• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Rusa Sambar (Cervus unicolor equinus Kerr, 1972) di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Rusa Sambar (Cervus unicolor equinus Kerr, 1972) di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN RUSA SAMBAR (

Cervus unicolor equinus

Kerr, 1972)

DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN,

JAKARTA SELATAN

NIA RISKA

DEPARTEMENKONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Rusa Sambar (Cervus unicolor equinusKerr, 1972) di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)

ABSTRAK

NIA RISKA. Pengelolaan Rusa Sambar (Cervus unicolor equinusKerr, 1972) di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Dibimbing oleh ABDUL HARIS MUSTARI dan BURHANUDDIN MASYUD.

Penyebaran rusa sambardi Indonesia terbatas di pulau Kalimantan dan Sumatera.Habitat alaminya telah terganggu dan terancam akibat dari degradasi lahan dan perburuan liar sehingga diperlukan upaya konservasi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengelolaan rusa sambar.Penelitian ini dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) pada bulan Maret sampai dengan April 2013.Metode pengambilan data dilakukan dengan observasi lapang, studi pustaka, serta wawancara.Analisis data secaradeskriptif dan kuantitatif.Hasil dari penelitian menunjukkan jumlah populasi tahun 2013 ada 10 ekor dari sub jenis (Cervus unicolor equinus). Sex ratio 1:2 sehingga produktivitas rendah.Model kandang ranch luas 3744m².Pakan terbagi dua kelompok yakni pakan pokok (hijauan) dan pakan tambahan (dedak, pelet, garam dan mineral).Kondisi kesehatan secara fisik kurang baik karena kurus dan terdapat luka.Petugas ada 3 orang.Pemanfaat hasil berupa jasa rekreasi, pendidikan, penelitian and tempat konservasi satwa yang terancam punah.

Kata kunci:pengelolaan, rusa sambar, Taman Margasatwa Ragunan

ABSTRACT

NIA RISKA. Sambar Deer (Cervus unicolor equinus Kerr, 1972) Management In Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Supervised by ABDUL HARIS MUSTARI and BURHANUDDIN MASYUD.

Distribution of Sambar deer in Indonesia, Sambar deer spreads in Kalimantan island and Sumatera island. Their home land has been disturbed and threatened because of land degradation and wild hunt so they need to be consevationed. The goal of this research is to know the management technique of sambar deer. This research is taken in Taman Margasatwa Ragunan (TMR) on March untill April in 2013. The research method takes three steps, field observation, literature study and interviewer. Data analysis of descriptive and quantitative. From the results of the study revealed that population of rusa sambar in 2013 10 for sub-types (Cervus unicolor equinus). Sex ratio 1:2 show that it has low productivity. Cage model is ranch in 3744 m². Feeding is divided into two groups: basic feed (forage) and supplementary feed (bran, pellets, salt and mineral). Physical health condition is not good as skinny and there are injuries. The trainer there were 3 people. The advantage is recreation, education, research and conservation land for the rare animal.

(5)

PENGELOLAAN RUSA SAMBAR (

Cervus unicolor equinus

Kerr, 1972)

DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN,

JAKARTA SELATAN

NIA RISKA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMENKONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(6)
(7)

JudulSkripsi : Pengelolaan Rusa Sambar (Cervus unicolor equinus Kerr, 1972) di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan

Nama : Nia Riska NIM : E34089003

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Haris Mustari, MSc F Pembimbing I

Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah pengelolaan rusa sambar (Cervus unicolor equinus Kerr, 1972) di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Haris Mustari, MSc.F dan Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan terima kasih juga kepada pihak TMR yang telah memberi izin dan membantu selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, keluarga, dan seluruh teman-teman atas segala doa, kasih sayang serta semangat yang selalu diberikan.

Semoga hasil penelitianini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Jenis Data 2

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Perkembangan Populasi Rusa Sambar di TMR 6

Aspek Teknis Pengelolaan 7

Perkandangan 7

Pakan 10

Kesehatan 12

Reproduksi 13

Ketenagakerjaan dan Pemanfaatan Hasil 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

(10)

DAFTAR TABEL

1 Data primer aspek teknis pengelolaan rusa sambar 3 2 Komposisi kelas umur dan jenis kelamin rusa sambar di TMR per 21

April 2013 6

3 Rekapan rusa sambar dari tahun 2007 hingga bulan April 2013 7 4 Suhu dan kelembaban kandang rusa sambar di TMR 10 5 Perbandingan angka natalitas dan mortalitas 14

DAFTAR GAMBAR

1 Perbandingan ukuran tubuh untuk identifikasi kelas umur rusa sambar 5

2 Struktur umur rusa sambar 7

3 Desain kandang rusa sambar di TMR 8

4 Kondisi kandang 9

5 Desain pintu dan pagar 10

6 Hijauan pakan (A) Cyrtococcum trigonum, (B) Centotheca lappacea 11 7 Pakan tambahan (A) garam dan mineral, (B) dedak dan pelet 12 8 (A) penyakit gatal-gatal, (B) obat pengusir lalat di luka 12

9 Kondisi fisik rusa sambar 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Panduan wawancara kepada pengunjung 18

2 Inventarisasi Rusa Sambar 18

3 Jenis tumbuhan pakan yang diberikan 19

4 Struktur Organisasi TMR 19

5 Data animal keeper untuk Rusa Sambar 20

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rusa sambar (Cervus unicolor) merupakan rusa terbesar di daerah tropis.Rusa sambar tergolong dalam famili Cervidae (Siregar et al. 1983).Penyebarannya meliputi Srilangka, India, Nepal, Cina, Indocina, Malaysia, Filipina dan Indonesia (Lekagul dan McNeely 1988).Penyebaran rusa sambar di Indonesia terbatas di Pulau Sumatera, Kalimantan dan pulau kecil di sekitar Sumatera (Whitehead 1994).

