YULIYAN NURUL HIKMAH
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Silikat (LiTaSiO
5) terhadap Variasi Suhu serta Waktu
Annealing
. Dibimbing oleh
Dr. Ir. IRZAMAN, M.Si.
Telah diteliti sifat kristal dan sifat listrik film litium tantalat silikat (LiTaSiO
5)
terhadap variasi suhu serta waktu
annealing
. Hasil karakterisasi XRD film pada suhu
annealing
850
oC, 900
oC selama
8 jam dan 15 jam menunjukkan adanya perubahan
struktur kristal litium tantalat (LiTaO
3)
rhombohedral
menjadi LiTaSiO
5monoclinic
.
Hasil karakterisasi konduktivitas listrik menunjukkan bahwa film LiTaSiO
5adalah
material semikonduktor dilihat dari nilai konduktivitas listrik yang diperoleh berkisar
antara (10
-7sampai 10
-5) S/cm. Hasil karakterisasi konstanta dielektrik diperoleh nilai
konstanta dielektrik LiTaSiO
5berkisar antara 1,99 sampai 36,74. Hasil karakterisasi
menunjukkan pada suhu 850°C dan 900°C selama waktu
annealing
8 jam menghasilkan
film LiTaSiO
5yang lebih baik karena memiliki derajat kristalinitas, nilai konduktivitas
listrik dan konstanta dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan waktu
annealing
15 jam.
Kata Kunci : Litium tantalat silikat,
annealing
, struktur kristal, konduktivitas listrik,
YULIYAN NURUL HIKMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
terhadap Variasi Suhu serta Waktu
Annealing
Nama : Yuliyan Nurul Hikmah
NRP : G74080045
Disetujui,
Dr. Ir. Irzaman, M.Si
Pembimbing
Diketahui,
Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si
Ketua Departemen Fisika
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Selama
mengikuti perkuliahan, penulis merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Fisika
(HIMAFI) sebagai staf ilmu dan teknologi periode 2009-2010 selain itu ikut serta
dalam kepanitian pesta sains pada tahun 2010.
karunia dan hidayah-Nya kepada saya sebagai penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Sifat Kristal dan Sifat Listrik Film Litium Tantalat Silikat
(LiTaSiO
5)
terhadap Variasi Suhu serta Waktu
Annealing
. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains program sarjana di
Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
melakukan penelitian ini, terutama kepada
1.
Bapak dan Mamah tercinta atas doa, semangat dan dukungannya.
2.
Adikku (Putri Mustikal Hikmah) tersayang atas canda tawa dan bantuannya.
3.
Bapak Dr. Irzaman sebagai pembimbing skripsi yang selalu memberikan
motivasi dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini serta menyempatkan
waktunya untuk berdiskusi dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Bapak Abdul Djamil H, M.Si dan Ibu Mersi Kurniati, M.Si sebagai penguji atas
saran dan masukannya.
5.
Bapak Ir. Hanedi Darmasetiawan, M.S selaku Dosen Editor atas bantuannya
menyelesaikan skripsi ini.
6.
Bapak Firman (TU Fisika) atas semua bantuannya.
7.
Teman seperjuangan Fisika 45 atas segala bantuan, semangat dan
kebersamaannya selama di IPB.
8.
Kak Yuli Astuti, kak Haqqi Gusra, Hezti Wiranata, Mulyana yang selalu
memberikan nasehat, bantuan dan semangat kepada penulis.
9.
Aa untuk semua bantuan yang telah banyak diberikan.
10.
Teman2 kost Wisma Rahayu : Rini Maedianengsih, Sri Hadianti, Kak Tanti dan
Kak Nurul atas semua kebersamaan dan canda tawanya.
11.
Bapak Didik atas bantuannya di Balai Penelitian Kehutanan.
12.
Kepada rekan-rekan Fisika beserta civitas akademika Fisika lainnya yang telah
banyak membantu penulis selama ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Keterbatasan
manusia membuat penulis merasa perlu kritik dan saran yang membangun bagi kemajuan
aplikasi material yang dikembangkan ini.
Bogor, Maret 2013
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 1
1.3 Perumusan Masalah ... 1
1.4 Hipotesis ... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 1
2.1 Substrat Silikon (Si) ... 1
2.2 Litium Tantalat (LiTaO
3) ... 2
2.3 P-N Junction ... 2
2.4 Metode
Chemical Solution Deposition (CSD)
... 2
2.5 Proses
Annealing
... 2
2.6 X-ray Diffraction (XRD) ... 3
2.7 Konduktivitas Listrik ... 4
2.8 Kapasitor dan Konstanta Dielektrik ... 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 5
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 5
3.2 Alat dan Bahan ... 5
3.3 Prosedur Penelitian ... 5
3.3.1 Persiapan substrat Si tipe-
p
... 5
3.3.2 Pembuatan larutan LiTaO
31M ... 5
3.3.3 Penumbuhan film LiTaO
3... 5
3.3.4 Proses
annealing
... 6
3.3.5 Perhitungan ketebalan film LiTaO
3... 6
3.3.6 Pembuatan kontak pada film LiTaO
3... 6
3.3.7 Karakterisasi film LiTaSiO
5... 6
3.3.7.1 Karakterisasi XRD ... 6
3.3.7.2 Karakterisasi konduktivitas listrik ... 6
3.3.7.3 Karakterisasi konstanta dielektrik ... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7
4.1 Karakterisasi XRD ... 7
4.2 Karakterisasi Konduktivitas Listrik ... 9
4.3 Karakterisasi Konstanta Dielektrik ... 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 11
5.1 Kesimpulan ... 11
5.2 Saran ... 11
DAFTAR PUSTAKA ... 11
Tabel 3.1 Empat Puluh enam sampel film LiTaO
3setelah proses
annealing
... 7
Tabel 4.1 Parameter kisi LiTaO
3setelah proses annealing pada suhu
850
°
C, 900
°
C selama 8 jam dan 15 jam ... 8
Tabel 4.2 Parameter kisi LiTaSiO
5setelah proses annealing pada suhu
850
°
C, 900
°
C selama 8 jam dan 15 jam ... 8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur kristal
rhombohedral
... 3
Gambar 2.2 Struktur kristal
monoclinic
... 3
Gambar 2.3
Diagram meja rotasi, sumber sinar-X, dan detektor pada
XRD ... ... 3
Gambar 2.4
Spektrum konduktivitas listrik dan resistivitas ... 4
Gambar 2.5 Kapasitor keping sejajar ... 5
Gambar 3.1
Proses penumbuhan film LiTaO
3... 5
Gambar 3.2
Proses
annealing
... 6
Gambar 3.3 Film LiTaO
3tampak samping ... 6
Gambar 4.1
Pola karakterisasi XRD LiTaSiO
5pada suhu
annealing
850°C selama 8 jam ... 7
Gambar 4.2
Pola karakterisasi XRD LiTaSiO
5pada suhu
annealing
850°C selama 15 jam ... 7
Gambar 4.3
Pola karakterisasi XRD LiTaSiO
5pada suhu
annealing
900°C selama 8 jam ... 7
Gambar 4.4
Pola karakterisasi XRD LiTaSiO
5pada suhu
annealing
900°C selama 15 jam ... 8
Gambar 4.5
Pola karakterisasi XRD LiTaSiO
5pada suhu
annealing
850
oC , 900
oC selama 8 jam dan 15 jam ... 8
Gambar 4.6 Hubungan waktu
annealing
dan suhu
annealing
terhadap
konduktivitas listrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
10 kHz... .. 9
Gambar 4.7 Hubungan waktu
annealing
dan suhu
annealing
terhadap
konduktivitas listrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
50 kHz ... 9
Gambar 4.8 Hubungan waktu
annealing
dan suhu
annealing
terhadap
konduktivitas listrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
100 kHz ... . 10
Gambar 4.9 Hubungan waktu
annealing
dan suhu
annealing
terhadap
konstanta dielektrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
10 kHz ... 10
Gambar 4.10 Hubungan waktu
annealing
dan suhu
annealing
terhadap
konstanta dielektrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
50 kHz ... .... 10
Lampiran 2 Perhitungan ketebalan film LiTaO
3... 14
Lampiran 3 Perhitungan parameter kisi LiTaO
3... 16
Lampiran 4 Perhitungan parameter kisi LiTaSiO
5... 23
Lampiran 5 Data konduktivitas listrik film LiTaSiO
5... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. Salah satu ilmu untuk mengembangkan dunia teknologi adalah ilmu fisika diantaranya fisika material. Fisika material mengkaji sifat-sifat dan struktur material. Sifat suatu material ferroelectric dimanfaatkan untuk kebutuhan perangkat elektronika. Peranan bahan ferroelectric LiTaO3 sangat menarik untuk diteliti karena
dalam penerapannya dapat digunakan sebagai sel surya. LiTaO3 merupakan objek yang
diteliti secara intensif selama beberapa tahun terakhir karena memiliki sifat yang unik. LiTaO3 bersifat ferroelectric pada suhu kamar.
