• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis indeks pembangunan manusia dan faktor-faktor yang memengaruhi di Provinsi Papua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis indeks pembangunan manusia dan faktor-faktor yang memengaruhi di Provinsi Papua"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DI PROVINSI PAPUA

OLEH

ROSINTA DEWI KACARIBU H14080054

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

ROSINTA DEWI KACARIBU. Analisis Indeks Pembangunan Manusia dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi di Provinsi Papua. (dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI).

Pencapaian pembangunan ekonomi suatu wilayah dipengaruhi oleh proses pembangunan manusia. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari seberapa besar kualitas manusia di suatu wilayah. Indikator yang bisa mengukur kualitas manusia disuatu daerah yaitu dengan cara Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan indikator yang di gunakan untuk mengukur salah satu aspek penting yang berkaitan dengan kualitas dari hasil pembangunan ekonomi, yakni derajat perkembangan manusia. IPM mempunyai tiga unsur yaitu kesehatan, pendidikan yang dicapai, dan standar kehidupan atau sering disebut ekonomi. Jadi ketiga unsur ini sangat penting dalam menentukan tingkat kemampuan suatu provinsi untuk meningkatkan IPMnya. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling memengaruhi satu sama yang lainnya. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada gilirannya ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Jadi IPM di suatu daerah akan meningkat apabila ketiga unsur tersebut dapat ditingkatkan, nilai IPM yang tinggi menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah tersebut.

Di Negara Indonesia, Provinsi DKI Jakarta memiliki IPM tertinggi yaitu sebesar 77.60 pada tahun 2010. Sedangkan Provinsi Papua dari tahun 2004-2010 memiliki IPM yang paling kecil diantara provinsi-provinsi yang lain. Hal ini dapat diakibatkan bahwa kurangnya peranan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan masyarakat terhadap ketiga dibidang yaitu: pendidikan, ekonomi, dan kesehatan pada Provinsi Papua. Akan tetapi, sumber daya alam yang terdapat pada Provinsi Papua sangat besar. Jadi Provinsi Papua seharusnya mampu bersaing untuk meningkatkan IPM dengan provinsi-provinsi yang lainnya.

Penelitian ini mempunyai dua tujuan. Pertama, menganalisis perkembangan indeks pembangunan manusia dan komponennya pada setiap kabupaten di Papua. Kedua, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia di Papua. Penelitian ini di fokuskan pada pembangunan ekonomi daerah, khususnya kabupaten/kota di Provinsi Papua. Menggunakan 29 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua, dalam periode tahun 2009-2011. Analisis yang digunakan adalah analisis deskritif dan panel data dengan pendekatan Fixed Effect Model. Variabel tak bebas adalah IPM, dan variabel bebas yang digunakan antara lain : Produk Domestik Regional Bruto, Pengeluaran pemerintah menurut fungsi pendidikan, rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter, rasio jumlah penduduk terhadap jumlah bidan, rasio jumlah penduduk terhadap jumlah perawat, rasio kemiskinan terhadap jumlah penduduk, rasio murid SD terhadap guru, rasio murid SMP terhadap guru, rasio murid SMA terhadap guru.

(3)
(4)

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI PROVINSI PAPUA

OLEH :

ROSINTA DEWI KACARIBU H14080054

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Judul Skripsi : ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DI PROVINSI PAPUA

Nama : Rosinta Dewi Kacaribu

NIM : H14080054

.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati NIP. 1962 0816 198701 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 1964 1022 198903 1 003

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Februari 2013

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rosinta Dewi Kacaribu lahir pada tanggal 06 Maret 1990 di

Langkat. Penulis adalah anak ke empat dari lima bersaudara, dari pasangan Pinta

Kacaribu dan Rosdia Br Sebayang. Jenjang pendidikan penulis diawali dengan

bersekolah di SD Negeri 040574 Bunga Baru dan tamat pada tahun 2002. Selanjutnya

penulis melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Tiga

Binanga dan tamat pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan

pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Kabanjahe. Penulis menamatkan

sekolah menengah atas pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi

setelah menerima Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai

mahasiswa program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama penulis menjalani studi, penulis aktif dibeberapa kepanitian baik pada tingkat

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa

melimpah kasih karunia dan berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Analisis Indeks pembangunan Manusia

dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi di Provinsi Papua”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat semangat, bimbingan, dukungan, dan doa

dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ibu Dr. Wiwiek Rindayati, selaku pembimbing skripsi, yang telah memberikan

perhatian, bimbingan dan saran baik secara teoritis maupun secara teknis serta

memberikan pembelajaran yang berguna dalam proses penyusunan skripsi ini

hingga dapat terselesaikan dengan baik.

2. Dr. Alla Asmara M.Si selaku dosen penguji utama atas saran, kritik, dan

masukan yang sangat membantu dan berarti dalam proses perbaikan skripsi ini.

3. Salahuddin el Ayyubi, MA selaku penguji komisi pendidikan atas saran, kritik,

dan masukan yang berarti tentang tata cara penulisan demi menyempurnakan

penulisan skripsi ini.

4. Kedua orang tua penulis, yaitu Pinta Kacaribu dan Rosdia Br Sebayang yang

memberikan motivasi, semangat dan doa.

5. Kakak-kakak dan adik penulis, yaitu Emorita Kacaribu, S.E, Karolina

Kacaribu, S.K.M beserta suami, Nirwana Kacaribu, S.sos beserta suami, dan

Andi Pranata Kacaribu yang telah memberikan motivasi, semangat dan doa.

6. Seluruh pengurus dan pengajar Departemen Ilmu Ekonomi atas kerjasama dan

bantuan selama penulis menempuh pendidikan di IPB.

7. Teman-teman satu bimbingan skripsi Lae, Risma, Fajar, Asep atas semangat

(9)

8. Teman-teman penulis di Ilmu Ekonomi 45 yang telah membantu selama

bersama-sama menuntut ilmu di Departemen Ilmu Ekonomi terutama Dian

Marhama, Meita Puspitasari, Suci Maryanti, Nenti Simbolon, Eristya

Puspitadewi, Laura Malau serta teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis

sebutkan satu-persatu yang telah memberikan banyak kenangan dan bantuan

selama ini.

9. Keluarga yang ada di Bogor yaitu kak Chici, Selvi, Evipani serta Pengurus

PERMATA GBKP Bogor yaitu bang Niko, kak Jenita, kak Risna, Adriyani,

Novita, Naomi, Besti, bang Iman, Handayani, bang Suryanta, Ville atas

semangat dan doa nya selama ini.

10. Teman-teman SMA yang sama-sama berjuang di IPB yaitu Hellen, Sora, Era,

Dita, Rosinta Sitepu dan tidak lupa buat Lidia Sebayang dan Ester Sembiring

atas doa dan dukungannya selama ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka dalam saran dan kritik dan

pertanyaan-pertanyaan mengenai skripsi ini. Akhir kata penulis

mengharapkan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain

yang berkaitan.