Rusa sambar sering di jumpai pada habitat hutan berair yang bagian bawahnya berupa semak-semak (Subagyo 2000).Sedangkan Garsetiasih dan Takandjandji (2007) melaporkan bahwa rusa sambar dapat dijumpai di hutan payau.Saat ini kondisi rusa sambar di habitat aslinya terganggu akibat kegiatan manusia, dalam bentuk perburuan liar dan pengrusakan habitat.Perburuan rusa sambar di alam dikarenakan rusa sambar memiliki nilai jual.Organ tubuh rusa yang paling banyak dicari adalah ranggah rusa untuk pembuatan obat maupun untuk hiasan atau koleksi, selain itu juga daging rusa sambar dapat dikonsumsi.Faktor tersebut sangat mengancam populasi rusa sambar di alam. Selain itu laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat membuat kebutuhan akan lahan sebagai tempat tinggal, sekolah, kebun, dan bagunan terbangun lainnya juga ikut meningkat. Akibat yang terjadi adalah semakin berkurangnya habitat alami rusa sambar di alam.

Berdasarkan IUCN Redliststatus konservasi rusa sambar dikategorikan vulnerable (rentan) sejak tahun 1996,sehingga senantiasa harus menjaga kelestarian rusa sambar agartetap menjadi kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia.Kondisi populasi rusa sambar yang terus menurun dapat mengancam kelestariannya di alam.Oleh karena itu perlu upaya konservasi.Konservasi rusa sambar dapat dilakukan secara in-situ (di dalam habitat alaminya) dan ex-situ (di luar habitat alaminya).

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan salah satu lembaga konservasi ex-situ.TMR mempunyai koleksi satwa 2226 ekor dari 264 spesies pada lahan seluas 147 Ha (Tata Lingkungan TMR2006). TMR bertujuan sebagai tempat satwa dipelihara dalam lingkungan buatan, dan dipertunjukkan kepada publik sebagai tempat rekreasi, pendidikan konservasi dan riset untuk satwa terancam punah. Rusa sambar merupakan salah satu satwa koleksi yang ada di TMR.

Saat ini kondisi pengelolaan rusa sambar di TMR belum banyak diketahui dan diteliti.Untuk itu kegiatan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi populasi dan pengelolaannya secara lebih lanjut.Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana teknik pengelolaan rusa sambar yang dilakukan di TMR?

Tujuan Penelitian

(12)

2

aspekperkandangan, aspek pengelolaan pakan, aspek kesehatan, aspek reproduksi, ketenagakerjaan dan pemanfaatan hasil.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi perbaikan dan pengembangan menejemen pengelolaan rusa sambar di TMR, maupun bagi pengembangan pengelolaan rusa pada umumnya.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan (TMR), JakartaSelatan.Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret hingga April 2013.

Bahan

Bahan yang digunakan selama kegiatan penelitian antara lain: 1. Pakan yang diberikan oleh TMR.

2. Data riwayat rusa sambar di TMR.

Alat

Alat yang digunakan selama kegiatan penelitian antara lain: 1. Pita meteran, digunakan untuk mengukur luas kandang. 2. Kalkulator, digunakan untuk menghitung luas kandang. 3. Timbangan, untuk menimbang berat pakan.

4. Buku identifikasi tumbuhan bawah.

5. Termometer dry-wet, untuk mengukur suhu dan kelembaban kandang. 6. Kompas, untuk menunjukkan arah di kandang.

7. Kamera digital, untuk mendokumentasikan hasil penelitian. 8. Alat tulis dan Tally sheet, untuk mencatat data yang diperoleh. 9. Panduan wawancara kepada petugas dan pengunjung.

Jenis Data

(13)

3

Tabel 1 Data primer aspek teknis pengelolan rusa sambar

Aspek teknis Jenis Data yang Diambil

Populasi - Asal dan tahun pengadaan

- Jumlah

- Nisbah kelamin

- Struktur umur

- Perkembangan populasi

Kandang - Tipe kandang

- Luas dan ukuran areal kandang

- Peralatan dan perlengkapan dalam kandang - Jenis dan bahan kandang (konstruksi) - Suhu dan kelembaban

Pemeliharaan kesehatan - Jenis penyakit yang pernah diderita - Upaya pengobatan

- Pencegahan penyakit

- Alat yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit

Reproduksi - Siklus reproduksi

- Cara perjodohan

- Sistem upah dan lamanya kerja - Pemanfaatan hasil

- Persepsi pengunjung

Metode Pengumpulan Data

Secara umum seluruh data diperoleh dengan tiga cara, yakni pengamatan/ observasi lapang, studi pustaka, serta wawancara dengan pengelola dan pengunjung.

a. Pengamatan/ observasi lapang

(14)

4

mengenai kandang diperoleh dengan pengukuran di lapang, meliputi pengukuran ukuran kandang, suhu dan kelembaban sebagai berikut:

- Pengukuran kandang dilakukan dengan mengukur tinggi, panjang dan lebar kandang dengan menggunakan pita meter.

- Pengukuran suhu dan kelembaban kandang dilakukan dengan menggunakan termometer dry-wet. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi (pukul 08.00), siang (pukul 12.00), dan sore (pukul 16.00) dengan cara menggantungkan termometer di dalam kandang.

Disamping pengamatan secara langsung dan wawancara dengan animal keeper, perolehan data juga dilakukan dengan penelusuran dokumen-dokumen mengenai pengelolaan rusa sambar di TMR.

b. Studi pustaka

Dilakukan untuk mengetahui berbagai informasi yang terkait dengan aspek pengelolaan rusa sambar, dan memperoleh data skunder.Studi pustaka juga dilakukan untuk mempertajam dan memperkuat analisis terhadap hasil-hasil penelitian.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pengelola terutama penjaga kandang (animal keeper)tentang morfologi rusa sambar, perkembangan populasi, serta informasi tentang pengelolaan rusa sambar di TMR. Wawancara juga dilakukan kepada pengunjung yang datang ke TMR sebanyak 30 orang untuk mengetahui penilaian mereka terhadap pengelolaan rusa sambar (Lampiran 1).Wawancara dilakukan secara mendalam, santai, terbuka dan tidak kaku.

Analisis Data

Data yang telah diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif yang ditunjang dengan bagan-bagan, tabel, dan gambar untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang diperoleh secara lebih terpadu.

- Analisis deskriptif

(15)

5

Sex ratio = Y

X

Keterangan : Y = Jumlah individu jantan X = Jumlah individu betina

Hasil perhitungan sex ratio rusa sambar di TMR dapat menganalisis apakah sesuai untuk mendukung kelestarian hasil.