Dari beberapa hasil kajian, LiTaO3 merupakan
material optik, optoelectric serta piezoelectric yang penting karena bahan LiTaO3 memiliki
kemampuan untuk merubah fase dari ferroelectric menjadi paraelectric. LiTaO3
memiliki konstanta dielektrik yang tinggi serta kapasitas penyimpan muatan yang tinggi juga.1 Selain itu LiTaO
3 merupakan kristal
non-hygroskopis yang tidak mudah rusak sifat optiknya, sifat ini yang menjadikan bahan LiTaO3 unggul dari bahan lainnya.
Penumbuhan film LiTaO3 dibuat
menggunakan metode chemical solution deposition (CSD). Keunggulan teknik ini adalah dapat mengontrol stoikiometri film dengan kualitas yang baik, prosedur yang mudah dan membutuhkan biaya yang relatif murah.2,3 Substrat yang digunakan dalam
penumbuhan film LiTaO3 ini adalah substrat
silikon tipe-p. Pada penelitian dilakukan uji sifat kristal pada suhu annealing 850°C,
900°C selama 8 jam dan 15 jam serta uji sifat
listrik pada suhu annealing 800°C, 850°C,
900°C selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan
22 jam.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Membuktikan terjadinya perubahan struktur kristal LiTaO3 (rhombohedral)
menjadi LiTaSiO5 (monoclinic) pada suhu
annealing 850°C, 900°C selama 8 jam dan 15 jam dengan karakterisasi XRD (X-ray diffraction).
2. Menguji konduktivitas listrik film LiTaSiO5.
3. Menghitung nilai konstanta dielektrik film LiTaSiO5.
1.3 Perumusan Masalah
1. Apakah terjadi perubahan struktur kristal LiTaO3 (rhombohedral)menjadi LiTaSiO5
(monoclinic) pada suhu annealing 850°C, 900°C selama 8 jam dan 15 jam?
2. Bagaimana konduktivitas listrik film LiTaSiO5?
3. Bagaimana konstanta dielektrik film LiTaSiO5?
1.4 Hipotesis
1. Terjadi perubahan struktur kristal LiTaO3
(rhombohedral) menjadi LiTaSiO5
(monoclinic) pada suhu annealing 850°C, 900°C selama 8 jam dan 15 jam.
2. LiTaSiO5 merupakan material
semikonduktor.
3. Nilai konduktivitas listrik dan konstanta dielektrik film LiTaSiO5 akan berbeda
berdasarkan suhu annealing dan waktu annealingnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Substrat Silikon (Si)
Silikon adalah suatu unsur kimia yang memiliki lambang Si dan nomor atom 14. Si merupakan unsur terbanyak kedua di bumi dan unsur dari golongan IV A dalam sistem periodik unsur-unsur. Sebagian besar unsur bebas Si tidak ditemukan di alam. Oleh karena itu Si dihasilkan dengan mereduksi kuarsa dan pasir dengan karbon yang berkualitas tinggi. Silikon untuk penggunaan semikonduktor dimurnikan lebih lanjut dengan metode pelelehan berzona kristal czochralski. Kristal Si ini memiliki kilap logam dan mengkristal dengan struktur intan.4
Silikon adalah semikonduktor pengganti germanium. Sebuah atom Si terisolasi mempunyai 14 proton dan 14 elektron.5 Setiap
2.2 Litium Tantalat (LiTaO3)
Litium tantalat (LiTaO3) merupakan suatu
bahan yang memiliki keunikan dari segi sifat pyroelectric dan piezoelectric yang terpadu dengan stabilitas mekanik dan kimia yang baik. Oleh karena itu LiTaO3 sering digunakan
untuk beberapa aplikasi misalnya modulator electro-optical dan detektor pyroelectric. LiTaO3 merupakan kristal non-hygroskopis,
tidak berwarna, larut dalam air, memiliki tingkat transmisi yang tinggi dan tidak mudah rusak sifat optiknya. LiTaO3 merupakan bahan
yang memiliki konstanta dielektrik yang tinggi serta kapasitas penyimpanan muatan yang tinggi.7
Pembuatan LiTaO3 menggunakan
peralatan yang cukup sederhana, biaya murah dan dilakukan dalam waktu relatif singkat. LiTaO3 merupakan campuran hasil reaksi
antara Litium asetat [(LiO2C2H3), 99,9%] dan
Tantalum oksida [(Ta2O5), 99,9%]. Berikut ini
persamaan reaksi menghasilkan LiTaO3 :
2LiO2C2H3 + Ta2O5 + 4O22 LiTaO3
+ 3 H2O + 4 CO2
LiTaO3 merupakan kristal ferroelectric yang
mengalami proses suhu currie tinggi sebesar (601±5,5) oC. Massa jenis LiTaO3 sebesar
7,45 g/cm3 yang digunakan untuk menghitung ketebalan film.8
LiTaO3 merupakan objek yang diteliti
secara intensif selama beberapa tahun terakhir karena memiliki sifat yang unik. Berdasarkan penelitian, bahan LiTaO3 merupakan
semikonduktor tipe-n karena konsentrasi elektron yang dimiliki oleh material LiTaO3
tersebut lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi hole-nya.
2.3 P-N Junction
Cara kerja sebagian besar piranti semikonduktor berlandaskan pada sifat sambungan antara bahan tipe-n dan tipe-p. Sambungan seperti itu dapat dibuat dengan beberapa cara, misalnya pendifusian ketidakmurnian dalam bentuk uap ke dalam wafer semikonduktor. Sifat penting sambungan semikonduktor p-n adalah arus listrik dapat melewatinya lebih mudah pada suatu arah tertentu daripada arah yang berlawanan dengan arah itu. Bahan semikonduktor tipe-p terdiri atas unsur-unsur dalam golongan IVA pada sistem periodik seperti Si. Bahan semikonduktor tipe-n terdiri atas unsur-unsur dalam golongan V dan golongan III pada sistem periodik.6
P-N junction adalah daerah pertemuan yang terjadi apabila semikonduktor tipe-p dan semikonduktor tipe-n dipertemukan. Nama
lain untuk persambungan semikonduktor tipe-p dan semikonduktor tipe-n yang membentuk kristal adalah dioda.9 Dioda
adalah suatu komponen elektronik yang dapat melewatkan arus pada satu arah saja. Dioda
memegang peranan penting dalam
elektronika, antara lain untuk menghasilkan tegangan searah dari tegangan bolak-balik, untuk membuat berbagai bentuk gelombang isyarat, untuk mengatur tegangan searah agar tidak berubah dengan beban maupun dengan perubahan tegangan, untuk saklar elektronik, LED, laser semikonduktor.6
2.4 Metode Chemical Solution Deposition (CSD)
Metode chemical solution deposition (CSD) adalah salah satu metode pembuatan film dengan menggunakan larutan yang diletakkan di permukaan substrat kemudian diputar dengan kecepatan tertentu menggunakan alat spin coating. Proses spin coating dapat dipahami dengan perilaku aliran larutan pada piringan substrat yang berputar. Metode CSD memiliki kontrol stoikiometri yang baik, mudah dalam pembuatannya serta sintesisnya terjadi pada suhu rendah. 10
Kelajuan spin coater merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keluaran film yang dihasilkan oleh metode spin coating. Perbedaan laju spin coater ± 50 rpm dapat menyebabkan perbedaan ketebalan film yang dihasilkan dari proses tersebut sekitar ± 10 %. Selain kelajuan spin coater terdapat beberapa parameter lagi yang menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sifat film diantaranya adalah waktu spinning. Pemberian waktu spin lebih lama dapat mengakibatkan film yang dihasilkan semakin tipis untuk molaritas gel yang sama. Tebal tipisnya suatu film yang ditumbuhkan biasanya dipengaruhi oleh laju putaran spin coater, material untuk membuat film, substrat serta waktu putaran yang diberikan.11
2.5 Proses Annealing
spesifik.12,13 Tahapan dari proses annealing
ini dimulai dengan memanaskan material sampai suhu yang diinginkan, menahan pada suhu tersebut selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan kemudian mendinginkan material tadi dengan laju pendinginan yang cukup lambat hingga suhu kamar.