Bogor, Februari 2013

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ……….i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………..5

1.3 Tujuan Penelitian ………..7

1.4 Manfaat Penelitian ………8

1.5 Ruang δingkup Penelitian……….……….. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pembangunan Manusia... 10

2.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 11

2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia ... 12

2.4 Indeks Pembangunan Manusia ... 14

2.4.1 Tahapan Perhitungan IPM ... 17

2.5 Penelitian Terdahulu ... 19

2.6 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

2.7 Hipotesis Penelitian ... 26

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 27

3.2 Lokasi dan Pengolahan Data Penelitian ... 27

3.3 Metode Analisis Data ... 28

3.3.1 Metode Analisis Deskrptif ... 28

3.3.2 Analisis Panel Data ... 28

3.3.2.1 Metode Pooled Least Square ... 29

(11)

3.3.2.3 Metode Efek Random (Random Effect) ... 30

3.4 Uji Kesesuaian Model ... 32

3.4.1 Chow Test ... 32

3.4.2 Hausman Test ... 33

3.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 33

3.4.4 Uji F ... 33

3.4.5 Uji T ... 34

3.5 Perumusan Model ... ..3 4 3.6 Uji Pelanggaran Model ... 35

3.6.1 Multikolinearitas ... 36

3.6.2 Autokorelasi ... 36

3.6.3 Heteroskedastisitas ... 37

3.6.4 Uji Normalitas ... 37

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Keadaan Geografis ... 38

4.2 Keadaan Penduduk Provinsi Papua ... 38

4.3 Keadaan Perekonomian Provinsi Papua ... 40

4.4 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua ... 41

4.4.1 Pendidikan di Provinsi Papua ... 43

4.4.2 Kesehatan di Papua ... 46

4.4.3 Kemiskinan ... 48

4.4.4 Pengeluaran Pemerintah Terhadap Bidang Pendidikan ... 48

4.4.5 Sosial dan Budaya Provinsi Papua ... 50

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan IPM dan komponennya di setiap kabupaten/kota di Provinsi Papua ... 51

5.1.1 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Papua ... 51

5.1.2 Perkembangan Angka Harapan Hidup menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua ... 54

(12)

Sekolah menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua ... 56

5.1.4 Perkembangan Indikator Daya Beli Masyarakat (Purchasing Power Parity) menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua ... 60

5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia ... 62

5.2.1 Pengujian Model Terbaik ... 62

5.2.2 Uji Pelanggaran Asumsi ... 63

5.2.3 Interpretasi Model ... 65

5.2.3.1 Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pendidikan (GOVED) ... 65

5.2.3.2 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 66

5.2.3.3 Rasio Kemiskinan Terhadap Jumlah penduduk (RMISKIN) ... 68

5.2.3.4 Rasio Bidan, Rasio Dokter, Rasio Perawat terhadap Jumlah Penduduk... 69

5.2.3.5 Rasio Murid SD, SMP, SMA terhadap Guru ... 72

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan………74

6.2.Saran………..75

DAFTAR PUSTAKA……….……….76

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Indeks Pembangunan Manusia Asia Tenggara tahun 2011 ... 3

1.2 Indeks Pembangunan Manusia per Provinsi tahun 2004-2010... 4

1.3 Perbandingan IPM dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Lima Provinsi di Indonesia tahun 2010 ... 6

2.1 Indikator IPM... 18

3.1 Data dan Sumber Data ... 27

3.2 Kerangka Identifikasi Autokorelasi ... 36

4.1 Perkembangan PDRB Provinsi Papua tahun 2009-2011 ... 40

4.2 Jumlah sekolah, guru, dan murid menurut jenjang pendidikan di Provinsi Papua tahum 2011 Jumlah sekolah, guru, dan murid menurut jenjang pendidikan di Provinsi Papua tahum 2011 ... 44

4.3 Indikator Pendidikan di Provinsi Papua tahun 2009-2011 ... 44

4.4 Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua 2009-2011... 46

5.1 Pembagian Kategori Menurut Kabupaten/Kota... 53

5.2 Hasil Pengujian Fixed Effect Model ... 63

5.3 IPM dan PDRB per kapita Provinsi Papua tahun 2005-2010 ... 67

5.4 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua tahun 2007-2010 ... 69

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 PDRB Provinsi Papua Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan

Usaha 2011 ... .. 7

2.1 Alur Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia... 13

2.2 Alur Konsep IPM ... 19

2.3 Bagan Kerangka Pemikiran ... 25

4.1 Jumlah Penduduk Provinsi Papua 1990, 2000, 2010 ... 39

4.2 IPM Provinsi Papua tahun 2005-2011 ... 42

4.3 Persentase Balita di Provinsi Papua Menurut Penolong kelahiran tahun 2012 ... 47

4.4 Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua tahun 2009-2011 ... 49

5.1 IPM menurut kabupaten/kota dan rata-rata IPM di Provinsi Papua tahun 2011 ... ……….. 52

5.2 Angka Harapan Hidup menurut kabupaten/kota dan rata-rata angka harapan hidup di Provinsi Papua tahun 2011 ... 55

5.3 Angka Melek Huruf menurut kabupaten/kota dan Rata-rata angka melek huruf di Provinsi Papua tahun 2011... 57

5.4 Rata-Rata Lama Sekolah menurut kabupaten/kota dan Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi Papua tahun 2011 ... 59

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel IPM menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua ... 79

2. Tabel Angka Harapan Hidup menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua ... 80

3. Tabel Angka Melek Huruf menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua ... 81

4. Tabel Rata-Rata Lama Sekolah menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua ... 82

5. Daya Beli Masyarakat menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua ... 83

6. Lampiran 6. Output Eviews dengan Menggunakan Metode Pooled Model ... 84

7. Output Eviews dengan Menggunakan Metode Fixed Effect ... 85

8. Output Eviews dengan Menggunakan Metode Random Effect ... 86

9. Chow Test dan Hausmant Test ... 87

10. Uji Normalitas ………… ... 88

11. Crosssection Effect…….. ... 89

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan

pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan

disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu daerah dan

pemerataan pendapatan bagi suatu penduduk suatu daerah. Cara paling mudah untuk

mengartikan pembangunan ekonomi adalah dimana pertumbuhan ekonomi ditambah

dengan perubahan. Artinya, ada tidaknya pembangunan ekonomi suatu daerah pada

suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang

berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku

dari berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan,

perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam

infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran

masyarakat (Sukirno, 2006).

Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Oleh karena itu,

manusia selalu menjadi sasaran dari pembangunan suatu bangsa. Tujuan utama

pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat yang

menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif.

Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari

pembangunan bukan alat dari dari pembangunan. Keberhasilan pembangunan

manusia dapat dilihat dari seberapa besar permasalahan mendasar masyarakat dapat

teratasi. Masalah-masalah tersebut meliputi kemiskinan, pengangguran, gizi buruk,

dan buta huruf.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan oleh United Nations Development Program (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan HDR (Human Development Report). IPM menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup

manusia yang dapat menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil

(17)

IPM atau dikenal dengan sebutan Human Development Index (HDI) merupakan indikator yang di gunakan untuk mengukur salah satu aspek penting yang berkaitan

dengan kualitas dari hasil pembangunan ekonomi, yakni derajat perkembangan

manusia. IPM mempunyai tiga unsur yaitu kesehatan, pendidikan yang dicapai, dan

standar kehidupan atau sering disebut ekonomi. Jadi ketiga unsur ini sangat penting

dalam menentukan tingkat kemampuan suatu provinsi untuk meningkatkan IPMnya.

Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling memengaruhi satu sama

yang lainnya. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti ketersediaan

kesempatan kerja, yang pada gilirannya ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi,

infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Jadi IPM di suatu daerah akan meningkat

apabila ketiga unsur tersebut dapat ditingkatkan, nilai IPM yang tinggi menandakan

keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah tersebut. Dalam perkataan lain,

terdapat suatu korelasi positif antara nilai IPM dengan derajat keberhasilan

pembangunan ekonomi (Tambunan, 2003).

Kualitas pembangunan manusia menjadi hal yang sangat penting dalam strategi

kebijakan nasional untuk pembangunan ekonomi. Penekanan terhadap pentingnya

kualitas pembangunan manusia menjadi suatu kebutuhan karena dengan sumber daya

yang unggul akan menghasilkan seluruh tatanan kehidupan yang maju diberbagai

bidang baik sosial, ekonomi, lingkungan, sehingga kualitas manusia memiliki andil

besar dalam menentukan keberhasilan pengolahan pembangunan wilayahnya.