2. Angka kelahiran (Natalitas)

Angka kelahiran kasar (b) adalah angka perbandingan antara jumlah individu yang dilahirkan (B) dengan jumlah seluruh anggota populasi (N) dalam suatu priode waktu tertentu. Sehingga;

b= B

N

3. Angka kematian (Mortalitas)

Angka kematian kasar (d) adalah perbandingan antara jumlah kematian dari semua sebab dengan total populasi selama priode waktu tertentu (D) dengan jumlah seluruh anggota populasi. Sehingga;

d = D

N

4. Struktur umur

Pengamatan terhadap parameter struktur umur dilakukan berdasarkan perbandingan ukuran tubuh, terutama tinggi. Rusa sambar jantan dewasa dan betina dewasa biasanya memiliki ukuran tubuh yang hampir sama, rusa remaja memiliki ukuran tubuh ± ¾ tinggi rusa sambar dewasa, dan rusa anakan memiliki ukuran tubuh ± ½ ukuran rusa sambar dewasa (Hernowo dan Kurnia 2012). Perbandingan ukuran tubuh untuk identifikasi kelas umur rusa sambar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Perbandingan ukuran tubuh untuk identifikasi kelas umur rusa sambar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

(16)

6

danau 7 ha, lapangan parkir 5 ha,dan saluran air 10 ha.Secara administratif TMR termasuk dalam wilayah Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TMR merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 50 mdpl dan memiliki kemiringan 20-60.Suhu harian berkisar antara 25,5˚C hingga 28,5˚Cdan kelembaban udara sebesar 85% serta curah hujan 2291 mm per tahun.Jenis tanah latosol merah(Tata lingkungan TMR 2006).

Perkembangan Populasi Rusa Sambar di TMR

Tahun 1988 TMR menerima sepasang rusa sambar dewasa.Perkiraan umur rusa pada saat diterima yakni jantan umur 5 tahun dan betina umur 3 tahun.Pada tahun 1990 lahirlah satu anak rusa sambar di kandang TMR.Hasil penelitian menunjukkan pola kelahiran sejak tahun 1990 terjadi tiap 3 tahun sekali, namun sejak tahun 2004 pola kelahiran terjadi setiap tahunnya. Pola kelahiran bertambah dikarenakan jumlah rusa sambar dewasa produktif juga bertambah dari hasil kelahiran di kandang dan dari sumbangan masyarakat.Jumlah rusa yang bertambah dan kondisi kandang yang terbatas menyebabkan jumlah kelahiran rusa kembali menurun.Sehingga pada tahun 2010 rusa sambar dipindahkan ke kandang yang lebih luas dan menyerupai habitat alaminya.Data inventarisasi rusa sambar di TMR lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

Rusa sambar yang ada di TMR merupakan sub jenis rusa sambar Sumatera (Cervus unicolor equinus). Umur hidup maksimum yang dapat dicapai oleh rusa sambar yakni sekitar 15 tahun hingga 20 tahun dan umur produktif untuk berumur 1,5 tahun hingga 12 tahun (Garsetiasih dan Herlina 2005). Pengelompokkan kelas umur dibagi menjadi umur anak dibawah 9 bulan, remaja umur 10 bulan hingga 15 bulan, dan dewasa umur 16 bulan keatas. Jumlah rusa sambar yang ada di kandang TMR saat penelitian dilakukan adalah 10 ekor yang terdiri dari 8 ekor rusa sambar dewasa, 1 ekor rusa sambar remaja dan 1 ekor rusa sambar anakan. Data dapat dilihat pada Tabel 2.

(17)

7

Tabel 3 Rekapan rusa sambar dari tahun 2007 hingga bulan April 2013

Tahun Dewasa Remaja Anak Total

Keterangan: J= Jantan ; B= Betina

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah populasi terbanyak terjadi pada tahun 2007 dan 2011 yakni 12 ekor. Namun pada tahun 2011, 3 ekor rusa sambar di translokasi ke Ancol.Pada saat penelitian belum terjadi kelahiran rusa untuk tahun 2013. Struktur umur rusa sambar dewasa, remaja dan anak dari 2007 hingga 2013 digambarkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur umur rusa sambar

Berdasarkan grafik tersebut maka rusa sambar yang berada di TMR pada saat penelitian ini memiliki struktur umur dalam keadaan populasi yang mundur (regressive population), yaitu natalitas mengalami penurunan (Alikodra 2002).

Aspek Teknis Pengelolaan Perkandangan

Salah satu aspek penting dari usaha penangkaran satwa adalah kandang yang berfungsi sebagai habitat buatan tempat hidup satwa. Kandang harus memenuhi semua kebutuhan hidup dan perkembangan satwa, seperti luas yang cukup untuk pergerakan satwa, suhu, kelembaban dan komponen penunjang

2

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(18)

8

seperti tempat berlindung (cover), berkembangbiak, serta terjaga sanitasinya dari kemungkinan penyebaran penyakit.

Terkait dengan manajemen perkandangan sebagai habitat buatan, maka aspek yang dipelajari dalam penelitian ini adalah model kandang, letak, luas dan ukuran kandang, fasilitas kandang, konstruksi kandang, suhu dan kelembaban kandang, serta perawatan kandang.Kandang rusa sambar di TMR berjumlah satu yang terletak di daerah Timur TMR.Model kandang menggunakan sistem ranch.Sistem ranch adalah sebuah kandang rusa di areal terbuka yang sekelilingnya dipagari.Menurut Garsetiasih dan Takandjandji (2007) kandang ranch harus mempunyai tempat bernaung untuk satwa yang ada didalamnya, baik secara alami berupa pohon dan semak maupun naungan buatan seperti selter dan pondok beratap injuk, alang-alang atau pun seng.

Berdasarkan hasil observasi kandang rusa sambar di TMR mempunyai fasilitas yang menyerupai habitat alaminya agar satwa merasa nyaman (Gambar 3).

(19)

9

Gambar di atas menunjukkan fasilitas yang ada di dalam kandang rusa sambar di TMR adalah:

1. Tiga pondok/selter untuk rusa berteduh, istirahat, dan kawin. Pondok terbuat dari beton diberi genteng dan tidak diberi dinding. Luas untuk satu pondok yakni 70 m².