Proses annealing pada suhu yang berbeda akan menghasilkan karakterisasi film yang berbeda dalam hal struktur kristal, ukuran butir dan ketebalan. Proses annealing yang diberikan pada suatu film mengakibatkan energi atom-atom penyusun film berikatan antara satu atom dengan atom lainnya. Efek proses annealing tersebut adalah orientasi kristal yang dimiliki oleh suatu film akan menjadi lebih teratur dibanding dengan film yang tidak dilakukan proses annealing.
2.6 X-ray Diffraction (XRD)
Struktur kristal dipelajari menggunakan metode X-ray diffraction (XRD). Orde panjang gelombang sinar-X hampir sama dengan jarak antar atom pada kristal, maka sinar-X dapat didifraksi oleh kristal. Pola difraksi sinar-X muncul akibat hamburan atom-atom yang terletak pada bidang hkl dalam kristal dan pola intensitas difraksi mengandung informasi penting mengenai struktur kristalografi suatu bahan.14 Metode
karakterisasi dengan XRD didasari sifat difraksi sinar-X yang dijelaskan dalam hukum Bragg. Cahaya pada panjang gelombang ( ) (Cu = 1,50546 Å) dihamburkan saat melewati kisi kristal dengan sudut datang (θ) dan jarak antar bidang sebesar (d). Metode difraksi sinar-X adalah salah satu cara untuk mempelajari keteraturan atom atau molekul dalam suatu struktur tertentu. Jika struktur atom atau molekul tertata secara teratur membentuk kisi, maka radiasi elektromagnetik pada kondisi eksperimen tertentu akan mengalami penguatan. Pengetahuan tentang kondisi eksperimen itu dapat memberikan informasi yang sangat penting tentang penataan atom atau molekul dalam suatu struktur. Sinar-X dapat terbentuk bilamana suatu logam sasaran ditembaki dengan berkas elektron berenergi tinggi.
Dalam eksperimen digunakan sinar-X yang monokromatis. Kristal akan memberikan hamburan yang kuat jika arah bidang kristal terhadap berkas sinar-X (sudut) memenuhi persamaan (2.6.1):
2d sin = nλ (2.6.1)
Keterangan: d jarak antar bidang dalam kristal (cm) , sudut difraksi ( ° ), n orde (0,1,2,3,...) dan panjang gelombang (Cu = 1,50546 Å). 15
Berdasarkan teori difraksi, sudut difraksi untuk data yang diperoleh dari metode karakteristik XRD bergantung kepada lebar celah kisi sehingga mempengaruhi pola difraksi. Intensitas cahaya difraksi bergantung dari berapa banyak kisi kristal yang memiliki orientasi yang sama. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan struktur kristal, parameter kisi, derajat kristalinitas dan fase yang terdapat dalam suatu sampel. Untuk mencari parameter kisi dapat menggunakan metode cohen. Metode ini sangat akurat karena kesalahan sistematis tereliminasi oleh pemilihan fungsi ekstrapolasi yang tepat dan kesalahan acak dikurangi dengan metode kuadrat terkecil.14
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 masing-masing menunjukkan struktur kristal rhombohedral dan monoclinic.
Gambar 2.1 Struktur kristal rhombohedral
Gambar 2.2 Struktur kristal monoclinic
Data yang didapatkan dari XRD dapat diolah dengan persamaan Debye-Scherrer :
= 0.9λ / B cos θn (2.6.2)
adalah ukuran kristal film, λ adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan,
θn adalah sudut puncak dan B adalah lebar
puncak pada intensitas maksimum. Pada alat X-ray difraktometer, sampel ditempatkan pada rotation table. Sinar-X ditembakkan dari source menuju sampel dengan sudut awal 0o. Kemudian sinar-X
yang dipantulkan sampel akan diterima di detektor. Table akan dirotasi untuk mendapatkan nilai intensitas pantulan pada tiap sudut putaran. Untuk itu detektor akan menyesuaikan posisi sebesar dua kali lipat sudut rotasi table.15
2.7 Konduktivitas Listrik
Konduktansi listrik (G) adalah kemampuan suatu bahan untuk melewatkan arus listrik dan dinyatakan dalam satuan mho atau siemens (S). Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik.9 Berdasarkan
nilai konduktivitas, suatu material dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu konduktor, semikonduktor dan isolator. Nilai dari konduktivitas listrik berbeda untuk isolator, konduktor dan semikonduktor. Material semikonduktor mempunyai nilai konduktivitas antara (10-8 sampai 103) S/cm.16
Nilai konduktivitas dapat dicari dari persamaan (2.7.1) :
=
�
(2.7.1 ) dimana , l, G dan A berturut-turut adalah konduktivitas listrik bahan, jarak antar kontak, konduktansi dan luas penampang.17
Adapun nilai konduktivitas material bergantung dari material tersebut. Suhu mempengaruhi nilai resistansi dan konduktivitas suatu material.14 Material yang
bersifat isolator, pada umumnya konduktivitasnya akan naik jika suhunya ditingkatkan. Pada material yang bersifat konduktor sebaliknya jika suhunya ditingkatkan maka nilai konduktivitasnya menurun.18
Gambar 2. 4 Spektrum konduktivitas listrik dan resistivitas
2.8 Kapasitor dan Konstanta Dielektrik Kapasitor adalah piranti yang berfungsi untuk menyimpan muatan dan energi listrik. Kapasitor terdiri dari dua konduktor yang berdekatan tetapi terisolasi satu dengan lainnya dan membawa muatan yang sama besar namun berlawanan. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari dua buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara, vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif karena terpisah oleh bahan dielektrik yang nonkonduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.19
Kemampuan material untuk polarisasi
dinyatakan sebagai permitivitas ( ) dan permitivitas relatif ( ) adalah perbandingan antara permitivitas material ( ) dengan
permitivitas vakum ( 0). Nilai konstanta
dielektrik merupakan gambaran kemampuan suatu material dapat menyimpan muatan listrik seiring dengan salah satu fungsi kapasitor sebagai penyimpan muatan.10
Cara perhitungan konstanta dielektrik dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :
I =�0 −/� (2.8.1) nilai maksimum terjadi pada saat
I = �0 maka �0 = �0 −/� (2.8.2) sehingga didapat hubungan
t = RC, atau C =
� (2.8.3)
dari hubungan : C = 0 (2.8.4) Konstanta dielektrik film adalah :
=
0
(2.8.5) Dimana :
ε
0 = permitivitas relatif dalam ruanghampa ( 8,85 x 10-12 F/ m)
A = luas kontak (m2)
Gambar 2.5 kapasitor keping sejajar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material dan laboratorium Biofisika Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan November 2012 .