Untuk mengukur kualitas manusia dapat dilihat dari capaian angka IPM. Angka

IPM terdiri dari tiga komponen yaitu kesehatan, pendidikan, dan kualitas hidup layak.

Jadi setiap kabupaten/kota yang memiliki angka IPM yang mendekati angka 100

maka pembangunan manusia yang ada di daerah tersebut semakin baik, sedangkan

daerah yang memiliki angka IPM yang mendekati nol maka daerah tersebut memiliki

pembangunan manusia yang buruk Adapun kategori tersebut sebagai berikut :

 Tinggi : IPM lebih dari 80.0

 Menengah Atas : IPM 66.0-79.9

 Menengah Bawah : IPM antara 50.0-6.9

(18)

Perkembangan IPM di Indonesia periode 2004-2009 terus mengalami

peningkatan. Perkembangan IPM mempengaruhi peningkatan capaian kualitas

pembangunan manusia seiring dengan membaiknya perekonomian negara. Hal ini

terjadi karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM dalam periode

tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat berupa peningkatan atau penurunan besaran

dari komponen IPM yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama

sekolah dan pengeluaran rill perkapita.

Pada tahun 2011, Indonesia termasuk dalam katagori menengah dalam

pembangunan manusia dengan peringkat ke 124 dari 187 negara. Dilihat dari

negara-negara tetangga di Asia Tenggara, IPM Indonesia berada satu peringkat di atas

Vietnam namun jauh di bawah Singapura, Brunai, Malaysia, Thailand. Meskipun

IPM Indonesia meningkat dari tahun ke tahun tetapi Indonesia masih berada pada

peringkat yang ke enam di tingkat Asia Tenggara. Hal ini disebabkan karena

rendahnya perhatian pemerintah pada aspek pembangunan manusia.

Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Asia Tenggara tahun 2011

No Negara IPM

1 Singapura 86.60

2 Brunai 83.80

3 Malaysia 76.10

4 Thailand 68.20

5 Filipina 64.40

6 Indonesia 61.70

7 Vietnam 59.30

8 Laos 52.40

9 Kamboja 52.30

10 Timor Leste 49.50

11 Myanmar 48.30

Sumber : UNDP, 2012

Indonesia sebagai negara berkembang melakukan pembangunan di segala

aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan dilakukan oleh pemerintah bekerjasama

dengan masyarakat, melakukan dengan bidang ekonomi, sosial, maupun sektoral.

Peranan pemerintah dalam pembangunan yaitu dengan melakukan pembangunan

(19)

kesejahteraan masyarakat. Disamping itu pemerintah berperan dalam hal

menyediakan infrastruktur dan pembentukan regulasi bagi proses berjalannya

pembangunan.

Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia per Provinsi tahun 2004-2011

Provinsi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 NanggroeAceh Darussalam 68.70 69.05 69.41 70.35 70.76 71.31 71.70 2 Sumatera Utara 71.40 72.03 72.46 72.78 73.29 73.80 74.19 3 Sumatera Barat 70.50 71.19 71.65 72.23 72.96 73.44 73.78

4 Riau 72.20 73.63 73.81 74.63 75.09 75.60 76.07

5 Jambi 70.10 70.95 71.29 71.46 71.99 72.45 72.74

6 Sumatera Selatan 69.60 70.23 71.09 71.40 72.05 72.61 72.95 7 Bengkulu 69.90 71.09 71.28 71.57 72.14 72.55 72.92 8 Lampung 68.40 68.85 69.38 69.78 70.30 70.93 71.42 9 Bangka Belitung 69.60 70.68 71.18 71.62 72.19 72.55 72.86 10 Kepulauan Riau 70.80 72.23 72.79 73.68 74.18 74.54 75.07 11 DKI Jakarta * 75.80 76.07 76.33 76.59 77.03 77.36 77.60 12 Jawa Barat 69.10 69.93 70.32 70.71 71.12 71.64 72.29 13 Jawa Tengah 68.90 69.78 70.25 70.92 71.60 72.10 72.49 14 Yogyakarta 72.90 73.50 73.70 74.15 74.88 75.23 75.77 15 Jawa Timur 66.80 68.42 69.18 69.78 70.38 71.06 71.62 16 Banten 67.90 68.80 69.11 69.29 69.70 70.06 70.48

17 Bali 69.10 69.78 70.07 70.53 70.98 71.52 72.28

18 Nusa Tenggara Barat 60.60 62.42 63.04 63.71 64.12 64.66 65.20 19 Nusa Tenggara Timur 62.70 63.59 64.83 65.36 66.15 66.60 67.26 20 Kalimantan Barat 65.40 66.20 67.08 67.53 68.17 68.79 69.15 21 Kalimantan Tengah 71.70 73.22 73.40 73.49 73.88 74.36 74.64 22 Kalimantan Selatan 66.70 67.44 67.75 68.01 68.72 69.30 69.92 23 Kalimantan Timur 72.20 72.94 73.26 73.77 74.52 75.11 75.56 24 Sulawesi Utara 73.40 74.21 74.37 74.68 75.16 75.68 76.09 25 Sulawesi Tengah 67.30 68.47 68.85 69.34 70.09 70.70 71.14 26 Sulawesi Selatan 67.80 68.06 68.81 69.62 70.22 70.94 71.62 27 Sulawesi Tenggara 66.70 67.52 67.80 68.32 69.00 69.52 70.00 28 Gorontalo 65.40 67.46 68.01 68.83 69.29 69.79 70.28 29 Sulawesi Barat 64.40 65.72 67.06 67.72 68.55 69.18 69.64 30 Maluku 69.00 69.24 69.69 69.96 70.38 70.96 71.42 31 Maluku Utara 66.40 66.95 67.51 67.82 68.18 68.63 69.03 32 Papua Barat 63.70 64.83 66.08 67.28 67.95 68.58 69.15 33 Papua # 60.90 62.08 62.75 63.41 64.00 64.53 64.94 Indonesia (BPS) 68.70 69.57 70.10 70.59 71.17 71.76 72.27 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2004-2010

Keterangan :

(20)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Provinsi DKI Jakarta memiliki IPM

tertinggi yaitu sebesar 77.60 pada tahun 2010. Sedangkan Provinsi Papua dari tahun

2004-2010 memiliki IPM yang paling kecil diantara provinsi-provinsi yang lain. Pada

tahun 2010 IPM Provinsi Papua sebesar 64.94, angka ini masih jauh dibawah IPM

Indonesia secara keseluruhan yaitu sebesar 72.27. Hal ini dapat diakibatkan bahwa

kurangnya peranan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan masyarakat

terhadap ketiga dibidang yaitu: pendidikan, ekonomi, dan kesehatan pada Provinsi

Papua.

Provinsi Papua merupakan provinsi yang penting di Indonesia karena kaya akan

sumberdaya alam berupa tambang migas dan non migas. Hasil kegiatan ekonomi

tersebut seharusnya mampu memberikan sumbangan nilai tambah yang cukup besar

bagi perekonomian Provinsi Papua maupun kesejahteraan masyarakat di Provinsi

Papua. Akan tetapi, hal ini tidak mampu untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Dapat dilihat pada Tabel 1.2, dari seluruh nilai IPM di provinsi-provinsi

Indonesia, Provinsi Papua memiliki nilai IPM yang paling rendah yaitu di rangking

33 dari seluruh Provinsi yang ada di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kondisi yang beragam dan

perbedaan keadaan geografis, demokratis, sosial, dan sumberdaya alam maupun

tingkat kemajuan ekonomi. Di setiap provinsi di Indonesia mempunyai potensi

daerah yang berbeda-beda. Adanya perbedaan potensi disetiap daerah menyebabkan

adanya perbedaan kinerja pembangunan antar daerah, keberhasilan tingkat

kesejahteraan masyarakat dan Indeks Pembangunan Manusia antar daerah.