2. Pondok tempat pakan tambahan (dedek dan pelet). Pondok memiliki 12 box yang terbuat dari semen/beton. Pondok diberi atap dan tidak diberi dinding sehingga memudahkan rusa untuk mengambil makan ke dalam box. Luas pondok pakan tambahan adalah 80 m².

3. Tiga tempat pakan (rumput) yang tersedia di kandang. Tempat rumput berupa keranjang besi dan tidak jauh dari tanah sehingga memudahkan rusa untuk mengambil dan memakan rumput yang diberikan. Namun tempat pakan rumput tidak digunakan karena petugas langsung melemparkan rumput kedalam kandang.

4. Sumber mata air yang berfungsi sebagai tempat minum dan berendam atau berkubang rusa. Sumber mata air ini berbentuk seperti kolam yang ada di dalam kandang dengan luas 400 m dengan kedalaman 1,5m. Air yang ada di kolam juga dialiri ke luar dengan menggunakan pipa yang disimpan di dalam tanah seperti selokan kecil. Kondisi air yang ada berwarna cokelat susu dan mengalir.

5. Tumpukan ranting untuk tempat bersembunyi anak rusa sambar.

6. Pohon peneduh berfungsi untuk tempat rusa berteduh dan juga berfungsi sebagai tempat rusa menggesekkan ranggah. Agar pohon tidak rusak maka disekeliling batang pohon dilingkari kayu kecil. Pagar pada batang bisa dimanfaatkan rusa untuk menggesek ranggahnya. Terdapat 8 pohon peneduh di antaranya trembesi (Samanea saman) dan beringin (Ficus benjamina L.).

Luas areal kandang rusa sambar di TMR adalah 3744 m² diisi oleh 10 individu rusa, yang dapat diartikan bahwa satu ekor rusa memiliki luas areal 374,4 meter/ekor. Model kandang ranchuntuk 10 individu rusa idealnya membutuhkan luaslahan 1 ha atau10.000 m² (Garsetiasih dan Takandjandji 2007). Hasil observasi lapang berbeda jauh dengan literatur yang ada, hal ini dikarenakan luas untuk tiap kandang satwa terbatas.Fakta di lapang menggambarkan bahwa luasan kandang di TMR masih cocok untuk dihuni oleh 10 ekor rusa.Hal ini terlihat dari kondisi rumput yang ada di dalam kandang masih cukup baik menutupi areal dalam kandang dan rusa sambar masih dapat bergerak bebas tanpa harus saling berdesakan (Gambar 4).

(20)

10

Kandang rusa sambar di TMR bersifat permanen diberi pagar berupa tembok beton dan jaring kawat besi dengan ukuran panjang 3 m dan tinggi 1,5 m. Pagar disatukan dengan mor dan ditancapkan dibeton sebagai alas sehingga kokoh. Kandang memiliki pintu untuk keluar masuk petugas dan untuk memindahkan satwa ke luar kandang.Desain pintu dan pagar kandang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Desain pintu dan pagar

Konstruksi kandang dibuat sesuai dengan satwa yang dipelihara.Hal ini penting diperhatikan agar satwa tidak bisa keluar dari kandang dan aman bagi pengunjung yang datang untuk melihat dari pinggir kandang.Suhu dan kelembaban kandang rusa sambar di TMR berdasarkan hasil pengamatan di sajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Suhu dan kelembapan kandang rusa sambar di TMR

Termometer Awal (ºC) 08.00 (ºC) 12.00 (ºC) 16.00 (ºC) Rata-Rata

Suhu 28 27 31 30 29.3º

Kelembaban - 84% 72% 85% 80%

Pada pagi hari jam 08.00 suhu masih rendah dan kelembaban lebih tinggi dibandingkan pada siang hari jam 12.00. Dari ketiga rentang waktu yang berdeda maka di peroleh rataan untuk suhu adalah 29ºC dan rataan kelembaban adalah

80%.Berdasarkan Tata lingkungan TMR (2006), memiliki suhu 27˚C dan kelembaban 60%.

Kandang berfungsi sebagai kandang display dan perkawinan. Setiap pagi hari animal keeper (penjaga kandang) membersikan kandang dan menyapu lingkungan luar kandang.Pengecekan konstruksi kandang yang rusak dan pemotongan rumput yang berada di sekitar lokasi juga dilakukan oleh animal keeper.Perawatan kandang dilakukan untuk menjaga agar kandang tetap bersih sehingga nyaman bagi satwa dan pengunjung.

Pakan

(21)

11

sehingga untuk memenuhi pakan rusa sambar di TMR pengelola atau petugas memberi pakan pokok dan pakan tambahan.

Pakan pokok berupa hijauan.Berdasarkan hasil penelitian Manshur (2011) pakan rusa sambar didominasi oleh famili Poaceae, Clusiaceae, Cyperaceae, Euphorbiaceae dan Sapindaceae.Bagian tumbuhan yang dimakan oleh rusa sambar bervariasi yakni meliputi daun, daun dan bunga, daun dan buah, buah saja.Rusa sambar yang dipelihara di kandang cenderung menjadi pemakan rerumputan (Bentley 1978) dan pemakan dedaunan (Burke 1982).

Rumput yang menjadi pakan rusa sambar dan herbivora di TMR berasal dari pihak ketiga (PT. Pakan Nusantara).Setiap pagi hijauan yang telah diikat berkelompok dikirim ke gudang pakan.Petugas pakan melakukan penimbangan hijauan.Satu ikat hijauan berkisar antara 4 kg hingga 5 kg.Hijauan didistribusi oleh petugas pakan keseluruh kandang satwa herbivora.Jumlah rumput yang diberikan oleh animal keeper antara 4 sampai 5 ikat hijauan atau sekitar 25 kg/hari untuk 10 ekor rusa.Menurut Ahmed dan Sarker (2002) kebutuhan rata-rata makan rusa sambar di alam sebanyak 13.27 kg/hari/ekor.Kebutuhan di alam berbeda dengan kebutuhan di kandang, karena satwa tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk mencari makan, menghindari predator dan lainnya.Pakan hijauan yang diberikan setiap harinya kurang memenuhi kebutuhan pakan rusa, hal ini terlihat dari kondisi fisik rusa kurus.Agar dapat memenuhi kebutuhan pakan sebaiknya pengelola menabah jumlah pakan hijauan yang diberikan sebanyak 5kg/hari/ekor.