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau mata intan, penggaris, pinset, gelas ukur, beaker glass, Bransonic 2510, pipet volumetrik, hot plate, neraca analitik, reaktor spin coater, gunting, spatula, stop watch, tabung reaksi, pipet, selotip, doubletip, tissue, sarung tangan karet, LCR meter, masker serta kawat atau kabel.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bubuk Litium asetat [LiO2C2H3],
bubuk Tantalum oksida [Ta2O5], pelarut
2-metoksietanol [C3H8O2], substrat Si (100)
tipe-p, deionized water, aseton PA [CH3COCH3, 58.06 g/mol], metanol PA
[CH3OH, 32.04 g/mol], asam florida (HF),
kaca preparat, pasta perak, kawat tembaga halus, dan alumunium foil.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan substrat Si tipe-p
Substrat yang digunakan adalah Si (100) tipe-p. Substrat dipotong membentuk segi empat berukuran 1 cm x 1 cm menggunakan pisau mata intan. Substrat dibersihkan dengan proses pencucian sebagai berikut: (1) substrat yang telah dipotong, direndam dalam larutan aseton PA selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (2) substrat direndam dalam deionized water selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (3) substrat direndam dalam metanol PA selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (4) substrat diangkat kemudian
rendam dalam deionized water, selanjutnya direndam selama beberapa detik dengan campuran HF dan deionized water dengan perbandingan 1:5, (5) tahap terakhir substrat direndam dalam deionized water selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik. Setelah selesai semua tahap pencucian, substrat dikeringkan di permukaan hot plate pada suhu 100oC selama 1 jam.
3.3.2 Pembuatan larutan LiTaO3 1 M
Film LiTaO3 yang ditumbuhkan pada
permukaan substrat silikon tipe-p dibuat dengan mereaksikan bubuk Litium asetat dan bubuk Tantalum oksida kemudian ditambah pelarut 2-metoksietanol sebanyak 2,5 ml. Bahan-bahan tersebut direaksikan dalam tabung reaksi kemudian digetarkan dengan ultrasonik. Hasil reaksi berupa larutan LiTaO3 murni. Komposisi massa
masing-masing bahan ditentukan dengan perhitungan stoikiometri, kemudian bahan-bahan tersebut ditimbang menggunakan neraca analitik.
3.3.3 Penumbuhan film LiTaO3
Penumbuhan film menggunakan metode CSD di permukaan reaktor spin coater. Metode CSD merupakan pembuatan film dengan cara pendeposisian larutan bahan kimia di permukaan substrat, kemudian dipreparasi dengan spin coater pada kecepatan 3000 rpm. Langkah penumbuhan film sebagai berikut : substrat yang telah dibersihkan, diletakkan di permukaan piringan reaktor spin coater kemudian 1/3 bagiannya ditutup menggunakan selotip. Bagian 2/3 substrat ditetesi larutan LiTaO3
sebanyak satu tetes, 3 kali ulangan. Reaktor spin coater diatur pada kecepatan 3000 rpm selama 30 detik setiap penetesan larutan LiTaO3. Setelah itu substrat dipanaskan di
permukaan hot plate untuk menguapkan sisa cairan yang ada. Proses penumbuhan film menggunakan metode CSD dapat dilihat pada Gambar 3.1.
3.3.4 Proses annealing
Proses annealing bertujuan untuk mendifusikan larutan LiTaO3 dengan substrat
silikon. Proses annealing dilakukan secara bertahap menggunakan furnace VulcanTM 3-130. Pemanasan dimulai pada suhu ruang kemudian dinaikkan hingga suhu annealing yang diinginkan dengan kenaikan suhu 1,7oC/menit. Setelah didapatkan suhu 800oC,
850oC, dan 900oC kemudian suhu annealing
tersebut ditahan konstan selama 1 jam, 8 jam, 15 jam, dan 22 jam. Selanjutnya dilakukan proses pendinginan sampai didapatkan kembali suhu ruang. Parameter penumbuhan sampel film LiTaO3 yang dilakukan
annealing dapat dilihat pada Tabel 3.1. Proses annealing dapat dilihat pada Gambar 3.2.
3.3.5 Perhitungan ketebalan film LiTaO3
Setelah proses annealing film LiTaO3
dihitung ketebalannya dengan metode volumetrik. Substrat Si yang telah dicuci kemudian ditimbang sebagai massa awal (m1). Substrat Si yang telah ditumbuhkan film
LiTaO3 di permukaannya setelah proses
annealing kemudian ditimbang sebagai massa akhir (m2). Luas film LiTaO3 di
permukaan silikon diukur menggunakan penggaris besi 30 cm. Perhitungan lengkap ketebalan film LiTaO3 dapat dilihat pada
Lampiran 2.
3.3.6 Pembuatan kontak pada film
LiTaO3
Proses selanjutnya adalah pembuatan kontak. Diawali dengan cara membuat pola kontak pada film yang berukuran 1 cm x 1 cm menggunakan aluminium foil. Setelah itu dilakukan proses metalisasi menggunakan bahan kontak aluminium 99,99 %, selanjutnya pemasangan kawat tembaga halus menggunakan pasta perak pada kontak. Film LiTaO3 tampak samping
yang telah ditumbuhkan pada permukaan substrat Si tipe-p dan telah dipasang kontak dapat dilihat pada Gambar 3.3.
3.3.7 Karakterisasi Film LiTaSiO5
3.3.7.1 Karakterisasi XRD
Karakterisasi XRD merupakan metode untuk mengidentifikasi struktur kristal film LiTaSiO5. Karakterisasi XRD menggunakan
shimadzu XRD-7000. Data hasil karakterisasi XRD digunakan untuk mengidentifikasi struktur kristal yang terbentuk dan menghitung parameter kisi. Puncak-puncak yang diperoleh dari data pengukuran kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk semua jenis material. Sifat-sifat material film LiTaSiO5 dapat ditentukan
jika telah diketahui struktur kristalnya.
3.3.7.2 Karakterisasi konduktivitas listrik Konduktivitas diukur menggunakan LCR meter dengan berbagai variasi frekuensi yaitu pada 10 kHz, 50 kHz dan 100 kHz. Dari alat tersebut diperoleh nilai konduktansi (G). Data konduktansi ini digunakan untuk menghitung nilai konduktivitas listrik. Nilai konduktivitas dapat dicari dari persamaan (2.7.1). Data konduktivitas listrik film yang didapat akan dibandingkan dengan data literatur apakah film yang terbentuk termasuk bahan konduktor, semikonduktor atau isolator.
3.3.7.3 Karakterisasi konstanta dielektrik
Tabel 3.1 Empat puluh enam sampel film LiTaO3
setelah proses annealing
Keterangan : Sampel uji yang digunakan untuk karakterisasi XRD
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakterisasi XRD
Karakterisasi XRD menggunakan shimadzu XRD-7000. Film yang dikarakterisasi film LiTaO3 pada suhu
annealing 850oC, 900oC selama 8 jam dan 15 Jam. Apabila suatu bahan dikenai sinar-X maka intensitas sinar-X yang ditransmisikan lebih kecil dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh bahan dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar yang dihantarkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasenya sama. Berkas sinar-X yang saling menguatkan disebut sebagai berkas difraksi. Puncak-puncak difraksi yang terbentuk mengindikasikan partikel film memiliki distribusi orientasi kristal. Dari puncak-puncak difraksi tersebut dapat ditentukan indeks miller (hkl). Indeks miller yang diperoleh digunakan untuk menentukan parameter kisi. Suatu kristal dapat didifraksikan dengan sinar-X karena orde panjang gelombang sinar-X hampir sama dengan jarak antar atom pada kristal.