Pembangunan manusia tidak hanya dapat diukur dengan tingkat pendapatan

masyarakat saja, akan tetapi dapat dilihat dari aspek sosial maupun ekonomi suatu

daerah.

Perbaikan indikator ekonomi tidak serta merta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Dengan kata lain, kemiskinan harus diatasi secara menyeluruh dan tidak

(21)

pembangunan manusia diduga sangat penting dalam mengurangi kemiskinan. Hal ini

karena pendidikan dan kesehatan yang baik memungkinkan penduduk miskin untuk

meningkatkan nilai asetnya (Lanjouw, Pradhan, Saadah, Sayed, dan Sparrow, 2001

dalam Hidayat,2008).

Indikator IPM terdiri dari penilaian terhadap tingkat masyarakat. Nilai IPM

Provinsi Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara

memiliki rata-rata IPM paling rendah di Indonesia, yang sebagian besar berada di

wilayah Indonesia Timur. Sedangkan provinsi-provinsi di Pulau Jawa memiliki

rata-rata variabel IPM paling tinggi di Indonesia. Dari ke lima provinsi tersebut, Provinsi

Papua mempunyai IPM paling rendah yaitu sebesar 64.94, hal ini menunjukkan

bahwa pembangunan manusia yang ada di Provinsi Papua masih rendah dari ke lima

Provinsi yang ada di Tabel 1.3. Sedangkan nilai Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) nya paling tinggi yaitu sebesar 22407 miliar rupiah. Sedangkan Provinsi

Maluku Utara memiliki nilai PDRB terendah pada tabel di bawah ini, akan tetapi

angka IPM nya memiliki urutan ke tiga dari lima provinsi tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa Provinsi Papua sebenarnya memiliki sumber daya alam yang

sangat melimpah dan memiliki potensi untuk meningkatkan angka IPM nya.

Tabel 1.3 Perbandingan IPM dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Lima Provinsi di Indonesia tahun 2010

Provinsi PDRB (Milyar Rp) IPM

Papua Barat 9366 69.15

Papua 22407 64.94

Maluku Utara 3036 69.03

Maluku 4251 71.42

Nusa Tenggara Timur 12544 67.26

Nusa Tenggara Barat 20070 65.20

Sumber : BPS Provinsi Papua, 2011

Sumber daya alam yang melimpah dilihat dari nilai PDRB Provinsi Papua

menurut lapangan dan usaha 2011 yang terdapat pada Gambar 1.1. Pertambangan dan

(22)

Papua, diikuti dengan nilai pertanian untuk memadai meningkatnya IPM di wilayah

tersebut.

Sumber : BPS Provinsi Papua, 2011

Gambar 1.1 PDRB Provinsi Papua Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha 2011 (Miliar Rp)

Dari sumber daya alam yang sangat besar yang terdapat pada tabel dan gambar

diatas, seharusnya Provinsi Papua mampu untuk meningkatkan angka IPM kearah

angka 100 dan mampu bersaing dengan wilayah-wilayah yang lain yang ada di

Indonesia. Oleh karena itu perumusan masalah yang dianalisis dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana perkembangan indeks pembangunan manusia dan komponennya

pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Papua?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pembangunan manusia di Provinsi

Papua?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Menganalisis perkembangan indeks pembangunan manusia dan komponennya

pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Papua.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan manusia di

Provinsi Papua.

3842.41

7089.38 601.47

54.16

2378.49 1840.84 1910.11 858.34

2562.33 Pertanian

Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan

Listrik & Air Bersih Bangunan

(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak pemerintah, masyarakat dan

kalangan akademis. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya adalah :

1. Pemerintah dapat menggunakan hasil dari penelitian ini untuk membuat

kebijakan guna pembangunan manusia di Provinsi Papua.

2. Sebagai bahan studi literatur bagi para ekonom dalam mengkritisi dan

memberikan rekomendasi terhadap permasalahan ekonomi yang ada,

khususnya terkait dengan pembangunan manusia.

3. Kalangan akademisi dapat menambah ilmu pengetahuan dan menjadikan

penulisan ini sebagai bahan rujukan dalam membuat karya ilmiah maupun

penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai perkembangan indeks pembangunan

manusia dan faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan manusia di Provinsi

Papua. Perkembangan indeks pembangunan manusia dilihat dari Indikator kesehatan,

pendidikan, dan perekonomian masyarakat. Data yang digunakan adalah data cross section berupa kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua serta data time series dari tahun 2009-2011. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program eviews 6. Referensi penelitian diperoleh dari perpustakaan IPB, perpustakaan BPS, jurnal-jurnal dan referensi lainnya yang mendukung penelitian.

Agar penulisan dan pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah pada tujuan

yang hendak dicapai, maka perlu dilakukan pembatasan pada ruang lingkup

penelitian, yaitu:

1. Analisis tentang pembangunan manusia difokuskan untuk melihat

perkembangan indeks pembangunan manusia di setiap kabupaten/kota Provinsi

Papua. Analisis ini difokuskan terhadap beberapa indikator yang dianggap

dapat mempresentasikan perkembangan IPM di Provinsi Papua, antara lain;

(24)

paritas daya beli masyarakat yang ada seluruh kabupaten/kota di Provinsi

Papua.

2. Analisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi IPM di Provinsi Papua

menggunakan produk domestik regional bruto Provinsi Papua, pengeluaran

pemerintah terhadap pendidikan, rasio kemiskinan, infrastruktur, rasio dokter,

rasio bidan, rasio perawat, rasio murid SD, rasio murid SMP, rasio murid SMA.

Namun, indikator infrastruktur tidak dibahas dalam penelitian ini karena

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembangunan Manusia

Menurut BPS, pemikiran tentang pembangunan telah mengalami pergeseran,

yaitu dari pembangunan yang berorientasi pada produksi (production centered development) pada dekade 60-an ke paradigma pembangunan yang lebih menekankan pada distribusi hasil-hasil pembangunan (distribution growth development) selama dekade 70-an. Selanjutnya pada dekade 80-an, muncul paradigma pembangunan yang

berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (basic need development), dan akhirnya menuju paradigma pembangunan yang terpusat pada manusia (human centereddevelopment) yang muncul pada tahun 1990-an.

Ada enam alasan mengapa paradigma pembangunan manusia ini bernilai

penting, yaitu: (1) Pembangunan bertujuan akhir meningkatkan harkat dan martabat

manusia; (2) Mengemban misi pemberantasan kemiskinan; (3) Mendorong

peningkatan produktivitas secara maksimal dan meningkatkan kontrol atas barang

dan jasa; (4) Memelihara konservasi alam (lingkungan) dan menjaga keseimbangan

ekosistem; (5) Memperkuat basis civil society dan institusi politik guna mengembangkan demokrasi; dan (6) Merawat stabilitas sosial politik yang kondusif

bagi implementasi pembangunan (Basu dalam Pambudi, 2008)

Menurut UNDP dalam BPS 2008, pembangunan manusia adalah suatu proses

untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people’s

choices). Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk, karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara.

Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup

dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini lebih luas dari definisi

pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep

pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut

manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya.

Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian dan

(26)

hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep

pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan

hanya pada aspek ekonomi saja. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya

pada upaya meningkatkan kemampuan (capability) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal. Pembangunan

manusia menjadi dasar penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis

pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat

seperti pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik

ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Dengan demikian

pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial tetapi merupakan

pendekatan komprehensif dari semua sektor (BPS, BAPPENAS, UNDP, 2001).