Jadwal pemberian pakan rumput yakni sehari sekali sekitar jam 09.00. Berdasarkan hasil penelitian Manshur (2011), Aktivitas rusa sambar untuk merumput dilakukan pada dini hari hingga menjelang pagi dan sore hari. Subagyo (2000) di Taman Nasional Way Kambas, rusa sambar aktif merumput mulai jam 05.00 WIB hingga 10.00 WIB dan sore hari mulai 16.00 WIB hingga malam hari.

Jenis dari hijauan atau rumput halus yang diberikan setiap hari terkadang berbeda tergantung dari pihak ketiga.TMR belum memiliki data identifikasi jenis rumput pakan yang diberikan.Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan ditemukan rumput yang dominan dari Famili Poaceae. Seperti rumput kretekan (Cyrtococcum trigonum) (Gambar 6), pinang mante (Centotheca lappacea) (Gambar 6), gewor (Commelina nudiflora), rumput teki (Cyperus rotundus), dan rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa). Jenis hijauan lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 6 Hijauan pakan (A) Cyrtococcum trigonum, (B) Centotheca lappacea

(22)

12

hijauan satwa.Oleh karena itu untuk menambah ketersediaan hijauan sebaiknya lahan kosong yang ada di TMR bisa dimanfaatkan untuk kebun pakan.

Pakan tambahan berupa pelet, dedak, garam dan mineral (Gambar 7).Setiap hari Senin pakan tambahan untuk jatah satu minggu diantar oleh petugas pakan ke tempat penyimpanan pakan tambahan.Animal keeper membuatkan takaran pakan yakni satu ember kecil pelet setara dengan 5 kg dan campuran dedak, mineral dan garam dengan perbandingan 5:1:1. Pencampuran dedak, garam dan mineral berfungsi sebagai perangsang nafsu makan dan untuk memenuhi kebutuhan mineral. Jadwal pemberian pakan yakni hari Selasa dan Sabtu sekitar jam 08.00 hingga 09.00. Pakan tambahan dimasukkan kedalam box yang ada di pondok pakan.

Gambar 7 Pakan tambahan (A) garam dan mineral, (B) dedak dan pelet

Kesehatan

Aspek kesehatan rusa sambar merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius agar rusa tetap sehat dan terhindar dari penyakit.Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapang, kematian rusa lebih banyak terjadi pada rusa dewasa lebih banyak disebabkan oleh faktor umur (tua), lingkungan, dan stress.Untuk mencegah penularan penyakit sekaligus pengobatannya rusa sambar yang sakit di kandang display dipindahkan ke kandang khusus perawatan hewan (kandang karantina). Kandang karantina ini berfungsi untuk merawat semua hewan yang sakit atau perlu perlakuan khusus.

Penyakit yang sering diderita oleh rusa sambar adalah gatal-gatal, cacingan, masuk angin dan tidak nafsu makan.Gatal-gatal disebabkan oleh luka pada tubuh rusa dan kemudian dihinggapi lalat.Cara pengobatan denganmenyemprotkan obat (gusanex) pada bagian luka agar tidak dihinggapi lalat dan luka cepat kering (Gambar 8).

(23)

13

Cacingan sering terjadi pada rusa akibat kondisi kandang yang kurang bersih ataupun karena pada musim hujan.Cara pengobatan dengan memberikan obat cacing bubuk yang dicampur pelet.

Masuk angin membuat perut rusa membuncit dan tubuhnya lemas.Cara pengobatannya diberi antibiotik dan makan yang teratur agar perut tidak kosong. Rusa yang kurang nafsu makan akibat stress tubuhnya semakin kurus akan dipisahkan dari kelompoknya dan ditempatkan pada kandang karantina untuk diberi perlakuan khusus seperti diberi antibiotik dan makan yang teratur.

Data pencacatan rusa sambar yang sakit belum terdokumentasi dengan baik sehingga menyulitkan pemantauan kesehatan.Sebaiknya dilakukan pemantauan kesehatan dan pencacatan data kesehatan setiap hari atau setiap minggu.Secara umum kondisi fisik rusa pada saat penelitian dilakukan terlihat kurus.Hal ini terlihat dari tulang iga dan tungging yang tidak bulat serta tulang rusuk yang menonjol (Gambar 9).

Gambar 9 Kondisi fisik rusa sambar

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dapat dilakukan dengan beberapacara, antara lain pemberian pakan yang memenuhi standar gizi, sanitasi lingkungan kandang, memperbaiki teknik penanganan, vaksinasi dan pemberian obat sesuai jenis penyakit dan anjuran medis.

Reproduksi

Masa aktif reproduksi rusa dimulai dari umur 1,5 tahun sampai 12 tahun dan umur hidup maksimum yang dapat dicapai sekitar 15 tahun sampai20 tahun (Garsetiasih dan Herlina 2005). Menurut Schroder (1976), umur berbiak pertama (minimum breeding age) untuk rusa adalah 15 bulan hingga 18 bulan dan umur tertua individu masih dapat berbiak (maximum breeding age) 15 tahun hingga 18 tahun.

Periode masa kawin rusa sambar di TMR dapat diprediksikan berdasarkan data kelahiran rusa sambar.Periode kelahiran terjadi pada bulan November hingga Juli.Takandjandji(1993) mengemukakan masa kebuntingan rusa sambar antara 7 bulan sampai 8 bulan, sehingga diprediksikan masa perkawinan dapat terjadi pada bulan Maret hingga Oktober. Dari data populasi di TMR setiap rusa betina maksimal dapat melahirkan satu ekor anak dalam setahun.

(24)

14

sedarah.Apabila inbreeding terus menerus terjadi dapat mengakibatkan heterosigositas menurun dan akan berdampak timbulnya cacat atau kelainan pada keturunannya.