Berdasarkan data hasil karakterisasi XRD yang diperoleh terlihat bahwa terjadi perubahan struktur kristal LiTaO3
(rhombohedral) menjadi LiTaSiO5
(monoclinic). Litium tantalat silikat (LiTaSiO5) terbentuk dari LiTaO3 yang
bersenyawa dengan substrat silikon. Suhu annealing ini mengakibatkan peningkatan energi vibrasi termal yang menyebabkan perubahan struktur kristal LiTaO3
(rhombohedral) menjadi LiTaSiO5
(monoclinic). Proses annealing digunakan untuk mengurangi tekanan, meningkatkan kehalusan butir, meningkatkan kehomogenan butir, meningkatkan kekerasan dan menciptakan suatu struktur mikro yang spesifik.9,20
Gambar 4.1 Pola karakterisasi XRD LiTaSiO5 pada
suhu annealing 850°C selama 8 jam
Gambar 4.2 Pola karakterisasi XRD LiTaSiO5 pada
suhu annealing 850°C selama 15 jam
Gambar 4.3 Pola karakterisasi XRD LiTaSiO5 pada
Gambar 4.4 Pola karakterisasi XRD LiTaSiO5 pada suhu annealing 900°C selama 15 jam
Gambar 4.5 Pola karakterisasi XRD LiTaSiO5 pada
suhu annealing 850oC, 900oC selama 8 jam dan 15 jam
Pada suhu 850oC selama waktu annealing
8 jam terbentuk enam puncak LiTaO3 pada
hkl (102), (104), (202), (212), (208) dan (312), selama waktu annealing 15 jam juga terbentuk enam puncak LiTaO3 pada hkl
(102), (104), (204), (212), (208) dan (312). Pada suhu 900°C selama waktu annealing 8 jam terbentuk empat puncak LiTaO3 pada
hkl (102), (104), (212) dan (312), sedangkan selama waktu annealing 15 jam terbentuk tiga puncak LiTaO3 pada hkl (102), (212) dan
(312). Sebagian besar LiTaO3 yang terbentuk
memiliki intensitas yang lebih rendah dibandingkan dengan intensitas LiTaSiO5.
Pada suhu 850oC, 900oC selama waktu
annealing 8 jam dan 15 jam masing-masing terbentuk enam puncak LiTaSiO5 pada hkl
(020), (002), (130), (122), (040) dan (312).
Film yang memiliki intensitas yang tinggi dikatakan mempunyai kualitas kristal yang lebih baik dibandingkan dengan film yang intensitasnya lebih rendah.21 Puncak yang
terbentuk dari struktur kristal berupa puncak tajam karena memiliki derajat keteraturan yang tinggi, sedangkan pada amorf puncak-puncak yang dihasilkan sangat landai karena memiliki derajat keteraturan yang sangat rendah.14 Pergeseran sudut difraksi film
karena adanya pengaruh lama waktu annealing dan besar suhu annealing. Pada saat suhu annealing 850°C selama waktu annealing 8 jam puncak LiTaO3 yang
terbentuk lebih banyak tetapi ketika suhu dan waktu annealing ditingkatkan jumlah puncak LiTaO3 yang terbentuk semakin sedikit.
Semakin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, semakin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Dalam data JCPDS dipaparkan bahwa LiTaO3 memiliki
nilai parameter kisi a adalah 5,159 Å, parameter kisi c adalah 13,76 Å, sedangkan nilai parameter kisi LiTaSiO5 (a = 7,514 Å,
b = 7,929 Å, c = 7,445 Å).22 Strukturkristal dari LiTaSiO5 adalah monoclinic. Nilai
parameter kisi LiTaO3 ditunjukkan pada
Tabel 4.1 yang diperoleh dengan metode analitik (dapat dilihat pada Lampiran 3) dan nilai parameter kisi LiTaSiO5 ditunjukkan
Gambar 4.5 menunjukkan gabungan pola XRD film LiTaSiO5 pada suhu annealing
850oC, 900oC selama 8 jam dan 15 jam. Pada
Gambar 4.5 dapat dilihat intensitas LiTaSiO5
lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas LiTaO3. Hal ini menunjukkan kualitas kristal
LiTaSiO5 lebih baik dibanding LiTaO3.
Tabel 4.1 menunjukkan nilai parameter kisi a dan c film LiTaO3 hampir mendekati nilai
parameter kisi literatur. Pada Tabel 4.2 diperoleh nilai parameter kisi LiTaSiO5 yang
sama pada suhu annealing 850°C, 900°C selama 8 jam dan 15 jam. Masing-masing sampel mempunyai enam puncak LiTaSiO5.
Nilai parameter kisi a, b dan c untuk LiTaSiO5 yang diperoleh hampir mendekati
nilai parameter kisi literatur.
4.2 Karakterisasi Konduktivitas Listrik Nilai konduktivitas material bergantung dari material tersebut. Suhu mempengaruhi nilai resistansi dan konduktivitas suatu material. Nilai konduktivitas listrik suatu bahan material menunjukkan material tersebut bersifat isolator, semikonduktor atau konduktor. Besarnya nilai konduktivitas listrik berbanding terbalik dengan resistansinya. Konduktivitas listrik akan meningkat jika resistansi suatu bahan material menurun. Material yang bersifat isolator konduktivitasnya akan meningkat jika suhunya ditingkatkan. Pada material yang bersifat konduktor sebaliknya jika suhunya ditingkatkan maka nilai konduktivitasnya menurun.
Pengukuran konduktansi (G) dilakukan pada frekuensi 10 kHz, 50 kHz dan 100 kHz. Konduktivitas listrik dari masing-masing sampel dengan variasi suhu annealing dan
waktu annealing dapat dihitung
menggunakan persamaan (2.7.1). Luas kontak (A) dan jarak antar kontak (l) pada setiap sampel berpengaruh untuk perhitungan konduktivitas listrik. Material semikonduktor mempunyai nilai konduktivitas pada selang antara (10-8 sampai 103) S/cm. Nilai
konduktivitas listrik film LiTaSiO5 yang
diperoleh berkisar antara 10-7 S/cm sampai
10-5 S/cm. Hal ini menunjukkan bahwa film
LiTaSiO5 adalah material semikonduktor.
Semikonduktor merupakan bahan dengan konduktivitas listrik yang berada diantara isolator dan konduktor. Sifat bahan baik konduktor, isolator, maupun semikonduktor terletak pada struktur jalur atau pita energi atom-atomnya, yang membedakan apakah bahan itu termasuk konduktor, isolator, atau
semikonduktor adalah energi Gap (Eg). Energi gap adalah energi yang diperlukan oleh elektron untuk memecahkan ikatan kovalen sehingga dapat berpindah jalur dari jalur valensi ke jalur konduksi. Pada material semikonduktor, karena celah energinya sempit maka jika suhu naik, sebagian elektron di pita valensi naik ke pita konduksi dengan meninggalkan tempat kosong (hole) di pita valensi. Elektron yang telah berada di pita konduksi maupun hole di pita valensi akan bertindak sebagai pembawa muatan untuk terjadinya arus listrik. Konduktivitas listrik akan naik jika suhu dinaikkan. Cara perhitungan nilai konduktivitas listrik ditunjukkan pada Lampiran 5.
Gambar 4.6 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konduktivitas listrik film LiTaSiO5 pada frekuensi 10 kHz
Gambar 4.8 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konduktivitas listrik film LiTaSiO5 pada frekuensi 100 kHz
Dari Gambar 4.6, 4.7 dan 4.8 menunjukkan pada suhu annealing 800oC dan
850oC, semakin lama waktu annealing nilai
konduktivitas listrik semakin menurun tetapi pada waktu 22 jam kembali naik. Pada suhu annealing 900oC, nilai konduktivitas film LiTaSiO5 semakin lama waktu annealingnilai
konduktivitas listrik semakin menurun. Perbedaan ukuran butir kristal LiTaSiO5
akibat suhu annealing dan waktu annealing mempengaruhi nilai konduktivitas listrik film LiTaSiO5 begitu juga semakin besar
frekuensi yang diberikan maka nilai konduktivitas listrik dari film LiTaSiO5
semakin meningkat.