Pembangunan manusia ditujukan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam

semua proses dan kegiatan pembangunan. Keberhasilan pembangunan ini seringkali

dilihat dari pencapaian kualitas sumber daya manusianya. Untuk mencapai tujuan

tersebut, pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia di wilayahnya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek

intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek

moralitas (iman dan ketaqwaan) sehingga partisipasi rakyat dalam pembangunan akan

dengan sendirinya meningkat.

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2000), pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu

proses dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang

waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar. Menurut

Salvatore (1997), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana Produks

Domestik Bruto (PDB) riil per kapita meningkat secara terus menerus melalui

kenaikan produktivitas per kapita. Sasaran berupa kenaikan produksi rill per kapita

dan taraf hidup (pendapatan riil per kapita) merupakan tujuan utama yang perlu

(27)

Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka

penjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak

barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan

kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis Negara yang

bersangkutan. Teori klasik juga membahas pertumbuhan ekonomi dengan penekanan

pada akumulasi kapital yang dapat meningkatkan output. Asumsinya bahwa

fleksibilitas harga dan upah akan menciptakan kesempatan kerja penuh. Model

pertumbuhan klasik didasari oleh dua faktor utama, yaitu pertumbuhan output total

dan pertumbuhan penduduk (Jhingan, 2003). Adam Smith dalam Mailendra (2009) mengatakan bahwa peningkatan output atau pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan

dengan tiga metode, yaitu peningkatan spesialisasi kerja, sistem pembagian kerja, dan

penggunaan mesin untuk meningkatkan produktivitas.

2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia

Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi. Dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi

diyakini juga akan lebih baik, sesuai dengan yang dikatakan Mubyarto (2004).

Menurut Todaro (2000), sumber daya manusia dari suatu bangsa merupakan faktor

paling menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi dari

bangsa yang bersangkutan.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia dapat

dijelaskan melalui dua jalur seperti yang digambarkan pada Gambar 2.1. Jalur

pertama adalah melalui kebijakan dan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini, faktor

yang menentukan adalah pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial yang

meliputi belanja publik. Besarnya pengeluaran tersebut mengindikasikan besarnya

(28)

Sumber : Soebono, 2005

Gambar 2.1 Alur hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia

Jalur kedua adalah melalui kegiatan pengeluaran rumah tangga. Dalam hal ini,

faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran untuk kebutuhan

dasar seperti pemenuhan nutrisi anggota keluarganya, biaya pelayanan pendidikan

dan kesehatan dasar, serta untuk kegiatan lain yang serupa. Selain pengeluaran

pemerintah dan rumah tangga, hubungan antara kedua variabel itu berlangsung

melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat penting karena merupakan

jembatan yang mengkaitkan antara keduanya (UNDP, 2008).

Kecenderungan rumah tangga untuk membelanjakan pendapatan bersihnya

pada barang-barang yang memiliki kontribusi langsung dalam pembangunan

manusia, seperti makanan, air, pendidikan dan kesehatan sangat tergantung dari

sejumlah faktor seperti tingkat kemiskinan dan distribusi pendapatan antar rumah

tangga. Secara umum diketahui bahwa sebagian besar porsi pendapatan penduduk

miskin dihabiskan untuk konsumsi dibandingkan dengan penduduk kaya. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia bukan hanya ditentukan oleh

tingkat kemiskinan dan distribusi pendapatan saja, melainkan juga peran pemerintah

dalam kebijakan pengeluarannya.

Kebijakan dan pengeluaran pemerintah

Pertumbuhan Ekonomi

Distribusi

pendapatan dan tingkat kemiskinan

o pengeluaran sosial pemerintah

Pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar

Rasio tingkat pendidikan , pelayanan kesehatan, pelayanan air bersih dan sanitasi

(29)

Alokasi sumber daya untuk pembangunan manusia dari sisi pemerintah

merupakan fungsi dari tiga hal, yaitu total pengeluaran sektor pemerintah, berapa

banyak yang dialokasikan ke sektor pembangunan manusia, dan bagaimana anggaran

tersebut dialokasikan ke sektor sosial. Dengan kata lain, pengaruh pembangunan

manusia terhadap pertumbuhan ekonomi akan lebih meyakinkan jika memang ada

kebiasaan untuk mendukung pendidikan yang baik, tingkat investasi yang tinggi,

distribusi pendapatan yang lebih merata, dukungan untuk modal sosial yang lebih

baik, serta kebijakan ekonomi yang memadai.

Namun, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia

secara empiris terbukti tidak bersifat otomatis. Banyak wilayah yang mengalami

pertumbuhan ekonomi tinggi tanpa diikuti oleh pembangunan manusia yang tinggi,

begitu pula sebaliknya. Bukti tersebut tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi

tidak penting bagi pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi justru merupakan

sasaran utama bagi pembangunan manusia, terutama pertumbuhan ekonomi yang

merata secara sektoral dan kondusif terhadap penciptaan lapangan kerja. Hubungan

yang tidak otomatis ini sesungguhnya merupakan tantangan bagi pemerintah untuk

merancang kebijakan yang baik sehingga hubungan keduanya bersifat saling

memperkuat.

2.4 Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian

rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu : lama

hidup, yang diukur dengan angka harapan ketika lahir, pendidikan yang diukur

berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke

atas dan standar hidup yang diukur dengan konsumsi per kapita (BPS, BAPENAS,

UNDP, 2004).

Rancangan pembangunan manusia yang sesungguhnya adalah menempatkan

manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi

pembangunan. Hal ini berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan

(30)

memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih konferhensif yang mencakup

semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada semua

tahapan pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan

jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan disekeliling

manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan.

Menurut Human Development Report (HDR) dalam BPS, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapenas), UNDP (2001), paradigma pembangunan manusia

terdiri dari empat komponen utama, yakni :

1. Produktifitas, masyarakat harus dapat meningkatkan produktifitas mereka dan

berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan

pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu

bagian dari jenis pembangunan manusia.

2. Pemerataan, masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan

yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus

dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat

dari kesempatan ini.

3. Kesinambungan, akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan tidak

hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala

bentuk permodalan fisik, manusia, lingkungan hidup, harus dilengkapi.

4. Pemberdayaan, pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat dan bukan

hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil

keputusan dan proses proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Laporan tahun 1995 yang dikutip dalam Hendrani (2012) mencantumkan paradigma pembangunan manusia yang mencakup empat komponen, yaitu:

produktivitas, persamaan, kesinambungan, dan pemberdayaan. Paradigma baru ini

mengoreksi prinsip dan pendekatan pembangunan yang beriorentasi pada hal-hal

berikut :

1. Teori pertumbuhan ekonomi menekankan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan

akhir pembangunan. Pembangunan manusia menekankan bahwa walaupun

(31)

pertumbuhan ekonomi hanyalah merupakan suatu faktor atau cara, bukan suatu

tujuan pembangunan. Sejumlah fakta yang termuat dalam laporan UNDP

menunjukkan tidak adanya hubungan yang otomatik antara pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan kemajuan dalam pembangunan manusia.

2. Teori-teori modal manusia (human capital formation) dan pembangunan sumberdaya manusia (human resources development) memandang manusia sebagai alat untuk meningkatkan pendapatan dan kekayaan ketimbang menekan

aspek pemberdayaan manusia sebagai tujuan akhir pembangunan. Teori-teori

ini memandang manusia sebagai input atau faktor produksi yang digunakan

untuk meningkatkan produksi. Dengan demikian, manusia yang tidak atau

kurang mampu berproduksi dipandang sebagai beban. Dalam prinsip

pembangunan manusia, tidak dikenal segmen penduduk yang dianggap sebagai

beban dalam pembangunan. Pembangunan harus dapat menawarkan

pilihan-pilihan bagi berbagai segmen penduduk menurut potensi yang dimiliki dengan

memperhatikan kemerdekaan dan martabat manusia.