Perum Perhutani (1997) mengemukakan bahwa nisbah kelamin(sex ratio) untuk pengembangbiakan ex-situ adalah 1:(3-5). Berdasarkan data populasinya (3 ekor jantan dewasa dan 5 ekor betina dewasa), makasex ratio rusa sambar dewasa adalah 1 : 1,67. Dari data sex ratio yang ada dapat diakumulasikan menjadi 1 : 2 artinya satu ekor rusa jantan dapat mengawini dua ekor betina. Dianjurkan jumlah betina lebih banyak dibanding jantan karena satu ekor rusa jantan dapat mengawini empat ekor betina.

Data angka natalitas dan mortalitas rusa sambar di TMR dari tahun 2007 hingga 2013 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Perbandingan angka natalitas dan mortalitas

Tahun Jumlah

Tabel diatas menunjukkanangka kelahiran (natalitas)tertinggi 0.33 terjadi pada tahun 2011 dan yang terendah pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Angka kematian (mortalitas) tertinggi 0.17 terjadi pada tahun 2008 dan terendah pada tahun 2007, 2009 dan 2010. Tahun 2013 angka natalitas dan mortalitas masih nol karena masih ada kemungkinan terjadi kelahiran pada bulan November hingga Juli maupun terjadi lagi kematian.

Tahun 2011 dan 2012 menunjukkan angka natalitas lebih tinggi dari pada mortalitas. Alikodra (2002) mengemukakan bahwa populasi satwa dikatakan berkembang jika jumlah kelahiran lebih besar dari jumlah kematian dan populasi menurun jika jumlah kematian lebih besar dari jumlah kelahiran. yaitu natalitas mengalami penurunan.

Upaya yang sebaiknya dilakukan agar jumlah kelahiran rusa bertambah yakni dengan mengatur sex ratiorusa dengan cara menambah indukan produktif dan mengurangi rusa yang sudah tidak produktif atau tua. Selain itu bisa juga dilakukan denganmemberi perlakuan khusus seperti memberi obat perangsang agar terjadi perkawinan, dan juga menjaga agar tidak ada lagi pengunjung mengganggu satwa.

Ketenagakerjaan dan Pemanfaatan Hasil

(25)

15

TMR dipimpin oleh Kepala Unit yang ditunjuk oleh Gubernur. Kepala Unit TMR membawahi empat bidang, yaitu: SubBagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan Pengunjung, Seksi Kesejahteraan dan Peragaan Satwa, dan SubKelompok Jabatan Fungsional. Bagan Struktur Organisasi Unit Pengelola TMR terlampir pada Lampiran 4.

TMR memiliki kandang satwa yang banyak sehingga perlu tenaga kerja yang dikelompokkan untuk mengurusi satwa yang ada. Rusa sambar ditangani oleh 3 orang animal keeper (data petugas pada Lampiran 5) yang juga menangani beberapa jenis satwa lain yakni 44 ekor rusa totol, 50 ekor rusa jawa, dan 5 ekor kerbau bule.Tingkat pendidikan para animal keeperyakni Sekolah Menengah Atas (SMA).Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan dan pemahaman sehingga pengelolaan dan penanganan kurang optimal.Tugas animal keepertidak hanya mengurus satwa tetapi juga bertugas menjaga kebersihan lingkungan kandang dan pemotongan rumput disekitar kandang.Tidak ada sistem pembagian kerja, karena semua pekerjaan dikerjakan bersama.

Jam kerja animal keeper pada hari biasa yakni pada jam 07.00 hingga jam 16.00. Jatah waktu libur satu kali seminggu pada hari biasa.Pada hari libur atau weekend setiap pagi animal keeper membersihkan kandang dan memberi makan satwa.Setelah itu para animal keeperbertugas untuk melayani pengunjung seperti menjaga tiket atraksi satwa, menjaga loket tiket pengunjung dan lainnya.

Pemanfaatan hasil di TMR berupa jasa yakni untuk rekreasi, pendidikan, penelitian, dan tempat konservasi untuk satwa yang terancam punah.Dari segi rekreasi rusa sambar memiliki daya tarik tersendiri berupa ranggah dan bentuk fisik yang relatif menyenangkan bila dilihat.Selain itu rusa sambar merupakan salah satu jenis satwaliar yang belum banyak diketahui dan dilihat oleh setiap orang.

Hasil kegiatan penelitian yang dilakukan hanya ditemukan satu penelitian dengan judul percobaan pendahuluan imobilisasi pada rusa sambar (Cervus unicolor) dengan menggunakan ketalar kadaluwarsa di Kebun Binatang Ragunan Jakarta (Media Konservasi Vol. 111 (2), April 1991 : 72 – 76). Rusa sambar juga dijadikan sarana pendidikan khususnya peningkatan pengetahuan dan pemahaman anak usia sekolah tentang ilmu pengetahuan alam yang mereka peroleh dibangku sekolah, sehingga diharapkan peningkatan kepedulian mereka terhadap lingkungan beserta isinya.

(26)

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Model kandang ranch seluas 3744 m² untuk 10 ekor rusa sambar. Kondisi kandang masih baik dan luasan kandang masih cukup untuk menampung lebih dari 10 ekor rusa sambar. Pemeliharaan kebersihan kandang dilakukan setiap hari oleh animal keeper.

2. Pakan terdiri dari pakan pokok (hijauan) dan pakan tambahan (pelet, dedak, garam, dan mineral). Pakan hijauan kurang memenuhi kebutuhan pakan sehingga perlu dilakukan penambahan pakan hijauan. Agar membantu memenuhi kebutuhan hijauan sebaiknya TMR membuat kebun pakan pada lahan kosong agar lebih optimal.

3. Kondisi kesehatan rusa jika dilihat secara fisik kurang baik karena tulang iga atau bokong dan tulang rusuk terlihat jelas dan terdapat luka di bagian tubuh rusa sambar. Data kesehatan belum terdokumentasi dengan baik oleh animal keeper.Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang memenuhi standar gizi, sanitasi lingkungan kandang, memperbaiki teknik penanganan, vaksinasi dan pemberian obat sesuai jenis penyakit dan anjuran medis.

4. Cara perjodohan secara alami dengan tingkat inbreeding tinggi. Perbandingan sex ratio dewasa 1:2. Angka natalitas pada tahun 2011 dan 2012 lebih tinggi dari pada angka mortalitas. Sedangkan pada tahun 2013 angka natalitas dan mortalitas masih nol karena masih ada kemungkinan terjadi kelahiran pada bulan November hingga Desember maupun terjadi lagi kematian.