4.3 Karakterisasi Konstanta dielektrik Nilai konstanta dielektrik merupakan gambaran bahwa material tersebut dapat menyimpan muatan listrik seiring dengan salah satu fungsi kapasitor sebagai penyimpan muatan. Ketika sebuah dielektrik disisipkan dalam ruang antara keping-keping sebuah kapasitor, kapasitansi kapasitor akan meningkat. Nilai konstanta dielektrik diperoleh berdasarkan persamaan (2.8.5). Pengukuran nilai konstanta dielektrik dilakukan pada suhu annealing 800oC,
850oC, 900oC selama 1 jam, 8 jam, 15 jam
dan 22 jam. Konstanta dielektrik (k) yang diperoleh ketika diberikan frekuensi berbeda akan menghasilkan k yang berbeda Nilai konstanta dielektrik LiTaSiO5 yang diperoleh
berkisar antara 1,99 sampai 36,74. Cara perhitungan mencari nilai konstanta dielektrik dari film LiTaSiO5 dapat dilihat
pada Lampiran 6.
Berdasarkan persambungan p-n yang terbentuk pada film dan substrat: film bertipe-n memiliki muatan negatif bebas serta ion positif statik sedangkan substrat memiliki
muatan positif bebas dan ion negatif statik. Tepat pada daerah sambungan dan sekitarnya terjadi difusi muatan bebas, elektron menuju tipe-p dan hole menuju tipe-n. Peristiwa difusi tersebut disertai terjadinya rekombinasi, yaitu penggabungan elektron dan hole kemudian hilang. Dengan adanya rekombinasi ini di daerah sambungan tidak ada lagi muatan-muatan bebas yang tertinggal hanyalah ion-ion statik yaitu ion-ion dari atom donor dan akseptor. Daerah sambungan seperti ini disebut dengan daerah deplesi, karena daerah deplesi mengandung muatan positif statik pada salah satu sisi dan muatan negatif pada sisi lain maka timbul medan listrik pada daerah deplesi. Dengan demikian daerah deplesi memiliki nilai kapasitansi.23
Gambar 4.9 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konstanta dielektrik film LiTaSiO5 pada frekuensi 10 kHz
Gambar 4.10 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konstanta
Gambar 4.11 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konstanta dielektrik film LiTaSiO5 pada frekuensi 100 kHz
Pada Gambar 4.9, ketika suhu annealing 800°C semakin lama waktu annealingnya menunjukkan nilai konstanta dielektriknya semakin meningkat sebaliknya pada suhu annealing 850°C dan 900°C. Pada
Gambar 4.10, ketika suhu annealing 800°C menunjukkan nilai konstanta dielektrik awalnya meningkat kemudian pada waktu annealing 22 jam konstanta dielektriknya menurun. Pada suhu annealing 850°C
menunjukkan nilai konstanta dielektrik awalnya menurun kemudian pada waktu annealing 22 jam konstanta dielektriknya meningkat dan pada suhu 900°C semakin
lama waktu annealing nilai konstanta dielektriknya semakin menurun. Gambar 4.11 terlihat bahwa ketika suhu annealing 800°C dan 850°C semakin lama waktu annealingnya menunjukkan nilai konstanta dielektriknya semakin menurun sedangkan pada suhu annealing 900°C menunjukkan nilai
konstanta dielektrik awalnya menurun kemudian pada waktu annealing 22 jam konstanta dielektriknya meningkat. Dari Gambar 4.9, 4.10 dan 4.11 ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi nilai konstanta dielektrik yaitu suhu annealing, waktu annealing, ketebalan film dan frekuensi. Seiring dengan kenaikan suhu annealing pada film, akan menurunkan nilai konstanta dielektriknya. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya konsentrasi zat karena penguapan yang terjadi semakin besar seiring dengan meningkatnya suhu annealing. Ketika frekuensi yang digunakan semakin besar maka nilai kapasitansi semakin kecil. Penurunan nilai kapasitansi menjadikan nilai konstanta dielektrik film makin kecil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Suhu annealing LiTaO3 850°C dan 900°C
dengan waktu annealing lebih lama mengakibatkan terjadi perubahan struktur kristal dari LiTaO3 (rhombohedral) menjadi
LiTaSiO5 (monoclinic). Intensitas LiTaSiO5
lebih tinggi dibanding intensitas LiTaO3.
Semakin tinggi intensitas LiTaSiO5
menunjukkan kualitas kristal LiTaSiO5 yang
semakin baik karena derajat kristalinitasnya semakin tinggi. Hasil karakterisasi konduktivitas listrik LiTaSiO5 yang diperoleh
berkisar antara (10-7 sampai 10-5 ) S/cm. Hal
ini menunjukkan bahwa film LiTaSiO5
merupakan material semikonduktor. Nilai konstanta dielektrik LiTaSiO5 berbeda
tergantung pada ketebalan film, suhu annealing, waktu annealing dan frekuensi yang diberikan pada saat melakukan pengukuran kapasitansi dengan LCR meter. Hasil karakterisasi menunjukkan pada suhu 850°C dan 900°C selama waktu annealing 8 jam menghasilkan film LiTaSiO5 yang lebih
baik karena memiliki derajat kristalinitas, nilai konduktivitas listrik dan konstanta dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan waktu annealing 15 jam.
5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya diharapkan menumbuhkan film LiTaO3 pada variasi suhu
annealing tidak melebihi suhu currie (601±5,5)oC agar tidak terjadi perubahan senyawa dan struktur kristal. Pada proses annealing juga hendaknya diperhatikan agar diperoleh film yang kualitas kristalnya lebih baik yaitu film yang memiliki derajat kristalinitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Uchino K. 2000. Ferroelectric Devices. New York : Marcel Dekker, Inc.
2. Irzaman, Maddu A, Syafutra H dan Ismangil A. 2010. Uji konduktivitas listrik dan dielektrik film tipis lithium tantalate (LiTaO3) yang didadah
niobium pentaoksida (Nb2O5)
3. Hikam M, Sarwono E dan Irzaman. 2004. Perhitungan polarisasi spontan dan momen quadrupol potensial listrik bahan PIZT (PbInxZryTi1-x-yO3-x/2).
Makara, Sains 8 (3): 108-115.
4. Saito, T, Ismunandar.1996. Kimia Anorganik. Permiission of Iwanami Shaten Publisher.
5. Malvino A V. 1990. Prinsip-prinsip Elektronika. Jakarta: Salemba Teknika.
6. Sutrisno. 1986. Elektronika Teori dan Penerapannya. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
7. Seo, J.Y, S.W, Park.2004. Chemical mechanical planarization characteristic of ferroelectric film for FRAM applications. J. of Korean Physics Society.
45 (3). 769-772.
8. Irzaman, Darvina Y, Fuad A, Arifin P, Budiman M dan Barmawi M. 2003. Physical and pyroelectric properties of tantalum oxide doped lead zirconium titanate [Pb0.9950(Zr0.525Ti0.465Ta0.010)O3]
thin films and its applications for IR sensor. Physica Status Solidi (a) Germany 199 (3): 416-424.
9. Kwok K N. 2001. Complete to Semiconductor Devices. New York: McGraw-Hill, Inc.
10. Marwan, A. 2007. Studi efek fotovoltaik bahan Ba0,5Sr0,5TiO3 yang didadah galium (BGST) di atas substrat Si (100) Tipen. [Skripsi]. Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor.
11. C. P. Poole. 1998. The Physics Handbook Fundamentals and Key Equations. New York : John Wiley and Son, Inc.
12. Chaidir A, Kisworo D. 2007. Pengaruh pemanasan terhadap struktur-mikro, sifat mekanik dan korosi paduan Zr-Nb-Sn-Fe. [Hasil-hasil Penelitian EBN]. ISSN 0854-5561.
13. Setiawan A. 2008. Uji sifat listrik dan optik BST yang didadah niobium (BSNT) ditumbuhkan di atas substrat Si (100) tipe-p dan gelas corning dengan
penerapannya sebagai fotodiode [skripsi]. Bogor: FMIPA, IPB.
14. Frimasto H. 2007. Sifat optik film tipis bahan ferrolektrik BaTiO3 yang didadah
tantalum (BTT) [skripsi]. Bogor: FMIPA, IPB.
15. Cullity, B.D. 1956. Elements Of X-Ray Diffraction. Massachusetts, Addison Wesley Publishing Company.
16. Milan J, Lauhon L, Allen J. 2005. Photoconductivity Of Semiconducting CdS.
17. Tipler PA.1991. Physics for Scientist and Engineers. Worth Publisher Inc.
18. X Liu. 2005. Nanoscale chemical ething of near-stoichiometric lithium tantalite. Journal Material sains 97(1):30-38.
19. P. S. Kirev. 1975. Semiconductor Physic. Moscow :MIR Publisher.
20. Hillaludin M N. 2011. Pembuatan sel surya berbasis film tipis Ba0.5Sr0.5TiO3
(BST) [skripsi]. Bogor: FMIPA, IPB.
21. Suhaldi, Marwoto P dan Sugianto. 2006. Pengaruh kondisi penumbuhan pada sifat fisis film tipis Ga2O3 dengan doping
ZnO [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
22. JCPDS.1997.International Centre for Diffraction Data. U.S.A : Campus Boulevard.
Lampiran 1. Diagram alir penelitian
Tidak
2-metoksietanol Tantalum oksida
Litium asetat
Persiapan substrat Si (100) Persiapan bahan dan alat
MULAI
Pembuatan larutan LiTaO3
Penumbuhan film LiTaO3 dengan
metode CSD dan spin coating
Proses annealing
Berhasil
Penumbuhan kontak pada film
Penulisan skripsi Pengolahan dan analisis data Karakterisasi konstantadielektrik Karakterisasi konduktivitaslistrik
Karakterisasi XRD
SELESAI
Lampiran 2 Perhitungan ketebalan film LiTaO
3Metode volumetrik
=
2−
1�
∙
Keterangan :
= ketebalan film
(cm)
1
= massa substrat sebelum ditumbuhkan film
(g)
2
= massa substrat setelah
dan terdapat film dipermukaanya
(g)
= luas permukaan film yang terdeposisi pada permukaan substrat
(cm
2)
�
= massa jenis film yang terdeposisi
(g/cm
3)
1.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
800
oC, 1 jam
m2
= 0,1297 g;
m1
= 0,1291 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,6 cm
2=
0,1297 g
−
0,1291 g
7,45g/cm
ᶟ
∙
0,6 cm
²
= 1,34
�
10
−4
cm
2.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
800
oC, 8 jam
m2
= 0,1253 g;
m1
= 0,1249 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,5 cm
2=
0,1253 g
−
0,1249 g
7,45g/cm
ᶟ
∙
0,5 cm
²
= 1,07 x 10
−4
cm
3.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
800
oC, 15 jam
m2
= 0,1272 g;
m1
= 0,1265 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,5 cm
2=
0,1272 g
−
0,1265 g
7,45g/cm
ᶟ
∙
0,5 cm
²
= 1,88 x 10
−4
cm
4.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
800
oC, 22 jam
m2
= 0,1314 g;
m1
= 0,1305 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,5 cm
2=
0,1314 g
−
0,1305 g
7,45 g/cm
ᶟ
∙
0,5 cm
²
= 2,42 x 10
−4
cm
5.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
850
oC, 1 jam
m2
= 0,1315 g;
m1
= 0,1303 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,5 cm
2=
0,1315 g
−
0,1303 g
7,45g/cm
ᶟ
∙
0,5cm
²
= 3,22 x 10
−4
cm
6.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
850
oC, 8 jam
m2
= 0,1395 g;
m1
= 0,1381 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,6 cm
2=
0,1395 g
−
0,1381 g
7,45g/cm
ᶟ
∙
0,6 cm
²
= 3,13 x 10
−4
cm
7.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
850
oC, 15 jam
m2
= 0,1248 g;
m1
= 0,1231 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,6 cm
2=
0,1248 g
−
0,1231 g
7,45g/cm
ᶟ
∙
0,6 cm
²
= 3,80 x 10
−4
cm
8.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
850
oC, 22 jam
m2
= 0,1331 g;
m1
= 0,1323 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,6 cm
2=
0,1331 g
−
0,1323 g
7,45
∙
0,6
= 1,79 x 10
Lanjutan Lampiran 2
9.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
900
oC, 1 jam
m2
= 0,1317 g;
m1
= 0,1305 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,6 cm
2=
0,1317 g
−
0,1305 g
7,45 g/cm
ᶟ
∙
0,6 cm
²
= 2,68 x 10
−4
cm
10.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
900
oC, 8 jam
m2
= 0,1375 g;
m1
= 0,1359 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,6 cm
2=
0,1375 g
−
0,1359 g
7,45g/cm
ᶟ
∙
0,6 cm
²
= 3,58 x 10
−4
cm
11.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
900
oC, 15 jam
m2
= 0,1404 g;
m1
= 0,1397 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,6 cm
2=
0,1404 g
−
0,1397 g
7,45 g/cm
ᶟ
∙
0,6 cm
²
= 1,57 x 10
−4
cm
12.
Film LiTaO
3setelah proses
annealing
900
oC, 22 jam
m2
= 0,1519 g;
m1
= 0,1509 g;
�
= 7,45 g/cm
3;
A
= 0,6 cm
2=
0,1519 g
−
0,1509 g
7,45g/cm
ᶟ
∙
0,6 cm
²
= 2,24 x 10
Lampiran 3 Perhitungan parameter kisi LiTaO
3Tabel 3.a Perhitungan parameter kisi LiTaO
3setelah proses
annealing
850
oC, 8 jam
Tabel 3.b Perhitungan parameter kisi LiTaO
3setelah proses
annealing
850
oC, 15 jam
peak
no
h
k
l
2
�
�
²
²
sin²2
�
sin²
�
²
sin²
�
sin²
�
sin²
�
1
1
0
2
23,72
11,86
1
1
4
16
4
0,161664
0,042197
1,616645
2,613541
6,466579
1,616645
0,042197
0,168787
0,068217
2
1
0
4
32,85
16,425
1
1
16
256
16
0,293978
0,079874
2,939779
8,642303
47,03647
2,939779
0,079874
1,277991
0,234813
3
2
0
4
48,52
24,26
4
16
16
256
64
0,560855
0,16866
5,60855
31,45584
89,7368
22,4342
0,67464
2,698559
0,945938
4
2
1
2
56,1
28,05
7
49
4
16
28
0,688461
0,220921
6,884607
47,39782
27,53843
48,19225
1,54645
0,883686
1,520958
5
2
0
8
68,75
34,375
4
16
64
4096
256
0,868227
0,318498
8,682274
75,38189
555,6656
34,7291
1,27399
20,38384
2,765283
6
3
1
2
78,3
39,15
13
169
4
16
52
0,958602
0,398267
9,586017
91,89173
38,34407
124,6182
5,177473
1,593069
3,817796
Σ
252
4656
420
257,3831
764,7879
234,5302
8,794625
27,00593
9,353004
peak
no
h
k
l
2
�
�
²
²
sin²2
�
sin²
�
²
sin²
�
sin²
�
sin²
�
1
1
0
2
23,72
11,86
1
1
4
16
4
0,161664
0,042197
1,616645
2,613541
6,466579
1,616645
0,042197
0,168787
0,068217
2
1
0
4
32,85
16,425
1
1
16
256
16
0,293978
0,079874
2,939779
8,642303
47,03647
2,939779
0,079874
1,277991
0,234813
3
2
0
2
42,55
21,275
4
16
4
16
16
0,456916
0,131529
4,569164
20,87726
18,27666
18,27666
0,526116
0,526116
0,600978
4
2
1
2
56,1
28,05
7
49
4
16
28
0,688461
0,220921
6,884607
47,39782
27,53843
48,19225
1,54645
0,883686
1,520958
5
2
0
8
68,75
34,375
4
16
64
4096
256
0,868227
0,318498
8,682274
75,38189
555,6656
34,7291
1,27399
20,38384
2,765283
6
3
1
2
78,3
39,15
13
169
4
16
52
0,958602
0,398267
9,586017
91,89173
38,34407
124,6182
5,177473
1,593069
3,817796
Lanjutan Lampiran 3
Tabel 3.c Perhitungan parameter kisi LiTaO
3setelah proses
annealing
900
oC, 8 jam
Tabel 3.d Perhitungan parameter kisi LiTaO
3setelah proses
annealing
900
oC, 15 jam
peak
no
h
k
l
2
�
�
²
²
sin²2
�
sin²
�
²
sin²
�
sin²
�
sin²
�
1
1
0
2
23,72
11,86
1
1
4
16
4
0,1616645
0,0421967
1,6166449
2,6135406
6,4665794
1,6166449
0,0421967
0,1687867
0,068217
2
2
1
2
56,1
28,05
7
49
4
16
28
0,6884607
0,2209215
6,8846072
47,397816
27,538429
48,19225
1,5464504
0,8836859
1,5209576
3
3
1
2
78,3
39,15
13
169
4
16
52
0,9586017
0,3982672
9,5860173
91,891727
38,344069
124,61822
5,1774732
1,5930687
3,817796
Σ
219
48
84
141,90308
72,349077
174,42712
6,7661203
2,6455413
5,4069706
peak
no
h
k
l
2
�
�
²
²
sin²2
�
sin²
�
²
sin²
�
sin²
�
sin²
�
1
1
0
2
23,72
11,86
1
1
4
16
4
0,161664
0,042197
1,616645
2,613541
6,466579
1,616645
0,042197
0,168787
0,068217
2
1
0
4
32,85
16,425
1
1
16
256
16
0,293978
0,079874
2,939779
8,642303
47,03647
2,939779
0,079874
1,277991
0,234813
3
2
1
2
56,1
28,05
7
49
4
16
28
0,688461
0,220921
6,884607
47,39782
27,53843
48,19225
1,54645
0,883686
1,520958
4
3
1
2
78,3
39,15
13
169
4
16
52
0,958602
0,398267
9,586017
91,89173
38,34407
124,6182
5,177473
1,593069
3,817796
Lanjutan Lampiran 3
Mencari parameter kisi
hexagonal
untuk puncak banyak
Jarak antar bidang, d
12
=
43
2+ + 2
2
+
2
2
(1)
Menurut Bragg:
= 2 sin
�
2
= 4
2sin
2θ
atau sin
2�
=
24 2
(2)
Penggabungan persamaan (1) dan (2) menghasilkan:
1
2
=
4
3
2
+
+
22
+
2
2
=
4sin
2�
2
atau
sin
2�
=
2 2
+
+
23
2+
2 2
4
2Untuk memperoleh nilai parameter kisi menggunakan hubungan,
sin
2�
=
2
4
∙
4
3
2
+
+
22
+
2
4
∙
2
2
, dan
sin
2� −
2
3
22
+
+
2−
24
22
=
sin
22
�
akan diperoleh bentuk
sin
2�
=
+
+
,
Keterangan:
=
2
3
2,
=
2
+
+
2,
=
24
2,
=
2
,
=
10
, dan = 10sin
2
2
θ
Nilai C, B, dan A dapat diperoleh dari 3 persamaan menggunakan metode Cramer:
Σ
sin
2�
=
Σ
2+
Σ
+
Σ
,
Σ
sin
2�
=
Σ
+
Σ
2+
Σ
,
Lanjutan Lampiran 3
[1] Nilai parameter kisi LiTaO
3setelah proses
annealing
850
oC, 8 jam
8,646101 = 252,0000 C + 372,0000 B + 230,3727A
24,83349 = 372,0000 C + 4416,0000 B+ 693,3278A
9,008044 = 230,3727 C + 693,3278 B + 246,8045A
Menjadi bentuk matriks A x = B
252,0000
372,0000
230,3727
372,0000
4416,0000
693,3278
230,3727
693,3278
246,8045
=
8,646101
24,83349
9,008044
Mencari determinan matriks A
det
=
252,0000
372,0000
230,3727
372,0000
4416,0000
693,3278
230,3727
693,3278
246,8045
=
3831402,223
Mencari determinan matriks A
1det
1=
8,646101
372,0000
230,3727
24,83349
4416,0000
693,3278
9,008044
693,3278
246,8045
=
112804,1
Mencari determinan matriks A
2det
2=
252,0000
8,646101
230,3727
372,0000
24,83349
693,3278
230,3727
9,008044
246,8045
=
11842,72
Nilai C diperoleh dari
=
det
1det
= 0,029442
Nilai B diperoleh dari
=
det
2det
= 0,003091
Nilai parameter kisi a
=
�
∙
= ,
Å
Nilai parameter kisi c
=
�
∙
=
,
Å
[2] Nilai parameter kisi LiTaO
3setelah proses
annealing
850
oC, 15 jam
8,794625 = 252,0000 C + 420,0000 B + 234,5302A
27,00593 = 420,0000 C + 4656,0000 B+ 764,7879A
9,353004 = 234,5302 C + 764,7879 B + 257,3831A
Menjadi bentuk matriks A x = B
252,0000
420,0000
234,5302
420,0000
4656,0000
764,7879
234,5302
764,7879
257,3831
=
Lanjutan Lampiran 3
Mencari determinan matriks A
det
=
252,0000
420,0000
234,5302
420,0000
4656,0000
764,7879
234,5302
764,7879
257,3831
=
3760146,4
Mencari determinan matriks A
1det
1=
8,794625
420,0000
234,5302
27,00593
4656,0000
764,7879
9,353004
764,7879
257,3831
=
110923,3
Mencari determinan matriks A
2det
2=
252,0000
8,794625
234,5302
420,0000
27,00593
764,7879
234,5302
9,353004
257,3831
=
11646,22
Nilai C diperoleh dari
=
det
1det
= 0,0295
Nilai B diperoleh dari
=
det
2det
= 0,003097
Nilai parameter kisi a
=
�
∙
= ,
Å
Nilai parameter kisi c
=
�
∙
=
,
Å
[3] Nilai parameter kisi LiTaO
3setelah proses
annealing
900
oC, 8 jam
6,845995 = 220,0000 C + 100,0000 B + 177,3669A
3,923532 = 100,0000 C + 304,0000 B + 119,3855 A
5,641784 = 177,3669 C + 119,3855 B + 150,5454A
Menjadi bentuk matriks A x = B
220,0000
100,0000
177,3669
100,0000
304,0000
119,3855
177,3669
119,3855
150,5454
=
6,845995
3,923532
5,641784
Mencari determinan matriks A
det
=
220,0000
100,0000
177,3669
100,0000
304,0000
119,3855
177,3669
119,3855
150,5454
Lanjutan Lampiran 3
Mencari determinan matriks A
1det
1=
6,845995
100,0000
177,3669
3,923532
304,0000
119,3855
5,641784
119,3855
150,5454
=
2903,44
Mencari determinan matriks A
2det
2=
220,0000
6,845955
177,3669
100,0000
3,923532
119,3855
177,3669
5,641784
150,5454
=
303,9424
Nilai C diperoleh dari
=
det
1det
= 0,029372
Nilai B diperoleh dari
=
det
2det
= 0,003075
Nilai parameter kisi a
=
�
∙
= ,
Å
Nilai parameter kisi c
=
�
∙
=
,
Å
[4] Nilai parameter kisi LiTaO
3setelah proses
annealing
900
oC, 15 jam
6,766120 = 219,0000 C + 84,0000 B + 174,4271 A
2,645541 = 84,0000 C + 48,0000 B + 72,34908 A
5,406971 = 174,4271 C + 72,34908 B + 141,9031A
Menjadi bentuk matriks A x = B
219,0000
84,0000
172,4271
84,0000
48,0000
72,34908
174,4271
72,34908
141,9031
=
6,766120
2,645541
5,406971
Mencari determinan matriks A
det
=
219,0000
84,0000
172,4271
84,0000
48,0000
72,34908
174,4271
72,34908
141,9031
=
3794,222
Mencari determinan matriks A
1det
1=
6,766120
84,0000
172,4271
2,645541
48,0000
72,34908
5,406971
72,34908
141,9031
=
111,2302
Mencari determinan matriks A
2det
2=
219,0000
6,766120
172,4271
84,0000
2,645541
72,34908
174,4271
5,406971
141,9031
Lanjutan Lampiran 3
Nilai C diperoleh dari
=
det
1det