3. Pendekatan kebutuhan kesejahteraan manusia (the human welfare need approach) melihat manusia semata-mata sebagai penerima dalam proses pembangunan, sedangkan konsep pembangunan manusia menekankan perlunya

memperluas pilihan agar manusia selain dapat menikmati hasil-hasil

pembangunan juga mampu berpartisipasi secara aktif dalam berbagai aspek

pembangunan itu sendiri.

4. Pendekatan kebutuhan dasar (the basic need approach) memusatkan perhatian pada barang dan jasa yang justru bisa memperluas kesenjangan kebutuhan antar

kelompok penduduk. Pendekatan ini lebih memperhatikan aspek penyediaan

barang dan jasa ketimbang implikasinya terhadap perluasan pilihan bagi

berbagai kelompok penduduk itu.

Angka Harapan Hidup ketika lahir merupakan suatu perkiraan rata-rata

lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk yang

(32)

dijadikan sebagai tolok ukur indikator kesehatan. Semakin tinggi Angka Harapan

Hidup suatu masyarakat mengindikasikan tingginya derajat kesehatan masyarakat

tersebut.

Angka Melek Huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa

membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam kehidupan

sehari-hari (BPS, 2001) dan Rata-rata Lama Sekolah adalah lama sekolah (tahun)

penduduk usia 15 tahun keatas. Seperti halnya Angka Harapan Hidup sebagai

indikator kesehatan, Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

menggambarkan status keadaan pendidikan suatu masyarakat. BPS (2001)

mengemukakan bahwa rendahnya Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah

dapat disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendidikan dan biaya pendidikan yang

mahal dan terkait dengan kemiskinan.

Kemampuan Daya Beli Penduduk atau Purchasing Power Parity (PPP) merupakan suatu indikator yang digunakan untuk melihat kondisi ekonomi

masyarakat dalam menghitung IPM. Kemampuan daya beli ini lebih mencerminkan

kemampuan masyarakat secara ekonomi dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya,

dan sangat jauh berbeda dengan PDRB per kapita atau yang dikenal dengan income per capita. Untuk mengukur standar hidup layak, data PDRB per kapita tidak dapat digunakan karena bukan ukuran yang peka untuk kemampuan daya beli penduduk.

Oleh sebab itu, penghitungan daya beli penduduk menggunakan konsumsi per kapita

yang kemudian disesuaikan.

2.4.1 Tahapan Perhitungan IPM

Tahapan pertama perhitungan IPM adalah menghitung indeks masing masing

komponen IPM (e0), pengetahuan, dan standar hidup layak dengan hubungan

matematis sebagai berikut :

Indeks X(i) = (X(i)-X(i)min)/(X(i)maks-X(i)min)……….(2.1) Dimana :

(33)

Xmin : nilai minimum Xi

Persamaan diatas akan menghasilkan bila 0 ≤ Xi ≤ 1, untuk mempermudah cara membaca skala dinyatakan dalam 100 persen sehingga nilainya menjadi 0 ≤ Xi ≤ 100. Indikator yang digunakan sebagai ukuran nilai maksimum dan minimum dari setiap

[image:33.612.98.536.91.764.2]

faktor adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Indikator IPM

Indikator Nilai

Maksimum

Nilai Minimum

Keterangan

Angka Harapan Hidup (Tahun) 85 25 UNDP

Angka Melek Huruf (%) 100 0 UNDP

ata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 15 0 UNDP

Konsumsi Rill Per Kapita (Tahun) 732.720 300.000 UNDP (disesuaikan)

Sumber : UNDP, 2008

Tahapan kedua perhitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari

masing-masing indeks Xi dengan hubungan matematis :

IPM = 1/3 [X(1) + X(2) +X(3)]……….(2.2)

Dimana :

X1 : indeks harapan hidup X2 : indeks pendidikan

(34)

Secara singkat konsep IPM dapat digambarkan sebagai berikut :

IPM Dimensi Umur Panjang dan

Hidup Sehat

Pengetahuan Standar Kehidupan

Layak

Indikator Harapan Hidup

saat Lahir

Tingkat Melek

Huruf (lit)

Rata-Rata

Lama

Sekolah

(MYS)

Pengeluaran rill

perkapita (PPP

rupiah)

Dimension Indeks

Indeks Harapan

Hidup

Indek Pendapatan

Indeks Pendidikan

[image:34.612.103.531.99.347.2]

Indeks Pembangunan Manusia Sumber : BPS, 2010

Gambar 2.2 Alur Konsep IPM

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia, pernah

dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya.

Alam (2006) dengan judul Disparitas Pendapatan dan Faktor-Faktor yang

Berpengaruh terhadap Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten

Bekasi pada tahun 1996-2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa tingkat

ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Bekasi serta

kecenderungannya dan menganalisis faktor-faktor sosial dan ekonomi yang

mempengaruhi IPM di Kabupaten Bekasi. Teknik analisis yang digunakan adalah

dengan Analisis Weighted Coefficient Variation ( CVw) atau Williamson (Iw). Nilai indeks berkisar antara nol dan satu. Alat Analisis yang kedua adalah Tipelogi Klaasen

dengan melihat perbandingan antara laju pertumbuhan ekonomi (LPE) dan PDRB per

kapita kecamatan terhadap angka LPE dan PDRB perkapita rata-rata kabupaten.

Sedangkan alat analisis selanjutnya adalah regresi data panel dengan IPM sebagai

variabel bebas, dan variabel terikatnya terdiri dari PDRB per kapita kecamatan,

(35)

tenaga medis per 1000 penduduk, kepadatan penduduk kecamatan, dan akses

penduduk terhadap air bersih. Penelitian ini menunjukkan kesimpulan PDRB, rasio

guru terhadap murid SD, kepadatan penduduk, dan rumah tangga yang memiliki

akses terhadap air bersih signifikan mempengaruhi IPM di Kabupaten Bekasi dan

disparitas pendapatan yang tinggi di Kabupaten Bekasi tidak serta merta

menyebabkan tingginya disparitas IPM.

Ginting (2008) dengan judul Analisis Pembangunan Manusia di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh konsumsi rumah tangga untuk

makanan dan bukan makanan, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, rasio

penduduk miskin dan krisis ekonomi terhadap pembangunan manusia di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data time series dan cross section atas 26 provinsi pada periode 1996, 1999, 2002, 2004, 2005 dan 2006. Analisis data menggunakan metode

random effect. Penggunaan metode ini dapat menjelaskan perbedaan karakteristik pembangunan manusia masing-masing provinsi, sehingga lebih representatif. Hasil

penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara konsumsi rumah

tangga untuk makanan dan bukan makanan, pengeluaran pemerintah untuk

pendidikan, rasio penduduk miskin dan krisis ekonomi terhadap pembangunan

manusia di Indonesia. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefien

regresi variabel-variabel bebas, yakni: –0.9829 untuk variabel konsumsi rumah

tangga untuk makanan, 1.2774 untuk konsumsi rumah tangga untuk bukan makanan,

26,6791 untuk pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan –0.214 untuk rasio penduduk miskin. Variabel dummy menunjukkan pengaruh negatif.

Pambudi (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Kemandirian Fiskal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat”. Data yang digunakan yaitu : APBD kabupaten/kota di Jawa Barat terdiri dari PAD

(pajak, retribusi, laba badan usaha milik daerah, dan pendapatan asli daerah lainnya

yang sah) dan DAU; data IPM (AHH, AMH, RLS, dan PPP). Metode analisis yang

digunakan adalah Analisis Panel Data. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

tingkat kemandirian fiskal dan perkembangan pencapaian IPM antar daerah

(36)

pembangunan kabupaten dan perkotaan. Selain itu, dalam penelitian ini juga

menganalisis hubungan antara tingkat kemandirian fiskal dengan IPM di Provinsi

Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan data Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) dan data IPM kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat selama tahun

2002 hingga tahun 2006.

Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan

untuk melihat perkembangan pencapaian IPM dan komponen penyusunnya serta

tingkat kemandirian fiskal yang dilihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)

kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat selama tahun 2002 hingga tahun 2006.

Analisis kuantitatif dengan metode panel data dilakukan untuk melihat hubungan

antara PAD dengan DAU, hubungan antara PAD dengan IPM, serta hubungan antara

komponen PAD dengan IPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian

komponen IPM, antara lain Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf

(AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Purchasing Power Parity (PPP) kabupaten/kota di Jawa Barat untuk daerah perkotaan lebih baik jika dibandingkan

dengan daerah kabupaten. Nilai IPM kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat secara

rata-rata tergolong dalam kategori menengah tinggi, dan pencapaian daerah perkotaan

lebih baik jika dibandingkan dengan daerah kabupaten. Tingkat kemandirian fiskal

daerah yang dilihat dari angka PAD menunjukkan bahwa daerah perkotaan memiliki

tingkat kemandirian yang lebih baik jika dibandingkan daerah kabupaten. Secara

keseluruhan tingkat kemandirian daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat

tergolong dalam kategori sangat kurang.

Hidayat (2008) dengan judul “Analisis Hubungan Komponen Indeks Pembangunan εanusia dengan Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat”. Data penelitian diambil pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Data yang digunakan yaitu

persentase jumlah penduduk miskin, data angka harapan hidup, angka melek huruf,

rata-rata lama sekolah, pengeluaran per kapita yang disesuaikan, infrastruktur sosial,

pengangguran dan beban ketergantungan. Metode analisis yang digunakan yaitu

analisis deskriptif untuk menganalisis perkembangan komponen indeks pembangunan

(37)

digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan di

Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang secara

siginfikan pada taraf nyata lima persen berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di

Provinsi Jawa Barat yaitu angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, kemampuan

daya beli dan tingkat pengangguran. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh

nyata terhadap tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Barat yaitu angka melek huruf, skor

infrastruktur sosial, dan angka beban ketergantungan.

Maliendra (2009) menganalisis Dampak Pemekaran Wilayah dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Barat periode tahun

2002-2006. Data yang digunakan adalah data anggaran pendapatan dan belanja

daerah Kabupaten/Kota di Jawa Barat, data Basis untuk analisis indeks pembangunan

manusia, dan Jawa Barat dalam angka. Periode waktu yang digunakan terbagi

menjadi dua yaitu tahun 2002-2003 periode sebelum adanya pemekaran dan tahun

2004-2006 periode setelah adanya pemekaran. Tujuan dari penelitian ini adalah

menganalisis perkembangan IPM Jabar sebelum dan setelah adanya pemekaran.

Selain itu juga akan dianalisis dampak pemekaran dan faktor-faktor yang

memengaruhi pembangunan manusia Jabar sehingga didapatkan rekomendasi

kebijakan guna mewujudkan visi IPM Jabar sebesar 80 pada 2010.

Pada penelitian ini, untuk melihat dampak pemekaran wilayah dan faktor-faktor

yang memengaruhi pembangunan manusia Jawa Barat digunakan analisis deskriptif

dan panel data. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan IPM

sebelum dan setelah adanya pemekaran wilayah serta untuk melihat dampak

pemekaran dengan membandingkan capaian IPM daerah induk dan daerah baru.

Sedangkan analisis panel data digunakan untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi pembangunan manusia Jabar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

IPM seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat mengalami peningkatan. Daerah baru

hasil pemekaran memiliki IPM lebih tinggi dari daerah induk. Selain daerah baru,

wilayah kota memiliki nilai IPM yang relative lebih tinggi dibanding kabupaten. Laju

pertumbuhan IPM sebelum pemekaran memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan

(38)

diketahui bahwa variabel yang secara signifikan mempengaruhi pembangunan

manusia Propinsi Jawa Barat pada taraf nyata 5 persen adalah tingkat kemiskinan,

PDRB per kapita, dan belanja publik.

Yuliati (2012) menganalisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks

Pembangunan Manusia di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal daru Badan Pusat Statistik dan

sumber lainnya dengan peiode waktu yang digunakan adalah tahun 2007-2010.

Penelitian mencakup seluruh kabupaten perbatasan darat sebanyak 16 kabupaten pada

empat provinsi yaitu : Kalimantan Barat (Sambas, Bengkayang, Sintang, Sanggau,

dan Kapuas Hulu), Kalimantan Timur tiga kabupaten (Nunukan, Malinau, dan Kutai

Barat), Nusa Tenggara Timur tiga kabupaten (Kupang, Belu, dan Timor Tengah

Utara), dan Papua empat kabupaten (Marauke, Boven Digoel, Pegunungan Bintang,

dan Keerom) dan satu kota yaitu Jayapura.

Metode analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian terdiri dari

analisis deskriptif dan ekonometrika. Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji

dinamika indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia.

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel yaitu

untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia. hasil

deskriptif yaitu diantar tiga indeks pembentuk IPM, indeks pendidikan mempunyai

nilai yang terbesar hampir disemua kabupaten/kota di wilayah perbatasan.

Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel terhadap faktor-faktor yang

memengaruhi indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan diperoleh hasil

sebagai berikut: variabel yang signifikan berpengaruh positif adalah PDRB per

kapita, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan infrastuktur jalan. Selanjutnya

variabel yang signifikan berpengaruh negatif adalah persentase penduduk miskin,

pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan, rasio tenaga pendidikan tingkat SD dan

rasio tenaga kesehatan. Sedangkan variabel yang tidak signifikan berpengaruh adalah

rasio tenaga pendidikan SMP dan tingkat pengangguran terbuka. Jika ditinjau

(39)

terhadap indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia adalah

infrastruktur jalan dengan nilai koefisen sebesar 3.0589.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu

dengan penelitian ini terletak pada penambahan variabel seperti rasio bidan terhadap

jumlah penduduk, rasio perawat terhadap jumlah penduduk yang berpengaruh pada

IPM, dengan menggunakan metode ekonometrika yaitu analisis panel data dan diikuti

dengan analisis deskriptif perhitungan analisis IPM dan faktor-faktor yang

memengaruhi di setiap kabupaten/kota pada tahun 2009-2011 di Provinsi Papua.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu

dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian yang diambil pada Provinsi

Papua dan penambahan variabel seperti rasio jumlah penduduk terhadap bidan, rasio

jumlah penduduk terhadap perawat yang berpengaruh pada IPM, dengan

menggunakan metode ekonometrika yaitu analisis panel data dan diikuti dengan

analisis deskriptif perhitungan analisis IPM dan faktor-faktor yang memengaruhi di

setiap kabupaten/kota pada tahun 2009-2011 di Provinsi Papua.

2.6 Kerangka Pemikiran Operasional

Konsep pembangunan selama ini hanya menekankan pada pertumbuhan

ekonomi (economic growth), padahal pencapaian kesejahteraan masyarakat tidak cukup hanya dengan menekankan pada pembangunan ekonomi dan infrastruktur

fisik, melainkan juga dengan pembangunan manusia (human development). Adanya pergeseran paradigma pembangunan memerlukan keselarasan antara pembangunan

ekonomi dan pembangunan manusia. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan

tidak hanya dilihat dari besarnya PDRB, tetapi juga ditunjukkan dari capaian IPM.