5. SDM yang ada untuk mengelola rusa samabar ada tiga orang animal keeperdengan tingkat pendidikan lulusan SMA. Pembagian kerja tidak diatur secara teknis, pekerjaan dilakukan secara kerjasama. Selain mengelola rusa sambar, animal keeperjuga mengelola rusa totol, rusa jawa dan kerbau bule.

6. Pemanfaatan hasil berupa jasa yakni untuk rekreasi, pendidikan, penelitian, dan tempat konservasi untuk satwa yang terancam punah.

Saran

Saran yang diberikan dari penelitian ini adalah:

1. Perlu upaya pengaturan perkawinan dan sex ratio agar keberlangsungan hasil tercapai. Bisa dengan cara menambah betina produktif atau mengurangi jantan produktif.

2. Penambahan jumlah hijauan untuk pakan rusa sambar. Selain hijauan dari pihak ketiga, TMR juga bisa membuat kebun pakan agar membantu memenuhi kebutuhan pakan satwa.

(27)

17

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed S, Sarker NJ. 2002. Food consumption of sambar deer (Cervus unicolor, Kerr) in Captivity. Saudi J Biol. Sci 1: 80-84.

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Bentley A. 1978. An Introduction to The Deer of Australia: With Special Reference to Victoria. Melbourne: The Koeteng Trust.

Burke P. 1982. Food plant utilized by sambar.Australian Deer 17: 7-12.

Garsetiasih R, Herlina N. 2005. Evaluasi plasma nutfah rusa totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor.Buletin Plasma Nutfah.11(1).

Garsetiasih R, Takandjandji M. 2007. Model penangkaran rusa.Prosiding Ekspose hasil-hasil penelitian 2007.[internet]. [diacu2012 Desember 20]. Tersedia dari: http://www.dephut.go.id/files/Garsetiasih_Mariana.pdf.

Hernowo JB, Kurnia I. 2012.Panduan Praktikum Mata Kuliah Pengelolaan Satwaliar Semester Ganjil 2012-2013. Laboratorium Ekologi Satwaliar, Departemen KonservasiSumberdaya Hutan dan Ekowisata.Fakultas Kehutanan IPB.

Lekagul B, McNeely JA. 1988. Mammals of Thailand. Thailand: Dharashunta Press.

Manshur A. 2011. Studi pakan dan prilaku makan rusa sambar (Cervus unicolorKerr, 1972) di resort Teluk Pulai, Taman Nasional Tanjung Putting, Kalimantan Tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

Perum Perhutani. 1997. Pedoman pelaksanaan penangkaran rusa. Jakarta.

Schroder TO. 1976. Deer in Indonesia. Agricultural university wegeningen netherland nature coservacion department.Wegeningen.

Siregar AP, Sitorus P, Radjaguguk BPA, Santoso, Sabrani M, Soedirman S, Iskandar T, Kalsid E, Batubara LP, Situmorang H, Syarifudin A, Saleh A, Wiluto. 1983. Kemungkinan Pembudidayaan Satwaliar di Indonesia. Di dalam: BP3[Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian], editor Prosiding Seminar Satwaliar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan; Bogor, 12 September 1983. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. hlm 30-38

Subagyo A. 2000. Kondisi habitat dan beberapa aspek perilaku rusa sambar (Cervus unicolor Kerr, 1972) di Resort Way Kanan, Taman Nasional Way Kambas, Lampung [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Takandjandji M. 1993. Pengaruh Perbedaan Manajemen terhadap Pertumbuhan RusaTimor (Cervus timorensis) di Oilsonbai dan Camplong, NTT.Santalum Nomor12.BPK Kupang.

Tata Lingkungan Taman Margasatwa Ragunan.2006.Inventarisasi Flora Taman Margasatwa Ragunan (TMR).Pemda DKI Jakarta.

(28)

Lampiran 1 Panduan wawancara kepada pengunjung Data responden: nama, umur, asal, pekerjaan.

1. Sudah berapa kali anda berkunjung ke TMR? Apakah tujuan anda berkunjung ke TMR? 2. Apakah anda mengetahui mengenai rusa sambar?

3. Apakah anda tahu ada rusa sambar di TMR?

4. Bagaimana menurut anda pengelolaan rusa sambar di TMR?

5. Apakah harapkan anda terkait dengan pengelolaan rusa sambar di TMR?

Lampiran 2 Inventarisasi Rusa Sambar

ID J/B Asal Satwa

Keterangan: *Yang berwarna Rusa sambar yang masih ada di ragunan

(29)

Lampiran 3 Jenis tumbuhan pakan yang diberikan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Dominan/ Kurang dominan

1 Herendong Melastoma affine Melastomataceae Kurang dominan

2 Suruhan Peperomia pellucida Piperaceae Kurang dominan

3 Paku-pakuan Dryopteris setigera Dryopteridaceae Kurang dominan

4 Rumput kretekan Cyrtococcum trigonum Poaceae Dominan

5 Pinang mante Centotheca lappacea Poaceae Dominan

6 Gewor Commelina nudiflora Commelinaceae Dominan

7 Paku pakis Aspidium sp Dryopteridaceae Kurang dominan

8 Tembelekan Lantana camara Verbenaceae Kurang dominan

9 Wedelia Wedelia trilobata Asteraceae Kurang dominan

10 Rumput teki Cyperus rotundus Poaceae Dominan

11 Paku melukut Arcypteris irregularis Dryopteridaceae Kurang dominan 12 Pakis pedang Nephrolepis bisserata Lomariopsidaceae Kurang dominan

13 Rumput sarang buaya Ottochloa nodosa Poaceae Dominan

Lampiran 4 Struktur Organisasi TMR

KEPALA UNIT

Ir.Marsawitri Gumay

SUB BAGIAN TATA USAHA

Bambang Triono,S.Sos, MM.

