagi seimbang dengan ketersediaan sumberdaya air untuk Kondisi di atas menggambarkan bahwa potensi kelangkaan air yang sangat besar akan terjadi di Jawa dengan daya dukung sumberdaya air yang telah mencapai titik krisis (Bappenas 2006).

Kebutuhan sumber daya air terus meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup manusia, sedangkan ketersediaan ada batasnya, sehingga pengelolaan sumberdaya air perlu terjamin ketersediaan air guna mencukupi air dari waktu kewaktu. Proyeksi kebutuhan air Indonesia tahun 2020 untuk keperluan pertanian, industri dan domestik dibandingkan tahun 1995 meningkat berturut-turut 25 %, 400 % dan 300 %. Sementara itu, secara kuantitas volume air yang ada relatif

konstan bahkan yang dapat digunakan (utilizable) cenderung menurun antara lain

(25)

4) Topografi

5) Luas daerah aliran

6) Vegetasi penutup tanah : jenis/tipe, jumlah dan kerapatan

7) Sistem pengelolaan tanah

(26)

Model Hidrologi dalam Sistem DAS

Sistem DAS merupakan sub-sistem hidrologi. Teori hidrologi disajikan dalam dua bentuk, yaitu deskriptif dan kuantitatif. Hidrologi deskriptif membahas uraian konsep-konsep dasar dan proses yang menyatu dan berinteraksi satu sama lain. Konsep-konsep dan proses-proses diperoleh dari pengamatan, pemikiran dan pengambilan kesimpulan. Hidrologi kuantitatif menyajikan gambaran dan teori-teori yang disajikan dalam serangkaian angka yang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan. Penyajian secara kuantitatif dari konsep dan proses hidrologi menimbulkan persamaan-persamaan matematika disebut juga model matematika. Pendekatan analisis sistem dalam kajian hidrologi DAS merupakan landasan teori yang dapat mengintegrasikan informasi komponen-komponen suatu sistem DAS menjadi model-model hidrologi DAS. Hal ini telah dirasakan kebutuhan akan teknik pemodelan hidrologi yang mampu mengevaluasi dan menduga secara cepat dampak hidrologi dari perubahan dan tindakan pengelolaan tertentu yang terjadi di dalam suatu DAS (Pawitan 2000). didasarkan atas penggunaan hubungan yang secara statistik nyata antara peubah-peubah yang dianggap penting dari sejumlah data yang cukup tersedia. Tiga tipe analisis yang biasa dikenal yaitu kotak hitam, kotak kelabu, dan kotak putih. Model Kotak Hitam yaitu jika hanya masukan dan keluaran utama yang ditelaah,

pendekatan kotak hitam (black box) meliputi penyesuaian masukan (yaitu curah

hujan) dengan keluaran (sedimen) dengan suatu fungsi matematik yang sederhana tanpa ada usaha untuk memasukan hubungan atau parameter-parameter lain yang

berpengaruh (Arsyad 2010). Model juga dibedakan atas lumped model dan

distributed model. Lumped model tidak memiliki distribusi spasial dalam

variable-variabelnya, juga variasi spasial dalam parameter yang dikaji. Distributed model

mempertimbangkan distribusi spasial dari variable-varibael bersamaan dengan DAS itu sendiri (Ferijal, 2012). Selanjutnya Harsoyo (2010) menyatakan bahwa Model simulasi hidrologi pada dasarnya dibuat untuk menyederhanakan sistem hidrologi, sehingga perilaku sebagian komponen di dalam sistem dapat diketahui.

Pendugaan volume aliran permukaan pada suatu DAS dapat menggunakan model

hubungan hujan-limpasan yaitu metode U.S.Soil Conservation Services. Besarnya

volume aliran permukaan (Q) tergantung pada curah hujan (P) dan volume simpanan

yang tersedia untuk menahan air (S). Besaran nilai bilangan kurva (runoff curve

(27)

penggunaan lahan, infiltrasi, dan kondisi hidrologi tanah (kondisi kandungan air tanah sebelumnya) (Arsyad 2010).

Perencanaan Penggunaan Lahan dalam Sistem DAS

DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung, dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya kelaut melalui sungai utama (Asdak 2010). Pengertian DAS dalam UU No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh

aktifitas daratan. Wilayah daratan tersebut dinamakan “Cathment area” atau

Watershed atau daerah tangkapan air, yang merupakan satu kesatuan ekosistem dengan unsur utamanya terdiri dari sumber daya alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam.

Fungsi DAS sebagai penampung air hujan yang jatuh di atasnya, serta mengalirkannya sebagai aliran permukaan melalui sungai-sungai. Fungsi DAS merupakan gabungan dari berbagai faktor vegetasi, tofografi, geologi tanah, serta penggunaan lahan akibat aktivitas manusia. Salah satu faktor yang sangat menentukan besar tidaknya ketersediaan air dalam suatu DAS adalah vegetasi atau analisis untuk perubahan penggunaan lahan adalah dalam bentuk: deskripsi atau

penjelasan (explanation), prediksi, kajian dampak (impact assessment), resep

(prescription) dan evaluasi.

Perencanaan penggunaan lahan merupakan proses lanjutan dari evaluasi lahan (FAO 1976). Evaluasi lahan secara umum bertujuan untuk menentukan nilai (kelas) suatu lahan untuk tujuan tertentu. Berdasarkan evaluasi lahan, rekomendasi bagi perencanaan alokasi lahan dapat dilakukan untuk perbaikan pengelolaan dan

penggunaan lahan berkelanjutan (Pieterse et al. 2002). Evaluasi lahan menurut

Djaenudin et al (2003) merupakan suatu pendekatan atau cara menilai potensi

(28)

Kelayakan ekonomis alokasi penggunaan lahan dapat didasarkan pada hasil atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki, menggunakan atau mengkonsumsi suatu barang atau jasa yang diinginkannya. Penilaian adalah kegiatan

yang dihasilkan oleh sumberdaya alam. Use value diklasifikasikan menjadi nilai

guna langsung (direct use value) dan nilai guna tidak langsung (indirect use value).

Direct use value merupakan kegunaan langsung dari konsumsi sumberdaya alam

(penangkapan ikan , air minum dsb) sedangkan indirect use value merupakan nilai

yang dapat dirasakan secara tidak langsung dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh

sumberdaya alam dan lingkungan (misalnya fungsi pencegahan banjir, nursery

ground dsb).

Kajian penilaian ekonomi terhadap perubahan pengelolaan sumberdaya alam telah dilakukan oleh beberapa peneliti, Sihite (2001), yang menyatakan bahwa, meningkatnya sedimentasi menyebabkan penurunan debit aliran Way Besai, berakibat menurunnya kapasitas produksi PLTA Besai. Hal ini menyebabkan timbulnya kerugian ekonomi PLTA Besai sebesar Rp.16.5 Milyar/tahun (1975-1981) dan meningkat menjadi Rp.63.5 Milyar/tahun (1996-1998). Darusman (1993)

mengkaji manfaat tidak langsung ( inderect use value) dari Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango (TNGP) sebagai perlindungan aliran air. Kebutuhan air dan penilaian terhadap kesediaan masyarakat membayar agar air tetap secara teratur mengalir dengan peruntukan air minum, sanitasi dan pertanian. Hasil penelitian menunjukkan nilai dugaan manfaat air yang diberikan kawasan TNGP sebesar Rp 4 341 miliar per tahun atau Rp 280 juta per hektar bagi masyarakat sekitarnya.

Teknik valuasi sumberdaya alam yang tidak dapat dipasarkan (non-market

(29)

1. Teknik valuasi yang mengandalkan harga implisif dimana willingness to pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut

teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap).

Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah: travel cost,

hedonik pricing dan random utility model.

2. Teknik valuasi yang didasarkan pada survey dimana keinginan membayar atau

WTP diperoleh langsung dari responden yang langsung diungkapkannya secara

lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer adalah Contingent

Valuation Method (CVM) dan Discreate Choice Method Contingent Valuation Method pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama, keinginan

membayar (Willingness To Pay/WTP) dari masyarakat. Kedua keinginan

menerima (Willingness To Accept/WTA) kerusakan suatu lingkungan.

3

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Besai, secara kewilayahan administrasi masuk dalam Kabupaten Lampung Barat dan sebagian kecil di Kabupaten Way Kanan dan Kabupaten Lampung Utara. Secara geografis

terletak pada 104° 18' 26” hingga 104° 34' 10” Lintang Selatan dan pada 4° 55'

49'' hingga 5° 09' 47'' Bujur Timur. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

(30)

Bahan dan Alat

Bahan – bahan yang digunakan terdiri data spasial, data numerik, data lapangan,

dan data pendukung. Data Spasial berupa Peta Rupa Bumi skala 1 : 50 000 yang diproduksi oleh BIG, peta citra landsat ETM7+ tahun 2011 dari Ditjen Planologi Kementerian Kehutanan, Peta DEM SRTM 30 meter wilayah Provinsi Lampung diperoleh dari LAPAN, Peta Jenis Tanah skala 1 : 250 000 dikeluarkan Puslitanak Bogor. Data numerik meliputi data debit sungai Way Besai diperoleh dari BBWS tahun 2011 dan 2012, data produksi listrik PLTA Way Besai tahun 2011 yang dikeluarkan PLN sektor pembangkitan Sumbagsel, data Iklim dan curah hujan periode 2011 dan 2012 dari BMKG Masgar Lampung, dan data BPS Kecamatan dalam angka tahun 2012 dari BPS Provinsi Lampung. Data lapangan meliputi data hasil analisa tanah dari pengambilan sampel dilapangan dan hasil wawancara. Data pendukung berupa literatur hasil penelitian terdahulu.

Peralatan yang digunakan terdiri dari seperangkat komputer dilengkapi dengan perangkat lunak Arcview 3.3, dan Microsoft office 2010, Global Positioning System (GPS), ring sampel tanah, printer, ploter, kamera, dan alat tulis kantor.

Tahapan Penelitian

(31)
(32)

Analisis Pasokan dan Kebutuhan Air (Water SupplyWaterDemand)

(33)

Standar kebutuhan air untuk ternak ditentukan sesuai dengan standar yang dengan intensitas penanaman dan standar penggunaan air untuk padi sawah. Penanaman padi sawah di DAS Way Besai tergantung pada curah hujan dan air

(34)

Analisis neraca air

Neraca air merupakan perimbangan antara masukan (input) dan keluaran

(35)

dimana mendapatkan nilai bilangan kurva (CN) setiap satuan. Selanjutnya nilai CN digunakan untuk memprediksi aliran permukaan maupun mensimulasi (skenario) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu

(Lillesand dan Kiefer 1990). Pengelompokan sifat-sifat tanah dalam metode SCS

untuk menentukan nilai CN yang digunakan menduga volume aliran permukaan terbagi empat kelompok yang ditandai dengan huruf A, B, C, dan D. Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan keempat kelompok sebagai berikut (Arsyad 2010) : Kelompok A: Pasir dalam, debu yang beragregat

Kelompok B: Pasir dangkal, lempung berpasir

(36)

Kalibrasi dan validasi

Pengujian model menggunakan koefisien Nash-Sutcliffe, dikelompokan menjadi

3 kelompok dengan kategori yaitu nilai NS > 0.75 kategori baik, 0.75> NS >0.36

kategori cukup memuaskan, NS < 0.36 kategori kurang memuaskan (Nash et al.

Kalibrasi bertujuan agar ouput model yang digunakan hasilnya mendekati

dengan output dari DAS yang diuji. Kalibrasi model dilakukan dengan

gambaran tentang tingkat ketidakpastian yang dimiliki oleh suatu model dalam memprediksi proses hidrologi (Indarto 2010). Validasi model menggunakan data tahun 2012.

Skenario perencanaan penggunaan lahan

Skenario perencanaan penggunaan lahan digunakan untuk mendapatkan rekomendasi perencanaan pengelolaan lahan berbasis sumber daya air yang terbaik. Penyusunan skenario ini didasarkan pada kondisi yang ada dan diharapkan dapat diaplikasikan dilapangan. Skenario perencanaan penggunaan lahan disusun dengan

(37)

Skenario-4 : Kombinasi antara Skenario-3 dengan merubah pengelolaan lahan kopi monokultur menjadi pola tanam kopi campuran.

Pola agroforestry dalam skenario ini adalah agroforestry dengan pengertian

sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan) dan tanaman tidak berkayu yang membentuk bentang lahan berdasarkan strata tajuk, yang tumbuh secara bersamaan untuk memperoleh manfaat berbagai produk dan jasa secara ekonomis dan ekologis. Kondisi lahan pada ijin Hkm saat ini sebagian besar berupa tanaman kopi, sehingga untuk merubah penggunaan lahan menjadi sistem

penggunaan lahan agroforestry perlu dilakukan rehabilitasi berupa kegiatan

pengkayaan tanaman pada lahan tersebut. Kegiatan pengakayaan tanaman tersebut

berupa penanaman tanaman berkayu (pepohonan) dengan jenis MPTS (Multi

Purposes Tree Spesies) yaitu tanaman berkayu yang dapat juga diambil hasilnya berupa buah dan getah. Jumlah tanaman untuk kegiatan pengakayaan tanaman tersebut sebanyak 400 batang perhektar.

Perhitungan Nilai Ekonomi Sumber Daya Air

Nilai ekonomi air yang dihitung dalam penelitian terbatas pada pemanfaatan

(38)

Nilai air untuk tenaga listrik micro hidro Besai menggunakan air hanya untuk memutarkan turbin, air hanya dilewatkan

melalui inlet setelah itu dikembalikan lagi ke sungai untuk dapat dipergunakan lagi

(39)

Analisis manfaat dan biaya berlaku untuk Bank perseroan (Bank pemerintah) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebesar 10.30 % (BPS 2014). Lama waktu dalam perhitungan BCR selama 16 tahun, dengan asumsi selama kurun waktu 16 tahun perubahan penggunakan lahan telah mencapai kondisi yang diiginkan (pengunaan lahan telah menyerupai

hutan agroforestry). Pendekatan waktu dipakai dari beberapa jenis tanaman keras,

yang cocok ditanam di DAS Way Besai. Jenis tanaman yang sesuai dengan

agroklimat setempat dan diminati oleh masyarakat, seperti Cempaka (Michelia

Cempaca L) dan kemiri (Aleurites moluccana Wild.). Penelitian Sumijarto dan Dewi

Perhitungan nilai biaya dalam penelitian ini adalah biaya yang ditimbulkan akibat skenario yang disusun berupa biaya rehabilitasi akibat perubahan penggunaan lahan. Nilai manfaat ekonomi berupa manfaat ekonomi atas hasil perencanaan penggunaan lahan atas skenario yang disusun tanpa memperhitungan nilai manfaat

ekonomi (intangible benefit) yang lain. Manfaat ekonomi atas hasil perencanaan

(40)

tegakan diasumsi pada tahun ke-16 tegakan telah mencapai pertumbuhan optimal. Nilai tegakan dihitung atas potensi volume tegakan dikalikan dengan harga nilai tegakan yang berlaku dilokasi penelitian. Nilai harga tegakan yang berlaku dilokasi

Pengertian koefisien total run-off dalam penelitian ini adalah perbandingan antara

total aliran permukaan dengan curah hujan. Pengertian rasio volume aliran permukaan dalam penelitian ini adalah perbandingan antara volume aliran permukaan bulan tertinggi dengan volume aliran permukan bulan terendah.

(41)
(42)

Gambar 4. Peta kelas kelerengan lahan DAS Way Besai

Jenis tanah

Jenis tanah di daerah Way Besai bersumber dari Peta satuan lahan dan tanah lembar Baturaja (1011) Skala 1 : 250.000 tahun 1990 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jenis tanah didominasi oleh jenis Inceptisol, dengan 3 (tiga) kelompok jenis tanah

dominan yaitu Dystropepts, Humitropepts dan sebagian kecil Tropaquepts. Jenis

tanah Dystropepts mendominasi tanah yang ada di DAS Way Besai dengan luas

(43)

Tabel 3 Jenis tanah di DAS Way Besai

Jenis Tanah Luas (Ha) %

Dystropepts 25 944.20 58.01

Humitropepts 17 440.26 39.00

Tropaquepts 1 336.08 2.99

Jumlah 44 720.54 100,00

Sumber : Peta satuan tanah dan lahan Puslitanak tahun 1990

Skala 1 : 250 000 lembar Baturaja 1011

Gambar 5. Peta jenis tanah DAS Way Besai tahun 2011

Penggunaan lahan

Pengunaan lahan yang terdapat di DAS Way Besai hasil interpretasi citra landsat

tahun 2011 yang didetailkan kembali dengan pengecekan lapangan (groundcek).

terdiri dari 7 (tujuh) Pengunaan lahan yaitu :

1. Pemukiman adalah lahan yang ditutupi bangunan, baik berupa bangunan

(44)

2. Hutan adalah lahan yang didominasi oleh pohon, yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan pada wilayah sekitar maupun bawahnya dan sebagai pengatur tata air. Luas lahan hutan seluas 6 084.12 Ha (13.60 %).

3. Semak belukar adalah lahan yang ditumbuhi rerumputan, tanaman kecil yang

ketinggiannya kurang dari 2 meter, dan juga paku-pakuan, serta tumbuhan tanaman naungan. Pola ini dilakukan dengan pengelolaan lahan yang intensif. Luas penggunaan lahan monokultur ini seluas 851.80 Ha (1.90 %).

Penggunaan lahan di daerah penelitian didominasi oleh tanaman kopi, berupa tanaman kopi monokultur maupun kopi campuran. Dominasi tanaman kopi mencerminkan komoditi kopi masih menjadi andalan petani yang ada di DAS Way Besai. Jenis tanaman kopi hampir merata di daerah penelitian, berada diluar kawasan hutan maupun didalam kawasan hutan. Produktifitas tanaman kopi relatif kurang,

hanya berkisar antara 800 – 1 500 kg per tahun. Belum ada keberanian petani untuk

(45)

Tabel 4 Penggunan lahan di DAS Way Besai tahun 2011

Penggunaan Lahan Luas (Ha) %

Hutan 6 084.12 13.60

Kopi campuran/Kebun campuran 15 311.48 34.24

Kopi Monokultur 851.80 1.90

Pemukiman 481.81 1.08

Pertanian kering 9 142.55 20.44

Sawah 2 001.89 4.48

Semak belukar 10 846.89 24.25

Jumlah 44 720.54 100.00

Sumber : Hasil interpretasi citra landsat ETM 7 tahun 2011

Gambar 6. Peta penggunaan lahan DAS Way Besai tahun 2011

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pasokan dan Kebutuhan Air

Pasokan air (Water supply)

Analisis pasokan air (Water supply) mengunakan air permukaan yang berasal

dari debit sungai Way Besai. Jumlah air permukaan yang tersedia di DAS Way Besai

sebesar 460 452 600 m3/tahun. Jumlah pasokan air tertinggi bulan April sebesar

66 166 200 m3, karena pada bulan ini terjadi curah hujan yang cukup tinggi yang

(46)
(47)

Kebutuhan air peternakan

Peternakan menjadi salah satu tumpuan yang dapat menopang perekonomian masyarakat pedesaan di DAS Way Besai. Pemeliharaan ternak yang dilakukan hanya bersifat sampingan bukan menjadi penghasilan pokok, sehingga hampir setiap kepala keluarga mempunyai peliharaan ternak. Jenis ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat adalah sapi, kerbau, kambing, domba, ayam dan itik. Air merupakan kebutuhan vital bagi makhluk hidup termasuk ternak, kebutuhan air untuk ternak dihitung berdasarkan asumsi yang digunakan oleh Nippon Koei Co Ltd (1993). Kebutuhan air untuk sapi dan kerbau ditentukan sebesar 40 liter/ekor/hari,

domba/kambing 5 liter/ekor/hari, babi 6 liter/ekor/hari, unggas sebesar

(48)

Kebutuhan air sawah

memerlukan air sebanyak 600 000 m3. Pada tingkat operasi rendah PLTA bekerja

(49)
(50)

Neraca Pasokan dan Kebutuhan Air DAS Way Besai

(51)

Tabel 12 Neraca air DAS Way Besai tahun 2011 sehingga kebutuhan air sepanjang tahun dapat terpenuhi. Kegiatan yang dapat dilakukan melalui cara sipil teknis ataupun vegetatif. Cara vegetatif dilakukan dengan pengelolaan vegetasi. Misalnya untuk memperbesar simpanan air tanah (storage) dengan mempertahankan hutan atau tutupan vegetasi permanen pada kawasan lindung yang masih baik dan melakukan kegiatan rehabilitasi hutan pada daerah yang vegetasinya telah terbuka atau rusak. Analisis skenario perencanaan penggunaan lahan diperlukan untuk mencari skenario terbaik dalam pengelolaan DAS dari aspek hidrologi, neraca air dan pembiayaan yang optimal.

Analisis Perencanaan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan yang tidak terkontrol dalam bentuk deforestasi dan konversi lahan pertanian ke non pertanian akan berdampak pada menurunnya fungsi DAS. Ditandai dengan menurunnya produktifitas lahan dan menurunnya daya resap air dalam tanah. Perencanaan penggunaan lahan yang memperhatikan kemampuan lahan diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kembali fungsi DAS. Fungsi

hidrologi DAS dapat diukur dari aliran permukaan. Aliran permukaan (surface

(52)

Curah hujan

dihitung dengan mengunakan metode Polygon Thiessen. Jumlah curah hujan

rata-rata tahunan hasil perhitungan metode Polygon Thiessen sebesar 2 740.38 mm/tahun.

Rata-rata curah hujan bulanan sebesar 228.37 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebagai puncak musim hujan dengan intensitas curah hujan sebesar 421.34 mm dan curah hujan terendah di terjadi pada bulan Agustus

sebesar 13.93 mm. Penggunaan metode Polygon Thiessen dalam penentuan curah

(53)

Tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson dikategorikan sebagai Tipe Iklim B dimana terdapat 7 bulan basah yang diawali dari bulan Nopember dan berakhir dibulan April, dan terdapat 2 (dua) bulan kering, bulan Agustus dan bulan September.

Hasil perhitungan curah hujan wilayah dengan menggunakan metode polygon

Thiessen dapat dilihat pada Tabel 14. Peta curah hujan wilayah DAS Way Besai dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 14 Curah hujan wilayah bulanan di DAS Way Besai tahun 2011

Bulan Curah hujan Hari hujan

(mm)

Januari 275.19 19

Februari 298.67 18

Maret 280.28 27

April 400.60 29

Mei 235.30 26

Juni 116.18 13

Juli 93.73 21

Agustus 13.93 6

September 64.42 14

Oktober 183.08 24

Nopember 357.66 26

Desember 421.34 27

Jumlah 2 740.38 251

Sumber : Data curah hujan diolah dengan metode Polygon Thieseen

(54)

Pendugaan volume aliran permukaan kedua faktor tersebut. Volume curah hujan merupakan sifat meteorologi yang penting dalam menduga volume aliran permukaan. Tipe tanah, penggunaan lahan adalah sifat-sifat daerah aliran yang mempunyai pengaruh paling penting dalam pendugaan volume aliran permukaan.Interakasi dari setiap kelas tanah dan kelas penggunaan lahan terhadap besarnya kehilangan air diperlihatkan melalui matrik Curve Number (CN) untuk setiap jenis penggunaan lahan.

(55)
(56)
(57)

Kalibrasi dan validasi model

Kalibrasi digunakan untuk melihat kebenaran dan mencari model yang terbaik, dilakukan dengan membandingkan debit hasil perhitungan model dengan debit hasil pengukuran. Kalibrasi dilakukan menggunakan data debit pengukuran tahun 2011.

Aliran permukaan hasil model SCS awal menghasilkan aliran permukaan sebesar 1 210.40 mm/tahun sedangkan hasil pengukuran lapangan sebesar 1 029.63

mm/tahun. Nilai NS awal sebesar 0.599 dan koefisien deterministik R2 sebesar 0.414.

Nilai NS yang dihasilkan dari data model awal belum cukup baik (R2 dan NS < 0.75)

sehingga perlu dilakukan kalibrasi.

Kalibrasi dilakukan dengan mengubah parameter yang mempengaruhi nilai CN.

Perubahan parameter dilakukan dengan teknik coba-coba (trial error) hingga

menghasilkan nilai NS yang cukup memuaskan. Hasil kalibrasi menghasilkan nilai

NS sebesar 0.849 dan nilai R2 sebesar 0.777 dengan aliran permukaan sebesar

1 073.48 mm/tahun. Nilai CN hasil kalibrasi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Nilai CN hasil kalibrasi setiap penggunaan lahan di DAS Way Besai

tahun 2011

Penggunaan Lahan AMC/ Nilai CN

I II III

Hutan 59.13 76.9 89.83

Kopi campuran 69.74 84.9 93.98

Kopi monokultur 71.85 86.3 94.64

Pemukiman 78.72 90.4 96.43

Pertanian 73.75 87.5 95.18

Sawah 68.57 84.1 93.60

Semak 67.44 83.3 93.21

Agroforestry 65.51 81.9 92.51

Validasi data adalah proses evaluasi terhadap model untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat ketidakpastian yang dimiliki oleh suatu model dalam memprediksi proses hidrologi (Indarto 2010). Validasi dalam penelitian ini memakai data pengamatan tahun 2012. Hasil validasi tersebut menghasilkan nilai NS sebesar

0.816 dan R2 sebesar 0.723. Dengan hasil tersebut model dikategorikan baik dan

(58)
(59)

lahan yang disusun. Metode SCS (Soil Conservation Service) salah satu metode yang

pola agroforestry. Pola agroforestry dalam penelitian ini adalan bentang lahan

dengan campuran tanaman tegakan strata tajuk tinggi dan strata tajuk rendah. Tanaman strata tajuk tinggi dalam penelitian ini adalah tanaman-tanaman kehutanan yang mempunyai perakaran yang dalam dan kuat, selain itu juga memberikan manfaat nilai bagi masyarakat (Tanaman MPTS) seperti tanaman kemiri, pala, sengon, karet, damar mata kucing, cempaka. Tanaman strata tajuk rendah adalah tanaman kopi masyarakat yang telah ada sebelumnya. Skenario perencanaan penggunaan lahan yang disusun adalah dengan mengakomodir kondisi tersebut.

Skenario perencanaan penggunaan lahan digunakan untuk mendapatkan rekomendasi perencanaan pengelolaan lahan yang berbasis sumber daya air yang terbaik. Penyusunan skenario ini didasarkan pada kondisi yang ada dan diharapkan dapat diaplikasikan dilapangan. Skenario perencanaan penggunaan lahan yang dipilih adalah skenario terbaik dalam pengelolaan DAS dari aspek hidrologi, pemenuhan kebutuhan air dan dan secara ekonomi masih layak untuk dilakukan yang

Skenario-3 : Kombinasi antara Skenario-2 dengan merehabilitasi kawasan hutan yang tidak ada ijin HKm.

Skenario-4 : Kombinasi antara Skenario-3 dengan merubah pengelolaan lahan kopi monokultur menjadi pola tanam kopi campuran.

Penggunaan lahan hasil skenario yang disusun didapat dari overlay (tumpang

susun) antara peta penggunaan lahan, peta fungsi kawasan hutan dan peta ijin Hkm.

Setelah dilakukan overlay terhadap peta-peta tersebut, sehingga terjadi

(60)

Tabel 20 Perbandingan perubahan penggunaan lahan pada setiap skenario di DAS

(61)
(62)
(63)

(15.28 %). Penambahan lahan hutan seluas 6 834 ha (15.28%) berada di Kawasan

belukar menjadi 5 506 ha (12.31%) dan terdapat penggunaan lahan agroforestry

seluas 9 209 ha (20.59%). Perubahan penggunaan lahan pada skenario-3 di DAS dan skenario-2. Volume aliran permukaan pada skenario-3 sebesar 472 284 454

m3/tahun sedangkan volume aliran permukaan pada skenario-1 sebesar 480 058 757

m3/tahun dan skenario-2 474 590 481 m3/tahun. Aliran permukaan skenario-3 ini

lebih rendah 7 774 304 m3/tahun dibandingkan dengan skenario-1. Berkurangnya

(64)
(65)

skenario-1, skenario-2 dan skenario-3. Sedangkan pada bulan-bulan kering (Mei-tanah adalah sifat-sifat daerah aliran yang mempunyai pengaruh paling penting dalam pendugaan volume aliran permukaan. Tabel 29 menunjukkan perbandingan berbagai skenario yang disusun dengan mengunakan model SCS ditinjau dari aspek hidrologi. Aliran permukaan pada skenario-1, skenario-2, skenario-3 dan skenario-4 berturut-turut sebesar 1 073.48, 1 061.25, 1 056.09 dan 1 055.79 mm/tahun. Nilai

koefisien total runoff skenario-1, skenario-2, skenario-3 dan skenario-4

(66)

Pasokan air yang dihasilkan dari masing-masing skenario-1, skenario-2,

Rp.7 500 per bulan setiap KK. atau setara dengan Rp. 457,- setiap m3. Besarnya nilai

(67)

kecilnya dinamo yang digunakan, satu unit mikro hidro bisa dipakai oleh 5-20 KK. Setiap KK bisa mengunakan daya listrik hingga 100 watt. Jumlah penggunaan mikro

hidro di DAS Way Besai cukup banyak hingga mencapai 93 unit mikrohidro, dengan

berbagai kapasitas listrik yang dihasilkan. Seiiring dengan masuknya listrik PLN

hingga ke desa-desa yang selama ini memakai mikrohidro, berdampak pada semakin

berkurangnnya jumlah mikrohidro yang ada.

Pembuatan satu unit mikro hidro diperlukan biaya sebesar Rp.5 000 000 –

20 000 000,- . Biaya yang paling besar adalah pembelian kabel listrik yang digunakan

untuk menyalurkan listrik dari unit mikrohidro sampai ke rumah-rumah pemakai.

Listrik dari mikro hidro nyala sepanjang hari karena apabila energy listrik yang ada

tidak digunakan, berakibat pada kelebihan daya listrik dipembangkit mikrohidro.

Kelebihan daya tersebut berakibat terbakarnya atau rusaknya dinamo yang ada. Sampai saat ini belum ada teknologi ditingkat masyarakat untuk menyimpan tenaga

(68)

adalah sebesar Rp.106 159 905 000 per tahun. Rincian produksi listrik dan nilai Proporsi nilai air terbesar adalah penggunaan untuk sarana produksi PLTA. Nilai total ekonomi air di DAS Way Besai cukup besar sehingga fungsi DAS Way Besai

hasil rehabilitasi. Pendekatan ini menggunakan analisis biaya dan manfaat Benefit

(69)

Besai. Jenis tanaman yang sesuai dengan agroklimat setempat dan diminati oleh

masyarakat, seperti Cempaka (Michelia Cempaca L) dan kemiri (Aleurites

moluccana Wild.). Penelitian Sumijarto dan Dewi (2002) pada umur 16 tahun

tanaman Cempaka (Michelia Cempaca L) telah mencapai pertumbuhan optimal

dengan tinggi 19.70 m dengan diameter batang 48 cm dan volume 2.50 m3. Potensi

lahan Agroforestry seluas 9209 perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi. Kegiatan

rehabilitasi dilakukan dengan model pengkayaan di areal lokasi HKm. Kegiatan

pengakayaan tanaman adalah menambah jumlah komposisi tanaman sebanyak 400 batang/ha. Standar biaya pembuatan tanaman yang diperlukan untuk kegiatan

pengkayaan tanaman skenario-2 sebesar Rp. 6 846 400/ha pada tahun pertama. Biaya yang dibutuhkan untuk rehabilitasi lahan skenario-2 selama 16 tahun setelah di

diskonto dengan nilai interest rate (i) 10.30 % sebesar Rp.186 868 887 116,-.

Manfaat ekonomi skenario-2 adalah manfaat ekonomi yang berasal dari nilai

ekonomi air yang menjadi simpanan air tanah (Storage), dan manfaat nilai tegakan

setelah di diskonto pada tahun ke-16 dengan nilai interest rate (i) 10.30 % sebesar

(70)

Skenario-3 perubahan beberapa jenis pengunaan lahan menjadi penggunaan

lahan Agroforestry seluas 9209 dengan model pengkayaan tanaman ditambah

dengan reboisasi seluas 6 834 ha dengan model reboisasi penuh. Kegiatan

diskonto dengan nilai interest rate (i) 10.30 % sebesar Rp. 540 725 297 428,-.

Manfaat ekonomi skenario-3 adalah manfaat ekonomi yang berasal dari nilai

ekonomi air yang menjadi simpanan air tanah (Storage), dan manfaat nilai tegakan

Manfaat ekonomi skenario-4 adalah manfaat ekonomi yang berasal dari nilai

ekonomi air yang menjadi simpanan air tanah (Storage), dan manfaat nilai tegakan

yang dihasilkan dari rehabilitasi hutan. Simpanan air tanah (Storage) yang dihasilkan

dari perencanaan penggunaan lahan skenario-4 sebanyak 7 911 617 m3/tahun dengan

(71)

Rp. 3 615 608 969 pertahun. Luas lahan yang ditanam pada skenario-4 seluas 9 209 terbaik. Pemilihan skenario terbaik dari aspek hidrologi dinilai dari jumlah aliran

permukaan, koefiesien total runoff, nilai rasio volume aliran permukaan, perubahan

simpanan air tanah (storage) dan pemenuhan kebutuhan air.

Jumlah aliran permukaan yang dihasilkan skenario-1, skenario-2, skenario-3 dan skenario-4 berturut-turut sebesar 1 073.48, 1 061.25, 1 056.09, dan 1 055.79

mm/tahun. Nilai koefisien total runoff skenario-1, skenario-2, skenario-3 dan

(72)

Tabel 32 Jumlah aliran permukaan setiap skenario DAS Way Besai tahun 2011

terjadi peningkatan simpanan air tanah (storage) pada setiap perbaikan perubahan

lahan. Koefisien aliran permukaan dan rasio volume aliran permukaan dapat mengambarkan pengaruh respon hidrologi terhadap perubahan penggunaan lahan setiap skenario.

Perubahan simpanan air tanah (Storage) skenario-2, skenario-3 dan skenario-4

berturut-turut sebesar berturut-turut sebesar 5 468 276, 7 774 304, 7 911 617

(73)

Tabel 33 Perbandingan kebutuhan dan pasokan air hasil model SCS berbagai

462 dapat menurunkan aliran permukaan, menurunkan koefisien total runoff,

menurunkan rasio volume aliran permukaan, menjaga kontinuitas hasil air dan meningkatkan pemenuhan kebutuhan air pada bulan kering. Perubahan penggunaan lahan skenario-4 menyebabkan peningkatan kapasitas infiltrasi tanah yang pada giliran akan menyebabkan perbaikan terhadap kondisi hidrologi. Senada dengan

pernyataan Purwanto dan Ruitjer (2004) bahwa pola tanam agroforestry berbasis

(74)
(75)

6

SIMPULAN DAN SARAN

simpanan air tanah (Storage) berdasarkan skenario-2, skenario-3, dan skenario-4

berturut-turut sebesar 5 468 276, 7 774 304, dan 7 911 617 m3/tahun.

Skenario yang disusun berdampak pada biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan rehabilitasi lahan. Biaya rehabilitasi lahan setelah didiskonto untuk monokultur menjadi kopi campuran adalah skenario yang dipilih sebagai skenario terbaik.

Saran

Pengembalikan fungsi DAS Way Besai perlu dilakukan bersama-sama dengan

perlibatan semua pihak (stakeholder). Pengawasan, monitoring dan evaluasi, dan

(76)

Kegiatan konservasi tanah dan air model sipil teknis perlu dilakukan, selain kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan berupa perbaikan penggunaan lahan dengan merubah penggunaan lahan selain hutan menjadi penggunaan lahan hutan dan (agroforestry). pada Simposium nasional Permasalahan Air di Indonesia di Institut Teknologi Bandung, tanggal 28 dan 29 Juli 1993.

(77)

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2013. Peraturan Dirjen BPDASPS

No.P.02/IV-Hidayat. 2002. Aplikasi Model Answer Dalam Memprediski Erosi dan Aliran Permukaan Di Daerah Tangkapan Air Bodong Jaya dan DAS Way Besay Hulu,

Junaidi E. 2009. Kajian berbagai alternative perencanaan pengelolaan DAS Cisadane menggunakan model SWAT.[Thesis]. Sekolah Pascasarjana Institut

(78)

Nash JE, Sutcliffe JV. 1970. River Flow Forecasting Through Conceptual Models

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (Studi Kasus pada Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Arau Sumatera Barat).[Disertasi]. Sekolah decision support system for restoration planning of stream valley ecosystems. Landscape Ecology 17 (suppl.1):68-81.

(79)

Sihite JHS. 2001. Valuasi Ekonomi dari Perubahan Penggunaan Lahan di Sub DAS Besai-DAS Tulang Bawang Lampung. [Disertasi].Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sinukaban N, Tarigan SD, Purwakusuma W, Baskoro TDP, Wahyuni ED.2000. Analysis of Watersheed Function Sedimen Transfer Across Various Type of Filter Strips.[Final Report].IPB.

Sumijarto, Dewi IN. 2002. Pengelolaan Hutan Rakyat Cempaka Di Kabupaten

Minahasa Sulawesi Utara. Buletin Teknologi Pengelolaan DAS

No.10/2002.Makasar.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Jogjakarta.

Triadmojo B. 2009. Hidrologi Terapan. Gadjahmada University Press.Yogyakarta. World Bank. 2003. Water Resource Sektor Strategy: Startegic Directions for World

Bank’s Engagement. February 2003.

[WHO] World Health Organization. 2009. Jumlah Air Minimal Kebutuhan Rumah Tangga. Technical Notes for Emergencies. Technical Note No. 9. WHO Regional Office for South-East Asia. [internet].[diunduh 2014 Maret 25 ]. Tersedia pada : http://www.scribd.com/doc/177794244/Jumlah-Air-Minimal-Yang-Dibutuhkan-Untuk-Keperluan-Rumah-Tangga.

Yulistiyanto B, Kirnoto BA. 2008. Analisa Pendayagunaan Sumberdaya Air Pada WS Paguyaman dengan RIBASIM, Jurnal Media Teknik. No.2 Th.XXX Edisi Mei 2008. Yogyakarta.

Yuwono SB. 2011. Pengembangan Sumberdaya Air Berkelanjutan DAS Way

(80)
(81)
(82)
(83)

66

(84)
(85)

hidrologi tanah-penutup tanah (Kondisi II)

Pengunaan Tanah/Perlakuan/Kondisi Hidrologi Kelompok Hidrologi

A B C D

1. Permukiman : 1) % rata-rata kedap

air

Luas Kapling

- 500 m2 dan lebih kecil 65 77 85 90 92

- 1000 m2 38 61 75 83 87

- 1300 m2 30 57 72 81 86

- 2000 m2 25 54 70 80 85

- 4000 m2 20 51 68 79 84

2. Tempat parkir diaspal, atap, dan jalan aspal,

dan lain-lain. 3) . . . 98 98 98 98

3. Jalan Umum :

- beraspal dan saluran pembuangan air . . . 98 98 98 98

- kerikil . . . 76 85 89 91

- tanah . . . 72 82 87 89

4. Daerah perdagangan dan pertokoan

(85% kedap) . . . 89 92 94 95

Daerah industri (72% kedap) . . .

6. Tempat terbuka, padang rumput yang dipeli-

hara, taman, lapangan golf, kuburan dan lain-

lain :

- Kondisi baik : 75% atau lebih tertutup

rumput . . . 39 61 74 80

- Kondisi sedang : 50% -75% tertutup

rumput . . . 49 69 79 84

7. Bera - larikan menurut lereng . . . 77 86 91 . 94

8. Tanaman Semusim :

dalam baris : - menurut lereng - buruk 72 81 88 91

- menurut lereng – baik 67 78 85 89

- menurut kontur – buruk 70 79 84 88

- menurut kontur – baik 65 75 82 86

- kontur & terras – buruk 66 74 80 82

(86)
(87)

70

BULAN TGL CH CH-5 BK CN_Htn % _Htn S Qhtn CN_Kc SKc QKc CN_Km S QKm CN_PM SPM QPM CN_Pl SPl QPl CN_SW SsW QSW CN_SB SsB QSw CN_agr Sagr Qagr QTOT (mm)

(88)

-71

BULAN TGL CH CH-5 BK CN_Htn % _Htn S Qhtn CN_Kc SKc QKc CN_Km S QKm CN_PM SPM QPM CN_Pl SPl QPl CN_SW SsW QSW CN_SB SsB QSw CN_agr Sagr Qagr QTOT (mm) FEB 1 11.01 50.22 III 89.83 0.14 28.74 0.11 93.98 16.27 0.86 94.64 14.40 0.06 96.43 9.39 0.05 95.18 12.86 0.68 93.60 17.37 0.10 93.21 18.51 0.50 92.51 20.57 - 2.36 FEB 2 21.36 40.64 II 76.90 0.14 76.30 0.06 84.90 45.18 0.90 86.30 40.32 0.06 90.40 26.97 0.06 87.50 36.29 0.81 84.10 48.02 0.10 83.30 50.92 0.49 81.90 56.13 - 2.49 FEB 3 24.77 55.02 III 89.83 0.14 28.74 1.03 93.98 16.27 4.19 94.64 14.40 0.25 96.43 9.39 0.17 95.18 12.86 2.87 93.60 17.37 0.52 93.21 18.51 2.72 92.51 20.57 - 11.77 FEB 4 20.69 71.63 III 89.83 0.14 28.74 0.70 93.98 16.27 3.09 94.64 14.40 0.19 96.43 9.39 0.14 95.18 12.86 2.17 93.60 17.37 0.38 93.21 18.51 1.97 92.51 20.57 - 8.63 FEB 5 11.73 77.82 III 89.83 0.14 28.74 0.14 93.98 16.27 0.99 94.64 14.40 0.06 96.43 9.39 0.05 95.18 12.86 0.78 93.60 17.37 0.12 93.21 18.51 0.59 92.51 20.57 - 2.74 FEB 6 10.75 89.55 III 89.83 0.14 28.74 0.10 93.98 16.27 0.81 94.64 14.40 0.05 96.43 9.39 0.05 95.18 12.86 0.65 93.60 17.37 0.10 93.21 18.51 0.47 92.51 20.57 - 2.22

FEB 7

FEB 8

FEB 9

-FEB 10 6.59 22.48 I 59.13 0.14 175.57 0.75 69.74 110.22 0.86 71.85 99.49 0.04 78.72 68.66 0.01 73.75 90.39 0.34 68.57 116.41 0.13 67.44 122.66 0.75 65.51 133.75 - 2.88 FEB 11 12.44 17.33 I 59.13 0.14 175.57 0.46 69.74 110.22 0.31 71.85 99.49 0.01 78.72 68.66 0.00 73.75 90.39 0.08 68.57 116.41 0.05 67.44 122.66 0.32 65.51 133.75 - 1.23 FEB 12 22.51 19.03 I 59.13 0.14 175.57 0.13 69.74 110.22 0.00 71.85 99.49 0.00 78.72 68.66 0.01 73.75 90.39 0.04 68.57 116.41 0.00 67.44 122.66 0.01 65.51 133.75 - 0.20 FEB 13

FEB 14 13.73 41.54 II 76.90 0.14 76.30 0.00 84.90 45.18 0.15 86.30 40.32 0.01 90.40 26.97 0.02 87.50 36.29 0.20 84.10 48.02 0.01 83.30 50.92 0.06 81.90 56.13 - 0.46 FEB 15 27.67 55.27 III 89.83 0.14 28.74 1.29 93.98 16.27 5.02 94.64 14.40 0.30 96.43 9.39 0.20 95.18 12.86 3.39 93.60 17.37 0.63 93.21 18.51 3.28 92.51 20.57 - 14.11 FEB 16 37.23 76.35 III 89.83 0.14 28.74 2.24 93.98 16.27 7.87 94.64 14.40 0.46 96.43 9.39 0.30 95.18 12.86 5.17 93.60 17.37 1.00 93.21 18.51 5.24 92.51 20.57 - 22.28 FEB 17 12.29 101.14 III 89.83 0.14 28.74 0.17 93.98 16.27 1.11 94.64 14.40 0.07 96.43 9.39 0.06 95.18 12.86 0.85 93.60 17.37 0.13 93.21 18.51 0.66 92.51 20.57 - 3.05 FEB 18 14.50 90.92 III 89.83 0.14 28.74 0.28 93.98 16.27 1.57 94.64 14.40 0.10 96.43 9.39 0.08 95.18 12.86 1.17 93.60 17.37 0.19 93.21 18.51 0.96 92.51 20.57 - 4.36 FEB 19

FEB 20 16.99 91.69 III 89.83 0.14 28.74 0.43 93.98 16.27 2.15 94.64 14.40 0.13 96.43 9.39 0.10 95.18 12.86 1.56 93.60 17.37 0.26 93.21 18.51 1.35 92.51 20.57 - 5.99 FEB 21

FEB 22

FEB 23

FEB 24

FEB 25

FEB 26 3.99 I- 59.13 0.14 175.57 0.91 69.74 110.22 1.21 71.85 99.49 0.06 78.72 68.66 0.02 73.75 90.39 0.53 68.57 116.41 0.17 67.44 122.66 1.00 65.51 133.75 - 3.90 FEB 27 15.06 3.99 I 59.13 0.14 175.57 0.35 69.74 110.22 0.16 71.85 99.49 0.00 78.72 68.66 0.00 73.75 90.39 0.02 68.57 116.41 0.03 67.44 122.66 0.19 65.51 133.75 - 0.76 FEB 28 15.37 19.05 I 59.13 0.14 175.57 0.34 69.74 110.22 0.15 71.85 99.49 0.00 78.72 68.66 0.00 73.75 90.39 0.02 68.57 116.41 0.03 67.44 122.66 0.18 65.51 133.75 - 0.71

298.67

(89)

72

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Gambar 2  Peta lokasi penelitian
Gambar 3  Diagram alir tahapan penelitian
Gambar 4. Peta kelas kelerengan lahan DAS Way Besai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga memberikan gambaran bagaimana penggunaan sosial media dan publisitas tidak berbayar, kerja sama dengan pihak ketiga, dan pentingnya kondisi

Badriyah Pengaruh Sumber Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMP Penggunaa n sumber belajar siswa memperole h nilai yang tinggi dan

Yamaha Jupiter MX merupakan salah satu produk dari Yamaha yang menunjuk Valentino Rossi sebagai bintang iklannya, seperti yang kita ketahui Valentino Rossi merupakan bintang

Stabilitas fisik yang dihasilkan sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun kemangi ( Ocimum sanctum L.) dengan kombinasi basis karbopol 940 dan HPMC dapat

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan komposit (LSO-YSZ) yang dapat digunakan sebagai elektrolit sel bahan bakar oksida padat yang memiliki konduktivitas

Kuva Vihin aineistosta alkaa vähitellen seljetä kun huomio kiinnitetään levintäluokkien 1, 2 ja 3 välisiin eroihin. Näillä luokillahan esitettiin olevan ajallinen ulottuvuus kuvassa

Secara umum kemampuan mahasiswa dalam memahami perkuliahan diagnostik kesulitan belajar melalui pengajaran tutorial meningkat hal ini dapat dilihat dari skor penilaian

dari ai;pelc perpadue.n dan pe rbalahan atau pengeseran dan s eja uh manakah lcum p ulan-kumpulan aosial di r a ncangan ini memain&gt;can.. peranannya same ada