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Provinsi Papua berpengaruh pada

pertumbuhan ekonomi, karena SDM merupakan salah satu input dalam proses

produksi, yang selanjutnya akan memengaruhi pembangunan ekonomi. Oleh karena

itu perlu perhatian yang serius terhadap pembangunan SDM. Untuk meningkatkan

kualitas SDM, salah satu indikatornya adalah IPM. Meningkatnya IPM akan

(40)

efektif adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian IPM

tersebut. IPM adalah komponen dari sumber daya alam yang merupakan nilai

komposit dari tiga komponen yaitu indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks

ekonomi. Indeks kesehatan terdiri dari angka harapan hidup, indeks pendidikan terdiri

dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan indeks ekonomi dilihat

dari rata-rata kemampuan daya beli rumah tangga

Strategi untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia secara efektif adalah

dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi peningkatan indeks

pembangunan manusia, sehingga bisa dijadikan faktor penting dalam menentukan

kebijakan. Secara keseluruhan kerangka pemikiran penelitian ini seperti pada Gambar

[image:40.612.109.499.278.667.2]

2.3 dibawah ini :

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran

Pembangunan

Ekonomi

Kondisi SDM diukur

dengan IPM

Ekon Keseh

Pendidi

kan

Regresi Panel

Data Analisis

Faktor-Faktor yang

mempengaruhi IPM

(41)

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesa adalah jawaban sementara yang diambil untuk menjawab permasalahan

yang ada yang diajukan oleh peneliti yang kebenarannya masih harus diuji secara

empiris. Berdasarkan hal itu hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan Domestik Regional Bruto berpengaruh positif terhadap Indeks

Pembangunan Manusia Provinsi Papua tahun 2009-2011.

2. Pengeluaran Pemerintah di bidang pendidikan berpengaruh positif terhadap

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua tahun 2009-2011.

3. Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah bidan berpengaruh negatif terhadap

Indeks Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua tahun 2009-2011.

4. Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah perawat berpengaruh negatif terhadap

Indeks Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua tahun 2009-2011.

5. Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter berpengaruh negatif terhadap

Indeks Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua tahun 2009-2011.

6. Rasio jumlah penduduk terhadap penduduk miskin berpengaruh negatif

terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua tahun 2009-2011.

7. Rasio murid SD terhadap guru berpengaruh negatif terhadap Indeks Indeks

Pembangunan Manusia Provinsi Papua tahun 2009-2011.

8. Rasio murid SMP terhadap guru berpengaruh negatif terhadap Indeks Indeks

Pembangunan Manusia Provinsi Papua tahun 2009-2011.

9. Rasio murid SMA terhadap guru berpengaruh negatif terhadap Indeks Indeks

(42)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Data

sekunder ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kementrian Keuangan, hasil

penelitian terdahulu, literature untuk melengkapi data–data yang diperlukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang merupakan

penggabungan antara data time series dan cross section. Time series yang digunakan berupa data sekunder tahunan periode 2009-2011. Cross section yang digunakan adalah seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua.

Data yang digunakan dalam pembentukan variabel dependen dan independen

untuk analisis faktor-faktor yang memengaruhi IPM di Provinsi Papua dalam

penelitian ini adalah terdapat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data

No. Data yang Digunakan Sumber

1. ndeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua tahun 2009-2011

PS Provisi Papua

2. roduks Domestik Regional Bruto Provinsi Papua tahun 2009-2011

PS Provinsi Papua

3. engeluaran Pemerintah Terhadap Pendidikan Provinsi Papua tahun 2009-2010

Kemetrian Keuangan

4. umlah Penduduk, Jumlah Guru, Jumlah Siswa, Jumlah Dokter, Jumlah Bidan, Jumlah Perawat, Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Papua tahun 2009-2011

PS Provinsi Papua

3.2 Lokasi dan Pengolahan Data Penelitian

Lokasi penelitian terdapat pada Provinsi Papua yang merupakan wilayah timur

Indonesia yang memiliki beberapa permasalahan dalam pembangunan manusia yang

masih bisa dikembangkan dari pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Kabupaten/kota

yang terdapat di Provinsi Papua merupakan bahan analisis dalam penelitian ini.

(43)

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Software Microssoft Excel 2007 dan Eviews 6. Microssoft Excel digunakan untuk membuat tabel dan grafik demi menunjang analisis deskriptif. Sedangkan Eviews 6 digunakan untuk membuat analisis regresi data panel mengenai faktor-faktor yang memengaruhi

indeks pembangunan manusia di Provinsi Papua.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan dua metode analisis yaitu analisis deskriptif

dan analisis kuantitatif. Metode deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan

pengumpulan dan penyajian data-data untuk menyajikan informasi didalam suatu

kumpulan data supaya mudah di interpretasikan. Analisi kuantitatif yang digunakan

dalam penelitian ini adalah model analisis Panel Data. Metode ini digunakan untuk

menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan manusia di Provinsi

Papua.

3.3.1 Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan informasi yang relevan yang terkandung

dalam data dan penyajian hasilnya dalam bentuk yang lebih sederhana dan ringkas

sehingga diperoleh penjelasan dan penafsiran yang dibutuhkan dalam menjawab

permasalahan yang diajukan. Penyusunan tabel, grafik dan diagram dan

besaran-besaran nilai lain di berbagai sumber terkait termasuk dalam kategori analisis

deskriptif ini. Metode analisis deskriptif ini digunakan untuk menganalisis

perkembangan indeks pembangunan manusia dan komponennya disetiap

kabupaten/kota di Provinsi Papua.

3.3.2 Analisis Panel Data

Menurut Gujarati (2004), data panel (pooled data) atau yang disebut juga data longitudinal merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data

(44)

ke waktu terhadap suatu individu. Metode data panel merupakan suatu metode yang

digunakan untuk melakukan analisis empirik yang tidak mungkin dilakukan jika

hanya menggunakan data time series atau cross section.

Kelebihan yang diperoleh dari penggunaan data panel :

1. Dapat mengendalikan heterogenitas individu atau unit cross section.

2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas diantara

variabel, memperbesar derajat bebas dan lebih efisien.

3. Dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat

dideteksi dalam model data cross section maupun time series.

4. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model pelaku (behavioral models) yang compleks dibandingkan dengan model data cross section maupun

time series.

5. Dapat diandalkan untuk studi dynamic of adjusmant.

Estimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode,

yaitu metode kuadrat terkecil (pooled

Gambar

Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia per Provinsi tahun 2004-2011
Gambar 2.1 Alur hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan
Tabel 2.1 Indikator IPM
Gambar 2.2 Alur Konsep IPM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aspek ini termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain secara emosional dan fisik.tingkatan dimana individu merasa mereka

Dari waktu yang disediakan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa selama 2 jam ( 09.00 s/d 11.00 Wita ), tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen kualifikasi paket

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Alokasi dana BMT al-Amin terhadap pelaku usaha mikro di Kota Makassar

Adapun skripsi ini berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Materi

Hal tersebut menjadi dorongan bagi pelaku untuk menyerang korban, (2) Perhatian positif; keberpihakan, peniruan, rasa hormat, dan ketakutan untuk mela- wan yang

terlihat bahwa pemanfaatan jasa lingkungan hutan menjadi ekowisata memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yaitu sebesar 30.70% untuk

dilakukan pengkajian, evaluasi, pembahasaan data seismik hasil pemrosesan ke dalam kondisi geologi  yang mendekati kondisi geologi bawah permukaan.. sebenarnya agar

Bentuk peletakan mooring buoys pada z6hf7pe'ma~faatan dan zona pemukiman yang memiliki.. fungsi ganda selain sebagai penantaan batas zonasi juga berfungsi sebagai tempat tambat