SEKSI KESEJAHTERAAN DAN PERAGAAN SATWA

Drh. Isminarti Aida

SUB KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Drh. Bambang Triana

SEKSI PELAYANAN PENGUNJUNG

Ir. Mimi Utami

(30)

Lampiran 5 Data animal keeper untuk Rusa Sambar

Lampiran 6 Responden wawancara

No L/P Usia Asal Pekerjaan Tujuan berkunjung Pendapat tentang pengelolaan

1 L 35 Padang Wiraswasta Rekreasi Lumayan bagus

2 L 23 Pekalongan Wiraswasta Tamasya dan rekreasi Cukup bagus

3 L 41 Jambi Karyawan Jalan-jalan dan refreshing Kandang cukup terawat, luasannya cukup

4 P 14 Jakarta Siswa Jalan-jalan Lumayan bagus

5 P 19 Jakarta Mahasiswa Refreshing Satwanya kurus, kandang lumayan bersih

6 P 22 Palembang Mahasiswa Jalan-jalan dan rekreasi Tidak ada petugas jaga di dekat kandang sehingga banyak pengunjung yang melempari satwa. 7 L 28 Palembang Karyawan Jalan-jalan dan rekreasi Pengelolaannya cukup bagus

8 P 30 Bandung Ibu Rumah Tangga Tamasya dan rekreasi Kandangnya luas dan bersih 9 L 28 Jakarta - Jalan-jalan dan refreshing Pengeloaannya bagus

10 L 15 Jakarta Siswa Jalan-jalan Kandangnya bersih, satwanya aktif

11 P 7 Bogor Siswa Rekreasi dan study tour Kandang bersih, perlu penambahan anak rusa 12 P 7 Bogor Siswa Rekreasi dan study tour Rusanya di tambah

13 P 7 Bogor Siswa Rekreasi dan study tour Rusanya di tambah

14 L 29 Jambi Karyawan Tamasya dan rekreasi Kandang jauh dari pintu utama sehingga tidak banyak yang tahu ada rusa sambar

15 L 30 Lampung Wiraswasta Rekreasi Jauh dari pintu utama, pengeloaannya bagus

16 L 20 Jakarta - Jalan-jalan Kandang bersih, satwa sehat

17 L 29 Padang Wiraswasta Jalan-jalan dan rekreasi Kandang bersih, pengelolaan bagus 18 P 18 Jakarta Karyawan Jalan-jalan dan refreshing Kandangnya sejuk dan bersih

19 P 17 Bogor Karyawan Jalan-jalan dan refreshing Penjaga kandang tidak ada sehingga banyak pengunjung yang melempari satwa

(31)

Lampiran 6 Responden wawancara (lanjutan)

No L/P Usia Asal Pekerjaan Tujuan berkunjung Pendapat tentang pengelolaan

21 L 22 Jakarta - Jalan-jalan Kandang bersih, rusanya sedikit, kandangnya terlalu luas 22 L 40 Pemalang Wiraswasta Jalan-jalan,dan rekreasi Kandang bersih, luas, nyaman

23 L 20 Jakarta - Refreshing Pengeloaannya bagus

24 L 19 Jakarta - Jalan-jalan Pengeloaannya bagus

25 P 22 Jakarta Karyawan Refreshing dan rekreasi Kandang bersih, pengelolaan bagus

26 L 24 Jakarta Karyawan Jalan-jalan dan refreshing Kesehatan satwanya kurang di perhatikan dilihat dari Kondisi fisiknya kurus dan ada luka

27 P 21 Jakarta Karyawan Refreshing Kandangnya luas dan bersih

28 L 26 Jakarta - Jalan-jalan Kandang luas tapi rusanya cuma sedikit 29 P 14 Cibinong Siswa Jalan-jalan, dan rekreasi Pengelolaan kandangnya bagus.

30 L 16 Cibinong Siswa Jalan-jalan, dan rekreasi Kandang bersih, pengelolaan bagus

(32)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 22 Juni 1990 dari ayah Ruslinur dan ibu Roslinah. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Babussalam Pekanbaru dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur BUD dan diterima di Departemen Ilmu komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2011 penulis pindah ke Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Penulis juga ikut aktif di dalam organisasi Himpunan Mahasiswa

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) tahun 2011−2012

sebagai anggota Kelompok Pemerhati Kupu-kupu (KPK). Disamping aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, penulis juga aktif dalam kegiatan ekspedisi lapangan dan praktek kerja lapang profesi di Fakultas Kehutanan IPB. Tahun 2011, penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Cagar Alam Cikeong dan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja

Lapang Profesi di Pusat Penyelamatan Satwaliar ASTI (Animal Sanctuary Trust

Indonesia) Bogor, Jawa Barat.

Untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis berhasil menyelesaikan

skripsi dengan judul Pengelolaan Rusa Sambar (Cervus unicolor equinus Kerr,

1972) di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan yang dibimbing oleh

Gambar

Tabel 1  Data primer aspek teknis pengelolan rusa sambar
Gambar 1 Perbandingan ukuran tubuh untuk identifikasi kelas umur rusa
Tabel 3 Rekapan rusa sambar dari tahun 2007 hingga bulan April 2013
Gambar 3Desain kandang rusa sambar di TMR
+5

Referensi

Dokumen terkait

Matematika SD Kelas 2 - Latihan Ulangan Semester II Penyusun: Amin Mustoha, dkk!. Soal ini didownload dari

Sementara itu, dari pekerjaan yang secara langsung melibatkan perjalanan dan bersentuhan dengan para pejalan ataupun turis, saya banyak mendengar ungkapan mereka sebagai citizen of

Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa, angket, wawancara, observasi bahwa kesulitan dalam kemampuan spasial merupakan kesulitan paling banyak yang dilakukan siswa yang

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa layanan pengaduan darurat command center 112 Kota Surabaya telah memiliki kinerja yang baik, karena sudah teruji melalui

Sebagai contoh, bila pin 4 pada port data yang dikendalikan dan setelah diperiksa oleh komputer hasilnya benar, maka alarm akan menyala dan komputer

Justeru, ujian penyaringan dan pengenalpastian bahan aktif farmakologi pada spesis ini diharapkan dapat membuahkan basil dan membantu memaksimumkan penggunaan bahan ubatan yang

Kondisi ini karena bertambahnya dosis inokulum dan lama inkubasi sampai batas tertentu akan meningkatkan cepatnya miselium menutupi substrat, sehingga enzim yang

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah perlakuan dengan lama fermentasi 0 hari, 2 hari, 4 hari, dan 6 hari berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap